Oleh :
Ir. P. Nugro Rahardjo, M.Sc.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Abstraksi
menjadi masalah baru, yaitu masih kurangnya kualitas SDM (Sumber Daya Manusia)
untuk dapat melaksanakan jalannya proses peningkatan di segala bidang. Dengan
demikian dalam rangka meningkatkan kualitas SDM Pemerintah Daerah atau jajaran
tertinggi dalam proses pengambilan keputusan, dibutuhkan fasilitas yang memadai,
misalnya buku-buku yang berisi tentang teknologi pengelolaan lingkungan.
Semua
bertujuan
untuk
meningkatkan
kemampuan
personil
pegawai
Diketahui dalam pengolahan air limbah digunakan tiga macam metode, yaitu
proses fisika, kimia dan biologi. Masing-masing metode proses itu mempunyai
keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Dalam praktek di lapangan banyak
dijumpai penggabungan proses fisika dan kimia dalam pengolahan air limbah dan
selanjutnya baru proses secara biologi. Melalui tulisan ini para pembaca dari
berbagai instansi, seperti Bappeda, Bapedalda, Dinas PU, Dinas Perindustrian,
Dinas Kebersihan, Dinas Kesehatan, dan yang lainnya, diharapkan dapat mengenal
dan
membedakan
beberapa
metode
pengolahan
limbah
sehingga
dapat
menerapkan dengan tepat jenis pengolahan yang sesuai dengan kualitas limbah
yang akan diolah. Pada akhirnya dengan pengetahuan pengolahan limbah ini, dapat
menjadi penggerak dilaksanakannya pembangunan instalasi-instalasi pengolahan
limbah, baik yang sederhana ataupun yang lebih komplek, sehingga dapat
mencegah terjadinya pencemaran yang lebih luas lagi.
Berdasarkan bentuknya limbah dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu limbah
padat, cair dan gas. Berdasarkan sumbernya limbah dapat digolongkan menjadi
beberapa jenis, yaitu limbah domestik (rumah tangga), limbah industri dan limbah
dari bidang institusional (hotel, pasar, restauran, rumah sakit, perkantoran). Selama
bertahun-tahun
berbagai
metode
pengolahan
limbah
cair
telah
banyak
Pada bab berikut akan dibahas mengenai pengolahan limbah cair yang
khusus dengan proses fisika. Proses-proses yang akan dibahas adalah proses yang
telah umum diterapkan di instalasi-instalasi pengolahan limbah. Juga akan
ditampilkan teori-teori yang mendasari terjadinya setiap proses pengolahan serta
peralatan-peralatan yang umum digunakan. Namun yang perlu diingat ialah bahwa
metode pengolahan limbah dengan proses fisika, merupakan sebagian dari
beberapa metode pengolahan. Banyak instalasi pengolahan limbah menerapkan
seluruh metode secara berurutan untuk memperoleh produk akhir yang memenuhi
syarat. Tetapi biasanya pengolahan limbah dengan proses fisika seringkali
dipadukan dengan proses secara kimiawi dan gabungan dari keduanya disebut
Physico-Chemical Tratment.
BAB 2
KLASIFIKASI
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
2.1. Klasifikasi Teknologi Pengolahan Limbah Cair
baku dan kondisi fasilitas yang tersedia. Dalam tabel berikut ditampilkan kontaminan
yang umum ditemukan dalam air limbah serta sistem pengolahan yang sesuai untuk
menghilangkannya.
Tabel 2.1. Sistem Pengolahan Untuk Menghilangkan
Bahan Pencemar Dalam Air Limbah
KONTAMINAN
Padatan tersuspensi
Biodegradable organics
Pathogens
SISTEM PENGOLAHAN
KLASIFIKASI
Sedimentasi
Flotasi
Filtrasi
Koagulasi/sedimentasi
K/F
Land treatment
Lumpur aktif
Trickling filters
Saringan pasir
F/B
Land treatment
B/K/F
Khlorinasi
K
4
Nitrogen
Ozonisasi
Land treatment
Suspended-growth
and denitrification
nitrification B
Fixed-film
nitrification
denitrification
Phospor
and B
Ammonia stripping
K/F
Ion Exchange
Breakpoint khlorinasi
Land treatment
B/K/F
Koagulasi
garam
sedimentasi
logam
Koagulasi kapur/sedimentasi
/ K/F
K/F
Refractory organics
Logam berat
Land treatment
K/F
Adsorpsi karbon
Tertiary ozonation
Pengendapan kimia
Ion Exchange
Land treatment
Ion Exchange
Reverse Osmosis
Elektrodialisis
berfungsi
menghilangkan
bahan
atau
benda-benda
yang
dapat
membahayakan atau merusak pompa limbah cair tersebut. Jadi proses screening
melindungi pompa dan peralatan lainnya.
2.2.2. Aerasi
Tujuan proses aerasi adalah mengontakkan semaksimal mungkin permukaan
cairan dengan udara/atmosfir. Agar transfer sesuatu zat/komponen dari satu medium
ke medium yang lain berlangsung lebih efisien, maka yang terpenting adalah
terjadinya turbulensi antara cairan dengan udara, sehingga tidak terjadi interface
yang stagnan/diam antara cairan dan udara yang dapat menyebabkan laju
perpindahan terhenti. Untuk memperoleh keadaan tersebut, terdapat beberapa
prinsip dasar alat aerasi yaitu :
(1) Aerator air terjun,
(2) Sistem aerasi difusi udara,
(3) Aerator mekanik.
Sistem aerator air terjun yang umum digunakan adalah : Aerator Spray,
Aerator Cascade, Aerator Multiple-Tray. Pada aerator spray, air dipaksakan masuk
melalui nozzle, seperti pada air mancur. Pada aerator cascade air disebarkan
dengan cara mengalirkan pada lempengan tipis yang disusun seperti tangga atau
sekat agar terjadi turbulensi untuk mencampurkan udara yang terabsorpsi dalam
cairan dan agar cairan terangkat ke permukaan sehingga terjadi kontak dengan
udara. Pada Aerator multiple-tray cairan dialirkan ke bagian atas dari beberapa tahap
tray yang berisi butiran medium seperti arang, batu atau butiran keramik. Air
teraerasi saat mengalir melalui medium yang ada pada tray, dan kemudian cairan
jatuh dari tray ke tray.
Pada sistem difusi udara, udara dimasukkan ke dalam cairan yang akan
diaerasi dalam bentuk gelembung-gelembung yang naik melalui cairan tersebut.
Ukuran gelembung bervariasi dari yang besar hingga yang halus, tergantung pada
alat aerasi. Alat aerasi yang umum adalah difuser porous, difuser non-porous dan
difuser U-tube. Aerator mekanik dihasilkan dengan cara memecah permukaan air
limbah secara mekanik. Dengan timbulnya interface cairan-udara yang besar, maka
terjadi perpindahan oksigen dari atmosfir ke dalam air.
Pada sistem ini digunakan turbin sistem hybrid yang melibatkan impeler dan
sumber udara. Udara yang keluar dari bagian bawah impeler, dipecah menjadi
gelembung yang halus dan merembes ke seluruh tangki akibat gerakan pompa pada
impeler. Pada pengolahan air limbah, proses aerasi diterapkan untuk menghilangkan
senyawa organik dan non-organik yang volatile, memberikan oksigen untuk proses
biologi, dan untuk meningkatkan kandungan oksigen pada air yang telah diolah.
2.2.3. Mixing
Pencampuran diperlukan apabila ada suatu materi harus bercampur dengan
materi lain secara sempurna. Disamping itu proses pencampuran diperlukan apabila
dalam suatu reaktor harus dijaga konsentrasi atau temperatur yang merata. Proses
mixing umumnya digunakan pada pencampuran bahan koagulan dengan air dan
pada penambahan khlor untuk disinfeksi. Pada pengolahan air limbah, mixing
diperlukan pada proses pengolahan biologi yang memerlukan pencampuran yang
terus menerus, sehingga proses biologi dapat terjadi lebih efektif. Alat atau metode
pencampuran dapat dibagi dalam beberapa jenis, yaitu :
2.2.4. Flokulasi
Flokulasi adalah proses penggabungan partikel-partikel kecil menjadi partikel
besar dengan memanfaatkan tenaga hidrodinamik. Umumnya jenis alat flokulasi
yang digunakan adalah rotating paddles. Partikel-partikel secara bertahap akan
bergabung melalui proses flokulasi perikinetic yang terjadi akibat gerakan Brown,
namun proses ini sangat lambat. Proses tersebut dapat dipercepat dengan
kecepatan
gradien
rata-rata
adalah
fungsi
dari
input
tenaga
1. Disain inlet dan outlet sedemikian rupa sehingga tidak terjadi short-circuit dan
pecah flok.
2. Kecepatan minimum tidak lebih kecil dari 15,2 cm/menit namun tidak lebih dari
45,7 cm/menit, dengan waktu tinggal untuk pembentukkan flok paling sedikit 30
menit.
3. Pengaduk sebaiknya dijalankan dengan kecepatan yang bervariasi, kecepatan
paddle berkisar antara 15,2 cm sampai dengan 76,2 cm/detik. Tangki flokulasi
dan sedimentasi diletakkan sedekat mungkin. Kecepatan aliran air berflokulasi
dalam saluran ke dalam tangki sedimentasi tidak lebih kecil dari 15,2 cm/detik,
namun tidak boleh lebih dari 45,7 cm/detik.
4. Untuk pelengkap proses flokulasi pada pengolahan berskala kecil, lebih cocok
menggunakan sistem baffle dari pada sistem pencampuran mekanik.
2.2.5. Sedimentasi
Sedimentasi
tersuspensi atau flok kimia secara gravitasi. Proses sedimentasi pada pengolahan air
limbah umumnya untuk menghilangkan padatan tersuspensi sebelum dilakukan
proses pengolahan selanjutnya. Gumpalan padatan yang terbentuk pada proses
koagulasi masih berukuran kecil. Gumpalan-gumpalan kecil ini akan terus saling
9
bergabung menjadi gumpalan yang lebih besar dalam proses flokulasi. Dengan
terbentuknya gumpalan-gumpalan besar, maka beratnya akan bertambah, sehingga
karena gaya beratnya gumpalan-gumpalan tersebut akan bergerak ke bawah dan
mengendap pada bagian dasar tangki sedimentasi.
Q
Vo
Waktu tinggal dihitung dengan membagi volume bak dengan laju alir masuk,
satuannya jam. Nilai waktu tinggal adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengisi bak
dengan kecepatan seragam yang sama dengan aliran rata-rata per hari.
= 24 V/Q
; t
10
Kedalaman bak sama dengan kedalaman air yang dihitung dari dasar bak
hingga saluran pelimpah keluar, ketinggian ini diluar kelebihan kedalaman akibat ada
sedikit kemiringan pada dasar bak. Beban pelimpahan keluar (beban pintu) sama
dengan nilai rata-rata overflow harian dibagi dengan panjang pelimpahan total,
dinyatakan dalam liter per hari per linear meter.
Pada bak bentuk persegi panjang, perbandingan panjang dan lebar bervariasi
3 : 1 atau 5 : 1, dengan kedalaman air 2,1 meter hingga 2,4 meter. Laju overflow
untuk sedimentasi awal berkisar antara 1500 dan 3000 liter per hari dan disain yang
umum adalah 2300 liter/hari. Contoh ukuran suatu bak pengendapan :
Dimensi :
Lebar
=5m
Panjang
=3m
=2m
Waktu tinggal pada saat beban puncak = 2,5 Jam ( asumsi jumlah
limbah 2 x jumlah rata-rata).
yaitu air mengalir dari bawah ke atas secara vertikal menuju ke tempat pengeluaran
yang berada di bagian atas. Partikel-partikel akan mengendap ke bawah berlawanan
arah dengan aliran air. Partikel yang mempunyai kecepatan pengendapan lebih
besar dari laju pelimpahan (Q/A), akan mengendap dan dapat dipisahkan.
Sementara partikel yang lebih ringan yang kecepatannya lebih kecil akan terbawa ke
pintu pengeluaran air. Tangki sedimentasi dapat berbentuk empat persegi panjang,
lingkaran atau bujur sangkar. Pada prinsipnya tanki ini didisain agar air bergerak
secara perlahan dan seragam dengan seminimal mungkin terjadi aliran pendek.
11
Ada dua jenis proses penyaringan yang umum digunakan, yaitu penyaringan
lambat dan penyaringan cepat. Penyaringan lambat adalah penyaringan dengan
memanfaatkan energi potensial air itu sendiri, artinya hanya melalui gaya gravitasi.
Penyaringan ini dilakukan secara terbuka dengan tekanan atmosferik. Sedangkan
penyaringan cepat adalah penyaringan dengan menggunakan tekanan yang
melebihi tekanan atmosfir.
Berdasarkan
jenis
media
filter
yang
digunakan,
penyaringan
dapat
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu filter media granular (butiran) dan filter
permukaan. Pada jenis media granular, media yang paling baik mempunyai
karakteristik sebagai berikut: Ukuran butiran membentuk pori-pori yang cukup besar
agar partikel besar dapat tertahan dalam media, sementara butiran tersebut juga
dapat membentuk pori yang cukup halus, sehingga dapat menahan suspensi.
Butiran media bertingkat, sehingga lebih efektif pada saat proses pencucian balik
(backwash). Saringan mempunyai kedalaman yang dapat memberikan kesempatan
aliran mengalir cukup panjang. Sejauh ini media yang paling baik adalah pasir yang
ukuran butirannya hampir seragam dengan ukuran antara 0,6 hingga 0,8 mm.
12
Laju operasi untuk penyaringan ditentukan oleh kualitas air baku, pengolahan
kimia yang diterapkan dan media filter. Pada umumnya laju penyaringan pada
saringan pasir cepat adalah 82,4 liter per menit/m2. Sistem yang ada pada saat ini
dapat menaikkan aliran hingga 206 liter per menit/m2. Unggun saringan yang terdiri
dari dua jenis media, yaitu arang dan pasir menghasilkan lapisan media arang yang
butirannya besar (berat jenis 1,4-1,6) berada diatas media pasir yang lebih halus
(berat jenis 2,6). Susunan media dari atas ke bawah
kasar-halus, akan
memudahkan aliran air. Flok yang besar akan tertahan butiran arang di bagian
atas/permukaan unggun.
Sementara materi yang lebih halus di butiran pasir di bagian bawah. Oleh
karena itu pada unggun saringan yang kedalamannya tinggi dapat mencegah
terjadinya penyumbatan yang terlalu dini di permukaan. Pada proses penyaringan
cepat atau dengan tekanan, air dialirkan ke dalam unggun dengan tekanan. Saringan
tekan umumnya tidak digunakan pada sistem pengolahan yang berskala besar
karena keterbatasan ukuran. Saringan tekan lebih banyak digunakan pada
pengolahan domestik berskala kecil.
Proses pencucian balik pada unit alat penyaringan lambat dibutuhkan waktu
yang lebih lama. Sedangkan pada unit penyaringan cepat, proses pencucian balik
(backwashing) dapat dilakukan dengan lebih mudah dan lebih cepat. Dengan
tekanan yang umumnya cukup besar, maka butiran media penyaring akan terangkat
mengambang, sehingga butiran-butiran pengotor atau endapan yang melekat akan
mudah hanyut dalam aliran air cucian yang mengalir lebih cepat dari bawah ke atas.
13
2.2.7. Adsorpsi
Adsorpsi adalah penumpukan materi pada interface antara dua fasa. Pada
umumnya zat terlarut terkumpul pada interface. Proses adsorpsi memanfaatkan
fenomena ini untuk menghilangkan materi dari cairan. Banyak sekali adsorbent yang
digunakan di industri, namun karbon aktif merupakan bahan yang sering digunakan
karena harganya murah dan sifatnya nonpolar. Adsorbent polar akan menarik air
sehingga kerjanya kurang efektif. Pori-pori pada karbon dapat mencapai ukuran 10
angstrom. Total luas permukaan umumnya antara 500 1500 m2/gr. Berat jenis
kering lebih kurang 500 kg/m3.
Kemurnian dari stripping gas, untuk mencegah pengotoran air yang diolah
14
2.2.9. Flotasi
Kebalikan dari proses pengendapan, flotasi adalah proses pemisahan
padatan-cairan atau cairan-cairan yang dalam hal ini partikel atau cairan yang
dipisahkan mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari pada cairan. Apabila
perbedaan berat jenis secara alamiah cukup untuk dilakukan pemisahan, maka
proses flotasi dinamakan flotasi alamiah (natural flotation).
d = diameter gelembung
l = berat jenis cairan
g = berat jenis gas
= viskositas absolut
Dari persamaan ini dapat disimpulkan, bahwa semakin besar diameter gelembung
semakin besar pula kecepatan naiknya.
15
yang
umum
digunakan
untuk
menghasilkan
microbubble
adalah
Pada proses klarifikasi air permukaan atau air industri digunakan sistem recycle
pressurization.
ini
kemungkinan
didahului
dengan
proses
penyatuan
gelembung
(microdroplets menempel satu dengan yang lain) untuk mencapai ukuran minimum
sehingga terjadi pemisahan.
16
Penerapan Flotasi
Pemisahan minyak terflokulasi atau tidak terflokulasi dalam air limbah yang
terdapat pada efluen refineri, airport dan pabrik baja.
Pemekatan lumpur dari pengolahan biologi air limbah atau dari proses klarifikasi
air minum.
Reverse Osmosis
17
Tetapi bila lumpur mengandung bahan yang berbahaya (misalnya logam berat
& phenol), maka kolam lumpur harus terbuat dari beton dan pada bagian bawah
kolam harus mempunyai saluran rembesan larutan yang kemudian harus diolah
kembali. Cara pengeringan seperti ini memang tergolong mudah dan murah, namun
membutuhkan waktu yang lama, serta tidak sesuai untuk lumpur yang mengandung
zat-zat berbahaya yang mudah menguap. Secara periodik kolam lumpur harus
dikeruk untuk memindahkan lumpur kering. Bila lumpur kering masih mengandung
18
unsur yang berbahaya, maka masih harus ditangani secara khusus, misalnya diolah
lebih lanjut dengan pembakaran (incineration).
buang
yang
cukup
tinggi,
sehingga
19
panas
buang
tersebut
dapat
20
BAB 3
CONTOH DISAIN
erikut ini adalah contoh untuk desain Bak Pengendap, Koagulasi dan
Flokulasi.
Waktu tinggal
: 1 3 jam
Kedalaman bak
: 7 10 ft
Panjang : lebar
: (4 5 ) : 1
Weir loading
Lebar maximum
: (20 35) ft
Performance
Perhitungan:
Luas permukaan
Q
V
= 5 l/dt
15 m2
0,33 l/dt/m2
21
= 2,7 ft = 2 m
Panjang
= 6m
Lebar
= 1,25 m
Waktu tinggal
3.2. Koagulasi
Desain untuk bahan kimia (alumunium sulfat), jumlah dosis didapat dari jar test.
Contoh:
= 5 l/dt
Dosis koagulan
= 40 mg/l
Perhitungan:
Alumunium sulfat (BJ = 2,2 kg/l) yang dibutuhkan = 40 mg/l x 5 l/dt = 200 mg/dt
= 2000 cc/mt
= 200 mg/dt = 6%
2000 cc/mt
= 8 jam
Kapasitas
= 1,344 m3
Kedalaman
= 1,0
Panjang
= 1,2
Lebar
= 1,2
m
m
m
22
3.3. Flokulasi
Perhitungan untuk menentukan motor yang akan digunakan :
= 5 l/dt
= 40/dt
= 60%
= Q x td = 5 l/dt x 30 menit = 9 m3
Viskositas dinamik(m)
= 10 3 kg/m.dt
Tenaga motor
= V x m x G2
Ef
Tenaga motor
= (9 m3)(10 3 kg/m.dt)
0.60
23
(40/dt)
= 216 Watt
BAB 4
PENUTUP
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Lucjan Pawlowski, Physico-Chemical Methods for Water and Wastewater
Treatment, First Edition, Pergamon Press, New York, 1980.
2. Degremont, Water Treatment Handbook, Sixth Edition, Lavoisier Publishing,
Paris, 1991.
3. Mark J. Hammer, Water and Wastewater Technology , Second Edition, John
Wiley & Sons, New York, 1986.
4. Tsukishima Kikai Co., Ltd., Sewage & Sludge Treatment, Tokyo, 1996.
25
LAMPIRAN
(A)
(B)
(C)
(D)
26
(A)
(B)
(C)
(D)
OO.. (E)
OOO. (F)
Gambar 2. Beberapa Jenis Cara Aerasi
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
256.947
Timur
Barat
Selatan
Timur
akan
Datang
(2010)
TOTAL
Utara
Kondisi
Jakarta Pusat
TOTAL
247.350
Selatan
(1987)
1.882.686
495.461
468.354
398.882
266.233
253.756
1.038.025
210.790
Barat
Saat ini
143.506
Utara
179.432
(72,7)
(74,1)
(84,0)
(76,6)
(57,0)
(67,0)
(78,9)
(80,2)
(85,1)
(79,2)
(68,6)
(78,0)
448.933
93.891
87.205
86.312
60.298
121.227
172.651
35.372
35.146
35.770
20.622
45.741
(17.3)
(14,0)
(15,6)
(16,6)
(13,1)
(32,0)
(13,1)
(11,0)
(12,1)
(13,4)
(9,9)
(19,9)
PERKANTORAN
KOMERSIAL
256.631
79.194
3.328
35.718
135.485
3.906
105.437
28.088
8.015
19.424
45.188
4.722
(9,9)
(11,8)
(0,4)
(6,9)
(29,3)
(1,0)
(8,0)
(8,8)
(2,8)
(7,3)
(21,6)
(2,1)
INDUSTRI
Kondisi
Jakarta Pusat
WILAYAH
2.588.250
668.546
557.887
520.912
462.016
378.889
1.316.113
320.407
290.511
265.984
209.316
229.895
TOTAL
39,7
35,6
38,2
40,4
33,1
76,8
20,2
17,1
19,9
20,6
15,0
46,6
Spesifik (m3/ha.hari)
Jumlah Limbah
Barat
Selatan
saat ini
(1987)
38
Barat
Selatan
Timur
akan
datang
(2010)
TOTAL
Utara
424.212
111.121
105.354
89.917
60.604
57.216
Jakarta Pusat
Kondisi
245.264
60.486
58.361
49.827
34.159
42.433
(65,7)
(65,6)
(83,2)
(71,1)
(44,2)
(65,7)
(73,4)
(74,0)
(83,1)
(74,3)
(57,0)
(76,9)
DOMISTIK
TOTAL
Timur
Utara
Kondisi
Jakarta Pusat
WILAYAH
38
103.701
21.687
20.144
19.937
13.929
28.004
39.888
8.173
8.120
8.264
4.763
10.568
(16,0)
(12,8)
(15,9)
(15,8)
(10,1)
(32,2)
(12,0)
(10,0)
(11,6)
(12,3)
(8,0)
(19,1)
KOMERSIAL
PERKANTORAN
118.600
36.599
1.075
16.505
62.615
1.806
48.937
13.037
3.721
9.017
20.970
2.192
(18,3)
(21,6)
(0,9)
(13,1)
(45,7)
(2,1)
(14,6)
(16,0)
(5,3(
(13,4)
(35,0)
(4,0)
INDUSTRI
646.513
169.407
126.573
126.359
137.148
87.026
334.089
81.696
70.202
67.108
59.892
55.191
TOTAL
9,9
9,0
8,7
9,8
9,8
17,6
5,1
4,4
4,8
5,2
4,3
11,2
Spesifik
(kg/ha.hari)
Beban Polusi