Anda di halaman 1dari 17

PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL:

PERSAMAAN PARABOLIK

Oleh:
1. Ninik Rahmayanti
2. Fatma Riskiyah K
3. Irwan Pradana

(103214001)
(103214016)
(103214037)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
2012

KATA PENGANTAR

Pujisyukurkehadirat

Allah

SWT

ataslimpahandanhidayah-NYA,

sehinggapenulisanmakalahdenganjudul PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL:


PERSAMAAN

PARABOLIK

inidapatterselesaikantepatpadawaktunya.

Makalahinidisusununtukmengetahui bagaimana caranya menggunakan metode-metode


dalam menyelesaikan persamaan panas yang merupakan contoh dari persamaan parabolik.
Dalampenyusunanmakalahini,
tidaksedikitpenulismengalamikesulitandanhambatanbaiksecara

material

maupunmorilnamunberkatbantuandanmasukandariberbagaipihaksehinggamakalahinidapatt
erselesaikandenganbaik.
Penulismenyadaribahwamakalahinimasihbanyakkekurangandankekeliruan
disebabkanpengalamandanpengetahuanpenulis
penulismengharapkankritikdan

yang
saran

yang

terbatas.Olehkarenaitu,
yang

membangundaripembacagunakesempurnaanmakalahini.

Surabaya, 02Desember 2012

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persamaan Parabolik adalah salah satu persamaan yang tergantung pada waktu
(tidak permanen). Penyelesaian persamaan tersebut memerlukan kondisi awal dan
batas.
Dalam hal ini, kami akan membahas beberapa metode menyelesaikan persamaan
panas yang merupakan contoh dari persamaan parabolik. Metode-metode yang akan
kami bahas untuk menyelesaikan persamaan panas, yaitu: Metode Eksplisit, Metode
Implisit, dan Metode Crank Nicolson.
Persamaan panas merupakan salah satu contoh dari persamaan parabolik dalam
kehidupan sehari-hari. Karena,persamaan panas mirip dengan pergerakan difusi
molekul dan pergerakan panas disetiap sisi.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakangpermasalahan di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah pengertian Parabolic Equation(Persamaan Parabolik)?
2. Apakah contoh permasalahan persamaan parabolik dalam kehidupan sehari-hari?
3. Apa sajakah metode yang digunakan untuk menyelesaikan Persamaan Parabolik.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari Persamaan Parabolik.
2. Untuk mengetahui contoh Persamaan Parabolik dalam kehidupan sehari-hari.
3. Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan untuk menyelesaikan
Persamaan Parabolik.

BAB II
LANDASAN TEORI
1

2.1.

Definisi Persamaan Parabolik


Diketahui Persamaan Diferensial Parsial:

2T
2T
2T
T T
A suatu
Btitik (x0
C
D( x, tpersyaratan:
,T ,
,
)0
Jika
,t0) memenuhi
2
2
xt
x t
x
t

B (x0 ,t0) - 4.A (x0 ,t0).C (x0 ,t0)=0


Maka persyaratan tersebut disebut Persamaan Parabolik.
Persamaan parabola biasanya merupakan persamaan yang tergantung pada waktu
(tidak permanen). Penyelesaian persamaan tersebut memerlukan kondisi awal dan
batas. Kita akan membahas pada 1-D terlebih dahulu, setelah itu akan membahas
pada 2-D dan 3-D.

2.2.

Persamaan Panas
Persamaan panas merupakan contoh dari Persamaan Parabolik. Penyebabnya
adalah karena contoh ini mirip dengan pergerakan difusi molekul dan pergerakan
panas disetiap sisi.

Input- Outputs= Storage


q ( x)yzt q( x x) yzt xyzCT

q ( x ) q ( x x )
T
C
x
t

Dengan mengambil limit, akan diperoleh:

q
T
C
x
t

Kemudian subsitusikan dengan Fourier Law of Heat Conduction:


q ( x ) k ' C
k ' C

T
q
2T

k ' C 2 Ke persamaan yang di atas:


x
x
x

2T
T
C
2
t
x

T
2T
k' 2
t
x

dengan k '

persamaan inilah yang disebut persamaan panas.

BAB III
PEMBAHASAN
Dalam 1-D, penyelesaian persamaan panas dibagi menjadi 3: yaitu
a. Metode Eksplisit
b. Metode Implisit
c. Metode Crank-Nicolson

Dari ketiga metode itu, yang menjadi perbedaan adalah tingkat aproksimasi waktu.
Berikut penjelasan dari metode-metode diatas.

3.1.

Metode Eksplisit

Pada metode eksplisit, variabel waktu pada l+1 dihitung berdasarkan pada variabel
waktu l yg diketahui. Dengan menggunakan gambar dibawah ini,

maka turunan kedua terhadap ruang skema tengah diperoleh;

2T Ti l1 2Ti l Ti l1
dan turunan pertama terhadap waktu
diperoleh;
skema maju
x 2
x 2
T Ti l 1 Ti l

jika kedua persamaan disubtitusi dengan persamaan panas yang


t diatas,tdiperoleh;
Ti l1 2Ti l Ti l1 Ti l 1 Ti l

x 2
T
l 1
l
l
l
Ti Ti (Ti 1 2Ti Ti l1 );
k'

k ' t

Contoh
x1:2
Cari distribusi suhu aluminium (panjang 2cm) dengan k=0.49 cal/(s.cm.C), x=2

cm, t=0.1sec. Suhu pada ujung tembaga adalah 0 dan untuk semua waktu di
T(0)=100C dan T(10)=50C. Note: C=0.2174 cal/(g. C) dan =2.7 g/cm.
Penyelesaian:
Dicari nilai
k ' t
kt

2
x
Cx 2
0.49 0.1

2.7 0.2174 (2) 2


0.020875

o Saat t=0 (l+1=0), maka Ti 0 0; i 1,2,3,4


o Saat T(0) = 100 (i=0) dan T(100) = 50 (i=5), maka
o Untuk t=0.1; maka l+1=1
T0l 1 100 T5l 1 50
x=2, maka i=1
T11 T10 (T20 2T10 T00 )
T11 0 0.020875(0 2(0) 100) 100

x=4, maka i=2


4

T21 T20 (T30 2T20 T10 )


T211 0 0.020875(0 2(0) 0) 0

x=6, maka i=3


T31 T30 (T40 2T30 T10 )
T31 0 0.020875(0 2(0) 0) 0

x=8, maka i=4

T41 T40 (T50 2T40 T30 )

o 1Untuk t=0.2; maka l+1=2


T 0 0.020875(50 2(0) 0) 1.0438
4 x=2, maka i=1

T12 T11 (T21 2T11 T01 )

x=4, maka i=2

T12 2.0875 0.020875(0 2( 2.0875) 0) 4.0878


T22 T21 (T31 2T21 T11 )

x=6, maka i=3

T22 0 0.020875(0 2(0) 2.0875) 0.043577


T32 T31 (T41 2T31 T21 )

x=8, maka i=4

T32 0 0.020875(1.0438 2(0) 0) 0.021788


T42 T41 (T51 2T41 T31 )
T42 1.0438 0.020875(50 2(1.0438) 0) 2.0439

Perhitungan ini bisa disajikan dalam tabel, sbb:

Ket: yang bertanda kuning adalah distribusi suhu di titik interior.


Contoh 2:
Cari suhu besi(ketebalan 2cm) dengan fungsi satuan waktu untuk k=0.13 cal/
(s.cm.C), C=0.11 cal/(g. C) dan =7.8 g/cm
5

u(x)=100x, 0x 1; u(x)=200-100x, 1 x 2
Karena x=0 dan x=2, T=0. Ambil x=0.25 jadi terdapat 8 subdivisi.
k ' t

kt

Ambil =0.5, maka x 2 Cx 2


0.13 t
7.8 0.11 (0.25) 2
t 0.206 sec

0.5

Karena semuanya telah diketahui, dengan mudah dihitung distribusi suhu titik
interior sepanjang tl+1 dengan tabel sbb:

Ket: yang bertanda kuning adalah distribusi suhu dititik interior antara sampai 1.

3.2.

Metode Implisit

Pada metode eksplisit, ditemukan masalah pada kestabilitas. Maka di uji pada
metode implisit. Dengan menggunakan gambar dibawah ini, maka turunan kedua
terhadap ruang skema tengah diperoleh;

2T Ti l11 2Ti l 1 Ti l 11

2
x 2waktu skema
xmaju
dan turunan pertama terhadap
diperoleh;
T Ti l 1 Ti l

Substitusikan kedua persamaan diatas dengan Persamaan Panas,


t akan menjadi:
t
l 1
l 1
l 1
l
Ti 1 (1 2 )Ti Ti 1 Ti atau
(1 2 )Ti l 1 Ti l 11 Ti l Ti l11

kt
cpx 2

dan diketahui ujung-ujungnya adalah T0l 1danTi l 11

Untuk menentukan distribusi temperatur, bisa di representasikan dalam bentuk


matrik, sbb:

1 2

1 2

0
0

0
0

. .
. .

0
0

0
0

. .

1 2 . .
.
. . .

0
.

0
.

1 2

0
.

0
.

. .

.
0

.
0

.
0

.
0

.
0

. . .
.
. . 1 2

. .

0
0

T1l 1

T1l T0l 1

0
.
.

T2l 1
T l 1
3
T4l 1

1 2

T4l

T2l
T3l

.
.

.
.

.
.

l 1
l

Ti 1
Ti 2

Ti l 1 Ti l Ti l11

Contoh 3: Gunakan metode implisit untuk menghitung distribusi temperatur pada


soal contoh 1!
Penyelesaian:
Diketahui 0.020875
0
o Saat t=0 (l+1=0), maka Ti 0; i 1,2,3,4
o Saat T(0) = 100 (i=0) dan T(100) = 50 (i=5), maka
o Untuk t=0.1; maka l+1=1
T0l 1 100 T5l 1 50
Saat x = 2 (i=1)

0.020875(T01 ) 1.04175T11 0.020875T21 T10

Saat x = 4 (i=2)

1.04175T11 0.020875T21 2.0875


0.020875(T11 ) 1.04175T21 0.020875T31 T20

Saat x = 6 (i=3)1
0.020875(T1 ) 1.04175T21 0.020875T31 0

0.020875(T21 ) 1.04175T31 0.020875T41 T30

Saat x = 8 (i=4)1
0.020875(T2 ) 1.04175T31 0.020875T41 0

0.020875(T ) 1.04175T 0.020875T T


1
3

1
4

0.020875(T31 ) 1.04175T41 1.04375

1
5

0
4

Maka, dapat direpresentasikan ke bentuk matriks:

1.04175 0.020875

0.020875 1.04175 0.020875

T11 2.0875
1

0
T2

0.020875 1.04175 0.020875 T31


0

T 1 1.04375

0
.
020875
1
.
04175
Dengan
OBE,
didapat

T 1 2.0047; T 1 0.0406
1

T 0.0209; T41 1.0023


o Untuk t=0.2; maka l+1=2
Saat x = 2 (i=1)
1
3

0.020875(T02 ) 1.04175T12 0.020875T22 T11

Saat x = 4 (i=2)

1.04175T12 0.020875T22 4.0922


0.020875(T12 ) 1.04175T22 0.020875T32 T21

0.020875(T12 ) 1.04175T22 0.020875T321 0.040589

Saat x = 6 (i=3)
0.020875(T22 ) 1.04175T32 0.020875T42 T31

0.020875(T22 ) 1.04175T32 0.020875T42 0.020889

Saat x = 8 (i=4)

0.020875(T32 ) 1.04175T42 0.020875T52 T41


0.020875(T32 ) 1.04175T42 2.0461

Direpresentasikan ke matriks tridiagonal

2.04175 0.020875

0.020875 2.04175 0.020875

0.020875 2.04175 0.020875

0
.
020875
2
.
04175

T12 4.0922
2

T2 0.040589
T 2 0.020889
3

T 2 2.0461

dengan OBE, didapat: T12 3.9306; T22 0.11896


T32 0.061827; T42 1.9653

dll.

Untuk seterusnya, kita bisa membuat program matlab:


l=0.020875;

r=1+2*l;
A=[r -l 0 0;-l r -l 0;0 -l r -l;0 0 -l r];
a=input('masukkan a=');
b=input('masukkan b=');
c=input('masukkan c=');
d=input('masukkan d=');
B=[a+100*l;b;c;d+50*l];
disp([num2str([A B])]);
disp([num2str(rref([A B]))]);

Dengan menghitung sampai t=1.0, maka dapat di sajikan sbb:

3.3.

Metode Crank-Nicolson

Metode ini menyajikan gabungan antara metode eksplisit dan implisit. Dengan
menggunakan gambar dibawah ini, maka turunan kedua terhadap ruang skema
tengah diperoleh;
2T 1 Ti l1 2Ti l Ti l 1 Ti l11 2Ti l 1 Ti l 11

x 2 2
x 2
x 2

l 1
l
dan turunan pertama terhadap waktu skema maju diperoleh; T Ti Ti
t
t

Substitusikan kedua persamaan diatas dengan Persamaan Panas, akan menjadi:


Ti l 11 2(1 )Ti l 1 Ti l11 Ti l11 2(1 )Ti l 1 Ti l11

kt
cpx 2

bila ujung-ujungnya T0l 1danTi l 11


Untuk menentukan distribusi temperatur, bisa di representasikan dalam bentuk
matrik, sbb:

0
0
2 2

0
2 2
0
2 2

0
2 2
0
.
.
.
.

.
.
.
.

.
.
.
.
0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
0

.
.
.
0
0

.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

0 0
0 T1l 1
l 1
0 0
0 T2
0 0
0 T3l 1

0 0
0 T4l 1

.
.
. .
.
.
. .

.
.
. .
2 2 Til11

0 2 2 Til 1

T0l (2 2 )T1l T2l T0l 1

l
l
l
T1 (2 2 )T2 T3
T l (2 2 )T l T l
2
3
4

l
l
l
T3 (2 2 )T4 T5

l
l
l
T (2 2 )T T
i 2
i 1
l i3

l
l
l 1
Ti1 (2 2 )Ti Ti1 Ti1

Contoh 4: Gunakan metode crank-nicolson untuk menghitung distribusi temperatur


pada soal contoh 1!
Penyelesaian:
Diketahui 0.020875
1

Untuk t=0.1, maka:

2.04175 0.020875

0.020875 2.04175 0.020875

0.020875 2.04175 0.020875

T11

T2
1
0
T3

T 1 2.0875

0.020875

dengan OBE, didapat:

2.04175

4.175

T11 2.045; T21 0.021018


T31 0.010669; T41 1.0225

Untuk t=0.2, maka:

T12 2.045
2

0.020875 2.04175 0.020875


T2 0.021018

0.020875 2.04175 0.020875 T32 0.010669


0.020875 2.04175 T42 1.0225

2.04175

0.020875

dengan OBE, didapat: T12 4.0072; T22 0.082477


T32 0.032413; T42 1.0434

dll.
Untuk mempermudah, kita bisa membuat program matlab:
l=0.020875;
r=2+2*l;
p=2-2*l;
A=[r -l 0 0;-l r -l 0;0 -l r -l;0 0 -l r];
a=input('masukkan a=');
b=input('masukkan b=');
c=input('masukkan c=');
d=input('masukkan d=');
B=[p l 0 0;l p l 0;0 l p l;0 0 p l];
C=[a;b;c;d];
D=[l*200;0;0;l*100];
E=(B*C)+D;
disp([num2str([A E])]);
disp([num2str(rref([A E]))]);

Dengan menghitung sampai t=1.0, maka dapat di sajikan sbb:

Persamaan Parabolik 2 Dimensi


Persamaan Parabolik dapat diaplikasikan lebih dari satu dimensi. Untuk dua
dimensi, persamaannya sbb:
2T 2T
2
2
y
x

k '

T
t

dengan

k'

k
C

Penyelesaian persamaan ini adalah


Ti ,l j 1 (Ti l 1, j Ti l1, j Ti ,l j 1 Ti l, j 1 ) (1 4 )Ti ,l j

Contoh
Sebuah lempengan baja dengan lebar 8 inchi dan panjangnya 6 inchi. Suhu di
semua titik interior adalah 50o . Suhu tepi baja ditunjukkan pada gambar berikut
:

Hitung distribusi suhu


pada titik interior?

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Persamaan panas yang merupakan contoh dari persamaan parabolik dapat
diselesaikan dengan metode implisit, eksplisit, dan crank-nicolson dalam 1 Dimensi
serta dapat diselesaikan dengan metode 2 Dimensi seperti yang telah dijelaskan.
Dari semua metode yang ada, kita tidak dapat membedakan mana metode yang
paling baik karena semua metode memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Gerarld,Curtis.Patric,O.Wheatly.Applied

Numerical

Analysis

Seventh

Edition.2004.California Politechnic State University

Canale,P.Raymond.Numerical Methods for Engineers Fifth Edition.2006.Singapore

http://elista.akprind.ac.id/upload/files/584_Bab_9.docdiakses

tanggal

25

Oktober 2012 pukul 17.07.00

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Supardi,%20S.Si.,
%20M.Si./PDP%20JADI.pdfdiakses tanggal 19 November 2012 pukul 14.58.00

Anda mungkin juga menyukai