Anda di halaman 1dari 66

PULVIS & PULVERE

Serbuk adalah campuran kering bahan obat/zat kimia yang


dihaluskan,ditujukan untuk pemakaian oral/untuk pemakaian luar.
Syarat : halus,kering,homogogen
Pulvis berdasarkan cara memberikannya ada 2 :
a. tidak terbagi-bagi : PULVIS
b. terbagi-bagi : PULVERES
Keuntungan bentuk sediaan serbuk :
a. penyebaran obat lebih luas dan lebih cepat daripada sediaan kompak
(tablet dan kapsul)
b. diharapkan lebih stabil dibandingkan dengan sediaan cair
c. lebih cepat di absorbsi,sebab dalam lambung obat akan mudah
terbagi
d. jumlah volume obat yang tidak praktis /sukar dapat diberikan dalam
bentuk pulvis
e. memberikan kebebasan pada dokter untuk pemilihan obat/kombinasi
obat dan dosisnya
f. untuk anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan obat.

Kerugian bentuk serbuk :


a. Obat-obatan yang rusak oleh udara tidak boleh diberikan dalam
bentuk serbuk
b. Ex : garam-garam fero (mudah teroksidasi) menjadi garam
feri,sebaiknya diberikan dalam bentuk coated tablet

c. Membutuhkan waktu dalam meraciknya.


d. Tidak tepat untuk obat yang tidak enak rasanya.
Alat-alat pencampur serbuk antara lain :
a. Mortir dan stamper
b. Mengdoos (untuk serbuk yang mempunyai BJ yang besar) doos =
pencampur serbuk
- Cara mencampur serbuk-serbuk yang jumlahnya sedikit ditambah serbuk
yang jumlahnya besar sedikit demi sedikit digerus sampai homogen.
- Contoh :
R/ Belladonae extr 0,5
Bismuth subnitrat 24
Kaolin 45
Phenobarbital 0,4
Oil menth pip. 0,12
m.f.pulv s.t.d.d.1.Ct
Cara pembuatan :
o Dalam mortir panas (memungkinkan air / cairan menguap agar tetap
kering).Belladonaeextr. dilarutkan dalam spiritus dilutus.
o Ditambahkan kaolin kira-kira sama banyak,diaduk ad kering dan
homogen.
o Setelah mortir dingin,ditambahkan phenul dan oil menth pip.Digerus
ad homogen.
o Ditambah Bismuth subnitrat sedikit-sedikit kira-kira sama
banyak,aduk ad homogen.
o Ditambah sisa Kaolin.
- Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Banyak sedikitnya jumlah obat bahan obat


2. Berat ringannya dari serbuk yang dicampur
3. kontras warna dari serbuk yang dicampur
4. sifat fisis dan kimia dari bahan yang dicampur
- Pemakaian serbuk dipakai untuk obat dalam (peroral) dan obat luar
- pemakaian dalam (peroral) diletakkan pada botol bermulut
lebar (wadah yang paling baik,sebab :
a. digunakan dengan takaran sendok
b. dengan botol dapat menghindari penguapan bagi bahanbahan yang mudah menguap.
c. Dengan botol dapat menghalangi pengaruh kelembaban
- pemakaian luar

SERBUK TABUR/PULVIS
ADSPERSORIUS (DUSTING POWDER)
Serbuk ringan untuk penggunaan permukaan topikal,dapat dikemas dalam
wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan
pada kulit.
- Umumnya harus lewat ayakan 100 mesh agar tidak menimbulkan iritasi
pada bagian yang peka. (1 mesh = dalam setiap panjang 1 inchi ada 100
lubang)
- Bahan bahan tambahan :
- Untuk mempertahankan kontak terhadap kulit,agar lama
menempel. Ex : Aluminium stearat
- Untuk menambah mudahnya serbuk free flowing(tersebar
merata). Ex : Talk
- Untuk mengabsorbsi keringat (menambah efek pendingin)

Ex : bentonit,butirat
- Umumnya penggunaan serbuk tabur untuk dermatologi

PULVERES
Serbuk yang terbagi dalam bobot yang sama,dibungkus menggunakan
bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.
- Pengemas : kertas perkamen,kertas yang dilapisi parafin,kertas selofan
dll.
- Penulisan dalam R/:
a. Jumlah obat tiap bungkus
d.t.d (da tales dosis) = berikan menurut takaran yang
tertulis tiap satu bungkusnya.
b. Jumlah obat sekuruhnya dan banyaknya bungkusan yang dibuat
Contoh :
R/ Acetosol 0,4 R/ Acetosol 6
Lactosum q.s Lactosum q.s
m.f.pulv.d.t.d no.XV m.f.pulv no.XV
s.t.d.d. pulv I s.t.d.d.pulv.I
Pro : Annie Pro : Annie
- Perhitungan dosis
a. Cara membagi serbuk dalam bungkus
- Dibagi atas penglihatan
- Tiap membagi paling banyak 10 bungkus bersama-sama
- Jika tiap bungkus mengandung obat keras >80%
DM,kemudian jumlah seluruhnya ditimbang

membaginya dengan penglihatan,kemudian ditimbang


satu persatu.
b. Cara membungkus :
Biasanya tiap bungkus 0.5 g (tetapi tidak mengikat)
- Elaeosacchara (gula minyak)
a. Campuran 2 g saccarum album dengan 1 tetes minyak menguap
(minyak atsiri)
b. Sebagai corrigens saporis/odoris (pengharum/pemanis)
c. Tidak boleh disimpan untuk persediaan
d. Saccarum album higroskopis diganti lactosum.

Jenis Tablet
May15
Berdasarkan metode pembuatannya, tablet terdiri atas :
a. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada
serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja.
b. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah
ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan
kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada
kekuatan yang diberikan.
Berdasarkan Rute Pemberian :
1. Tablet oral (dalam mulut)
2. Tablet rektal

3. Tablet vaginal
4. Tablet implantasi
Berdasarkan Penyalutan :
1. Tablet polos
2. Tablet salut gula
3. Tablet salut film
Berdasarkan Pelepasan Zat Aktif :
1. Tablet pelepasan biasa
2. Tablet lepas lambat atau terkendali
3. Tablet lepas tunda
Berdasarkan tujuan penggunaan tablet, Tablet terdiri atas :
1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan
a. Tablet Konvensional Biasa/Tablet Kempa Standar
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang
biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan
eksipien seperti:

Pengisi (memberi bentuk), contoh: laktosa


Pengikat (memberi adhesivitas/kelekatan saat bertemu saluran
pencernaan), contoh: musilago amili, amilum.
Desintegrator (mempermudah hancurnya tablet)

Tablet ini biasanya dikehendaki untuk memberikan disintegrasi dan


pelepasan obat yang cepat.
b. Tablet Kempa Multi/Kempa Ganda
Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi
tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas 2 atau lebih lapisan.
Disebut juga sebagai tablet berlapis. Keuntungannya dapat memisahkan
zat aktif yang inkompatibel (tidak tersatukan).

c. Tablet Lepas Terkendali atau Tablet Lepas Lambat


Tablet yang pelepasan zat aktifnya dikendalikan atau dimodifikasi
sehingga tablet tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek
terapi yang kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah
zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa
waktu tertentu. (Misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb).
d. Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)
Tablet yang pelepasan zat aktifnya ditunda pada daerah tertentu. Contoh
yang paling umum adalah tablet salut enterik yaitu tablet yang dikempa
yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung, reaksi
asam, tetapi terlarut dalam usus halus. Contoh lain adalah tablet veteriner
yang ditunda pelepasan zat aktifnya sampai di kolon.
e. Tablet Salut Gula
Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik
berwarna maupun tidak. Tujuan: melindungi zat aktif terhadap lingkungan
udara (O2, lembab), menutup rasa dan bau tidak enak, menaikkan
penampilan tablet.
f. Tablet Salut Film
Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari
bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran
cerna.
g. Tablet Effervescent
Tablet kempa yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena
mengeluarkan CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.
Keuntungan tablet efervesen adalah kemungkinan penyiapan larutan dalam
waktu seketika, yang mengandung dosis obat yang tepat. Kerugiannya
adalah kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia.
h. Tablet Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah
di mulut sebelum ditelan. Tujuan dari tablet kunyah adalah untuk
memberikan suatu bentuk pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah
kepada anak-anak atau orang tua, yang mungkin sukar menelan obat utuh.

2. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut


a. Tablet Bukal
Tablet kempa biasa berbentuk oval yang ditempatkan di antara gusi dan
pipi. Biasanya keras dan digunakan untuk zat aktif hormon. Bekerja
sistemik, tererosi atau terdisolusi di tempat tersebut dalam waktu yang
lama (secara perlahan biasanya dalam jangka waktu 15-30 menit).
b. Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah, contoh:
nitrogliserin, untuk obat penyempitan pembuluh darah ke jantung (angina
pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera memberi efek
terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir di bawah lidah.
c. Troches atau Lozenges (Tablet Hisap)
Adalah bentuk lain dari tablet yang digunakan dalam rongga mulut.
Digunakan untuk memberikan efek lokal pada mulut dan tenggorokan.
Bentuk tablet ini umumnya digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan
atau megurangi batuk pada influenza. Kedua bentuk ini dapat mengandung
anestetik lokal, berbagai antiseptik dan antibakteri, demulsen, astringen
dan antitusif. Kedua jenis tablet ini dirancang agar tidak hancur di dalam
mulut tetapi larut perlahan dalam jangka waktu 30 menit atau kurang.
d. Dental Cones (Kerucut Gigi)
Yaitu suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk ditempatkan
di dalam akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi. Tujuannya biasanya
untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri di tempat yang kosong tadi
dengan menggunakan suatu senyawa antibakteri yang dilepaskan secara
perlahan-lahan, atau untuk mengurangi perdarahan dengan melepaskan
suatu astringen atau koagulan. Pembawa yang umum digunakan adalah Na
bikarbonat, NaCl atau suatu asam amino. Tablet dirancang dapat larut atau
terkikis secara perlahan dalam j angka waktu 20 40 menit.
3. Tablet Kempa Digunakan Melalui Lubang Tubuh
a. Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal
(dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.

b. Tablet Vaginal
Tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina
yang di dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya
mengandung antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam
vagina dan mungkin juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan
sistemik.
4. Tablet Kempa untuk Implantasi
Tablet Implantasi/Pelet
Tablet implantasi atau tablet depo dibuat berdasarkan teknik aseptik,
mesin tablet harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan manusia
atau hewan. Tujuannya untuk mendapatkan efek obat dalam jangka waktu
yang lama, berkisar dari satu bulan sampai satu tahun (Untuk KB, 3-6
bulan, mencegah kehamilan). Tablet ini biasanya kecil berbentuk
silindris/roset dan panjangnya tidak lebih dari 8 mm.
5. Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain
a. Tablet Triturat untuk Dispensing
Adalah tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan
tertentu.
Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil, umumnya silindris, digunakan
untuk memberikan jumlah zat aktif terukur yang tepat untuk peracikan
obat.
Digunakan sebagai tablet sublingual atau dilepaskan di atas lidah dan
ditelan dengan air minum.
b. Tablet Hipodermik
Tablet cetak/kempa yang dibuat dari bahan mudah larut/melarut
sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi
steril dalam ampul dengan menambahkan pelarut steril.
c. Tablet Dispensing
Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan
padat/cair. Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume

tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu


larutan obat dengan konsentrasi tertentu. Bahan yang lazim dimasukkan ke
dalam tablet dispensing yaitu perak proteinat, merkuri diklorida,
merbromin, dan berbagai senyawa amonium kuartener.
http://blog.pharmacy-science.com/farmasetika/jenis-tablet-part-2.html
February 10, 2011

Metode Pembuatan Tablet


September5
Sediaan tablet dapat dibuat melalui berbagai metode, yaitu :
1. Granulasi basah
Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab
dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena
sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik.
2. Granulasi kering
Teknik ini cukup baik digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif
yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif
terhadap pemanasan dan kelembaban
3. Kempa langsung.
Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat
pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi dimana zat
aktif maupun untuk eksipiennya memiliki aliran yang bagus, zat aktif yang
kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan
lembab.
4. Metode semi granulasi dasar dan Granulasi terpisah
Metode ini dilakukan jika terdapat dua atau lebih zat aktif yang akan
dibuat dalam satu sediaan tablet dan kedua atau lebih zat aktif tersebut
memiliki sifat yang berbeda.
Pemilihan metode pembuatan tablet ini biasanya disesuaikan dengan
karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut

tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis,


dan lain sebagainya.
http://blog.pharmacy-science.com/farmasetika/metode-pembuatantablet.html
2011-02-10

Metode Kempa Langsung


September23
Metode Kempa Langsung, yaitu pembuatan tablet dengan mengempa
langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan
awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah,
praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada
kondisi dimana zat aktif maupun untuk eksipiennya memiliki aliran yang
bagus, zat aktif yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan
terhadap panas dan lembab. Ada beberapa zat berbentuk kristal seperti
NaCl, NaBr dan KCl yang mungkin langsung dikempa, tetapi sebagian besar
zat aktif tidak mudah untuk langsung dikempa, selain itu zat aktif tunggal
yang langsung dikempa untuk dijadikan tablet kebanyakan sulit untuk
pecah jika terkena air (cairan tubuh). Secara umum sifat zat aktif yang
cocok untuk metode kempa langsung adalah: alirannya baik,
kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu menciptakan
adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet.
Keuntungan metode kempa langsung / Cetak Langsung yaitu :

Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit,


maka waktu yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih
singkat, tenaga dan mesin yang dipergunakan juga lebih sedikit.
Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak
tahan lembab
Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena tidak melewati
proses granul, tetapi langsung menjadi partikel. tablet kempa
langsung berisi partikel halus, sehingga tidak melalui proses dari
granul ke partikel halus terlebih dahulu.

Kekurangan metode kempa langsung / Cetak Langsung :

Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif


dengan pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang
selanjutnya dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat
aktif di dalam tablet.
Zat aktif dengan dosis yang besar tidak mudah untuk dikempa
langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar
memudahkan
proses
pengempaan
sehingga
pengisi
yang
dibutuhkanpun makin banyak dan mahal.
Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yang digunakan harus
bersifat; mudah mengalir; kompresibilitas yang baik; kohesifitas
dan adhesifitas yang baik.

http://blog.pharmacy-science.com/farmasetika/metode-kempalangsung.html
2011-02-10

Metode Granulasi Kering


September15
Metode Granulasi Kering disebut juga slugging, merupakan salah satu
metode pembuatan tablet dengan cara mengempa campuran bahan kering
(partikel zat aktif dan eksipien) menjadi massa padat yang selanjutnya
dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar
(granul) dari serbuk semula. Prinsip dari metode ini adalah membuat granul
secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya
didapat melalui gaya.
Pada proses ini komponen-komponen tablet dikompakkan dengan mesin
cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakkan dengan punch
sehingga diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging,
pada proses selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk
mendapatkan granul yang daya mengalirnya lebih baik dari campuran awal.
Bila slug yang didapat belum memuaskan maka proses diatas dapat diulang.
Keuntungan cara granulasi kering adalah:

Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat,


mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu
Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab
Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat

Kekurangan cara granulasi kering adalah:

Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug


Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam
Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan
terjadinya kontaminasi silang

http://blog.pharmacy-science.com/farmasetika/metode-granulasikering.html
2011-02-10

Penetapan Susut Pengeringan


August20
Penetapan Susut Pengeringan pada Simplisia merupakan salah satu
persyaratan yang harus dipenuhi dalam standarisasi tanaman yang
berkhasiat obat. Prosedurnya yaitu :
Sampel serbuk sebanyak 1,5 g ditimbang seksama dalam botol timbang
dangkal tertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan
selama 30 menit. Sampel yang berupa hablur besar, sebelum ditimbang
digerus dengan cepat sampai ukuran butiran lebih kurang 2 mm dan
diratakan dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol, sampai
lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm, dimasukkan ke dalam
ruang pengering, dibuka tutupnya dan dikeringkan pada suhu penetapan
sampai bobot tetap. Sebelum setiap penimbangan, botol dibiarkan dalam
keadaan tertutup mendingin dalam eksikator sampai suhu kamar.
Pengeringan dilakukan pada suhu antara 5 oC dan 10oC dibawah suhu
leburnya selama 1 jam sampai 2 jam jika suhu lebur lebih rendah dari suhu
penetapan, kemudian pada suhu penetapan selama waktu yang ditentukan
atau sampai bobot tetap.
Sumber : Materia Medika
Kesehatan RI. Jakarta.

Indonesia Jilid VI. 1995, Departemen

http://blog.pharmacy-science.com/farmakognosi/penetapan-susutpengeringan.html
2011-02-10

Penetapan Bahan Organik Asing


August18
Penetapan Bahan Organik Asing pada Simplisia, merupakan salah satu
persyaratan yang harus dipenuhi dalam standarisasi suatu tanaman yang
berkhasiat obat. Prosedurnya yaitu :
Sampel simplisia ditimbang sebanyak 25 g. Bahan organik asing dipisahkan,
ditimbang dan ditetapkan jumlahnya dalam persen terhadap simplisia yang
digunakan. Makin kasar simplisia yang diperiksa makin banyak jumlah
simplisia yang ditimbang, kecuali dinyatakan lain jumlah bahan organik
asing dalam simplisia nabati tidak boleh lebih dari 2 %.
Sumber : Materia Medika
Kesehatan RI. Jakarta.

Indonesia Jilid VI. 1995, Departemen

http://blog.pharmacy-science.com/farmakognosi/penetapan-bahanorganik-asing.html
2011-02-10

Penetapan Kadar Sari Simplisia


August13
Penetapan Kadar Sari pada simplisia meliputi penetapan kadar sari yang
larut dalam air dan penetapan kadar sari yang larut dalam etanol,
prosedurnya sebagai berikut :
Penetapan kadar sari yang larut dalam air
Sampel serbuk sebanyak 5 g dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL
kloroform, ekstraksi dilakukan dalam labu bersumbat, berkali-kali dikocok
selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Sebanyak 20
mL filtrat disaring dan diuapkan sampai kering dalam cawan porselen, hasil
penguapan dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar dalam
persen sari larut dalam air, dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara.
Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol

Sampel serbuk sebanyak 5 g dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL


etanol 95%, ekstraksi dilakukan dalam labu bersumbat, berkali-kali
dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam.
Filtrat disaring lalu diambil sebanyak 20 mL filtrat dan diuapkan sampai
kering dalam cawan porselen, hasil penguapan dipanaskan pada suhu 105oC
sampai bobot tetap. Kadar sari larut dalam etanol 95% dihitung terhadap
bahan yang telah dikeringkan di udara.
Sumber : diadaptasi dari Materia Medika Indonesia Jilid VI. 1995,
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
http://blog.pharmacy-science.com/farmakognosi/penetapan-kadarsari.html
2011-02-10

Penetapan Kadar Abu Simplisia


August12
Penetapan kadar abu pada simplisia meliputi penetapan kadar abu total,
penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam, penetapan kadar abu
yang larut air.
a.

Penetapan kadar abu

Sampel serbuk yang telah digerus sebanyak 3 gram dan ditimbang


seksama, dimasukkan ke dalam krus platina atau krus silikat yang telah
dipijarkan, lalu diratakan. Sampel dipijarkan perlahan-lahan sampai arang
habis, dinginkan, kemudian ditimbang. Air panas dapat ditambahkan jika
dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, kemudian disaring melalui
kertas saring bebas abu. Sisa abu dan kertas saring dipijarkan dalam krus
yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan sampai
bobot tetap, kemudian ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang
telah dikeringkan di udara.
b.

Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, dididihkan dengan 25 mL


asam klorida encer (10%) selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam
asam dikumpulkan, disaring melalui krus kaca masir atau kertas saring
bebas abu, dicuci dengan air panas, dipijarkan hingga bobot tetap,

timbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan
yang telah dikeringkan di udara.
c.

Penetapan kadar abu yang larut dalam air

Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu, dididihkan dengan 25 mL air
selama 5 menit, dikumpulkan bagian yang tidak larut, disaring melalui krus
kaca masir atau kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas dan
dipijarkan selama 15 menit pada suhu tidak lebih dari 450 oC, sampai bobot
tetap, ditimbang. Perbedaan bobot sesuai dengan jumlah abu yang larut
dalam air. Kadar abu yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang
dikeringkan di udara .
Sumber : diadaptasi dari Materia Medika Indonesia Jilid VI. 1995,
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
http://blog.pharmacy-science.com/farmakognosi/penetapan-kadar-abusimplisia.html
2011-02-10
Go!

Home
Kumpulan Puisi
Tentang Blog ini

Cangkang Kapsul
January 15, 2008
Kapsul keras diproduksi secara masal pertama kali di Amerika Serikat
pada abad ke-19. Kapsul mudah diterima oleh para konsumen karena
penampilannya yang menarik dan bentuknya yang didesain sedimikian rupa
sehingga mudah untuk ditelan. Pada prinsipnya kapsul dapat disi dengan
berbagai macam bahan dari yang berbentuk serbuk sampai dengan cairan
berbahan dasar minyak.
Cangkang kapsul pada umumnya terbuat dari bahan gelatin. Gelatin dipilih
sebagai bahan pembuatan cangkang kapsul karena sifatnya yang stabil
ketika berada di luar tubuh namun dapat mudah larut di dalam tubuh.

Gelatin merupakan hasil olahan dari kolagen, sejenis protein, yang umum
terdapat dalam tulang, kulit, atau jaringan pengikat binatang. Pada
umumnya gelatin dibuat dari tulang sapi atau dari kulit babi. Gelatin type
A biasa terbuat dari kulit babi sedangkan gelatin type B biasa terbuat
dari tulang sapi.
Proses pembuatan cangkang kapsul dimulai dari pembuatan larutan gelatin
25-30%. Bahan dasar capule berupa gelatine dilarutkan di dalam air panas
yang telah di demineralisasi. Bahan tambahan seperti pengawet dan
pewarna dicampurkan kedalam larutan gelatin sehingga membentuk
campuran yang homogen. Bahan dasar ini dimasukkan kedalam mesin
pembuatan kapsul untuk dicetak menjadi cangkang kapsul yang siap untuk
digunakan.
Seperti bahan-bahan dasar obat yang lainnya proses pembuatan cangkang
kapsul ini harus memenuhi standar cGMP (cara pembuatan obat yang baik).
Cangkang kapsul yang sudah jadi akan diperiksa sesuai dengan standar
cGMP. Selain pemeriksaan itu dimensi kapsul seperti ketebalan, diameter,
dan tinggi kapsul akan diperiksa untuk memastikan cangkang kapsul siap
digunakan pada proses pengisian kapsul.
Cangkang kapsul mempunyai standar dimensi fisik tertentu yang dipakai
sebagai acuan pada saat proses filling kapsul. Standar ukuran kapsul dapat
dilihat pada tabel berikut:

Sumber : Capsule, Hard by Brian E Jones Encyclopedia of Pharmaceutical


Technology
http://lutfiasyairi.wordpress.com/2008/01/15/cangkang-kapsul/
2011-02-10

Sabtu, 31 Oktober 2009


PILULAE
R/ Aminophyllin 0,05
Coffein 0,05
M f pil dtd no LX
S b d d II pil
Pro: Ny. Lies
Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung satu atau lebih
bahan obat.sebagai zat tambahan adalah sebagai berikut:
Zat pengisi : akar manis atau bahan lain yang cocok.
Zat pengikat : sari akar manis, gum akasia, tragacan, ampuran bahan
tersebut, atau bahan lain yang cocok.
Zat pembasah : air, sirop, madu, campuran bahan tersebut atau bahan lain
yang cocok.
Zat penabur : likopodium atau talk, atau bahan lain yang cocok.
Zat penyalut : perak, balsam tolu, keratin, sirlak, kolopodium, gelatin, gula,
atau bahan lain yang cocok.
( Anonim, 1997, Farmakope Indonesia, Edisi III, 23 )
Peraturan-peraturan umum pada pembuatan pil-pil. ( Van Duin, 1947 )
1. Bobot pil-pil: antara 100 -150 mg, rata-rata 120mg.
2. Zat pengisi: untuk pil yang jumlah obatnya sedikit, hendaklah memakai
radix sekurang-kurangnya dua kali sebanyak succus. ( 2 : 1 ).
Jika bahan berkhasiatnya cukup banyak kita bisa pakai pulvis pro pilulae
yaitu campuran sama banyak radix dan succus ( 1 : 1 )
3. Zat pengikat : jika mungkin kita memakai succus liqiuiritiae dan pada
umumnya 2 g untuk 60 pil.
4. Pada pembuatan pil harus ditambahkan suatu cairan supaya dengan
pengempalan diperoleh suatu masa yang homogen dan cukup baik untuk
dikerjakan selanjutnya. . untuk ini dipakai Aqua gliserinata.
5. Menyelesaikan masa pil; setelah pembuatan masa pil, maka jika perlu
masa itu dibagi bagi dalam beberapa bagian dan siap digulung dan
dipotong, kemudian pada akhirnya pil-pil dibulatkan pada alat pembulat
dengan penabur licopodium.
CARA PEMBUATAN
Dibuat masa pil dengan mencampur serbuk obat, zat pengisi dan zat

pengikat dan digerus yang halus. Setelah campuran serbuk ditetesi dengan
pembasah, biasanya digunakan Aqua Glycerinata sambil digerus dan
ditekan sampai diperoleh masa yang saling mengikat dan plastis. Pemberian
Aqua Glycerinata dapat mencegah pil pada penyimpan tidak terlalu
mengeras, karena gliserin tidak mudah menguap.
Tetapi pemberian Aqua Glycerinata jangan terlalu kebanyakan agar pil
tidak menjadi lembek.
Untuk memperoleh pil yang baik bukan karena pemberian zat pembasah
yang berlebihan tetapi tergantung cara penggerusan dan cara penekanan
pada masa yang baik.
Sebagai pembasah dapat pula digunakan sirupus simplex atau ekstrak
kental.
Setelah terbentuk masa pil dibuat batang dengan cara digulung-gulung
dengan papan kayu yang datar pada alat papan pil lalu dipotong menurut
panjang batang masa pil yang sama. Lalu batang ini digulung-gulungkan
sampai panjang tertentu dan dipotong dengan pisau pemotong yang ada
pada alat papan pil, akhirnya pil yang belum bulat itu digelindinggelindingkan pada papan pembulat pil supaya bulat. Pada alat papan pil
biasanya terdapat 30 lubang kanal dan pada pembuatan pil supaya
menyesuaikan besarnya pil dengan lubang kanal tersebut.
Untuk mencegah masa pil melekat pada alat, maka papan ditaburi dengan
lycopodium yang merupakan lapisan tipis agar pil tidak berbintik.setelah pil
menjadi bulat akhirnya digelinding-gelindingkan pada papan pembulat pil
dengan dilapisi Lyopodium yang lebih tebal supaya diperoleh pil dengan
lapisan lycopodium yang rata dan akhirnya pil dihitung melalui pada alat
pembuat pil.
( Anief, 1990, Ilmu Meracik Obat Praktek dan Teori ).
I. KETERANGAN
1. Khasiat sinergis, lihat buku DM
2. Pengisi, pengikat, pembasah yang digunakan.
II. PERHITUNGAN DOSIS
DM Aminophyllin
Pemakaian
1x= 500 mg 1x=
Sh= 1,5 g Sh=
DM Coffein
1x= 500 mg 1x=
Sh= 1,5 g Sh=
DM Gabungan Aminophyllin dan Coffein

III. JUMLAH BAHAN


Berat / bobot 1 pil = 120 mg
Perhitungan bobot 60 pil : 120 mg x 60 = 7200 mg
Aminophyllin : 50 mg x 60 = 3000 mg
Coffein : 50 mg x 60 = 3000 mg
Sisa masa/bobot 1200 mg
Zat tambahan karena jumlah bahan obatnya sudah besar maka dipakai
pulvis pro pilulae yaitu perbandingan radix dan succus sama banyak (1 : 1).
Radix Liq : x 1200 mg = 600 mg
Succus liq : x 1200 mg = 600 mg
Aqua Gliserinata qs ad terbentuk masa yang elastis.
IV. CARA PEMBUATAN
1. Timbang Aminophyllin, gerus halus untuk mengecilkan ukuran partikel
zat.
2. timbang Coffein, gerus halus.
3. timbang radix liq, gerus halus campur dengan bahan obat secara lege
artis, aduk ad homogen.
4. timbang succus liq campur dengan bahan lain aduk ad homogen.
5. diberi Aqua Glicerinata tetes demi tetes ad terbentuk masa yang
elastis, caranya dengan lebih ditekan penggerusan/pencampurannya
supaya masa pil lebih bagus.
6. setelah masa jadi elastis angkat dari mortir, panjangkan pada Pillen
Plank ( alat papan pemanjang dan pemotong pil ), hitung lubang pil yang
dikehendaki panjangkan sesuai yang dikehendaki. Potong masa dengan
memperhatikan mata pisau pemotongnya apakah sudah pas pisau atas
bawahnya. Pada proses ii bisa dibantu agar tidak lengket alat dan masa
yaitu dengan penambahan zat penabur yaitu talcum.
7. setelah masa pil dipotong maka potongan-potongan tersebut dibulatkan
dengan menggunakan Pillen Roller ( Alat Pembulat Pil ).
8. setelah masa dibulatkan, maka jadilah pil sempurna, yaitu bulat, putih
zat penabur rata dan tidak terlalu tebal, tidak lembek dan ukuran pil
kurang lebih sama ( jika tidak sama ukurannya berarti pengaruh ke dosis
obat yang diminum ), tinggal dihitung apakah jumlah pil sesuai dengan
yang dikehendaki.
9. masukkan pot, beri etiket putih
10. signa Dua kali sehari dua pil beri label tidak boleh diulang tanpa
resep dokter.
V. KHASIAT

VI. KESIMPULAN
Diposkan oleh Sri Suwarni, S.Si., Apt.
di 01.27
Label: PILULAE
http://praktikumresepbuwarni.blogspot.com/2009/10/pilulae.html
2011-02-10

Kamis, 16 Desember 2010


PULVERES
I. DEFINISI
Pulveres atau Serbuk bagi adalah serbuk yang dibuat dalam bobot yang
lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok
untuk sekali minum. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang
mudah meleleh atau atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau
kertas yang mengandung lilin kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam.
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik. Serbuk diracik dengan cara
mencampur bahan obat satu per satu, sedikit demi sedikit dan dimulai dari
bahan obat yang jumlahnya sedikit. Jika jumlah obat kurang dari 50 mg
atau jumlah tidak dapat ditimbang, harus dilakukan pengenceran
menggunakan zat tambahan yang cocok.
II. CARA PENYIAPAN
1. Membersihkan alat dan meja, menyetarakan timbangan,
2. Baca resep dengan baik, periksa kelengkapan resep.
3. Analisa resep dengan seksama apakah ada hal-hal yang harus dilaporkan
pada dokter mengenai bahan, kelengkapan ataupun sediaan. Apakah ada
hal-hal khusus mengenai bahan obat, sediaan atau cara peracikan bahan
yang dituangkan dalam KETERANGAN .
4. Menghitung pemakaian dibandingkan dengan Dosis Maksimal atau Dosis
Lazim lalu disimpulkan jika perlu diberitahukan dokter.
5. Menghitung jumlah bahan yang dibutuhkan disesuaikan dengan bahanbahan yang tersedia.
6. Menuliskan cara pembuatan resep sesuai dengan spesifikasi sediaan dan
bahan.
7. Membuat etiket dengan signa yang benar dan ceklist kebenaran etiket.
8. Menuliskan khasiat masing-masing bahan obat.
9. Menyiapkan pelayanan informasi obat ( PIO ).

III. CARA PERACIKAN


1. Cara Pengambilan dan Pelipatan Kertas Perkamen:
a. Ambilah kertas perkamen yang bersih.
b. Hitunglah jumlah kertas perkamen sesuai dengan jumlah serbuk yang
akan dibungkus/dibuat.
c. Lipatlah bagian atas dari kertas perkamen 1 cm.
d. Lipatlah bagian lain dari kertas perkamen hingga ujung bagian kertas
perkamen tersebut tepat berada dibagian lain dalam lipatan pertama.
e. Buatlah bungkusan dengan cara melipat - lipat sehingga ujung kertas
perkamen yang satu dapat masuk pada bagian ujung kertas lainnya.
f. Samakan besarnya bungkusan agar kelihatan rapih.
g. Usahakan besarnya bungkusan tidak memberikan kesan terlalu kecil
atau terlalu besar.
2. Cara Membagi dan Membungkus Pulveres
a. Setelah serbuk menjadi halus, keluarkanlah serbuk tersebut dengan
cara mengambil dengan menggunakan mika dari mortir, hingga seluruh
serbuk keluar, dan mortir tampak bersih, tampunglah dengan kertas
perkamen.
b. Bagilah serbuk keatas perkamen yang sudah tersusun rapi
c. Mulailah dari kertas perkamen yang berada pada posisi barisan atas
dan paling kiri, dilanjutkan kearah kanan, menyusul pada baris
berikutnya dimulai dari bagian kiri.
d. Perhatikan dengan cermat agar pembagian serbuk sama banyak.
e. Mulailah membungkus serbuk dari posisi paling bawah dan paling
kanan.
f. Setelah semua serbuk terbungkus, susunlah bungkusan dengan rapi,
sama tinggi dan menghadap arah yang sama.
g. Untuk pulveres berjumlah maksimal dua belas bungkus dapat dibagi
sama rata menurut pandangan mata langsung.
h. Lebih dari dua puluh dikerjakan dengan dibagi dahulu dengan jalan
penimbangan lalu dibagi sama rata.
i. Untuk bahan-bahan yang pemakaiannya lebih dari 80% dari dosis
maksimalnya maka harus ditimbang satu persatu dengan cara
ditimbang hasil serbuknya, tentukan berat rata-rata dikurangi 5-10 mg
lalu timbang satu persatu, jika pada penimbangan sisa bagi sama rata.
3. Cara Menggunakan Mortir dan Stamper dalam Peracikan Pulveres

a. Mulut dari mortir senantiasa mengarah ke kiri.


b. Maksudnya agar ketika stamper dibersihkan stamper senantiasa
tetap pada mulut mortir.
c. Bersihkan permukaan stamper dengan cara memutarnya, sementara
mika tetap berada di kepala stamper.
d. Mortir diletakkan diatas meja praktik dialasi dengan lap pada waktu
menggerus bahan obat.
e. Bila akan meletakkan stamper, letakkan selalu disebelah kanan dan
dialasi dengan kertas, kepala stamper harus mengarah kepada kita.
f. Stamper dipegang seperti memegang pulpen.
g. Putarlah stamper berlawanan dengan arah jarum jam.
h. Gerakan tangan sebatas pergelangan, sambil setelah stamfer
dibersihkan dengan menggunakan mika.
i. Bersihkan permukaan stamper dengan cara memutarnya, sementara
mika tetap berada dikepala stamper.
j. Ulangi beberapa kali sampai serbuk halus.
4. Cara Mencampur Bahan Bahan Obat Dalam Serbuk.
a. Lapisilah mortir dengan sedikit bahan tambahan terlebih dahulu.
b. Dimulai dari bahan yang jumlahnya sedikit.
c. Bahan-bahan obat yang berwarna diaduk diantara dua lapisan zat
netral
d. Bahan obat yang kasar dihaluskan terlebih dahulu
e. Bahan obat yang berbobot/bermasa ringan dimasukkan terakhir,
begitu juga dengan bahan obat yang mudah menguap.
5. Cara Menata Serbuk dalam Kemasan
a. Kemasan pot yang ada, maka serbuk ditata dalam posisi lipatan kertas
menghadap kearah yang sama, dibuat rapi panjangnya kurang lebih
sama dan tidak besar pada salah satu sisi kertas serbuk, etiket dan
label yang tertempel diletakkan di dalam pot.
b. Jika tersedia plastik klip, maka penataan sedemikian sehingga teratur
satu posisi dan dirapikan menyesuaikan plastik klip, etiket dan label
berada diluar plastik disesuaikan dengan cetakan klip.
6. Gambar Cara Peracikan Pulveres

CONTOH RESEP PULVERES


Resep Pulveres dengan TRITURATIO
dr. Anugerah Sehat SIP No: 14/ KANDEP / IJIN / XII / 1988 Jl. Maluku
I / 100 Semarang Telp: 024-6712345 Semarang, R/ Coffein Ergotamin

Pulv no X S t dd I Pro: Karina Ny. KETERANGAN


1. Dilihat dulu resep tersebut, berarti harus buka resep standard terlebih
dahulu yaitu dari Formularium Nasional ( Fornas ).
2. Coffeini Ergotamini Pulveres
- Ergotamin Tartras 1 mg - Coffein 100 mg
3. Karena ergotamin jumlahnya terlalu kecil dan tidak dapat ditimbang
(karena penimbangan terkecil adalah 50 mg), maka dilakukan
pengenceran = trituratio.
4. Trituratio Ergotamin Tartras: yaitu bahan obat dikalikan hingga bobot
terkecil yang bisa ditimbang yaitu 50 mg. misalnya Trituratio Ergotamin
tartras (1 = 5) berarti penimbangan akhirnya adalah 10 mg x 5 = 50 mg
Pembuatannya adalah 50 mg Ergotamin Tartras ditambah laktosa ad
250mg ( dari 50 mg x 5 ) dan ditimbang = 50 mg sisanya dibungkus dan
diberi tanda sisa trituratio Ergotamin Tartras dalam laktosa ( 1 = 5 )
dibungkus dalam kertas yang sudah diberi identitas terlebih dahulu,
jika tidak maka kertas akan berlubang dan serbuknya tumpah keluar.
5. Boleh juga pengenceran 1 = 10 , langkahnya sama yaitu timbang
Ergotamin Tartras 50 mg ditambahkan laktosa ad 500 mg. dan
ditimbang = 100 mg.
6. Kerasionalan sediaan pulveres untuk pasien dewasa ditanyakan, tetapi
jika dilihat dari dosis lazimnya dan khasiatnya maka resep ini memang
untuk Nyonya, tetapi tetap perlu ditanyakan kerasionalan bentuk
sediaannya ditanyakan apakah memang dikehendaki pulveres.
7. Untuk serbuk bagi ada ketentuan massa serbuknya yaitu untuk anakanak 250 mg, dan dewasa antara 500 mg - 1 g jadi perhitungan massa
atau bobot serbuk adalah:

PERHITUNGAN DOSIS
Untuk melihat dosis coffein dan ergotamin tartras dilihat di FI ed III,
Perhitungan dosisnya yaitu dengan membandingkan DM, DL dengan
pemakaian, yaitu:
DM Ergotamin Tartras DL Ergotamin Tartras Pemakaian 1x= 2 mg 1x= 1
mg 1x = 1 mg sesuai DL < DM Sh= 6 mg 1hr=2 mg-4 mg 1hr = 3 x 1 mg = 3
mg sesuai DL < DM DM Coffein DL Coffein Pemakaian 1x= 0,5 g 1x=100
mg-200 mg 1x = 100 mg sesuai Dl < DM Sh= 1,5 g 1hr=300 mg-600 mg 1hr=
3 x 100 mg = 300 mg sesuai Dl < DM JUMLAH BAHAN
Jadi bila perhitungan pemakain tidak melebihi DM, maka mulai dihitung

jumlah obat yang ditimbang yaitu bahan obat dikalikan 10.


- Ergotamin Tartras 1 mg } x 10 = 10 mg - Coffein 100 mg } x 10 = 1000 mg
= 1g Perhitungan massa/bobot serbuk untuk dewasa: 500 mg x 10 = 5000
mg Jumlah Ergotamin Tartras trituratio = 100 mg Jumlah Coffein : 100
mg x 10 = 1000 mg Jumlah laktosa yang ditambahkan = 3900 mg

CARA PEMBUATAN
1. Setarakan timbangan gram dan milligram, dengan memberikan kertas
perkamen diatas pinggan timbangan. Cara melihat keseimbangan dengan
milihat jarum penunjuk datar air. Bila belum setimbang maka diatur baut
ulir pada lengan neracanya.
2. Buat Trituratio, timbang Ergotamin Tartras 50 mg.
3. Timbang laktosa sesuai pengenceran yang dikehendaki ad 250 mg atau
ad 500 mg.
4. Laktosa digerus terlebih dahulu, supaya pori-pori mortir sudah tertutup
laktosa.
Jika Ergotamin Tartras digerus dahulu maka obat tersebut akan
berkurang jumlahnya karena masuk ke pori-pori mortir.
5. Obat dalam jumlah kecil/sedikit dan berkhasiat keras, dicampur dgn
serbuk yang jumlahnnya lebih banyak maka untuk mengetahui
homogenitas antara serbuk sedikit dapat merata diserbuk banyak maka
ditambahkan pewarna carminum.
6. Jika dibuka hasil triturationya warna merah muda tidak merata berarti
cara mencampur serbuk kurang homogen. Carminum hanya sebagai
indikator homogenitas maka tidak perlu jumlahnya terlalu banyak. Untuk
membuat serbuk tercampur dengan sempurna / homogen maka kita
tidak dapat melupakan prinsip menggerus obat dalam mortir yaitu selalu
searah dan cara memegang stamper harus benar dibedakan antara
pegang mortir untuk tujuan menggerus dan atau hanya mencampur.
7. Setelah serbuk homogen maka ditimbang hasil triturationya sesuai
dengan perhitungan trituratio, dan sisanya dibungkus lalu diberi tanda.
8. Setelah selesai trituratio mortir dibersihkan dengan kapas alcohol
untuk menghilangkan sisa-sisa obat berkhasiat keras yang ada di poripori mortir.
9. Timbang coffein 1 g, digerus sampai halus.
10. Timbang laktosa sisa massa, gerus sampai halus.
11. Campur secara lege artis dengan serbuk-serbuk yang telah halus mulai
dari jumlah yang paling sedikit. Aduk sampai rata. Angkat serbuk dari

mortir dengan mika letakkan dikertas.


12. Ambil 10 buah kertas perkamen dirapikan, dilipat 1 cm dari ujung
atas kertas secara horizontal, dari lipatan tersebut dibuat acauan
untuk menata kertas, dari 10 kertas dibagi menjadi 2 yaitu lima-lima.
13. Serbuk dibagi dengan kertas cara bagi perhatikan harus benar, cara
mengurangi atau menambah harus benar, setelah secara penglihatan
sama, maka kertas dilipat.
14. Cara melipat kertas harus diperhatikan, harus sama sisi-sisi lipatannya
tidak ada satu sisi yang dibuat lebih kecil supaya mudah untuk
dimasukkan kebagian/sisi yang lain.
15. Setelah dibungkus semua, serbuk dirapikan ditekan supaya menjadi
tidak menggelembung ditata dengan satu sisi yang sama, ditata
dimasukkan ke pot.
16. Diberi etiket putih, dengan signa
Apotek NUSAPUTERA
Jl. Medoho III/2 Telp (024) 6747557 Semarang Apoteker: Dra. Karsini,
S., Apt SIK: 505 / SIA / 96 No. Smg, Karina Tiga kali sehari satu bungkus
Paraf AA TIDAK BOLEH DIULANG TANPA RESEP DOKTER KHASIAT
Coffein : Stimulan SSP
Ergotamin Tartras : Antimigrain
Diposkan oleh Sri Suwarni, S.Si., Apt.
di 00.39 0 komentar
Label: PULVERES
http://praktikumresepbuwarni.blogspot.com/search/label/PULVERES
2011-02-10

Unguentum M
Main use

Active ingredient

Manufacture
r

Cetostearyl alcohol, glyceryl monostearate,


Dry, scaly skin
saturated neutral oil, liquid & white soft
Crookes
disorders
paraffin

How does it work?


Unguentum M is an ambiphilic (i.e. has an affinity for both oil and
water)topical preparation with emollient properties. It maintains the high

fat content of an ointment but also has the water-miscible


characteristics of a cream. The high fat content reduces water loss from
the skin and therefore has a hydrating effect which permits the
recovery from dermatitis eczema and dry or scaly skin conditions. It also
contains sorbic acid which has an antibacterial effect.

What is it used for?

Eczema
Inflammation of the skin (dermatitis)
Inherited, non-inflammatory dryness and scaling of the skin
(ichthyosis, xeroderma)
Nappy rash
Skin damage

Use with caution in

Avoid contact with the eyes

Not to be used in

Known sensitivity or allergy to any ingredient

This medicine should not be used if you are allergic to one or any of its
ingredients. Please inform your doctor or pharmacist if you have
previously experienced such an allergy.
If you feel you have experienced an allergic reaction, stop using this
medicine and inform your doctor or pharmacist immediately.

Pregnancy and Breastfeeding


Certain medicines should not be used during pregnancy or breastfeeding.
However, other medicines may be safely used in pregnancy or
breastfeeding providing the benefits to the mother outweigh the risks to
the unborn baby. Always inform your doctor if you are pregnant or
planning a pregnancy, before using any medicine.

There are no known harmful effects when this medicine is used by


pregnant or breastfeeding mothers.

Side effects
Medicines and their possible side effects can affect individual people in
different ways. The following are some of the side effects that are
known to be associated with this medicine. Because a side effect is
stated here, it does not mean that all people using this medicine will
experience that or any side effect.

Sensitisation or allergic reaction

The side effects listed above may not include all of the side effects
reported by the drug's manufacturer.
For more information about any other possible risks associated with this
medicine, please read the information provided with the medicine or
consult your doctor or pharmacist.

How can this medicine affect other medicines?


There are no reported interactions with this preparation.
Last updated 8.7.2004
http://www.netdoctor.co.uk/medicines/100002673.html
2011-02-10

Sabtu, 31 Oktober 2009


UNGUENTUM
R/ Salep 2 4 10
Adde
Dysfungal cr 1 tube
M f da S u e
Pro: Anna
Unguentum. Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan
dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispend
homogen dalam dasar salep yang cocok.
Pemerian Tidak boleh berbau tengik.

Kadar kecuali dinyatakan lain dan untuk salap yang mengandung obat keras
atau obat narkotik , kadar bahan obat adalah 10 %.
Dasar salap. Kecuali dinyatakan , sebagai bahan dasar digunakan Vaselin
putih . Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian, dapat
dipilih salah satu bahan dasar berikut:
- Dasar salep senyawa hidrokarbon Vasellin putih, vaselin kuning atau
campurannya dengan malam putih, dengan Malam kuning atau senyawa
hidrokarbon lain yang cocok.
- Dasar salep serap lemak bulu domba : campuran 8 bagian kolesterol
3 bagian stearik alcohol 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih :
campuran 30 bagian Malam kuning dan 70 bagian Minyak Wijen.
- Dasar salep yang dapat dicuci dengan air. Emulsi minyak dan air.
- Dasar salep yang dapat larut dalam air Polietilenglikola atau
campurannya.
Homogenitas jika dioleskan pada sekeping kaa atau bahan transparan lain
yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
( Anonim, 1997, Farmakope Indonesia, Edisi III hal 33 ).
Penandaan pada etiket harus juga tertera : obat luar .

I. KETERANGAN
- Resep standar salep 2 - 4
- sulfur praecipetatum / belerang endap mempunyai sifat germisida,
fungisida, parasitisida dan juga mempunyai efek keratolitika.
Hal yang perlu diperhatikan: hindarkan kontak dengan mata, mulut dan
mukosa.
- Asam salisilat. Mempunyai sifat keratolitik, yang dapat melunakkan kulit
sehingga dapat melunakkan kulit sehingga dapat membantu penyerap
obat lain dan fungsida yang lemah.
Efek yang tidak diinginkan; iritasi kulit.
( Anonim,1997, Kompendia Obat Bebas hal 95 )
- Kelarutan As. Salicilat ; larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian
etanol. FI ed III hal 56.
- Kelarutan Sulfur Praecipetatum praktis tidak larut dalam air,sanat sukar
larut dalam etanol. FI Ed III hal 591.
- Dysfungal cr 1 tube berisi. , kemasan
- Dilihat dalam persediaan ada atau tidak atau perlu di loko

II. JUMLAH BAHAN


Lihat resep dengan seksama
- As. Salicilat =
- Sulfur Praecipetatum =
- Vaselinum Album ad 10 = 10 ( + ) = g
- KETOKONAZOLE cream =
III. CARA PEMBUATAN
- INGAT! peraturan salep dan kelarutan bahan
IV. KHASIAT
V. KESIMPULAN
Sebagai obat anti gatal /obat gatal-gatal ( Pruritus ) yang disebabkan
karena jamur dan bakteri
Rasa gatal adalah suatu sensasi yang rumit, dapat disebabkan oleh
gangguan fisiologis atau psikologis yang belum sepenuhnya dapat
dimengerti.
Penyebab : Sengatan serangga, biang keringat, biduren atau kaligata,
alergi kulit atau eksim juga karena jamur. ( Kelainan primer pada kulit ).
Gejala : rasa gatal, kulit kadang-kadang kecil atau bintil besar dan kulit
melepuh.
Komplikasi : karena gatal maka penderita akan menggaruk. Akibat ini
terjadi komplikasi atau penyakit sebagai berikut: kulit lecet dan berdarah,
timbul infeksi oleh bakteri. ( Kompendia 109 ).
Diposkan oleh Sri Suwarni, S.Si., Apt.
di 01.50 0 komentar
Label: UNGUENTUM
http://praktikumresepbuwarni.blogspot.com/search/label/UNGUENTUM
2011-02-10

Minggu, 23 Januari 2011


Hidrocortison Cream
Iter 3 X
R/ CAF 2%
Cortison Asetat 0,5 %
M f cream 5 g
Sue
Pro: Joni

I. KETERANGAN
1. Iter 3 x berarti pasien berhak mendapatkan copy resep
2. Cream tanpa keterangan lain menggunakan basis cream.
3. CAF= Chlorampenicol = tidak perlu diganti esternya karena
untuk pemakaian luar.
Kelarutan Chlotamphenicolum : sukar larut dalam air, mudah
larut dalam etanol.
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik.
4. Lapor: Cortisoni Asetas untuk pemakaian luar tidak berkhasiat.
5. Cortisoni Asetas BM 402,49
Cortisone adalah derivate keto dari kortisol yang responsnya
dari usus lebih baik dan cepat. Cortisone sendiri tidak aktif,
tetapi dalam hati diubah menjadi kortisol. Cortisone tidak
dapat digunakan local karena dikulit tidak terjadi perubahan
enzimatis menjadi kortisol.
6. Hydrocortison Asetas BM 404,50.
Hydrocortison Asetas = kortisol resorbsinya ke dalam kulit
lebih baik daripada esterasetat, efeknya juga lebih cepat.
7. Maka Usul cortisone diganti menjadi Hydrocortison Asetas =
kortisol.
8. Alasan: untuk menjadi berkhasiat cortisone harus melalui proses
metabolism dihati, sedangkan untuk pemakaian luar tidak
melalui proses tsb, maka tidak akan berkhasiat maka diganti
dengan obat sederivat yang lebih efektif untuk pemakaian luar
yaitu Hydrocortison Asetas .
9. Menanyakan apakah jumlah Hydrocortison Asetas disetarakan
dengan cortisone
Dengan pertimbangan BM, yaitu:
10. BM Hydrocortison Asetas = 404,50 perbandingan tidak
terlalu bermakna
BM Cortisoni Asetas 402,49
Maka jumlah Hydrocortison Asetas dianggap sama dengan
cortisone
II. PERHITUNGAN DOSIS
III. JUMLAH BAHAN
CAF 2% x 10 = 0,2
Cortison Asetat 0,5 % x 10 = 0,05

IV. CARA PEMBUATAN


1. Timbang CAF kecilkan ukuran partikelnya
2. Timbang Hydrocortison asetas kecilkan ukuran partikelnya
3. Timbang basis cream campur sedikit demi sedikit ad homogeny
4. Masukkan pot dengan rapi
5. Beri etiket biru dan label ulang.
V. KHASIAT
CAF : antibiotika
Cortison Asetat : antiinflamasi, antialergi
Diposkan oleh Sri Suwarni, S.Si., Apt.
di 09.20 0 komentar
Label: Hidrocortison Cream
http://praktikumresepbuwarni.blogspot.com/search/label/Hidrocortison
%20Cream
2011-02-10

Senin, 26 April 2010


SOLUTIONES
SOLUTIONES
DEFINISI
Solutiones, larutan: adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang terlarut, misalnya terdispersisecara molekuler dalam pelarut yang sesuai
atau campuran pelarut yang saling bercampur. Karena molekul-molekul dalam larutan
sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan
memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur. ( Anonim, 1997,
FI ed IV, hal 15-16 )

CONTOH RESEP SOLUTIO


dr. Anugerah Sehat
SIP No: 14/ KANDEP / IJIN / XII / 1988
Jl. Maluku I / 100 Semarang
Telp: 024-6712345

Semarang,
R/ SOLUTIO ACIDI BORICI 300 ML
S U E ( Pembersih Luka )
PRO; LENA

KETERANGAN
1. SOLUTIO ACIDI BORICI
Larutan Asam Borat
Asam Borat 9
Air 100
Larutkan
2. Kelarutan Asam Borat: mudah larut dalam air.
PERHITUNGAN DOSIS
JUMLAH BAHAN
SOLUTIO ACIDI BORICI
Larutan Asam Borat
Asam Borat 9
Air 100
Larutkan
CARA PEMBUATAN
1. Kalibrasi Botol
2. Timbang Asam Borat 9, masukkan erlenmeyer
3. Ambil Air larutkan ad larut sempurna, cukupkan ad 100 g.
4. Beri etiket biru.
KHASIAT
Larutan Asam Borat: Cairan pembersih luka

Diposkan oleh Sri Suwarni, S.Si., Apt.


di 18.59 0 komentar
Label: SOLUTIONES
http://praktikumresepbuwarni.blogspot.com/search/label/SOLUTIONES
2011-02-10

Kamis, 29 Oktober 2009


INFUSA

INFUSA, adalah sediaan air yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada suhu 90C selama 15 menit.
Pembuatan. Campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci
dengan air sambil sekali-sekali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain
flannel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh
volume infuse yang dikehendaki
Kecuali dinyataka lain, dan kecuali untuk simplisia yang tertera dibawah,
infuse yang mengandung bukan bahan khasiat keras, dibuat dengan
menggunakan 10% simplisia. Untuk penggunaan infuse berikut, digunakan
sejumlah yang tertera.
Kulit kina 6 bagian
Daun digitalis 0,5 bagian
Akar Ipeka 0,5 bagian
Daun Kumis kucing 0,5 bagian
Sekale Kornutum 3 bagian
Daun Sena 4 bagian
Temulawak 4 bagian
Derajat halus simplisia yang digunakan untuk infuse harus mempunyai
derajat halus sebagai berikut; ( Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi
III hal 12 )
Serbuk (5/8) : Akarmanis, Daun Kumiskucing, Daun Sirih, Daun Sena
Serbuk(5/10) : Dringo, kelembak Serbuk (10/22) : Laos, Akar Valerian,
Temulawak, Jahe Serbuk (22/60) : Kulit Kina, Akar Ipeka, Sekale
Kornutum Serbuk (85/120) : Daun Digitalis
Derajat halus perlu diketahui untuk menentukan simplisia tersebut
dipotong-potong dengan ukuran sesuai derajat halusnya (.mm) selain itu
dapat juga untuk menentukan alat penyaringnya, dengan kain flannel atau
kapas
Banyaknya air yang dibutuhkan
1. Untuk simplisia segar : sejumlah infuse yang dibuat
2. Untuk simplisia kering : sejumlah infuse yang dibuat + ( 1 x berat
simplisia)
3. Untuk simplisia kering ; sejumlah infuse yang dibuat + ( 2 x berat
simplisia)
( Anonim, 1997, Farmakope Indonesia Edisi IV )
I.KETERANGAN
1. Zat berkhasiat Folia piper Betle; Minyak Atsiri yang mengandung
hidroksi kavikol, kavibetol, estragol, eugenol, metileugenol, karvakrol,
terpinen, sesquiterpen, fenilpropen dan tannin. ( Anonim, Materia

Medika)
2. Khasiat daun sirih : antisariawan, antiseptic, adstringen, dan ant batuk.
3. Derajat halus 5/8 ( sangat kasar) 4. Jadi dipotong-potong dengan
ukuran (2 3,35) 5. Jika infuse simplisia segar maka air yang digunakan
adalah sama dengan jumlah infuse yang diminta. 6. Zat berkhasiat yang
diambil adalah . Maka disaring .
II.PERHITUNGAN DOSIS
III.JUMLAH BAHAN
Infus folia Piper Betle 120ml: - Jumlah daun sirih yang digunakan: 10% x
120ml= 12g - Aqua yang digunakan untuk menyerkai= jml infuse=120ml
IV.CARA PEMBUATAN
1. timbang folia piper betle bersih (tanpa batang, karena yang diminta
adalah daun), potong-potong ..2-3..mm , dimasukkan ke bejana infuse.
2. ukur aqua sebanyak 120 ml masukkan ke bejana infuse
3. panaskan diatas penangas air selama 25 menit. Ingat analogi waktu,
yaitu untuk mencapai suhu 90C yaitu 10 menit dan waktu untuk
menginfus yaitu 15 menit. Jangan lupa untuk sekali waktu diaduk supaya
minyak atsiri dalam daun sirih terekstraksi sempurna, setelah itu
angkat, dinginkan.
4. infuse dingin disaring dengan kain flannel ditampung filtratnya pada
beker I
5. ampas sirih yang ada dalam bejana infuse ditambah air panas, ingat
setiap menyari digunakan air panas. Air yang ditambahkan untuk ampas
yaitu kira-kira berapa kekurangan infuse jika sudah diketahui hasil
filtrat pada beker I, mengapa hasil infuse bisa kurang dari vol air awal?
Dikarenakan ada air yang menguap dan ada air yang terserap dikain
flannel. Dinginkan, saring dengan kain yang sama masukkan ke beker II
6. Botol yang sudah dikalibrasi sudah siap dengan tanda panah yang benar
dan rapi.
7. larutan beker I dimasukkan dalam botol, dan cukupkan dengan larutan
beker II sampai tanda.
8. Ingat jika hasil diserahkan pasien/pengawas diserahkan masih dalam
keadaan panas/hangat berarti salah penyaringannya.
9. Beri Etiket biru dan Signa .......................................... Perlukah KOCOK
DAHULU
Diposkan oleh Sri Suwarni, S.Si., Apt.
di 16.45 0 komentar
Label: Infusa
http://praktikumresepbuwarni.blogspot.com/search/label/Infusa

2011-02-10

Minggu, 23 Januari 2011


Infus Digitalis
R/ Digitalis Folium q s
M f infus 120
S q d d C III
Pro: Ny. Jumita 53 th
I. KETERANGAN
1. Digitalis folium mengandung glikosidapurpurea A, B, C (Digitoxin,
digitalin, digoxin).
2. Karena Digitalis mengandung glikosida maka infuse disaring panas,
karena akan mengendap bila telah dingin.
3. Serbuk Digitalis adalah seluruh bagian daun digitalis, derajat
halus ( 22/60 ).
4. Dalam persediaan tidak terdapat Digitalis dalam keadaan simplisia
segar karena dalam farmakope ed III disebutkan bahwa
Digitalis folium harus segera dikeringkan karena dalam digitalis
folium terdapat enzim yang aktif dengan adanya air, dan enzim
itu akan menguraikan glikosida berkhasiat menjadi aglukon dan
glukosa yang tidak berkhasiat.
5. Dalam FI ed III Daun Digitalis adalah daun Digitalis purpurea L.
yang setelah dikumpulkan segera dikeringkan dengan cepat.
Digitalis Pulvis potensi yang disyaratkan tidak kurang dari 80,0
% dan tidak lebih dari 125,0 %, dan di laboratorium terdapat
digitalis pulvis, dengan kadar 100%.
6. Signa q ditanyakan quarter ( 4 x ) atau quinque ( 5 x )
II. PERHITUNGAN DOSIS
DM Digitalis Folium Pemakaian
1x = - 1x =
x 0.6 = 0.225 g
Sh= 1 gram Sh = 4 x 0.225 = 0.9 g <>
Sh = 5 x 0,225 = 1,125 g > DL
Dilaporkan apakah memang dikehendaki.
III. PERHITUNGAN JUMLAH BAHAN

1. 0.5 Bagian Digitalis Folium ~ 100 bagian air


. ~ 120 bagian air
x 0.5 ~ 120 bagian air
0,6 ~ 120
Digitalis Folium ~ Digitalis pulvis
1 bag ~ 1 bag Digitalis pulvis
0,6 g ~ 0,6 g
2. Aqua = 120 + ( 2 x 0.6 ) = 121.2 = 122 ml
IV. CARA PEMBUATAN
1. Timbang digitalis folium pulvis bejana infus
2. Ukur aqua ad 122 bejana infuse p a selama 25 menit
3. Saring dengan kapas erlen 1 ( filtrate I )
4. Ampas bejana infuse + 20 cc agua erlen II ( Filtrat II )
5. Tara botol, Erlen 1 botol , cukupkan ad 120 g dgn agua di
erlen II
6. Etiket putih, signa .... kali sehari dua sendok makan +
Kocok Dahulu
V. KHASIAT
Digitalis folium : kardiotonika
Diposkan oleh Sri Suwarni, S.Si., Apt.
di 09.17 0 komentar
Label: Infus Digitalis
http://praktikumresepbuwarni.blogspot.com/search/label/Infus
%20Digitalis
2011-02-10

Sabtu, 31 Oktober 2009


COLLYRIUM
R/ Cocain HCl 0,2 %
Zn. Sulfat 0,18
Aqua ad 60 ml
M f da S collyrium
Pro: Gadis

Kolirium, Collyria, obat cuci mata adalah sediaan berupa larutan


steril,jernih, bebas zarah asing, isotonis, digunakan untuk membersihkan
mata.
Kolirium dibuat dengan melarutkan obat dalam air, saring hingga jernih,
masukkan dalam wadah dan sterilkan dengan cara sterilisasi A,B, dan C,
pindahkan ke dalam tempat steril secara aseptis. Alat dan wadah yang
digunakan dalam pembuatan kolirium harus bersih dan steril.
Kejernihan dan sterilitas. Memenuhi syarat yang tertera pada injections,
Catatan.
1. Pada etiket harus juga tertera
a. masa penggunaan setelah botol dibuka penutupnya.
b. Obat Cuci Mata
2. kolirium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan
paling lama 24 jam setelah botol dibuka tutupnya.
3. kolirium yang mengandung zat pengawet dapat dipergunakan paling lama
7 hari setelah dibuka tutupnya. ( Anonim, 1978, Formularium Nasional,
310 ).
Syarat collyrium:
1. Steril Dengan cara sterilisasi uap, sterilisasi panas k\ering, sterilisasi
gas, sterilisasi dengan radiasi ion, sterilisasi dengan penyaringan,
sterilisasi denagn cara aseptis.
2. Jernih dan bebas zarah asing agar collyrium bebas dari partikel asing,
maka larutan harus disaring, sehingga pada pembuatan larutan jumlah
bahan diberi kelebihan 5 10 ml untuk membasahi kertas saring.
3. Isotonis Larutan dikatakan isotonis jika:
a. mempunyai tekanan osmotis sama dengan tekanan osmotis cairan
tubuh ( darah, cairan lumbal, air mata ) yang nilainya sama dengan
tekanan osmotis larutan NaCl 0,9 % b/v
b. Mempunyai titik beku sama dengan titik beku cairan tubuh, yaitu
0,52C.
Jika larutan mempunyai tekanan osmotis lebih besar dari larutan NaCl 0,9
% b/v, disebut hipertonis , jika lebih kecil dari larutan NaCl 0,9 %b/v
disebut Hipotonis .
Kadang untuk collyrium dikehendaki bersifat hipertonis karena ditujukan
supaya kotoran dalam mata akan ditarik keluar dari sel/mata supaya mata
bersih, peristiwa ini akan menyebabkan mata menjadi sakit, tetapi
keadaaini bersifat sementara dan tidak akan menyebabkan rusaknya sel
tersebut.
Perhitungan Isotonis

Isotonis : tekanan osmose larutan = tekanan osmose cairan tubuh


Hipotonis : tekanan osmose <> tekanan osmose cairan tubuh.
Cara menghitung tekanan osmose:
1. dengan cara penurunan titik beku air yang disebsbkan 1% b/v zat aktif
khasiat ( PTB ).
2. dengan cara Equivalensi NaCl.
3. dengan cara derajat disosiasi
4. dengan cara grafik
Cara menghitung PTB dengan rumus menurut FI.
Suatu larurtan dinyatakan isotonic denagn serum atau cairan mata jika
membeku pada suhu 0,52C. Untuk memperoleh larutan isotonik dapat
ditambahkan NaCL atau zat lain yang cocok, yang dapat dihitung dengan
rumus: 0,52 b1. C1 B = ---------------------- b2
Keterangan
B adalah bobot zat tambahan (NaCl) dalam satuan gram untuk tiap 100 ml
larutan.
0,52 adalah titik beku cairan tubuh (-0,52)
b 1 adalah PTB zat khasiat
C adalah konsentrasi dalam satuan % b/v zat khasiat
b 2 adalah PTB zat tambahan (NaCl).
Tiga jenis keadaan tekanan osmosis larutan obat:
1. keadaan isotonis apabila nilai B = 0 maka b1C = 0,52
2. keadaan hipotonis apabila nilai B positif, maka b1C <> 0,52
I. KETERANGAN
1. Karena Cocain HCl adalah termasuk Golongan Narkotika maka ditanyakan
dahulu alamat pasien, dan pada resep diberi tanda garis merah.
2. Mengingat syarat collyrium yang harus steril maka harus diusulkan
karena keterbatasan waktu, tempat, dan peralatan yang tidak memadai
untuk melakukan sterilisasi maka tidak dilakukan sterilisasi tetapi
dibuat sebersih mungkin.
3. Untuk kejernihan maka untuk bahannya diberi kelebihan 5 ml.
Pembulatan penimbangan NaCl sebagai pengisotonis harus
diperhitungkan karena jika dibulatkan keatas maka larutan tersebut
akan bersifat hipertonis yang menyebabkan rasa sakit reversible tetapi
mempunyai sifat untuk menarik kotoran mata ditarik keluar dari mata.
(jika ada larutan lebih pekat masuk ke larutan yang lebih encer maka
supaya seimbang maka lar pekat menarik larutan encernya).
Jika dibulatkan kebawah maka sifat larutan yaitu hipotonis dimana

larutan lebih encer masuk ke larutan yang lebih pekat maka larutan itu
akan masuk ke system yang lebih pekat yang menyebabkan bola mata
sebagai system akan mengembang karena kemasukan cairan dan
menyebabkan bola mata bias pecah dan menyebabkan kebuatan sifatnya
irreversible. Jadi akan lebih bahaya yang hipotonis maka dibulatkan
keatas agar tidak berbahaya.
4. Kelarutan Cocain HCl : sangat mudah larut dalam air
Zn. Sulfat : sangat mudah larut dalam air
NaCl : mudah larut dalam air, sedikit mudah larut dalam air panas.
II. PERHITUNGAN DOSIS: III. JUMLAH BAHAN
Perhitungan tonisitas
PTB Cocain HCl (b1) : 0,090 kadar Cocain HCl (C1): 0,2 %
PTB Zn. Sulfat (b2) : 0,086 kadar ZnSO4: 0,18 g/ 60mlx100%=0,3 g
PTB NaCl (b3) : 0,576 B = B= B = 0,827 g/100ml Penimbangan NaCl ini
harus diingat 0,827 x = 0,538 g 1. Cocain HCl : 0,2 % x 65 ml = 0,13 g 2.
Zinci Sulfat : 0,18 x 65ml/60 ml = 0,195 g 3. Natrium Chlorida : 0,540 g 4.
Aqua : 65 ml- 0,13 0,195 0,54 = 64,135 ml
IV. CARA PEMBUATAN
V. KHASIAT
VI. KESIMPULAN
Diposkan oleh Sri Suwarni, S.Si., Apt.
di 00.50 0 komentar
Label: COLLYRIUM
http://praktikumresepbuwarni.blogspot.com/search/label/COLLYRIUM
2011-02-10

Kamis, 16 Desember 2010


SYRUP
SYRUP

I. DEFINISI
Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi,
dinyatakan sebagai Sirup. Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air
dikenal sebagi Sirup, atau Sirup Simpleks. Penggunaan istilah sirup juga
digunakan untuk bentuk sediaan cair lain yang dibuat dengan pengental
dan pemanis, termasuk suspensi oral.

Sirup banyak digunakan dalam pengobatan, ada yang hanya untuk


corrigen rasa, tetapi juga ada yang merupakan remidium cardinale.
Sirup sebagai corrigen ditambahkan sebagai perbaikan rasa untuk obat
minum, cukup dalam jumlah 10-20 ml untuk tiap 100 ml larutan obat.
Sirup yang dipakai dalam corrigen saporis adalah sirup simplex, sirupus
aurantii, atau sirup rhoeados.
Sirup sebagai obat berupa preparat yang sudah distandardisasi dapat
diberikan sebagai obat tunggal atau dikombinasikan dengan obat lain
termasuk didalamnya yaitu dry sirup atau sirup kering yaitu campuran
obat dengan saccharosa, harus dilarutkan dalam air dalam jumlah
tertentu sebelum digunakan. Keuntungan sirup kering daripada sirup
cairan adalah sirup kering dapat tahan disimpan lebih lama.
II. CONTOH RESEP SYRUP
a. Resep syrup paten ditambah dengan bahan aktif
dr. Anugerah Sehat
SIP No: 14/ KANDEP / IJIN / XII /
1988
Jl. Maluku I / 100 Semarang
Telp: 024-6712345
Semarang,
R/ OBB syrup fl I
Adde pro cth
Cod HCl 5 mg
M f syrup 100ml
S t d d cth I I
Pro : Tn. Ronald
KETERANGAN
1. Dalam resep tersebut berarti diminta untuk mengambil OBB syrup I fls
(Tempo Scan Pacifik), ditambahkan Codein HCl 5 mg tiap 5 ml, lalu
dibuat menjadi sirup dengan jumlah 100 ml.
OBB syrup. Tiap 5ml sirup mengandung:
- Ephedrin HCl 10 mg
- Guaiafenesinum 50 mg
- Klorfeniramin maleat 2 mg
Kemasan sirup adalah 60 ml.
2. Dilihat dari Komposisi OBB yaitu berkhasiat sebagai obat batuk
berdahak (ekspektoransia) karena mengandung Guaiafenesinum, dengan
mekanisme kerjanya yaitu untuk mengeluarkan dahak dengan cara
meningkatkan frekuensi batuk supaya dahak yang ada didalam
tenggorokan dapat dirangsang untuk dapat dikeluarkan, dan

ditambahkan Codein HCl yang berkhasiat sebagai antitusiv yaitu untuk


batuk kering dengan frekuensi batuk berlebih yang menggangu maka
diberikan antitusiv yang bekerja dengan cara menekan batuk supaya
tidak terjadi batuk lagi. Maka terjadi antagonisme dari cara kerja dan
khasiatnya antara Guaiafenesinum dan Codein HCl, ditanyakan apakah
memang dikehendaki atau tidak.
3. Kelarutan :
- Ephedrin HCl : larut dalam 4 bagian air, larut dalam etanol.
- Guaiafenesinum : larut dalam air, dan dalam etanol ( 95 % ) P
- Klorfeniramin maleat : larut dalam 4 bagian air, larut dalam etanol
- Codein HCl : larut dalam 20 bagian air
4. Dilihat dalam persediaan apakah terdapat OBB syrup atau harus
diambil bagin-bagiannya karena tidak disediakan.
5. Dilihat apakah semua bahan terdapat dalam bentuk zat aktifnya,
sehingga zat aktif langsung dapat dilarutkan karena semua bahan
obatnya dapat dilarutkan dan jumlah airnya mencukupi untuk
melarutkan bahan obat.
6. Jika ternyata tidak terdapat zat aktifnya maka diambil tabletnya
contoh tablet ephedrine, tablet GG, atau tablet CTM, masalahnya jika
yang tersedia tablet berarti yang terdapat dalam tablet bukan hanya
ada zat aktifnya saja tetapi juga terdapat zat-zat tambahan penyusun
tablet dan ada bahan-bahan yang tidak larutnya maka perlu di
suspensikan, sehingga kita butuh suspending agent yaitu dipakai Pgs
sebanyak 1%.
7. Karena jumlah bahan CTM yang diambil kurang dari 50 mg maka harus
ada pengenceran.
8. Bj larutan 1,3 karena bentuk sediaannya adalah sirup maka pelarut
yang digunakan sirup simplex tanpa keterangan lain.
PERHITUNGAN JUMLAH BAHAN
OBB syrup. Tiap 5 ml sirup mengandung, dalam tiap kemasan sirup adalah
60 ml.
Jika diambil bagian-bagiannya maka dengan mengambil bahan aktif obat
bukan sediaan tabletnya sehingga tanpa penambahan pgs.
- Ephedrin HCl 10 mg } = 120 mg
- Guaiafenesinum 50 mg } X
= 600 mg
- Klorfeniramin maleat 2 mg } = 24 mg trituratio ( 1:100 )
- Sirup Simplex ad 60 ml
Codein HCl =

x 5 mg = 100 mg

Klorfeniramin maleat 24 mg trituratio ( 1:100 )


50 mg CTM + aqua dest ad 5000 mg
Timbang

= 2400 mg = 2,4 g

PERHITUNGAN DOSIS
DM Chlorpheniramini maleas
1x = 1hr = 40 mg
DL Chlorpheniramini maleas Pemakaian :
1x = 2 - 4 mg 1x =
x 24 mg = 2,4 mg < DM sesuai DL
1hr = 6 -16 mg 1hr = 3 x 2,4 mg = 7,2 mg < DM sesuai DL
DM Ephedrin HCl DL Pemakaian :
1x = 50mg 1x= 10 mg-30 mg 1x =
x 120 mg = 12 mg sesuai DL <>
1hr = 150 mg 1hr=30 mg-100 mg 1hr = 3 x 12mg = 36 mg sesuai DL < DM
DM Codein HCl DL Pemakaian :
1x = 60 mg 1x-10-20 mg 1x = 2 x 5 mg = 10 mg sesuai DL
1hr = 300 mg 1hr=30 mg-60 mg 1hr = 3 x 10mg = 30 mg sesuai DL < DM

CARA PEMBUATAN
1. Timbang Chlorfeniramini Maleas 50 mg larutkan dengan air,
cukupkan ad 5 ml.
2. Timbang 2,4 g larutan trituratio, sisanya dibungkus ditempel dengan
identitas, sisa trituratio 1:100 dalam aqua dest.
3. Kalibrasi botol karena sediaan yang diminta dalam satuan ml.
4. Timbang Ephedrin HCl dan Codein HCl, larutkan dengan sirup
simplex 10 ml dalam erlenmeyer , karena berupa garam yang
mudah larut, masukkan botol.
5. Ambil Guaiafenesinum , masukkan erlenmeyer larutkan.
6. Tambahkan CTM hasil trituratio
7. Masukkan botol, bilas erlenmeyer ad bersih
8. Cukupkan dalam botol ad 100 ml.
9. Etiket warna putih, Dengan signa Tiga kali sehari dua sendok teh
10. Beri label tidak boleh diulang tanpa resep dokter Beri label
Kocok Dahulu
KHASIAT

- Ephedrin HCl : simpatomimetik


- Gliseril Guaiacolat : ekspektoran
- Klorfeniramin maleat : antihistamin
- Codein HCl : antitusiv narkotik.
GAMBAR PEMBUATAN SYRUP
Diposkan oleh Sri Suwarni, S.Si., Apt.
di 00.24 0 komentar
Label: SYRUP
http://praktikumresepbuwarni.blogspot.com/search/label/SYRUP
2011-02-10

Selasa, 10 November 2009


SEDIAAN OBAT
KLASFIKASI
Obat cair
Obat setengah padat
Obat padat
OBAT CAIR
1. Solutiones dan mixture
2. Mixtura agitanda dan suspensi
3. Emulsa / emulsi
4. Saturasi dan netralisasi
5. Infusa
6. Guttae / drops
7. Injectiones / obat suntik
8. Inhalasi
9. irigasi
1. Solutiones (larutan) dan mixture (campuran)
Solutio:
larutan dari sebuah zat dalam suatu cairan / pelarut, dimana zat pelarutnya
adalah air, bila bukan air maka harus dijelaskan dalam namanya, misalnya :
Sol. Camphora Spirituosa kamfer spiritus
Sol. Camphora Oleonosa kamfer olie / minyak kamfer
Camphora Nitroglycerini spirituosa Lar. Nitrogliserin dalam spiritus
Mixtura:
Larutan yang didalamnya terdapat lebih dari satu macam zat, yang dapat
berupa campuran dari :
Cairan dengan zat padat
Cairan dengan cairan
Cairan dengan extrak kental
Tidak ada perbedaan antara solutio dengan mixtura, contoh :

Sol. Citratis Magnesici Lar. Mg Citrat dalam air


Mixt. Citratis Magnesici campuran Mg Citrat, Syr, Simplex dan spiritus Citri
dalam air
2. Mixtura agitanda dan suspensi
Mixtura agitanda:
Campuran dimana konstituen mengandung zat padat yang tidak dapat larut.
Suspensi:
Sediaan cairan yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair (cairan pembawa), zat yang terdispersi harus halus dan tidak
boleh cepat mengendap dan dapat mengandung zat tambahan untuk
menjamin stabilitas suspensi serta tidak boleh terlalu kental agar sediaan
mudah dikocok dan dituang
Sirup:
larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi
Elixir:
larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven
Lotio:
larutan atau suspensi yang digunakan secara tropical
Spirit:
larutan mengandung etanol / hidro alcoholdari zat yang mudah menguap
Tinctur:
larutan mengandung etanol / hidro alcohol dibuat dari bahan tumbuhan
atau senyawa kimia yang dibuat dengan cara perkolasi atau maserasi
Air aromtik:
larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak mudah menguap
Enema:larutan yang dimasukkan kedalam rectum dan colon, untuk
merangsang pengeluaran kotoran (feses) memberikan efek terapi local atau
systemic
3. Emulsa / emulsi
Adalah dua fase cairan dalam sistim dispersi (tetesan) dimana fase cairan
yang satu terdispersi sangat halus dalam merata dalam fase cairan lainnya
dan umumnya dimantapkan oleh zat pengemulsi (Emulgator).
Emulsi O/W:
emulsi minyak dalam air, dimana minyak yang merupakan fase terdispersi
dan larutan air merupakan fase pendispersi / pembawa (emulsi ini dapat
dicernakan dengan air)
Contoh : susu (emulgatornya putih telur) Scott Emultion
Emulsi W/O:
emulsi air dalam minyak, dimana air atau larutan air yang merupakan fase
terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan pembawa atau
pendispersi (Emulsi ini dapat diencerkan dengan minyak)
contoh : Mentega, Ianolin
\jika emulgatornya larut dalam air Emulsi O/W
jika emulgatornya larut dalam minyak Emulsi W/O

4. Saturasi dan netralisasi


Saturasi / Penjenuhan:
obat yang minumnya dibuat dengan jalan mencampurkan suatu asam dengan
karbonat, dimana cairan dijenuhkan dengan CO2 (disebut dengan Potio
Effervesces), maka tekanan didalam botol lebih tinggi dari pada tekanan
diluar.
Tujuan pemberian obat saturasi:
Untuk menutupi rasa garam yang tidak enak.
CO2 mempercepat absorbsi
Merangsang keluarnya getah pencernaan yang banyak
Sebagai carminativum atau laxans
Untuk antioxydant
Memberi efek psiokologi bahwa obat tersebut kuat
Netralisasi atau penetralan:
obat minum yang di buat dengan jalan mencampurkan suatu asam dengan
suatu basa (yang dipergunakan adalah suatu Carbonat) dan tidak
mengandung CO2 (karena CO2 yang terbentuk selalu dihilangkan seluruhnya
dengan cara pemanasan sampai larutannya jernih), yang termasuk
Netralisasi:
Suatu asam dinetralkan dengan NH4CL
Suatu asam yang tidak larut dinetralkan dengan suatu HCO3 / CO3, dapat
juga dengan NaOH
5. Infusa
Infus / rebusan obat:
sedian air yang dibuat dengan mengextraksi simplicia nabati dengan air suhu
90 C selama 15 menit, yang mana extraksinya dilakukan secara infundasi
6. Guttae / drops
Adalah sediaan cairan (dapat berupa solutio / mixtura / suspensi / emulsi)
yang dipakai dengan cara meneteskan, baik sebagai obat dalam maupun
obat luar dan harus homogen serta tidak boleh ada endapan.
Beberapa jenis guttae:
Guttae oris untuk kumur kumur dan tidak untuk ditelan. Biasanya
diencerkan dulu dengan air
Guttae auriculares / tetes telinga biasanya cairan pembawanya adalah
bukan air, tapi lebih kental (mis. Glycerin, minyak propylenglikol)
Guttae Nasales / tetes hidung tidak boleh menggunakan lemak / minyak
mineral sebagai cairan pembawanya
Guttae Ophthalmic / tetes mata berupa larutan / suspensi steril, cairan
pembawanya berair, harus jernih, bebas benda asing, serat dan benang
(harus disaring), serta tidak boleh digunakan setelah tutup dibuka > 1 bulan.

Dan konsentrasi sunlimatnya tidak boleh > 1:4000


Collyiria / obat cuci mata tidak termasuk dalam obat tetesan, tapi cara
kerja dan komposisi serta cara pembuatanya tidak berbeda dengan guttae
ophthalmic, hanya jumlahnya lebih banyak
7. Injectiones / obat suntik
Adalah sediaan steril untuk penggunaan parental.
Keuntungannya:
Resorbsi obat lebih cepat dan baik
Untuk obat yang tidak tahan asam lambung
Untuk obat yang mengiritasi lambung
Untuk pasien yang yang tidak dapat makan obat
Yang memerlukan obat bekerja cepat (mis. mengalami shock)
8. Inhalasi
Adalah sediaan obat / larutan / suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan
obat yang diberikan melelalui saluran nafas hidung atau mulut untuk
memperoleh efek local atau sistemik. (larutan yang disemprotkan dengan
menggunakan gas inert dan wadahnya disebut inhaler)
9. Irigasi
Adalah larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan
luka terbuka atau rongga rongga tubuh, pemakaiannya secara tropical dan
tidak boleh secara parenteral
OBAT SETENGAH PADAT
Unguenta
Occulenta / salep mata
Pasta
Linimenta
Sapones / sabun
Cremores krim
Gelones / gel
1. Unguenta
Adalah sediaan setengah padat dan mudah dioleskan diatas kulit dan
selaput lendir tanpa memakai kekerasan atau pemanasan
Salep terdira dari:
Remedium Cardinale (bahan tunggal / campuran bahan utama). Bahan obat
harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Kadar
bahan obat umumnya 10 % kecuali dinyatakan lain atau mengandung obat
keras / narkotik
Konstituen / Dasar salep (bahan tersendiri atau campuran) adalah zat
pembawa dengan massa lembek, mudah dioleskan dan umumnya berlembek,
tapi dapat berupa massa lembek atau zat cair atau zat padat yang terlebih
dahulu diubah menjadi massa yang lembek.
Secara umum salep dibagi atas 3 jenis:
Salep Epidermic
adalah salep yang bekerja dipermukaan kulit, dan diharapkan tidak diserap.

Salep ini berfungsi sebagai pelindung antiseptik, adstrigents dan pelawan


rangsangan. Dasar salep yang cocok adalah Vaselin
Salep Endodermic
adalah salep yang bekerja memasuki kulit tapi tidak menembus kulit, jadi
diserapnya hanya sebagaian saja. Dasar salep yang cocok adalah minyak
tumbuhan dan minyak alami
Salep Diadermic
adalah salep yang bekerja sampai menembus kulit. Dasar salep yang cocok
adalah Lanolin, Adeps Lanae, Oleum Cocoa
Sedangkan secara theurapetik, salep dibagi atas :
Salep Penutup
adalah salep yang berfungsi sebagai melindungi kulit dari pengaruh luar
contoh: Boorzalf, Zinczalf
Salep Resorpsi
adalah salep yang mana bahan bahannya akan diresorpsi
contoh: salep untuk Rheumatik
Salep Penyejuk
adalah salep yang banyak mengandung air sehingga memberikan rasa sejuk
contoh: Cold Cream
2. Occulenta / salep mata
Adalah salep steril untuk pengobatan mata dengan menggunakan dasar
salep yang cocok
Syarat syarat Occulenta, yaitu:
Homogen, tidak boleh mengandung bagian yang kasar dapat teraba.
Bersih
Steril
3. Pasta
Adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
yang ditujukan untuk pemakaiaan topical, dan konsistensinya lebih plastis
dari pada salep
Keuntungannya:
Menyerap hasil hasil sekresi dari kulit
Mengurangi rasa gatal dan memberikan perasaan sejuk
Obat obat direkatkan pada kulit mempertinggi pekerjaan obat tersebut
4. Linimenta
Adalah sediaan cairan atau kental, mengandung analgetikum dan zat yang
mempunyai sifat Rubefasin, melemaskan otot atau menghangatkan dan
digunakan sebagai obat, serbuktidak boleh digunakan pada kulit yang luka
atau lecet
Keuntungannya:
Zat yang ditambahkan padanya diresorbsi lebih cepat
Mudah dicuci sangat baik untuk pemakaian pada kulit yang lembut

Macam macam Linimenta, yaitu


Campuran lemak padat dengan lemak lunak
Campuran minyak dan cairan alkali (dibuat dengan cara penyabunan)
Linimentum dengan Balsamun Peruvianum Ol. Terebinthinae
Linimentum dengan minyak (harus memakai gom)
Emulsi yang digunakan sebagai liniment, yaitu
Emulsum Benzylis Benzoatus
Linimentum Chloroform (dengan cara pencampuran biasa)
5. Sapones / sabun
Adalah reaksi garam alkali dan asam lemak tinggi, dimana konsistensinya
tergantung dari basa yang digunakan untuk menyabun, yaitu :
NaOH sabun keras
KOH sabun lemak
Macam macam sapones:
Sapokalinus : KOH + Ol. Sesami
Sapomedicatus : NaOH + Ol. Olivarum
Saposuperadipatus : Campuran Sapomedicatus 80 % + Sapokalinus 16 % +
Adeps Lanae 4 % (bentuk ini yang paling dianjurkan untuk pengobata)
Sapococos : Sabun Na yang dibuat garam Ol. Cocos
6. Cremores krim
Adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental, mengandung air tidak
kurang dari 60 %, dengan 2 type yaitu:
Type minyak air
Type air minyak (mudah kering dan rusak)
7. Gelones / gel
Adalah sediaan bermassa lembek berupasuspensi yang dibuat dari zarah
kecil senyawa organic atau makromolekul senyawa organic yang masing
masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan
Umumnya mengandung air disebut jelli, maka pada etiket tertera kocok
dulu
OBAT PADAT
Pulvis dan pulveres
Pililae / pil
Tabulae / tablet
Capsulae / capsul
Suppositoria
Bacilla
Spesies / jamu
Implant / pelet
Aerosolum
1. Pulvis dan pulveres
Adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan dan

digunakan untuk pemakaian oral ataul luar. isi serbuk terdiri dari :
Obat (tunggal / campuran)
Konstituen / vehiculum :
Untuk serbuk oral Saccharum Lactis
Untuk serbuk tabur Talcum venetum, Bolus Alba, Amylum.
2. Pililae / pil
Menurut beratnya dibagi atas :
Boli : berbobot > 300mg, biasanya dipakai untuk pengobatan hewan
Pilulae/pil adaah obat berbentuk bulat seperti pelor yang berbobot antara
50 mg 300 mg, diameternya tidak > 8 mm dan tergantung berat jenis
bahan bahan obatnya
Granula, berbobot < 30 mg dan tiap granula biasanya mengandung 1 mg
bahan obat
3. Tabulae / tablet
Merupakan sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Ukurannya adalah tidak boleh > 3x dan tidak boleh < 1/3x
tablet
Macam mcam tablet
Tablet Kunyah
Untuk dikunyah dan memberikan residu dengan rasa enak dalam rongga
mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak,
serta biasanya untuk anak anak (terutama untuk multivitamin, antasisda
antibiotik tertentu)
Tablet Buih / Efervesen
selain mengandung zat aktif, juga mengandung campuran asam dan natrium
bicarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan CO2, maka
tablet harus disimpan dalam wadah tertutup rapat atau pada kemasan tahan
lembab
Tablet Hisap / Lozengens
padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan
bahan dasar beraroma dan manis yang membuat tablet melarut atau hancur
perlahan dalam mulut
Tablet bersalut
disalut dengan bahan penyalut untuk maksud tertentu
Tujuannya:
Menutupi rasa tidak enak (mis. Kina)/ bau yang tidak enak (mis. Vitazym)
Membuat penampilan lebih baik menarik dan biasanya diberi warna bagus
dan mengkilap
Melindungi obat / zat aktif terhadap pengaruh udara, kelembapan dan
cahaya (mis. Obat obat yang hygroskopis dan mudah teroksidasi)
Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna.
Beberapa macam tablet:
Tablet bersalut gula / dragee
disalut dengan lapisan terdiri dari campuran gula dan bahan lain yang cocok,
dengan atau tanpa menambah zat warna.

Tablet bersalut selaput / film Coated Tablet


disalut dengan lapisan selofan, metilselulosa, povidon atau bahan lain yang
cocok
Tablet bersalut kempa / salut kering
disalut dengan massa granula terdiri dari Laktosa, Calsium Fosfat atau bahan
lain yang cocok untuk mempercepat lepasnya satu obat dan obat lain
Tablet bersalut enteric / Enteric coated
disalut sedemikian rupa sehingga obat tidak hancur dalam lambung tapi
hancur dalam usus halus, yang disebut juga Delayed Action. Bahan
penyalutnya adalah bahan yang tahan terhadap pengaruh asam lambung
yaitu Sehellak, keratin dan salol. Tablet ini dibuat untuk obat obat yang
dapat mengiritasi lambung dan obat obat yang dapat rusak bila kena asam
lambung (contoh : Voltaren Aropas)
4. Capsulae / capsul
Adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut, dimana didalamnya dapat diisi dengan obat serbuk,
butiran atau granul, cair, semi padat
Jenis jenis kapsul:
Capsulae gelatinosae (dibuat dari gelatin) terdiri dari:
Soft Capsulae / Capsulae Molles lunak
Hard Capsulae / Capsulae Durae keras
Capsulae Amylaceas (dibuat dari amylum)
Capsulae Metilsellulosa
5. Suppositoria
Adalah sediaan padat dalam dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rectal, vagina dan urethra, yang mana umumnya meleleh,
melunak atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak
sebagai pelindung jaringan setempat dan sebagai pembawa zat therapeutic
yang bersifat local atau sistemik
Jenis jenisnya
Suppositoria Anaha disebut juga Suppositoria
Suppositoria Vaginalis disebut juga Globuli Vaginalis atau Ovula
Suppositoria Urethralia disebut juga Bougie
6. Bacilla
Adalah alat yang digunakan sebagai obat luar
Jenis jenis batang:
Bacilla Caustica (mengandung bahan bahan caustik) contoh : Argenti
Nitras dalam Bacilla
Quelistifte (dipakai untuk melebarkan saluran saluran) contoh : Batang
Lanfinaria
Bougie / Suppositoria Urethanilia (batang yang padat pada suhu kamar dan
akan memberikan efek local dan sistemik)
7. Spesies / jamu
Adalah bahan bahan dan tumbuh tumbuhan yang masih berupa bagian
bagian kasar yang dicampur atau tidak dicampur dengan garam garam,

yang kemudian akan dibuat infusa.


Contoh:
Species anti aphtosa
Species laxantes
Species anti asthmaticus
Species diuretica
8. Implant / pelet
Adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil berisi obat
dengan kemurniaan yang yinggi (dengan atau tanpa eksipien) yang dibuat
dengan cara pengepaan atau pencetakan
9. Aerosolum
Nama lain adalah Aerosol Farmasetik yaitu sediaan yang dikemas dibawah
tekanan dan mengandung zat aktif therapeutic yang dilepas pada saat
system katup yang sesuai ditekan. Pemakaian sebagai obat luar, yaitu topical
pada kulit, local pada hidung, local pada mulut atau local pada paru paru
http://riefarmasi.blogspot.com/2009/11/sediaan-obat.html
2011-02-11

Suspensi
Suspensi adalah dispersi padat-cair yang tidak bercampur.
Karakteristik suspensi oral adalah:
1. Effikasi, yaitu ketersediaan hayati lebih baik dibandingkan tablet, karena
dalam tablet zat aktif tidak langsung dilepaskan.
2. Suspensi obat, yaitu berkaitan dengan pengadukkan yang homogen agar dosis
merata dan dapat digunakan.
3. Sukar terdispersi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya sedimen
(cacking).
4. Polimorfisme, berkaitan dengan kelarutan dan pertumbuhan kristal.
5. Pengaturan temperatur manufaktur.
6. Pelepasan komponen wadah.
7. Resiko pertumbuhan mikroorganisme.
8. Penurunan konsentrasi obat, dikarenakan fluktuasi suhu. Penghilangan
pelarut karena penguapan.
Komponen dalam suspensi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pelarut/pembawa
Pembasah
Bahan pengflokulasi
Bahan pensuspensi
Dapar
Pewarna
Flavour

8. Pengawet
9. Bahan pengkhelat
10. Bahan Anti busa
11. Koloid pelindung
Persyaratan formulasi suspensi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Ukuran partikel seragam, dapat diperoleh secara shiffing atau diayak


Tidak mudah mengendap: dosis seragam dan terdispersi secara stabil
Mudah didispersikan kembali
Viskositas menunjang redispersi partikel
Stabil secara fisika dan kimia selama usia guna
Penampilan sediaan baik

Suspensi sangat tergantung dari sifat antar permukaan zat padat, yaitu berhubungan
dengan sudut kontak (sudut anatar larutan dengan permukaan zat padat).
Persyaratan formulasi:
1. Ukuran partikel
2. Viskositas vs rheologi (sifat aliran). Yang menentukan viskositas adalah
suspending agent
3. Pembasahan, memakai wetting agent untuk zat yang sifatnya hidrofob,
misalnya talk.absorbannya adalah minyak.
4. Pencampuran
5. Flokulasi
6. Ketidakcampuran secara kimia
dinyatakan dalam hukum Stokes: v = d2 (1 2) g/18
dimana: v = kecepatan pengendapan, d = diameter partikel, = massa jenis/kerapatan
massa, = viskositas.
Pembasahan partikel ditentukan oleh:
Sl/s = Ys/a (Ys/l + Yl/a)
dimana: Sl/s = koefisien penyebaran zat padat dalam larutan, Ys/a = tegangan antar
permukaan zat padat-udara, Ys/l = tegangan antar muka zat padat larutan, Yl/a =
tegangan antar muka larutan-udara.
dimana Ys/l bisa didapat dari perhitungan Ys = Ys/l + Yl cos . Ys = tegangan
permukaan zat padat, Ys/l = tegangan antar muka zat padat-larutan, Yl = tegangan
permukaan larutan, cos = sudut antara zat padat dengan larutan. Cos = 1 berarti
pembasahan sempurna.
Pendekatan formulasi
Partikel mengalami dispersi deflokulasi yang uniform, setelah itu dibagi menjadi 3
cara, yaitu:

1. Penggabungan dengan struktur pembawa yang menghasilkan suspensi


deflokulasi dalam struktur pembawa sebagai produk akhir.
2. Ditambahkan agen flokulasi sehingga menghasilkan suspensi flokulasi sebagai
produk akhir.
3. Ditambahkan agen flokulasi selanjutnya digabungkan dengan struktur
pembawa sehingga menghasilkan suspensi flokulasi dalam struktur pembawa
sebagai produk akhir.
Cara 1: partikel terdispersi secara individual dan penampilan akan lebih besar
datipada flokulasi. Hal ini dikarenakan deflokulasi membentuk sedimen dalam waktu
yang lama dan jika telah mengendap tidak akan dapat menjerat air sehingga terbentuk
cacking.
Cara 2: partikel yang terdispersi akan membentuk aggregat, karena adanya perbedaan
muatan antar partikel dan penampilan sediaan kasar tetapi mudah di redispersi.
Dalam suspensi, 2 partikel terdispersi:
1. Deflokulasi: penambahan viskositas jangan terlalu besar.
2. Flokulasi. Agen flokulasi: surfaktan dan koloid hidrofil. Surfaktan
ditambahkan pada tahap awal.
Humektan pada suspensi dapat berfungsi untuk menghilangkan udara pada partikel.
3 tipe suspending agent berdasarkan viskositas:
1. High viskositas: kelebihannya murah dan sedikit. Tidak disarankan karena
apabila terdapat kerusakan pada suspending agent, maka terjadi kerusakan
pula pada sediaan.
2. Medium viskositas: yang dipilih.
3. Low Viskositas: digunakan untuk suspensi deflokulasi. Kekurangannya mahal
karena banyak diperlukan.
Untuk mendapatkan suspensi yang floculated suspension, maka ditambahkan agen
flokulasi agar membentuk aggregat antar partikel karena adanya gaya tarik-menarik.
Untuk membuat suspensi, harus memperhatikan kecepatan medium, karena jika
terlalu cepat akan berbusa.
Interaksi Komponen Partikel

Pada flokulasi terdapat Vt = Vr + Va, dimana Vt = enersi interaksi total, Vr =


gaya tolak-menolak, Va = gaya tarik menarik.
Gaya tarik-menarik yang timbulkan adalah gaya Van der Waals.
Dalam suspensi terdapat lapis rangkap listrik, yaitu terjadi karena adanya
difusi muatan partikel di cap Stern, yaitu di permukaan lapisan Stern.

Lapis Rangkap Listrik, terbagi menjadi:

a-a, yaitu permukaan partikel. Dapat berubah dikarenakan ionisasi kimia,


adsorpsi molekul surfaktan, adsorpsi elektrolit lingkungan.
b-b, yaitu lapisan 1: lapisan Stern yang kuat dan bergerak bersama partikel.
c-c, yaitu lapisan 2. Disebut juga zeta potensial. Adanya difusi muatan
karena adanya perbedaan potensial antara permuakaan dengan muatan ion
tertentu dengan daerah elektronetral larutan.

Sifat Aliran Suspensi:

Pseudoplastis
Plastis
Tiksotropik
Dilatan

Sifat aliran suspensi ini ada karena adanya suspending agent, yang dikarenakan
adanya crosslink / struktur 3 dimensi pada monomer suspending agent yang tidak
sama.
Pada suspensi tidak boleh alirannya dilatan, karena semakin diberikan
tekanan/digojok akan meningkatkan viskositas. Untuk melihat adanya aliran
minimal didapat 6 titik. Untuk melihat viskositas, dilihat 1 titik pada 30-70% dengan
1 rpm dan 1 spindel.
Aliran Newtonian, setiap titik mempunyai viskositas yang sama.
Aliran Non-Newtonian, setiap titik mempunyai viskositas yang berbeda.
Proses Penambahan Bahan Pendispersi ke Larutan Terdispersi:

Propilen glikol maksimal 25%


Sorbitol bisa ditambah > 70%
Jumlah eksipien yang ditambahkan jika tidak bisa digranulasi tidak boleh >
20%.

Tahap Pembuatan Suspensi Cair:


1.
2.
3.
4.

Timbang zat aktif dan eksipien


Tahap pembasahan partikel terdispersi (paling penting)
Masukkan partikel terdispersi ke dalam larutan pendispersi aduk homogen
Masukkan eksipien dalam keadaan terlarut ke dalam larutan dalam volume
tertentu.
5. Add kan volume larutan sampai yang diinginkan.
6. Optimasi proses: waktu dan kecepatan pengadukkan, ukuran partikel
terdispersi, penambahan pembasah, metode pengembangan bahan
pensuspensi.
Proses Pembuatan Suspensi Rekonstitusi:
1. Cara serbuk. Kebaikannya: ekonomis dan lebih stabil. Kekurangan: problem
pemisahan dan kehilangan obat.

2. Produk granulasi. Kebaikan: penampilan lebih baik, yaitu sifat aliran,


pemisahan kecil, dan debu yang terjadi sedikit. Kekurangan: biaya produksi
tinggi karena enersi panas dan penambahan larutan penggranul dalam zat aktif
dan eksipien.
3. Kombinasi serbuk dengan granul. Kebaikan:ongkos produksi lebih kecil dan
menggunakan bahan termolabil.
Titik kritis pembuatan suspensi rekonstitusi:

Bahan pensuspensi mudah dikembangkan


Kadar air serbuk atau granul
Proses pencampuran serbuk
Proses penambahan bahan pewarna
Metode pemilihan pencampuran kering granulasi

Petunjuk Proses Pencampuran Kering Suspensi Rekonstitusi:


1. Gunakan pencampuran efisien yang berhubungan dengan batch skala pilot.
2. Tentukan waktu pencampuran serbuk. apabila terjadi friksi, maka suhu naik
eutektik.
3. Hindari akumulasi panas dan kelembaban selama pencampuran.
4. Batas variasi suhu dan kelembaban adalah: 40-70oC, 40%
5. Produk akhir disimpan bebas lembab dan ditambahkan silika gel.
6. Homogenitas zat aktif dilakukan secara sampling pada bagian atas, bawah,
tengah wadah pada saat pencampuran.
Suspensi Oral
Kebaikan:

Mudah ditelan
Dapat menutupi rasa pahit
Kaolin dan kapur sebagai absorban untuk racun dan mengurangi asam
lambung.

Keburukan:

Sediaan harus dikocok


Ketepatan dosis < larutan
Ketidakstabilan dalam penyimpanan kurang baik

Contoh Formula:

Magnesium Trisilikat
Magnesium Karbonat
Natrium Bikarbonat
Emulsi minyak pipermint
Air

Untuk Antasid:

Penambahan suspending agent tidak perlu terlalu banyak


Perhatikan kapasitas penetralan
Dosis tinggi double strength
Proses aseptik

Prosedur Penentuan Kapasitas Penetralan Asam:

Standarisai pH: lakukan kalibrasi pH meter menggunakan larutan dapar baku


kalium biftalat 0,05M dan kalium tetraoksalat 0,05M.
Larutan uji: tetapkan bobot jenisnya dan pakai dosis terkecil dari suspensi zat
aktif.
Prosedur penentuan: memakai HCl LV, aduk tepat 15 menit, kemudian
langsung titrasi. Pengujian dilakukan terhadap zat aktif dan sediaan.
Dilakukan pada suhu 37oC dengan penangas/jaket air.

Suspensi Eksternal
Dalam bentuk losio, dengan bahan pensuspensi: semi sintetik dan tidak dalam bentuk
film.
Penandaan:

Dikocok dahulu
Tidak boleh digunakan pada kulit yang luka

Contoh formula:

Kalamin
Zn oksida
Bentonit
Na-sitrat
Gliserol
Add air

January 4, 2009
ladytulipe
http://ladytulipe.wordpress.com/2009/01/04/suspensi/
2011-02-15

A mixture is a combination of two or more elements or compounds in any


proportion so that the components do not lose their identity. Air is an example
of a mixture (several gases mix to form air).
Mixtures are of two types, homogeneous and heterogeneous.

Homogeneous mixtures have the same composition throughout the


sample. The components of such mixtures cannot be seen under a
powerful microscope. They are also called solutions. Examples of
homogeneous mixtures are air, sea-water, gasoline, brass etc.

Heterogeneous mixtures consist of two or more parts (phases), which


have different compositions. These mixtures have visible boundaries of
separation between the different constituents and can be seen with the
naked eye e.g., sand and salt, chalk powder in water etc.

Classification of matter can be summarized as follows:

Separation of Mixtures
The separation of mixtures into its constituents in a pure state is an important
process in chemistry. The constituents of any mixture can be separated on the
basis of their differences in their physical and chemical properties e.g.,
particle size, solubility, effect of heat, acidity or basicity etc.
Some of the methods for separation of mixtures are:

Sedimentation or Decantation
Aim
To separate the mixture of coarse particles of a solid from a liquid e.g., muddy
river water.

Experiment
Aim
To separate the mixture of coarse particles of a solid from a liquid e.g., muddy
river water.

Principle
The coarse particles of the solid being heavier than the liquid (usually water),
settle down due to gravity. The clear upper layer of the liquid is then gently
poured out into another container. Settling down of the coarse particles due to
the effect of gravity is called sedimentation. The mechanical transfer of the
clear upper liquid without disturbing the settled solid particles is called
decantation.

Process
The mixture is taken in a container and allowed to stand for sometime. The
solid particles settle down with time. Settling down of the particles leaves the
upper layers of the liquid clearer. Bigger particles settle down faster than the
finer particles. Sometimes the sedimentation process is hastened by adding a
small quantity of alum. Al 3+ ions in alum cause the coagulation of the fine
particles by undergoing hydrolysis to Al(OH) 3 that has a strong tendency for
adsorption.

Fig: 1.1 - Separation of the coarse particles of a solid from a liquid by


sedimentation and decantation

Filtration
Aim
To separate the insoluble solid component of a mixture from the liquid
completely i.e. separating the precipitate (solid phase) from any solution.

Experiment
Aim
To separate the insoluble solid component of a mixture from the liquid
completely i.e. separating the precipitate (solid phase) from any solution.

Principle
The solvent molecules and the molecules/ions present in the solution can
pass through the porous membranes while the suspended particles cannot
and are retained on the porous membrane.

Process
The solution containing the suspended impurities is made to pass through the
porous membrane such as filter paper, filter cloth etc. The solvent or solution
containing dissolved substances passes through the porous membrane,
which is called filtrate. The insoluble solid suspended particles that remain on
the porous membrane is termed residue. When the suspended impurities are
very fine, a small amount of alum added to the suspension makes filtration
faster.

Fig:1.2 - Separation by filtration

Evaporation
Aim
To separate a non-volatile soluble salt from a liquid or recover the soluble
solid solute from the solution. The solvent is lost into the surroundings.

Experiment
Aim
To separate a non-volatile soluble salt from a liquid or recover the soluble
solid solute from the solution. The solvent is lost into the surroundings.

Principle
Liquids evaporate at all temperatures. Evaporation becomes faster at higher
temperatures.

Process
The solution containing the mixture is taken in a china dish and heated gently.
Gradually the solvent evaporates and the solution containing the dissolved
solute becomes thicker. The semi-solid mass left on the china dish is slowly
heated to dryness.

Fig: 1.3 - Evaporation of a solution

Crystallization
This method is used to separate a solid compound in pure and geometrical
form. A nearly saturated solution of an impure substance is prepared in a hot
solvent. The prepared solution is quickly filtered and the filtrate is then allowed
to cool slowly in a china dish. The resulting pure crystals that form are
removed with the help of a spatula. They are dried by pressing them between
the folds of filter papers and finally put into a dessicator.

Sublimation
This method is used to separate volatile solids, from a non-volatile solid. The
mixture is taken in a china dish covered with a perforated filter paper on which
an inverted glass funnel is placed to collect the vapours. Upon heating, the
substance vapourizes and gets deposited on the walls of the funnel. The nonvolatile substances are left in the dish.

Distillation
Distillation is used for separating the constituents of a liquid mixture, which
differ in their boiling points. Depending upon the difference in the boiling
points of the constituents, different types of distillation like fractional
distillation, steam distillation etc. are employed.

Magnetic Separation Method


Aim
To separate a magnetic component from a mixture containing non- magnetic
components.

Experiment
Aim
To separate a magnetic component from a mixture containing non-magnetic
components.

Principle
The magnetic component of the mixture is separated with the help of the
magnetic attraction.

Process
A magnet is moved over the mixture containing the magnetic substance e.g.,
iron filings. These get attracted to the magnet. The process is repeated until
the magnetic material is completely separated from the mixture.

Fig: 1.4 - Separation of a magnetic substance by a magnet

Gravity method
Aim
To separate mixtures in which components have different densities.

Principle
Particles with higher density settle to the bottom while the lighter particles are
separated through various processes such as winnowing (grain separation)
and washing (panning of gold in the river bed).

Process
Riverbed sand containing fine particles of gold is repeatedly washed in a pan
with flowing water. Gold particles settle to the bottom of the pan because of
higher density while lighter sand particles are washed over the edge of the
pan.

Solvent Extraction Method


Organic compounds, which are easily soluble in organic solvents but insoluble
or immiscible with water forming two separate layers can be easily separated.
The aqueous solution of the mixture is mixed with a small quantity of organic
solvent in a separating funnel. The separating funnel is stoppered and shaken
strongly. It is allowed to stand for some time. The organic liquid and water
form separate layers, which are collected by opening the stop-cock. The
aqueous layer is again transferred to the separating funnel. The process is
repeated with more organic solvent.

Chromatography
This technique is based on the differential adsorption of various components
of a mixture on a suitable adsorbent called the stationary phase while the
liquid in which the substance is dissolved is called the mobile or moving
phase. Depending on the nature of the two phases there are various types of
chromatography. In the method of adsorption chromatography used in column
chromatography the adsorbent alumina is packed in a column, which acts as
a stationary phase. The mixture is dissolved in a suitable solvent and the
solution is poured on top of this column. The mixture moves down and the
different components of the mixture get adsorbed in different strengths on the
alumina surface. The adsorbed components are then eluted out by the mobile
phase (solvent).
http://www.tutorvista.com/content/chemistry/chemistry-iii/chemistryconcepts/mixtures.php
2011-02-15

KI is a salt, just like "table salt" (which is "NaCl"). In either case, the salt molecules split into two ions when they dissolve in water:
KI + H2O -> K(+) + I(-) + H2O
Note that the water is not actually involved in the reaction (it dosen't change) and the charges on the ions cancel each other out.

http://answers.yahoo.com/question/index?qid=20080918064429AAogsmS
2011-03-25

Iodine is a violet dense solid, which is insoluble in water, but it is soluble in


non-polar solvents. When heated it gives a violet vapour that sublimes.
Iodine is soluble in a solution of potassium iodide due to the formation of
the soluble potassium tri-iodide.
KI

I2

==>

KI3

http://www.ucc.ie/academic/chem/dolchem/html/elem/elem053.html
2011-03-25

Iodine Solubility with KI


Name: Narayani
Status: other
Grade:
Location: N/A
Country: India
Question: Why is it that I2(iodine) which is otherwise insoluble in
water dissolves in water when a little amount of KI is added to the
water?
--------------------------------------Molecular Iodine (I[2]) reacts with the iodide ion (I[-1]) forming
the
triatomic ion (I[3])[-1] which is very water soluble. Iodine (I2)
also
reacts with polyvinylpyrrolidone by forming a "sandwich" between
adjacent
pyrrolidone rings. This substance is used in place of alcohol
solutions of
iodine as an antiseptic, under the trade name "Providone".
Vince Calder
====================================================================
Naryani,
Since I2 is a non-polar covalent molecule, it does not ionize in
water, nor
can it be soluble in the polar water.
KI, which is a polar, ionic compound, will ionize and dissolve in
water. When
KI dissolves in water, it ionizes to K(+) and I(-).
The I(-) will react with I2 to form I3(-). I3(-) being negatively
charged will

dissolve in water.
Greg (Roberto Gregorius)
====================================================================
There is a stable I3- ion in water.
It has an equilibrium:
I2 +
I- <--> I3- .
So the amount of iodine that will dissolve is proportional to the
amount of KI added.
You will have to look around to learn what is its structure and why
it stays bonded
together.
A solution of I2 and KI with matched concentrations is considered KI3
solution.
Often called potassium tri-iodide.
When pretty concentrated and fully saturated with I2,
it is about the mildest chemical solution that will dissolve gold.
So it is useful for making gold conductive patterns on ceramic
plates, used for microwave
electronics.
Jim Swenson
====================================================================

http://www.newton.dep.anl.gov/askasci/chem07/chem07215.htm
2011-03-25

Anda mungkin juga menyukai