KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |
d. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN)
e. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
f.
Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk
Penataan Ruang Wilayah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah
j.
k.
l.
m. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
Perda No. 3 Tahun 2006, tentang Penetapan Kawasan Agrowisata dan Jalur Hijau
dalam daerah Kota Payakumbuh.
Gambaran Umum
2.1.1
Letak Geografis
Kota Payakumbuh terletak di Propinsi Sumatera Barat. Secara geografis Kota Payakumbuh
terletak pada posisi 000-100sampai dengan 00-17 LS dan 1000 35 sampai dengan 100048 BT dengan luas wilayah + 80,43 Km2 atau setara dengan 0,19 % dari luas Propinsii
Sumatera Barat.
Jarak Antara Kota Payakumbuh ke Kota dalam Propinsi Sumatera Barat
Payakumbuh Padang
33
Bukittinggi (Km)
52
19
72
39
20
89
56
37
17
124
91
72
52
Sicincin (Km)
Lubuk Alung (Km)
35
Padang (Km)
12
18
10
31
23
13
13
49
41
29
29
18
62
54
44
44
28
Halaban (Km)
Lintau (Km)
Setangkai (Km)
13
Posisi dan letak Kota Payakumbuh yang sangat strategis hal ini dapat dilihat dari
aksesbilitas Sumbar-Riau. Kota Payakumbuh merupakan pintu gerbang masuk dari arah
Pekan Baru (sebagai PKN), serta menuju kota-kota besar di Sumatera Barat , seperti Kota
Bukittinggi sebagai pusat koleksi dan distribusi perdagangan skala regional yang juga
berfungsi sebagai salah satu kawasan strategis/andalan berdasarkan RTRWN dan RTRWP
beserta menuju Kota Padang serta kota-kota lainnya.
Berbagai jenis angkutan penumpang dan barang sangat ramai melewati Kota Payakumbuh,
dimana secara spatial Kota Payakumbuh ke Kota Pekanbaru memiliki jarak 188 km atau
dapat ditempuh dengan waktu 4,5 jam perjalanan dengan angkutan pribadi, sedangkan jarak
Kota Payakumbuh ke Kota Padang dapat ditempuh dengan waktu 2,5 3 jam perjalanan
atau dengan panjang 124 km, atau sama halnya jarak tempuh Kota Payakumbuh ke
Bandara Internasional Minangkabau dan kawasan Pelabuhan laut Teluk Bayur.
2.1.2
Wilayah Adminstratif
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebelah Timur
Untuk lebih jelasnya peta orientasi dan letak administrasi Kota Payakumbuh dapat dilihat
pada gambar 2-1 dan gambar 2-2.
Kota Payakumbuh memiliki luas 80,43 Km2 atau sama dengan 0,19% dari luas Propinsi
Sumatera Barat, untuk mengetahui perbandingan luas Kota Payakumbuh terhadap kota dan
kabupaten lain di Sumatera Barat dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1-1.
Kota
Padang
Solok
Sawah Lunto
Padang Panjang
Bukittingi
Payakumbuh
Pariaman
Kabupaten
Kepulauan Mentawai
Pesisir Selatan
Solok
Sawah Lunto Sijunjung
Tanah Datar
Padang Pariaman
Agam
Lima Puluh Kota
Pasaman
Dhamasraya
Pasaman Barat
Luas (Km2)
Presentase
694,96
57,64
273,45
23,00
25,24
80,43
73,36
1,64
0,14
0,65
0,05
0,06
0,19
0,17
6..011,35
5.794,95
3.738,00
3.130,80
1.336,00
1.328,79
2.232,30
3.354,30
4.447,63
2.961,13
3.387,77
42.297,21
14,21
13,70
8,84
7,40
3,16
3,14
5,28
7,93
10,52
7,00
8,01
100,00
Gambar 1-1.
Gambar 1-2.
2.1.3
Klimatologi
A.
Tipe Iklim
Tipe iklim di Kota Payakumbuh ditinjau dari beberapa system klasifikasi yang berlaku di
Indonesia.
a.
Berdasarkan system klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, wilayah studi tergolong
pada tipe iklim A (sangat basah). Iklim tipe A adalah iklim hujan tropis dengan nilai Q
antara 0.00 0.143.
b.
Menurut system klasifikasi iklim W. Koppen wilayah studi termasuk iklim tipe afa. Tipe
afa dicirikan dengan iklim hujan tropis dengan suhu normal, bulan terdingin diatas 18
C dan suhu bulan terpanas di atas 22 C.
c.
Berpedoman pada system klasifikasi iklim zona agroklimat yang dipublikasikan oleh
Oldeman Irsal Las dan S.N.Darwis (1979) dalam An agroclimatic map of Sumatera
wilayah studi tergolong pada zona agroklimat D1. Zona agrolimat D1 mempunyai
bulan basah (curah hujan diatas 200 mm) berturut-turut sebanyak 3 4 bulan dan
bulan kering (curah hujan di bawah 100 mm) berturut-turut kurang dari dua bulan.
Tabel 1-2.
Stasiun
Pengamat Hujan
Elovasi
(m dpl)
Tahun
Pengamatan
Payakumbuh
512
20
Jumlah
Bulan Kering
RataMaks
Frek
rata
1,1
3
2
Jumlah
Bulan Basah
RataMaks
Frek
rata
9,3
11
3
Tipe Hujan
Schmidt
dan
Ferguson
A
Nilai
Q
0,12
Tipe
Iklim
Koppen
Afa
Sumber : FH. Schmidt and J.H.A Ferguson. 1951. Rainfall Types Based On Wet And Day Preiods Ratio for
Indonesia With Western New Guine. Verhodelingon. 42
B.
Bulan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Data Curah Hujan dan Suhu Udara di Daerah Tanjung Pati dan
Sekitarnya (Tahun 2000 2005)
Rata-Rata Maks
Curah Hujan
Hari Hujan
(mm)
268
188
170
341
118
71
120
74
114
32,80
36,00
34,80
36,00
34,80
34,20
34,80
34,70
35,00
Min
Rata-rata
22,60
21,60
19,20
20,00
20,00
16,80
17,00
16,85
17,10
27,73
29,05
28,04
27,85
28,32
24,93
24,96
24,97
24,95
N
o
Rata-Rata Maks
Curah Hujan
Hari Hujan
(mm)
235
16
289
19
220
19
2.208
176
184
15
Bulan
10 Oktober
11 November
12 Desember
Rata-rata Tahunan
Rata-rata Bulanan
Min
33,20
33,40
34,30
34,50
-
Rata-rata
16,70
16,90
16,75
18,46
-
24,52
24,63
25,04
26,25
-
Sumber : Stasiun Klimatologi Tanjung Pati Dinas PSDA Propinsi Sumatera Barat
2.1.4
Secara topografis wilayah studi dapat dikelompokkan atas enam kelas kemiringan lahan,
yaitu datar (0 2 %), agak landai (3 8 %), landai (8 15 %), agak curam (15 30 %),
curam (30 45 %) dan sangat curam (> 45%). Secara umum Kota Payakumbuh
berdasarkan kondisi topografinya dengan tingkat kemiringan (0-2%) 82,08% atau sekitar
6.601,7 Ha. Untuk lebih jelasnya distribusi tingkat kemiringan lahan di Kota Payakumbuh
dapat dilihat pada tabel VII-1.
Tabel 1-4.
N
o
1
2
3
4
5
6
Kemiringan Lahan
Datar
Agak Landai
Landai
Agak Curam
Curam
Sangat Curam
Luas
Lereng
(%)
0-2
2-8
8-15
15-30
30-45
45-60
Kelas
A
B
C
D
E
F
(Luas)
Ha
%
6,601.7
82.08
304.0
3.78
588.8
7.32
112.6
1.40
298.4
3.71
137.5
1.71
8,043.0
100.00
Area Kota Payakumbuh 80,43 km2 (8043 ha) terletak di utara gunung api podam
(G.Malintang, 2262 m dpl). Elevasi Kota Payakumbuh, sekitar 500 m dpl, dibedakan atas
dua satuan morfologi, yaitu satuan dataraan dan satuan perbukitan. Satuan morfologi
dataran dengan luas 7423,75 ha atau 92,30 % menempati bagian terjal hingga ke batas
utara kota, mencakup Kecamatan Payakumbuh Barat, Payakumbuh Timur, Payakumbuh
Utara dan Kecamatan Lamposi Tigo Nagari.
Satuan morfologi perbukitan menempati bagian selatan yaitu Kecamatan Payakumbuh
Selatan.Secara menyeluruh morfologi (bentang alam) Kota Payakumbuh memeiliki relief
dengan kemiringan lereng beragam dari 0 % (datar) hingga lebih dari 40 % (curam).
Kelerengan 0% s/d 15 % dengan klasifikasi datar hingga landai. Pada satuan morfologi
dataran, menempati terbesar area yaitu 92,30 %. Sisanya, relief satuan perbukitan yaitu
7,70 % area, menempati bagian selatan (lihat peta kelerengan). Berpedoman pada system
klasifikasi landform sesuai dengan tanah yang dikemukakan oleh Marsoedi, Widigdo dan S.
Hardjo Wigeno (1995), wilayah Kota Payakumbuh dapat dikelompokkan atas tiga kelompok
utama landform, yaitu :
a. Grup Aluvial
Grup alluvial (A) merupakan landform muda (resend an sub resen) yang terbentuk
melalui proses fluvial atau aktivitas sungai ataupun gabungan dari proses alluvial
dan koluvial. Proses alluvial berasal dari sungai yang terdapat di Kota Payakumbuh,
yaitu Sungai Batang Agam dan Batang Sinamar. Grup Aluvial di wilayah studi
diturunkan menjadi sub grup dataran alluvial dan dataran alluvial koluvial. Bentuk
wilayah datar sampai berombak dengan kemiringan lahan datar (0 2 %) dan agak
landai (2 8 %).
PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH
Gambar 1-3.
Grup vulkanik
Grup vulkanik (V) merupakan landform yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik /
gunung berapi dari Gunung Melintang. Landform ini tersebar dengan luasan relative
kecil di sebelah selatan Kota Payakumbuh dan termasuk sub group lereng bawah
vulkanik (volcano lower slope) yang merupakan akumulasi bahan vulkanik.
2.1.5
A.
Humus dan Soil (tanah) ; dengan ketebalan beragam dari beberapa sentimeter
hingga beberapa meter.
2)
Aluvial sungai (Q al) terdiri dari ; lempung, pasir, kerikil dan bongkah batuan
beku dan kwansit, diendapkan disepanjang dataran banjir. Ketebalan bervariasi
dapat mencapai puluhan meter.
3)
4)
Malihan, anggota Filit dan Serpih Formasi Kuantan (PCks) : mayoritas terdiri
dari serpih dan filit kemerahan sampai coklat tua menandung sisipan tipis
batusabak kelabu, kwansit, batu lanan, rijang kelabu dan lava andesit sampai
basalt. Pada kontak dengan batuan intrusi, PCks bermalih menjadi sekis, genes
dan batu tanduk.PCks berhubungan secara menjari-jemari (interfingering)
dengan PCkl dan PCkg, dengan tebal keseluruhan mencapai 5000 m, berumur
Permo-Karbon.
5)
Malihan, anggota batu gamping formasi kuantan (PCkl) : Batu gamping pejal,
berongga, putih kelabu hingga kemerahan. Mengandung sisipan tipis
batusabak, filit, serpih terkensikkan dan kwansit. Umumnya membentuk
topografi kasar, berumur karbon. Di Kota Payakumbuh, material PCks dan PCkl,
tersingkap (exposed) di batas barat daya kota, dan menjadi salah satu objek
wisata digua Nagalau Indah.
6)
7)
8)
Volkanik : Andesit sampai basalt (Ta) : aliran lava yang tak dipisah, breksi,
aglomerat dan batuan hipabisal berkomposisi andesit sampai basalt. Berumur
miosen (Tersier atas). Tersingkap dibarat daya perbukitan batugamping (PCkl)
dibatas barat daya Kota Payakumbuh.
Data struktur geologi yang ada di Kota Payakumbuh, hanya satu kedudukan struktur lapisan
pada sedimen formasi brani yaitu sudut kemiringan (dip) lapisan 25 0 dengan atah kemiringan
(dip direction) kearah selatan dilereng utara Gunung Malintang (Silitonga
Kastowo,1975).Data perihal kehadiran struktur patahan (sesar) maupun kekar (joint), nihil.
Namun, data regional memperlihatkan bahwa Kota Payakumbuh di kelilingi oleh tiga zona
patahan besar yaitu :
a.
b.
c.
10
Ketiga zona patahan tersebut, diluar wilayah administrasi Kota Payakumbuh, namun hal
tersebut diatas perlu diantisipasi sebagai kawasan yang akan terkena dampak sebagai
kawasan evakuasi bencana alam, dari wilayah sekitarnya.
B.
Tanah
Klasifikasi tanah yang digunakan mengikuti system klasifikasi tanah dari pusat penelitian
tanah (1983) dan disetarakan dengan system klasifikasi tanah soil Taaconomy (2006) dan
system FAO-UNESCO (1990). Berdasarkan system klasifikasi tanah Pusat Penelitian Tanah
(1983), di Kota Payakumbuh terdapat (9) sembilan macam tanah yaitu : Aluvial Distrik,
Aluvial Gleiik, Kambisol Gleiik, Kambisol Distrik, Kambisol Litik, Podsolik Ortik, Podsolik,
Podsolik Humik, Latosol Humik. Klasifikasi tanah berdasarkan sistem klasifikasi tanah yang
berlaku di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1-5.
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Pusat Penelitian
Tanah(1983)
Aluvial Distrik
Aluvial Gleik
Gleisol Hidrik
Kambisol Distrik
Kambisol Gleik
Kambisol Litik
Podsolik Ortik
Podsolok Humik
Latosol Humik
Soil Taxonomy
(Soil Survey Staff, 2006)
Typic Udifluvents
Aquic Udifluvents
Typic Endoaquepts
Typic Dystrudepts
Aquic Dystrudepts
Lithic Dystrudepts
Typic Hapludults
Typic Haplohumalt
Oxic Dystrudepts
FAO-UNESCO
Dystric Fluvisols
Glegic Fluvisols
Hydric Gleysols
Dystric Cambisols
Glegic Cambisols
Lithic Cambisols
Haplic Acrisols
Humic Acrisols
Humic Ferralsols
Berdasarkan pada unsur-unsur penyusunan satuan peta tanah (SPT) yang terdiri dari
beberapa macam tanah, kemiringan lereng, posisi fisiografi dan bahan induk tanah terdapat
15 satuan peta tanah. Sebanyak 15 satuan peta tanah tersebut disajikan pada tabel berikut
ini dan pembagian dari masing-masing satuan peta tanah dapat dilihat pada gambar berikut.
1. Aluvial
Tanah alluvial merupakan tanah mineral yang belum mengalami perkembangan
horizon. Bahan induk tanah berasal dari endapan alluvium sungai terutama Sungai
Batang Agam dan Sungai Sinamar. Tanah ini tersebar pada satuan fisiografi yaitu
dataran alluvial dengan kemiringan lereng adalah datar (0 -2 %). Pemanfaatan lahan
saat ini adalah areal persawahan, permukiman dan ladang / kebun campuran. Jenis
tanah alluvial di wilayah studi dikelompokkan dua macam tanah yakni alluvial distrik
dan alluvial gleik
Sifat dan karakteristik tanah dicirikan dengan drainase tanah sedang sampai sangat
terhambat, permeabelitas tanah sedang sampai lambat dan tanah agak dalam (60
80 cm). tekstur tanah bervariasi lempung ;iat dan lempung liat berdebu. K2O total
rendah, K dapat ditukar rendah, P total sedang dan P tersedia sangat rendah.
Kapasitas tukar kation (KTK) rendah. Reaksi tanah masam (Ph 4,5 5,5). Status
kesuburan tanah rendah.
11
Tabel 1-6.
SPT
Jenis Tanah
Lereng (%)
Posisi Fisiografi
1
2
3
Aluvial Distrik
Aluvial Gleiik
Kambisol Gleiik
Datar (0 - 2)
Datar (0 - 2)
Datar (0 - 2)
4
5
6
Gleisol Hidrik
Kambisol Distrik
Kambisol Gleiik
Datar (0 - 2)
Datar (0 - 2)
Agak landai (2 - 8)
7
8
9
Kambisol Distrik
Kambisol Distrik
Padsolik Ortik
Landai (8 - 15)
Landai (8 - 15)
Landai (8 - 15)
10
11
12
13
Padsolik Humik
Padsolik Humik
Padsolik Humik
Kambisol Litik
14
Latosol Humik
Landai (8 - 15)
15
Latosol Humik
Dataran Aluvial
Dataran Aluvial
Dataran Aluvial
Dataran
Dataran
Dataran
aluvialkoluvial
Perbukitan kecil
Perbukitan kecil
Lereng
Bawah
Perbukitan
Perbukitan
Perbukitan
Perbukitan
Perbukitan terpisah
Lereng
vulkanik
Lereng
vulkanik
Total
Luas
bawah
Batuan sedimen
Batuan sedimen
Batuan sedimen
Batuan vulkanik
Intrusi
Batuan vulkanik
bawah
Batuan vulkanik
&
Ha
423.06
754.43
2,767.60
%
5.26
9.38
34.41
2,538.37
118.23
304.03
31.56
1.47
3.78
58.71
86.06
186.60
0.73
1.07
2.32
112.60
171.32
84.45
53.08
1.4
2.13
1.05
0.66
257.38
3.2
127.08
1.58
8,043.00
100
2. Gleisol
Tanah gleik merupakan tanah mineral yang selalu tergenang air dan tanahnya belum
matang (unriped soil). Bahan induk tanah berasal dari bahan tufa batu apung. Tanah
ini tersebar pada satuan fisiografi. System dataran dengan kemiringan lahan datar (0
2 %) koluvial. Jenis tanah gleisol diwilayah studi dikelompokkan pada gleisol hidrik.
Sifat dan karakteris tanah dicirikan dengan drainase tanah sangat terhambat,
permeabilitas tanah sangat lambat dan kedalaman tanah agak dalam (51 75 cm).
tekstur tanah halus (liat, lempung liat dan liat berdebu). K2O total sedang, P total
sedang dan P tersedia rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) rendah dan kejenuhan
basa (KB) rendah. Kandungan C-Organik tergolong sedang dan reaksi tanah sangat
masam (Ph < 4,5). Status kesuburan tanah tergolong rendah.
3. Kambisol
Tanah kambisol merupakan tanah yang sedang berkembang dengan horizon, penciri
horizon kambik atau horizon A umbuik atau molik tanpa memperlihatkan gejala
hidromorfik. Bahan induk tanah ada yang berasal dari batuan sediment masam dan
ada yang dari tufa batu apung. Secara fisiografis tanah ini tersebar pada satuan
fisiografis dataran berombak alluvial-koluvial, lereng bawah perbukitan, dataran
vulkanik dan perbukitan terpisah dengan kemiringan lahan bervariasi dari agak landai
(3 8 %), landai (8 15 %), curam (30 45 %) dan sangat curam (> 45%). Tanah
kambisol di wilayah studi dikelompokkan atas tiga macam tanah yaitu kambisol distrik,
kambisol gleik dan kambisol litik.
Sifat dan karakteristik tanah dicirikan dengan drainase sangat terhambat baik,
permeabelitas tanah sangat lambat agak cepat dan tekstur tanah lempung liat,
lempung, lempung berdebu dan lempung liat berpasir. Kedalaman tanah bervariasi
PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH
12
dari cukup dangkal (30 50 cm) sampai agak dalam (51 75 cm). Kandungan K2O
total rendah sedang, P total rendah sedang, dan P tersedia rendah. Kapasitas
tukar kation (KTK) rendah dan kejenuhan basah (KB) rendah. Kandungan C-organik
rendah sedang dan reaksi tanah masam (Ph 4,5 5,5). Status kesuburan tanah
tergolong rendah.
4. Padsolik
Tanah padsolok merupakan tanah mineral yang mempunyai horizon argilik dan
kejenuhan basa kurang dari 35%. Bahan induk tanah berasal dari batuan sediment
masam. Secara fisiografis tanah ini tersebar pada dataran fisiografis perbukitan dan
perbukitan dalam pola rendah. Tanah pasolik di wilayah studi di kelompokkan atas dua
macam tanah yakni Padsolok ortik dan padsolik humik.
Sifat dan karakteristik tanah dicirikan dengan drainase tanah sedang, permeabelitas
tanah sedang dan kedalaman tanah tergolong dalam (100 120 cm). tekstur halus
(liat dan liat berdebu). Kandungan K2O total sedang, kandungan P-total rendah
sedang dan P-tersedia rendah. Kapasitas takar kation (KTK) rendah sedang dan
kejenuhan basa (KB) rendah sedang. Kandungan C-organik rendah tinggi dan
reaksi tanah masam (Ph 4,5 5,5). Status kesuburan tanah tergolong rendah.
5. Latosol
Tanah latosol merupakan tanah mineral yang telah berkembang. Bahan induk tanah
berasal dari batuan vulkanik. Penyebaran tanah ini secara fisiografis terdapat pada
lereng bawah vulkanik. Pemanfaatan lahan saat ini merupakan ladang dan kebun
campuran. Jenis tanah latosol di wilayah studi termasuk pada tingkat tanah latosol
humik.
Sifat dan karakteristik tanah dicirikan dengan drainase tanah baik, permeabilitas tanah
agak cepat dan saluran tanah dalam (100 120cm). Tekstur tanah halus (liat berdebu
sampai liat), kandungan K2O total tinggi, P total dan P tersedia rendah. Kapasitas
takar kation (KTK) tinggi dan kejenuhan basa (KB) sedang. Kandungan C-organik
tinggi dan reaksi tanah masam (Ph 4,5 5,5). Status kesuburan tanah tergolong
rendah.
Sifat dan karakteristik tanah untuk masing-masing satuan peta tanah (SPT) yang ada
di wilayah administrasi Kota Payakumbuh dapat dilihat pada tabel I-7.
C.
Geomorfologi
Geomorfologi (pola bentang alam) Kota Payakumbuh, hampir monoton, yaitu sebagai
dataran (92,30 %). Hanya 7,70 % sebagai perbukitan dengan elevasi maksimum + 825 m
dpl. Seluruh perbukitan terletak di batas barat daya dan selatan Kota payakumbuh, dan
tidak/belum signifikan untuk perkembangan Payakumbuh sebagai suatu kota cirri
geomorfologi paling menonjol adalah jaringan alur sungai yang secara umum mengalir dari
barat daya ke timur laut dan bergabung ke Batang Sinamar. Ke-7 alur sungai di Kota
Payakumbuh yaitu Batang Lampasi, Batang pulau, Batang Agam, Batang Sikdi, Sungai
talang, Sungai Baih, dan Batang Sinamar.
Sepanjang alur-alur sungai demikian merupakan tempat alumulasi endapan alluvial yang
membentuk dataran alluvial. Namun, mayoritas material pembentuk dataran Kota
Payakumbuh adalah hasil kegiatan gung api (lihat peta geologi).
13
Tabel 1-7.
14
Gambar 1-4.
15
2.1.6
Hidrologi
Dikota Payakumbuh juga memiliki sumber air baku yang cukup potensial, adalah sebagai
berikut :
Sungai Batang Agam
Merupakan sumber air yang berasal dari air permukaan dengan debit air mencapai
3,38 m3/detik sampai 6,30 m3/detik. Sedangkan pada saat kemarau debit air sebesar
4,40 m3/detik.
Mata Air Bulakan
Mata air ini berada di Kelurahan Limbukan, Kecamatan Payakumbuh Barat. Selain
sebagai sumber air baku, mata air ini juga dimafaatkan untuk lahan pertanian dan
perikanan. Sumber air mempunyai tiga buah outlet dari dua bangunan penangkap
mata air tersebut dengan debit sebesar 325 liter/detik.
Sungai Batang Lampasi
Sungai ini mengalir melewati Kelurahan Koto Panjang, Sungai Durian, Payonibung,
Talawi, Balai Betung dan Kelurahan Tanjung Enau. Sungai ini dimanfaatkan sebagai
kegiatan pertanian, perikanan dan peternakan
Sungai Batang Sinamar
Dalam suatu perencanaan sangat erat kaitannya dengan jumlah dan perkembangan
penduduk, dimana perencanaan dilakukan berorientasi pada kebutuhan penduduk.
Penduduk dengan jumlah yang terus bertambah dan kegiatannya yang kompleks sementara
lahan yang tersedia terbatas maka perencanaan sangat berperan untuk mengatur penduduk
dan kebutuhan terhadap segala kegiatannya yang kompleks.
Perkembangan wilayah tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan sangat dipengaruhi
oleh dinamika dari berbagai hal, terutama aktivitas yang terdapat di dalam maupun di sekitar
wilayah tersebut. Aktivitas yang beraneka ragam dapat menentukan tingkat dinamika suatu
wilayah. Dalam hal ini, aspek yang paling mempengaruhi aktivitas adalah penduduk karena
mereka adalah pelaku utama dari aktivitas itu sendiri, selain juga dipengaruhi oleh aspek
sumber daya alam dan aspek-aspek penting lainnya.
Dengan memperhatikan dinamika wilayah, maka dalam suatu rencana tata ruang wilayah
perlu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan penduduknya. Hal ini diperlukan
agar dapat diperoleh informasi dasar untuk suatu pengembangan wilayah. Dengan
mengetahui kondisi penduduk suatu wilayah secara menyeluruh maka selanjutnya dapat
diperkirakan mengenai tingkat kebutuhan dan kepentingan penduduk yang harus dipenuhi
berdasarkan potensi-potensi yang ada baik untuk saat ini maupun masa yang akan datang.
Hal ini penting untuk diperhatikan karena penduduk adalah subyek dan obyek pembangunan
itu sendiri.
16
Gambar 1-5.
17
Tabel 1-8.
Kepadatan Penduduk/Kelurahan
18
Uraian
Tahun
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Pertumbuhan (%)
Pertumbuhan rata-rata (%)
2003
101878
2004
102540
0.65
2007
104969
0.79
2008
105994
0.98
0.80
3.1.1
Luas Wilayah Kota Payakumbuh yang mencapai 80,43 km memiliki kepadatan 1275
jiwa/km (tahun 2004) dan meningkat menjadi 1.318 jiwa/kmpada tahun 2008. Dengan
demikian selama periode 2004-2008 terdapat kenaikan kepadatan penduduk di Wilayah
sarbagita rata-rata 1,65 persen setahun. Khusus kawasan perkotaan Kota Payakumbuh
dengan luas 8043 ha kepadatan yang terjadi adalah sebesar 13 jiwa/ha.
Kota Payakumbuh memiliki kepadatan penduduk tertinggi yakni 22 jiwa/ha, sedangkan
wilayah lainnya relatif masing di bawah 15 jiwa/ha, kecuali Kecamatan Payakumbuh Utara
(18 jiwa/ha), dan dapat dilihat pada tabel IV-1. Kepadatan penduduk tinggi di Wilayah Kota
Payakumbuh, khususnya Kecamatan Payakumbuh Barat dan Payakumbuh Timur
memungkinkan wilayah ini menjadi dominan dibandingkan wilayah-wilayah lainnya di Kota
Payakumbuh yang ditunjukkan oleh derasnya arus migran masuk ke wilayah ini
dibandingkan dengan kecamatan lainnya seperti Payakumbuh Selatan dan Kecamatan
Lamposi Tiga Nagari sebagai kecamatan baru defenitif pada tahun 2009. Hal ini akan
berdampak pada ketimpangan demografis yang berlanjut pada ketimpangan ekonomi.
Tabel 1-10.
No.
Kecamatan
1.
2.
3.
4.
Payakumbuh Barat
Payakumbuh Timur
Payakumbuh Utara
Payakumbuh
Selatan
Lamposi Tigo Nagari
Jumlah
5.
Luas
(Ha)
1,908
2,273
1,453
1,467
942
8,043
2005 (jiwa/ha)
Jumlah
Density
40620
21
21418
9
25891
18
7565
5
2006 (jiwa/ha)
Jumlah
Density
40818
21
21789
10
26069
18
7609
5
2007 (jiwa/ha)
Jumlah
Density
40960
21
21953
10
26255
18
7742
5
2008 (jiwa/ha)
Jumlah
Density
41310
22
22167
10
26680
18
7868
5
8041
102540
7836
103330
7861
104146
8059
104969
7969
105994
9
13
8
13
8
13
9
13
19
8
13
Gambar 1-6.
Eksisting
20
3.1.2
3.2
Pada tahun 2008 enduduk Kota Payakumbuh adalah sebanyak 105.994 jiwa, dimana jumlah
penduduk produktifnya (usia 1564 tahun) adalah sebesar 55% dari jumlah penduduk
keseluruhan, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk usia non produktif (usia 65+ tahun)
dimana sebesar 35% maka akan diperoleh hasil dependency ratio yaitu sebesar 64%. Dapat
diartikan bahwa setiap 100 orang penduduk produktif harus menanggung 64 orang
penduduk dengan usia non produktif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa beban
tanggungan penduduk produktif di Kota Payakumbuh relative rendah, sehingga dapat
berdampak kepada tingkat kesejahteraan penduduknya. Lebih jelasnya struktur umur Kota
Payakumbuh berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1-11.
Struktur Penduduk Kota Payakumbuh
Berdasarkan Kelompok Umur Di Kota Payakumbuh Tahun 2008
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Kelompok Umur
0-4
5 -9
10 -14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65+
Jumlah
Jumlah (Jiwa)
10,629
10,413
11,010
10,629
7,051
7,651
8,343
6,722
8,581
7,866
5,752
4,102
2,178
5,067
105,994
(%)
10.03
9.82
10.39
10.03
6.65
7.22
7.87
6.34
8.10
7.42
5.43
3.87
2.05
4.78
100.00
3.3
Jumlah penduduk angkatan kerja di Kota Payakumbuh pada tahun 2008 adalah 48.298 jiwa,
44.972 jiwanya adalah penduduk yang sudah bekerja artinya 93% dari penduduk angkatan
kerja sudah mempunyai pekerjaan diberbagai lapangan usaha. Diketahui lebih dari 34% dari
jumlah penduduk yang bekerja bermata pencaharia pada sektor perdagangan dan jasa,
rumah makan, dan hotel. Dan hanya 11,10% bermata pencaharian di sektor industri.
21
Tabel 1-12.
Jumlah Presentase Penduduk
Berdasarkan Mata Pencaharian Di Kota Payakumbuh
No.
1
2
3
Lapangan Usaha
Pertanian
Industri
Perdagangan, Rumah Makan
dan Hotel
4
5
Jasa Kemasyarakatan
Lainnya
Jumlah
Jumlah
8,840
4,993
15,315
%
19.66
11.10
34.05
10,172
5,652
22.62
12.57
44,972
100.00
Jumlah penduduk angkatan kerja di Kota Payakumbuh yang sudah bekerja lebih dominan,
dimana jumlah pengaguran didaerah ini relative rendah yaitu sebanyak 6,8% dari jumlah
angkatan kerja. Artinya tingkat perekonomian dan kesejahteraan penduduk di Kota
Payakumbuh cukup berkembang dengan baik, yang tidak bertumpu lagi pada sektor
pertanian melainkan telah berkembang pada sektor perdagangan dan jasa. Adanya
koordinasi dari pihak pemerintah daerah dengan swasta sudah cukup baik, sehingga cukup
tersedianya lapangan pekerjaan di Kota Pakumbuh yang dapat mengurangi angka
pengangguran.
3.4
Tingkat Pendidikan
TK
SD
SLTP
SLTA
Tingkat Partisipatif
63.5
118.6
102.3
110.9
Tingkat partisipatif penduduk usia SD adalah sebesar 63,5 artinya setiap 63 penduduk usia
SD ada 5 orang yang tidak sekolah atau tidak terlayani oleh sarana pendidikan. Pada tingkat
SMA tingkat pratisipatif penduduk adalah sebesar 110,9 yang artinya setiap 110 orang
penduduk usia sekolah SMA 9 orang diantaranya tidak mengenyam pendidikan SMA.
3.4.1
22
Berdasarkan laju pertumbuhan penduduk Kota Payakumbuh yakni 0,8%. Proyeksi jumlah
penduduk Payakumbuh 20 tahun mendatang dapat diketahui dengan menggunakan metode
bunga berganda. Pertimbangan penggunaan metode tersebut berdasarkan karakteristik
pertumbuhan penduduk disetiap tahunnya.
Jumlah penduduk awal yang dijadikan dasar perhitungan adalah penduduk pada tahun
2008. Sedangkan untuk tingkat pertumbuhan penduduk yang digunakan adalah tingkat
pertumbuhan penduduk rata-rata berdasarkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2003
sampai 2008 yaitu sebesar 0,8%. Berdasarkan variabel-variabel tersebut kemudian dihitung
proyeksi penduduk untuk 20 tahun mendatang. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan metode bunga berganda yaitu menganggap perkembangan jumlah
penduduk akan berganda dengan sendirinya. Disini dianggap tambahan jumlah penduduk
akan membawa konsekuensi bertambahnya tambahan jumlah penduduk.
Gambar 1-7.
Pertumbuhan Penduduk
Di Kota Payakumbuh Pada Tahun 2004 - 2008
Kecamatan
Luas (Km2)
Payakumbuh Barat
Payakumbuh Timur
Payakumbuh Utara
Payakumbuh Selatan
Lamposi Tigo Nagari
Jumlah
19.08
22.73
14.53
14.67
9.42
80.43
2010
41,974
22,523
27,109
7,994
8,097
107,697
2030
49,225
26,414
31,792
9,376
9,496
126,303
3.4.2
23
Berdasarkan data dan hasil proyeksi jumlah penduduk dapat diketahui penyebaran
(distribusi) penduduk Kota Payakumbuh. Jumlah penduduk terbesar untuk tahun 2008 yaitu
di Kecamatan Payakumbuh Barat, Timur dan Payakumbuh Utara. Fenomena ini
memperlihatkan bahwa pada kecamatan tersebut tempat terkonsentrasinya kawasan
pemukiman. Berdasarkan hasil perhitungan jumlah penduduk dapat diketahui bahwa
distribusi penduduk di Kota Payakumbuh Tahun 2010, 2015, 2020, 2025 dan Tahun 2030
dapat dilihat pada Tabel 1-15
Tabel 1-15.
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
Kecamatan
Payakumbuh Barat
Payakumbuh Timur
Payakumbuh Utara
Payakumbuh Selatan
Lamposi Tigo Nagari
Jumlah
2010
41,974
22,523
27,109
7,994
8,097
107,697
19.08
22.73
14.53
14.67
9.42
80.43
2030
49,225
26,414
31,792
9,376
9,496
126,303
3.4.3
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah penduduk Kota Payakumbuh tahun 2008 sebesar
105.994 jiwa dan luas wilayah Kota Payakumbuh 8043 Ha, maka diketahui kepadatan ratarata Kota Payakumbuh Tahun 2008 adalah 13 jiwa/Ha, sementara itu jika dilihat per
kecamatan terlihat pola distribusi kepadatan sebagai berikut:
Kecamatan
Payakumbuh Barat
Payakumbuh Timur
Payakumbuh Utara
Payakumbuh Selatan
Lamposi Tigo Nagari
Jumlah
1908
2273
1453
1467
942
8043
2010
22
10
19
5
9
13
2030
26
12
22
6
10
16
Hal ini memperlihatkan bahwa pola komposisi kepadatan penduduk antara tahun 2010 dan
2030 mengalami perubahan, yaitu pada tahun 2030 kepadatan penduduk di beberapa
kecamatan semakin meningkat sehingga tidak lagi berada dalam klasifikasi yang sama
PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH
24
seperti pada tahun 2008. Berdasarkan klasifikasi tersebut di atas diketahui bahwa kawasan
pusat kota masih memiliki kepadatan tertinggi, sehingga perlu segera diantisipasi dengan
kebijakan untuk menyebarkan penduduk.
4.1
Gempabumi adalah fenomena pelepasan energi secara mendadak (kejut), dimana energy
tersebut merambat sebagai gangguan (disturbances) pada material bumi penambahan
gangguan ( propagition of distarbances ) tersebut berupa pola gelombang dimana tekanan
(kompresi) tinggi berselang-seling dengan tekanan rendah. Merambat pada material didalam
dan dipermukaan bumi. Efek dari gempa bumi terhadap material dari permukaan bumi.
adalah terjadinya getaran dengan berbagai kekuatan dan arah.
Untuk Kota payakumbuh, meskipun jauh dari zona patahan yang biasa menghasilkan
episentrum gempa bumi, tetap akan menerima penjalanan energi gempa bumi. Efek secara
menyeluruh terhadap stabilitas wlayah Kota Payakumbuh tergantung dari 4 faktor, yaitu :
sifat fisik dan keteknikan material (tanah,batu), kemiringan lereng, karakter gempa bumi, dan
struktur geologi. Efek secara menyeluruh tersebut, diungkapkan sebagai tipologi kerawanan
terhadap gempabumi dan kelas stabilitas wilayah.
Tabel I-17 menunjukkan matriks pembobotan untuk stabilitas wilayah Kota Payakumbuh
terhadap gempa bumi. Dengan menghitung ke-4 faktor yang disetarakan ke nilai
kemampuan dan pembobotan, maka untuk Kota Payakumjbuh diperoleh skor 31, yaitu
termasuk kedalam zona tipologi kerawanan A, dengan kelas stabilitas kurang stabil
mendekati zona aman.
4.2
Longsor adalah suatu proses perpindahan massa tanah atau batuan dengan arah miring
dari kedudukan semula, sehingga terpisah dari massa yang mantap, karena pengaruh
gravitasi dengan jenis gerakan berbentuk rotasi dan translasi.
Kerawanan terhadap bencana longsor diukur berdasarkan tingkat kerawanan fisik alamiah
dan tingkat kerawanan karena aktivitas manusia.
Aspek Fisik Alamiah :
Dari aspek fisik alamiah, tingkat kerawanan terhadap longsor diindikasikan oleh 7
petunjuk (indikator) yaitu : kemiringan lereng, kondisi tanah, batuan penyusun lereng,
curah hujan, tata air lereng, kegempaan, dan vegetasi. Setiap indicator memiliki bobot
peran yang berbeda dalam suatu peristiwa longsor. Bobot tertinggi 30 % untuk
kemiringan lereng, 20 % batuan penyusun lereng, curah hujan dan kondisi tanah
25
Informasi geologi
Kelas Informasi
2.
3.
Kemiringan Lereng
Kegempaan
4.
Struktur Geologi
Ritcher
VIII
0.15-0.30
6.0-6.5
Jauh dari zona sesar (10-20 km) dari zona
patahan
Total Jumlah Skor
Nilai
Kemampuan
2
Bobo
t
3
Sko
r
6
2
3
3
5
6
15
31
26
Tidak Stabil
60 55 50
F
E
Kurang Stabil
45 40 35 30
D
C
B
A
Stabil
15
Zona Aman
Tabel 1-19. Kriteria dan Indikator Tingkat Kerawanan Untuk Zona Berpotensi Longsor
Tipe , Berdasarkan Aspek Fisik AlamiDi Kota Payakumbuh
No.
Indikator
(1)
1.
(2)
Kemiringan
Lereng
Kondisi
Tanah
2.
Bobot
Indikator
(3)
30%
Sensitivitas Tingkat
Kerawanan
(4)
Sedang
15%
Rendah
3.
Batuan
Penyusun
Lereng
20%
Rendah
4.
Curah Hujan
15%
Sedang
5.
Tata
Lereng
7%
Sedang
6.
Kegempaan
3%
Rendah
7.
Vegetasi
10%
Sedang
Jumlah Bobot
Air
Bobot
Penilaian
(6)
1
Nilai Bobot
Tertimbang
(7)
0,30
0,15
0,20
0,30
0,14
0,03
0,20
Veriver
(5)
Kemiringan 0%-8%
100%
1,32
Tabel 1-20. Kriteria dan Indikator Tingkat Kerawanan Untuk Zona Berpotensi Longsor,
Berdasarkan Aspek Aktivitas Manusia Di Kota Payakumbuh
27
No.
Indikator
Bobot
Indikator
(3)
10%
Sensitivitas Tingkat
Kerawanan
(4)
Rendah
Veriver
Nilai Bobot
Tertimbang
(7)
0,20
(1)
1.
(2)
Pola Tanam
2.
Penggalian dan
Pemotongan
Lereng
20%
Sedang
Intensitas
penggalian/pemotongan rendah
dan memperhatikan geoteknik
0,40
3.
Pencetakan
Kolam
10%
Sedang
0,20
4.
Drainase
10%
Rendah
0,10
5.
Pembangunan
Konstruksi
20%
Sedang
Beban
konstruksi
belum
melebihi daya dukung tanah
0,40
6.
Kepadatan
Penduduk
Usaha Mitigasi
20%
Sedang
0,40
10%
Sedang
0,20
7.
Jumlah Bobot
(5)
Dimanfaatkan sebagai sawah
dan atau ladang
Bobot
Penilaian
(6)
2
100%
1,90
Kurang
1
Sedang
2
Besar
3
Bobot tertimbang setiap insikator dihitung melalui perkalian antara bobot indicator dengan
bobot penilaian tingkat kerawanan setiap indikator. Nilai ini menunjukkan tingkat kerawanan
pada masing-masing indikator.
Tabel 1-22. Kriteria Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi Longsor
Berdasarkan Aspek Fisik Alamiah
Tingkat Kerawanan Zona
Longsor
Total Nilai Bobot Tertimbang
Berpotensi
Rendah
1,00-1,69
Sedang
1,70-2,39
Tinggi
2,40-3,00
Tabel 1-23. Kriteria Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi Longsor Berdasarkan Aspek
Aktivitas Manusia
Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi Longsor
Total Nilai Bobot Tertimbang
Rendah
1,00-1,69
Sedang
1,70-2,39
Tinggi
2,40-3,00
Penilaian terhadap tingkat kerawanan suatu zona berpotensi longsor pada seluruh aspek
dilakukan dengan menjumlahkan total nilai bobot tertimbang pada aspek fisik alamiah
dengan total nilai bobot tertimbang pada aspek aktivitas manusia dan membaginya menjadi
dua.
Tabel 1-24. Kriteria Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi Longsor
Berdasarkan Seluruh Aspek
PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH
28
Rendah
1,001,69
Sedang
1,702,39
Tinggi
2,40-3,00
Tipe Zona
(2)
(3)
Tinggi
A
Daerah lereng gunung/pegunungan,
lereng bukit/perbukitan dan tebing
sungai dengan kemiringan lereng di
atas 40 %
Sedang
Rendah
2.
Klasifikasi Tingkat
Kerawanan
(4)
(5)
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Kelas Tinggi
Kelas Sedang
Kelas Rendah
Tinggi
Tinggi
Rendah
B
Daerah
kaki
gunung/pegunungan,kaki
bukit/perbukitan dan tebing sungai
dengan kemiringan lereng antara 21
% sampai 40 %
Kelas Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Rendah
Tinggi
Rendah
3.
Tinggi
C
Daerah dataran tinggi, dataran
rendah, dataran tebing sungai,
dengan kemiringan lereng lereng 0
% sampai 20 %
Sedang
Sedang
Rendah
Kelas Sedang
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
6
7
Kelas Rendah
Kelas Tinggi
Kelas Sedang
Kelas Rendah
Dibandingkan ke berbagai kota lain di Sumbar yang terletak di zona patahan, Kota
Payakumbuh relative aman dari ancaman bencana alam gempa bumi, tanah longsor, banjir,
dan letusan gunning api. Dan sama sekali tidak terancam dari tsunami. Namun, terdapat
ancaman bencana yang berasal dari angin topan (puting beliung). Bencana alam dari angin
puting beliung, berulang kali melanda Kota Payakumbuh.
29
Gambar 1-8.
30
Gambar 1-9.
31
Gambar 1-10.
32
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi
keuangan,
Sewa
dan
Jasa
Perusahaan
Jasa- Jasa
PDRB
2004
5,19
5,8
5,21
6,02
5,45
4,74
9,03
5,61
2005
4,15
4,77
7,64
5,96
4,97
4,82
9,99
3,79
2006
4,16
3,92
4,88
5,99
4,81
5,08
10,3
6,82
2007*)
4,63
3,9
4,94
6,62
4,69
5,58
9,52
7,45
2008**)
4,54
4,1
4,96
6,91
5,03
5,98
9,04
7,61
4,06
5,61
4,52
5,78
5,18
6,18
5,55
6,34
5,62
6,42
Pada tahun 2008 dalam pembentukan PDRB Kota Payakumbuh terdapat 3 sektor dengan
pertumbuhannya diatas 6%, yaitu sector listrik dan air bersih, sektor angkutan dan
komunikasi, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2008 turun dari tahun sebelumnya yaitu 4,54%,
sedangkan pada tahun 2007 mencapai 4,63%. Hal ini disebabkan turunnya pertumbuhan
subsektor tanaman bahan makanan dan holtikultura serta perkebunan.
Sektor pertambangan dan penggalian mengalami kenaikan pertumbuhan di tahun 2008, dari
3,9% tahun 2007 menjadi 4,10% tahun 2008.
Sektor industri yang terpuruk pada tahun 2006 lalu akibat kenaikan BBM dan dan listrik
mulai mengalami sedikit peningkatan pertumbuhan dari 4,88% tahun 2006 menjadi 4,94%
tahun 2007. Pada tahun 2008 juga mengalami peningkatan menjadi 4,96%. Kota
Payakumbuh termasuk salah satu kota yang lambat pertumbuhan industrinya atau masih
dibawah 5%, Oleh sebab itu pemerintah daerah perlu perlu fokus dalam mendorong
tumbuhya industri besar di Kota Payakumbuh seperti industri pakan ternak yang sangat
potensi baik dalam penyediaan bahan baku maupun pemasaran, karena Kota Payakumbuh
dan Kabupaten Lima Puluh Kota terkenal dengan sentra pertanian dan peternakan.
Sementara itu sektor listrik dan air bersih mengalami kenaikan sebesar 6,62% tahun 2007
dan menjadi 6,91% tahun 2008.
33
Sejak tahun 2004 sektor bangunan terus mengalami penurunan pertumbuhan. Dan hal itu
terus berlanjut pada tahun 2007 yakni turun dari 4,81% tahun 2006 menjadi 4,96%. Pada
tahun 2008 sektor bangunan mulai meningkat pertumbuanya menjadi 5,03%.
Sedangkan untuk sekto perdagangan, Hotel dan restoran sejak tahun 2004 2008 terus
mengalami peningkatan pertumbuhan. Pada tahun 2004 sektor ini tumbuh sebesar 4,47%
dan pada tahun 2008 tumbuh menjadi 5,98%. Sektor angkutan dan Komunikasi meskipun
mengalam pertumbuhan paling tinggi tahun 2008, tetapi mengalami penurunan pada tahun
sebelumnya. Jika pada tahun 2007 mengalami pertumbuhan sebesar 9,52% pada tahun
2008 hanya mencapai 9,04%.
Selanjutnya sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2008 mengalami
kenaikan yaitu yaitu sebesar 7,61% bila dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 7,45 %.
Selanjutnya sektor Jasa-jasa, pada tahun 2007 tumbuh sebesar 5,55% dan naik menjadi
5,62% pada tahun 2008. Kenaikan ini terutama didukung oleh naiknya jasa hiburan dan
rekreasi sebesar 7,53%.
Gambar 1-11.
Usaha
Peranan sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi paling besar dalam
pembentukan PDRB Kota Payakumbuh di tahun 2008 yaitu sebesar 23,15%. Angka ini naik
sedikit jika dibandingkan dengan tahun 2007 yang mencapai 22,88% (angka diperbaiki ).
Tabel 1-27.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi
Keuangan,
persewaan
dan
Perusahaan
Jasa
2004
11,39
0,49
6,52
1,76
7,79
18,64
19,89
9,14
2005
11,06
0,46
6,29
1,77
8,72
18,43
21,22
8,72
2006
10,77
0,48
6,66
1,65
8,6
18,05
22,63
8,52
2007 *)
10,51
0,51
6,86
1,61
8,51
17,99
22,88
8,48
2008 **)
10,45
0,5
6,92
1,58
8,42
18,24
23,15
8,44
34
Jasa-Jasa
PDRB
24,38
100
23,33
100
22,64
100
22,65
100
22,3
100
Kontribusi terbesar kedua diikuti oleh sektor jasa yang memberikan andil sebesar 22,30%
pada pembentukan PDRB Kota Payakumbuh. Peranannya turun bila dibandingkan dengan
dengan tahun lalu yang mencapai 22,65% (angka diperbaiki ).
Pada tahun 2008 peranan sektor perdagangan, hotel dan restoran masih menempati posisi
ketiga dengan kontribusi sebesar 18,24% atau naik dari 17,99% (angka diperbaiki) pada
tahun 2007.
Sama halnya seperti pada tahun 2007 peranan sektor pertanian masih menempati urutan
keempat dalam pembentukan PDRB Kota Payakumbuh tahun 2008. Jika pada tahun 2007
kontribusi sektor ini sebesar 10,51%, pada tahun 2008 turun menjadi 10,45%.
Pada urutan kelima dan keenam ditempati oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan dan sektor bangunan. Dimana sektor ini dalam pembentukan PDRB
memberikan sumbangan masing-masing sebesar 8,44%.
Sementara itu untuk sektor-sektor lain sumbangannya terhadap pembentukan PDRB Kota
Payakumbuh tahun 2008 berada dibawah angka 8% yakni, sektor industri sebesar 6,92%,
sektor listrik dan air bersih sebesar 1,58% dan sektor pertambangan dan penggalian
sebesar 0,50%. Untuk lebih jelasnya sumbangan masing-masing sektor dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
Gambar 1-12.
Pertumbuhan Produk Domistik Regional Bruto yang tinggi belum tentu mencerminkan
peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena sangat tergantung kepada laju pertumbuhan
penduduk pada tahun yang bersangkutan dan pemerataan pendapatan. Jika laju
pertumbuhan penduduk pertengahan tahun lebih Tinggi dari laju pertumbuhan Produk
Domestik Regional Bruto pada tahun yang sama, maka Produk Domestik Regional Bruto
perkapitanya akan semakin kecil, dan begitu pula sebaliknya.
PDRB perkapita dan pendapatan regional menggambarkan rata-rata pendapatan yang
diterima penduduk suatu wilayah pada tahun tertentu. Secara konseptual pendapatan
PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH
35
regional perkapita didapat pengurangan total PDRB dengan penyusutan dan pajak tidak
langsung netto, dan hasil pengurangan tersebut dibagi dengan penduduk pertengahan tahun
pada tahun yang sama.
Tabel 1-28.
No
.
1.
2.
Tahun
2007
2008
2007
2008
Nilai Nominal
( Rp )
12.326.328,98
14.285.699,8
11.188.141,01
12.943.301,76
Kenaikan
(%)
14,29
12,94
Dari tabel terlihat bahwa PDRB perkapita Kota Payakumbuh tahun 2008 berjumlah
14.285.699,80 rupiah atau naik sebesar 14,29 persen bila dibandingkan dengan tahun 2007.
Setelah penyusutan dan pajak tidak langsung dikeluarkan dari total PDRB diperoleh
pendapatan regional perkapita Kota Payakumbuh sebesar 12.943.301,76 rupiah (angka
diperbaiki ) pada tahun 2008 atau naik sebesar 12,94 persen dibandingkan dengan tahun
2007.
Perbandingan PDRB Kota Payakumbuh Dalam Konstelasi Regional Sumatera Barat
1.
2.
3.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan kapasitas produksi aspekaspek penggerak kegiatan perekonomian yang tergambar dalam bentuk kenaikan
pendapatan pertumbuhan ekonomi yang dapat diukur dengan mengakaji peningkatan
pendapatan dalam jangka waktu tertentu.
Ditinjau dari segi Pertumbuhan ekonomi, dari sembilan belas daerah kabupaten/ kota
di Propinsi Sumatera Barat tahun 2008, memperlihatkan variasi yang beragam. Pada
PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH
36
PDRB Perkapita
PDRB perkapita merupakan PDRB yang diukur dengan membandingkan pendapatan
daerah dengan jumlah penduduk. PDRB perkapita digunakan untuk menilai tingkat
kesejahteraan masyarakat disuatu wilayah, yang menggambarkan rata-rata
pendapatan yang diterima penduduk suatu wilayah pada satu tahun tertentu. PDRB
perkapita kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Barat menunjukkan variasi yang
beragam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi disparitas pendapatan
yang cukup tinggi antar daerah di Propinsi Sumatera Barat. Kabupaten Solok Selatan
adalah daerah yang paling rendah memiliki PDRB perkapitanya.yaitu 8,07 juta rupiah.
Yang paling tinggi PDRB perkapitanya yaitu Kota Padang sebesar 23,49 juta rupiah.
Sedangkan Kota Payakumbuh PDRB perkapitanya adalah sebesar 14,29 juta rupiah.
6 ISU-ISU STRATEGIS
Dalam menginterpretasikan produk rencana tata ruang, terdapat dua pendekatan yang
dapat digunakan, yaitu pendekatan regulatif dan pendekatan corporate (market oriented).
Isu-isu yang berkembang dalam mekanisme pemanfaatan ruang kota secara umum antara
lain :
1. Pengelolaan lahan perkotaan.
4. Pembiayaan pembangunan.
Visi bisnis dalam sikap urban managers dalam menggalang dana untuk
pembangunan prasarana sarana perkotaan
Organisasi birokrasi dan sikap mental command and control, yang membuat sulitnya
menyesuaikan perubahan-perubahan yang terjadi karena panjangnya rantai
keputusan.
37
2.
b.
b.
c.
d.
e.
Diversifikasi
kegiatan
seperti
pariwisata
yang
membutuhkan
pengalokasian ruang yang lebih luas untuk kegiatan rekreasi dan wisata
38
bagi penduduk Kota Payakumbuh dan dari luar kota untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat,
3.
f.
g.
h.
7 SISTEMATIKA PELAPORAN
Laporan Akhir ini disusun dengan sistematika pembahasan laporan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STARTEGI PENATAAN RUANG
39
1.
Format Halaman
1.1
1.2
40
1.6
ISU-ISU STRATEGIS..............................................................I-37
1.7
SISTEMATIKA PELAPORAN....................................................I-39
Tabel 1-1. Luas Wilayah Kota/ Kabupaten Lain di Sumatera Barat. .I-3
Tabel 1-2. Tipe Iklim dan Tipe Hujan di Kota Payakumbuh..............I-6
Tabel 1-3. Data Curah Hujan dan Suhu Udara di Daerah Tanjung
Pati dan Sekitarnya (Tahun 2000 2005).......................................I-6
Tabel 1-4. Klasifikasi Kemiringan Lahan di Kota Payakumbuh.........I-7
Tabel 1-5. Klasifikasi Tanah di Kota Payakumbuh Menurut Berbagai
Sistem Klasifikasi Tanah Yang Berlaku di Indonesia......................I-11
Tabel 1-6. Satuan Peta Tanah (SPT) di Kota Payakumbuh..............I-12
Tabel 1-7. Sifat dan Karakteristik Tanah Yang Terdapat di Kota
Payakumbuh.................................................................................I-14
Tabel 1-8. Kepadatan Penduduk/Kelurahan...................................I-18
Tabel 1-9. Pertumbuhan Penduduk Kota Payakumbuh Tahun 2003 2008
I-19
Tabel 1-10. Kepadatan Bruto Penduduk Kota Payakumbuh Tahun
2004-2008 I-19
Tabel 1-11.
Struktur
Penduduk
Kota
Payakumbuh
Berdasarkan Kelompok Umur Di Kota Payakumbuh Tahun 2008. I-21
Tabel 1-12.
Jumlah
Presentase
Penduduk
Berdasarkan Mata Pencaharian Di Kota Payakumbuh...................I-22
PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH
41
Kriteria
Tabel 1-25.
Klasifikasi
Tipe
Zona
Berpotensi
Longsor
Berdasarkan Tingkat Kerawanan..................................................I-29
Tabel 1-26. Pertumbuhan PDRB Kota Payakumbuh 2004 2008..I-33
Tabel 1-27.
2008
42
43