Anda di halaman 1dari 35

PEDOMAN PERHITUNGAN

KRITERIA DISAIN JARINGAN DISTRIBUSI

BAGIAN 3

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

BAGIAN 3
PEDOMAN PERHITUNGAN
KRITERIA DISAIN JARINGAN DISTRIBUSI

1.

PERHITUNGAN KEANDALAN KONTINYUITAS PELAYANAN SISTEM


DISTRBUSI
Keandalan adalah kontinyuitas pelayanan terhadap utiliti pelanggan. Parameter
untuk mengukur tingkat keandalan adalah frekuensi dan durasi kegagalan
penyaluran.
Beberapa macam indeks satuan keandalan, yaitu :
1. Frekuensi Padam Rata-rata (FPR = SAIFI) dalam satuan n kali/tahun, n
kali/bulan atau n kali/kuartal. Menurut IEEE istilah yang digunakan adalah
SAIFI (System Average Interruption Frequency Index).

SAIFI =

Jumlah padam dikonsumen


per periode waktu
Total konsumen

Frekuensi Padam Rata-rata Konsumen (FPRK = CAIFI). Menurut IEEE istilah


yang digunakan adalah CAIFI (Customer Average Interruption Frequency
Index).

CAIFI =

Jumlah padam dikonsumen


per periode waktu
Total konsumen yang mengalami minimal sekali padam

Perbedaan nilai yang besar antara SAIFI dan CAIFI mengindikasikan bahwa
bagian yang keluar dari sistem (Outage) terkonsentrasi hanya pada sebagian
sistem tertentu atau pada konsumen tertentu. Hal ini dapat disebabkan oleh
disain, perawatan yang buruk atau hal lain.

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 1

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

2. Lama Padam Rata-rata (LPR = SAIDI) dalam satuan

x jam/tahun, x

jam/bulan atau x jam/kuartal. Menurut IEEE istilah yang digunakan adalah


SAIDI (System Average Interruption Duration Index).

SAIDI =

Jumlah lamanya padam seluruh konsumen


per periode waktu
Total konsumen

3. Total Lama Padam Rata-rata Konsumen (TLPRK = CTAIDI) dalam satuan x


jam/tahun, x jam/bulan atau x jam/kuartal. Istilah menurut IEEE adalah
CTAIDI (Costumer Total Average Interruption Duration Index).

CTAIDI =

Jumlah lamanya padam seluruh konsumen


per periode waktu
Total konsumen yang mengalami minimal sekali padam

Perbedaan nilai yang besar antara SAIDI dan CTAIDI mengindikasikan


bahwa bagian yang keluar dari sistem (Outage) terkonsentrasi hanya pada
sebagian sistem tertentu atau pada konsumen tertentu. Hal ini dapat
disebabkan oleh disain, perawatan yang buruk atau hal lain.
4. Frekuensi Padam Rata-rata Sesaat Konsumen (FPRSK = MAIFI). Menurut
IEEE istilah yang digunakan adalah MAIFI (Momentery Average Interruption
Frequency Index).

MAIFI =

Jumlah banyaknya padam sesaat konsumen


per periode waktu
Total konsumen

5. Pembatasan Beban Rata-rata Konsumen (PBRK = CALCI). Menurut IEEE


istilah yang digunakan adalah CALCI (Costumer Average Load Curtailment
Index).

CALCI =

Jumlah seluruh konsumen yang dibatasi


per periode waktu
Total konsumen yang mengalami minimal sekali padam

Jumlah seluruh konsumen yang dibatasi adalah = Lama Padam x kVA yang
tak terlayani

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 2

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

6. Frekuensi Padam Maksimum Konsumen Individu (FPMKI = MICIF). Menurut


IEEE istilah yang digunakan adalah MICIF (Maximum Individual Customer
Interruption Frequency). MICIF adalah jumlah frekuensi padam maksimum
yang dialami oleh suatu konsumen selama periode waktu.
7. Lamanya Padam Maksimum Konsumen Individu (LPMKI = MICID). Menurut
IEEE istilah yang digunakan adalah MICID (Maximum Individual Customer
Interruption Duration). MICID adalah jumlah lamanya padam maksimum yang
dialami oleh suatu konsumen selama periode waktu.
Lamanya padam (SAIDI dan CTAIDI) dan frekuensi padam (SAIFI, CAIFI dan
MAIFI) merupakan beberapa aspek keandalan dari suatu sistem distribusi.
Frekuensi padam merupakan ukuran berapa seringnya terjadi padam. Pada
umumnya frekuensi padam (SAIFI) adalah merupakan suatu fungsi daripada
penyebab terjadinya Outage seperti tipe dan kondisi peralatan distribusi,
konfigurasi jaringan distribusi. Sedangkan lamanya (durasi) padam (SAIDI)
umumnya adalah merupakan fungsi daripada organisasi, manajemen dan
sumber daya untuk memperbaiki jaringan distribusi.
Nilai target SAIFI, SAIDI yang ingin dicapai dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel Contoh target nilai indeks keandalan yang ingin dicapai

Indeks

Target

SAIFI

1.0 kali/Plg/Thn

SAIDI

1,0 1,5 jam/Plg/Thn

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 3

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

Contoh Perhitungan (SAIFI; CAIFI; SAIDI; CTAIDI; CALCI):


Suatu sistem distribusi dipasok oleh 4 buah gardu distribusi dengan kondisi
jumlah konsumen dan kejadian terjadinya padam untuk kurun waktu 1 bulan
adalah sebagai berikut:
1. Gardu A : 100 konsumen; terjadi padam 1 kali selama 2 jam pada 50
konsumen dengan jumlah daya 200 kVA
2. Gardu B : 200 konsumen; terjadi padam 2 kali selama masing-masing 1,5 jam
pada 150 konsumen dengan jumlah daya 300 kVA
3. Gardu C : 300 konsumen; terjadi padam 3 kali selama masing-masing 2 jam
pada 250 konsumen dengan jumlah daya 500 kVA
Frekwensi Padam Rata-rata (FPR = SAIFI):
(1 x 50 + 2 x 150 + 3 x 250)/600 = 1,83 kali/bulan
Frekuensi Padam Rata-rata Konsumen (FPRK = CAIFI).
(1 x 50 + 2 x 150 + 3 x 250)/450 = 2,44 kali/bulan
Lama Pemadaman Rata-rata (LPR = SAIDI):
(2 x 50 + 3 x 150 + 6 x 250)/600 = 3,42 jam/bulan
Total Lama Padam Rata-rata Konsumen (TLPRK = CTAIDI):
(2 x 50 + 3 x 150 + 6 x 250)/450 = 4,55 jam/bulan
Pembatasan Beban Rata-rata Konsumen (PBRK = CALCI).
(2 x 200 + 3 x 300 + 6 x 500)/450 = 9,55 kVA jam/bulan

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 4

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

2. PERHITUNGAN BEBAN

PUNCAK PADA SUATU PENYULANG JARINGAN

DISTRIBUSI.
Tahap awal Perencanaan Sistem Jaringan Distribusi adalah berdasarkan
perhitungan perkiraan Beban Puncak.
Secara makro, perhitungan beban puncak tersebut harus mempertimbangkan
antisipasi perkembangan beban dalam jangka waktu 5 (lima) tahun mendatang,
yaitu dengan memperhitungkan beban puncak tingkat pertumbuhan beban
rata-rata per tahun (Growth Rate), dimana

untuk wilayah DKI Jaya dan

Tangerang adalah 1,5 %


Secara mikro, sedapat mungkin juga dengan mempertimbangkan tingkat
pertumbuhan beban berdasarkan situasi dan kondisi pertumbuhan beban dalam
kurun waktu 5 tahun mendatang pada daerah dimana penyulang (JTM, JTR) atau
gardu akan dibangun. Perdefinisi beban puncak yang terjadi pada suatu
penyulang atau transformator adalah maksimum dibatasi sebesar kemampuan
Kuat Hantar Arus penghantar penyulang atau Rating Kapasitas Transformator.
Untuk menghitung besarnya beban puncak suatu penyulang (JTM,JTR, SR)
harus memperhitungkan Faktor Kebersamaan (coincidence factor) merupakan
jumlah fungsi dari jumlah pelanggan.

Beban puncak=

Jumlah beban (Daya) Tersambung


Faktor Diversiti

atau
BEBAN PUNCAK (BP) = Faktor Kebersamaan (FK) x Beban Tersambung (BT)
Tabel Faktor Kebersaman fungsi Jumlah Pelanggan
Jumlah Pelanggan Faktor Kebersamaan
1 s/d 4
1
5 s/d 9
0,78
10 s/d 19
0,6
20 s/d 27
0,50
28 s/d 39
0,45
> 40
0,4

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 5

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

Tabel tersebut berlaku untuk daerah dengan pelanggan heterogen, kurang tepat
dipakai untuk daerah dengan pelanggan homogen (tingkat kehidupan hampir
sama) misalnya kompleks perumahan, BTN.
Adapun untuk perhitungan perkiraan beban puncak pada suatu sistem jaringan
distribusi adalah terdiri dari 5 tahap, yaitu :
1. Beban Puncak SP atau SR
2. Beban Puncak Penyulang JTR
3. Beban Puncak Transformator GD (Gardu Distribusi)
4. Beban Puncak Penyulang JTM
5. Beban Puncak Transformator GI (Gardu Induk Distribusi)
1. Contoh Perhitungan Beban Puncak suatu penyulang SR
Jumlah daya terpasang peralatan listrik pada suatu Pelangggan 10 kVA, maka
Beban Puncak SR diperkirakan adalah 0, 6 x 10 kVA = 6 kVA
2. Contoh Perhitungan Beban Puncak suatu penyulang JTR
Jumlah pelanggan yang tersambung pada suatu penyulang JTR 80
pelanggan SR dengan total beban puncak pelanggan 100 kVA, maka Beban
Puncak JTR diperkirakan adalah 0,4 x 100 kVA = 40 kVA.
3. Contoh Perhitungan Beban Puncak suatu Transformator GD
Jumlah penyulang JTR tersambung pada suatu Transformator Gardu
Distribusi adalah 15 penyulang dengan total beban puncak 500 kVA, maka
Beban Puncak Transformator diperkirakan adalah 0,6 x 500 kVA = 300 kVA.
Untuk mengantisipasi perkembangan beban 5 tahun mendatang dengan
pertumbuhan beban 3% per tahun, maka Beban Puncak diperkirakan dapat
mencapai : (1 + 0,03)5 x 300 kVA = 347,8 kVA
Atau
Gardu-x mempunyai 5 penyulang TR masing-masing penyulang memasok 40
pelanggan, total daya tersambung penyulang (panjang 300 ms) masingmasing, 50KVA, 75 KVA, 100 KVA , 125 KVA, 130 KVA, dengan Faktor
Kebersamaan untuk 40 penyulang = 0.4

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 6

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

a. Beban puncak penyulang A = 0,4 x

50 KVA = 20 KVA

b. Beban puncak penyulang B = 0,4 x 80 KVA = 32 KVA


c. Beban puncak penyulang C = 0,4 x 100 KVA = 40 KVA
d. Beban puncak penyulang D = 0,4 x 120 KVA = 36 KVA
e. Beban puncak penyulang E = 0,4 x 130 KVA = 52 KVA
180 KVA
Untuk 4 Penyulang, dengan Faktor Kebersamaan (FK) = 0,78
Beban puncak gardu x = 0,78 x 180 KVA = 140,40 KVA
4. Contoh Perhitungan Beban Puncak suatu penyulang JTM
Jumlah pelanggan GD (Gardu Distribusi) yang tersambung pada suatu
penyulang JTM adalah 19 GD dengan total beban puncak 10 MVA, maka
Beban Puncak JTM diperkirakan adalah 0,6 x 10 MVA = 6 MVA.
Untuk mengantisipasi perkembangan beban 5 tahun mendatang dengan
pertumbuhan beban 3% per tahun, maka Beban Puncak diperkirakan
besarnya mencapai : (1 + 0,03)5 x 6 MVA = 6,95 MVA
5. Contoh Perhitungan Beban Puncak suatu Gardu Induk Distribusi
Jumlah penyulang JTM GI adalah 24, jumlah total beban puncak seluruh
penyulang

170

MVA,

maka

Beban

Puncak

GI

adalah

0,5 x 170 MVA = 85 MVA


Untuk mengantisipasi perkembangan beban 5 tahun mendatang dengan
pertumbuhan beban 3% per tahun, maka Beban Puncak diperkirakan
besarnya mencapai : (1 + 0,03)5 x 85 MVA = 98,5 MVA

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 7

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

3. JARINGAN TEGANGAN MENEGAH (JTM)


(Sistem 3 Fasa - 3 Kawat
3.1

atau

Sistem 3 Fasa - 4 Kawat)

Perhitungan Turun Tegangan (Voltage Drop) pada JTM


3.1.1. Kondisi Beban di Ujung Seimbang
Konfigurasi beban seimbang di ujung, lihat gambar 1.

Gambar 1. Diagram Beban di Ujung Seimbang


Persamaan Matematis Turun Tegangan yang dapat digunakan pada kondisi
beban di ujung seimbang, yaitu :

VT [%] =

P x L x ( R.cos + X sin )
x 100% .......................................(1)
(VK-K ) 2

Dimana:
VT [%] = Prosentase Turun Tegangan JTM
P

Daya Nominal Tersalur [MVA]

Panjang Penyulang [km]

Resistansi Penyulang [Ohm/km]

Cos =

Faktor Daya Beban, diambil 0.85, sehingga Sin = 0.526.

Reaktansi Penyulang [Ohm/km]

VK-K

Tegangan Kawat-Kawat Penyulang (V L-L = Line to Line Voltage),


besarnya = 20 kV.

Tabel dan Grafik Hubungan Prosentase Turun Tegangan dengan Parameter


berbagai Jenis Penyulang JTM pada beban diujung seimbang dengan
Sistem 3 Fasa 3 Kawat atau Sistem 3 Fasa - 4 Kawat, dapat dilihat pada
Lampiran 5a s/d 5f.
Contoh Pemakaian Tabel Lampiran 5a s/d 5f

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 8

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

Untuk kondisi beban di ujung dan seimbang, dengan Turun Tegangan yang
diharapkan sebesar 2%, tegangan antar fasa 20 kV, beban penyulang
6 MVA, 173 A, maka panjang JTM dengan kabel A3C 240 mm2 adalah
4,75 kms (lampiran 5a). Bila menggunakan kabel A3C 150 mm 2 panjang
kabel 3,77 kms (lampiran 5b). Pada tabel 1 dapat dilihat panjang JTM untuk
berbagai jenis kabel dengan kondisi seperti di atas (lampiran 5a s/d 5f) :
Tabel 1. Panjang kabel JTM untuk Turun Tegangan 2%, 6 MVA, 20 kV,
Jenis Kabel
A3C 240 mm2
A3C 150 mm2
XLPE 300 mm2
XLPE 240 mm2
XLPE 150 mm2

Panjang (kms)
4,75
3,77
9,39
7,93
5,45

3.1.2. Pada Beban di Tengah dan di Ujung Seimbang


Konfigurasi beban di tengah dan di ujung seimbang, lihat gambar 2.

Gambar 2. Diagram beban di tengah dan di ujung seimbang


Persamaan Matematis Turun Tegangan yang dapat digunakan pada kondisi
beban seimbang di tengah dan di ujung, yaitu :

VT [%] =

P x L x ( R.cos + X sin ) 0.75


x 100% .........................(2)
(VK-K ) 2

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 9

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

Dimana:
VT [%] = Prosentase Turun Tegangan JTM
P

= Daya Nominal Tersalur [MVA]

= Panjang Penyulang [km]

= Resistansi Penyulang [Ohm/km]

Cos = Faktor Daya Beban, diambil 0.85, sehingga Sin = 0.526.


X

= Reaktansi Penyulang [Ohm/km]

VK-K = Tegangan Kawat-Kawat Penyulang (V L-L = Line to Line Voltage),


besarnya = 20 kV.
Tabel dan Grafik Hubungan Prosentase Turun Tegangan dengan Parameter
berbagai Jenis Penyulang JTM pada beban ditengah dan diujung seimbang
dengan Sistem 3 Fasa 3 Kawat atau Sistem 3 Fasa 4 Kawat, dapat dilihat
pada Lampiran 6a s/d 6f.
Contoh Pemakaian Tabel Lampiran 6a s/d 6f
Untuk kondisi beban ditengah dan diujung seimbang, dengan Turun
Tegangan yang diharapkan sebesar 2%, tegangan antar fasa 20 kV, beban
penyulang sebesar 8 MVA, 231 A, maka panjang JTM dengan kabel A3C
240 mm2 adalah 4,75 kms (lihat lampiran 6a). Bila menggunakan kabel
A3C 150 mm2 panjang kabel 3,77 kms (lampiran 6b). Pada tabel 2 dapat
dilihat panjang JTM untuk berbagai jenis kabel dengan kondisi seperti di
atas (lihat lampiran 6a s/d 6f) :
Tabel 2. Panjang kabel JTM untuk Turun Tegangan 2%, 8 MVA, 20 kV
Jenis Kabel
A3C 240 mm2
A3C 150 mm2
A3C 70 mm2
XLPE 300 mm2
XLPE 240 mm2
XLPE 150 mm2

Panjang (kms)
4,75
3,77
2,65
9,39
7,93
5,45

3.1.3. Pada Beban Merata Seimbang


Konfigurasi beban merata seimbang sepanjang penyulang, lihat gambar 3.

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 10

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

Gambar 3. Diagram beban merata seimbang


Persamaan Matematis Turun Tegangan yang dapat digunakan pada kondisi
beban merata seimbang, yaitu :

VT [%] =

P x L x ( R.cos + X sin ) 0.5


x 100% .........................(3)
(VK-K ) 2

Dimana:
VT [%]

= Prosentase Turun Tegangan JTM

= Daya Nominal Tersalur [MVA]

= Panjang Penyulang [km]

= Resistansi Penyulang [Ohm/km]

Cos

= Faktor Daya Beban, diambil 0.85, maka Sin = 0.526.

= Reaktansi Penyulang [Ohm/km]

VK-K

= Tegangan Kawat-Kawat Penyulang (VL-L = Line to Line Voltage),


besarnya = 20 kV.

Tabel dan Grafik Hubungan Prosentase Turun Tegangan dengan Parameter


berbagai Jenis Penyulang JTM pada beban merata seimbang dengan
Sistem 3 Fasa - 3 Kawat atau Sistem 3 Fasa- 4 Kawat, dapat dilihat pada
Lampiran 7a s/d 7f.

Contoh Pemakaian Tabel Lampiran 7a s/d 7f

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 11

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

Untuk kondisi beban merata seimbang, dengan Turun Tegangan yang


diharapkan sebesar 2%, tegangan antar fasa 20 kV, beban penyulang
5 MVA, 144 A, maka panjang JTM dengan kabel A3C 240 mm2 adalah

11,39 kms (lampiran 7a). Bila menggunakan kabel A3C 150 mm 2 panjang
kabel 9,05 kms (lampiran 7b). Pada tabel 3 dapat dilihat panjang JTM untuk
berbagai jenis kabel dengan kondisi seperti di atas (lihat lampiran 7a s/d
7f) :
Tabel 3. Panjang kabel JTM untuk Turun Tegangan 2%, 5 MVA, 20 kV
Jenis Kabel
A3C 240 mm2
A3C 150 mm2
A3C 70 mm2
XLPE 300 mm2
XLPE 240 mm2
XLPE 150 mm2

Panjang (kms)
11,39
9,05
5,61
22,55
19,02
13,08

3.2. Perhitungan Daya Susut pada JTM


3.2.1. Beban di Ujung Seimbang
Konfigurasi beban di ujung seimbang dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Diagram beban di Ujung Seimbang


Persamaan Matematis Daya Susut yang dapat digunakan pada kondisi
beban di ujung seimbang, yaitu :
PS [kW] = 3 x I2 x R x L x LLF ............(4)

Dimana:
PS [kW] = Daya Susut [kW]
I

= Arus Beban Penyulang [Ampere]

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 12

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

= Resistansi Penyulang [Ohm/km]

= Panjang Penyulang [km]

LLF

= Faktor Beban Daya Susut (Loss Load Factor), diambil 0,612

Tabel dan Grafik Hubungan Daya Susut dengan Parameter berbagai Jenis
Penyulang JTM beban diujung seimbang dengan Sistem 3 Fasa - 3 Kawat
atau Sistem 3 Fasa - 4 Kawat, dapat dilihat pada Lampiran 8a s/d 8f.
Contoh Pemakaian Tabel Lampiran 8a s/d 8f
Untuk kondisi beban di ujung seimbang, dengan Daya Susut yang
diharapkan sebesar 2%, tegangan antar fasa 20 kV, beban penyulang
5 MVA, 144 A, maka panjang JTM dengan kabel A3C 240 mm2 adalah
9,44 kms (lihat lampiran 8a). Sedangkan apabila menggunakan kabel
A3C 150 mm2 panjang kabel 6,18kms (lampiran 8b). Pada tabel 4 dapat
dilihat panjang JTM untuk berbagai jenis kabel dengan kondisi seperti di
atas (Lampiran 8a s/d 8f) :
Tabel 4. Panjang kabel JTM untuk Daya Susut 2%, 5 MVA, 20 kV
Jenis Kabel

Panjang (kms)

A3C 240 mm
A3C 150 mm2

9,44
6,18

A3C 70 mm2

6,51
2

XLPE 300 mm
XLPE 240 mm2

12,95
10,38

XLPE 150 mm2

6,3

3.2.2. Pada Beban di Tengah dan di Ujung Seimbang


Konfigurasi beban seimbang di tengah dan di ujung, lihat pada gambar 5.

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 13

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

Gambar 5. Diagram beban di tengah dan di ujung seimbang


Persamaan Matematis Daya Susut yang dapat digunakan pada kondisi
beban di tengah dan di ujung seimbang, yaitu :
PS [kW] = 3 x I2 x R x L x LLF x LDF ............(5)
Dimana:
PS [kW] = Daya Susut [kW]
I

= Arus Beban Penyulang [Ampere]

= Resistansi Penyulang [Ohm/km]

= Panjang Penyulang [km]

LLF

= Faktor Beban Daya Susut (Loss Load Factor), diambl 0,612

LDF

= Faktor

Kerapatan

Beban

(Load

Density

Factor),

untuk

perhitungan diatas diambil nilai = 0.625.


Tabel dan Grafik Hubungan Daya Susut dengan Parameter berbagai Jenis
Penyulang JTM pada beban ditengah dan diujung seimbang dengan pola
Sistem 3 Fasa - 3 Kawat atau Sistem 3 Fasa - 4 Kawat dapat dilihat pada
Lampiran 9a s/d 9f
Contoh Pemakaian Tabel Lampiran 9a s/d 9f
Untuk kondisi beban di tengan dan di ujung seimbang, dengan Daya Susut
yang diharapkan sebesar 2%, tegangan antar fasa 20 kV, beban penyulang
sebesar 5 MVA, 144A, maka panjang JTM dengan kabel A3C 240 mm2
adalah 32,18 kms (lampiran 9a). Bila menggunakan kabel A3C 150 mm 2
panjang kabel 21,73 kms (lampiran 9b). Pada tabel 5 dapat dilihat panjang
JTM untuk berbagai jenis kabel dengan kondisi di atas (Lampiran 9a s/d 9f) :
Tabel 5. Panjang kabel JTM untuk daya susut 2%, 5 MVA, 20 kV
Jenis Kabel
A3C 240 mm2

Panjang (kms)
32.18

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 14

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

A3C 150 mm2


A3C 70 mm2
XLPE 300 mm2
XLPE 240 mm2
XLPE 150 mm2

21,73
10,42
20,72
16,61
10,07

3.2.3. Pada Beban Merata Seimbang


Konfigurasi beban seimbang merata dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Diagram beban merata seimbang


Persamaan Matematis Daya Susut yang dapat digunakan pada kondisi
beban merata seimbang, yaitu :
PS [kW] = 3 x I2 x R x L x LLF x LDF ............(6)
Dimana:
PS [kW] = Daya Susut [kW]
I

= Arus Beban Penyulang [Ampere]

= Resistansi Penyulang [Ohm/km]

= Panjang Penyulang [km]

LLF

= Faktor Beban Daya Susut (Loss Load Factor), diambil 0,612

LDF

= Faktor Kerapatan Beban (Load Density Factor), diambil = 0.333.

Tabel dan Grafik Hubungan Daya Susut dengan Parameter berbagai Jenis
Penyulang JTM beban merata seimbang dengan Sistem 3 Fasa - 3 Kawat
atau Sistem 3 Fasa - 4 Kawat, dapat dilihat pada Lampiran 10a s/d 10f.
Contoh Pemakaian Tabel Lampiran 10a s/d 10f

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 15

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

Untuk kondisi beban merata seimbang, dengan Daya Susut yang


diharapkan sebesar 2%, tegangan antar fasa 20kV, beban penyulang
5 MVA, 144 A, maka panjang JTM dengan kabel A3C 240 mm2 adalah
28,36 kms (lampiran 10a). Bilamana menggunakan kabel A3C 150 mm 2
panjang kabel 15,47 kms (lampiran 10b). Pada tabel 10, panjang JTM untuk
berbagai jenis kabel dengan kondisi seperti di atas (Lampiran 10a s/d 10f) :
Tabel 6. Panjang kabel JTM untuk Daya Susut 2%, 5 MVA, 20kV
Jenis Kabel

Panjang (kms)

A3C 240 mm

28,36

A3C 150 mm2

15,47

A3C 70 mm2

8,9

XLPE 300 mm2

38,9

XLPE 240 mm2

31,18

XLPE 150 mm2

18,91

3.3. Faktor Beban Daya Susut


Faktor Beban Daya Susut (Loss Load Factor) adalah Faktor yang digunakan
dalam perhitungan Daya Susut, merupakan perbandingan Daya Susut RataRata dan Daya Susut pada Beban Puncak.
LLF = 0.3 LF + 0.7 (LF)2 ..(7)
Dimana:
LLF = Faktor Beban Daya Susut (Loss Load Factor) [ - ]
LF = Faktor Beban Sistem (Load Factor) Area Pelayanan (Region)
Untuk DKI JAYA, LF = 0,745 (demand forecast 2004-2015), LLF = 0,612
4. PERHITUNGAN KUAT HANTAR ARUS KABEL TANAH PENYULANG
BERDASARKAN FAKTOR PERLETAKAN KABEL
Kuat hantar arus kabel bawah tanah kan tidak sama dengan kuat hantar arus
nominalnya, jika diletakkan lebih dari satu kabel pada satu parit galian dan

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 16

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

berjarak 2d (d = diameter kabel) maka berdasarkan faktor perletakan kabel


(laying cable factor), Kuat Hantar Arusnya mengikuti tabel dibawah ini .
Tabel Faktor Perletakan Kabel (FPK)
Jumlah kabel

FPK

0.9

0.8

0.75

0.7

0.65

Contoh :
Pada 1 (satu) parit galian ditanam berjajar sebanyak

4 buah kabel

XLPE 3x150 mm2 dengan KHAN (Kuat Hantar Arus Nominal),

maka nilai

KHA(operasional) menjadi:
KHA(operasional) = FPK x KHAN
KHA(operasional) = 0.75 x 227 A = 204 A

Contoh konfigurasi JARINGAN TEGANGAN MENENGAH:

Kapasitas Gardu Induk Umumnya 2 x 60 MVA = 120 MVA, batas pembebanan


gardu induk dibatasi 80%, sehingga pembenanan satu gardu induk
(2 x 60 MVA) adalah : 120 MVA x 80 % = 96 MVA

Setiap Transformator (60 MVA) dapat dibentuk 2 spindel.

masing masing spindel maksimum dapat mempunyai 7 buah penyulang


(feeder) yang terdiri dari 6 penyulang kerja (working feeder) dan 1 penyulang
cadangan (express feeder)

Kabel bawah tanah (underground cable) adalah kabel inti 3 Aluminium isolasi
XLPE dengan dimensi 150 mm2, 240 mm2 dan 300 mm2

Dengan mempertimbangkan faktor peletakan dan lain-lain maka pembebanan


maksimum setiap penghantar/penyulang adalah 70 % dari kemampunannya.

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 17

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

Maksimum panjang penyulang adalah 8 kms (besarnya pembebanan


mempertimbangkan turun tegangan maksimum dan susut daya

yang

diperbolehkan pada Jaringan Tegangan Menengah)

Turun Tegangan yang diperbolehkan pada JTM adalah 2 %

Penggunaan Penyulang Kerja dengan dimensi 150 mm 2

Pembebanan untuk kabel 150 mm2 dapat mencapai 6,5 MVA (maksimum) dan
panjang penyulang maksimum dapat mencapai 8 kms (maksimum).

Pada pembebanan maksimum penyulang sebesar 6,5 MVA, maka panjang


penyulang maksimum agar turun tegangan < 2 % adalah :
TIPE PEMBEBANAN
Seimbang Diujung
Seimbang Merata
Merata di tengah & diujung

PANJANG MAKSIMUM
5,03 kms
8 kms
6,71 kms

Apabila panjang penyulang diharapkan 8 kms

(maksimum) maka beban

maksimum pada penyulang agar turun tegangan < 2% adalah :


TIPE PEMBEBANAN
Seimbang Diujung
Seimbang Merata
Merata di tengah & diujung

BEBAN MAKSIMUM
4,09 MVA
6,5 MVA
5,45 MVA

Pembebanan dan panjang penyulang pada kabel JTM dapat

bervariasi

dengan mempertimbangkan kriteria turun tegangan JTM (2%), faktor


pembebanan kabel (70%) dan panjang maksimum penyulang (8 kms).
Penggunaan Penyulang Kerja dengan dimensi 240 mm 2

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 18

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

Pembebanan untuk kabel 240 mm2 dapat mencapai 8,6 MVA (maksimum) dan
panjang penyulang maksimum dapat mencapai 8 kms (maksimum).

Pada pembebanan maksimum penyulang sebesar 8,6 MVA maka panjang


penyulang maksimum agar turun tegangan < 2 % adalah :
TIPE PEMBEBANAN
Seimbang Diujung
Seimbang Merata
Merata di tengah & diujung

PANJANG MAKSIMUM
5,53 kms
8 kms
7,38 kms

Apabila panjang penyulang diharapkan 8 kms

(maksimum) maka beban

maksimum pada penyulang agar turun tegangan < 2% adalah :


TIPE PEMBEBANAN
Seimbang Diujung
Seimbang Merata
Merata di tengah & diujung

BEBAN MAKSIMUM
5,95 MVA
8,6 MVA
7,93 MVA

Pembebanan dan panjang penyulang pada kabel JTM dapat

bervariasi

dengan mempertimbangkan kriteria turun tegangan JTM (2%), faktor


pembebanan kabel (70%) dan panjang maksimum penyulang (8 kms).
Penggunaan Penyulang Kerja dengan dimensi 300 mm 2

Pembebanan untuk kabel 300 mm2 dapat mencapai 9,6 MVA (maksimum) dan
panjang penyulang maksimum dapat mencapai 8 kms (maksimum).

Pada pembebanan maksimum penyulang sebesar 9,6 MVA maka panjang


penyulang maksimum agar turun tegangan < 2 % adalah

TIPE PEMBEBANAN

PANJANG MAKSIMUM

Seimbang Diujung
5,87 kms
Seimbang Merata
8 kms
Merata di tengah & diujung
7,8 kms
Apabila panjang penyulang diharapkan 8 kms

(maksimum) maka beban

maksimum pada penyulang agar turun tegangan < 2% adalah :


TIPE PEMBEBANAN
Seimbang Diujung

BEBAN MAKSIMUM
7,05 MVA

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 19

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

Seimbang Merata
Merata di tengah & diujung

9,6 MVA
9,4 MVA

Pembebanan dan panjang penyulang pada kabel JTM dapat

bervariasi

dengan mempertimbangkan kriteria turun tegangan JTM (2%), faktor


pembebanan kabel (70%) dan panjang maksimum penyulang (8 kms).

CONTOH SKENARIO KONFIGURASI JTM


Konfigurasi JTM untuk Beban dengan Kerapatan 4 MVA/ km 2 (Asumsi beban
Uniform)

Daya Mampu GI adalah 96 MVA (2 Transformator @ 60 MVA)

Dengan kerapatan beban 4 MVA/ km2, maka luas daerah pelayanan satu
Gardu Induk (GI) adalah 96 MVA / 4 MVA/km2 = 24 km2

Luas Area tiap spindel (apabila digunakan 4 spindel) adalah 24 km 2/4 = 6 km2

Beban tiap spindel adalah : 6 km2 x 4 MVA/ km2 = 24 MVA

Berdasarkan gambar sederhana diatas dapat dilihat konfigurasi salah satu


sistem spindel dari GI ke GH

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 20

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

Dari gambar daerah untuk salah satu spindel diatas dapat diketahui setiap
penyulang mempunyai panjang bervariasi mengikuti jalur/rute penempatan
gardu distribusi berdasarkan hasil studi dan perkiraan (forecast) lokasi
pertumbuhan beban.

Apabila gardu distribusi menggunakan transformator kapasitas 1 x 630 kVA,


maka kemampuan pembebanan maksimum setiap gardu distribusi adala
630 kVA x 80 % = 500 kVA (0,5 MVA) . dengan kondisi seperti ini untuk
beban 1 area spindel sebesar 24 MVA digunakan sebanyak 48 gardu distribusi
dengan kapasitas transformator 1 x 630 kVA. Sehingga apabila lokasi beban
dan kerapatan beban uniform, maka dapat dibuat contoh letak gardu distribusi
dan rute jalur penyulang sebagai berikut :
2,5 km

GH

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

GD

2,5 km

Panjang Penyulang (kms)


P1 = 4,5 kms
P2 = 4 kms
P3 = 3,7 kms
P4 = 3,5 kms
P5 = 4 kms
P6 = 4,5 kms

3 MVA (6 GD)
4,5 MVA (9 GD)
4,5 MVA (9 GD)
5 MVA (10 GD)
4,5 MVA (9 GD)
3 MVA (6 GD)

GI

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 21

Bagian 3

Kriteria Disain Jaringan Distribusi


PT, PLN (Persero) DKI Jaya dan Tangerang

Berdasarkan panjang penyulang dan besar pembebanan pada penyulang


dapat kita lakukan pemilihan spesifikasi penghantar yang akan digunakan
(150 mm2 , 240 mm2 , 300 mm2)

Penyulang 1 dan 6 (P1 dan P6) mempunyai tipe pembebanan merata ditengan
dan diujung, sedangkan penyulang 2,3,4,5 (P2,P3,P4,P5) mempunyai tipe
pembebanan merata seimbang

Berdasarkan kurva turun tegangan dan tabel pembebanan untuk kabel XLPE
150 mm2 memenuhi kriteria disain untuk digunakan sebagai penyulang kerja
pada konfigurasi untuk skenario ini. Pada tipe pembebanan merata seimbang
untuk kabel 150 mm2 pada pembebanan maksimum 6,5 MVA kabel/penyulang
dapat dipasang hingga panjang 8 kms sehingga memenuhi kriteria untuk
digunakan pada penyulang 2,3,4,5. Sedangan pada tipe pembebanan merata
ditengah dan diujung untuk pembebanan maksimum 6,5 MVA kabel dapat
dipasang hingga panjang 6,7 kms sehingga memenuhi kriteria untuk
digunakan pada penyulang 1 dan 6.

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 22

5. GARDU DISTRIBUSI
Perhitungan Daya Susut dan Pembebanan Transformator Distribusi
PSTD = PI + PC. (BR)2. LLF .............(8)
Dimana:
PSTD

= Daya Susut (Total) Transformator Distribusi [Kw]

PI

= Daya Susut Besi (Iron Losses) Transformator Distribusi [Kw]

PC

= Daya Susut Tembaga (Copper Losses) Transformator Distribusi [Kw]

BR [%] = Ratio KVA Beban berbanding KVA Rating = Prosentase


Pembebanan (Rata-Rata) Transformator Distribusi [%]
LLF

= Faktor Beban Daya Susut (Loss Load Factor), ambil 0,612

Catatan :
1. Daya Susut (Rugi-Rugi) Besi dan Daya Susut tembaga untuk berbagai
Kapasitas Transformator Distribusi dapat dilihat pada Tabel Lampiran 11.
2. Sebagai contoh Daya Susut Maksimum sebesar 1,32 % terdapat pada
Transformator Distribusi 630 kVA dengan Beban Penuh (pembebanan 100%)
, Faktor Daya (Cos = 0.85) dan Temperatur Lilitan Kumparan 75C.
Tabel dan Grafik Hubungan Prosentase Daya Susut dan Prosentase Pembebanan
Transformator Distribusi untuk berbagai Kapasitas Transformator Distribusi. Dapat
dilihat pada Lampiran 12a s/d 12e.

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 21

Tabel 7 Daya susut pada pembebanan 80% kapasitor transmator (operasi optimal)
Daya susut (%)
Daya

Pembebanan 80 % kapasitor

Transformator KVA
25
50
100
160
200
250
315
400
500
630
800
1000

transformator
1,91
1,83
1,83
1,46
1,44
1,4
1,44
1,35
1,28
1,2
1,31
1,39

6. JARINGAN TEGANGAN RENDAH


(Sistem 3 Fasa - 4 Kawat)
6.1. PerhitunganTurun Tegangan pada JTR
6.1.1. Pada Beban Diujung Seimbang

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 22

Konfigurasi beban seimbang di ujung, lihat gambar 7.

Gambar 7. Diagram Beban di Ujung Seimbang


Persamaan Matematis Turun Tegangan yang dapat digunakan pada kondisi
beban di ujung seimbang, yaitu :

VT [%] =

P x L x ( R.cos + X sin )
x 100% .........................(9)
(VK-K ) 2

Dimana:
VT [%] = Prosentase Turun Tegangan JTR
P

= Daya Nominal Tersalur [VA]

= Panjang Penghantar [km]

= Resistansi Penghantar [Ohm/km]

Cos = Faktor Daya Beban, diambil 0.85, sehingga Sin =0.526.


X

= Reaktansi Penghantar [Ohm/km]

VK-K = Tegangan Kawat-Kawat Penghantar (VL-L = Line to Line Voltage),


besarnya = 400 V.
Tabel dan Grafik Hubungan Prosentase Turun Tegangan dengan Parameter
Penghantar JTR jenis TIC 3 x 35 mm 2 + 1 x 50 mm2 atau TIC 3 x 70 mm2 +
1 x 50 mm2 pada beban diujung seimbang, lihat pada Lampiran 13a s/d 13b.
Contoh Pemakaian Tabel Lampiran 13a s/d 13b
Untuk kondisi beban di Ujung Seimbang, dengan Turun Tegangan yang
diharapkan sebesar 4%, tegangan antar fasa 400 V, beban penyulang
50 kVA, 72 A, maka panjang JTR dengan kabel TIC 3 x 70+ 1 x 50 mm2
adalah 286,3 ms (lampiran 13a). Bila menggunakan kabel TIC 3 x 35 + 1
x 50 mm2 panjang kabel 154,93 ms (lampiran 13b). Pada tabel 8 dapat dilihat
panjang JTR untuk berbagai jenis kabel dengan kondisi seperti di atas
Tabel 8. Panjang kabel JTR untuk Turun Tegangan 4%, 50 kVA, 400 V

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 23

Jenis Kabel
TIC 3x70 + 1x 50mm2
TIC 3x35 + 1x 50 mm2

Panjang (ms)
286,03
154,93

6.1.2. Beban Merata Seimbang


Konfigurasi beban merata seimbang dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Diagram beban merata seimbang


Persamaan Matematis Tegangan Turun yang dapat digunakan pada kondisi
beban merata seimbang, yaitu :

VT [%] =

P x L x ( R.cos + X sin ) 0.5


x 100% ........................(10)
(VK-K ) 2

Dimana:
VT [%] =

Prosentase Turun Tegangan JTR

Daya Nominal Tersalur [VA]

Panjang Penghantar [km]

Resistansi Penghantar [Ohm/km]

Cos =

Faktor Daya Beban, diambil 0.85, sehingga Sin = 0.526.

Reaktansi Penghantar [Ohm/km]

VK-K

Tegangan Kawat-Kawat Penghantar (VL-L = Line to Line Voltage),


besarnya = 400 V.

Tabel dan Grafik Hubungan Prosentase Turun Tegangan dengan Parameter


Penghantar JTR jenis TIC 3 x 35 mm 2 + 1 x 50 mm2 atau TIC 3 x 70 mm2 +
1 x 50 mm2 pada beban diujung seimbang adalah dapat dilihat pada
Lampiran 14a s/d 14b.
Contoh Pemakaian Tabel Lampiran 14a s/d 14b

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 24

Untuk kondisi beben merata seimbang, dengan turun tegangan yang


diharapkan 4 %, tegangan antar fasa 400 V, beban penyulang 75 kVA,
108 A, maka panjang kabel JTR TIC 3x70 + 1x50 mm2 adalah 382 ms
(lampiran 14a). Apabila menggunakan kabel TIC 3x35 + 1x50 mm 2 panjang
kabel 206,57 ms (lampiran 14b). Pada Tabel 9 dapat dilihat panjang JTR
untuk berbagai jenis kabel dengan kondisi seperti di atas :
Tabel 9. Panjang kabel JTR untuk Turun Tegangan 5%, 75 kVA, 400 V
Jenis Kabel
TIC 3x70 + 1x 50mm2
TIC 3x35 + 1x 50 mm2

Panjang (ms)
382
206,57

6.2. Perhitungan Daya Susut pada JTR


6.2.1. Pada Beban Diujung Seimbang
Konfigurasi beban di ujung seimbang dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Diagram beban di ujung seimbang


Persamaan Matematis Daya Susut yang dapat digunakan pada kondisi
beban seimbang di ujung, yaitu :
PS [kW] = 3 x I2 x R x L x LLF .......................(11)
Dimana:
PS [kW] = Daya Susut [kW]
I

= Arus Beban Penghantar [Ampere]

= Resistansi Penghantar [Ohm/km]

= Panjang Penghantar [km]

LLF

= Faktor Beban Daya Susut (Loss Load Factor), diambil 0,612.

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 25

Tabel dan Grafik Hubungan Daya Susut dengan Parameter Penghantar JTR
jenis TIC 3x35 mm2 + 1x50 mm2 atau dengan TIC 3x70 mm 2 + 1x50 mm2
pada beban diujung seimbang, dapat dilihat pada Lampiran 15a s/d 15b.
Contoh Pemakaian Tabel Lampiran 15a s/d 15b
Untuk kondisi beban di ujung seimbang, dengan Daya Susut yang
diharapkan sebesar 3 %, tegangan antar fasa 400 V, beban penyulang
50 kVA, 72 A, maka panjang JTR dengan kabel TIC 3x70 + 1x50 mm 2
adalah 176 ms (lampiran 15a).
Sedangkan apabila menggunakan kabel TIC 3x35 + 1x50 mm 2 panjang
kabel 90 ms (lampiran 15b). Pada Tabel 10 dapat dilihat panjang JTR untuk
berbagai jenis kabel dengan kondisi seperti di atas :
Tabel 10. Panjang kabel JTR untuk Daya Susut 3%, 50 kVA, 400 V
Jenis Kabel
TIC 3x70 + 1x 50mm2
TIC 3x35 + 1x 50 mm2

Panjang (ms)
176
90

6.2.2. Pada Beban Merata Seimbang


Konfigurasi beban merata seimbang dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Diagram beban merata seimbang


Persamaan Matematis Daya Susut yang dapat digunakan pada kondisi
beban seimbang merata, yaitu :
PS [kW] = 3 x I2 x R x L x LLF x 0.333 ..............(12)
Dimana:
PS [kW] = Daya Susut [kW]
I

= Arus Beban Penghantar [Ampere]

= Resistansi Penghantar [Ohm/km]

= Panjang Penghantar [km]

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 26

LLF

= Faktor Beban Daya Susut (Loss Load Factor) , diambil 0,612

Tabel dan Grafik Hubungan Daya Susut dengan Parameter Penghantar JTR
jenis TIC 3x35 mm2 + 1x50 mm2 atau dengan TIC 3x70 mm 2 + 1x50 mm2
pada beban merata seimbang, dapat dilihat pada Lampiran 16a s/d 16b.
Contoh :
Untuk kondisi beban merata seimbang dengan Daya Susut yang
diharapkan 3 %, tegangan antar fasa 400 V, beban penyulang 75 kVA,
108 A, maka panjang JTR dengan kabel TIC 3x70 + 1x50 mm2 adalah
352 ms (lampiran 16a). Apabila menggunakan kabel TIC 3x35+ 1x50 mm 2
panjang kabel 180 ms (lampiran 16b). Pada Tabel 11 dapat dilihat panjang
JTR untuk berbagai jenis kabel dengan kondisi seperti di atas :
Tabel 11. Panjang kabel JTR untuk Daya Susut 3%, 75 kVA, 400 V
Jenis Kabel
TIC 3x70 50mm2
TIC 3x35 50 mm2

Panjang (ms)
352
180

7. SAMBUNGAN RUMAH (SR) atau SAMBUNGAN PELAYANAN (SP)

7.1. Perhitungan Prosentase Turun Tegangan pada SR,


SISTEM 3 Fasa 4 Kawat :

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 27

VTSR [%] =

P x L x ( R.cos + X sin )
x 100% .........................(13)
(VK-N ) 2

SISTEM 1 Fasa :

VTSR [%] =

P x L x ( R.cos + X sin )
x 100% .........................(14)
(VK-N )2

Dimana:
VTSR [%] = Prosentase Turun Tegangan Penghantar SR
P

= Daya Nominal Tersalur [VA]

= Panjang Penghantar SR [km], diambil rata-rata 35 m

= Resistansi Penghantar SR [Ohm/km]

Cos

= Faktor Daya Beban, diambil 0.85, sehingga Sin = 0.526.

= Reaktansi Penghantar SR [Ohm/km]

VK-N

= Tegangan Kawat-Netral Penghantar (Line to Neutral Voltage)


atau Tegangan Fasa (Phase Voltage) SR = 231 V.

7.2. Perhitungan Daya Susut pada Penghantar SR


SISTEM 3 Fasa 4 Kawat :
PSSR [W] = 3 x I2 x RL x LLF ............(15)
SISTEM 1 Fasa :
PSSR [W] = 2 x I2 x RL x LLF ............(16)
Dimana:
PSSR [W] = Daya Susut Satu SR [Watt]
I

= Arus Beban Rata-Rata Satu SR waktu Beban Puncak [Ampere]

RL

= Resistansi Penghantar Satu SR, dengan Panjang Penghantar


Rata-Rata = 35 meter [Ohm]

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 28

LLF

= Faktor Beban Daya Susut (Loss Load Factor), diambil 0,612

7.3. Perhitungan Energi Susut pada Penghantar SR


SISTEM 3 Fasa 4 Kawat :
ESSR [kWh] = 3 x I2 x RL x LLF x t x 10-3 ............(17)

SISTEM 1 Fasa :
ESSR [kWh] = 2 x I2 x RL x LLF x t x 10-3 ............(17)
Dimana:
ESSR [kWh] = Energi Daya Susut Satu SR [kWh]
I

= Arus Beban Rata-Rata Satu SR waktu Beban Puncak


[Ampere]

RL

= Resistansi

Penghantar

Satu

SR,

dengan

Panjang

Penghantar Rata-Rata = 35 meter [Ohm]


t

= Lamanya Pemakaian Daya (jam atau hour)

LLF

= Faktor Beban Daya Susut (Loss Load Factor), diambil 0,612

Tabel Turun Tegangan dan Daya Susut Sambungan Rumah dengan


Penghantar SR TIC 2 x 10 mm2 dan TIC 2 x 16mm2 pada beban seimbang
merata dapat dilihat pada Lampiran 17a s/d 17f.

7.4 Contoh Pemakaian Tabel pada Lampiran 17a s/d 17f, untuk Penyaluran
JTR Pada Kondisi Beban Merata, Sistem 1 Fasa

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 29

Untuk penyaluran tenaga listrik dengan

satu pelanggan atau konsumen

dengan beban 4,4 kVA, 231 V, penghantar TIC 2x10 mm2, dengan Turun
Tegangan yang diharapkan sebesar 1%, maka Panjang Total Saluran SR
adalah maksimum 44 ms, sebagaimana terlihat pada Lampiran 17a.
7.5

Contoh

Pemakaian

Tabel Pada Lampiran 18a s/d 18b, untuk

Penyaluran JTR Pada Kondisi Beban Merata, Sistem 3 Fasa

Untuk penyaluran tenaga listrik dengan

satu pelanggan atau konsumen

dengan beban 11 kVA, 231 V, penghantar TIC 4 x 10 mm2, dengan Turun


Tegangan yang diharapkan sebesar 1%, maka Panjang Total Saluran SR
adalah maksimum 53 ms, sebagaimana terlihat pada Lampiran 18a.

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 30

8. HARMONISA ARUS
Standar IEEE 519-1992 memberikan panduan rekomendasi untuk besarnya
harmonisa yang diperbolehkan dalam aliran sistem tenaga listrik. Standar ini lebih
khusus merekomendasikan batas yang diperbolehkan untuk besarnya harmonisa
yang diinjeksikan oleh pelanggan kedalam sistem tenaga listrik
Tabel batas distorsi harmonisa arus dalam persentase terhadap arus beban
Vn 69 kV
Isc/IL

h < 11

11 h < 17

17 h < 23

23 h < 35

h 35

THD

< 20
20 - 50
50 - 100
100 - 1000

4
7
10
12

2
3,5
4,5
5,5

1,5
2,5
4
5

0,6
1
1,5
2

0,3
0,5
0,7
1

5
8
12
15

> 1000

15

2,5

1,4

20

Sumber : IEEE Standard 519-1992

Ket :
Ih adalah besarnya arus orde harmonisa dalam ampere (rms).
Isc/IL adalah rasio hubung singkat
ISC adalah besarnya arus hubung singkat pada titik percabangan antar beban
(PCC / Point of common coupling)
IL adalah besarnya arus beban pada titik percabangan antar beban (PCC/ Point
of common coupling)
TDD (Total Demand Distortion) didapatkan melalui persamaan :

TDD =

I
2

IL

2
h

x 100%

Prosedur menentukan rasio hubung singkat (Isc/IL) :


a.

Tentukan arus hubung singkat tiga fasa dari titik percabangan antar beban
(PCC/Point of common coupling). Nilai arus hubung singkat ini bisa
didapatkan secara langsung dari peralatan dengan satuan ampere. Jika
arus hubung singkat ini diberikan dalam MVA (megavoltampere), maka
dapat diubah ke dalam besaran ampere dengan persamaan :

I SC

1000 MVA
ampere
3 kV

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 31

MVA dan kV merupakan kapasitas hubung singkat tiga fasa dan tegangan
antar fasa (dalam kV) di titik percabangan antar beban.
b.

Tentukan besarnya arus beban dengan cara mengubah kebutuhan daya


rata-rata menggunakan persamaan :
IL =

c.

kW
ampere
PF x 3 x kV

Setelah a) dan b) didapat, maka besarnya rasio hubung singkat dapat


ditentukan dengan menggunakan persamaan :

Rasio hubung singkat =

ISC
IL

Contoh:

Contoh

perhitungan

besarnya

THD

yang

diperbolehkan

pada

outgoing

transformator dengan data sebagai berikut :


Data

630 kVA

Transformator I hs = 20000 A
Data Beban
Arus beban = 700 A

Rasio Hubung Singkat =

20000
28.5
700

Maka TDH maksimum yang diperbolehkan adalah 8%

Pusat Studi Teknologi dan Informasi Ketenagalistrikan (PSTIK)


Departemen Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bag. 3 Hal. 32

Anda mungkin juga menyukai