Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

E DENGAN
PREEKLAMPSIA BERAT DI KAMAR BERSALIN
RUMAH SAKIT UMUM TANGERANG

Disusun Oleh :
Enih
Farizah Nurkholifani
Susanti
Tintin Farihati

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M/1433 H

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
taufik dan hidayah-Nya lah kami masih diberi kehidupan yang harus dapat kita syukuri
dan kita juga dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam tak
lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan pelita
kehidupan untuk umat muslim, atas izin Nya lah makalah asuhan keperawatan pada NY. E
dengan masalah PREEKLAMPSIA BERAT di Rumah Sakit Umum Tangerang.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari
bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Selain itu penulis merasa tidak akan mampu
membalas jasa semua dari pihak yang telah membantu. Rasa terimakasih ini disampaikan
kepada:
1.

Prof. Dr. dr. (hc) M.K Tadjudin, Sp,And selaku Dekan fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Ibu Tien Gartinah, MN selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

3.

Ibu Irma Nurbaeti, S.Kep, M.Kep, Sp.Mat dan ibu Puspita Palupi, S.Kep, M.Kep,
Sp. Mat selaku pembimbing akademik

4.

Segenap dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan masukan dan motivasi

5.

Orang tua yang selalu mendukung perjuangan kami.

6.

Sahabat-sahabat PSIK `07 yang telah berjuang bersama-sama dalam profesi ners.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, karena
sesungguhnya kesempurnaan milik Allah SWT. Semoga makalah ini dikembangkan
kembali dan dapat memberikan manfaat. Amin.

Wassalamu alaikum Wr. Wb


Jakarta, Februari 2012

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


World Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan meninggal
setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran dan aborsi yang tidak aman.
Sekitar satu perempuan meninggal setiap satu menit (WHO, 2004). Mortalitas dan
morbiditas pada ibu hamil dan bersalin masih menjadi masalah di negara indonesia.
Berdasarkan Survey Kesehatan dan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2005, Angka Kematian
Ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 262/100.000 kelahiran hidup atau setiap
jam terdapat satu orang ibu bersalin yang meninggal dunia.
Penyebab kematian ibu di Indonesia yang utama adalah perdarahan, preeklampsiaeklampsia, partus lama, komplikasi aborsi dan infeksi. Kontribusi dari penyebab kematian
ibu tersebut masing-masing adalah perdarahan 45,2%, preeklampsia-eklampsia 12,9%,
aborsi yang tidak aman 11,1%, serta sepsis 9,6%, persalinan lama 6,5%, anemia 1,6% dan
penyebab kematian tidak langsung 14,1%. Salah satu penyebab kematian tersebut adalah
Preeklampsia dan eklampsia yang bersama infeksi dan perdarahan, diperkirakan mencakup
75-80% dari keseluruhan kematian maternal. Kejadian preeklampsia-eklampsia dikatakan
sebagai masalah kesehatan masyarakat apabila angka kematian kasus preeklampsiaeklampsia mencapai 1,4%-1,8%.
Preeklampsia merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian ibu disamping
perdarahan pasca persalinan dan infeksi. Berdasarkan hasil audit medik maternal di Bali
(per 100.000 kelahiran hidup), angka kematian ibu melahirkan pada tahun 2006 sebesar
80,44% dimana preeklampsia meraih posisi ketiga dengan persentase 4,35%. Preeklampsia
merupakan penyebab dari 30-40% kematian bayi di Indonesia.
Preeklampsia hingga saat ini masih merupakan suatu penyulit pada ibu dalam masa
kehamilan, persalinan dan nifas. Walaupun dewasa ini kemajuan dibidang perawatan
antenatal dan neonatal telah berkembang dengan pesat tetapi preeklampsia masih
merupakan penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas dari ibu dan janinnya.
Hingga saat ini belum ada suatu cara yang ideal untuk dapat memprediksi secara dini
terjadinya preeklampsia. Hal ini disebabkan oleh karena etiologi dan patogenesis yang
pasti dari preeklampsia masih belum jelas, hingga preeklampsia disebut sebagai the
disease of theories. Pada tahun 2003, angka kejadian preeklampsia-eklampsia meningkat

dinegara-negara yang sedang berkembang dari 15% setiap tahunnya menjadi 30% dan
15% berakhir dengan kematian ibu.
Data yang diperoleh dari bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Tangerang bahwa
angka penyebab kematian pada ibu melahirkan pada tahun 2009 dengan perdarahan 45%,
eklampsia 41%, sepsis 14%. Tahun 2010, perdarahan 48%, eklampsia 24%, sepsis 28%.
Tahun 2011 dari bulan januari-juni 86% perdarahan dan 14% eklampsia.
Asuhan antenatal penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan normal
selama kehamilan.WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang
hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilan serta dapat
mengancam jiwanya. Tujuan utama dari asuhan antenatal adalah untuk mempersiapkan ibu
dan bayinya dalam keadaan sehat dengan cara membangun hubungan saling percaya
dengan ibu, mendeteksi tanda bahaya yang mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran
dan memberikan pendidikan kepada ibu (Pusdiknakes, 2002).
Sindroma Preeklampsia ringan dengan hipertensi, edema dan proteinuria sering tidak
diketahui atau tidak diperhatikan oleh ibu hamil yang bersangkutan sehingga tanpa
disadari dalam waktu singkat dapat timbul Preeklampsia berat bahkan eklampsia.
Diagnosa dini Preeklamsia yang merupakan tingkat pendahuluan Eklampsia serta
penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan
janin. Perawatan kehamilan secara teratur dan rutin sangat penting dalam usaha mencegah
Preeklampsia, dalam hal ini harus dilakukan penanganan semestinya. Walaupun timbulnya
Preeklampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi
dengan pemberian penerangan dan pengawasan yang baik pada ibu hamil.
Peran perawat pada kasus ibu antenatal dan intranatal dengan Preeklampsia meliputi
sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada klien yang mengalami
preeklampsia,

sebagai pendidik memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah

komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan
keperawatan kepada ibu antenatal dan intranatal dengan preeklampsia melalui metode
ilmiah.
Berdasarkan hal-hal diatas kami penulis tertarik untuk mengangkat masalah
keperawatan utama yaitu asuhan keperawatan intranatal pada Ny.I di Rumah Sakit Umum
Tangerang.

B. Identifikasi Masalah

Dalam penulisan laporan ini identifikasi masalahnya adalah bagaimana aplikasi


asuhan keperawatan intranatal dengan Preeklampsia Berat (PEB ) di Rumah Sakit Umum
Tangerang.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang proses keperawatan intranatal pada Ny.E
dengan diagnosa Preeklampsia Berat (PEB) di Rumah Sakit Umum Tangerang.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian, analisa data, merumuskan masalah keperawatan,
menetapkan diagnose keperawatan pada Ny. E dengan diagnosa PEB di Rumah
Sakit Umum Tangerang.
b. Dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan pada Ny. E dengan diagnosa
PEB diRumah Sakit Umum Tangerang.
c. Dapat mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan yang nyata sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan.
d. Dapat menilai hasil (mengevaluasi tindakan) keperawatan yang telah dilakukan.
D. Ruang Lingkup
Makalah ini merupakan hasil pengkajian dari Ny.E di Rumah Sakit Umum
Tangerang dengan diagnosa PEB. Makalah ini menyajikan tentang data hasil
pengkajian pada Ny. E, analisa data, masalah keperawatan, diagnosa keperawatan dan
tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny. E.
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ilmiah ini.
1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan. Teknik
yang digunakan dalam pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan
pemeriksaan fisik. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh
dari klien dan keluarga sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari tenaga
kesehatan, dokumentasi catatan keperawatan dan medical record klien.
2. Studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan
asuhan keperawatan yang diberikan pada ibu hamil dengan PEB.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Preeklamsia

Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda khas tekanan darah tinggi


(hipertensi), pembengkakan jaringan (edema), dan ditemukannya protein dalam urin
(proteinuria) yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan
ke-3 kehamilan, tetapi dapat juga terjadi pada trimester kedua kehamilan (Hanifa, 1994).
Preeklamsia adalah suatu kondisi dimana tekanan darah meningkat selama masa
kehamilan. Keluhan ini muncul saat tekanan darah menjadi tidak normal, tinggi, selama
kehamilan, bersama dengan meningkatnya kadar protein di urin dan berbagai gejala umum
lainnya seperti kaki bengkak (Rozikhan, 2007).
Preeklamsia sering tidak diketahui atau diperhatikan oleh wanita hamil yang
bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat pre-eklampsia berat bahkan
dapat menjadi eklampsia yaitu dengan tambahan gejala kejang-kejang dan atau koma
(Gede, 1998).
Perkataan eklampsia berasal dari Yunani yang berarti halilintar karena gejala
eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan
(Gede, 1998).
B. Etiologi
Sebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui (Hanifa, 1994).
Telah banyak teori yang mencoba menerangkan sebab musabab penyakit tersebut, akan
tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang diterima harus
dapat

menerangkan

hal-hal

berikut:

(1)

sebab

bertambahnya

frekuensi

pada

primigrafiditas, kehamilan ganda, hidramnion dan mola hidatidosa; (2) sebab


bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan; (3) sebab terjadinya perbaikan
keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus; (4) sebab jarangnya terjadi
eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya; dan (5) sebab timbulnya hipertensi,
edema, proteinuria, kejang dan koma (Hanifa, 1994).
Salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa eklampsia disebabkan ischaemia
rahim dan plascenta (ischemaemia uteroplacentae). Selama kehamilan uterus memerlukan
darah lebih banyak. Pada molahidatidosa, hydramnion, kehamilan ganda, multipara, pada
akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu, diabetes ,
peredaran darah dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat dari placenta atau
decidua yang menyebabkan vasospasmus dan hipertensi. Tetapi dengan teori ini tidak
dapat diterangakan semua hal yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Rupanya tidak
hanya satu faktor yang menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia. Pada pemeriksaan
darah kehamilan normal terdapat peningkatan angiotensin, renin, dan aldosteron, sebagai

kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme dapat berlangsung. Pada preeklampsia dan eklampsia, terjadi penurunan angiotensin, renin, dan aldosteron, tetapi
dijumpai edema, hipertensi, dan proteinuria. Berdasarkan teori iskemia implantasi
plasenta, bahan trofoblas akan diserap ke dalam sirkulasi, yang dapat meningkatkan
sensitivitas terhadap angiotensin II, renin, dan aldosteron, spasme pembuluh darah arteriol
dan tertahannya garam dan air (Gede, 1998). Teori iskemia daerah implantasi plasenta,
didukung kenyataan sebagai berikut:
1. Pre-eklampsia dan eklampsia lebih banyak terjadi pada primigravida, hamil
ganda, dan mola hidatidosa.
2. Kejadiannya makin meningkat dengan makin tuanya umur kehamilan
3. Gejala penyakitnya berkurang bila terjadi kamatian janin.
Dampak terhadap janin, pada pre-eklapsia / eklampsia terjadi vasospasme yang
menyeluruh termasuk spasmus dari arteriol spiralis deciduae dengan akibat menurunya
aliran darah ke placenta. Dengan demikian terjadi gangguan sirkulasi fetoplacentair yang
berfungsi baik sebagai nutritive maupun oksigenasi. Pada gangguan yang kronis akan
menyebabakan gangguan pertumbuhan janin didalam kandungan disebabkan oleh
mengurangnya pemberian karbohidrat, protein, dan faktor-faktor pertumbuhan lainnya
yang seharusnya diterima oleh janin.
C. Tanda dan Gejala
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Bila peningkatan
tekanan darah tercatat pada waktu kunjungan pertama kali dalam trimester pertama atau
kedua awal, ini mungkin menunjukkan bahwa penderita menderita hipertensi kronik.
Tetapi bila tekanan darah ini meninggi dan tercatat pada akhir trimester kedua dan ketiga,
mungkin penderita menderita preeklampsia (Benson dalam Rozhkan, 2007). Peningkatan
tekanan sistolik sekurang-kurangnya 30 mmHg, atau peningkatan tekanan diastolik
sekurang-kurangnya 15 mmHg, atau adanya tekanan sistolik sekurang-kurangnya 140
mmHg, atau tekanan diastolik sekurang-kurangnya 90 mm Hg atau lebih atau dengan
kenaikan 20 mmHg atau lebih, ini sudah dapat dibuat sebagai diagnose. Penentuan tekanan
darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Tetapi
bila diastolik sudah mencapai 100 mmHg atau lebih, ini sebuah indikasi terjadi
preeklampsia berat (Benson dalam Rozhkan, 2007).
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan kelebihan dalam jaringan tubuh,
dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan pada kaki,
jari-jari tangan, dan muka, atau pembengkan pada ektremitas dan muka (Hanifa, 1994).

Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak
seberapa berarti untuk penentuan diagnosa pre-eklampsia.
Kenaikan berat badan kg setiap minggu dalam kehamilan masih diangap normal,
tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali atau 3 kg dalam sebulan pre-eklampsia
harus dicurigai. Atau bila terjadi pertambahan berat badan lebih dari 2,5 kg tiap minggu
pada akhir kehamilan mungkin merupakan tanda preeklampsia. Tambah berat yang ini
disebabkan retensi air dalam jaringan dan kemudian edema nampak dan edema tidak
hilang dengan istirahat. Hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya preeklampsia. Edema dapat terjadi pada semua derajat PIH ( Hipertensi dalam kehamilan)
tetapi hanya mempunyai nilai sedikit diagnostik kecuali jika edemanya general.
Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter
dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ atau 2+
( menggunakan metode turbidimetrik standard ) atau 1g/liter atau lebih dalam air kencing
yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream untuk memperoleh urin yang bersih yang
diambil minimal 2 kali dengan jarak 6 jam. Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dari
hipertensi dan peningkatan berat badan. Proteinuria sering ditemukan pada preeklampsia,
Terjadi karena vasospasme pembuluh-pembuluh darah ginjal. Karena itu harus dianggap
sebagai tanda yang cukup serius. Disamping adanya gejala yang nampak diatas pada
keadaan yang lebih lanjut timbul gejala-gejala subyektif yang membawa pasien ke dokter.
Gejala subyektif tersebut menurut Gede, 1998 ialah :
1. Sakit kepala yang keras karena vasospasme atau edema otak.
2. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh haemorhargia atau edema, atau
sakit kerena perubahan pada lambung.
3. Gangguan penglihatan: Penglihatan menjadi kabur, kadang-kadang pasien buta.
Gangguan ini disebabkan vasospasmus, edema atau ablatio retinae.
4. Gangguan pernafasan sampai sianosis
5. Pada keadaan berat akan diikuti gangguan kesadaran
Pre-eklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat, tanda dan gejala
Preeklampsia ringan adalah:
1. Tekanan darah sistol 140 mmHg atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
2. Tekanan darah diastol 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
3. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
4. Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1+ sampai 2+ pada urin
kateter atau urin aliran pertengahan.

Sedangkan penyakit preeklampsia digolongkan berat apabila satu atau lebih tanda /
gejala dibawah ini ditemukan:
1. Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastole 110 mmHg atau
lebih.
2. Proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam, 3+ atau 4+ pada pemeriksaan
semikuantitatif.
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam.
4. Keluhan cerebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium.
5. Edema paru-paru atau sianosis.

Alur penilaian klinik Preeklamsia :

Tekanan darah
Meningkat
(TD140/90
mmHg)

Normal

Gejala/tanda lain :
Nyeri kepala
Gangguan
penglihatan
Hipertensi
Superimposed
Hiperrefleksia
Hamil
<
20
minggu
kronik
preeklamsia

Kejang (+) Hamil >20 minggu Kejang (-)


Eklamsia

Preeklamsia
Preeklamsia
ringan
berat
Hipertensi

D. Patofisiologi
Sebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui (hanifa,
1994). .Telah banyak teori yang mencoba menerangkan sebab penyakit tersebut, akan
tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang diterima harus
dapat

menerangkan

hal-hal

berikut:

(1)

sebab

bertambahnya

frekuensi

pada

primigrafiditas, kehamilan ganda, hidramnion dan mola hidatidosa; (2) sebab


bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan; (3) sebab terjadinya perbaikan
keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus; (4) sebab jarangnya terjadi
eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya; dan (5) sebab timbulnya hipertensi,
edema, proteinuria, kejang dan koma.
Salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa eklampsia disebabkan ischaemia
rahim dan plascenta (ischemaemia uteroplacentae). Selama kehamilan uterus memerlukan
darah lebih banyak. Pada molahidatidosa, hydramnion, kehamilan ganda, multipara, pada
akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu, diabetes ,
peredaran darah dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat dari placenta atau
decidua yang menyebabkan vasospasmus dan hipertensi (FK, Unpad). Tetapi dengan teori
ini tidak dapat diterangakan semua hal yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Rupanya
tidak hanya satu faktor yang menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia. Pada

pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkatan angiotensin, renin, dan


aldosteron, sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme dapat
berlangsung. Pada pre-eklampsia dan eklampsia, terjadi penurunan angiotensin, renin, dan
aldosteron, tetapi dijumpai edema, hipertensi, dan proteinuria. Berdasarkan teori iskemia
implantasi plasenta, bahan trofoblas akan diserap ke dalam sirkulasi, yang dapat
meningkatkan sensitivitas terhadap angiotensin II, renin, dan aldosteron, spasme pembuluh
darah arteriol dan tertahannya garam dan air (Gede, 1998).
Teori iskemia daerah implantasi plasenta, didukung kenyataan sebagai berikut:
1. Pre-eklampsia dan eklampsia lebih banyak terjadi pada primigravida, hamil ganda,
dan mola hidatidosa.
2. Kejadiannya makin meningkat dengan makin tuanya umur kehamilan
3. Gejala penyakitnya berkurang bila terjadi kamatian janin.
Dampak terhadap janin, pada pre-eklapsia / eklampsia terjadi vasospasmus yang
menyeluruh termasuk spasmus dari arteriol spiralis deciduae dengan akibat menurunya
aliran darah ke placenta. Dengan demikian terjadi gangguan sirkulasi fetoplacentair yang
berfungsi baik sebagai nutritive maupun oksigenasi. Pada gangguan yang kronis akan
menyebabkan gangguan pertumbuhan janin didalam kandungan disebabkan oleh
mengurangnya pemberian karbohidrat, protein, dan faktor-faktor pertumbuhan lainnya
yang seharusnya diterima oleh janin (David, 1998).
E. Faktor Predisposisi
Wanita hamil cenderung dan mudah mengalami pre-eklampsia bisa mempunyai
faktor-faktor predisposisi (FK, Unpad) sebagai berikut:
1. Nulipara
2. Kehamilan ganda
Preeklampsia dan eklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda dari
105 kasus kembar dua didapat 28,6% preeklampsia dan satu kematian ibu karena
eklampsia. Dari hasil pada kehamilan tunggal, dan sebagai faktor penyebabnya
ialah distensi uterus. Dari penelitian Agung Supriandono dan Sulchan Sofoewan
menyebutkan bahwa 8 (4%) kasus preeklampsia berat mempunyai jumlah janin
lebih dari satu, sedangkan pada kelompok kontrol, 2 (1,2%) kasus mempunyai
jumlah janin lebih dari satu.
3. Usia < 20 atau > 35 th
Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya preeklampsia/ eklampsia. Usia wanita
remaja pada kehamilan pertama atau nulipara umur belasan tahun (usia muda

kurang dari 20 thn). Hubungan peningkatan usia terhadap preeklampsia dan


eklampsia adalah sama dan meningkat lagi pada wanita hamil yang berusia diatas
35 tahun.7,17) Usia 20 30 tahun adalah periode paling aman untuk melahirkan,
akan tetapi di negara berkembang sekitar 10% sampai 20% bayi dilakirkan dari ibu
remaja yang sedikit lebih besar dari anak-anak. Padahal dari suatu penelitian
ditemukan bahwa dua tahun setelah mestruasi yang pertama, seorang anak wanita
masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2 7% dan tinggi badan
4.
5.
6.
7.

1%.
Riwayat pre-eklampsia, eklampsia pada kehamilan sebelumnya
Riwayat dalam keluarga pernah menderita pre-eklampsia
Penyakit ginjal, hipertensi dan diabetes melitus yang sudah ada sebelum kehamilan
Obesitas.

F. Pencegahan kejadian pre-eklampsia dan eklampsia.


Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan
dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat
mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk dapat
menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang teratur dengan
memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah, dan pemeriksaan untuk
menentukan proteinuria.
a. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Karena para
wanita biasanya tidak mengemukakan keluhan dan jarang memperhatikan tanda-tanda
preeklampsia yang sudah terjadi, maka deteksi dini keadaan ini memerlukan
pengamatan yang cermat dengan masa-masa interval yang tepat. Kita perlu lebih
waspada akan timbulnya preeclampsia dengan adanya faktor-faktor predisposisi seperti
yang telah diuraikan diatas. Walaupun timbulnya pre-eklampsia tidak dapat dicegah
sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan
secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil, antara lain:
b. Diet makanan.
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak. Kurangi
garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat
sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan protein dengan tambahan satu butir telus
setiap hari.
c. Cukup istirahat

Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya dan
disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah punggung
janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
d. Pengawasan antenatal ( hamil )
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat
pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:
1) Uji kemungkinan pre-eklampsia:
a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri
c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
d) Pemeriksaan protein urin
e) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah
umum, dan pemeriksaan retina mata.
2) Penilainan kondisi janin dalam rahim
a) Pemantauan tingi fundus uteri
b) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan
air ketuban
c) Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi.
d) Dalam keadaan yang meragukan, maka merujuk penderita merupakan sikap yang
harus dipilih.
G. Penanganan pre-eklampsia
Eklampsia merupakan komplikasi obstetri kedua yang menyebabkan 20 30%
kematian ibu. Komplikasi ini sesungguhnya dapat dikenali dan dicegah sejak masa
kehamilan (preeklampsia). Preeklampsia yang tidak mendapatkan tindak lanjut yang
adekuat ( dirujuk ke dokter, pemantauan yang ketat, konseling dan persalinan di rumah
sakit ) dapat menyebabkan terjadinya eklampsia pada trimester ketiga yang dapat berakhir
dengan kematian ibu dan janin.
Penanganan pre-eklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi
eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal dan
bentuk pertolongan dengan trauma minimal. Pengobatan hanya dilakukan secara
simtomatis karena etiologi preeklampsia, dan faktor-faktor apa dalam kahamilan yang
menyebabkannya, belum diketahui. Tujuan utama penanganan ialah
(1) mencegah terjadinya pre-eklampsia berat dan eklampsia;
(2) melahirkan janin hidup;
(3) melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.
Pada dasarnya penanganan pre-eklampsia terdiri atas pengobatan medik dan
penanganan obtetrik. Pada pre-eklampsia ringan ( tekanan darah 140/90 mmHg sampai

160/100 mmHg ) penanganan simtomatis dan berobat jalan masih mungkin ditangani di
puskesmas dan dibawah pengawasan dokter, dengan tindakan yang diberikan:
1) Menganjurkan ibu untuk istirahat ( bila bekerja diharuskan cuti ), dan
menjelaskan kemungkinan adanya bahaya. )
2) Sedativa ringan.
a) Phenobarbital 3 x 30 mg
b) Valium 3 x 10 mg
3) Obat penunjang
a) Vitamin B kompleks
b) Vitamin C atau vitamin E
c) Zat besi
H. Konsep Asuhan Keperawatan
1. KALA I
a. Pengkajian
1) Anamnesa
2) Nama, umur, dan alamat
3) Gravida dan paritas
4) Hari pertama haid terakhir (HPHT)
5) Riwayat alergi obat
6) Riwayat kehamilan sekarang: ANC, masalah yang dialami selama
kehamilan seperti perdarahan, kapan mulai kontraksi, apakah gerakan bayi
masih terasa, apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, cairan warnanya
apa? Kental/ encer? Kapan pecahnya? Apakah keluar darah pervagina?
Bercak atau darah segar? Kapan ibu terakhir makan dan minum? Apakah
ibu kesulitan berkemih?
7) Riwayat kehamilan sebelumnya
8) Riwayat medis lainnya seperti hipertensi, pernafasan
9) Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual, muntah atau nyeri
epigastrium.
10) Pemeriksaan fisik
11) Nilai keadaan umum, suasana hati, tingkat kegelisahan, warna konjungtiva,
kebersihan, status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh
12) Nilai tanda tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan), untuk akurasi
lakukan pemeriksaan TD dan nadi diantara dua kontraksi.
13) Pemeriksaan abdomen
Menentukan tinggi fundus
Kontraksi uterus
Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya kontraksi
Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)
Menentukan presentasi (bokong atau kepala)
Menentukan penurunan bagian terbawah janin
14) Pemeriksaan dalam
Nilai pembukaan dan penipisan serviks

Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk rongga panggul
Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya.

b. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan penurunan suplai
O2 plasenta sekunder akibat kontraksi uterus
2. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
3. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat
peningkatan metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinan
4. Kurang pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan
kurangnya informasi yang dimiliki ibu
5. Cemas b.d krisis situasional akibat proses persalinan
c. Intervensi Keperaawatan
1. dx : Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan penurunan suplai
O2 plasenta sekunder akibat kontraksi uterus
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama diharapkan

tidak

terjadi fetal distress.


KH : DJJ 120-160x/menit
Intervensi:
Intervensi
Kaji DJJ tiap 30 menit

Rasional
untuk mengetahui DJJ sehingga dapat
dilakukan tindakan dengan segera apabila

terjadi peningkatan atau perlambatan.


Sarankan ibu untuk tidak berbaring jika terlentang maka berat janin, uterus,
telentang lebih dari 10 menit

air ketuban akan menekan vena cava


inferior, hal ini dapat mengakibatkan
turunnya sirkulasi darah dari ibu ke

Catat kemajuan persalinan

plasenta.
persalinan

lama/disfungsional

perpanjangan

fase

laten

dengan
dapat

menimbulkan masalah kelelahan ibu,


stres berat, infeksi dan hemoragi karena
atonia/ruptur uterus
Catat DJJ bila ketuban pecah, periksa perubahan pada tekanan cairan amniotik
lagi 5 menit kemudian dan observasi dengan ruptur dan prolaps tali pusat dapat
perineum terhadap prolaps tali pusat
Kolaborasi :

menurunkan transfer oksigen ke janin

pemberian oksigen

meningkatkan oksigen ibu yang tersedia


untuk janin

2. dx : Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan


Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama diharapkan ibu mampu
mengendalikan nyerinya.
KH : ibu menyatakan menerima rasa nyerinya sebagai proses fisiologis persalinan.
Kaji

Intervensi
kontraksi
uterus

ketidaknyamanan
durasi,

(awitan,

intensitas,

dan

Rasional
dan untuk mengetahui kemajuan persalinan

frekuensi, dan ketidaknyamanan yang dirasakan ibu


gambaran

ketidaknyamanan
Kaji tentang metode pereda nyeri yang Nyeri
diketahui dan dialami

persalinan

bersifat

unik

dan

berbeda beda tiap individu. Respon


terhadap nyeri sangat tergantung budaya,
pengalaman

terdahulu

dan

serta

dukungan emosional termasuk orang


yang diinginkan (Henderson, 2006)
Kaji faktor yang dapat menurunkan mengidentifikasi jalan keluar yang harus
toleransi terhadap nyeri

dilakukan

Kurangi dan hilangkan faktor yang tidak menambah nyeri klien


meningkatkan nyeri
Jelaskan metode pereda nyeri yang ada memungkinkan lebih banyak alternative
seperti

relaksasi,

massage,

pola yang dimiliki oleh ibu, oleh karena

pernafasan, pemberian posisi, obat dukungan

kepada

ibu

untuk

obatan.
mengendalikan rasa nyerinya (Rajan
Relaksasi
dalam Henderson, 2006)
Bertujuan untuk meminimalkan aktivitas
simpatis pada system otonom sehingga
ibu dapat memecah siklus keteganganansietas-nyeri. Tindakan dapat dilakukan
dengan menghitung terbalik, bernyanyi,
bercerita, sentuhan terapeutik, akupresur,
hipnoterapi, imajinasi terbimbing, dan
terapi music.
Massage

Massage yang lebih mudah diingat dan


menarik perhatian adalah yang dilakukan
orang lain. Tindakan massage diduga
untuk

menutup

gerbang

guna

mencegah diterimanya stimulus nyeri,


sentuhan terapeutik akan meningkatkan
pengendalian

nyeri

(Glick,

1993).

Dianjurkan massage selama persalinan


bersifat terus menerus.
Lakukan perubahan posisi sesuai dengan nyeri

persalinan

bersifat

sangat

keinginan ibu, tetapi ingin di tempat individual sehingga posisi nyaman tiap
tidur anjurkan untuk miring ke kiri

individu akan berbeda,

miring

kiri

dianjurkan karena memaksimalkan curah


jantung ibu.
3. Dx: Kelelahan

berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat

peningkatan metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinan


Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama diharapkan ibu tidak
mengalami keletihan.
KH : tanda-tanda vital dalam batas normal, ibu menyatakan masih memiliki
cukup tenaga.
Intervensi
Rasional
Kaji tanda tanda vital yaitu nadi dan nadi dan tekanan darah dapat menjadi
tekanan darah

indikator terhadap status hidrasi dan

energy ibu.
Anjurkan untuk relaksasi dan istirahat Mengurangi bertambahnya keletihan
di antara kontraksi

dan

menghemat

energy

yang

dibutuhkan untuk persalinan


Sarankan suami atau keluarga untuk dukungan emosional khususnya dari
mendampingi ibu

orang orang yang berarti bagi ibu


dapat

memberikan

kekuatan

dan

motivasi bagi ibu


Sarankan keluarga untuk menawarkan makanan dan asupan cairan yang cukup
dan

memberikan

minuman

atau akan memberi lebih banyak energy dan

makanan kepada ibu.

mencegah

dehidrasi

yang

memperlambat kontraksi atau kontraksi


tidak teratur.
4. Dx: Kurang pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan
kurangnya informasi yang dimiliki ibu.
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan selama diharapakan ibu
dapat memahami proses persalinan.
KH : ibu menyatakan dapat menerima penjelasan perawat, ibu bersikap
kooperatif.
Intervensi
Rasional
Kaji pengetahuan yang telah dimiliki untuk mengefektifkan penjelasan yang
ibu serta kesiapan ibu menerima akan diberikan
informasi
Menjelaskan tentang proses persalinan untuk memberikan informasi kepada
serta apa yang mesti dilakukan oleh ibu dengan harapan terjadi perubahan
ibu
Menjelaskan

tingkat pengetahuan dan psikomotor


tentang

dari ibu sehingga ibu kooperatif


kemajuan memberikan gambaran pada

persalinan, perubahan yang terjadi tentang persalinan yang

ibu

sedang

serta prosedur yang akan dilaksanakan dijalani, mengurangi cemas dengan


dan hasil pemeriksaan.

harapan keadaan psikologis ibu tenang


yang dapat mempengaruhi intensitas

his
Memberi pujian atas sikap kooperatif pujian dapat meningkatkan harga diri
ibu

serta dapat menjadi motivasi untuk

melakukannya lagi
5. Dx : Cemas b.d krisis situasional akibat proses persalinan
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama diharapkan kecemasan
berkurang.
KH : ibu tampak rileks, ibu kooperatif dalam teknik relaksasi dan napas dalam,
ibu melaporkan cemas berkurang, TTV stabil.
Intervensi
Rasional
Berikan informasi tentang perubahan pendidikan dapat menurunkan stres dan
psikologis

dan

fisiologis

pada ansietas dan meningkatkan kemajuan

persalinan sesuai kebutuhan


persalinan
Kaji tingkat dan penyebab ansietas, memberikan informasi dasar, ansietas

kesiapan untuk melahirkan anak, latar memperberat


belakang budaya dan peran orang mempengaruhi
terdekat

persepsi

nyeri,

penggunaan

teknik

koping dan menstimulasi pelepasan


aldosteron yang dapat meningkatkan
resospsi natrium dan air

Pantau pola kontraksi uterus, laporkan pola kontraksi hipertonik atau hipotonik
disfungsi persalinan

dapat terjadi bila stres menetap dan

memperpanjang pelepasan katekolamin


Anjurkan klien untuk mengungkapkan stres, rasa takut dan ansietas
perasaan, masalah dan rasa takut

mempunyai efek yang dalam pada


proses persalinan, sering memperlama
Kala I
glukosa

karena penggunaan cadangan


;

menyebabkan

kelebihan

epinefrin yang dilepaskan dari stimulasi


adrenal, yang menghambat aktivitas
miometrial ; dan meningkatkan kadar
norepinefrin
Pantau TTV

yang

meningkatkan aktivitas uterus


stres
mengaktifkan
adrenokortikal

cendrung
sistem

hipofisis-hipotalamik,

yang meningkatkan retensi dan resorpsi


natrium dan air dan meningkatkan
eksresi kalium. Resorpsi natrium dan
air dapat memperberat perkembangan
toksemia

intapartal/hipertensi,

kehilangan kalium dapat memperberat


penurunan aktivitas miometrik
2. KALA II
a. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi,
dilatasi/ peregangan jaringan , kompresi saraf, pola kontraksi semakin
2) Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran balik vena,
perubahan pada tahanan vaskuler sistemik.

3) Risiko terhadap kerusakan integritas kulit / jaringan b/d pencetusan persalinan,


pola kotraksi hipertonik, janin besar.
4) Resiko terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan aktif, penurunan
masukan , perpindahan cairan.
5) Resiko infeksi maternal b/d prosedur invasive berulang, trauma jaringan,
pemajanan terhadap pathogen, persalinan lama atau pecah ketuban
b. Intervensi
1. Nyeri b/d tekanan mekanik pada presentasi, dilatasi/ peregangan jaringan,
kompresi saraf, pola kontraksi semakin intensif
Tujuan : Setelah diberikan askep selama diharapkan klien dapat
mengontrol rasa nyeri.
KH :
Mengungkapkan penurunan nyeri
Menggunakan tehnik yang tepat untuk mempertahankan control nyeri.
Istirahat diantara kontraksi
Intervensi
Rasional
Identifikasi derajat ketidaknyamanan Mengklarifikasi

kebutuhan

dan sumbernya.
memungkinkan intervensi yang tepat.
Beri tindakan kenyamanan seperti : Meningkatkan kenyamanan psikologis
perawatan mulut, perawatan / masase dan fisik, memungkinkan klien fokus
perineal, linen yang bersih dan kering, pada

persalinan,

menurunkan

lingkungan yang sejuk, kain yang kebutuhan analgesia dan anastesi.


sejuk dan lembab pada wajah dan leher
,kompres

hangat

pada

perineum,

abdomen atau punggung.


Pantau dan catat aktivitas uterus pada Memberikan
setiap kontraksi.

kemajuan

informasi
kontinu,

tentang
membantu

identifikasi pola kontraksi abnormal


Anjurkan klien untuk mengatur upaya Upaya mengejan spontan yang tidak
untuk mengejan.

terus menerus menghindari efeknegatif


berkenaan dengan penurunan kadar

Kaji

pemenuhan

kandung

kateterisasi bila terlihat distensi.

oksigen ibu dan janin.


kemih, Meningkatkan
memudahkan

kenyamanan,

turunnya

janin,

menurunkan resiko trauma kantung

kencing.

2. Risiko terhadap kerusakan integritas kulit / jaringan b/d pencetusan persalinan,


pola kotraksi hipertonik, janin besar.
Tujuan : setelah diberikan askep selama diharapkan tidak terjadi kerusakan
kulit/ jaringan.
KH :
Otot-otot perineal rileks selama upaya mengedan
Laserasi dapat dicegah
Bantu

Intervensi
klien dengan posisi

Rasional
tepat, Dengan posisi yang tepat, pernafasan

pernapasan, dan upaya untuk rileks.

yang baik membantu meningkatkan


peregangan bertahap dari perineal dan
jaringan

vagina

dan

mencegah

terjadinya trauma atau laserasi serviks


Tempatkan klien pada posisi Sim lateral Posisi Sim lateral kiri menurunkan
kiri untuk melahirkan bila nyaman.

ketegangan

perineal

,meningkatkan

peregangan bertahap, dan menurunkan


perlunya episiotomy
Bantu sesuai kebutuhan dengan manufer Memungkinkan melahirkan lambat saat
tangan , berikan tekanan pada dagu kepala bayi telah distensidi perineum
janin melalui perineum ibu saat tekanan 5cm sehingga menurunkan trauma pada
pengeluaran pada oksiputdengan tangan jaringan ibu.
lain.
Bantu dengan episiotomy garis tengah Episiotomy dapat mencegah robekan
atau mediolateral k/p.

perineum

pada

kasus

bayi

besar,

persalinan cepat,dan ketidak cukupan


relaksasi perineal.
3. dx :

Risiko kekurangan volume cairan b/d kehilangan aktif, penurunan

masukan, perpindahan cairan.


Tujuan : Setelah diberikan askep selamadiharapkan volume cairan dapat
terpenuhi.
KH :
Tanda-tanda vital dalam batas normal.

Haluaran urine adekuat


Membrane mukosa lembab

Intervensi
Rasional
Ukur masukan dan haluaran , dan berat Pada dehidrasi haluaran urine menurun,
jenis urine.

beratjenis urine menurun.

Pantau suhu sesuai indikasi.

Peningkatan

suhu

dan

nadi

dapat

menandakan dehidrasi atau infeksi.


Berikan cairan per oral

atau secara Menggantikan

parenteral

kehilangan

cairan,

seperti RL membantu memperbaiki

3. KALA III
a. Pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan.
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat kemudian
kembali ke tingkat normal dengan cepat.
Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan anastesi.
Frekuensi nadi lambat pada respon terhadap perubahan jantung.
3) Makanan/cairan: kehilangan darah normal 200-300ml.
4) Nyeri/ketidaknyamanan: inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menetukan
adanya robekan atau laserasi. Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir
mungkin ada.
5) Seksualitas: darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
dari endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi. Tali pusat
memanjang pada muara vagina. Uterus berubah dari discoid menjadi bentuk
globular.
6) Pemeriksaan fisik
Kondisi umum ibu: tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh),

status mental klien.


Inspeksi: perdarahan aktif dan terus menerus sebelum atau sesudah

melahirkan plasenta.
Palpasi: tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum maupun
sesudah pengeluaran plasenta.

b. Diagnosa keperawatan

1) Risiko kekurangan volume cairan b/d kurangnya masukan oral, muntah,


diaforesis, peningkatan kehilangan cairan secara tidak disadari, atonia uterus,
laserasi jalan lahir, tertahannya fragmen plasenta.
2) Risiko cedera (meternal) b/d posisi selama melahirkan/pemindahan, kesulitan
dengan plasenta.
3) Perubahan proses keluarga b/d terjadinya transisi (penambahan anggota
keluarga), krisis situasi (perubahan pada peran/tanggung jawab)
4) Nyeri b/d trauma jaringan, respon fisiologis setelah melahirkan.
5) Risiko infeksi b/d trauma jaringan, sisa plasenta yang tertahan.
1. Dx: Risiko cedera (meternal) b/d posisi selama melahirkan/pemindahan,
kesulitan dengan plasenta.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama diharapkan tidak
terjadi cedera maternal
KH :
Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan.
Kesadaran pasien baik
Palpasi

Intervensi
fundus uteri dan

perlahan.
Kaji
irama

pernapasan

pengembangan.

Rasional
masase Memudahkan pelepasan plasenta
dan Pada pelepasan plasenta. Bahaya ada
berupa emboli cairan amnion dapat
masuk

ke

sirkulasi

maternal,

menyebabkan emboli paru.


Bersihkan vulva dan perineum dengan Menghilangkan
kemungkinan
air larutan antiseptik, berikan pembalut kontaminan yang dapat mengakibatkan
perineal steril.

infeksi saluran asenden selama periode

Berikan antibiotik profilatik.

pasca partum.
Membatasi

potensial

infeksi

endometrial.
Kaji

perilaku

klien,

perubahan SSP.

perhatikan Peningkatan tekanan intrakranial selama


mendorong

dan

peningkatan

curah

jantung yang cepat membuat klien


dengan aneurisme serebral sebelumnya
berisiko terhadap ruptur
4. KALA IV
a. Diagnosa keperawatan

1) Kekurangan volume cairan b/d kelelahan / kegagalan miometri dari mekanisme


homeostatik (misal : sirkulasi uteroplasental berlanjut, vasokontriksi tidak
komplet, ketidakadekuatan perpindahan cairan, efek efek hipertensi saat
kehamilan)
2) Nyeri akut b/d trauma mekanis / edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis,
ansietas
3) Perubahan proses keluarga b/d transisi / peningkatan perkembangan anggota
keluarga
b. Intervensi
1. Dx : Perubahan proses keluarga b/d transisi / peningkatan perkembangan
anggota keluarga
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama diharapkan keluarga
dapat menerima kehadiran anggota keluarga yang baru
KH :
Menggendong bayi saat kondisi ibu dan neonatus memungkinkan
Mendemonstrasikan perilaku kedekatan dengan anak
Intervensi
Anjurkan pasien untuk menggendong, Jam-jam
menyentuh, dan memeriksa bayi

Rasional
pertama setelah

memberikan

kelahiran

kesempatan

untuk

terjadinya ikatan keluarga, karena ibu


dan

bayi

secara

emosional

saling

menerima isyarat yang menimbulkan


kedekatan dan penerimaan
Anjurkan ayah untuk menyentuh dan Membantu
menggendong

bayi

dan

memfasilitasi

ikatan

membantu kedekatan di antara ayah dan bayi. Ayah

dalam perawatan bayi, sesuai kondisi

yang secara aktif berpartisipasi dalam


proses kelahiran dan aktivitas interaksi
pertama

dari

bayi,

secara

umum

menyatakan perasaan ikatan khusus


pada bayi
Catat pengungkapan / perilaku yang Datangnya
menunjukkan kekecewaan atau kurang bahkan
minat / kedekatan

anggota

sekalipun

menciptakan

keluarga
sudah

periode

baru,

diinginkan

disekulibrium

sementara, memerlukan penggabungan


anak baru ke dalam keluarga yang ada.
Anjurkan dan bantu pemberian ASI, Kontak awal mempunyai efek positif
tergantung pada pilihan pasien dan pada durasi pemberian ASI, kontak kulit

keyakinan / praktik budaya

dengan kulit, dan mulainya tugas ibu

meningkatkan ikatan
Berikan informasi mengenai perawatan Informasi menghilangkan ansietas yang
segera pasca kelahiran

mungkin mengganggu ikatan atau hasil


dari

self

absorption

lebih

perhatian pada bayi baru lahir

BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Data umum
Nama

: Ny. E.S

Usia

: 30 th

Alamat

: Jl. Kayu putih 3 D18 no 17 pondok rejeki, Kota Bumi

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Agama

: Islam

Suku bangsa

: Sunda

Status perkawinan : Menikah


Pendidikan terakhir : S1 Akuntansi
2. Data umum kesehatan:
Tinggi badan/ berat badan
BB sebelum hamil
Masalah kesehatan khusus
Obat-obatan
Alergi
Diet khusus
Masalah BAK-BAB
Kebiasaan tidur

: 148 cm/ 53 kg
: 39 kg
: hipertensi sejak usia kehamilan 29 minggu
: nifedipine
: tidak ada alergi obat ataupun makanan
: tidak ada
: tidak ada masalah
: tidur jam 9 malam, tidak tidur siang

3. Data umum kebidanan


Kehamilan saat ini direncanakan

Status obstetri G1P0A0

HPHT: 16 Mei 2011

Usia kehamilan: 36 minggu

Taksiran partus: 23 Februari 2012

dari

Jumlah anak di rumah: Mengikuti kelas prenatal: tidak


Jumlah kunjungan: 13 x
Masalah kehamilan yang lalu: Masalah kehamilan sekarang: hipertensi sejak usia kehamilan 29 minggu
Makanan bayi sebelumnya: Rencana KB: IUD
Pelajaran yang diinginkan: cara mengunagi nyeri
Orang yang membantu mengasuh setelah bayi lahir: suami
Masalah dalam persalinan yang lalu: -

4. Riwayat persalinan saat ini


1. Mulai persalinan tanggal 20 Febuari 2012
2. Keadaan kontraksi: 3x1030
3. Frekuensi dan kualitas denyut jantung janin 138x/menit
4. Pemeriksaan fisik
Kenaikan BB selama kehamilan: 14 kg
TD 150/90 mmHg setelah diberikan nifedipin, awal datang 180/100

mmHg ; N 88x/menit; P 20 x /menit; S 36,5 C


Kepala dan leher: kepala tidak ada benjolan, rambut bersih warna hitam,
leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, mata ananemis, sclera

anikterik, tidak ada sumbatan pada hidung


Jantung: bunyi jantung normal
Paru-paru: suara paru vesikuler, pergerakan dada simetris
Payudara: payudara simetris, tidak teraba benjolan, areola itam, putting

exverted
Abdomen: terdapat linea nigra dan striae gravida, TFU 32 cm, Djj 138
x/menit, kontraksi 3x1030, terdapat edema pada kedua punggung

kaki, reflex patella +/+


5. Pemeriksaan dalam pertama jam 08.00 pembukaan 5 cm, presentasi kepala,
ketuban utuh
6. Ketuban pecah
7. Laboaratorium:

Jenis pemeriksaa
Hemoglobin

Hasil
11-9 g/ dl

Nilai normal
Lk:14-18 g/dl
Pr: 12-14 r/dl

Leukosit
Eritrosit

18900 /L
5 juta / L

Trombosit
Gula darah sewaktu
Kreatinin

302.000 /L
108 mg/dl
0,6 mg/dl

Ureum
SGOT

10 mg/dl
26 U/L

SGPT

13 U/L

LDH
Pemeriksaan urin
Warna
Kejernihan
Carik celup

567 U/L

Leukosit
Protein/albumin
pH
Berat jenis
Sedimen:
Leukosit
Eritrosit
Epitel

4000-10000 /L
Lk: 4,5 5,9 jt
Pr: 4 5,2 jt
150-450 x 103
< 180 mg/dl
Lk: < 1,3 mg/dl
Pr:< 1.1 mg/dl
< 50 mg/dl
Lk: < 27
Pr: < 36
Lk: < 40
Pr: < 31

Kuning
Agak keruh

Kuning
Jernih

Negatif

+
6,0
1,025

Negative
4,8- 7,4
1,015- 1,025

8-10

< 5/LBP

1-6
+

< 5/ LBP
Positif

8. Observasi Ny. E (30 th)


Jam

08.00
08.30
09.00
09.30
10.00
10.30
11.00
11.30
12.00
12.30
13.00
13.30

TD

Nadi

Suhu

RR

(mmHg)

(x/menit)

(C)

(x/menit)

150/90

82

36,5

19

140/90

81

36,7

19

150/100

90

36,7

20

130/90

86

36,5

20

140/90

84

36,2

20

160/100

84

36,2

21

DJJ

His

(x/menit)
137
137
137
138
139
140
138
136
137
143
140
140

Pem
bukaan

3x1030
3x1030
3x1030
3x1030
3x1035
3x1035
3x1035
3x1035
3x1030
3x1030
4x1030
4x1030

(cm)
5

14.00
14.30
15.00
15.30
16.00
16.30
17.00
17.30
18.00
18.30
19.00
19.30
20.00
20.30
21.00
21.30
22.00
22.35

160/90

88

36,5

21

170/90

84

36,2

21

160/90

84

36,2

21

150/90

89

36,9

21

150/90

89

36,5

23

150/100

88

36,5

20

150/90

88

36,5

20

140/90

90

36,5

20

140/90
88
Lahir bayi

36,5

21

140
138
142
141
140
138
136
136
145
144
145
140
144
142
145
146
145

4x1035
4x1035
4x1035
4x1035
4x1035
4x1036
4x1040
4x1040
4x1036
4x1035
4x1037
4x1040
4x1040
4x1042
4x1042
4x1042
4x1042

lengkap

9. KALA III:
Tanda dan gejala: uterus globular, tali pusat menjulur, keluar semburan

darah
Plasenta lahir jam: 22.40 WIB
Cara lahir plasenta:
Panjang tali pusat: 40 cm, pembuluh darah 2 arteri 1 vena, kotileodn

lengkap, insersi plsenta ditengah


Keadaan psikososial: klien tampak bahagia
10. KALA IV:
Mulai jam: 22. 50
TTV
Jam ke
1

Waktu
22.55
23.10
23.25
23.40
00.10
00.40

TD
140/90
140/90
130/90
130/90
130/90
130/90

Nadi
88
86
88
88
88
88

TFU
sepusat
sepusat
sepusat
sepuasat
sepusat
1 jari di bawah

Kontraksi
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

pusat
Keadaan uterus; keras
Bonding ibu dan bayi: tidak terlihat karena bayi belum rooming in
11. BAYI
Bayi lahir tanggal: 20 Februari 2012, jam 23.00 WIB
Jenis kelamin: perempuan
Apgar: 8/9

BB/ PB bayi: 3400 gr/ 49 cm


LK: 34 cm

5. Asuhan Keperawatan
1. Analisa Data
Data
DS:

Problem
Nyeri

Klien

mengatakan

nyeri (P)
nyeri

dan

mulas

seperti ingin BAB (Q)


nyeri

mulai

vagina

dari
sampai

menyebar ke pinggang
(R)
skala nyeri 6 (S)
klien

merasa

nyeri

pukul

10.00

sejak

WIB, nyeri muncul


tiba-tiba
muncul

(nyeri
dan hilang,

nyeri muncul kira-kira


10 menit, terus hilang
dan muncul lagi) (T),
klien

tidak

melakukan

bisa
apa-apa

saat nyeri muncul.


Klien

mengatakan

tidak bisa beristirahat


dan tidak bisa tidur.

DO:

Etiologi
Kontraksi uterus, dilatasi
serviks

TD:

mmHg
Klien

150/

90

tampak

meringis menahan

nyeri
Klien

tampak

gelisah dan tidak


bisa

diam

di

tempat tidur.
Ada
Kemajuan
pembukaan

serviks
Kontraksi

uterus

semakin sering.
3x30 dalam 10
DS:

menit
klien mengatakan Risiko

lemas

dan

volume

cairan Kehilangan darah

tidak kurang dari kebutuhan

mempunyai tenaga untuk tubuh


mengedan.
DO:
Keluar

darah

300 ml
TD:

mmHg
Nadi: 88 x/menit
Suhu: 36,5C
Klien
tampak

lemah
Volume

150/90

urine

700cc/24 jam
DS :
klien

Resiko

gangguan penurunan

mengatakan pertukaran gas pada janin


merasa sesak.
DO :
TD : 150/90 mmHg, N
: 88x/m, RR : 20x/m,
S : 36, 50 C

suplai

O2

plasenta sekunder akibat


kontraksi uterus

DJJ :138x/menit
Dilakukan CTG
Oksigen 3l/menit
DS :

Ansietas

Klien

mengatakan

cemas dengan keadaan


dirinya (tekanan darah
tinggi) dan bagaimana
proses persalinan nanti
serta

bagaimana

keadaan bayi yang ada


didalam

kandungan,

apakah

bayinya

selamat
DO:
klen terlihat gelisah
lemas
wajah pucat
diaphoresis (+)
mukosa mulut lembab

terdapat penurunan
nada

saat

klien

berbicara

nyeri

dibagian

punggung
klien tida
tenang/rileks
N=88x/menit
RR=20x/menit
TD : 150/90 mmHg

2. Diagnosa Keperawatan

Krisis situasional akibat


proses persalinan

Nyeri b.d kontaksi uterus, dilatasi serviks


Risiko volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d kehilangan darah
Resiko gangguan pertukaran gas pada janin b.d penurunan suplai O2 plasenta

sekunder akibat kontraksi uterus


Ansietas b.d krisis situasional akibat proses persalinan

3. Rencana tindakan keperawatan


Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan KH
Intervensi
Nyeri b.d kontaksi uterus, Tujuan:
Kaji kontraksi uterus
Setelah diberikan askep
dilatasi serviks
dan ketidaknyamanan
selama 8-12 jam, ibu
nyeri
mampu
mengendalikan Kaji tentang metode
nyeri
pereda nyeri yang
KH:
Ibu menerima rasa nyeri
sebagai

proses

fisiologis

diketahui
Kaji faktor yang dapat
menurunkan

toleransi

terhadap nyeri
Jelaskan
metode

persalinan

pereda

nyeri

seperti

relaksasi, masase, dan


pola nafas
Motivasi klien untuk
melakukan slah satu
teknik pereda nyeri
Risiko

kekurangan

Hitung masukan dan

cairan

b.d

keluaran
Kaji keadaan

turgor

kulit
Pantau

sesuai

darah

vol Tujuan:
Setelah diberikan askep
kehilangan
selama 2 jam diharapkan
tidak terjadi kekurangan vol
cairan
KH:

TTV dalam batas

normal
Haluaran

adekuat
Membrane mukosa

urine

suhu

indikasi
Lepaskan pakaian yag
berlebihan
Pertahankan lingkugan
tetap sejuk

lembab
Kolaborasi:

Berikan

cairan

peoral
Resiko

gangguan

pertukaran gas pada janin

Kaji DJJ tiap 30

menit

atau

parenteal
untuk mengetahui
DJJ sehingga dapat

b.d penurunan suplai O2

dilakukan tindakan

plasenta sekunder akibat

dengan

segera

kontraksi uterus

apabila

terjadi

peningkatan

Sarankan ibu untuk


tidak

berbaring

telentang lebih dari

atau

perlambatan.
jika
terlentang
maka berat janin,

10 menit

uterus, air ketuban


akan menekan vena
cava inferior, hal ini
dapat

Catat

mengakibatkan

kemajuan

turunnya

persalinan

sirkulasi

darah dari ibu ke

plasenta.
persalinan
lama/disfungsional
dengan
perpanjangan

Catat

DJJ

ketuban

fase

laten

bila

dapat

menimbulkan

pecah,

periksa lagi 5 menit

masalah kelelahan

kemudian

ibu,

dan

stres

observasi perineum

infeksi

terhadap prolaps tali

hemoragi

pusat

berat,
dan
karena

atonia/ruptur uterus
perubahan
pada

Kolaborasi :
pemberian oksigen

tekanan

cairan

amniotik

dengan

ruptur dan prolaps


tali

pusat

dapat

menurunkan
transfer oksigen ke
janin

meningkatkan
oksigen ibu yang
tersedia

untuk

janin
Ansietas

b.d

krisis

Berikan

informasi

situasional akibat proses

tentang

perubahan

persalinan

psikologis

dan

fisiologis

pada

persalinan

sesuai

kebutuhan
Kaji tingkat
penyebab

dan

ansietas,

pendidikan

dapat

menurunkan

stres

dan

ansietas

meningkatkan
kemajuan

persalinan
memberikan
informasi

dasar,

kesiapan

untuk

ansietas

melahirkan

anak,

memperberat

latar

belakang

dan

persepsi

nyeri,

budaya dan peran

mempengaruhi

orang terdekat

penggunaan teknik
koping

dan

menstimulasi
pelepasan
aldosteron

yang

dapat

Pantau

pola

kontraksi

uterus,

laporkan

disfungsi

meningkatkan
resospsi
dan air

natrium

persalinan

Anjurkan

kontraksi

hipertonik

atau

hipotonik

dapat

terjadi

klien

bila

stres

menetap

untuk

pelepasan

masalah

dan rasa takut

dan

memperpanjang

mengungkapkan
perasaan,

pola

katekolamin
stres, rasa takut dan
ansietas
mempunyai

efek

yang dalam pada


proses

persalinan,

sering memperlama
Kala

karena

penggunaan
cadangan glukosa ;
menyebabkan
kelebihan epinefrin

Pantau TTV

yang
dari

dilepaskan
stimulasi

adrenal,

yang

menghambat
aktivitas miometrial
; dan meningkatkan
kadar norepinefrin
yang

cendrung

meningkatkan

aktivitas uterus
stres mengaktifkan
sistem
adrenokortikal
hipofisishipotalamik,

yang

meningkatkan
retensi dan resorpsi
natrium dan air dan
meningkatkan
eksresi

kalium.

Resorpsi

natrium

dan

air

dapat

memperberat
perkembangan
toksemia
intapartal/hipertensi
, kehilangan kalium
dapat memperberat
penurunan aktivitas
miometrik

4. Implementasi dan evaluasi


Hari/
tgl
19/2/

Diagnose

2012

kontaksi

uterus

uterus, dilatasi

ketidaknyamanan

Nyeri

serviks

Tindakan keperawatan
b.d

Mengkaji

Evaluasi SOAP

kontraksi
dan

S: klien mengatakan nyeri,


klien

menerima

persalinan

bahwa
akan

tentang

menimbulkan nyeri
O: TD: 130/90 mmHg, klien

metode pereda nyeri

menggunakan teknik pola

nyeri
mengkaji

yang diketahui
mengkaji faktor yang
dapat

menurunkan

toleransi
nyeri
menjelaskan

terhadap

untuk

metode

relaksasi, masase, dan

mengurani

nyeri, klien tampak bisa


menerima
dialami

nyeri

yang

dengan

tidak

berteriak-teriak.

pereda nyeri seperti


pola nafas

napas

Data

kontraksi : 3x30 dalam 10


menit.
A: masalah belum teratasi
P:
anjurkan klien untuk

memotivasi

klien

mengunakan teknik pola

untuk melakukan salah

napas saat nyeri muncul


berikan pijatan punggung

satu

teknik

pereda

jika nyeri

nyeri
menjelaskan

bahwa

nyeri yang dirasakan


Ansietas

b.d

adalah hal yang wajar


memberikan

krisis

informasi

situasional

perubahan

proses

psikologis

dan

persainan

fisiologis

pada

persalinan

sesuai

tentang

penyebab

ansietas,

kesiapan

untuk

melahirkan

anak,

latar

belakang

budaya

dan peran orang

dengan

keadaan

dirinya

(tekanan darah tinggi) dan

kebutuhan
mengkaji tingkat
dan

S : Klien mengatakan cemas

terdekat
menganjurkan
klien

untuk

mengungkapkan
perasaan, masalah
dan rasa takut

bagaimana proses persalinan


nanti

serta

keadaan

bagaimana

bayi

yang

ada

didalam kandungan, apakah


bayinya selamat
O : klien tampak cemas dan
gelisah, tidak bisa beristirahat
dan banyak bertanya. Klien
bersikap kooperatif dengan
asuhan

keperawatan

yang

diberikan dan mendengarkan


penjelasan
oleh

yang

diberikan

perawat

tentang

kondisinya.
A : masalah teratasi
P : pantau TTV, dorong klien
untuk

mengungkapkan

perasaannya

b.d

mengkaji nyeri pada

S: klien mengatakan nyeri terasa


lebih hebat dari sebelumnya,

uterus, dilatasi

klien
memotivasi klien untuk

20/2/

Nyeri

2012

kontaksi
serviks

melakukan salah satu

skala

nyeri

mengatakan

8,
sedikit

klien
lebih

cara pereda nyeri


memberikan
pijatan

nyaman

dengan

pijatan

punggung

pada punggung
O: TD: 140/90 mmHg, klien
tampak berkeringat, meringis
dan meremas

kain, klien

tampak menggunakan teknik


napas dalam
A: masalah belum teratasi
P:

motivasi

klien

untuk

melakukan napas dalam jika


nyeri
S:
klien
mengatakan lemas dan
keadaan

Risiko

mengkaji

kekurangan

turgor kulit
memantau suhu sesuai

vol cairan b.d


kehilangan
darah

indikasi
mempertahankan
lingkugan tetap sejuk
mengukur TTV
menghitung
intake

lelah
O: TTV: 140/90 mmHg, keluar
darah + 300 cc. S: 36,5,
turgor

kulit

terpasang

IV

lembab,
line

RL

12tts/menit + MgSO4, balance


output
cairan: +864cc
hasil :
makan : 500cc
urin : 700cc/24 jam
darah : 300 cc
RL : 864cc/24 jam
minum : 500cc/24 jam A: masalah tidak terjadi
balance : 1864 -1000=
+864cc

P: kaji keadaan turgor kulit, kaji


suhu

Kolaborasi:

gangguan

Parenteral

atau parenteal
RL : 12 tts/menit
mengkaji DJJ tiap 30 S : menit

indikasi,

pertahankan masuka oral dan

memberikan cairan peoral

Resiko

sesuai

pertukaran gas

menyarankan ibu untuk

pada janin b.d

tidak

penurunan

telentang lebih dari 10

suplai

O2

plasenta
sekunder
akibat
kontraksi
uterus

berbaring

menit
memposisikan

persalinan
Kolaborasi :
pemberian oksigen
O2 : 3l/menit

mengkaji

2012

kekurangan

turgor kulit
memantau suhu sesuai

darah

P : 20x/menit, S : 36,5.
Oksigen : 3l /menit.

untuk miring kiri


mencatat
kemajuan A : masalah tidak terjadi

Risiko

kehilangan

130/80mmHg, N : 88x/menit,

ibu

21/2/

vol cairan b.d

O : DJJ dalam batas normal, TD:

lakukan pemeriksaan CTG.

keadaan S:

indikasi
mempertahankan
lingkungan tetap sejuk
mengukur TTV
Kolaborasi:
memberikan cairan peoral
atau parenteal

P : pantau TTV tiap 30 menit,

klien

mengatakan

masih

lemas dan lelah


O: TD: 130/90 mmHg, S: 36,5,
RR : 20x/mnit, N : 90x/mnit.
keluar
turgor

darah

pembalut

kulit

terpasang IV line RL
A: masalah tidak terjadi
P: klien pindah ruangan

lembab,

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda khas tekanan darah tinggi
(hipertensi), dan ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang timbul karena
kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat juga
terjadi pada trimester kedua kehamilan (Hanifa, 1994 dan Rozikhan, 2007). Hal ini terjadi
pada klien (Ny. E) yaitu terdapat tekanan darah tinggi, terdapat edema/pembengkakan di
punggung kaki kanan dan kiri serta terdapat protein urin dengan nilai 7 (normal -). Pada
kasus Ny. E, hipertensi terjadi sejak umur kehamilan 29 minggu (trimester ketiga).
Preeklamsia sering tidak diketahui atau diperhatikan oleh wanita hamil yang bersangkutan,
sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat pre-eklampsia berat bahkan dapat menjadi
eklampsia yaitu dengan tambahan gejala kejang-kejang dan atau koma (Gede, 1998). Pada
Ny. E tidak terjadi gejala kejang atau koma.
Tanda dari preeklampsia adalah tekanan darah yang meninggi dan tercatat pada akhir
trimester kedua dan ketiga, mungkin penderita menderita preeklampsia (Benson dalam
Rozhkan, 2007).

Peningkatan tekanan sistolik sekurang-kurangnya 30 mmHg, atau

peningkatan tekanan diastolik sekurang-kurangnya 15 mmHg, atau adanya tekanan sistolik


sekurang-kurangnya 140 mmHg, atau tekanan diastolik sekurang-kurangnya 90 mm Hg
atau lebih atau dengan kenaikan 20 mmHg atau lebih, ini sudah dapat dibuat sebagai
diagnose. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam
pada keadaan istirahat. Tetapi bila diastolik sudah mencapai 100 mmHg atau lebih, ini
sebuah indikasi terjadi preeklampsia berat (Benson dalam Rozhkan, 2007). Ny. E
mempunyai tekanan darah 140/90 mmHg (TD 180/100 mmHg saat di bidan) dan terjadi
pada trimester ketiga (sejak hamil 29 minggu). Tekanan darah setelah 6 jam istirahat
adalah 160/90 mmHg.

Selain mengalami peningkatan tekanan darah, juga terdapat edema pada Ny. E.
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan kelebihan dalam jaringan tubuh, dan
biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan pada kaki, jari-jari
tangan, dan muka, atau pembengkan pada ektremitas dan muka (Hanifa, 1994). Saat dikaji,
Ny. E mengatakan kedua kakinya bengkak dan terlihat pembengkakan pada kedua
punggung kaki kanan dan kiri (tidak hilang dengan penekanan).
Klien (Ny. E) mengalami kenaikan selama hamil sebanyak 14 kg (klien lupa
kenaikan berat badan setiap minggu).
Proteinuria. Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi
0,3 g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ atau 2+
( menggunakan metode turbidimetrik standard ) atau 1g/liter atau lebih dalam air kencing
yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream untuk memperoleh urin yang bersih yang
diambil minimal 2 kali dengan jarak 6 jam. Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dari
hipertensi dan peningkatan berat badan. Proteinuria sering ditemukan pada preeclampsia.
Pada Ny. E terdapat proteinuria dari hasil pemeriksaan urin di laboratorium (7 gram
dengan nilai normal negatif).
Preeklampsia dibedakan menjadi dua yaitu preeclampsia ringan dan preeklampsia
berat. Preeklampsia ringan dengan satu atau lebih tanda dan gejala: tekanan darah sistol
140 mmHg atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam, tekanan darah
diastol 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam, kenaikan
berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu, proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat
kualitatif

1+ sampai 2+ pada urin kateter atau urin aliran pertengahan. Sedangkan

preeklampsia berat ditandai dengan satu atau lebih tanda: tekanan darah sistolik 160
mmHg atau lebih, atau tekanan diastole 110 mmHg atau lebih, proteinuria 5 gram atau
lebih dalam 24 jam, 3+ atau 4+ pada pemeriksaan semikuantitatif, oliguria, air kencing 400
ml atau kurang dalam 24 jam., keluhan cerebral, gangguan penglihatan atau nyeri di
daerah epigastrium, edema paru-paru atau sianosis. Ny. E mempunyai tekanan darah
140/90 mmH (di bidan 180/100 mmHg, setelah 6 jam istirahat 160/90 mmHg), proteinuria
7 gram. Berdasarkan tanda dan gejala yang ada pada Ny. E, maka Ny. E tergolong ke
dalam preeklampsia berat.
Dari pengkajian riwayat kesehatan, pasien tidak memiliki riwayat penyakit seperti
penyakit jantung, diabetes melitus, hipertensi serta penyakit lainya. Dalam keluarga pun
tidak ada keluaga yang memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, TBC, asma dan
penyakit lainnya.

Pengkajian psikososial, klien lulusan S1 Akutansi dan sekarang adalah ibu rumah
tangga (IRT). Klien tidak bekerja sejak hamil ini (hanya dirumah). Hubungan klien dan
anggota keluarga yang lain baik, suami, adik dan kakaknya serta orang tuanya bergantian
menemani klien di rumah sakit. Begitu juga hubungan klien dengan tetangganya harmonis.
Saat di rumah sakit klien kooperatif dalam setiap pelayanan kesehatan yang diberikan,
karena klien sangat ingin cepat melahirkan dan anaknya serta dirinya bisa selamat dan
sehat serta bisa kembali berkmupul dengan keluarga di rumah. Hubungan klien dengan
teman-teman satu kamar di kamar bersalin juga baik, klien tampak sering mengobrol
dengan teman-temannya yang lain.
Gangguan sistem pernapasan tidak terjadi pada Ny. E, pernapasan pasien normal
(20x/menit). Tidak ada gangguan pada fungsi paru, suara paru vesikuler tidak ada suara
napas tambahan. Pengembangan dada simetris, saat di perkusi suara paru sonor. Tidak ada
fraktur, benjolan, nyeri, deformitas, dan juga luka.
Sistem kardiovaskular, tekanan darah klien tidak normal yaitu 140/90 mmHg, N :
88x/mnt, arteri karotis teraba, S1 S2 normal, gallop tidak ada, mur-mur tidak ada,
Capylarry refill < 2 detik. Tetapi klien sempat mengalami gangguan kardiovaskular kadar
hemoglobin klien 9-11 gr/dl sedangkan normalnya kadar hemoglobin untuk wanita adalah
12-14 gr/dl. Konjungtiva klien tampak ananemis, wajah tampak pucat. Untuk itu
pemeriksaan hematokrit harus selalu dipantau sampai tercapai nilai yang stabil. (Stanley,
2011).
Sistem pencernaan, klien tidak mengalami gangguan dalam sistem pencernaan,
sklera tidak ikterik, bibir lembab, bising usus 8x/menit, anus : tidak ada hemoroid, pola
eliminasi BAB dan BAK tidak ada masalah.
Data umum kebidanan, Kehamilan saat ini direncanakan, status obstetri G 1P0A0

HPHT: 16 Mei 2011 dengan usia kehamilan: 36 minggu (taksiran partus: 23 Februari 2012,
klien tidak mempunyai anak di rumah. Klien tidak mengikuti kelas prenatal, jumlah
kunjungan pemeriksaan akndungan sebanyak 13 x dengan tidak ada masalah kehamilan
yang lalu. Masalah kehamilan sekarang: hipertensi sejak usia kehamilan 29 minggu
dengan belum ada makanan bayi sebelumnya. Klien mempunyai rencana KB: IUD dan
pelajaran yang diinginkan: cara mengurangi nyeri, setelah bayi lahir mengasuh bayi akan
dibantu suami.
Riwayat persalinan sekarang, Persalinan tanggal 20 Febuari 2012, SC jam 22.30
WIB dengan keadaan kontraksi: 3x1030 dan frekuensi serta kualitas denyut jantung janin
138x/menit. Hasil pemeriksaan fisik yaitu: kenaikan BB selama kehamilan: 14 kg, TD

130/90 mmHg setelah diberikan nifedipin (di bidan 180/100); N 88x/menit; P 20 x /menit;
S 36,5 C, kepala dan leher: kepala tidak ada benjolan, rambut bersih warna hitam, leher
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, mata ananemis, sclera anikterik, tidak ada sumbatan
pada hidung, jantung: bunyi jantung normal, payudara: payudara simetris, tidak teraba
benjolan, areola itam, putting exverted, abdomen: terdapat linea nigra dan striae gravida,
TFU 32 cm, Djj 138 x/menit, kontraksi 3x1030, terdapat edema pada kedua punggung
kaki, reflex patella +/+, pemeriksaan dalam pertama jam 08.00 pembukaan 5 cm,
presentasi kepala, ketuban utuh.
KALA III, dengan tanda dan gejala: uterus globular, tali pusat menjulur, keluar
semburan darah, plasenta lahir jam: 22.40 WIB, cara lahir plasenta: schzult dengan anjang
tali pusat: 40 cm, pembuluh darah 2 arteri 1 vena, kotileodn lengkap, insersi plsenta
ditengah, klien tampak bahagia.
KALA IV, kala IV dimulai pukul 22.50 WIB dengan monitoring TTV pada 1 jam
pertama (22.55 WIB: TD 140/90 mmHg, N=88x/menit, TFU sepusat, kontraksi baik, 23.10
WIB: TD 140/90 mmHg, N=86x/menit, TFU sepusat, kontraksi baik, 23.25: TD 130/90
mmHg, N=88x/menit, TFU sepusat, kontraksi baik, 23.40 WIB: TD 130/90 mmHg,
N=88x/menit, TFU sepusat, kontraksi baik), pemantauan 1 jam kedua (00.10 WIB: TD
130/90 mmHg, N=80x/menit, TFU sepusat, kontraksi baik, 00.40 WIB: TD 130/90 mmHg,
N=80x/menit, TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi baik), keadaan uterus keras dengan
bonding attachment tidak terlihat karena tidak rooming-in.
BAYI, Bayi lahir tanggal: 20 Februari 2012, jam 23.00 WIB secara SC, dengan jenis
kelamin: perempuan, Apgar: 8/9, BB/ PB bayi: 3400 gr/ 49 cm, LK: 34 cm, anus +,
perawatan tali pusat dan perawatan mata dilakukan.
Pengkajian aktivitas menunjukan bahwa mobilitas fisik pasien sangat terbatas, pasien
hanya berada di tempat tidur karena klien mengeluh nyeri. Nyeri dikaji dengan
menggunakan PQRST. Klien mengatakan nyeri (P), nyeri sekali (Q), nyeri mulai dari
punggung menyebar ke pinggang (R), klien mengatakan skala nyeri 8 (S), klien tidak bisa
melakukan apa-apa (T), klien dibantu partial. Untuk kemampuan mandidan personal
hygiene klien dibantu oleh perawat dan bidan di rumah sakit. Begitu pula untuk BAK dan
BAB klien dibantu dengan mendekatkan pispot.
B. Diagnosa Keperawatan

Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) (1990, dalam


Carpenito, 1997) diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah-masalah kesehatan/ proses
kehidupan yang aktual atau risiko.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi untuk mencapai
hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. Adapun persyaratan dari diagnosa
keperawatan adalah perumusan harus jelas dan singkat dari respons klien terhadap situasi
atau keadaan yang dihadapi, spesifik dan akurat, memberikan arahan pada asuhan
keperawatan, dapat dilaksanakan oleh perawat dan mencerminkan keadaan kesehatan
klien.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. E adalah nyeri akut b.d kontaksi
uterus, dilatasi serviks (Carpenito, 2001 ). Nyeri akut adalah keadaan dimana individu
mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang
tidak menyenangkan selama enam bulan atau kurang (Capernito, 2001). Munculnya
diagnosa ini ditegakan dengan data-data seperti data subjektif bahwa mengatakan nyeri
(P), nyeri sekali (Q), nyeri mulai dari punggung menyebar ke pinggang (R), klien
mengatakan skala nyeri 6 (S), klien tidak bisa melakukan apa-apa (T). Klien terlihat
meringis menahan nyeri, tidak tenang (gelisah), klien tidak bisa istirahat atau tidur, klien
memegang daerah yang nyeri, diaphoresis(+), TD= 140/90 mmHg, N= 88x/menit, RR=
20x/menit.
Resiko volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d perdarahan (Doengoes,
2000). Resiko tinggi volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan dimana
seseorang yang bersiko dehidrasi vaskular, intertisial atau intravaskular saat tidak
menjalani puasa (Capernito, 2001). Diagnosa ini diangkat dengan data-data yang
mendukung, klien mengatakan lemas, klien mengalami perdarahan saat melahirkan sekitar
300 ml, klien tampak lemah, capylarry refill < 2 detik, kadar hemoglobin klien 9-11
gr/dl, konjungtiva klien tampak ananemis, wajah tampak pucat, mukosa bibir lembab,
turgor kulit lembab, TD=140/90 mmHg, N=88x/menit, RR=20x/menit, S=36,5C.
C. Intervensi
Intervensi keperawatan merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana
perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi
tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan

dengan tepat memfasilitasi kontinuitas asuhan keperawatan dari satu perawat ke perawat
lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan
yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur
pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan
tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang (Potter,1997). Intervensi
keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien
dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Pedoman intervensi yang dilakukan adalah dengan panduan Buku Rencana Asuhan
Keperawatan : Marylinn Doegoes, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas (Maternity
Nursing) : Bobak dan disesuaikan dengan kondisi klien sehingga asuhan keperawatan
yang diberikan tepat dan sesuai kebutuhan klien.
D. Implementasi
Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien (Perry & Potter, 1997).
Implementasi yang dilakukan pada klien Ny. E dimulai dari tanggal 19 sampai 21
Februari 2012. Dalam pelaksanaannya klien sangat kooperatif dengan asuhan keperawatan
yang dilakukan.
Untuk diagnosa nyeri, implementasi yang sudah dilakukan kepada klien adalah
mengkaji kontraksi uterus dan ketidaknyamanan nyeri (PQRST: frekuensi, awitan, durasi,
waktu muncul, pencetus), mengkaji tentang metode pereda nyeri yang diketahui dan yang
digunakan, mengkaji faktor yang dapat menurunkan toleransi terhadap nyeri, menjelaskan
metode pereda nyeri seperti relaksasi dengan tarik napas dalam, masase punggung, dan
pola nafas, memotivasi klien untuk melakukan salah satu teknik pereda nyeri, menjelaskan
bahwa nyeri yang dirasakan adalah hal yang wajar.
Diagnosa resiko volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh impelemntasi yang
sudah dilakukan adalah mengkaji keadaan turgor kulit, mempertahankan lingkugan tetap
sejuk, mengawasi/menghitung intake-output klien, mengobservasi adanya perdarahan,
mengukur tanda-tanda vital setiap 1 jam, kolaborasi pemberian cairan intravena (Ringer
laktat 20 tetes per menit).

E. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara
proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat
dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan seharihari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan
sebelumnya. (Perry dan Potter, 1997).Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
1. Tujuan tecapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal,
sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
3. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan sama
sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji
secara lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan
faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya
tujuan.
Evaluasi dari implementasi yang telah dilakukan kepada klien Tn. K tidak semua
masalah teratasi dan tidak semua kriteria hasil tercapai.
Pada diagnosa nyeri masalah teratasi sebagian, hal ini ditunjukkan dengan
berkurangnya skala nyeri 8 dan sekarang skala nyeri 3, klien juga tampak lebih rileks dan
dapat beristirahat. Klien juga sudah melaksanakan tarik nafas dalam ketika nyeri timbul
dan menggunakan pola napas dengan baik.
Untuk diagnosa resiko volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh, masalah
teratasi/tidak terjadi. Hal ini didukung dengan data-data : klien tidak tampak pucat, volume
cairan adekuat, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa lembab, turgor kulit
baik, klien sudah tidak terpasang infus. Klien makan 3x sehari dengan nafsu makan baik,
perdarahan pada luka SC tidak terjadi dan balutan luka tidak rembes.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ny. E datang ke kamar bersalin karena dirujuk oleh bidan (tekanan darah
tinggi:180/100 mmHg), klien mengeluh nyeri, nyeri pada punggung menyebar ke
pinggang, nyeri sekali, skala nyeri 8, tidak bisa melakukan apa-apa. Diagnosa
yang muncul pada kasus ini adalah nyeri akut b.d kontraksi uterus, dilatasi serviks,
resiko volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d perdarahan,. Setelah
diberikan asuhan keperawatan terhadap masing-masing diagnosa terjadi beberapa
kemajuan. Untuk diagnosa nyeri, skala nyeri klien dapat berkurang dan klien
mampu melakukan tehnik relaksasi: tarik nafas dalam dan menggunakan pola
napas dengan baik. Untuk diagnosa resiko volume cairan kurang dari kebutuhan
tubuh

tampak perbaikan pada klien yaitu dengan klien tidak tampak pucat,

mukosa tidak kering, turgor kulit baik, dan tidak lagi diberikan cairan intravena.

B. Saran
1. Untuk bidan di ruangan agar melakukan pengkajian secara lebih komprehensif
dan mengajarkan cara penurunan nyeri serta evaluasi yang kontinu saat nyeri
kemudian monitoring serta fasilitasi pemenuhan kebutuhan akan nutrisi dan
cairan (makan dan minum).
2. Untuk Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang,
3. Untuk Institusi PSIK-UIN, sebaiknya dibuatkan modul tentang doa-doa dan
zikir untuk ibu yang hamil dan melahirkan untuk mengurangi ansietas dan
nyeri serta memberikan ketenangan serta kesiapan dalam melahirkan.

Anda mungkin juga menyukai