Anda di halaman 1dari 6

STATISTIK SAMPLING DALAM PENGUJIAN PENGENDALIAN

A. SAMPLING ATRIBUT
Metode sampling statistik yang lazim digunakan pada pengujian pengendalian
adalah sampling atribut, yaitu metode sampling yang meneliti sifat non angka dari
data, karena pada pengujian pengendalian fokus perhatian auditor adalah pada
jejak-jejak pengendalian yang terdapat pada data/dokumen yang diuji, seperti
paraf, tanda tangan, nomor urut pracetak, bentuk formulir, dan sebagainya, yang
juga bersifat non angka, seperti unsur-unsur yang menjadi perhatian pada sampling
atribut.
Sampling atribut bertujuan untuk membuat estimasi (perkiraan) mengenai keadaan
populasi. Namun demikian, dalam audit kadang-kadang pengujian pengendalian
tidak dimaksudkan untuk memperkirakan keadaan populasi, melainkan misalnya
untuk mengetahui:
- apakah ada hal tertentu yang perlu mendapat perhatian pada populasi yang
diteliti, atau
- menetapkan akan menerima/menolak populasi yang diteliti.
Sampling atribut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan rumus
statistik dan menggunakan tabel. Namun yang lebih sering digunakan adalah
dengan menggunakan tabel. Tahapan dan proses pelaksanaan sampling atribut
yang menggunakan tabel dilaksanakan sebagai berikut:
1. Menyusun Rencana Audit
Pada tahap ini ditetapkan tujuan audit dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
menentukan unit sampel, membuat hasil sampling dan simpulan hasil audit.
Tujuan umum pengujian pengendalian adalah untuk menentukan sikap
mengenai keandalan pengendalian intern auditi. Yang ditetapkan di sini adalah
tujuan spesifik. Unsur-unsur yang perlu ditetapkan terlebih dahulu untuk
menentukan unit sampel sesuai dengan tabel penetapan unit sampel yaitu:
1) Risiko sampling/ARO
2) Toleransi penyimpangan/TDR
3) Perkiraan kesalahan dalam populasi/EPDR
2. Menetapkan Jumlah (Unit) Sampel
Berdasarkan perencanaan audit, auditor turun ke lapangan. Hal pertama yang
dilakukan adalah mendapatkan populasi, kemudian memastikan unitnya. Jika
populasi sedikit lakukan pengujian 100% (sensus). Jika banyak, dapat dilakukan
pengujian secara sampling.
3. Memilih Sampel

Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah
memilih sampel dari populasi yang diteliti. Karena metode sampling yang
digunakan adalah sampling statistik, maka pemilihan sampel harus dilakukan
secara acak (random).
4. Menguji Sampel
Sampel yang telah diperoleh melalui pemilihan sampel, kemudian diuji dengan
menerapkan prosedur audit.
5. Mengestimasi Keadaan Populasi
Berdasarkan keadaan sampel yang diuji, dibuat perkiraan banyaknya
penyimpangan dalam populasi.
6. Membuat Simpulan Hasil Audit
Setelah keadaan populasi diperkirakan, dapatlah dibuat simpulan hasil audit,
yaitu berdasarkan perbandingan antara: toleransi penyimpangan (TDR)
dengan hasil sampling, yaitu perkiraan penyimpangan dalam populasi (CUDR).

B. SAMPLING PENEMUAN (DISCOVERY/EXPLORATORY SAMPLING)


Sampling Penemuan adalah teknik sampling yang bertujuan untuk menemukan
suatu kejadian serius atau penyimpangan yang perlu mendapat perhatian dalam
populasi yang diuji. Sampling penemuan hendaknya diterapkan untuk menguji
ketaatan terhadap ketentuan yang tidak ada toleransi atas satu penyimpangan pun.
C. SAMPLING PENERIMAAN (ACCEPTANCE SAMPLING)
Sampling Penerimaan adalah teknik sampling yang bertujuan untuk menentukan
sikap, menerima (accept) atau menolak (reject) populasi. Unit sampelnya
ditetapkan dari Tabel Ukuran Sampel untuk Sampling Penerimaan. Hal yang harus
ditetapkan lebih dahulu, sehingga tabel itu dapat dipakai, adalah: unit populasi (N),
probabilitas penerimaan, dan estimasi penyimpangan dalam populasi (EPDR). Sikap
auditor ditetapkan dengan membandingkan acceptance number dengan jumlah
penyimpangan yang ditemukan dalam sampel:
- Jika kesalahan dalam populasi tidak melebihi acceptance number, populasi
diterima
- Jika kesalahan dalam populasi melebihi acceptance number, populasi ditolak
Dalam audit, menerima populasi berarti menyatakan pengendalian intern handal,
sebaliknya menolak populasi, berarti menyatakan pengendalian intern lemah.

STATISTIK SAMPLING DALAM PENGUJIAN SUBSTANTIF

Pendekatan-pendekatan Sampling Statistik


Dua pendekatan sampling statistik berikut dapat digunakan oleh auditor dalam
pengujian substantif :
a. Sampling PPS
b. Sampling variabel klasik
Perbedaan utama antara kedua pendekatan tersebut adalah bahwa sampling PSS
didasarkan pada teori sampling atribut, sedangkan sampling variabel klasik
didasarkan pada teori distribusi normal. Setiap pendekatan bermanfaat dalam
memperoleh bukti yang cukup sesuai standar pekerjaan lapangan yang ketiga.
A. SAMPLING PPS (PROBABILITY PROPORTIONAL TO SIZE)
1. Menentukan Tujuan Rencana Sampling
Tujuan rencana sampling PPS pada umumnya adalah untuk memperoleh bukti
bahwa saldo akun yang dicatat tidak salah saji secara material. Auditor perlu
melaksanakan pengujian lain pada sampel atau item-item dalam populasi
sebelum menyimpulkan bahwa seluruh asersi yang berkaitan dengan akun
tersebut telah bebas dari salah saji yang material.
2. Menetapkan Populasi dan Unit Sampling
Populasi terdiri dari kelompok transaksi atau saldo akun yang diuji. Untuk
setiap populasi, auditor harus memutuskan apakah seluruh item tersebut
akan diikutkan. Unit sampling dalam sampling PPS adalah rupiah itu sendiri,
dan populasinya adalah jumlah rupiah yang sama dengan jumlah total rupiah
pada populasi tersebut. Meskipun setiap rupiah tersebut merupakan dasar
pemilihan sampel, namun yang diuji auditor adalah akun, transaksi,
dokumen, atau item-item sejenis yang berkaitan dengan rupiah yang dipilih.
3. Menentukan Ukuran Sampel
Rumus untuk menentukan ukuran sampel dalam sampling PPS adalah :
n=
BV X RF
TM (AM X EF)
BV = nilai buku populasi yang diuji
RF = faktor reliabilitas untuk resiko kesalahan penerimaan
TM = salah saji yang dapat ditoleransi
AM = salah saji yang diantisipasi
EF = faktor ekspansi untuk salah saji yang diantisipasi
4. Menentukan Metode Pemilihan Sampel
Metode pemilihan sampel yang paling banyak digunakan dalam sampling PPS
adalah pemilihan sistematis. Metode ini memisahkan total populasi dalam
rupiah ke interval yang sebanding dengan rupiah. Dengan demikian, interval
sampling harus dihitung sebagai berikut :
SI =
BV
n
5. Melaksanakan Rencana Sampling
Dalam fase perencanaan, auditor memakai prosedur auditing yang sesuai
untuk menentukan nilai audit setiap unit logis yang ada dalam sampel. Ketika

terjadi perbedaan, auditor mencatat nilai buku dan nilai auditnya dalam
kertas kerja. Informasi ini kemudian digunakan untuk memproyeksikan salah
saji total dalam populasi.
6. Mengevaluasi Hasil Sampel
Dalam mengevaluasi hasil sampel, auditor memperhitungkan batas atas
salah saji (upper misstatement limit UML) dari data sampel dan
membandingkannya dengan salah saji yang dapat ditoleransi tertentu dalam
perancangan sampel. Juka UML lebih kecil atau sama dengan salah saji yang
dapat ditoleransi, hasil sampel mendukung kesimpulan bahwa nilai buku
populasi tidak dicatat melebihi TM pada risiko kesalahan penerimaan yang
ditetapkan. UML dihitung sebagai berikut :
UML = PM + ASR
PM = salah saji total yang diproyeksikan dalam populasi
ASR = cadangan risiko sampling
Kelebihan dan Kekurangan Sampling PPS
Kelebihan sampling PPS adalah :
a. Sampling PPS umumnya lebih mudah digunakan daripada sampling variabel
klasik karena auditor dapat menghitung ukuran sampel dan mengevaluasi
hasil sampel secara langsung atau dengan bantuan tabel
b. Ukuran sampel PPS tidak didasarkan pada beberapa ukuran penyimpangan
yang diestimasi pada nilai audit
c. Sampling PPS secara otomatis menghasilkan sampel yang sudah distratifikasi
karena item-itemnya dipilih dalam proporsi pada nilai rupiahnya
d. Pemilihan sampel sistematis PPS secara otomatis menujukkan beberapa item
yang secara individual signifikan jika nilai-nilainya melebihi pisah batas atas
moneter
e. Jika auditor memperkirakan tidak ada salah saji, sampling PPS biasanya akan
menghasilkan ukuran sampel yang lebih kecil daripada hasil dari sampling
variabel klasik
f.

Sampel PPS lebih mudah dirancang, dan pemilihan sampel dapat dimulai
sebelum tersedia populasi yang lengkap

Sebaliknya, sampling PPS mempunyai kekurangan sebagai berikut :


a. Sampling PPS mengandung asumsi bahwa nilai audit unit sampling harus
tidak kurang dari nol atau lebih besar dari nilai buku
b. Jika kekurangsajian ditunjukkan dalam sampel tersebut, evaluasi atas sampel
tersebut memerlukan pertimbangan khusus
c. Pemilihan saldo nol atau saldo dengan tanda yang berbeda memerlukan
pertimbangan khusus
d. Evaluasi PPS dapat melebihi ASR jika salah saji ditemukan dalam sampel

e. Sejalan dengan meningkatnya jumlah salah saji yang diperkirakan, ukuran


sampel yang sesuai juga meningkat

B. SAMPLING VARIABEL KLASIK


Dalam pendekatan ini, teori distribusi normal digunakan dalam pengevaluasian
karakteristik populasi berdasarkan hasil sampel yang digambarkan dari
populasinya. Sampling variabel klasik bermanfaat bagi auditor pada saat tujuan
audit berkaitan dengan kemungkinan kurang saji atau lebih saji dari saldo akun,
dan keadaan lain ketika sampling PPS tidak tepat atau tidak efektif.
1. Estimasi Mean Per Unit (MPU)
Sampling estimasi MPU mencakup penentuan nilai audit untuk setiap item
dalam sampel. Rata-rata nilai audit ini kemudian dihitung dan dikalikan
dengan jumlah unit dalam populasi yang ditemukan pada estimasi total nilai
populasi. Cadangan risiko sampling yang berkaitan dengan estimasi ini juga
dihitung untuk digunakan dalam mengevaluasi hasil-hasil sampel tersebut.
2. Estimasi Diferensiasi
Dalam sampling estimasi diferensiasi perbedaan dihitung untuk setiap item
sampel dari nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Rata-rata
perbedaan ini kemudian digunakan untuk memperoleh estimasi nilai total
populasi, dan variabilitas perbedaan digunakan untuk menentukan cadangan
resiko sampling yang dicapai. Tiga kondisi berikut diperlukan dalam
penggunaan estimasi diferensiasi :
a. Nilai buku setiap item populasi harus diketahui
b. Total nilai buku populasi harus diketahui dan sesuai dengan jumlah
nilai buku item-item secaar individual
c. Terdapat perbedaan yang besar antara nilai audit dan nilai buku yang
diperkirakan
3. Estimasi Rasio
Dalam sampling estimasi rasio, pertama auditor menentukan nilai audit untuk
setiap item dalam sampel. Berikutnya, rasio dihitung dengan membagi
jumlah nilai audit dengan jumlah nilai buku untuk item sampel tersebut. Rasio
ini dikalikan dengan total nilai buku untuk mendapatkan estimasi nilai
populasi total. Cadangan risiko sampling kemudian dihitung berdasarkan
variabilitas rasio nilai audit dan nilai buku item sampel secara individual.
Kelebihan dan Kekurangan Sampling Variabel Klasik
Kelebihan utama sampel variabel klasik adalah :
a. Sampel-sampelnya lebih mudah untuk diperluas daripada sampel PPS, jika
diperlukan

b. Saldo nol dan saldo yang bertanda berbeda tidak memerlukan pertimbangan
perancangan khusus
c. Jika ada perbedaan yang besar antara nilai audit dan nilai buku, tujuan
auditor dapat terpenuhihanya dengan ukuran sampel yang lebih kecil
dibandingkan sampling PPS
Sedangkan kekurangan utamanya adalah :
a. Sampling variabel klasik lebih rumit dibanding sampling PPS, umumnya,
auditor memerlukan bantuan program komputer untuk merancang sampel
yang efisien dan mengevaluasi hasil sampel
Untuk menentukan ukuran sampel, auditor harus mempunyai estimasi
penyimpangan standar karakteristik yang dikehendaki dalam populasi

Anda mungkin juga menyukai