Anda di halaman 1dari 7

Nama : Albertus Agung Dias Sadiyo

NIM : 042921387

1. Buat peta konsep Modul 6.

HUKUM KETIGA TERMODINAMIKA

Hukum Ketiga Termodinamika dan


Entropi Reaksi
Perhitungan Entropi Absolut

A. Perhitungan Entropi Reaksi


Kimia
B. Variasi Perubahan Entropi Reaksi
Terhadap Suhu
C. Entropi Sebagai Kriteria
Kespontanan Proses
2. Jelaskan ungkapan hukum ketiga termodinamika.

Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nonabsolut. Hukum ini menyatakanbahwa
pada saat suatu sistem mencapai temeperatur nol absolut, semua proses akan berhenti dan entropi
sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda
berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol. Hukum ketiga termodinamika
menyatakan bahwa suatu kristal sempurna pada nol mutlak mempunyai keteraturan sempurna, jadi
entropinya adalah nol. Pada temperatur lain selain nol mutlak, terdapat kekacau-balauan yang
disebabkan oleh eksitasi termal.

3. Jelaskan ungkapan matematis entropi absolut zat.

Entropi dapat dipandang sebagai besaran makroskopis yang mengukur ketidakteraturan sistem,
yang berarti suatu sifat menyangkut sejumlah besar molekul yang tersusun secara tidak teratur
dalam ruangan termasuk distribusi energinya. Sebagai ilustrasi, dua buah balon yang sama besar dan
saling berhubungan melalui sebuah kran. Satu balon berisi N molekul gas ideal, sedangkan balon
yang satu hampa udara. Jika kran dibuka, maka gas akan berdifusi ke dalam balon yang kosong
secara secara spontan, sehingga distribusi gas dalam dua buah balon menjadi merata.

Kebolehjadian untuk menemukan sebuah molekul gas pada salah satu balon adalah ½.
Kebolehjadian untuk menemukan dua buah molekul dalam balon yang sama adalah (½)2, dan
kebolehjadian untuk menemukan N molekul berada dalam balon yang sama adalah (½)N.
Kebolehjadian semakin kecil dan praktis mendekati nol apabila harga N sangat besar (misalnya
sebesar tetapan Avogadro). Gas yang berdifusi secara spontan dan mengisi stiap ruang yang ada
dalam balon merupakan keadaan dengan kebolehjadian yang paling tinggi, atau keadaan yang paling
memungkinkan.

Jika W menyatakan besarnya kebolehjadian sistem untuk mencapai suatu keadaan tertentu, maka
menurut Boltzmann dan Planck hubungan antara entropi dan kebolehjadian diberikan oleh
ungkapan berikut :

Perhatikan persamaan Planck-Boltzmann, S = k lnW

Entropi dapat dihubungkan dengan ‘kekacauan’ atau ketidakteraturan sistem. Keadaansistem yang
kacau ialah keadaan di mana partikel-partikel (molekul, atom atau ion)tersusun secara tidak teratur.
Makin kacau susunan keadaan sistem, makin besarkebolehjadian keadaan sistem dan makin besar
entropi. Oleh karena itu zat padat Kristalpada umumnya mempunyai entropi yang relatif rendah
dibandingkan dengan cairan atau gas. Gas mempunyai entropi yang paling tinggi karena keadaan
sistem paling tidak teratur. Diuraikan di atas bahwa makin kacau atau tidak teratur susunan molekul,
makin tinggi harga W dan entropi. Sebaliknya makin teratur susunan molekul sistem, makin rendah
harga W dan entropi. Kalau suatu zat murni didinginkan hingga dekat 0 K, semua gerakan translasi
dan rotasi terhenti dan molekul-molekul mengambil kedudukan tertentu dalam kisi kristal. Molekul
hanya memiliki energi vibrasi yang sama besar sehingga berada dalam keadaan kuantum tunggal.
Ditinjau dan kedudukan dan distribusi energi, penyusunan molekul-molekul dalam suatu kristal yang
sempurna pad 0 K hanya dapat dilaksanakan dengan satu cara. Dalam hal ini W = 1 dan ln W = 0,
sehingga menurut persamaan boltzmann S = 0. Jadi, entropi suatu kristal murni yang sempurna ialah
nol pada 0 K. Pernyataan ini terkenal sebagai

Hukum Ketiga Temomedinamika. Ungkapan matematik nya adalah 0.

S ' T =0 = 0

4. Lakukan evaluasi terhadap tahapan perubahan entropi pada berbagai berbagai transisi fasa.

Perubahan Entropi Perubahan yang terjadi


∆ S1= S(T 1) – S(T 0) T 0 = T 1 , proses isoterm, namun terjadi
perubahan fasa dari padat ke cair
∆ S2 = S(T 2) – S(T 1) T 2 > T 1 fasa zat tetap, yaitu cair, namun suhu
berubah
∆ S3= S(T 3) – S(T 2) T 3-T 2, proses isoterm, namun terjadi perubahan
fasa dari cair ke gas
∆ S4 = S(T 4 ) – S(T 3) T 4 > T 3, fasa zat tetap, yaitu gas, namun suhu
berubah

5. Jelaskan cara menghitung perubahan entropi terhadap suhu, dengan contoh.

* ∆ S1= S(T 1) – S(T 0)

S(T 0) adalah enropi absolut air pada fasa padatannya (es) pada suhu 0 ° C dan tekanan 1 atm.
Perubahan entalpi es, ∆ H fus ( H 2O) = 6008 J/mol K

∆ H fus
∆ S1 = ( karena proses isotermik reversible )
T
6008
∆ S1 = = 22,007 J mol−1 K −1
273

*∆ S2 = S(T 2) – S(T 1)

Peubahan entalpi penguapan es, ∆ H vap ( H 2O) = 40656 J/mol

T dT
∆ S2 = ∫ T C p
2
(non isotermik)
1
T
Kapasitas panas air, C p H 2 O (I) = 30,205 + 9,935 x 10−3 T J/mol K

C p merupakan fungsi suhu

T2 30,205
∆ S2 = ∫ T [ 9,935 x 10−3 ] d T
1
T
T2
∆ S2 = 30,205 In + 9,935 x 10−3 [T 2-T 1]
T1
373
∆ S2 = 30,205 In + 9,935 x 10−3 [373-273] J mol−1 K −1
273
∆ S2 = 10,241 J mol−1 K −1

* ∆ S3= S(T 3) – S(T 2)

∆ H vap
∆ S3 = ( penguapan, isotermik reversibel )
T
40565
∆ S3 = J mol−1 K −1
373
∆ S3 = 108,997 J mol−1 K −1

*∆ S4 = S(T 4) – S(T 3)

Kapasitas panas uap air, C p H 2O (g) = 33,577 J/mol K

T dT
∆ S4 = ∫ T C p
2

1
T
T2
∆ S4 = C p In
T1
378
∆ S4 = 33,577In J −1 −1
372 mol K
∆ S4 = 0,477 J mol−1 K −1

6. Jelaskan variasi entropi terhadap suhu

Perubahan entropi suatu proses pada suhu yang berbeda dapat dihitung dengan menggunakan data
perubahan entropi pada suhu tertentu yang telah diketahui. Perhitungan dilakukan dengan
persamaan

∆S° = Ʃ s ° ( produk) – Ʃ s° ( reaktan)

Penurunan persamaan tersebut terhadap suhu adalah sebagai berikut.

∂∆S °
[ ¿ p = ∂ ƩS °( produk) - ∂ ƩS ° (reaktan)
∆T ∂T ∂T
∂∆S °
[ ¿ = ƩCp ° ( produk )∂ - ƩCp °( reaktan)
∆T p T T
∂∆S ° ∆ Cp°
[ ¿p =
∆T T
Penataan ulang persamaan diatas adalah

dT
d∆S° = ∆Cp°
T
hasil integrasi persamaan pada suhu T0 dan T adalah
T
dT
∆ S = ∆ S + ∫ ∆ Cp°
0 0
T0 T0
T0 T

Oleh karena itu dengan menggunakan persamaan diatas, kita dapat menghitung perubahan entropi
reaksi kimia pada berbagai suhu.

7. Jelaskan konsep entropi residual.

Entropi residual adalah perbedaan entropi antara keadaan non-ekuilibrium dan keadaan kristal
suatu zat yang mendekati nol mutlak. Istilah ini digunakan dalam fisika benda terkondensasi untuk
menggambarkan entropi pada nol kelvin dari kaca atau kristal plastik yang mengacu pada keadaan
kristal, yang entropi-nya nol menurut hukum ketiga termodinamika. Itu terjadi jika suatu bahan
dapat ada di banyak keadaan berbeda ketika didinginkan. Keadaan non-ekuilibrium yang paling
umum adalah keadaan vitreous, kaca.

Contoh umum adalah kasus karbon monoksida, yang memiliki momen dipol yang sangat kecil. Saat
kristal karbon monoksida didinginkan hingga nol mutlak, beberapa molekul karbon monoksida
memiliki cukup waktu untuk menyelaraskan diri menjadi kristal yang sempurna, (dengan semua
molekul karbon monoksida berorientasi pada arah yang sama). Karena itu, kristal dikunci ke dalam
keadaan dengan 2 N keadaan mikro yang bersesuaian berbeda, memberikan entropi residual

S = N k ln ( 2 ), bukan nol.

Contoh lain adalah padatan amorf (kaca). Ini memiliki entropi residual, karena struktur mikroskopis
atom-demi-atom dapat diatur dalam sejumlah besar cara yang berbeda di seluruh sistem
makroskopik.

8. Jelaskan keadaan kesetimbangan ditinjau dari segi entropi.


Dalam termodinamika, suatu sistem termodinamik disebut berada dalam kesetimbangan
termodinamik bila sistem tersebut berada dalam keadaan setimbang mekanis, setimbang termal dan
setimbang secara kimia. Dalam kesetimbangan termodinamik, tidak ada kecenderungan untuk
terjadi perubahan keadaan, baik untuk sistem maupun untuk lingkungannya.Kesetimbangan
mekanis terjadi apabila tidak ada gaya yang takberimbang di bagian dalam sistem, dan juga antara
sistem dan lingkungannya. Dalam kesetimbangan termal, semua bagian sistem bertemperatur sama,
dan sistem juga memiliki suhu yang sama dengan lingkungannya.Dalam kesetimbangan kimia, suatu
sistem tidak mengalami perubahan spontan dalam struktur internalnya, seperti reaksi kimia. Sistem
dalam kesetimbangan kimia juga tidak mengalami perpindahan materi dari satu bagian sistem ke
bagian sistem lainnya, seperti difusi atau pelarutan.Bila ketiga syarat kesetimbangan tersebut tidak
dipenuhi, maka sistem termodinamik disebut berada dalam keadaan yang tidak setimbang.

A. Kriteria kesetimbangan pada T dan V tetap

Energi bebas Helmholz (A, T & V konstan) dengan persamaan :


A = U – TS
dA = dU – TdS – SdT.........................................(1)
proses reversibel dU = dQ – pdV, dimana dQ = T dS
maka, dU = TdS – pdV .............................................(2)
Subtitusi pers. (2) ke pers. (1) menjadi :
dA = TdS – pdV – TdS – SdT
atau : dA = – SdT – pdV ............................................(3)
Untuk T dan V tetap: dA = 0 atau (dA) = 0 .............................(4)
T,V
• Untuk perubahan irreversible (perubahan spontan) kerja yang dilakukan oleh sistem
lebih kecil dari proses reversible, (pdV) = (pdV)
irr rev
• Pers. (3) untuk proses irreversible dapat dinyatakan : (dA < SdT + pdVirr),
• Sehingga, pada T dan V tetap : dT = dV = 0
(dA)TV < 0 atau ¿A)TV < 0

B. Kriteria kesetimbangan pada T dan P tetap

Diperkenalkan istilah Energi bebas Gibbs (G) dengan persamaan :


G = H – T.S ..................................................................(5)
dimana H = U + p.V subtitusi H ke pers. (5), menjadi :
G = U + p.V – T.S, hasil deferensial
dG = dU + p.dV + V.dP – T.dS – S.dT ........................(6)

proses reversible : dU = dQ – p.dV, dimana dQ = T.dS


maka, dU = T.dS – p.dV ............................................(7)
Subtitusi pers. (7) ke pers. (6) menjadi :
dG = TdS – pdV + pdV + VdP – TdS – SdT
atau : dG = – SdT + VdP .............................................(8)

9. Buat 2 latihan dan 2 tes formatif pada Modul 6 tanpa melihat kunci jawaban dulu tetapi membaca
keterangan dalam modul. Kalau tidak bisa baru lihat kunci jawaban.

Tes Formatif 1 Tes Formatif 2


1. B 1. D
2. C 2. A
3. B 3. C
4. A 4. D
5. D 5. D
6. A 6. C
7. D 7. D
8. B 8. C
9. A 9. A
10. b 10. A

Sumber : BMP PEKI4206 MODUL 6

Anda mungkin juga menyukai