PERSAMAAN PARABOLIK
Oleh:
1. Ninik Rahmayanti
2. Fatma Riskiyah K
3. Irwan Pradana
(103214001)
(103214016)
(103214037)
KATA PENGANTAR
Pujisyukurkehadirat
Allah
SWT
ataslimpahandanhidayah-NYA,
PARABOLIK
inidapatterselesaikantepatpadawaktunya.
material
maupunmorilnamunberkatbantuandanmasukandariberbagaipihaksehinggamakalahinidapatt
erselesaikandenganbaik.
Penulismenyadaribahwamakalahinimasihbanyakkekurangandankekeliruan
disebabkanpengalamandanpengetahuanpenulis
penulismengharapkankritikdan
yang
saran
yang
terbatas.Olehkarenaitu,
yang
membangundaripembacagunakesempurnaanmakalahini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
1
2.1.
2T
2T
2T
T T
A suatu
Btitik (x0
C
D( x, tpersyaratan:
,T ,
,
)0
Jika
,t0) memenuhi
2
2
xt
x t
x
t
2.2.
Persamaan Panas
Persamaan panas merupakan contoh dari Persamaan Parabolik. Penyebabnya
adalah karena contoh ini mirip dengan pergerakan difusi molekul dan pergerakan
panas disetiap sisi.
q ( x ) q ( x x )
T
C
x
t
q
T
C
x
t
T
q
2T
2T
T
C
2
t
x
T
2T
k' 2
t
x
dengan k '
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam 1-D, penyelesaian persamaan panas dibagi menjadi 3: yaitu
a. Metode Eksplisit
b. Metode Implisit
c. Metode Crank-Nicolson
Dari ketiga metode itu, yang menjadi perbedaan adalah tingkat aproksimasi waktu.
Berikut penjelasan dari metode-metode diatas.
3.1.
Metode Eksplisit
Pada metode eksplisit, variabel waktu pada l+1 dihitung berdasarkan pada variabel
waktu l yg diketahui. Dengan menggunakan gambar dibawah ini,
2T Ti l1 2Ti l Ti l1
dan turunan pertama terhadap waktu
diperoleh;
skema maju
x 2
x 2
T Ti l 1 Ti l
x 2
T
l 1
l
l
l
Ti Ti (Ti 1 2Ti Ti l1 );
k'
k ' t
Contoh
x1:2
Cari distribusi suhu aluminium (panjang 2cm) dengan k=0.49 cal/(s.cm.C), x=2
cm, t=0.1sec. Suhu pada ujung tembaga adalah 0 dan untuk semua waktu di
T(0)=100C dan T(10)=50C. Note: C=0.2174 cal/(g. C) dan =2.7 g/cm.
Penyelesaian:
Dicari nilai
k ' t
kt
2
x
Cx 2
0.49 0.1
u(x)=100x, 0x 1; u(x)=200-100x, 1 x 2
Karena x=0 dan x=2, T=0. Ambil x=0.25 jadi terdapat 8 subdivisi.
k ' t
kt
0.5
Karena semuanya telah diketahui, dengan mudah dihitung distribusi suhu titik
interior sepanjang tl+1 dengan tabel sbb:
Ket: yang bertanda kuning adalah distribusi suhu dititik interior antara sampai 1.
3.2.
Metode Implisit
Pada metode eksplisit, ditemukan masalah pada kestabilitas. Maka di uji pada
metode implisit. Dengan menggunakan gambar dibawah ini, maka turunan kedua
terhadap ruang skema tengah diperoleh;
2T Ti l11 2Ti l 1 Ti l 11
2
x 2waktu skema
xmaju
dan turunan pertama terhadap
diperoleh;
T Ti l 1 Ti l
kt
cpx 2
1 2
1 2
0
0
0
0
. .
. .
0
0
0
0
. .
1 2 . .
.
. . .
0
.
0
.
1 2
0
.
0
.
. .
.
0
.
0
.
0
.
0
.
0
. . .
.
. . 1 2
. .
0
0
T1l 1
T1l T0l 1
0
.
.
T2l 1
T l 1
3
T4l 1
1 2
T4l
T2l
T3l
.
.
.
.
.
.
l 1
l
Ti 1
Ti 2
Ti l 1 Ti l Ti l11
Saat x = 4 (i=2)
Saat x = 6 (i=3)1
0.020875(T1 ) 1.04175T21 0.020875T31 0
Saat x = 8 (i=4)1
0.020875(T2 ) 1.04175T31 0.020875T41 0
1
4
1
5
0
4
1.04175 0.020875
T11 2.0875
1
0
T2
T 1 1.04375
0
.
020875
1
.
04175
Dengan
OBE,
didapat
T 1 2.0047; T 1 0.0406
1
Saat x = 4 (i=2)
Saat x = 6 (i=3)
0.020875(T22 ) 1.04175T32 0.020875T42 T31
Saat x = 8 (i=4)
2.04175 0.020875
0
.
020875
2
.
04175
T12 4.0922
2
T2 0.040589
T 2 0.020889
3
T 2 2.0461
dll.
r=1+2*l;
A=[r -l 0 0;-l r -l 0;0 -l r -l;0 0 -l r];
a=input('masukkan a=');
b=input('masukkan b=');
c=input('masukkan c=');
d=input('masukkan d=');
B=[a+100*l;b;c;d+50*l];
disp([num2str([A B])]);
disp([num2str(rref([A B]))]);
3.3.
Metode Crank-Nicolson
Metode ini menyajikan gabungan antara metode eksplisit dan implisit. Dengan
menggunakan gambar dibawah ini, maka turunan kedua terhadap ruang skema
tengah diperoleh;
2T 1 Ti l1 2Ti l Ti l 1 Ti l11 2Ti l 1 Ti l 11
x 2 2
x 2
x 2
l 1
l
dan turunan pertama terhadap waktu skema maju diperoleh; T Ti Ti
t
t
kt
cpx 2
0
0
2 2
0
2 2
0
2 2
0
2 2
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
.
.
.
0
0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
0 0
0 T1l 1
l 1
0 0
0 T2
0 0
0 T3l 1
0 0
0 T4l 1
.
.
. .
.
.
. .
.
.
. .
2 2 Til11
0 2 2 Til 1
l
l
l
T1 (2 2 )T2 T3
T l (2 2 )T l T l
2
3
4
l
l
l
T3 (2 2 )T4 T5
l
l
l
T (2 2 )T T
i 2
i 1
l i3
l
l
l 1
Ti1 (2 2 )Ti Ti1 Ti1
2.04175 0.020875
T11
T2
1
0
T3
T 1 2.0875
0.020875
2.04175
4.175
T12 2.045
2
2.04175
0.020875
dll.
Untuk mempermudah, kita bisa membuat program matlab:
l=0.020875;
r=2+2*l;
p=2-2*l;
A=[r -l 0 0;-l r -l 0;0 -l r -l;0 0 -l r];
a=input('masukkan a=');
b=input('masukkan b=');
c=input('masukkan c=');
d=input('masukkan d=');
B=[p l 0 0;l p l 0;0 l p l;0 0 p l];
C=[a;b;c;d];
D=[l*200;0;0;l*100];
E=(B*C)+D;
disp([num2str([A E])]);
disp([num2str(rref([A E]))]);
k '
T
t
dengan
k'
k
C
Contoh
Sebuah lempengan baja dengan lebar 8 inchi dan panjangnya 6 inchi. Suhu di
semua titik interior adalah 50o . Suhu tepi baja ditunjukkan pada gambar berikut
:
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Persamaan panas yang merupakan contoh dari persamaan parabolik dapat
diselesaikan dengan metode implisit, eksplisit, dan crank-nicolson dalam 1 Dimensi
serta dapat diselesaikan dengan metode 2 Dimensi seperti yang telah dijelaskan.
Dari semua metode yang ada, kita tidak dapat membedakan mana metode yang
paling baik karena semua metode memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Gerarld,Curtis.Patric,O.Wheatly.Applied
Numerical
Analysis
Seventh
http://elista.akprind.ac.id/upload/files/584_Bab_9.docdiakses
tanggal
25
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Supardi,%20S.Si.,
%20M.Si./PDP%20JADI.pdfdiakses tanggal 19 November 2012 pukul 14.58.00