Makalah PEB Kelompok
Makalah PEB Kelompok
E DENGAN
PREEKLAMPSIA BERAT DI KAMAR BERSALIN
RUMAH SAKIT UMUM TANGERANG
Disusun Oleh :
Enih
Farizah Nurkholifani
Susanti
Tintin Farihati
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
taufik dan hidayah-Nya lah kami masih diberi kehidupan yang harus dapat kita syukuri
dan kita juga dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam tak
lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan pelita
kehidupan untuk umat muslim, atas izin Nya lah makalah asuhan keperawatan pada NY. E
dengan masalah PREEKLAMPSIA BERAT di Rumah Sakit Umum Tangerang.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari
bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Selain itu penulis merasa tidak akan mampu
membalas jasa semua dari pihak yang telah membantu. Rasa terimakasih ini disampaikan
kepada:
1.
Prof. Dr. dr. (hc) M.K Tadjudin, Sp,And selaku Dekan fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
3.
Ibu Irma Nurbaeti, S.Kep, M.Kep, Sp.Mat dan ibu Puspita Palupi, S.Kep, M.Kep,
Sp. Mat selaku pembimbing akademik
4.
Segenap dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan masukan dan motivasi
5.
6.
Sahabat-sahabat PSIK `07 yang telah berjuang bersama-sama dalam profesi ners.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, karena
sesungguhnya kesempurnaan milik Allah SWT. Semoga makalah ini dikembangkan
kembali dan dapat memberikan manfaat. Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
dinegara-negara yang sedang berkembang dari 15% setiap tahunnya menjadi 30% dan
15% berakhir dengan kematian ibu.
Data yang diperoleh dari bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Tangerang bahwa
angka penyebab kematian pada ibu melahirkan pada tahun 2009 dengan perdarahan 45%,
eklampsia 41%, sepsis 14%. Tahun 2010, perdarahan 48%, eklampsia 24%, sepsis 28%.
Tahun 2011 dari bulan januari-juni 86% perdarahan dan 14% eklampsia.
Asuhan antenatal penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan normal
selama kehamilan.WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita yang
hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilan serta dapat
mengancam jiwanya. Tujuan utama dari asuhan antenatal adalah untuk mempersiapkan ibu
dan bayinya dalam keadaan sehat dengan cara membangun hubungan saling percaya
dengan ibu, mendeteksi tanda bahaya yang mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran
dan memberikan pendidikan kepada ibu (Pusdiknakes, 2002).
Sindroma Preeklampsia ringan dengan hipertensi, edema dan proteinuria sering tidak
diketahui atau tidak diperhatikan oleh ibu hamil yang bersangkutan sehingga tanpa
disadari dalam waktu singkat dapat timbul Preeklampsia berat bahkan eklampsia.
Diagnosa dini Preeklamsia yang merupakan tingkat pendahuluan Eklampsia serta
penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan
janin. Perawatan kehamilan secara teratur dan rutin sangat penting dalam usaha mencegah
Preeklampsia, dalam hal ini harus dilakukan penanganan semestinya. Walaupun timbulnya
Preeklampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi
dengan pemberian penerangan dan pengawasan yang baik pada ibu hamil.
Peran perawat pada kasus ibu antenatal dan intranatal dengan Preeklampsia meliputi
sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada klien yang mengalami
preeklampsia,
komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan
keperawatan kepada ibu antenatal dan intranatal dengan preeklampsia melalui metode
ilmiah.
Berdasarkan hal-hal diatas kami penulis tertarik untuk mengangkat masalah
keperawatan utama yaitu asuhan keperawatan intranatal pada Ny.I di Rumah Sakit Umum
Tangerang.
B. Identifikasi Masalah
menerangkan
hal-hal
berikut:
(1)
sebab
bertambahnya
frekuensi
pada
kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme dapat berlangsung. Pada preeklampsia dan eklampsia, terjadi penurunan angiotensin, renin, dan aldosteron, tetapi
dijumpai edema, hipertensi, dan proteinuria. Berdasarkan teori iskemia implantasi
plasenta, bahan trofoblas akan diserap ke dalam sirkulasi, yang dapat meningkatkan
sensitivitas terhadap angiotensin II, renin, dan aldosteron, spasme pembuluh darah arteriol
dan tertahannya garam dan air (Gede, 1998). Teori iskemia daerah implantasi plasenta,
didukung kenyataan sebagai berikut:
1. Pre-eklampsia dan eklampsia lebih banyak terjadi pada primigravida, hamil
ganda, dan mola hidatidosa.
2. Kejadiannya makin meningkat dengan makin tuanya umur kehamilan
3. Gejala penyakitnya berkurang bila terjadi kamatian janin.
Dampak terhadap janin, pada pre-eklapsia / eklampsia terjadi vasospasme yang
menyeluruh termasuk spasmus dari arteriol spiralis deciduae dengan akibat menurunya
aliran darah ke placenta. Dengan demikian terjadi gangguan sirkulasi fetoplacentair yang
berfungsi baik sebagai nutritive maupun oksigenasi. Pada gangguan yang kronis akan
menyebabakan gangguan pertumbuhan janin didalam kandungan disebabkan oleh
mengurangnya pemberian karbohidrat, protein, dan faktor-faktor pertumbuhan lainnya
yang seharusnya diterima oleh janin.
C. Tanda dan Gejala
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Bila peningkatan
tekanan darah tercatat pada waktu kunjungan pertama kali dalam trimester pertama atau
kedua awal, ini mungkin menunjukkan bahwa penderita menderita hipertensi kronik.
Tetapi bila tekanan darah ini meninggi dan tercatat pada akhir trimester kedua dan ketiga,
mungkin penderita menderita preeklampsia (Benson dalam Rozhkan, 2007). Peningkatan
tekanan sistolik sekurang-kurangnya 30 mmHg, atau peningkatan tekanan diastolik
sekurang-kurangnya 15 mmHg, atau adanya tekanan sistolik sekurang-kurangnya 140
mmHg, atau tekanan diastolik sekurang-kurangnya 90 mm Hg atau lebih atau dengan
kenaikan 20 mmHg atau lebih, ini sudah dapat dibuat sebagai diagnose. Penentuan tekanan
darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Tetapi
bila diastolik sudah mencapai 100 mmHg atau lebih, ini sebuah indikasi terjadi
preeklampsia berat (Benson dalam Rozhkan, 2007).
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan kelebihan dalam jaringan tubuh,
dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan pada kaki,
jari-jari tangan, dan muka, atau pembengkan pada ektremitas dan muka (Hanifa, 1994).
Edema pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak
seberapa berarti untuk penentuan diagnosa pre-eklampsia.
Kenaikan berat badan kg setiap minggu dalam kehamilan masih diangap normal,
tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali atau 3 kg dalam sebulan pre-eklampsia
harus dicurigai. Atau bila terjadi pertambahan berat badan lebih dari 2,5 kg tiap minggu
pada akhir kehamilan mungkin merupakan tanda preeklampsia. Tambah berat yang ini
disebabkan retensi air dalam jaringan dan kemudian edema nampak dan edema tidak
hilang dengan istirahat. Hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya preeklampsia. Edema dapat terjadi pada semua derajat PIH ( Hipertensi dalam kehamilan)
tetapi hanya mempunyai nilai sedikit diagnostik kecuali jika edemanya general.
Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter
dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ atau 2+
( menggunakan metode turbidimetrik standard ) atau 1g/liter atau lebih dalam air kencing
yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream untuk memperoleh urin yang bersih yang
diambil minimal 2 kali dengan jarak 6 jam. Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dari
hipertensi dan peningkatan berat badan. Proteinuria sering ditemukan pada preeklampsia,
Terjadi karena vasospasme pembuluh-pembuluh darah ginjal. Karena itu harus dianggap
sebagai tanda yang cukup serius. Disamping adanya gejala yang nampak diatas pada
keadaan yang lebih lanjut timbul gejala-gejala subyektif yang membawa pasien ke dokter.
Gejala subyektif tersebut menurut Gede, 1998 ialah :
1. Sakit kepala yang keras karena vasospasme atau edema otak.
2. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh haemorhargia atau edema, atau
sakit kerena perubahan pada lambung.
3. Gangguan penglihatan: Penglihatan menjadi kabur, kadang-kadang pasien buta.
Gangguan ini disebabkan vasospasmus, edema atau ablatio retinae.
4. Gangguan pernafasan sampai sianosis
5. Pada keadaan berat akan diikuti gangguan kesadaran
Pre-eklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat, tanda dan gejala
Preeklampsia ringan adalah:
1. Tekanan darah sistol 140 mmHg atau kenaikan 30 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
2. Tekanan darah diastol 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg dengan interval
pemeriksaan 6 jam.
3. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
4. Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1+ sampai 2+ pada urin
kateter atau urin aliran pertengahan.
Sedangkan penyakit preeklampsia digolongkan berat apabila satu atau lebih tanda /
gejala dibawah ini ditemukan:
1. Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastole 110 mmHg atau
lebih.
2. Proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam, 3+ atau 4+ pada pemeriksaan
semikuantitatif.
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam.
4. Keluhan cerebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium.
5. Edema paru-paru atau sianosis.
Tekanan darah
Meningkat
(TD140/90
mmHg)
Normal
Gejala/tanda lain :
Nyeri kepala
Gangguan
penglihatan
Hipertensi
Superimposed
Hiperrefleksia
Hamil
<
20
minggu
kronik
preeklamsia
Preeklamsia
Preeklamsia
ringan
berat
Hipertensi
D. Patofisiologi
Sebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui (hanifa,
1994). .Telah banyak teori yang mencoba menerangkan sebab penyakit tersebut, akan
tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang diterima harus
dapat
menerangkan
hal-hal
berikut:
(1)
sebab
bertambahnya
frekuensi
pada
1%.
Riwayat pre-eklampsia, eklampsia pada kehamilan sebelumnya
Riwayat dalam keluarga pernah menderita pre-eklampsia
Penyakit ginjal, hipertensi dan diabetes melitus yang sudah ada sebelum kehamilan
Obesitas.
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya dan
disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah punggung
janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
d. Pengawasan antenatal ( hamil )
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat
pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:
1) Uji kemungkinan pre-eklampsia:
a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri
c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
d) Pemeriksaan protein urin
e) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah
umum, dan pemeriksaan retina mata.
2) Penilainan kondisi janin dalam rahim
a) Pemantauan tingi fundus uteri
b) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan
air ketuban
c) Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi.
d) Dalam keadaan yang meragukan, maka merujuk penderita merupakan sikap yang
harus dipilih.
G. Penanganan pre-eklampsia
Eklampsia merupakan komplikasi obstetri kedua yang menyebabkan 20 30%
kematian ibu. Komplikasi ini sesungguhnya dapat dikenali dan dicegah sejak masa
kehamilan (preeklampsia). Preeklampsia yang tidak mendapatkan tindak lanjut yang
adekuat ( dirujuk ke dokter, pemantauan yang ketat, konseling dan persalinan di rumah
sakit ) dapat menyebabkan terjadinya eklampsia pada trimester ketiga yang dapat berakhir
dengan kematian ibu dan janin.
Penanganan pre-eklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi
eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal dan
bentuk pertolongan dengan trauma minimal. Pengobatan hanya dilakukan secara
simtomatis karena etiologi preeklampsia, dan faktor-faktor apa dalam kahamilan yang
menyebabkannya, belum diketahui. Tujuan utama penanganan ialah
(1) mencegah terjadinya pre-eklampsia berat dan eklampsia;
(2) melahirkan janin hidup;
(3) melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.
Pada dasarnya penanganan pre-eklampsia terdiri atas pengobatan medik dan
penanganan obtetrik. Pada pre-eklampsia ringan ( tekanan darah 140/90 mmHg sampai
160/100 mmHg ) penanganan simtomatis dan berobat jalan masih mungkin ditangani di
puskesmas dan dibawah pengawasan dokter, dengan tindakan yang diberikan:
1) Menganjurkan ibu untuk istirahat ( bila bekerja diharuskan cuti ), dan
menjelaskan kemungkinan adanya bahaya. )
2) Sedativa ringan.
a) Phenobarbital 3 x 30 mg
b) Valium 3 x 10 mg
3) Obat penunjang
a) Vitamin B kompleks
b) Vitamin C atau vitamin E
c) Zat besi
H. Konsep Asuhan Keperawatan
1. KALA I
a. Pengkajian
1) Anamnesa
2) Nama, umur, dan alamat
3) Gravida dan paritas
4) Hari pertama haid terakhir (HPHT)
5) Riwayat alergi obat
6) Riwayat kehamilan sekarang: ANC, masalah yang dialami selama
kehamilan seperti perdarahan, kapan mulai kontraksi, apakah gerakan bayi
masih terasa, apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, cairan warnanya
apa? Kental/ encer? Kapan pecahnya? Apakah keluar darah pervagina?
Bercak atau darah segar? Kapan ibu terakhir makan dan minum? Apakah
ibu kesulitan berkemih?
7) Riwayat kehamilan sebelumnya
8) Riwayat medis lainnya seperti hipertensi, pernafasan
9) Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual, muntah atau nyeri
epigastrium.
10) Pemeriksaan fisik
11) Nilai keadaan umum, suasana hati, tingkat kegelisahan, warna konjungtiva,
kebersihan, status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh
12) Nilai tanda tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan), untuk akurasi
lakukan pemeriksaan TD dan nadi diantara dua kontraksi.
13) Pemeriksaan abdomen
Menentukan tinggi fundus
Kontraksi uterus
Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya kontraksi
Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)
Menentukan presentasi (bokong atau kepala)
Menentukan penurunan bagian terbawah janin
14) Pemeriksaan dalam
Nilai pembukaan dan penipisan serviks
Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk rongga panggul
Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya.
b. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan penurunan suplai
O2 plasenta sekunder akibat kontraksi uterus
2. Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
3. Kelelahan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat
peningkatan metabolisme sekunder akibat nyeri selama persalinan
4. Kurang pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan
kurangnya informasi yang dimiliki ibu
5. Cemas b.d krisis situasional akibat proses persalinan
c. Intervensi Keperaawatan
1. dx : Gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan penurunan suplai
O2 plasenta sekunder akibat kontraksi uterus
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama diharapkan
tidak
Rasional
untuk mengetahui DJJ sehingga dapat
dilakukan tindakan dengan segera apabila
plasenta.
persalinan
lama/disfungsional
perpanjangan
fase
laten
dengan
dapat
pemberian oksigen
Intervensi
kontraksi
uterus
ketidaknyamanan
durasi,
(awitan,
intensitas,
dan
Rasional
dan untuk mengetahui kemajuan persalinan
ketidaknyamanan
Kaji tentang metode pereda nyeri yang Nyeri
diketahui dan dialami
persalinan
bersifat
unik
dan
terdahulu
dan
serta
dilakukan
relaksasi,
massage,
kepada
ibu
untuk
obatan.
mengendalikan rasa nyerinya (Rajan
Relaksasi
dalam Henderson, 2006)
Bertujuan untuk meminimalkan aktivitas
simpatis pada system otonom sehingga
ibu dapat memecah siklus keteganganansietas-nyeri. Tindakan dapat dilakukan
dengan menghitung terbalik, bernyanyi,
bercerita, sentuhan terapeutik, akupresur,
hipnoterapi, imajinasi terbimbing, dan
terapi music.
Massage
menutup
gerbang
guna
nyeri
(Glick,
1993).
persalinan
bersifat
sangat
keinginan ibu, tetapi ingin di tempat individual sehingga posisi nyaman tiap
tidur anjurkan untuk miring ke kiri
miring
kiri
energy ibu.
Anjurkan untuk relaksasi dan istirahat Mengurangi bertambahnya keletihan
di antara kontraksi
dan
menghemat
energy
yang
memberikan
kekuatan
dan
memberikan
minuman
mencegah
dehidrasi
yang
ibu
sedang
his
Memberi pujian atas sikap kooperatif pujian dapat meningkatkan harga diri
ibu
melakukannya lagi
5. Dx : Cemas b.d krisis situasional akibat proses persalinan
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama diharapkan kecemasan
berkurang.
KH : ibu tampak rileks, ibu kooperatif dalam teknik relaksasi dan napas dalam,
ibu melaporkan cemas berkurang, TTV stabil.
Intervensi
Rasional
Berikan informasi tentang perubahan pendidikan dapat menurunkan stres dan
psikologis
dan
fisiologis
persepsi
nyeri,
penggunaan
teknik
Pantau pola kontraksi uterus, laporkan pola kontraksi hipertonik atau hipotonik
disfungsi persalinan
menyebabkan
kelebihan
yang
cendrung
sistem
hipofisis-hipotalamik,
intapartal/hipertensi,
kebutuhan
dan sumbernya.
memungkinkan intervensi yang tepat.
Beri tindakan kenyamanan seperti : Meningkatkan kenyamanan psikologis
perawatan mulut, perawatan / masase dan fisik, memungkinkan klien fokus
perineal, linen yang bersih dan kering, pada
persalinan,
menurunkan
hangat
pada
perineum,
kemajuan
informasi
kontinu,
tentang
membantu
Kaji
pemenuhan
kandung
kenyamanan,
turunnya
janin,
kencing.
Intervensi
klien dengan posisi
Rasional
tepat, Dengan posisi yang tepat, pernafasan
vagina
dan
mencegah
ketegangan
perineal
,meningkatkan
perineum
pada
kasus
bayi
besar,
Intervensi
Rasional
Ukur masukan dan haluaran , dan berat Pada dehidrasi haluaran urine menurun,
jenis urine.
Peningkatan
suhu
dan
nadi
dapat
parenteral
kehilangan
cairan,
3. KALA III
a. Pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan.
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat kemudian
kembali ke tingkat normal dengan cepat.
Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan anastesi.
Frekuensi nadi lambat pada respon terhadap perubahan jantung.
3) Makanan/cairan: kehilangan darah normal 200-300ml.
4) Nyeri/ketidaknyamanan: inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menetukan
adanya robekan atau laserasi. Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir
mungkin ada.
5) Seksualitas: darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
dari endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi. Tali pusat
memanjang pada muara vagina. Uterus berubah dari discoid menjadi bentuk
globular.
6) Pemeriksaan fisik
Kondisi umum ibu: tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu tubuh),
melahirkan plasenta.
Palpasi: tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum maupun
sesudah pengeluaran plasenta.
b. Diagnosa keperawatan
Intervensi
fundus uteri dan
perlahan.
Kaji
irama
pernapasan
pengembangan.
Rasional
masase Memudahkan pelepasan plasenta
dan Pada pelepasan plasenta. Bahaya ada
berupa emboli cairan amnion dapat
masuk
ke
sirkulasi
maternal,
pasca partum.
Membatasi
potensial
infeksi
endometrial.
Kaji
perilaku
klien,
perubahan SSP.
dan
peningkatan
curah
Rasional
pertama setelah
memberikan
kelahiran
kesempatan
untuk
bayi
secara
emosional
saling
bayi
dan
memfasilitasi
ikatan
dari
bayi,
secara
umum
anggota
sekalipun
menciptakan
keluarga
sudah
periode
baru,
diinginkan
disekulibrium
meningkatkan ikatan
Berikan informasi mengenai perawatan Informasi menghilangkan ansietas yang
segera pasca kelahiran
self
absorption
lebih
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Data umum
Nama
: Ny. E.S
Usia
: 30 th
Alamat
Pekerjaan
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Sunda
: 148 cm/ 53 kg
: 39 kg
: hipertensi sejak usia kehamilan 29 minggu
: nifedipine
: tidak ada alergi obat ataupun makanan
: tidak ada
: tidak ada masalah
: tidur jam 9 malam, tidak tidur siang
dari
exverted
Abdomen: terdapat linea nigra dan striae gravida, TFU 32 cm, Djj 138
x/menit, kontraksi 3x1030, terdapat edema pada kedua punggung
Jenis pemeriksaa
Hemoglobin
Hasil
11-9 g/ dl
Nilai normal
Lk:14-18 g/dl
Pr: 12-14 r/dl
Leukosit
Eritrosit
18900 /L
5 juta / L
Trombosit
Gula darah sewaktu
Kreatinin
302.000 /L
108 mg/dl
0,6 mg/dl
Ureum
SGOT
10 mg/dl
26 U/L
SGPT
13 U/L
LDH
Pemeriksaan urin
Warna
Kejernihan
Carik celup
567 U/L
Leukosit
Protein/albumin
pH
Berat jenis
Sedimen:
Leukosit
Eritrosit
Epitel
4000-10000 /L
Lk: 4,5 5,9 jt
Pr: 4 5,2 jt
150-450 x 103
< 180 mg/dl
Lk: < 1,3 mg/dl
Pr:< 1.1 mg/dl
< 50 mg/dl
Lk: < 27
Pr: < 36
Lk: < 40
Pr: < 31
Kuning
Agak keruh
Kuning
Jernih
Negatif
+
6,0
1,025
Negative
4,8- 7,4
1,015- 1,025
8-10
< 5/LBP
1-6
+
< 5/ LBP
Positif
08.00
08.30
09.00
09.30
10.00
10.30
11.00
11.30
12.00
12.30
13.00
13.30
TD
Nadi
Suhu
RR
(mmHg)
(x/menit)
(C)
(x/menit)
150/90
82
36,5
19
140/90
81
36,7
19
150/100
90
36,7
20
130/90
86
36,5
20
140/90
84
36,2
20
160/100
84
36,2
21
DJJ
His
(x/menit)
137
137
137
138
139
140
138
136
137
143
140
140
Pem
bukaan
3x1030
3x1030
3x1030
3x1030
3x1035
3x1035
3x1035
3x1035
3x1030
3x1030
4x1030
4x1030
(cm)
5
14.00
14.30
15.00
15.30
16.00
16.30
17.00
17.30
18.00
18.30
19.00
19.30
20.00
20.30
21.00
21.30
22.00
22.35
160/90
88
36,5
21
170/90
84
36,2
21
160/90
84
36,2
21
150/90
89
36,9
21
150/90
89
36,5
23
150/100
88
36,5
20
150/90
88
36,5
20
140/90
90
36,5
20
140/90
88
Lahir bayi
36,5
21
140
138
142
141
140
138
136
136
145
144
145
140
144
142
145
146
145
4x1035
4x1035
4x1035
4x1035
4x1035
4x1036
4x1040
4x1040
4x1036
4x1035
4x1037
4x1040
4x1040
4x1042
4x1042
4x1042
4x1042
lengkap
9. KALA III:
Tanda dan gejala: uterus globular, tali pusat menjulur, keluar semburan
darah
Plasenta lahir jam: 22.40 WIB
Cara lahir plasenta:
Panjang tali pusat: 40 cm, pembuluh darah 2 arteri 1 vena, kotileodn
Waktu
22.55
23.10
23.25
23.40
00.10
00.40
TD
140/90
140/90
130/90
130/90
130/90
130/90
Nadi
88
86
88
88
88
88
TFU
sepusat
sepusat
sepusat
sepuasat
sepusat
1 jari di bawah
Kontraksi
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
pusat
Keadaan uterus; keras
Bonding ibu dan bayi: tidak terlihat karena bayi belum rooming in
11. BAYI
Bayi lahir tanggal: 20 Februari 2012, jam 23.00 WIB
Jenis kelamin: perempuan
Apgar: 8/9
5. Asuhan Keperawatan
1. Analisa Data
Data
DS:
Problem
Nyeri
Klien
mengatakan
nyeri (P)
nyeri
dan
mulas
mulai
vagina
dari
sampai
menyebar ke pinggang
(R)
skala nyeri 6 (S)
klien
merasa
nyeri
pukul
10.00
sejak
(nyeri
dan hilang,
tidak
melakukan
bisa
apa-apa
mengatakan
DO:
Etiologi
Kontraksi uterus, dilatasi
serviks
TD:
mmHg
Klien
150/
90
tampak
meringis menahan
nyeri
Klien
tampak
diam
di
tempat tidur.
Ada
Kemajuan
pembukaan
serviks
Kontraksi
uterus
semakin sering.
3x30 dalam 10
DS:
menit
klien mengatakan Risiko
lemas
dan
volume
darah
300 ml
TD:
mmHg
Nadi: 88 x/menit
Suhu: 36,5C
Klien
tampak
lemah
Volume
150/90
urine
700cc/24 jam
DS :
klien
Resiko
gangguan penurunan
suplai
O2
DJJ :138x/menit
Dilakukan CTG
Oksigen 3l/menit
DS :
Ansietas
Klien
mengatakan
bagaimana
kandungan,
apakah
bayinya
selamat
DO:
klen terlihat gelisah
lemas
wajah pucat
diaphoresis (+)
mukosa mulut lembab
terdapat penurunan
nada
saat
klien
berbicara
nyeri
dibagian
punggung
klien tida
tenang/rileks
N=88x/menit
RR=20x/menit
TD : 150/90 mmHg
2. Diagnosa Keperawatan
proses
fisiologis
diketahui
Kaji faktor yang dapat
menurunkan
toleransi
terhadap nyeri
Jelaskan
metode
persalinan
pereda
nyeri
seperti
kekurangan
cairan
b.d
keluaran
Kaji keadaan
turgor
kulit
Pantau
sesuai
darah
vol Tujuan:
Setelah diberikan askep
kehilangan
selama 2 jam diharapkan
tidak terjadi kekurangan vol
cairan
KH:
normal
Haluaran
adekuat
Membrane mukosa
urine
suhu
indikasi
Lepaskan pakaian yag
berlebihan
Pertahankan lingkugan
tetap sejuk
lembab
Kolaborasi:
Berikan
cairan
peoral
Resiko
gangguan
menit
atau
parenteal
untuk mengetahui
DJJ sehingga dapat
dilakukan tindakan
dengan
segera
kontraksi uterus
apabila
terjadi
peningkatan
berbaring
atau
perlambatan.
jika
terlentang
maka berat janin,
10 menit
Catat
mengakibatkan
kemajuan
turunnya
persalinan
sirkulasi
plasenta.
persalinan
lama/disfungsional
dengan
perpanjangan
Catat
DJJ
ketuban
fase
laten
bila
dapat
menimbulkan
pecah,
masalah kelelahan
kemudian
ibu,
dan
stres
observasi perineum
infeksi
hemoragi
pusat
berat,
dan
karena
atonia/ruptur uterus
perubahan
pada
Kolaborasi :
pemberian oksigen
tekanan
cairan
amniotik
dengan
pusat
dapat
menurunkan
transfer oksigen ke
janin
meningkatkan
oksigen ibu yang
tersedia
untuk
janin
Ansietas
b.d
krisis
Berikan
informasi
tentang
perubahan
persalinan
psikologis
dan
fisiologis
pada
persalinan
sesuai
kebutuhan
Kaji tingkat
penyebab
dan
ansietas,
pendidikan
dapat
menurunkan
stres
dan
ansietas
meningkatkan
kemajuan
persalinan
memberikan
informasi
dasar,
kesiapan
untuk
ansietas
melahirkan
anak,
memperberat
latar
belakang
dan
persepsi
nyeri,
mempengaruhi
orang terdekat
penggunaan teknik
koping
dan
menstimulasi
pelepasan
aldosteron
yang
dapat
Pantau
pola
kontraksi
uterus,
laporkan
disfungsi
meningkatkan
resospsi
dan air
natrium
persalinan
Anjurkan
kontraksi
hipertonik
atau
hipotonik
dapat
terjadi
klien
bila
stres
menetap
untuk
pelepasan
masalah
dan
memperpanjang
mengungkapkan
perasaan,
pola
katekolamin
stres, rasa takut dan
ansietas
mempunyai
efek
persalinan,
sering memperlama
Kala
karena
penggunaan
cadangan glukosa ;
menyebabkan
kelebihan epinefrin
Pantau TTV
yang
dari
dilepaskan
stimulasi
adrenal,
yang
menghambat
aktivitas miometrial
; dan meningkatkan
kadar norepinefrin
yang
cendrung
meningkatkan
aktivitas uterus
stres mengaktifkan
sistem
adrenokortikal
hipofisishipotalamik,
yang
meningkatkan
retensi dan resorpsi
natrium dan air dan
meningkatkan
eksresi
kalium.
Resorpsi
natrium
dan
air
dapat
memperberat
perkembangan
toksemia
intapartal/hipertensi
, kehilangan kalium
dapat memperberat
penurunan aktivitas
miometrik
Diagnose
2012
kontaksi
uterus
uterus, dilatasi
ketidaknyamanan
Nyeri
serviks
Tindakan keperawatan
b.d
Mengkaji
Evaluasi SOAP
kontraksi
dan
menerima
persalinan
bahwa
akan
tentang
menimbulkan nyeri
O: TD: 130/90 mmHg, klien
nyeri
mengkaji
yang diketahui
mengkaji faktor yang
dapat
menurunkan
toleransi
nyeri
menjelaskan
terhadap
untuk
metode
mengurani
nyeri
yang
dengan
tidak
berteriak-teriak.
napas
Data
memotivasi
klien
satu
teknik
pereda
jika nyeri
nyeri
menjelaskan
bahwa
b.d
krisis
informasi
situasional
perubahan
proses
psikologis
dan
persainan
fisiologis
pada
persalinan
sesuai
tentang
penyebab
ansietas,
kesiapan
untuk
melahirkan
anak,
latar
belakang
budaya
dengan
keadaan
dirinya
kebutuhan
mengkaji tingkat
dan
terdekat
menganjurkan
klien
untuk
mengungkapkan
perasaan, masalah
dan rasa takut
serta
keadaan
bagaimana
bayi
yang
ada
keperawatan
yang
yang
diberikan
perawat
tentang
kondisinya.
A : masalah teratasi
P : pantau TTV, dorong klien
untuk
mengungkapkan
perasaannya
b.d
uterus, dilatasi
klien
memotivasi klien untuk
20/2/
Nyeri
2012
kontaksi
serviks
skala
nyeri
mengatakan
8,
sedikit
klien
lebih
nyaman
dengan
pijatan
punggung
pada punggung
O: TD: 140/90 mmHg, klien
tampak berkeringat, meringis
dan meremas
kain, klien
motivasi
klien
untuk
Risiko
mengkaji
kekurangan
turgor kulit
memantau suhu sesuai
indikasi
mempertahankan
lingkugan tetap sejuk
mengukur TTV
menghitung
intake
lelah
O: TTV: 140/90 mmHg, keluar
darah + 300 cc. S: 36,5,
turgor
kulit
terpasang
IV
lembab,
line
RL
Kolaborasi:
gangguan
Parenteral
atau parenteal
RL : 12 tts/menit
mengkaji DJJ tiap 30 S : menit
indikasi,
Resiko
sesuai
pertukaran gas
tidak
penurunan
suplai
O2
plasenta
sekunder
akibat
kontraksi
uterus
berbaring
menit
memposisikan
persalinan
Kolaborasi :
pemberian oksigen
O2 : 3l/menit
mengkaji
2012
kekurangan
turgor kulit
memantau suhu sesuai
darah
P : 20x/menit, S : 36,5.
Oksigen : 3l /menit.
Risiko
kehilangan
130/80mmHg, N : 88x/menit,
ibu
21/2/
keadaan S:
indikasi
mempertahankan
lingkungan tetap sejuk
mengukur TTV
Kolaborasi:
memberikan cairan peoral
atau parenteal
klien
mengatakan
masih
darah
pembalut
kulit
terpasang IV line RL
A: masalah tidak terjadi
P: klien pindah ruangan
lembab,
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda khas tekanan darah tinggi
(hipertensi), dan ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang timbul karena
kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat juga
terjadi pada trimester kedua kehamilan (Hanifa, 1994 dan Rozikhan, 2007). Hal ini terjadi
pada klien (Ny. E) yaitu terdapat tekanan darah tinggi, terdapat edema/pembengkakan di
punggung kaki kanan dan kiri serta terdapat protein urin dengan nilai 7 (normal -). Pada
kasus Ny. E, hipertensi terjadi sejak umur kehamilan 29 minggu (trimester ketiga).
Preeklamsia sering tidak diketahui atau diperhatikan oleh wanita hamil yang bersangkutan,
sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat pre-eklampsia berat bahkan dapat menjadi
eklampsia yaitu dengan tambahan gejala kejang-kejang dan atau koma (Gede, 1998). Pada
Ny. E tidak terjadi gejala kejang atau koma.
Tanda dari preeklampsia adalah tekanan darah yang meninggi dan tercatat pada akhir
trimester kedua dan ketiga, mungkin penderita menderita preeklampsia (Benson dalam
Rozhkan, 2007).
Selain mengalami peningkatan tekanan darah, juga terdapat edema pada Ny. E.
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan kelebihan dalam jaringan tubuh, dan
biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan pada kaki, jari-jari
tangan, dan muka, atau pembengkan pada ektremitas dan muka (Hanifa, 1994). Saat dikaji,
Ny. E mengatakan kedua kakinya bengkak dan terlihat pembengkakan pada kedua
punggung kaki kanan dan kiri (tidak hilang dengan penekanan).
Klien (Ny. E) mengalami kenaikan selama hamil sebanyak 14 kg (klien lupa
kenaikan berat badan setiap minggu).
Proteinuria. Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi
0,3 g/liter dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ atau 2+
( menggunakan metode turbidimetrik standard ) atau 1g/liter atau lebih dalam air kencing
yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream untuk memperoleh urin yang bersih yang
diambil minimal 2 kali dengan jarak 6 jam. Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dari
hipertensi dan peningkatan berat badan. Proteinuria sering ditemukan pada preeclampsia.
Pada Ny. E terdapat proteinuria dari hasil pemeriksaan urin di laboratorium (7 gram
dengan nilai normal negatif).
Preeklampsia dibedakan menjadi dua yaitu preeclampsia ringan dan preeklampsia
berat. Preeklampsia ringan dengan satu atau lebih tanda dan gejala: tekanan darah sistol
140 mmHg atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam, tekanan darah
diastol 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam, kenaikan
berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu, proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat
kualitatif
preeklampsia berat ditandai dengan satu atau lebih tanda: tekanan darah sistolik 160
mmHg atau lebih, atau tekanan diastole 110 mmHg atau lebih, proteinuria 5 gram atau
lebih dalam 24 jam, 3+ atau 4+ pada pemeriksaan semikuantitatif, oliguria, air kencing 400
ml atau kurang dalam 24 jam., keluhan cerebral, gangguan penglihatan atau nyeri di
daerah epigastrium, edema paru-paru atau sianosis. Ny. E mempunyai tekanan darah
140/90 mmH (di bidan 180/100 mmHg, setelah 6 jam istirahat 160/90 mmHg), proteinuria
7 gram. Berdasarkan tanda dan gejala yang ada pada Ny. E, maka Ny. E tergolong ke
dalam preeklampsia berat.
Dari pengkajian riwayat kesehatan, pasien tidak memiliki riwayat penyakit seperti
penyakit jantung, diabetes melitus, hipertensi serta penyakit lainya. Dalam keluarga pun
tidak ada keluaga yang memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, TBC, asma dan
penyakit lainnya.
Pengkajian psikososial, klien lulusan S1 Akutansi dan sekarang adalah ibu rumah
tangga (IRT). Klien tidak bekerja sejak hamil ini (hanya dirumah). Hubungan klien dan
anggota keluarga yang lain baik, suami, adik dan kakaknya serta orang tuanya bergantian
menemani klien di rumah sakit. Begitu juga hubungan klien dengan tetangganya harmonis.
Saat di rumah sakit klien kooperatif dalam setiap pelayanan kesehatan yang diberikan,
karena klien sangat ingin cepat melahirkan dan anaknya serta dirinya bisa selamat dan
sehat serta bisa kembali berkmupul dengan keluarga di rumah. Hubungan klien dengan
teman-teman satu kamar di kamar bersalin juga baik, klien tampak sering mengobrol
dengan teman-temannya yang lain.
Gangguan sistem pernapasan tidak terjadi pada Ny. E, pernapasan pasien normal
(20x/menit). Tidak ada gangguan pada fungsi paru, suara paru vesikuler tidak ada suara
napas tambahan. Pengembangan dada simetris, saat di perkusi suara paru sonor. Tidak ada
fraktur, benjolan, nyeri, deformitas, dan juga luka.
Sistem kardiovaskular, tekanan darah klien tidak normal yaitu 140/90 mmHg, N :
88x/mnt, arteri karotis teraba, S1 S2 normal, gallop tidak ada, mur-mur tidak ada,
Capylarry refill < 2 detik. Tetapi klien sempat mengalami gangguan kardiovaskular kadar
hemoglobin klien 9-11 gr/dl sedangkan normalnya kadar hemoglobin untuk wanita adalah
12-14 gr/dl. Konjungtiva klien tampak ananemis, wajah tampak pucat. Untuk itu
pemeriksaan hematokrit harus selalu dipantau sampai tercapai nilai yang stabil. (Stanley,
2011).
Sistem pencernaan, klien tidak mengalami gangguan dalam sistem pencernaan,
sklera tidak ikterik, bibir lembab, bising usus 8x/menit, anus : tidak ada hemoroid, pola
eliminasi BAB dan BAK tidak ada masalah.
Data umum kebidanan, Kehamilan saat ini direncanakan, status obstetri G 1P0A0
HPHT: 16 Mei 2011 dengan usia kehamilan: 36 minggu (taksiran partus: 23 Februari 2012,
klien tidak mempunyai anak di rumah. Klien tidak mengikuti kelas prenatal, jumlah
kunjungan pemeriksaan akndungan sebanyak 13 x dengan tidak ada masalah kehamilan
yang lalu. Masalah kehamilan sekarang: hipertensi sejak usia kehamilan 29 minggu
dengan belum ada makanan bayi sebelumnya. Klien mempunyai rencana KB: IUD dan
pelajaran yang diinginkan: cara mengurangi nyeri, setelah bayi lahir mengasuh bayi akan
dibantu suami.
Riwayat persalinan sekarang, Persalinan tanggal 20 Febuari 2012, SC jam 22.30
WIB dengan keadaan kontraksi: 3x1030 dan frekuensi serta kualitas denyut jantung janin
138x/menit. Hasil pemeriksaan fisik yaitu: kenaikan BB selama kehamilan: 14 kg, TD
130/90 mmHg setelah diberikan nifedipin (di bidan 180/100); N 88x/menit; P 20 x /menit;
S 36,5 C, kepala dan leher: kepala tidak ada benjolan, rambut bersih warna hitam, leher
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, mata ananemis, sclera anikterik, tidak ada sumbatan
pada hidung, jantung: bunyi jantung normal, payudara: payudara simetris, tidak teraba
benjolan, areola itam, putting exverted, abdomen: terdapat linea nigra dan striae gravida,
TFU 32 cm, Djj 138 x/menit, kontraksi 3x1030, terdapat edema pada kedua punggung
kaki, reflex patella +/+, pemeriksaan dalam pertama jam 08.00 pembukaan 5 cm,
presentasi kepala, ketuban utuh.
KALA III, dengan tanda dan gejala: uterus globular, tali pusat menjulur, keluar
semburan darah, plasenta lahir jam: 22.40 WIB, cara lahir plasenta: schzult dengan anjang
tali pusat: 40 cm, pembuluh darah 2 arteri 1 vena, kotileodn lengkap, insersi plsenta
ditengah, klien tampak bahagia.
KALA IV, kala IV dimulai pukul 22.50 WIB dengan monitoring TTV pada 1 jam
pertama (22.55 WIB: TD 140/90 mmHg, N=88x/menit, TFU sepusat, kontraksi baik, 23.10
WIB: TD 140/90 mmHg, N=86x/menit, TFU sepusat, kontraksi baik, 23.25: TD 130/90
mmHg, N=88x/menit, TFU sepusat, kontraksi baik, 23.40 WIB: TD 130/90 mmHg,
N=88x/menit, TFU sepusat, kontraksi baik), pemantauan 1 jam kedua (00.10 WIB: TD
130/90 mmHg, N=80x/menit, TFU sepusat, kontraksi baik, 00.40 WIB: TD 130/90 mmHg,
N=80x/menit, TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi baik), keadaan uterus keras dengan
bonding attachment tidak terlihat karena tidak rooming-in.
BAYI, Bayi lahir tanggal: 20 Februari 2012, jam 23.00 WIB secara SC, dengan jenis
kelamin: perempuan, Apgar: 8/9, BB/ PB bayi: 3400 gr/ 49 cm, LK: 34 cm, anus +,
perawatan tali pusat dan perawatan mata dilakukan.
Pengkajian aktivitas menunjukan bahwa mobilitas fisik pasien sangat terbatas, pasien
hanya berada di tempat tidur karena klien mengeluh nyeri. Nyeri dikaji dengan
menggunakan PQRST. Klien mengatakan nyeri (P), nyeri sekali (Q), nyeri mulai dari
punggung menyebar ke pinggang (R), klien mengatakan skala nyeri 8 (S), klien tidak bisa
melakukan apa-apa (T), klien dibantu partial. Untuk kemampuan mandidan personal
hygiene klien dibantu oleh perawat dan bidan di rumah sakit. Begitu pula untuk BAK dan
BAB klien dibantu dengan mendekatkan pispot.
B. Diagnosa Keperawatan
dengan tepat memfasilitasi kontinuitas asuhan keperawatan dari satu perawat ke perawat
lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan
yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur
pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan
tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang (Potter,1997). Intervensi
keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien
dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Pedoman intervensi yang dilakukan adalah dengan panduan Buku Rencana Asuhan
Keperawatan : Marylinn Doegoes, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas (Maternity
Nursing) : Bobak dan disesuaikan dengan kondisi klien sehingga asuhan keperawatan
yang diberikan tepat dan sesuai kebutuhan klien.
D. Implementasi
Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien (Perry & Potter, 1997).
Implementasi yang dilakukan pada klien Ny. E dimulai dari tanggal 19 sampai 21
Februari 2012. Dalam pelaksanaannya klien sangat kooperatif dengan asuhan keperawatan
yang dilakukan.
Untuk diagnosa nyeri, implementasi yang sudah dilakukan kepada klien adalah
mengkaji kontraksi uterus dan ketidaknyamanan nyeri (PQRST: frekuensi, awitan, durasi,
waktu muncul, pencetus), mengkaji tentang metode pereda nyeri yang diketahui dan yang
digunakan, mengkaji faktor yang dapat menurunkan toleransi terhadap nyeri, menjelaskan
metode pereda nyeri seperti relaksasi dengan tarik napas dalam, masase punggung, dan
pola nafas, memotivasi klien untuk melakukan salah satu teknik pereda nyeri, menjelaskan
bahwa nyeri yang dirasakan adalah hal yang wajar.
Diagnosa resiko volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh impelemntasi yang
sudah dilakukan adalah mengkaji keadaan turgor kulit, mempertahankan lingkugan tetap
sejuk, mengawasi/menghitung intake-output klien, mengobservasi adanya perdarahan,
mengukur tanda-tanda vital setiap 1 jam, kolaborasi pemberian cairan intravena (Ringer
laktat 20 tetes per menit).
E. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara
proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat
dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan seharihari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan
sebelumnya. (Perry dan Potter, 1997).Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
1. Tujuan tecapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal,
sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
3. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan sama
sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji
secara lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan
faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya
tujuan.
Evaluasi dari implementasi yang telah dilakukan kepada klien Tn. K tidak semua
masalah teratasi dan tidak semua kriteria hasil tercapai.
Pada diagnosa nyeri masalah teratasi sebagian, hal ini ditunjukkan dengan
berkurangnya skala nyeri 8 dan sekarang skala nyeri 3, klien juga tampak lebih rileks dan
dapat beristirahat. Klien juga sudah melaksanakan tarik nafas dalam ketika nyeri timbul
dan menggunakan pola napas dengan baik.
Untuk diagnosa resiko volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh, masalah
teratasi/tidak terjadi. Hal ini didukung dengan data-data : klien tidak tampak pucat, volume
cairan adekuat, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa lembab, turgor kulit
baik, klien sudah tidak terpasang infus. Klien makan 3x sehari dengan nafsu makan baik,
perdarahan pada luka SC tidak terjadi dan balutan luka tidak rembes.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ny. E datang ke kamar bersalin karena dirujuk oleh bidan (tekanan darah
tinggi:180/100 mmHg), klien mengeluh nyeri, nyeri pada punggung menyebar ke
pinggang, nyeri sekali, skala nyeri 8, tidak bisa melakukan apa-apa. Diagnosa
yang muncul pada kasus ini adalah nyeri akut b.d kontraksi uterus, dilatasi serviks,
resiko volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d perdarahan,. Setelah
diberikan asuhan keperawatan terhadap masing-masing diagnosa terjadi beberapa
kemajuan. Untuk diagnosa nyeri, skala nyeri klien dapat berkurang dan klien
mampu melakukan tehnik relaksasi: tarik nafas dalam dan menggunakan pola
napas dengan baik. Untuk diagnosa resiko volume cairan kurang dari kebutuhan
tubuh
tampak perbaikan pada klien yaitu dengan klien tidak tampak pucat,
mukosa tidak kering, turgor kulit baik, dan tidak lagi diberikan cairan intravena.
B. Saran
1. Untuk bidan di ruangan agar melakukan pengkajian secara lebih komprehensif
dan mengajarkan cara penurunan nyeri serta evaluasi yang kontinu saat nyeri
kemudian monitoring serta fasilitasi pemenuhan kebutuhan akan nutrisi dan
cairan (makan dan minum).
2. Untuk Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang,
3. Untuk Institusi PSIK-UIN, sebaiknya dibuatkan modul tentang doa-doa dan
zikir untuk ibu yang hamil dan melahirkan untuk mengurangi ansietas dan
nyeri serta memberikan ketenangan serta kesiapan dalam melahirkan.