BAGIAN 3
Bagian 3
BAGIAN 3
PEDOMAN PERHITUNGAN
KRITERIA DISAIN JARINGAN DISTRIBUSI
1.
SAIFI =
CAIFI =
Perbedaan nilai yang besar antara SAIFI dan CAIFI mengindikasikan bahwa
bagian yang keluar dari sistem (Outage) terkonsentrasi hanya pada sebagian
sistem tertentu atau pada konsumen tertentu. Hal ini dapat disebabkan oleh
disain, perawatan yang buruk atau hal lain.
Bag. 3 Hal. 1
Bagian 3
x jam/tahun, x
SAIDI =
CTAIDI =
MAIFI =
CALCI =
Jumlah seluruh konsumen yang dibatasi adalah = Lama Padam x kVA yang
tak terlayani
Bag. 3 Hal. 2
Bagian 3
Indeks
Target
SAIFI
1.0 kali/Plg/Thn
SAIDI
Bag. 3 Hal. 3
Bagian 3
Bag. 3 Hal. 4
Bagian 3
2. PERHITUNGAN BEBAN
DISTRIBUSI.
Tahap awal Perencanaan Sistem Jaringan Distribusi adalah berdasarkan
perhitungan perkiraan Beban Puncak.
Secara makro, perhitungan beban puncak tersebut harus mempertimbangkan
antisipasi perkembangan beban dalam jangka waktu 5 (lima) tahun mendatang,
yaitu dengan memperhitungkan beban puncak tingkat pertumbuhan beban
rata-rata per tahun (Growth Rate), dimana
Beban puncak=
atau
BEBAN PUNCAK (BP) = Faktor Kebersamaan (FK) x Beban Tersambung (BT)
Tabel Faktor Kebersaman fungsi Jumlah Pelanggan
Jumlah Pelanggan Faktor Kebersamaan
1 s/d 4
1
5 s/d 9
0,78
10 s/d 19
0,6
20 s/d 27
0,50
28 s/d 39
0,45
> 40
0,4
Bag. 3 Hal. 5
Bagian 3
Tabel tersebut berlaku untuk daerah dengan pelanggan heterogen, kurang tepat
dipakai untuk daerah dengan pelanggan homogen (tingkat kehidupan hampir
sama) misalnya kompleks perumahan, BTN.
Adapun untuk perhitungan perkiraan beban puncak pada suatu sistem jaringan
distribusi adalah terdiri dari 5 tahap, yaitu :
1. Beban Puncak SP atau SR
2. Beban Puncak Penyulang JTR
3. Beban Puncak Transformator GD (Gardu Distribusi)
4. Beban Puncak Penyulang JTM
5. Beban Puncak Transformator GI (Gardu Induk Distribusi)
1. Contoh Perhitungan Beban Puncak suatu penyulang SR
Jumlah daya terpasang peralatan listrik pada suatu Pelangggan 10 kVA, maka
Beban Puncak SR diperkirakan adalah 0, 6 x 10 kVA = 6 kVA
2. Contoh Perhitungan Beban Puncak suatu penyulang JTR
Jumlah pelanggan yang tersambung pada suatu penyulang JTR 80
pelanggan SR dengan total beban puncak pelanggan 100 kVA, maka Beban
Puncak JTR diperkirakan adalah 0,4 x 100 kVA = 40 kVA.
3. Contoh Perhitungan Beban Puncak suatu Transformator GD
Jumlah penyulang JTR tersambung pada suatu Transformator Gardu
Distribusi adalah 15 penyulang dengan total beban puncak 500 kVA, maka
Beban Puncak Transformator diperkirakan adalah 0,6 x 500 kVA = 300 kVA.
Untuk mengantisipasi perkembangan beban 5 tahun mendatang dengan
pertumbuhan beban 3% per tahun, maka Beban Puncak diperkirakan dapat
mencapai : (1 + 0,03)5 x 300 kVA = 347,8 kVA
Atau
Gardu-x mempunyai 5 penyulang TR masing-masing penyulang memasok 40
pelanggan, total daya tersambung penyulang (panjang 300 ms) masingmasing, 50KVA, 75 KVA, 100 KVA , 125 KVA, 130 KVA, dengan Faktor
Kebersamaan untuk 40 penyulang = 0.4
Bag. 3 Hal. 6
Bagian 3
50 KVA = 20 KVA
170
MVA,
maka
Beban
Puncak
GI
adalah
Bag. 3 Hal. 7
Bagian 3
atau
VT [%] =
P x L x ( R.cos + X sin )
x 100% .......................................(1)
(VK-K ) 2
Dimana:
VT [%] = Prosentase Turun Tegangan JTM
P
Cos =
VK-K
Bag. 3 Hal. 8
Bagian 3
Untuk kondisi beban di ujung dan seimbang, dengan Turun Tegangan yang
diharapkan sebesar 2%, tegangan antar fasa 20 kV, beban penyulang
6 MVA, 173 A, maka panjang JTM dengan kabel A3C 240 mm2 adalah
4,75 kms (lampiran 5a). Bila menggunakan kabel A3C 150 mm 2 panjang
kabel 3,77 kms (lampiran 5b). Pada tabel 1 dapat dilihat panjang JTM untuk
berbagai jenis kabel dengan kondisi seperti di atas (lampiran 5a s/d 5f) :
Tabel 1. Panjang kabel JTM untuk Turun Tegangan 2%, 6 MVA, 20 kV,
Jenis Kabel
A3C 240 mm2
A3C 150 mm2
XLPE 300 mm2
XLPE 240 mm2
XLPE 150 mm2
Panjang (kms)
4,75
3,77
9,39
7,93
5,45
VT [%] =
Bag. 3 Hal. 9
Bagian 3
Dimana:
VT [%] = Prosentase Turun Tegangan JTM
P
Panjang (kms)
4,75
3,77
2,65
9,39
7,93
5,45
Bag. 3 Hal. 10
Bagian 3
VT [%] =
Dimana:
VT [%]
Cos
VK-K
Bag. 3 Hal. 11
Bagian 3
11,39 kms (lampiran 7a). Bila menggunakan kabel A3C 150 mm 2 panjang
kabel 9,05 kms (lampiran 7b). Pada tabel 3 dapat dilihat panjang JTM untuk
berbagai jenis kabel dengan kondisi seperti di atas (lihat lampiran 7a s/d
7f) :
Tabel 3. Panjang kabel JTM untuk Turun Tegangan 2%, 5 MVA, 20 kV
Jenis Kabel
A3C 240 mm2
A3C 150 mm2
A3C 70 mm2
XLPE 300 mm2
XLPE 240 mm2
XLPE 150 mm2
Panjang (kms)
11,39
9,05
5,61
22,55
19,02
13,08
Dimana:
PS [kW] = Daya Susut [kW]
I
Bag. 3 Hal. 12
Bagian 3
LLF
Tabel dan Grafik Hubungan Daya Susut dengan Parameter berbagai Jenis
Penyulang JTM beban diujung seimbang dengan Sistem 3 Fasa - 3 Kawat
atau Sistem 3 Fasa - 4 Kawat, dapat dilihat pada Lampiran 8a s/d 8f.
Contoh Pemakaian Tabel Lampiran 8a s/d 8f
Untuk kondisi beban di ujung seimbang, dengan Daya Susut yang
diharapkan sebesar 2%, tegangan antar fasa 20 kV, beban penyulang
5 MVA, 144 A, maka panjang JTM dengan kabel A3C 240 mm2 adalah
9,44 kms (lihat lampiran 8a). Sedangkan apabila menggunakan kabel
A3C 150 mm2 panjang kabel 6,18kms (lampiran 8b). Pada tabel 4 dapat
dilihat panjang JTM untuk berbagai jenis kabel dengan kondisi seperti di
atas (Lampiran 8a s/d 8f) :
Tabel 4. Panjang kabel JTM untuk Daya Susut 2%, 5 MVA, 20 kV
Jenis Kabel
Panjang (kms)
A3C 240 mm
A3C 150 mm2
9,44
6,18
A3C 70 mm2
6,51
2
XLPE 300 mm
XLPE 240 mm2
12,95
10,38
6,3
Bag. 3 Hal. 13
Bagian 3
LLF
LDF
= Faktor
Kerapatan
Beban
(Load
Density
Factor),
untuk
Panjang (kms)
32.18
Bag. 3 Hal. 14
Bagian 3
21,73
10,42
20,72
16,61
10,07
LLF
LDF
Tabel dan Grafik Hubungan Daya Susut dengan Parameter berbagai Jenis
Penyulang JTM beban merata seimbang dengan Sistem 3 Fasa - 3 Kawat
atau Sistem 3 Fasa - 4 Kawat, dapat dilihat pada Lampiran 10a s/d 10f.
Contoh Pemakaian Tabel Lampiran 10a s/d 10f
Bag. 3 Hal. 15
Bagian 3
Panjang (kms)
A3C 240 mm
28,36
15,47
A3C 70 mm2
8,9
38,9
31,18
18,91
Bag. 3 Hal. 16
Bagian 3
FPK
0.9
0.8
0.75
0.7
0.65
Contoh :
Pada 1 (satu) parit galian ditanam berjajar sebanyak
4 buah kabel
maka nilai
KHA(operasional) menjadi:
KHA(operasional) = FPK x KHAN
KHA(operasional) = 0.75 x 227 A = 204 A
Kabel bawah tanah (underground cable) adalah kabel inti 3 Aluminium isolasi
XLPE dengan dimensi 150 mm2, 240 mm2 dan 300 mm2
Bag. 3 Hal. 17
Bagian 3
yang
Pembebanan untuk kabel 150 mm2 dapat mencapai 6,5 MVA (maksimum) dan
panjang penyulang maksimum dapat mencapai 8 kms (maksimum).
PANJANG MAKSIMUM
5,03 kms
8 kms
6,71 kms
BEBAN MAKSIMUM
4,09 MVA
6,5 MVA
5,45 MVA
bervariasi
Bag. 3 Hal. 18
Bagian 3
Pembebanan untuk kabel 240 mm2 dapat mencapai 8,6 MVA (maksimum) dan
panjang penyulang maksimum dapat mencapai 8 kms (maksimum).
PANJANG MAKSIMUM
5,53 kms
8 kms
7,38 kms
BEBAN MAKSIMUM
5,95 MVA
8,6 MVA
7,93 MVA
bervariasi
Pembebanan untuk kabel 300 mm2 dapat mencapai 9,6 MVA (maksimum) dan
panjang penyulang maksimum dapat mencapai 8 kms (maksimum).
TIPE PEMBEBANAN
PANJANG MAKSIMUM
Seimbang Diujung
5,87 kms
Seimbang Merata
8 kms
Merata di tengah & diujung
7,8 kms
Apabila panjang penyulang diharapkan 8 kms
BEBAN MAKSIMUM
7,05 MVA
Bag. 3 Hal. 19
Bagian 3
Seimbang Merata
Merata di tengah & diujung
9,6 MVA
9,4 MVA
bervariasi
Dengan kerapatan beban 4 MVA/ km2, maka luas daerah pelayanan satu
Gardu Induk (GI) adalah 96 MVA / 4 MVA/km2 = 24 km2
Luas Area tiap spindel (apabila digunakan 4 spindel) adalah 24 km 2/4 = 6 km2
Bag. 3 Hal. 20
Bagian 3
Dari gambar daerah untuk salah satu spindel diatas dapat diketahui setiap
penyulang mempunyai panjang bervariasi mengikuti jalur/rute penempatan
gardu distribusi berdasarkan hasil studi dan perkiraan (forecast) lokasi
pertumbuhan beban.
GH
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
GD
2,5 km
3 MVA (6 GD)
4,5 MVA (9 GD)
4,5 MVA (9 GD)
5 MVA (10 GD)
4,5 MVA (9 GD)
3 MVA (6 GD)
GI
Bag. 3 Hal. 21
Bagian 3
Penyulang 1 dan 6 (P1 dan P6) mempunyai tipe pembebanan merata ditengan
dan diujung, sedangkan penyulang 2,3,4,5 (P2,P3,P4,P5) mempunyai tipe
pembebanan merata seimbang
Berdasarkan kurva turun tegangan dan tabel pembebanan untuk kabel XLPE
150 mm2 memenuhi kriteria disain untuk digunakan sebagai penyulang kerja
pada konfigurasi untuk skenario ini. Pada tipe pembebanan merata seimbang
untuk kabel 150 mm2 pada pembebanan maksimum 6,5 MVA kabel/penyulang
dapat dipasang hingga panjang 8 kms sehingga memenuhi kriteria untuk
digunakan pada penyulang 2,3,4,5. Sedangan pada tipe pembebanan merata
ditengah dan diujung untuk pembebanan maksimum 6,5 MVA kabel dapat
dipasang hingga panjang 6,7 kms sehingga memenuhi kriteria untuk
digunakan pada penyulang 1 dan 6.
Bag. 3 Hal. 22
5. GARDU DISTRIBUSI
Perhitungan Daya Susut dan Pembebanan Transformator Distribusi
PSTD = PI + PC. (BR)2. LLF .............(8)
Dimana:
PSTD
PI
PC
Catatan :
1. Daya Susut (Rugi-Rugi) Besi dan Daya Susut tembaga untuk berbagai
Kapasitas Transformator Distribusi dapat dilihat pada Tabel Lampiran 11.
2. Sebagai contoh Daya Susut Maksimum sebesar 1,32 % terdapat pada
Transformator Distribusi 630 kVA dengan Beban Penuh (pembebanan 100%)
, Faktor Daya (Cos = 0.85) dan Temperatur Lilitan Kumparan 75C.
Tabel dan Grafik Hubungan Prosentase Daya Susut dan Prosentase Pembebanan
Transformator Distribusi untuk berbagai Kapasitas Transformator Distribusi. Dapat
dilihat pada Lampiran 12a s/d 12e.
Bag. 3 Hal. 21
Tabel 7 Daya susut pada pembebanan 80% kapasitor transmator (operasi optimal)
Daya susut (%)
Daya
Pembebanan 80 % kapasitor
Transformator KVA
25
50
100
160
200
250
315
400
500
630
800
1000
transformator
1,91
1,83
1,83
1,46
1,44
1,4
1,44
1,35
1,28
1,2
1,31
1,39
Bag. 3 Hal. 22
VT [%] =
P x L x ( R.cos + X sin )
x 100% .........................(9)
(VK-K ) 2
Dimana:
VT [%] = Prosentase Turun Tegangan JTR
P
Bag. 3 Hal. 23
Jenis Kabel
TIC 3x70 + 1x 50mm2
TIC 3x35 + 1x 50 mm2
Panjang (ms)
286,03
154,93
VT [%] =
Dimana:
VT [%] =
Cos =
VK-K
Bag. 3 Hal. 24
Panjang (ms)
382
206,57
LLF
Bag. 3 Hal. 25
Tabel dan Grafik Hubungan Daya Susut dengan Parameter Penghantar JTR
jenis TIC 3x35 mm2 + 1x50 mm2 atau dengan TIC 3x70 mm 2 + 1x50 mm2
pada beban diujung seimbang, dapat dilihat pada Lampiran 15a s/d 15b.
Contoh Pemakaian Tabel Lampiran 15a s/d 15b
Untuk kondisi beban di ujung seimbang, dengan Daya Susut yang
diharapkan sebesar 3 %, tegangan antar fasa 400 V, beban penyulang
50 kVA, 72 A, maka panjang JTR dengan kabel TIC 3x70 + 1x50 mm 2
adalah 176 ms (lampiran 15a).
Sedangkan apabila menggunakan kabel TIC 3x35 + 1x50 mm 2 panjang
kabel 90 ms (lampiran 15b). Pada Tabel 10 dapat dilihat panjang JTR untuk
berbagai jenis kabel dengan kondisi seperti di atas :
Tabel 10. Panjang kabel JTR untuk Daya Susut 3%, 50 kVA, 400 V
Jenis Kabel
TIC 3x70 + 1x 50mm2
TIC 3x35 + 1x 50 mm2
Panjang (ms)
176
90
Bag. 3 Hal. 26
LLF
Tabel dan Grafik Hubungan Daya Susut dengan Parameter Penghantar JTR
jenis TIC 3x35 mm2 + 1x50 mm2 atau dengan TIC 3x70 mm 2 + 1x50 mm2
pada beban merata seimbang, dapat dilihat pada Lampiran 16a s/d 16b.
Contoh :
Untuk kondisi beban merata seimbang dengan Daya Susut yang
diharapkan 3 %, tegangan antar fasa 400 V, beban penyulang 75 kVA,
108 A, maka panjang JTR dengan kabel TIC 3x70 + 1x50 mm2 adalah
352 ms (lampiran 16a). Apabila menggunakan kabel TIC 3x35+ 1x50 mm 2
panjang kabel 180 ms (lampiran 16b). Pada Tabel 11 dapat dilihat panjang
JTR untuk berbagai jenis kabel dengan kondisi seperti di atas :
Tabel 11. Panjang kabel JTR untuk Daya Susut 3%, 75 kVA, 400 V
Jenis Kabel
TIC 3x70 50mm2
TIC 3x35 50 mm2
Panjang (ms)
352
180
Bag. 3 Hal. 27
VTSR [%] =
P x L x ( R.cos + X sin )
x 100% .........................(13)
(VK-N ) 2
SISTEM 1 Fasa :
VTSR [%] =
P x L x ( R.cos + X sin )
x 100% .........................(14)
(VK-N )2
Dimana:
VTSR [%] = Prosentase Turun Tegangan Penghantar SR
P
Cos
VK-N
RL
Bag. 3 Hal. 28
LLF
SISTEM 1 Fasa :
ESSR [kWh] = 2 x I2 x RL x LLF x t x 10-3 ............(17)
Dimana:
ESSR [kWh] = Energi Daya Susut Satu SR [kWh]
I
RL
= Resistansi
Penghantar
Satu
SR,
dengan
Panjang
LLF
7.4 Contoh Pemakaian Tabel pada Lampiran 17a s/d 17f, untuk Penyaluran
JTR Pada Kondisi Beban Merata, Sistem 1 Fasa
Bag. 3 Hal. 29
dengan beban 4,4 kVA, 231 V, penghantar TIC 2x10 mm2, dengan Turun
Tegangan yang diharapkan sebesar 1%, maka Panjang Total Saluran SR
adalah maksimum 44 ms, sebagaimana terlihat pada Lampiran 17a.
7.5
Contoh
Pemakaian
Bag. 3 Hal. 30
8. HARMONISA ARUS
Standar IEEE 519-1992 memberikan panduan rekomendasi untuk besarnya
harmonisa yang diperbolehkan dalam aliran sistem tenaga listrik. Standar ini lebih
khusus merekomendasikan batas yang diperbolehkan untuk besarnya harmonisa
yang diinjeksikan oleh pelanggan kedalam sistem tenaga listrik
Tabel batas distorsi harmonisa arus dalam persentase terhadap arus beban
Vn 69 kV
Isc/IL
h < 11
11 h < 17
17 h < 23
23 h < 35
h 35
THD
< 20
20 - 50
50 - 100
100 - 1000
4
7
10
12
2
3,5
4,5
5,5
1,5
2,5
4
5
0,6
1
1,5
2
0,3
0,5
0,7
1
5
8
12
15
> 1000
15
2,5
1,4
20
Ket :
Ih adalah besarnya arus orde harmonisa dalam ampere (rms).
Isc/IL adalah rasio hubung singkat
ISC adalah besarnya arus hubung singkat pada titik percabangan antar beban
(PCC / Point of common coupling)
IL adalah besarnya arus beban pada titik percabangan antar beban (PCC/ Point
of common coupling)
TDD (Total Demand Distortion) didapatkan melalui persamaan :
TDD =
I
2
IL
2
h
x 100%
Tentukan arus hubung singkat tiga fasa dari titik percabangan antar beban
(PCC/Point of common coupling). Nilai arus hubung singkat ini bisa
didapatkan secara langsung dari peralatan dengan satuan ampere. Jika
arus hubung singkat ini diberikan dalam MVA (megavoltampere), maka
dapat diubah ke dalam besaran ampere dengan persamaan :
I SC
1000 MVA
ampere
3 kV
Bag. 3 Hal. 31
MVA dan kV merupakan kapasitas hubung singkat tiga fasa dan tegangan
antar fasa (dalam kV) di titik percabangan antar beban.
b.
c.
kW
ampere
PF x 3 x kV
ISC
IL
Contoh:
Contoh
perhitungan
besarnya
THD
yang
diperbolehkan
pada
outgoing
630 kVA
Transformator I hs = 20000 A
Data Beban
Arus beban = 700 A
20000
28.5
700
Bag. 3 Hal. 32