Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Matematika dan Sains

Vol. 9 No. 1, Maret 2004, hal 209 213

Lantaden XR Glikosida dari Daun Lantana camara L.


Rumondang Bulan1), Soekeni Soedigdo2), Sadijah Achmad2) dan Buchari2)
1)
Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Sumatera Utara, Medan
Jl, Bioteknologi No. 1, Kampus-USU Medan.
2)
Departemen Kimia, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 40132.

Diterima Maret 2003, disetujui untuk dipublikasikan September 2003

Abstrak
Isolasi dan pemurnian senyawa lantaden XR glikosida yaitu suatu senyawa turunan lantaden, dari daun Lantana
camara L telah dilakukan. Struktur senyawa ditentukan berdasarkan interpretasi data UV, IR, MS, 1H dan 13CNMR. Senyawa tersebut bersifat sitotoksik terhadap sel leukemia L1210 dengan IC50 2,23 g/mL.
Kata Kunci : Lantaden, lantaden XR glikosida, Lantana camara L., sel leukemia L1210
Abstract
Isolation and purification of lantadene XR glycoside compound related to lantadene compound, from Lantana
camara L. leaves had been done. Structure elucidation was performed by interpretation of spectroscopic data,
including UV, IR, MS, 1H and 13C-NMR. This compound is cytotoxic against of L1210 leukemic cell with IC50 of
2.23 g/mL.
Keywords: Lantadene, lantadene XR glycoside, Lantana camara L., L1210 leukemic cell
1.

2.

Pendahuluan

Lantana camara L. adalah tumbuhan perdu


dari suku Verbenaceae yang berasal dari Amerika
dan terdapat di Indonesia1,2,3,4). Tumbuhan tersebut
telah lama digunakan sebagai salah satu bahan
ramuan obat tradisional untuk mengobati berbagai
macam penyakit antara lain untuk pengobatan
penyakit kulit, batuk, keracunan dan reumatik5,6).
Berdasarkan berbagai literatur diketahui bahwa daun
L. camara L. mengandung senyawa lantaden, yaitu
lantaden A, lantaden B, lantaden C, lantaden D,
lantaden A yang tereduksi dan lantaden B yang
tereduksi7,8,9,10,11). Senyawa lantaden A dan lantaden
B yang dapat menyebabkan keracunan pada domba
mengandung gugus yang khas pada struktur
kimianya, seperti sistim lingkar, gugus karbonil dan
ikatan rangkap yang umumnya terdapat pada
senyawa-senyawa yang aktif terhadap sel-sel
abnormal seperti sel leukemia L1210, sel P388, sel
Walker 256 dan lain-lain12,13,14,15,16).
Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi,
memurnikan dan mengelusidasi struktur senyawa
kimia yang terdapat di dalam daun tumbuhan L.
camara L., dan menguji aktivitas sitotoksiknya
terhadap sel leukemia L1210. Sel leukemia L1210
dipilih karena merupakan sel tumor yang tumbuh
cepat dengan persentase sel hidup cukup tinggi dan
memiliki tingkat pertumbuhan 100%. Jika suatu zat
toksik terhadap sel leukemia L1210, pada umumnya
toksik terhadap sel-sel abnormal lainnya.

Bahan dan Metode

2.1 Bahan tumbuhan


Daun L. camara L. berbunga merah yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh dari daerah Soreang,
Bandung. Bahan tumbuhan dideterminasi di
Herbarium Bandungense, Departemen Biologi
FMIPA ITB dan Herbarium Bogoriense, Balitbang
Botani Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi,
LIPI Bogor. Setelah dibersihkan bahan dikeringkan
dan dijadikan serbuk.
2.2 Ekstraksi
Sebanyak 50 g serbuk daun kering L.
camara L diekstraksi secara ekstraksi sinambung
dengan 500 mL metanol. Kemudian metanolnya
diuapkan dengan menggunakan penguap vakum putar
pada suhu 50 0C sehingga diperoleh larutan jenuh
metanol. Ekstraksi diulang lagi sehingga bahan
tumbuhan yang diekstraksi sebanyak 1 kg. Dari 1 kg
serbuk daun kering L. camara L. diperoleh 64,52 g
ekstrak kasar.
2.3 Pemisahan
Ekstrak kasar di fraksinasi dengan
kromatografi kolom menggunakan fasa diam silika
gel dan fasa gerak campuran benzen dan etanol (4 : 1
v/v). Hasil dari kromatografi kolom diperoleh 5
fraksi yaitu fraksi A, B, C, D dan E. Kemudian
dilakukan uji aktivitas terhadap masing-masing fraksi
dengan menggunakan sel leukemia L1210. Dari hasil
209

210

JMS Vol. 9 No. 1, Maret 2004

uji aktivitas secara in vitro terhadap sel leukemia


L1210 ternyata fraksi yang paling aktif adalah fraksi
C. Fraksi C dimurnikan dengan rekristalisasi
menggunakan pelarut metanol dan diperoleh isolat C.
Kemudian dilakukan karakterisasi terhadap isolat C
dengan menentukan titik lebur, pengukuran spektra
UV, IR, MS, RMI proton dan RMI karbon.
2.4. Uji Aktivitas terhadap Sel Leukemia L1210
Uji aktivitas dari fraksi A, B, C, D, dan E
pada sel leukemia L1210 dilakukan secara in vitro
menurut prosedur yang digunakan oleh Fujimoto. Uji
aktivitas dilakukan dalam multiwell plate tissue
culture (1,00 mL sel setiap lubang dengan kapasitas
20 x 105 sel/mL). Ke dalam sel tersebut dimasukkan
zat yang diuji sebanyak 10 L dengan variasi
konsentrasi. Sebagai kontrol digunakan 10 L
metanol. Kemudian diinkubasi dalam incubator CO2
pada suhu 370 C, selama 48 jam. Setelah diinkubasi,
jumlah sel dihitung di bawah mikroskop dengan
menggunakan Haemocytometer Fuch Rosenthal
(0,200 mm; 0,0625 mm2). Percobaan uji aktivitas
dilakukan secara duplo. Persentase inhibisi (%
inhibisi) dihitung menurut persamaan :
% inhibisi : ( 1 -

) x 100

= jumlah sel hidup dalam medium yang berisi zat


yang diuji
= jumlah sel yang hidup dalam medium yang berisi
kontrol
3.

Hasil dan Pembahasan

Hasil pemisahan dari kromatografi kolom


dengan menggunakan fasa diam silika gel G 60 dan
pengelusi benzen-etanol (4:1); kemudian dilanjutkan
dengan metanol diperoleh 5 fraksi yaitu fraksi A,
fraksi B, fraksi C, fraksi D dan fraksi E.
Hasil uji aktivitas secara in vitro terhadap
pertumbuhan sel leukemia L1210, diperoleh IC50
untuk fraksi A, fraksi B, fraksi C, fraksi D dan fraksi
masing-masing sebesar 6,55; 6,00; 3,82; 4,75 dan
4,47 g/mL. Dari hasil uji aktivitas terhadap sel
leukemia L1210 menunjukkan bahwa fraksi yang
paling aktif adalah fraksi C dengan nilai IC50 = 3,82
g/mL. Berdasarkan nilai IC50 tersebut maka
dilakukan pemurnian terhadap fraksi C. Pemurnian
dilakukan secara kristalisasi dengan menggunakan
pelarut metanol. Dari hasil kristalisasi diperoleh
serbuk berwarna putih (disebut isolat C) dengan titik
lebur 302,460 C dan rendemen 0,48 0/00. Hasil analisis
KLT dari isolat C dengan fasa diam silika gel G 60
F254 dan pengelusi benzen-etanol (4:1) penampak
noda uap iodium, isolat C mempunyai Rf = 0,32.
Data KCKT dari isolat C dengan menggunakan
kolom ODS. C18, fasa gerak metanol-air (6:4),
menunjukkan bahwa isolat C terdiri dari satu
komponen dengan waktu retensi 2,8 menit. Hasil uji
aktivitas pada sel leukemia L1210, isolat C
mempunyai nilai IC50 sebesar 2,23 g/mL.

Isolat C yang diperoleh merupakan serbuk


putih, mempunyai titik lebur 302,46 0C, sedangkan
lantaden A, lantaden B, lantaden C, lantaden D,
lantaden A yang tereduksi dan lantaden B yang
tereduksi masing-masing mempunyai titik lebur 282286, 293-294, 152-158 dan 191-1930 C. Bila
diperhatikan titik lebur isolat C dengan titik lebur
dari senyawa-senyawa lantaden, maka isolat C bukan
merupakan lantaden A, lantaden B, lantaden C dan
lantaden D.
Hasil analisis spektrometri ultraviolet (UV)
senyawa isolat C dengan pelarut metanol pada
rentang
panjang
gelombang
200-500
nm
menunjukkan absorpsi maksimum pada panjang
gelombang maksimum (maks) 206 nm dengan harga
(absorptivitas molar) 1625,33 M-1 cm-1. Posisi pada
maksimum 206 nm diduga isolat C adalah senyawa
triterpen (lit. maks : 190-210 nm).
Hasil analisis spektrometri infra merah
terhadap isolat C (Tabel 1.), menunjukkan serapan
yang tajam pada 3474,2 cm-1 yang spesifik untuk
gugus fungsi hidroksil bebas, sedangkan pada
lantaden tidak ditemukan, hal ini menunjukkan
bahwa pada isolat C terdapat gugus lain yang tidak
terdapat pada senyawa lantaden. Pita serapan 2961
dan 2932 cm-1 merupakan getaran ulur dari CH pada
CH3. Pita serapan pada 1639,6 cm-1 menunjukkan
getaran ulur dari gugus karbonil, sedangkan pada
lantaden terdapat pada serapan 1752 cm-1, hal ini
menunjukkan bahwa pada isolat C dan lantaden
terdapat gugus yang sama yaitu gugus karbonil. Pita
serapan pada 1618,7 cm-1 menunjukkan getaran ulur
dari C=C, sedangkan pada lantaden terdapat pada
serapan 1650 cm-1, hal ini menunjukkan bahwa pada
isolat C dan lantaden terdapat ikatan rangkap. Daerah
sidik jari 900-1400 cm-1 menunjukkan pola yang
sama dengan senyawa triterpen. Pita serapan pada
1381,2 cm-1 merupakan pita serapan yang khas untuk
getaran ulur gugus gem dimetil dari golongan
triterpenoid. Sedangkan pita serapan pada 1167,1cm-1
dengan intensitas spektrum sedang tajam adalah
getaran ulur untuk gugus C-O pada ester dan pita
serapan pada 1107, 3 cm-1 adalah spesifik untuk
gugus fungsi eter (C-O-C). Pita serapan pada 1072
cm-1 menunjukkan pita serapan untuk CH2 sistim
lingkar triterpen (lit. : 1070 cm-1). Pita serapan pada
1022 cm-1 menunjukkan serapan untuk C-O-C (10751020 cm-1). Pita serapan 621,2 cm-1 adalah getaran
ulur dari C=C. Dari hasil analisis spektrometri infra
merah menunjukkan bahwa isolat C mempunyai
gugus OH, CH3, C=O, C=C dan C-O-C. Bila
diperhatikan data infra merah dari isolat C dengan
data infra merah dari lantaden, pada isolat C terdapat
gugus fungsi hidroksil (OH) dari alkohol bebas
sedangkan pada lantaden tidak ada, tetapi mempunyai
gugus yang sama yaitu gugus karbonil dan ikatan
rangkap, maka ada kemungkinan isolat C adalah
lantaden yang mempunyai gugus lain.

JMS Vol. 9 No. 1, Maret 2004

211

limpahan ion paling utama (base peak) adalah m/z =


551 adalah sesuai dengan ion molekul (M+) dari
senyawa lantaden A dan lantaden B (senyawa yang
terkandung dalam daun L. camara L.; C35H52O5; m/z
= 552). Selisih m/z dari isolat C dengan lantaden A
ataupun lantaden B adalah 236, maka diduga isolat C
yang diperoleh adalah senyawa lantaden yang
mempunyai gugus heksosa (C6H11O5; m/z =163) dan
C4H8OH (m/z = 73). Untuk meyakinkan bahwa gugus
yang terikat pada isolat C adalah heksosa
(monosakarida), dilakukan uji Molisch terhadap
isolat C dengan menggunakan standar glukosa. Dari
hasil uji Molisch terhadap isolat C, menunjukkan
bahwa isolat C memberikan hasil yang positif dengan
terbentuknya cincin merah violet antara larutan isolat
C dengan asam sulfat dan ini menunjukkan bahwa
isolat C mempunyai gugus heksosa (monosakarida).
Sedangkan pada hasil analisis fragmentasi yang
terjadi pada isolat C juga menunjukkan adanya gugus
heksosa. Hasil analisis fragmentasi senyawa isolat C
dapat dilihat pada Gambar 1.

Tabel 1. Data infra merah dari isolat C


Posisi Serapan
(cm 1)

Karakteristik Rentangan

3474,2
2961,1
2932,2
1639,7
1618,7
1381,2
1167,1
1107,3
1072
621,2

Serapan spesifik untuk gugus OH alkohol


Getaran ulur dari CH pada CH3
Getaran ulur dari CH pada CH3
Getaran ulur dari C = O
Getaran ulur dari C = C
Getaran ulur dari gem dimetil pada triterpen
Getaran ulur dari C-O pada ester
Getaran ulur dari C-O-C
Getaran ulur CH2 sistim lingkar triterpen
Getaran ulur dari C = C,

Untuk lebih meyakinkan bahwa isolat C


merupakan senyawa lantaden, maka dilakukan
analisis spektrometri massa. Analisis spektrometri
massa dengan sistem tabrakan elektron untuk isolat C
memberikan massa relatifl m/z = 788. Hasil analisis
fragmentasi isolat C menunjukkan pecahan molekul
pada m/z 625 (M-C6H11O5) ; m/z = 551, 569, 507,
479, 451 dan 423. Berdasarkan hasil fragmentasi dari
spektrometri massa isolat C tersebut, dengan

CH3

O C CH C
C
O

CH3

O C4H8OH

O
C6H11O5

CH3

O C CH C
C
O
O

+.

CH3

O C4H8OH

M.+ ; m/z = 788

C6H11O5
O
O C CH C
C
O
O

O C4H8OH

+.
CH3
CH3

C6H11O5

m/z = 163

A +. ; m/z = 625

. C C CH3 H +
CH3 +
m/z = 55

C4H8OH + H +

m/z = 73

O
CH3
O C CH C
CH3
C
O .+
O
B +. ; m/z = 551

O
O C +.
C
O

D +. ;

CH3
O C CH C
+.
CH3
O

CO2

m/z = 44

O C4H8OH

m/z = 569

O-C4H8OH +

m/z = 89
O
O C+

C
+. O

C +. ; m/z = 507
O

E .+ ; m/z = 479

CO

m/z = 28
O

O +.

G +. ; m/z = 423

O C .+

CO

m/z = 28

Gambar 1. Fragmentasi isolat C.

F .+ ; m/z = 451

H+

212

Hasil analisis fragmentasi isolat C adalah :


1.

Puncak ion molekul m/z = 788 merupakan massa


molekul relatif dari isolat C
2. Puncak dengan m/z = 625 adalah puncak ion
fragmen A hasil pemutusan ikatan C-O yang
disertai pelepasan gugus C6H11O5 dari ion
molekulnya.
3. Puncak dengan m/z = 551 adalah puncak ion
fragmen B merupakan puncak dasar yaitu
dengan melepaskan ikatan C4H8OH + H+, m/z =
551 adalah sesuai dengan ion molekul (M+) dari
senyawa lantaden A atau lantaden B yaitu isolat
C melepaskan gugus C6H11O5 dan C4H8OH
(lantaden A dan lantaden B, C35H52O5, m/z :
552).
4. Puncak dengan m/z = 507 adalah puncak ion
fragmen C, hasil dari ion fragmen B yang
melepaskan CO2
5. Puncak dengan m/z = 569 adalah puncak ion
fragmen D hasil pemutusan ikatan C-C yang
disertai dengan pelepasan gugus CH=C(CH3)2 +
H+ dari ion fragmen A.
6. Puncak dengan m/z = 479 adalah puncak ion
fragmen E hasil dari fragmen D yang
melepaskan - O C4H8OH + H+
7. Puncak dengan m/z = 451 adalah puncak ion
fragmen F hasil dari fragmen E yang melepaskan
CO
8. Puncak dengan m/z = 423 adalah puncak ion
fragmen G hasil dari fragmen F yang melepaskan
CO
Berdasarkan
hasil
fragmentasi
dari
spektrometri massa maka isolat C merupakan
senyawa lantaden yang mempunyai gugus heksosa
(monosakarida, C6H11O5) dan C4H8OH.
Analisis data spektra resonansi magnet inti
proton (Tabel 2) menunjukkan adanya sinyal-sinyal
pada H (ppm) 0,67 (3H, s, H-25); 0,87 (3H, s, H26); 0,88 (3H, s, H-27); 0,89 (3H, s, H-23); 0,90 (3H,
s, H-24); 0,91 (3H, s, H-29); 0,95 (1H, t, H-5); 0,99
(3H, d, H-4), 1,01 (3H,s, H-4) dan 1,01 (3H, s, H5). Penyidikan proton-proton pada daerah medan
rendah low field diperoleh sinyal-sinyal pada H
5,38 (1H, t, H-12; J = 8 Hz) dan H 7,19 (1H, s, H2). Sedangkan penyidikan proton yang terdapat pada
daerah H 3,97 (1H, m, H-3); 3,99 (1H, t, H-3);
4,01 (3H, d, H-6); 4,07 (1H, t, H-2); 4,30 (1H, t,
H-4) dan 5,02 (1H, d, H-1) menunjukkan bahwa
proton-proton tersebut berikatan dengan oksigen
(gugus hidroksil).

JMS Vol. 9 No. 1, Maret 2004

Tabel 2 : Data pergeseran kimia 1H dan


dari isolat C dalam pelarut deutro piridin.
No. Atom C
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1
2
3
4
5
1
2
3
4
1
2
3
4
5
6

H-NMR
1,75 (t)
2,13 (q)
4,30 (t)
0,95 (t)
1,40 (q)
1,26 (t)
1,08 (t)
1,82 (t)
5,38 (t)
1,30 (t)
1,39 (t)
2,70 (t)
2,13 (d)
1,84 (d)
5,02 (t)
0,89 (s)
0,90 (s)
0,67 (s)
0,87 (s)
0,88 (s)
0,91 (s)
0,95 (s)
7,19 (s)
1,01 (s)
1,01 (s)
4,01 (t)
1,55 (q)
3,97 (m)
0,99 (d)
5,02 (d)
4,07 (t)
3,97 (t)
4,30 (t)
3,93 (q)
4,01 (d)

13

C-NMR
37,52
30,30
78,14
36,97
56,28
21,32
23,43
42,52
46,08
19,46
28,58
121,95
128,20
50,38
28,58
34,24
56,86
39,38
36,43
39,99
32,21
78,52
32,10
12,20
12,01
20,01
19,22
164,52
20,01
19,46
162,97
114,91
140,95
19,05
19,05
62,88
24,55
71,74
19,25
102,61
75,38
78,14
71,74
78,52
62,88

13

C-NMR

DEPT
CH2
CH2
CH
C
CH
CH2
CH2
C
CH
C
CH2
CH
C
C
CH2
CH2
C
CH
CH2
C
CH2
CH
CH3
CH3
CH3
CH3
CH3
C
CH3
CH3
C
CH
C
CH3
CH3
CH2
CH2
CH
CH3
CH
CH
CH
CH
CH
CH3

Analisis data spektra RMI karbon dan


analisis
eksperimen
DEPT
(Distortionless
Enhancement
by
Polarization
Transfer)
menunjukkan bahwa adanya sinyal-sinyal 45 atom
karbon yang terdiri dari tujuh sinyal pada medan
rendah low field yaitu pada C 162,97 (s, C-1);
164,52 (s, C-28); C 121,95 (d, C-12); 128,20 (s, C28); 114,91 (d, C-2); 140,95 (d, C-3) dan satu atom

JMS Vol. 9 No. 1, Maret 2004

213

karbon yang karakteristik untuk ikatan glikosida pada


C 102,61 (s, C-1)15). Penyidikan adanya sinyalsinyal yang menunjukkan atom karbon yang
teroksigenasi seperti adanya gugus hidroksil pada
skeleton gula (glukosa) diperoleh pada C 62,88 (t,
C-1); 71,74 (d, C-4); 75,38 (d, C-2); 78,14 (d, C3) dan 78,52 (d, C-5). Dari data spektra RMI
karbon, analisis eksperimen DEPT dan COSY
menunjukkan adanya 45 atom karbon yang terdiri
dari 8 atom karbon kuaterner (C); 2 atom karbon
ester (O-C=O); 13 atom karbon metin (CH); 12 atom
karbon metilen (CH2) dan 10 atom karbon metil
(CH3).
Dari hasil analisis resonansi magnet inti
karbon dari isolat C menunjukkan bahwa isolat C
mempunyai dua buah gugus karbonil, atom karbon
yang berikatan rangkap dua, atom karbon yang
karakteristik untuk ikatan glikosida dan atom karbon
yang teroksigenasi.
Jadi berdasarkan analisis dari data
ultraviolet, spektrometri infra merah, spektrometri
massa, resonansi magnet inti (proton dan karbon),
dan uji Molisch terhadap isolat C, maka dapat
disimpulkan bahwa isolat C merupakan senyawa
butanol ester dari lantaden glikosida (lantaden XR
glikosida) yang mempunyai struktur pada Gambar 2.

12

CH2OH
O

5'''
4'''

HO

OH

3''' 2'''

OH

23

14
8

5
4

21
22

17
26

10

18

1'''

20

13

11
25

6'''

15

16

28

7.

8.

9.

10.

4'

CH3

11.

O C CH C
CH3
1' 2'
3'
5'
O
O CH2 CH2 CH CH3
3''
4''
1''

27

6.

30

29
19

5.

2''

OH

12.

6
24

Isolat C

13.
Gambar 2. Struktur Isolat C (Lantaden XR Glikosida).
4.

Kesimpulan

1.

Telah ditemukan senyawa lantaden XR glikosida


yaitu senyawa turunan lantaden dari daun
Lantana camara L berbunga merah.
Hasil uji bioktivitas terhadap sel leukemia
L1210, menunjukkan bahwa lantaden XR
glikosida bersifat toksik dengan IC50 2,23 g/mL

2.

14.

15.

Daftar Pustaka
1.

2.

3.

4.

Ahmed, Z. F., El Moghazy Shoaib, A. M.,


Wassel,
G.M.,ElSayyad,S.M.,Phytochemical
Study of Lantana Camara L., Planta Med., 3437, 282-288, (1972).
Heyne, K., Tumbuhan Berguna Indonesia, III,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,
Jakarta, 1668-1669, (1987).
Backer, A., R. C. Bakhuizen Van D. B., Flora
of Java, II, N. V. P. Noord Hoff, Groningen,
596-597, (1965).
Holm, L. G., Plucknett, D. L., Pancho, J. V.,
Herberger, J. P., (1977), Lantana Camara
L. Verbenaceae, Verbena Family, dalam The

16.

17.

Worlds Worst Weeds Distribution and Biology,


The University Press of Hawaii, Honolulu, 299302, (1977).
Kloppenburg, Petunjuk Lengkap Mengenai
Tanam-tanaman di Indonesia dan Khasiatnya
sebagai Obat-obatan Tradisionil, Terjemahan,
Yayasan Dana Sejahtera dan CD., RS. Bethesda,
Yogyakarta, 170, (1983).
Sirait, M., Sutrisno, R. B., Hargono, D., Farouq,
Pemanfaatan Tanaman Obat, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 97, (1983).
Barton, D. H. R., De Mayo, P., The Constituen
of Icterogenin, a Physiologically Active
Triterpenoid, Triterpenoids, Part XV, 887-900,
(1954).
Barton, D. H. R., Warnhoff, E. W., Jeger, O.,
Perold, G. W., The Constitution of Lantaden
B, Triterpenoids, Part XIX, 3689-3692, (1954).
Johns, S. R., Lamberton, J. A., Morton, T. C.,
Soares, H., Willing,R. S., 22 -[(S)-2-Methyl
butanoyloxy]-3-oxoolean-12-en-28-oic Acid, a
New Constituent of Lantana Camara, Aust. J.
Chem., 36, 1895-1902, (1983).
Sharma Om P., Dawra, R. K., Short
Communication, Thin Layer Chroma-tographic
Separations of Lantadenes The Pentacyclic
Triterpenoids from Lantana (Lantana Camara)
Plant, J. Chromatogr., 587, 351-354, (1991).
Sharma Om P., Dawra, R. K., Ramesh, D., A
Triterpenoid Acid, Lantadene D from Lantana
Camara Var. Aculeata, Phytochemistry, 29
(12), 3961-3962, (1990).
Beeby, P.J., Chemical Modification of
Triterpen from Lantana Camara, Austr. J.
Chem., 1315-1321, (1978).
Anonim, Keracunan Tanaman Lantana Camara
pada ternak, dalam Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, XV, 5, Bogor, 1-2,
(1993).
Itokawa, H., Takeya, K., Antitumor Substances
from Higher Plants, Heterocycles, 35 (2),
Tokyo, 1467-1501, (1993).
Hall, I. H., Lee, K. H., Okano, M., Sims, D.,
Ibuka, T., Liou, Y. F., Imakura, Y., Antitumor
Agents XLII : Comparison of Anti-leukemic
Activity of Helenalin, Brusatol and Bruceantin
and Their Esters on Diffrent Strains of P-388
Lymphocytic Leukemic Cells, J. Pharm. Sci.,
70, 1147-1150, (1981).
Sumatera, M., Beberapa Senyawa Penghambat
Pertumbuhan Sel Leukemia L1210 dari Physalis
Minima L., Abstrak Disertasi, Program Doktor,
Institut Teknologi Bandung, Bandung, (1995).
Koike, K., Li, H., Jia, Z., Muraoka, H., Fukui, S.,
Inoue, M. J., Ohmoto, T. O., Triterpenoid
Saponins
from
Dianthus
Chinensis,
Tetrahedron, 50 (45), 12811-12820, (1994).

Anda mungkin juga menyukai