PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Pengetahuan mengenai minyak bumi sangat penting untuk kita ketahui,
mengingat minyak bumi adalah suatu sumber energi yang tidak dapat di perbaharui,
sedangkan penggunaan sumber energi ini dalam kehidupan kita sehari-hari cakupannya
sangat luas dan cukup memegang peranan penting atau menguasai hajat hidup orang
banyak. Sebagai contoh minyak bumi di gunakan sebagai sumber energi yang banyak di
gunakan untuk memasak, kendaraan bermotor, industri, dan sebagainya.
Menyadari bahwa minyak bumi merupakan suatu sumber energi yang sangat
penting bagi kita maka kita harus mengerti mengenai apa itu minyak bumi (crude oil),
apa saja komponen pembetuknya, apa saja impurities yang terkandung dalam minyak
bumi, bagaimana proses pengolahannya, apa saja produk-produknya dan kegunaan dari
masing-masing produk itu sendiri.
Minyak bumi yang telah di eksplorasi dari perut bumi tidak serta merta dapat di
gunakan sebagai bahan bakar karena masih berupa minyak mentah,untuk mendapatkan
produk minyak dan gas bumi yang beragam diperlukan serangkaian proses pada kilang
minyak bumi. Proses-proses tersebut mencakup tiga proses yang sangat penting yaitu
proses alkilasi, polimerisasi, dan isomerisasi. Proses Alkilasi merupakan penambahan
jumlah atom dalam molekul menjadi molekul yang lebih panjang dan bercabang. Dalam
proses ini menggunakan katalis asam kuat seperti H 2SO4, HCl, AlCl3 (suatu asam kuat
Lewis). Proses polimerisasi merupakan proses penggabungan molekul-molekul kecil
menjadi molekul besar. Dan proses isomerisasi adalah proses dimana paraffin rantai
lurus dikonversi menjadi senyawa-senyawa rantai cabang secara kontinyu dengan
katalis.
Produk yang dihasilkan dari proses distilasi pada kilang minyak belumlah
memiliki kualitas terbaik seperti yang diinginkan. Contohnya saja gasoline masih
diperlukan proses alkilasi untuk mendapatkan gasoline yang memiliki nilai oktan yang
tinggi. Selain itu gasoline juga bisa didapatkan dengan proses polimerisasi dengan
mereaksikan isobutena dengan isobutana menjadi isooktana yang memiliki kualitas
yang lebih baik.
II.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, sebagai berikut :
1
1. Apa saja Sifat Fisik dan Kimia bahan baku dan Produk yang dihasilkan dari
proses Alkilasi, Polimerisasi dan Isomerisasi ?
2. Bagaimana diagram alir proses Alkilasi, Polimerisasi dan Isomerisasi ?
3. Bagaimana uraian proses yang terjadi pada proses Alkilasi, Polimerisasi dan
Isomerisasi dalam Minyak Bumi ?
4. Bagaimana reaksi yang terjadi pada proses Alkilasi, Polimerisasi dan Isomerisasi
dalam Minyak Bumi ?
5. Apa saja kegunaan hasil Produk dari proses Alkilasi, Polimerisasi dan Isomerisasi ?
III.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
ALKILASI
R-CH2-CHRR
Terminologi alkilasi, apabila dipakai dalam pengertian yang tepat pada kimia
organik, akan berhubungan dengan penambahan suatu gugus radikal alkil kedalam
suatu molekul. Kebanyakan reaksi-reaksi alkilasi dalam kimia organic mencakup
reaksi anatar hidrokarbon olefin dengan hidrokarbon aromatic. Senyawa olefin-olefin
tersebut akan membentuk gugus alkil didalam molekul aromatic.
Didalam industri minyak bumi sejumlah reaksi-reaksi alkilasi ini berlangsung
secara komersil.Salah satu operasi dalam skala besar selama perang dunia adalah
pembuatan kumen atau isopropyl benzene dengan katalis pada reaksi antara benzena
dan propilen. Produk ini merupakan komponen blending yang berharga untuk
pembuatan bensin kapal terbang (avgas = aviation gasoline). Sejumlah reaksi alkilasi
yang lain juga dilakukan lebih banyak untuk membuat produk-produk dalam skala
kecil seperti inhibitor gasoline, adtiv minyak pelumnas dan deterjen sintesis.
Akan tetapi referensi terhadap alkilasi di dalam industri minyak bumi secara
umum menyinggung tentang proses khusus dimana isobutana direaksikan dengan
olefin-olefin. Produk reaksi ini adalah suatu campuran yang utamanya terdiri dari
isomer oktan yang disebut sebagai Alkilat. Produk alkilat ini adalah komponen
pencampuran (blending) penting yang mempunyai angka oktan tinggi, yang dipakai
dalam pembuatan bensin pesawat terbang. Tanpa menggunakan proses ini, maka
pembuatan avgas dalam skala besar selama Perang Dunia II sangat sulit dilakukan.
Dengan perkataan lain, tugas unit alkilasi adalah memproduksi alkilat, yang dipakai
sebagai komponen dasar untuk proses pencampuran dalam membuatan bensin
pesawat terbang.
Meskipun demikian alkilasi isobutana dengan olefin secara teoritis lebih baik
daripada polimerisasi, dalamarti mendaya-gunakan gas-gas hasil perengkahan, karena
alkilasi hanya mengkonsumsi satu molekul olefin yang berharga untuk memproduksi
suatu molekul gasoline.Butilena adalah olefin yang lebih disukai, tetapi isobutilena
3
dan propilena lebih baik karena dapat bereaksi semuanya membentuk alkilat dari
isobutana yang tersedia dalam kilang. Proses ini kadang-kadang dilengkapi dengan
polimerisasi pada suhu rendah dan space velocity yang tinggi untuk mengkonsumsi
lebih banyak propilena dan isobutilena. Hal ini juga akan menyebabkan isomerisasi
butena-1 menjadi butena-2. Senyawa yang tetap tinggal dan tidak bereaksi dapat
mengandung cukup banyak olefin untuk engimbangi isobutan yang tersedia.
Secara kimia reaksi alkilasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
2.1.1. Alkilasi Katalis
Proses alkilasi katalis asam sulfat telah dimulai di Amerika Serikat pada
tahun 1938 oleh Shell Oil Company. Proses alkilasi asam fluorida diperkenalkan oleh
Phillips Petroleum Company pada tahun 1942, sedangkan proses alkilasi aluminium
khlorida dioperasikan oleh Phillip selama Perang Dunia Kedua.
Alkilasi katalis menawarkan kemungkinan-kemungkinan pelaksanaan reaksi
pada kondisi sedang dan dengan variasi olefin yang luas dibandingkan dengan
alkilasi termis.Suhu reaksi berkisar antara 30 105 oF dan tekanan 1 atm - 150 psig.
Katalis yang banyak digunakan secara komersil untuk proses alkilasi ini adalah
aluminium khlorida (AlCl3), asam sulfat (H2SO4) dan asam flluorida (HF).
Keunggulan proses dengan katalis HF dibandingkan dengan katalis-katalis yang lain
adalah karena asam bekas dapat diregenerasi secara ekonomis dan suhu reaksi dapat
lebih tinggi dari pada proses asam sulfat.
Katalis yang banyak digunakan, yaitu :
2.1.1a.
CH3
H3CCHCH3 + H2CCCH3
CH3
H2SO4
CH3
H3CCCH2CHCH3
CH3
Isobutana
Isobutilena
masuk
reaktor
adalah
fraksi
isobutana
yang
Be atau 2 %
asam
segar
ke
dalam
reaktor
dilakukan
apabila
Umpan Olefin
Propilen
Butilen
Amilen
Polimer
Butilen
Selektif
1,75
1,70
1,72
2,20
2,20
1,70
1,65
1,55
2,12
2,12
0,97
0,97
0,90
0,97
0,97
Polimer Butilen
yang Tak
Selektif
15,00
1,36
1,62
Olefin
Butilena
Amil ena
Propilena
Polimer Butilen selektif
Polimer Butilen tak
selektif
30
16
9
22
15
10
5
5
10
1,5
18
9
7
16
6
Rendah
Tinggi
Tipikal
Rendah
Tinggi
Tipikal
Propilena
110,5
120,2
113,3
128,8
142,8
135,2
Butilena
115,8
128,8
122,2
136,3
158,4
146,6
Amilena
113,3
122,2
118,5
132,9
145,1
138,4
2.1.1b.
yang
besar
diantara
kedua
proses-proses
10
2.1.1c.
sekitar 105
panas reaksinya. Katalis berbentuk granular dimaksudkan secara terusmenerus kedalam reactor dengan pengangkut berputar (screw conveyor).
Diagram alir proses ini dapat dilihat pada gambar 9-5.
dekomposisi hidrokarbon yang beroperasi pada suhu 1200 1425 oF dan tekanan
1 atm. Kondisi demikian sangat memungkinkan untuk pembentukan etilena.
Etilena diserap di dalam isobutana untuk dimasukkan ke unit alkilasi. Dapur
alkilasi mengolah aliran recycle isobutana dan cairan yang terdiri dari campuran
etilena dan isobutana yang dimasukkan ke dalam dapur melalui zona soaking.
Sedikit ter atau material yang mempunyai titik didih di atas gasolin dapat
dihasilkan karena konsentrasi etilennya rendah dalam zona reaksi.Diperlukan
waktu 2 7 detik untuk mencapai suhu 950 oF, tergantung pada jumlah
hidrokarbon yang diolah dan jumlah isobutilena yang disirkulasikan kembali.
Diagram alir proses dapat dilihat pada Gambar 9-6.
13
Campuran etana dan propana direngkah pada suhu sekitar 1400 oF dan
tekanan 6 8 psig untuk pembentukan propilena yang optimum.Gas-gas yang
terbentuk dibebaskan dari material yang lebih besar dari C2 melalui scrubber,
lalu diikuti dengan kompresi dan pendinginan. Etilena kemudian diserap oleh
cairan isobutana pada suhu -30 oF, sedangkan gas hidrogen dan metana
dipisahkan dari sistem.
Campuran etilena dan isobutana dikompresi sampai menjadi 4000
5000 psig dan ditambahkan isobutana pada dapur alkilasi melalui preheater
pada suhu 950 oF.Nisbah isobutana dan etilena dijaga pada 9/1 atau lebih
pada zona reaksi.Yield dikirim ke menara depropanizer berupa cairan pada
bagian bawah yang menghabiskan 70 % (berat) etana, propana dan isobutana
yang mengandung kira-kira 30 40 % neoheksana. Neoheksana
dikarakterisasi sebagai bahan campuran avgas dengan sifat-sifat yang
sempurna dan sangat mudah menerima TEL. Senyawa ini mempunyai RVP
9,5 psi ; titik didih 121 oF dan angka oktan 95.
2.2
POLIMERISASI
14
Cm+nH2(m+n)
15
2 C2H4
C4H8
3 C3H6
C9H18
C4H8 + C9H18
C13H26
polimerisasi termis
dikembangkan oleh Pure Oil Co memakai koil tunggal pada suhu dan tekanan
tinggi baik pda reaksi dekomposisi maupun polimerisasi. Proses polimerisasi
termis uniter dikembangkan oleh Philips Petroleum Co., Standard Oil
Development Co. (sekarang ESSO), Texaco Inc., dan M.W.Kellogg Co, dan
dimiliki oleh The Polymerization Process Corp. Lisensi polimerisasi termis ini
dipegang oleh M.W.Kellogg. Pabrik komersil yang pertama telah dibangun pada
kilang Philips di Texas pada tahun 1933.
Polimerisasi termis sebagai proses untuk membuat komponen mogas di
industri pengilangan minyak sekarang ini pada praktekya sudah tidak ada lagi.
Meskipun tidak se-efektif polimerisasi katalis, polimerisasi termis telah
banyak dipakai pada beberapa kilang minnak dan secara khusus dapat
memberdayakan gas-gas jenuh yang tak dapat dipolimerisasi langsung dengan
katalis. Proses polimerisasi termis terdiri dari perengkahan fasa uap senyawa
propan dan butan diikuti dengan memperpanjang waktu reaksi polimerisasi pada
suhu 950-1100F, selanjutnya diikuti dengan reaksi-reaksi dekomposisi,
depolimerisasi
dan
sebagainya.
Reaksi
perengkahan
mula-mula
sangat
endotermis, tetapi reaksi pada zona polimerisasi ialah eksotermis. Diagram alir
proses ini dapat diikuti pada Gbr 10-1.
16
K2
P
Dimana
1
x
.
t . P a(1x)
K2/P
17
dikembangkan oleh UOP Co pada pertengahan tahun 1930 dan menjadi salah satu
dari proses katalis yang pertama dalam industri minyak. Pabrik komersil yang
pertama beroperasi pada tahun 1937, setelah itu perkembangan menjadi sangat
cepat selama perang dunia kedua untuk produk-produk yang khusus.
Polimerisasi ini adalah proses kontinyu dimana gas-gas olefin dikonversi
dengan katalis menjadi produk-produk cair hasil kondensasi. Proses polimerisasi
katalis dapat dibagi menjadi:
1. Polimerisasi yang tidak selektif
2. Polimerisasi yang selektif
Polimerisasi yang tidak selektif adalah polimerisasi campuran propilenpropilen dan butilen-butilen, sedangkan polimerisasi antara propilen-propilen saja
atau antara butilen-butilen saja disebut polimerisasi selektif. Gasoline yang
dihasilkan sebagai hasil reaksi adalah 2,2,4 trimetil pentana atau kodimer yang
mempunyai angka oktan tinggi. Kodimer bila dihidrogenasi dapat menjadi isooktan.
Katalis yang digunakan pada polimerisasi katalis adalah asam sulfat dan
asam fosfat dalam berbagai bentuk. Demikian juga silika alumina, aluminium
khlorida, boron trifluorida, bauksit aktif telah banyak digunakan sebagai katalis
polimerisasi.
2.2.2a.
pada suhu dan tekanan tinggi dengan umpan berupa campuran hidrokarbon C 3 dan
C4 menggunakan katalis asam pospat. Ada 3 modifikasi penggunaan asam pospat
sebagai katalis yang banyak dipakai ialah 1) kuarsa yang dibasahi dengan larutan
asam, 2) pelet yang diresapi asam (asam pospat padat) yang diisikan di dalam
chamber, dan 3) katalis padat berbentuk pelet yang dimuat dalam tube yang
dikelilingi oleh air pendingin di dalam reaktor. Reaktor polimerisasi ini dijaga
pada suhu 190-230C, dan tekanan sekitar 500 psia.
Sebagai tambahan, tembaga piro pospat juga digunakan secara luas
sebagai katalis menghasilkan produk yang hampir sama dengan asam pospat
fengan suhu reaksi yang lebih rendah.
19
A. Polimerisasi UOP
Polimerisasi katalis proses UOP adalah proses polimerisasi tidak selektif
menggunakan katalis asam pospat yang dijenuhkan di dalam kieselguhr dan
berbentuk pelet. Katalis ditempatkan di dalam tube sedangkan air pendingin
berada di dalam shell. Diagram alir sederhana dari proses UOP ini dapat dilihat
pada Gbr 10-3.
Proses polimerisasi UOP terdiri dari 3 seksi pengolahan yaitu:
1. Seksi pemmbersihan / pemurnian umpan.
2. Seksi reaktor.
3. Seksi pemisahan hasil-hasil reaksi.
merkaptan. Senyawa nitrogen yang bersifat asam (HCN, HOCN, dsb) bila
dibiarkan dalam sistem akan berubah menjadi amoniak dan kemudian jadi
amonium pospat yang akan merusak daya rangsang katalisator (menurunkan
aktifitas katalis) menurut reaksi sbb:
RCN + 2 H2O
RCOOH + NH3
3 NH3 + H3PO4
(NH4)3PO4
ke menara butanizer untuk memisahkan fraksi butan yan lebih ringan. Fraksi
yang lebih berat dari butan adalah polimer gasoline dengan RVP 8 psi dan FBP
400-420F.
A. Polimerisasi California
Prosis ini dilesensi oleh Chevron Research Co dan Hydrocarbon Research
Co untuk olefin-olefin C3, dan/atau C4 menjadi motor fuel beroktan tinggi,
konversi propilen dan benzene menjadi kumen. Proses polimerisasi ini
menggunakan katalis asam prospat yang berada dalam kepingan kuarsa yang
ditempatkan di dalam reactor. Regenerasi katalis terdiri dari penucucian dan
pengeringan dengan steam, kontak dengan asam di dalam reactor dan
pembuangan kelebihan asam. Suhu reaksi dan tekanan operasi adalah 300-375F
dan 150-600 psig.
B. Polimerisasi Chevron
Proses polimerisasi ini dilesensi oleh Chevron Research Co unuk
memproduksi polimer gasoline yang mempunyai oktan tinggi dengan umpan
olefin ringan. Konsentrasi olefin dapat mencapai 95%. Katalis yang dipakai
adalah asam propat cair.
2.2.2b.
Polimerisasi Selektif
Polimerisasi selektif adalah proses polimerisasi yang menggunakan umpan
hanya fraksi C4 saja atau fraksi C3 saja yang berlangsung pada suhu yang lebih
rendah dibandingkan dengan polimerisasi tidak selektif.
22
2.3.1.
menjadi isopentan, nafta atau fraksi n-heksan menjadi isoheksan. Pada proses-proses tersebut
aluminium khlorida digunakan dalam beberapa cara yaitu a) bersama dengan asam khlorida
anhidrat membentuk slurry atau cairan komplek, b) berada dalam alumina granular atau
bauksit, dan c) dilarutkan dalam PbCl3 cair. Katalis AlCl3 adalah katalis yang tidak dapat
diregenerasi tetapi dapat di recovery dalam system cairan. Salah satu proses isomerisasi
dengan katalis AlCl3 dapat dilihat pada Gbr 10-4.
23
Kondisi operasi 240-250F, tekanan 200-300 psig dan space velocity adalah 1-2
v/hr/v. Waktu tinggal di dalam reactor adalah 10-40 menit sehingga dicapai konversi 50%
untuk butan, 55-60% untuk pentana.
2.3.2.
Katalis yang digunakan adalah platina atau logam-logam lain berada dalam unggun
tetap dan dapat diregenerasi. Kondisi operasi bervariasi tergantung pada proses dan umpan
yang dipakai, yaitu suhu 100-900F, dan tekanan 150-1000 psig. Proses ini dikenal dengan
nama Isomerisasi Penex. Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gbr 10-5.
24
Penex
Isomerate
Iso-kel
Isomate
Pentafining
Butamer
Butomerate
Isomerisasi Katalis
Isomerization Fasa Cair
masuk bervariasi
heksan dapat diproses pada unit ini. Kondisi operasi pada reactor adalah 650-850F
dan tekanan 350-600 psig.
2.3.2d. Proses Isomate
Proses isomate adalah proses isomerisasi C5 dan C6, atau nafta C6 merupakan
proses yang non regeneratif menggunakan katalis campuran AlCl 3-hidrokarbon
dengan promotor HCl anhidrat. Reaksi berlangsung pada suhu 240-250F dan tekanan
700-800 psig. Umpan dijenuhkan dengan HCl anhidrat di dalam absorber reaksi dini
(prereactor absorber) kemudian dipanaskan dan digabung dengan hydrogen lalu
dimasukkan ke dalam reactor. Katalis dimasukkan kedalam reactor secara terpisah,
dan reaksi berlangusng dalam fasa cair. Produk yang dihasilkan dicuci dengan kaustik
dan air, lalu asamnya di-strip dan distabilisasi.
Untuk memelihara recycle guna mendapatkan proses beroktan tinggi maka
isomer dipisahkan di dalam product splitter. Nafta C6 dan material yang lebih berat
dipisahkan dari recycle di dalam rerun tower.
Proses ini dikembangkan oleh Standard Oil Co dimana 2 unit komersil telah
beroperasi selama perang dunia kedua untuk memproduksi komponen avgas beroktan
tinggi.
2.3.2e. Proses Pentafining
Proses ini dikembangkan oleh Atlantic Refining Co dan dilisensi oleh
Engelhard Industries Inc. Proses ini adalah proses isomerisasi pentan yang dapat
diregenerasi menggunakan katalis platina dalam silika-alumina sebagai support dan
memerlukan hidrogen dari luar. Sejumlah proses dapat dikombinasikan. Sebagai
ocntoh, gasoline alam sebagai material masuk mula-mula, umpan minyak lalu
didepentanisasi dan material berat dialirkan ke reformer tekanan rendah. Aliran
pentana displit, dan fraksi-fraksi rantai lurus (normal) digabung dengan recycle dan
make-up hydrogen, dipanaskan dan diumpankan ke dalam reactor pada 300-700 psig
dan 800-900F.
2.3.2f. Proses Butamer
26
Proses ini dilisensi oleh UOP Co, dirancang untuk merubah n-butan menjadi
isomer pada kondisi operasi sedang. Katalis yang digunakan adalah platina dalam
material kasar dan keras sebagai support dalam system reactor unggun tetap.
Diperlukan sedikit H2 yang berasal dari gas buang reformer. Operasi dapat dirancang
untuk sekali jalan ataupun dengan recycle dan dapat dioperasikan bersama dengan
unit deisobitanizer pada proses alkilasi untuk memperbanyak umpan dan menghemat
biaya peralatan mekanik.
Umpan butan dicampur dengan hydrogen, dipanaskan dan dimasukkan
kedalam reactor pada tekanan sedang. Efluen reaktor didinginkan untuk stabilisasi
dan pemisahan gas ringan. Hasil campuran butan lalu dimasukkan kedalam
deisobutanizer untuk memisahkan aliran recycle dari produk isobutan.
2.3.2g.
Proses Butomerate
Proses ini dilisensi oleh Pure Oil Co (suatu divisi dari Union Oil Co of
27
28