NIM : 042921387
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nonabsolut. Hukum ini menyatakanbahwa
pada saat suatu sistem mencapai temeperatur nol absolut, semua proses akan berhenti dan entropi
sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda
berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol. Hukum ketiga termodinamika
menyatakan bahwa suatu kristal sempurna pada nol mutlak mempunyai keteraturan sempurna, jadi
entropinya adalah nol. Pada temperatur lain selain nol mutlak, terdapat kekacau-balauan yang
disebabkan oleh eksitasi termal.
Entropi dapat dipandang sebagai besaran makroskopis yang mengukur ketidakteraturan sistem,
yang berarti suatu sifat menyangkut sejumlah besar molekul yang tersusun secara tidak teratur
dalam ruangan termasuk distribusi energinya. Sebagai ilustrasi, dua buah balon yang sama besar dan
saling berhubungan melalui sebuah kran. Satu balon berisi N molekul gas ideal, sedangkan balon
yang satu hampa udara. Jika kran dibuka, maka gas akan berdifusi ke dalam balon yang kosong
secara secara spontan, sehingga distribusi gas dalam dua buah balon menjadi merata.
Kebolehjadian untuk menemukan sebuah molekul gas pada salah satu balon adalah ½.
Kebolehjadian untuk menemukan dua buah molekul dalam balon yang sama adalah (½)2, dan
kebolehjadian untuk menemukan N molekul berada dalam balon yang sama adalah (½)N.
Kebolehjadian semakin kecil dan praktis mendekati nol apabila harga N sangat besar (misalnya
sebesar tetapan Avogadro). Gas yang berdifusi secara spontan dan mengisi stiap ruang yang ada
dalam balon merupakan keadaan dengan kebolehjadian yang paling tinggi, atau keadaan yang paling
memungkinkan.
Jika W menyatakan besarnya kebolehjadian sistem untuk mencapai suatu keadaan tertentu, maka
menurut Boltzmann dan Planck hubungan antara entropi dan kebolehjadian diberikan oleh
ungkapan berikut :
Entropi dapat dihubungkan dengan ‘kekacauan’ atau ketidakteraturan sistem. Keadaansistem yang
kacau ialah keadaan di mana partikel-partikel (molekul, atom atau ion)tersusun secara tidak teratur.
Makin kacau susunan keadaan sistem, makin besarkebolehjadian keadaan sistem dan makin besar
entropi. Oleh karena itu zat padat Kristalpada umumnya mempunyai entropi yang relatif rendah
dibandingkan dengan cairan atau gas. Gas mempunyai entropi yang paling tinggi karena keadaan
sistem paling tidak teratur. Diuraikan di atas bahwa makin kacau atau tidak teratur susunan molekul,
makin tinggi harga W dan entropi. Sebaliknya makin teratur susunan molekul sistem, makin rendah
harga W dan entropi. Kalau suatu zat murni didinginkan hingga dekat 0 K, semua gerakan translasi
dan rotasi terhenti dan molekul-molekul mengambil kedudukan tertentu dalam kisi kristal. Molekul
hanya memiliki energi vibrasi yang sama besar sehingga berada dalam keadaan kuantum tunggal.
Ditinjau dan kedudukan dan distribusi energi, penyusunan molekul-molekul dalam suatu kristal yang
sempurna pad 0 K hanya dapat dilaksanakan dengan satu cara. Dalam hal ini W = 1 dan ln W = 0,
sehingga menurut persamaan boltzmann S = 0. Jadi, entropi suatu kristal murni yang sempurna ialah
nol pada 0 K. Pernyataan ini terkenal sebagai
S ' T =0 = 0
4. Lakukan evaluasi terhadap tahapan perubahan entropi pada berbagai berbagai transisi fasa.
S(T 0) adalah enropi absolut air pada fasa padatannya (es) pada suhu 0 ° C dan tekanan 1 atm.
Perubahan entalpi es, ∆ H fus ( H 2O) = 6008 J/mol K
∆ H fus
∆ S1 = ( karena proses isotermik reversible )
T
6008
∆ S1 = = 22,007 J mol−1 K −1
273
*∆ S2 = S(T 2) – S(T 1)
T dT
∆ S2 = ∫ T C p
2
(non isotermik)
1
T
Kapasitas panas air, C p H 2 O (I) = 30,205 + 9,935 x 10−3 T J/mol K
T2 30,205
∆ S2 = ∫ T [ 9,935 x 10−3 ] d T
1
T
T2
∆ S2 = 30,205 In + 9,935 x 10−3 [T 2-T 1]
T1
373
∆ S2 = 30,205 In + 9,935 x 10−3 [373-273] J mol−1 K −1
273
∆ S2 = 10,241 J mol−1 K −1
∆ H vap
∆ S3 = ( penguapan, isotermik reversibel )
T
40565
∆ S3 = J mol−1 K −1
373
∆ S3 = 108,997 J mol−1 K −1
*∆ S4 = S(T 4) – S(T 3)
T dT
∆ S4 = ∫ T C p
2
1
T
T2
∆ S4 = C p In
T1
378
∆ S4 = 33,577In J −1 −1
372 mol K
∆ S4 = 0,477 J mol−1 K −1
Perubahan entropi suatu proses pada suhu yang berbeda dapat dihitung dengan menggunakan data
perubahan entropi pada suhu tertentu yang telah diketahui. Perhitungan dilakukan dengan
persamaan
∂∆S °
[ ¿ p = ∂ ƩS °( produk) - ∂ ƩS ° (reaktan)
∆T ∂T ∂T
∂∆S °
[ ¿ = ƩCp ° ( produk )∂ - ƩCp °( reaktan)
∆T p T T
∂∆S ° ∆ Cp°
[ ¿p =
∆T T
Penataan ulang persamaan diatas adalah
dT
d∆S° = ∆Cp°
T
hasil integrasi persamaan pada suhu T0 dan T adalah
T
dT
∆ S = ∆ S + ∫ ∆ Cp°
0 0
T0 T0
T0 T
Oleh karena itu dengan menggunakan persamaan diatas, kita dapat menghitung perubahan entropi
reaksi kimia pada berbagai suhu.
Entropi residual adalah perbedaan entropi antara keadaan non-ekuilibrium dan keadaan kristal
suatu zat yang mendekati nol mutlak. Istilah ini digunakan dalam fisika benda terkondensasi untuk
menggambarkan entropi pada nol kelvin dari kaca atau kristal plastik yang mengacu pada keadaan
kristal, yang entropi-nya nol menurut hukum ketiga termodinamika. Itu terjadi jika suatu bahan
dapat ada di banyak keadaan berbeda ketika didinginkan. Keadaan non-ekuilibrium yang paling
umum adalah keadaan vitreous, kaca.
Contoh umum adalah kasus karbon monoksida, yang memiliki momen dipol yang sangat kecil. Saat
kristal karbon monoksida didinginkan hingga nol mutlak, beberapa molekul karbon monoksida
memiliki cukup waktu untuk menyelaraskan diri menjadi kristal yang sempurna, (dengan semua
molekul karbon monoksida berorientasi pada arah yang sama). Karena itu, kristal dikunci ke dalam
keadaan dengan 2 N keadaan mikro yang bersesuaian berbeda, memberikan entropi residual
S = N k ln ( 2 ), bukan nol.
Contoh lain adalah padatan amorf (kaca). Ini memiliki entropi residual, karena struktur mikroskopis
atom-demi-atom dapat diatur dalam sejumlah besar cara yang berbeda di seluruh sistem
makroskopik.
9. Buat 2 latihan dan 2 tes formatif pada Modul 6 tanpa melihat kunci jawaban dulu tetapi membaca
keterangan dalam modul. Kalau tidak bisa baru lihat kunci jawaban.