PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kualitas air merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi suatu
perairan yang dijadikan sebagai tempat budidaya. Dengan kualitas air yang baik,
produktifitas dan kesuburan perairan akan lebih baik dan menjanjikan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik pula. Kualitas air yang di perlukan yaitu adanya
pH yang cukup. Salah satu faktor kimia dari kualitas air tersebut adalah
Alkalinitas. Alkalinitas secara umum menunjukkan konsentrasi basa atau bahan
yangmampu menetralisir keasamaan dalam air. Secara khusus, alkalinitas sering
disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pembuffferan dari ion
bikarbonat, dan sampai tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air.
Ketiga ion tersebut di dalam air akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga
menurunkan keasaman dan menaikkan pH. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam
satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat (CaCO3). Air dengan kandungan kalsium
karbonat lebih dari 100 ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan
kandungan kurang dari 100 ppm disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas
sedang. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan
nilai alkalinitas diatas 20 ppm (Lesmana, 2005). Sebagian besar dari permukaan
bumi kita tertutup oleh air, air yang ada di permukaan bumi kita ini memiliki
kegunaan masing-masing. Baik itu untuk konsumsi maupun untuk budidaya.
Salah satu parameter kualitas air yang sangat berperan dalam usaha budidaya itu
sendiri yakni alkalinitas. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan
tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan. Sama halnya dengan larutan
buffer, alkalinitas merupakan pertahanan air terhadap pengasaman. Alkalinitas
adalah hasil reaksi-reaksi terpisah dalam larutan hingga merupakan sebuah analisa
makro yang menggabungkan beberapa reaksi. Alkalinitas dalam air disebabkan
oleh ion-ion karbonat (CO32- ), bikarbonat (HCO3- ), hidroksida (OH-) dan borat
(BO33-), fosfat (PO43-), dan sebagainya. Alkalinitas adalah salah satu dari
parameter kimia dalam perairan. Parameter ini dapat mempengaruhi keadaan dan
kualitas dari perairan itu sendiri. Melihat pentingnya peran alkalinitas dalam
perairan, maka di laksanakan praktikum untuk mengetahui kadar alkalinitas yang
baik dan buruk dalam perairan.
1.2 Tujuan Praktikum
a. Mengetahui cara menghitung nilai alkalinitas suatu perairan
b. mengetahui alkalinitas yang optimum untuk kegiatan budidaya
1
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Alkalinitas
yang sama. Semakin tinggi konsentrasi ion H+, akan semakin rendah konsentrasi
ion OH- dan pH >7, maka perairan bersifat alkalis (basa) Kordi (2005).
Alkalinitas atau yang dikenal dengan total alkalinitas adalah konsentrasi
total unsur basa-basa yang terkandung dalam air dan biasannya dinyatakan dalam
mg/l atau setara dengan CaCO3. Ketersediaan ion basa bikarbonat (HCO3) dan
karbonat (CO32-) merupakan parameter total alkalinitas dalam air tambak. Unsurunsur alkalinitas juga dapat bertindak sebagai buffer (penyangga) pH. Dalam
kondisi basa ion bikarbonat akan membentuk ion karbonat dan melepaskan ion
hidrogen yang bersifat asam, sehingga keadaan pH menjadi netral.sebaliknya bila
keadaan terlalu asam, ion karbonat akan mengalami hidrolisa menjadi ion
bikarbonat dan melepaskan hidrogen oksida yang bersifat basa, sehingga keadaan
kembali netral. (Brotowidjoyo, 1999)
Lanjut dikatakan bahwa untuk tumbuh optimal, pklankton menghendaki
total alkalinitas sekitar 80-120 ppm. Tambak yang diberi pengapuran
alkalinitasnya mencapai 150-300 ppm. konsentrasi total alkalinitas sangat erat
hubungannya dengan konsentrasi total kesadahan air. Di lahan, umumnya total
alkalinitas mempunyai konsentrasi yang sama dengan konsentrasi total kesadahan.
(Effendi,2003)
Kapasitas air menerima protein disebut alkalinitas. Air yang alkali atau
bersifat basa sering mempunyai pH tinggi dan umumnya mengandung padatan
terlarut yang tinggi. Alkalinitas merupakan faktor kapasitas untuk menetralkan
asam. Oleh karena kadang-kasang penambahan alkalinitas lebih banyak
dibutuhkan untuk mencegah supaya air itu tidak menjadi asam. (Kurniasih. 2008)
2.2
Teknik Pengapuran
setelah pengerngan tambak dengan dosis 1.000--1.875 kg/ha yang diteba secara
merata ke permukaan tanah dasar tambak,tergantung pH tanah dasar tambak.
Adapun cara-cara pengapuran tambak agar memperoleh hasil yang baik,
menurut murtidjo (1988) diantaranya:
1. Tanah dasar tambak setelah pengeringan digali dengan kedalaman sekitar
0,1 meter, selanjutnya dicampur dengan kapur dan diaduk
2. Pengadukan harus baik dan benar hingga merupakan adonan yang
homogen serta sempurna
3. Setelah adonan sempurna, bisa dikembalikan dan diratakan pada dasar
tambak
4. Pengapuran dilakukan setiap musim penebaran benur atau nener
Menurut Kholis (2010), Pemberian kapur dilakukan dengan cara disebar
merata dipermukaan tanah dasar kolam. setelah pengapuran selesai, tanah dasar
kolam dibalik dengan menggunakan cangkul sehingga kapur bisa lebih masuk ke
dalam lapisan tanah dasar, pengapuran untuk kolam semen dan terpal dilakukan
dengan cara dinding kolam dan terpal dikuas dengan kapur yang telah dicampur
air.
Cara Pengapuran Tambak yaitu periksa pH tanah pada beberapa titik yang
berbeda pada dasar tambak dengan menggunakan alat pengukur pH hingga sesuai
dengan yang diharapkan.
pH 4-5 digunakan kapur 500 - 1000 kg/ha.
pH 5-6 digunakan kapur
250 - 500 kg/ha.
pH > 6 digunakan dolomit 100 250 kg/ha.
Pemberian kapur harus disesuaikan dengan tekstur dan pH tanah. Kemudian
dolomit/kapur ditebarkan ke seluruh dasar dan pematang tambak dan tambak siap
diisi sampai ketinggian yang dinginkan (Saefulhakim,1985)
2.3
untuk kelompok 3 hasilnya 124 mg/L, 264 mg/L, dan 48 mg/L hasilnya itu
sesuai dengan literatur yang ada karena literatur menyatakan untuk alkalinitas
pada siang hari lebih rendah jadi 124 mg/L ke 264 mg/L itu tidak sesuai dengan
literatur dan kemudian dari 264 mg/L ke 48 mg/L itu tidak sesuai dengan literatur.
Dan mungkin juga didalam akuariumya tidak ada proses fotosintesis yang
menyebabkan CO2 tidak terambil dan alkalinitas rendah yang akan berdampak
pada pH yang akan rendah juga.
Untuk kelompok 4 hasilnya 100 mg/L, 120 mg/L, dan 80 mg/L hasilnya
itu sesuai dengan literatur yang ada karena literatur menyatakan untuk alkalinitas
pada siang hari lebih rendah jadi 100 mg/L ke 120 mg/L itu tidak sesuai dengan
literatur dan kemudian dari 120 mg/L ke 80 mg/L itu sesuai dengan literatur. Dan
mungkin juga didalam akuariumya CO2 terambil oleh mikroorganisme yang ada di
dlam akuarium dan alkalinitasrendah yang akan berdampak pada pH yang akan
rendah juga.
Untuk kelompok 5 hasilnya 100 mg/L, 130 mg/L, dan 100 mg/L hasilnya
itu sesuai dengan literatur yang ada karena literatur menyatakan untuk alkalinitas
pada siang hari lebih rendah jadi 100 mg/L ke 130 mg/L itu tidak sesuai dengan
literatur dan kemudian dari 130 mg/L ke 100 mg/L itu sesuai dengan literatur. Dan
mungkin juga didalam akuariumya CO2 terambil oleh mikroorganisme yang ada di
dlam akuarium dan alkalinitasrendah yang akan berdampak pada pH yang akan
rendah juga.
4.2.2. Penggunaan Kapur Dolomit
Penggunaan kapur dolomit pada praktikum ini adalah untuk melihat
fungsinya dalam proses alkalinitas yang diartikan sebagai kapasitas air unutk
menjaga (Buffer) terhadap fluktuasi pH. dengan menggunakan kapur dolomit pada
praktikum ini kita dapat mengetahui peranan dari kapur dolomit itu sendiri.
Dolomit meningkatkan alkalinitas air sehingga meningkatkan ketersediaan
karbondioksida untuk fotosintesis. Alkalinitas tinggi setelah dolomit juga buffer
air terhadap perubahan drastic pH umum dalam kolam eutrofik dengan air lunak.
PH pagi akan lebih tinggi setelah dolomit, namun, karena penyangga oleh
bikarbonat,Sore nilai pH tidak akan setinggi sebelum aplikasi kapur. Dolomit
meningkatkanTotal hardness dengan menambahkan alkali (kalsium dan
magnesium - PearlSpar-Aqua). Dengan perlakuan kapur, air dapat dibersihkan
dari noda humat yang bersal dari vegetatif, yang membatasi penetrasi cahaya.
Efek bersih dari perubahan dolomit kualitas air berikut ini untuk meningkatkan
produktivitas fitoplankton, yang pada gilirannya, menyebabkan peningkatanikan /
udang / produksi udang.
Sebenarnya, alkalinitas total adalah indikator yang lebih handal dari
kebutuhan untuk dolomit dari total hardness karena beberapa kolam mungkin
memiliki total kesadahan rendah dan kebasaan tinggi atau sebaliknya. Total
Kesadahan lebih mudah untuk mengukur, khususnya di lapangan, dari pada
alkalinitas.Banyak sekali, kebutuhan kapur yang pertama kali diusulkan pada saat
9
10
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
Mahasiswa mengetahui cara perhitungan nilai alkalinitas suatu perairan
dengan menggunakan rumus AN1000.
Mengetahui alkalinitas yang optimal untuk kegiatan budidaya adalah 100300 ppm.
5.1. Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan demi kelancaran praktikum ke
depan, yaitu :
Praktikan harus lebih aktif dalam melakukan praktikum agar ilmu yang
didapat lebih banyak.
Adanya komunikasi dan interaksi yang baik antara asisten dosen dengan
praktikan sehingga terciptanya kondisi yang efektif dalam melakukan
praktikum.
Semoga praktikum yang akan datang lebih baik dari pada praktikum
seelumnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
13