Anda di halaman 1dari 43

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW

KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

KEGIATAN : BINTEK PENYUSUNAN RTRW KOTA PAYAKUMBUH

1 DASAR HUKUM PENYUSUNAN RTRW KOTA PAYAKUMBUH


Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Payakumbuh 2010 2030 di dasarkan atas
perundang-undangan dan peraturan yang berlaku, seperti :
a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
b. Undang Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
c.

Undang Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

d. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN)
e. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah
f.

Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk
Penataan Ruang Wilayah

g. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan


Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peranserta Masyarakat dalam Penataan
Ruang
h. Permen PU No. 20/PRT/M/2007 tentang pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan
Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata
Ruang,
i.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah

j.

Permen PU No. 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan


Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan,

k.

Permen PU No. 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Subtansi Dalam


Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota beserta Rencana
Rincinya.

l.

Permen PU No. 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata


Ruang Wilayah Kota.

m. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang Pedoman
Koordinasi Penataan Ruang Daerah.

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

n. Perada No. 5 Tahun 2001, tentang Retribusi IMB


o. Perda No. 3 Tahun 2003, tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas dan
Lembaga Teknis Pemerintah.
p. Perda No. 13 Tahun 2003 tentang Retribusi Atas Perencanaan Lingkungan (Advice
Planning).
q. Perda No. 18 Tahun 2003 tentang RUTR Kota Payakumbuh
r.

Perda No. 3 Tahun 2006, tentang Penetapan Kawasan Agrowisata dan Jalur Hijau
dalam daerah Kota Payakumbuh.

2 PROFIL WILAYAH KOTA PAYAKUMBUH


2.1

Gambaran Umum

2.1.1

Letak Geografis

Kota Payakumbuh terletak di Propinsi Sumatera Barat. Secara geografis Kota Payakumbuh
terletak pada posisi 000-100sampai dengan 00-17 LS dan 1000 35 sampai dengan 100048 BT dengan luas wilayah + 80,43 Km2 atau setara dengan 0,19 % dari luas Propinsii
Sumatera Barat.
Jarak Antara Kota Payakumbuh ke Kota dalam Propinsi Sumatera Barat
Payakumbuh Padang
33

Bukittinggi (Km)

52

19

Padang Panjang (Km)

72

39

20

89

56

37

17

124

91

72

52

Sicincin (Km)
Lubuk Alung (Km)
35

Padang (Km)

Payakumbuh Lintau Batusangkar


8

Simpang Zipur Pd. Mangatas (Km)

12

Pakan Rabaa (Km)

18

10

31

23

13

13

49

41

29

29

18

62

54

44

44

28

Halaban (Km)
Lintau (Km)
Setangkai (Km)
13

Batu Sangkar (Km)

Posisi dan letak Kota Payakumbuh yang sangat strategis hal ini dapat dilihat dari
aksesbilitas Sumbar-Riau. Kota Payakumbuh merupakan pintu gerbang masuk dari arah
Pekan Baru (sebagai PKN), serta menuju kota-kota besar di Sumatera Barat , seperti Kota
Bukittinggi sebagai pusat koleksi dan distribusi perdagangan skala regional yang juga
berfungsi sebagai salah satu kawasan strategis/andalan berdasarkan RTRWN dan RTRWP
beserta menuju Kota Padang serta kota-kota lainnya.
Berbagai jenis angkutan penumpang dan barang sangat ramai melewati Kota Payakumbuh,
dimana secara spatial Kota Payakumbuh ke Kota Pekanbaru memiliki jarak 188 km atau
dapat ditempuh dengan waktu 4,5 jam perjalanan dengan angkutan pribadi, sedangkan jarak
Kota Payakumbuh ke Kota Padang dapat ditempuh dengan waktu 2,5 3 jam perjalanan

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

atau dengan panjang 124 km, atau sama halnya jarak tempuh Kota Payakumbuh ke
Bandara Internasional Minangkabau dan kawasan Pelabuhan laut Teluk Bayur.
2.1.2

Wilayah Adminstratif

Secara administrasi Kota Payakumbuh memiliki batas sebagai berikut:


Sebelah Utara

: Kecamatan Harau dan Kecamatan Payakumbuh


Kabupaten Lima Puluh Kota.

Sebelah Selatan

: Kecamatan Luhak dan Kecamatan Situjuah Limo


Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota

Sebelah Barat

: Kecamatan Payakumbuh dan Kecamatan


Akabiluru Kabupaten Lima Puluh Kota

Sebelah Timur

: Kecamatan Luhak dan Kecamatan Harau


Kabupaten Lima Puluh

Untuk lebih jelasnya peta orientasi dan letak administrasi Kota Payakumbuh dapat dilihat
pada gambar 2-1 dan gambar 2-2.
Kota Payakumbuh memiliki luas 80,43 Km2 atau sama dengan 0,19% dari luas Propinsi
Sumatera Barat, untuk mengetahui perbandingan luas Kota Payakumbuh terhadap kota dan
kabupaten lain di Sumatera Barat dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1-1.

Luas Wilayah Kota/ Kabupaten Lain di Sumatera Barat


Kabupaten/ Kota

Kota
Padang
Solok
Sawah Lunto
Padang Panjang
Bukittingi
Payakumbuh
Pariaman
Kabupaten
Kepulauan Mentawai
Pesisir Selatan
Solok
Sawah Lunto Sijunjung
Tanah Datar
Padang Pariaman
Agam
Lima Puluh Kota
Pasaman
Dhamasraya
Pasaman Barat

Luas (Km2)

Presentase

694,96
57,64
273,45
23,00
25,24
80,43
73,36

1,64
0,14
0,65
0,05
0,06
0,19
0,17

6..011,35
5.794,95
3.738,00
3.130,80
1.336,00
1.328,79
2.232,30
3.354,30
4.447,63
2.961,13
3.387,77
42.297,21

14,21
13,70
8,84
7,40
3,16
3,14
5,28
7,93
10,52
7,00
8,01
100,00

Sumber : Sumbar Dalam Angka Tahun 2009

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

Gambar 1-1.

Orientasi Wilayah KOta Payakumbuh

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

Gambar 1-2.

Wilayah Administrasi Kota Payakumbuh

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

2.1.3

Klimatologi

A.

Tipe Iklim
Tipe iklim di Kota Payakumbuh ditinjau dari beberapa system klasifikasi yang berlaku di
Indonesia.
a.

Berdasarkan system klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, wilayah studi tergolong
pada tipe iklim A (sangat basah). Iklim tipe A adalah iklim hujan tropis dengan nilai Q
antara 0.00 0.143.

b.

Menurut system klasifikasi iklim W. Koppen wilayah studi termasuk iklim tipe afa. Tipe
afa dicirikan dengan iklim hujan tropis dengan suhu normal, bulan terdingin diatas 18
C dan suhu bulan terpanas di atas 22 C.

c.

Berpedoman pada system klasifikasi iklim zona agroklimat yang dipublikasikan oleh
Oldeman Irsal Las dan S.N.Darwis (1979) dalam An agroclimatic map of Sumatera
wilayah studi tergolong pada zona agroklimat D1. Zona agrolimat D1 mempunyai
bulan basah (curah hujan diatas 200 mm) berturut-turut sebanyak 3 4 bulan dan
bulan kering (curah hujan di bawah 100 mm) berturut-turut kurang dari dua bulan.
Tabel 1-2.

Tipe Iklim dan Tipe Hujan di Kota Payakumbuh

Stasiun
Pengamat Hujan

Elovasi
(m dpl)

Tahun
Pengamatan

Payakumbuh

512

20

Jumlah
Bulan Kering
RataMaks
Frek
rata
1,1
3
2

Jumlah
Bulan Basah
RataMaks
Frek
rata
9,3
11
3

Tipe Hujan
Schmidt
dan
Ferguson
A

Nilai
Q
0,12

Tipe
Iklim
Koppen
Afa

Sumber : FH. Schmidt and J.H.A Ferguson. 1951. Rainfall Types Based On Wet And Day Preiods Ratio for
Indonesia With Western New Guine. Verhodelingon. 42

B.

Curah Hujan dan Suhu Udara


Curah hujan dan suhu udara merupakan unsur-unsur iklim yang penting yang
mempengaruhi kondisi iiklim suatu wilayah. Informasi mengenai kedua unsur iklim ini
diperoleh dari stasiun klimatologi Tanjung Pati milik Dinas Pengelolaan SAumber Daya Air
Propinsi Sumatera Barat dengan waktu pencatatan enam tahun (2000 2005) seperti
tertera pada Tabel 1.1. Berdasarkan pada tabel 1.2 mewujudkan bahwa curah hujan ratarata tahunan sebesar 2.208 mm dengan jumlah hari hujan 176. Curah hujan rata-rata
bulanan 184 mm dengan jumlah hari hujan 15. bulan yang tergolong bulan basah adalah
bulan September sampai bulan April, sedangkan bulan dengan curah hujan terendah
terdapat pada bulan Juni. Suhu udara rata-rata maksimum adalah 34,50 C, minimum 18,46
C dan rata-rata tahunan 26,25 C.
Tabel 1-3.
N
o

Bulan

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September

Data Curah Hujan dan Suhu Udara di Daerah Tanjung Pati dan
Sekitarnya (Tahun 2000 2005)
Rata-Rata Maks
Curah Hujan
Hari Hujan
(mm)
268
188
170
341
118
71
120
74
114

Frek Rata-Rata Maks


Maks
22
15
13
22
12
9
9
8
12

32,80
36,00
34,80
36,00
34,80
34,20
34,80
34,70
35,00

Min

Rata-rata

22,60
21,60
19,20
20,00
20,00
16,80
17,00
16,85
17,10

27,73
29,05
28,04
27,85
28,32
24,93
24,96
24,97
24,95

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

N
o

Rata-Rata Maks
Curah Hujan
Hari Hujan
(mm)
235
16
289
19
220
19
2.208
176
184
15

Bulan

10 Oktober
11 November
12 Desember
Rata-rata Tahunan
Rata-rata Bulanan

Frek Rata-Rata Maks


Maks

Min

33,20
33,40
34,30
34,50
-

Rata-rata

16,70
16,90
16,75
18,46
-

24,52
24,63
25,04
26,25
-

Sumber : Stasiun Klimatologi Tanjung Pati Dinas PSDA Propinsi Sumatera Barat

2.1.4

Topografi dan Morpologi

Secara topografis wilayah studi dapat dikelompokkan atas enam kelas kemiringan lahan,
yaitu datar (0 2 %), agak landai (3 8 %), landai (8 15 %), agak curam (15 30 %),
curam (30 45 %) dan sangat curam (> 45%). Secara umum Kota Payakumbuh
berdasarkan kondisi topografinya dengan tingkat kemiringan (0-2%) 82,08% atau sekitar
6.601,7 Ha. Untuk lebih jelasnya distribusi tingkat kemiringan lahan di Kota Payakumbuh
dapat dilihat pada tabel VII-1.
Tabel 1-4.
N
o
1
2
3
4
5
6

Klasifikasi Kemiringan Lahan di Kota Payakumbuh

Kemiringan Lahan
Datar
Agak Landai
Landai
Agak Curam
Curam
Sangat Curam
Luas

Lereng
(%)
0-2
2-8
8-15
15-30
30-45
45-60

Kelas
A
B
C
D
E
F

(Luas)
Ha
%
6,601.7
82.08
304.0
3.78
588.8
7.32
112.6
1.40
298.4
3.71
137.5
1.71
8,043.0
100.00

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

Area Kota Payakumbuh 80,43 km2 (8043 ha) terletak di utara gunung api podam
(G.Malintang, 2262 m dpl). Elevasi Kota Payakumbuh, sekitar 500 m dpl, dibedakan atas
dua satuan morfologi, yaitu satuan dataraan dan satuan perbukitan. Satuan morfologi
dataran dengan luas 7423,75 ha atau 92,30 % menempati bagian terjal hingga ke batas
utara kota, mencakup Kecamatan Payakumbuh Barat, Payakumbuh Timur, Payakumbuh
Utara dan Kecamatan Lamposi Tigo Nagari.
Satuan morfologi perbukitan menempati bagian selatan yaitu Kecamatan Payakumbuh
Selatan.Secara menyeluruh morfologi (bentang alam) Kota Payakumbuh memeiliki relief
dengan kemiringan lereng beragam dari 0 % (datar) hingga lebih dari 40 % (curam).
Kelerengan 0% s/d 15 % dengan klasifikasi datar hingga landai. Pada satuan morfologi
dataran, menempati terbesar area yaitu 92,30 %. Sisanya, relief satuan perbukitan yaitu
7,70 % area, menempati bagian selatan (lihat peta kelerengan). Berpedoman pada system
klasifikasi landform sesuai dengan tanah yang dikemukakan oleh Marsoedi, Widigdo dan S.
Hardjo Wigeno (1995), wilayah Kota Payakumbuh dapat dikelompokkan atas tiga kelompok
utama landform, yaitu :
a. Grup Aluvial
Grup alluvial (A) merupakan landform muda (resend an sub resen) yang terbentuk
melalui proses fluvial atau aktivitas sungai ataupun gabungan dari proses alluvial
dan koluvial. Proses alluvial berasal dari sungai yang terdapat di Kota Payakumbuh,
yaitu Sungai Batang Agam dan Batang Sinamar. Grup Aluvial di wilayah studi
diturunkan menjadi sub grup dataran alluvial dan dataran alluvial koluvial. Bentuk
wilayah datar sampai berombak dengan kemiringan lahan datar (0 2 %) dan agak
landai (2 8 %).
PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

Gambar 1-3.

Kemiringan Lereng Kota Payakumbuh

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

b. Grup Angkatan / Lipatan


Grup angkatan / lipatan terbentuk sebagai akibat berlangsungnya proses
pengangkutan dan pelipatan karena adanya gaya endogen / hipogen. Di wilayah
studi landfom ini membentuk wilayah perbukitan (hilly) dan perbukitan kecil terpisah
(isolated hillocky) dengan kemiringan lahan bervariasi dari landai (8 15 %) sampai
sangat curam (45 60 %).
c.

Grup vulkanik
Grup vulkanik (V) merupakan landform yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik /
gunung berapi dari Gunung Melintang. Landform ini tersebar dengan luasan relative
kecil di sebelah selatan Kota Payakumbuh dan termasuk sub group lereng bawah
vulkanik (volcano lower slope) yang merupakan akumulasi bahan vulkanik.

2.1.5

A.

Kondisi Geologi, Jenis Tanah dan Geomorpologi


Geologi
Material padat pembentuk permukaan Kota Payakumbuh terdiri dari : humus, soil
(tanah), alluvial (sungai dari farmasi sedimen), metamorphosis (malihan), vulkanik dan
intrusi (terobosan).Pembentukan dan penyebaran material tersebut merupakan hasil
dari berbagai proses yang berasal dari dalam bumi (endogen) dan dari luar (exogen).
Berbagai proses dalam mencakup tektonik dan vulkanisme (kegunungapian).
Berbagai proses dari luar terdiri dari : pelapukan, erosi, transportasi dan sedimentasi.
Secara regional Kota Payakumbuh terletak pada suatu ketidak menerusan patahan
(sesar), yaitu diantara ujung tenggara Sesar Mengani dan ujung barat laut sesar
Sungai Takung di Gunung Malintang. Pada berbagai studi geologi yang pernah
dipublikasikan, tidak ditunjukkan kehadiran sesar (patahan) di area Kota Payakumbuh.
Peta Kota Payakumbuh secara menyeluruh berbentuk mendekati segiempat dengan
panjang sisi-sisinya 8 km dan 10 km. Diagonal pada segiempat itu dalma arah barat
daya-timur laut sepanjang 12 km. Terdapat 7 alur air (sungai) yang menorah
mukabumi Kota Payakumbuh. Ke-7 alur sungai itu membentuk jaringan hulu Daerah
Aliran Sungai (DAS) Batang Kuantan yang bermuara ke perairan Selat Malaka di
Pantai timur Laut Pulau Sumatera.
Menurut peta geologi bersistem, Sumatera lembar Solok (0815), skala 1 : 250.000
(P.H. Silitongan dan Kastowo, 1995), secara petrografi wilayah studi terbentuk dari
komposisi batuan endapan alluvium dan kluvium yang membentuk dataran alluvium
dan koluvial. Batuan sedimen bersifat masam membentuk wilayah perbukitan di
sebelah barat wilayah Kota Payakumbuh. Batuan vulkanik yang berasal dari erupsi
Gunung Melintang di sebelah selatan membentuk daerah vulkanik yang luasnya
relative kecil. Batuan vulkanik ini terbentuk pada periode kuarter (Qpt) yang terdiri dari
tufa batu apung, tuf abu, lapili bersifat kukuh, relative dan andesit yang berasal dari
Gunhg Melintang.
Urutan tataletak material padat penyusun bentang alam Kota Payakumbuh secara
stratigrafis adalah sebagai berikut :
1)

Humus dan Soil (tanah) ; dengan ketebalan beragam dari beberapa sentimeter
hingga beberapa meter.

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

2)

Aluvial sungai (Q al) terdiri dari ; lempung, pasir, kerikil dan bongkah batuan
beku dan kwansit, diendapkan disepanjang dataran banjir. Ketebalan bervariasi
dapat mencapai puluhan meter.

3)

Seimen Formasi Brani (Tob) : Konglomerat kasar beraneka ragam dengan


sisipan batu pasir. Komponen dari konglomerat kasar terdiri dari : kwansit,
granit, filit dan batu gamping. Tersementasi dengan baik, dan secara lokal ada
yang terbersikkan. Ketebalan formasi brani 600 m, berumur oligosen dan
hubungan secara manjari-jemari (intenfingering) dengan sedimen formasi
sangkarewang.

4)

Malihan, anggota Filit dan Serpih Formasi Kuantan (PCks) : mayoritas terdiri
dari serpih dan filit kemerahan sampai coklat tua menandung sisipan tipis
batusabak kelabu, kwansit, batu lanan, rijang kelabu dan lava andesit sampai
basalt. Pada kontak dengan batuan intrusi, PCks bermalih menjadi sekis, genes
dan batu tanduk.PCks berhubungan secara menjari-jemari (interfingering)
dengan PCkl dan PCkg, dengan tebal keseluruhan mencapai 5000 m, berumur
Permo-Karbon.

5)

Malihan, anggota batu gamping formasi kuantan (PCkl) : Batu gamping pejal,
berongga, putih kelabu hingga kemerahan. Mengandung sisipan tipis
batusabak, filit, serpih terkensikkan dan kwansit. Umumnya membentuk
topografi kasar, berumur karbon. Di Kota Payakumbuh, material PCks dan PCkl,
tersingkap (exposed) di batas barat daya kota, dan menjadi salah satu objek
wisata digua Nagalau Indah.

6)

Volkanik : Tufa batuapung (Qpt) ; terdiri dari batuapung putih kekuningan,


berdiameter s/d 10 cm didalam massa dasar kaca kelaran bekomposisi riolit.
Secara lokal, dibagian bawah Qpt mencapai ratusan meter, berumur kwaiter,
dan merupakan mayoritas material penyusun permukaan Kota Payakumbuh.

7)

Volkanik : Andesit Gunung Malintang (Qamg) : Breksi andesit sampai basalt,


aglomerat, pecahan lava berongga, endapan lahan dan lava. Merupakan
material dan kegiatan gunung api malintang, diselatan Kota Payakumbuh
nberumur Kwaiter.

8)

Volkanik : Andesit sampai basalt (Ta) : aliran lava yang tak dipisah, breksi,
aglomerat dan batuan hipabisal berkomposisi andesit sampai basalt. Berumur
miosen (Tersier atas). Tersingkap dibarat daya perbukitan batugamping (PCkl)
dibatas barat daya Kota Payakumbuh.

Data struktur geologi yang ada di Kota Payakumbuh, hanya satu kedudukan struktur lapisan
pada sedimen formasi brani yaitu sudut kemiringan (dip) lapisan 25 0 dengan atah kemiringan
(dip direction) kearah selatan dilereng utara Gunung Malintang (Silitonga
Kastowo,1975).Data perihal kehadiran struktur patahan (sesar) maupun kekar (joint), nihil.
Namun, data regional memperlihatkan bahwa Kota Payakumbuh di kelilingi oleh tiga zona
patahan besar yaitu :
a.

Zona Patahan Mangani ; 12 km di barat laut Kota Payakumbuh

b.

Zona Patahan Sungai Takung ; 15 km di tenggara di balik gunning malintang

c.

Zona Patahan Sungai Pakis ; 35 km di timur laut Kota Payakumbuh.

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

10

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

Ketiga zona patahan tersebut, diluar wilayah administrasi Kota Payakumbuh, namun hal
tersebut diatas perlu diantisipasi sebagai kawasan yang akan terkena dampak sebagai
kawasan evakuasi bencana alam, dari wilayah sekitarnya.

B.

Tanah

Klasifikasi tanah yang digunakan mengikuti system klasifikasi tanah dari pusat penelitian
tanah (1983) dan disetarakan dengan system klasifikasi tanah soil Taaconomy (2006) dan
system FAO-UNESCO (1990). Berdasarkan system klasifikasi tanah Pusat Penelitian Tanah
(1983), di Kota Payakumbuh terdapat (9) sembilan macam tanah yaitu : Aluvial Distrik,
Aluvial Gleiik, Kambisol Gleiik, Kambisol Distrik, Kambisol Litik, Podsolik Ortik, Podsolik,
Podsolik Humik, Latosol Humik. Klasifikasi tanah berdasarkan sistem klasifikasi tanah yang
berlaku di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1-5.
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Klasifikasi Tanah di Kota Payakumbuh Menurut Berbagai Sistem


Klasifikasi Tanah Yang Berlaku di Indonesia

Pusat Penelitian
Tanah(1983)
Aluvial Distrik
Aluvial Gleik
Gleisol Hidrik
Kambisol Distrik
Kambisol Gleik
Kambisol Litik
Podsolik Ortik
Podsolok Humik
Latosol Humik

Soil Taxonomy
(Soil Survey Staff, 2006)
Typic Udifluvents
Aquic Udifluvents
Typic Endoaquepts
Typic Dystrudepts
Aquic Dystrudepts
Lithic Dystrudepts
Typic Hapludults
Typic Haplohumalt
Oxic Dystrudepts

FAO-UNESCO
Dystric Fluvisols
Glegic Fluvisols
Hydric Gleysols
Dystric Cambisols
Glegic Cambisols
Lithic Cambisols
Haplic Acrisols
Humic Acrisols
Humic Ferralsols

Sumber ; Hasil Analisis, Tahun 2009

Berdasarkan pada unsur-unsur penyusunan satuan peta tanah (SPT) yang terdiri dari
beberapa macam tanah, kemiringan lereng, posisi fisiografi dan bahan induk tanah terdapat
15 satuan peta tanah. Sebanyak 15 satuan peta tanah tersebut disajikan pada tabel berikut
ini dan pembagian dari masing-masing satuan peta tanah dapat dilihat pada gambar berikut.
1. Aluvial
Tanah alluvial merupakan tanah mineral yang belum mengalami perkembangan
horizon. Bahan induk tanah berasal dari endapan alluvium sungai terutama Sungai
Batang Agam dan Sungai Sinamar. Tanah ini tersebar pada satuan fisiografi yaitu
dataran alluvial dengan kemiringan lereng adalah datar (0 -2 %). Pemanfaatan lahan
saat ini adalah areal persawahan, permukiman dan ladang / kebun campuran. Jenis
tanah alluvial di wilayah studi dikelompokkan dua macam tanah yakni alluvial distrik
dan alluvial gleik
Sifat dan karakteristik tanah dicirikan dengan drainase tanah sedang sampai sangat
terhambat, permeabelitas tanah sedang sampai lambat dan tanah agak dalam (60
80 cm). tekstur tanah bervariasi lempung ;iat dan lempung liat berdebu. K2O total
rendah, K dapat ditukar rendah, P total sedang dan P tersedia sangat rendah.
Kapasitas tukar kation (KTK) rendah. Reaksi tanah masam (Ph 4,5 5,5). Status
kesuburan tanah rendah.

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

11

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

Tabel 1-6.
SPT

Satuan Peta Tanah (SPT) di Kota Payakumbuh

Jenis Tanah

Lereng (%)

Posisi Fisiografi

1
2
3

Aluvial Distrik
Aluvial Gleiik
Kambisol Gleiik

Datar (0 - 2)
Datar (0 - 2)
Datar (0 - 2)

4
5
6

Gleisol Hidrik
Kambisol Distrik
Kambisol Gleiik

Datar (0 - 2)
Datar (0 - 2)
Agak landai (2 - 8)

7
8
9

Kambisol Distrik
Kambisol Distrik
Padsolik Ortik

Landai (8 - 15)
Landai (8 - 15)
Landai (8 - 15)

10
11
12
13

Padsolik Humik
Padsolik Humik
Padsolik Humik
Kambisol Litik

Agak curam (15 - 30)


Curam (30 - 45)
Sangat curam (45 - 60)
Sangat curam (45 - 60)

14

Latosol Humik

Landai (8 - 15)

15

Latosol Humik

Curam (30 - 45)

Dataran Aluvial
Dataran Aluvial
Dataran Aluvial
Dataran
Dataran
Dataran
aluvialkoluvial
Perbukitan kecil
Perbukitan kecil
Lereng
Bawah
Perbukitan
Perbukitan
Perbukitan
Perbukitan
Perbukitan terpisah
Lereng
vulkanik
Lereng
vulkanik
Total

Luas

Bahan Induk Tanah


Endapan aluvial sungai
Endapan aluvial sungai
Endapan aluvial &
koluvium
Tufa batu apung
Tufa batu apung
Endapan aluvium dan
koluvium
Batuan sedimen
Tufa batu apung
Batuan sedimen

bawah

Batuan sedimen
Batuan sedimen
Batuan sedimen
Batuan vulkanik
Intrusi
Batuan vulkanik

bawah

Batuan vulkanik

&

Ha
423.06
754.43
2,767.60

%
5.26
9.38
34.41

2,538.37
118.23
304.03

31.56
1.47
3.78

58.71
86.06
186.60

0.73
1.07
2.32

112.60
171.32
84.45
53.08

1.4
2.13
1.05
0.66

257.38

3.2

127.08

1.58

8,043.00

100

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2009

2. Gleisol
Tanah gleik merupakan tanah mineral yang selalu tergenang air dan tanahnya belum
matang (unriped soil). Bahan induk tanah berasal dari bahan tufa batu apung. Tanah
ini tersebar pada satuan fisiografi. System dataran dengan kemiringan lahan datar (0
2 %) koluvial. Jenis tanah gleisol diwilayah studi dikelompokkan pada gleisol hidrik.
Sifat dan karakteris tanah dicirikan dengan drainase tanah sangat terhambat,
permeabilitas tanah sangat lambat dan kedalaman tanah agak dalam (51 75 cm).
tekstur tanah halus (liat, lempung liat dan liat berdebu). K2O total sedang, P total
sedang dan P tersedia rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) rendah dan kejenuhan
basa (KB) rendah. Kandungan C-Organik tergolong sedang dan reaksi tanah sangat
masam (Ph < 4,5). Status kesuburan tanah tergolong rendah.
3. Kambisol
Tanah kambisol merupakan tanah yang sedang berkembang dengan horizon, penciri
horizon kambik atau horizon A umbuik atau molik tanpa memperlihatkan gejala
hidromorfik. Bahan induk tanah ada yang berasal dari batuan sediment masam dan
ada yang dari tufa batu apung. Secara fisiografis tanah ini tersebar pada satuan
fisiografis dataran berombak alluvial-koluvial, lereng bawah perbukitan, dataran
vulkanik dan perbukitan terpisah dengan kemiringan lahan bervariasi dari agak landai
(3 8 %), landai (8 15 %), curam (30 45 %) dan sangat curam (> 45%). Tanah
kambisol di wilayah studi dikelompokkan atas tiga macam tanah yaitu kambisol distrik,
kambisol gleik dan kambisol litik.
Sifat dan karakteristik tanah dicirikan dengan drainase sangat terhambat baik,
permeabelitas tanah sangat lambat agak cepat dan tekstur tanah lempung liat,
lempung, lempung berdebu dan lempung liat berpasir. Kedalaman tanah bervariasi
PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

12

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

dari cukup dangkal (30 50 cm) sampai agak dalam (51 75 cm). Kandungan K2O
total rendah sedang, P total rendah sedang, dan P tersedia rendah. Kapasitas
tukar kation (KTK) rendah dan kejenuhan basah (KB) rendah. Kandungan C-organik
rendah sedang dan reaksi tanah masam (Ph 4,5 5,5). Status kesuburan tanah
tergolong rendah.
4. Padsolik
Tanah padsolok merupakan tanah mineral yang mempunyai horizon argilik dan
kejenuhan basa kurang dari 35%. Bahan induk tanah berasal dari batuan sediment
masam. Secara fisiografis tanah ini tersebar pada dataran fisiografis perbukitan dan
perbukitan dalam pola rendah. Tanah pasolik di wilayah studi di kelompokkan atas dua
macam tanah yakni Padsolok ortik dan padsolik humik.
Sifat dan karakteristik tanah dicirikan dengan drainase tanah sedang, permeabelitas
tanah sedang dan kedalaman tanah tergolong dalam (100 120 cm). tekstur halus
(liat dan liat berdebu). Kandungan K2O total sedang, kandungan P-total rendah
sedang dan P-tersedia rendah. Kapasitas takar kation (KTK) rendah sedang dan
kejenuhan basa (KB) rendah sedang. Kandungan C-organik rendah tinggi dan
reaksi tanah masam (Ph 4,5 5,5). Status kesuburan tanah tergolong rendah.
5. Latosol
Tanah latosol merupakan tanah mineral yang telah berkembang. Bahan induk tanah
berasal dari batuan vulkanik. Penyebaran tanah ini secara fisiografis terdapat pada
lereng bawah vulkanik. Pemanfaatan lahan saat ini merupakan ladang dan kebun
campuran. Jenis tanah latosol di wilayah studi termasuk pada tingkat tanah latosol
humik.
Sifat dan karakteristik tanah dicirikan dengan drainase tanah baik, permeabilitas tanah
agak cepat dan saluran tanah dalam (100 120cm). Tekstur tanah halus (liat berdebu
sampai liat), kandungan K2O total tinggi, P total dan P tersedia rendah. Kapasitas
takar kation (KTK) tinggi dan kejenuhan basa (KB) sedang. Kandungan C-organik
tinggi dan reaksi tanah masam (Ph 4,5 5,5). Status kesuburan tanah tergolong
rendah.
Sifat dan karakteristik tanah untuk masing-masing satuan peta tanah (SPT) yang ada
di wilayah administrasi Kota Payakumbuh dapat dilihat pada tabel I-7.

C.

Geomorfologi

Geomorfologi (pola bentang alam) Kota Payakumbuh, hampir monoton, yaitu sebagai
dataran (92,30 %). Hanya 7,70 % sebagai perbukitan dengan elevasi maksimum + 825 m
dpl. Seluruh perbukitan terletak di batas barat daya dan selatan Kota payakumbuh, dan
tidak/belum signifikan untuk perkembangan Payakumbuh sebagai suatu kota cirri
geomorfologi paling menonjol adalah jaringan alur sungai yang secara umum mengalir dari
barat daya ke timur laut dan bergabung ke Batang Sinamar. Ke-7 alur sungai di Kota
Payakumbuh yaitu Batang Lampasi, Batang pulau, Batang Agam, Batang Sikdi, Sungai
talang, Sungai Baih, dan Batang Sinamar.
Sepanjang alur-alur sungai demikian merupakan tempat alumulasi endapan alluvial yang
membentuk dataran alluvial. Namun, mayoritas material pembentuk dataran Kota
Payakumbuh adalah hasil kegiatan gung api (lihat peta geologi).

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

13

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

Tabel 1-7.

Sifat dan Karakteristik Tanah Yang Terdapat di Kota Payakumbuh

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

14

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

Gambar 1-4.

Peta Jenis Tanah Kota Payakumbuh

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

15

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

2.1.6

Hidrologi

Dikota Payakumbuh juga memiliki sumber air baku yang cukup potensial, adalah sebagai
berikut :
Sungai Batang Agam
Merupakan sumber air yang berasal dari air permukaan dengan debit air mencapai
3,38 m3/detik sampai 6,30 m3/detik. Sedangkan pada saat kemarau debit air sebesar
4,40 m3/detik.
Mata Air Bulakan
Mata air ini berada di Kelurahan Limbukan, Kecamatan Payakumbuh Barat. Selain
sebagai sumber air baku, mata air ini juga dimafaatkan untuk lahan pertanian dan
perikanan. Sumber air mempunyai tiga buah outlet dari dua bangunan penangkap
mata air tersebut dengan debit sebesar 325 liter/detik.
Sungai Batang Lampasi
Sungai ini mengalir melewati Kelurahan Koto Panjang, Sungai Durian, Payonibung,
Talawi, Balai Betung dan Kelurahan Tanjung Enau. Sungai ini dimanfaatkan sebagai
kegiatan pertanian, perikanan dan peternakan
Sungai Batang Sinamar

3 Kependudukan Dan Sumber Daya Manusia


3.1

Tingkat Pertumbuhan Penduduk

Dalam suatu perencanaan sangat erat kaitannya dengan jumlah dan perkembangan
penduduk, dimana perencanaan dilakukan berorientasi pada kebutuhan penduduk.
Penduduk dengan jumlah yang terus bertambah dan kegiatannya yang kompleks sementara
lahan yang tersedia terbatas maka perencanaan sangat berperan untuk mengatur penduduk
dan kebutuhan terhadap segala kegiatannya yang kompleks.
Perkembangan wilayah tidak dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan sangat dipengaruhi
oleh dinamika dari berbagai hal, terutama aktivitas yang terdapat di dalam maupun di sekitar
wilayah tersebut. Aktivitas yang beraneka ragam dapat menentukan tingkat dinamika suatu
wilayah. Dalam hal ini, aspek yang paling mempengaruhi aktivitas adalah penduduk karena
mereka adalah pelaku utama dari aktivitas itu sendiri, selain juga dipengaruhi oleh aspek
sumber daya alam dan aspek-aspek penting lainnya.
Dengan memperhatikan dinamika wilayah, maka dalam suatu rencana tata ruang wilayah
perlu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan penduduknya. Hal ini diperlukan
agar dapat diperoleh informasi dasar untuk suatu pengembangan wilayah. Dengan
mengetahui kondisi penduduk suatu wilayah secara menyeluruh maka selanjutnya dapat
diperkirakan mengenai tingkat kebutuhan dan kepentingan penduduk yang harus dipenuhi
berdasarkan potensi-potensi yang ada baik untuk saat ini maupun masa yang akan datang.
Hal ini penting untuk diperhatikan karena penduduk adalah subyek dan obyek pembangunan
itu sendiri.

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

16

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

Gambar 1-5.

Peta Hidrologi Kota Payakumbuh

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

17

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

Tabel 1-8.

Kepadatan Penduduk/Kelurahan

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

18

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

Jumlah penduduk Kota Payakumbuh mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Jumlah


penduduk pada tahun 2003 adalah 101.878 jiwa sedangkan pada tahun 2008 meningkat
menjadi 105.994 jiwa. Trend pertumbuhan penduduk di berdasarkan data BPS dan Data
Monografi Kecamatan penduduk tahun 2003 sampai tahun 2008 menunjukkan bahwa
perkembangan penduduk Kota Payakumbuh tumbuh secara linier. Walaupun pada tahun
tahun 2006 pada Kecamatan Limposi Tiga Nagari mengalami penurunan namun pada tahun
selanjutnya terjadi peningkatan jumlah penduduk tiap kecamatan yang ada di Kota
Payakumbuh. Hal ini mengindikasikan telah terjadinya perpindahan penduduk dari pusat
kota ke pinggiran kota, yang mengindikasikan telah terjadinya perubahan fungsi lahan dari
kegiatan yang memiliki nilai ekonomis rendah ke nilai lahan yang lebih tinggi.
Tabel 1-9.

Pertumbuhan Penduduk Kota Payakumbuh Tahun 2003 - 2008

Uraian
Tahun
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Pertumbuhan (%)
Pertumbuhan rata-rata (%)

2003
101878

2004
102540
0.65

Penduduk Kota Payakumbuh


2005
2006
103330
104146
0.74
0.82

2007
104969
0.79

2008
105994
0.98
0.80

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

3.1.1

Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Luas Wilayah Kota Payakumbuh yang mencapai 80,43 km memiliki kepadatan 1275
jiwa/km (tahun 2004) dan meningkat menjadi 1.318 jiwa/kmpada tahun 2008. Dengan
demikian selama periode 2004-2008 terdapat kenaikan kepadatan penduduk di Wilayah
sarbagita rata-rata 1,65 persen setahun. Khusus kawasan perkotaan Kota Payakumbuh
dengan luas 8043 ha kepadatan yang terjadi adalah sebesar 13 jiwa/ha.
Kota Payakumbuh memiliki kepadatan penduduk tertinggi yakni 22 jiwa/ha, sedangkan
wilayah lainnya relatif masing di bawah 15 jiwa/ha, kecuali Kecamatan Payakumbuh Utara
(18 jiwa/ha), dan dapat dilihat pada tabel IV-1. Kepadatan penduduk tinggi di Wilayah Kota
Payakumbuh, khususnya Kecamatan Payakumbuh Barat dan Payakumbuh Timur
memungkinkan wilayah ini menjadi dominan dibandingkan wilayah-wilayah lainnya di Kota
Payakumbuh yang ditunjukkan oleh derasnya arus migran masuk ke wilayah ini
dibandingkan dengan kecamatan lainnya seperti Payakumbuh Selatan dan Kecamatan
Lamposi Tiga Nagari sebagai kecamatan baru defenitif pada tahun 2009. Hal ini akan
berdampak pada ketimpangan demografis yang berlanjut pada ketimpangan ekonomi.
Tabel 1-10.
No.

Kecamatan

1.
2.
3.
4.

Payakumbuh Barat
Payakumbuh Timur
Payakumbuh Utara
Payakumbuh
Selatan
Lamposi Tigo Nagari
Jumlah

5.

Luas
(Ha)
1,908
2,273
1,453
1,467
942
8,043

Kepadatan Bruto Penduduk Kota Payakumbuh Tahun 2004-2008


2004 (jiwa/ha)
Jumlah
Density
40517
21
20523
9
25700
18
7759
5

2005 (jiwa/ha)
Jumlah
Density
40620
21
21418
9
25891
18
7565
5

2006 (jiwa/ha)
Jumlah
Density
40818
21
21789
10
26069
18
7609
5

2007 (jiwa/ha)
Jumlah
Density
40960
21
21953
10
26255
18
7742
5

2008 (jiwa/ha)
Jumlah
Density
41310
22
22167
10
26680
18
7868
5

8041
102540

7836
103330

7861
104146

8059
104969

7969
105994

9
13

8
13

8
13

9
13

Apabila penggunaan lahan bangunan didefenisikan sebagai kawasan permukiman maka


kepadatan netto Kota Payakumbuh pada tahun 2008 sebesar 62 jiwa/ha, angka ini lebih
kecil jika dibandingkan dengan tingkat kepadatan netto Kota Payakumbuh pada tahun 2004
sebesar 64 jiwa/ha.
PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

19

8
13

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

Gambar 1-6.
Eksisting

Peta Perkembangan kepadatan penduduk


Kota Payakumbuh

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

20

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

3.1.2

Struktur Dan Karakteristik Penduduk

3.2

Penduduk Menurut Umur

Pada tahun 2008 enduduk Kota Payakumbuh adalah sebanyak 105.994 jiwa, dimana jumlah
penduduk produktifnya (usia 1564 tahun) adalah sebesar 55% dari jumlah penduduk
keseluruhan, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk usia non produktif (usia 65+ tahun)
dimana sebesar 35% maka akan diperoleh hasil dependency ratio yaitu sebesar 64%. Dapat
diartikan bahwa setiap 100 orang penduduk produktif harus menanggung 64 orang
penduduk dengan usia non produktif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa beban
tanggungan penduduk produktif di Kota Payakumbuh relative rendah, sehingga dapat
berdampak kepada tingkat kesejahteraan penduduknya. Lebih jelasnya struktur umur Kota
Payakumbuh berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1-11.
Struktur Penduduk Kota Payakumbuh
Berdasarkan Kelompok Umur Di Kota Payakumbuh Tahun 2008
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Kelompok Umur
0-4
5 -9
10 -14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65+
Jumlah

Jumlah (Jiwa)
10,629
10,413
11,010
10,629
7,051
7,651
8,343
6,722
8,581
7,866
5,752
4,102
2,178
5,067
105,994

(%)
10.03
9.82
10.39
10.03
6.65
7.22
7.87
6.34
8.10
7.42
5.43
3.87
2.05
4.78
100.00

Sumber : Kota Payakumbuh Dalam Angka Tahun 2009

3.3

Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Jumlah penduduk angkatan kerja di Kota Payakumbuh pada tahun 2008 adalah 48.298 jiwa,
44.972 jiwanya adalah penduduk yang sudah bekerja artinya 93% dari penduduk angkatan
kerja sudah mempunyai pekerjaan diberbagai lapangan usaha. Diketahui lebih dari 34% dari
jumlah penduduk yang bekerja bermata pencaharia pada sektor perdagangan dan jasa,
rumah makan, dan hotel. Dan hanya 11,10% bermata pencaharian di sektor industri.

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

21

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

Tabel 1-12.
Jumlah Presentase Penduduk
Berdasarkan Mata Pencaharian Di Kota Payakumbuh
No.
1
2
3

Lapangan Usaha
Pertanian
Industri
Perdagangan, Rumah Makan
dan Hotel

4
5

Jasa Kemasyarakatan
Lainnya
Jumlah

Jumlah
8,840
4,993
15,315

%
19.66
11.10
34.05

10,172
5,652

22.62
12.57

44,972

100.00

Sumber : Kota Payakumbuh Dalam Angka Tahun 2009

Jumlah penduduk angkatan kerja di Kota Payakumbuh yang sudah bekerja lebih dominan,
dimana jumlah pengaguran didaerah ini relative rendah yaitu sebanyak 6,8% dari jumlah
angkatan kerja. Artinya tingkat perekonomian dan kesejahteraan penduduk di Kota
Payakumbuh cukup berkembang dengan baik, yang tidak bertumpu lagi pada sektor
pertanian melainkan telah berkembang pada sektor perdagangan dan jasa. Adanya
koordinasi dari pihak pemerintah daerah dengan swasta sudah cukup baik, sehingga cukup
tersedianya lapangan pekerjaan di Kota Pakumbuh yang dapat mengurangi angka
pengangguran.

3.4

Penduduk Menurut Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat partisipatif penduduk terhadap pendidikan di Kota Payakumbuh


dapat dilakukan dengan membadingkan jumlah usia sekolah dengan jumlah siswa yang
sekolah. Hal ini dianggap penting mengingat pendidikan merupakan faktor yang berperan
dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas pada suatu wilayah. Suatu
wilayah dapat berkembang dengan pesat jika dikelola dengan sumber daya yang terampil,
sebaliknya jika suatu wilayah memiliki SDM yang tidak berkualitas dalam mengelola
wilayahnya maka dengan sendirinya wilayah tersebut akan mengalami ketertinggalan. Tabel
berikut menjelaskan tingkat partisipatif penduduk di Kota Payakumbuh terhadap pendidikan :
Tabel 1-13.
No.
1
2
3
4

Tingkat Pendidikan
TK
SD
SLTP
SLTA

Tingkat Parsipatif Penduduk Kota Payakumbuh


Usia (Tahun)
5-6
7-12
13-15
16-18

Jumlah Penduduk ( Jiwa )


3,778
12,762
7,061
7,023

Tingkat Partisipatif
63.5
118.6
102.3
110.9

Sumber : Hasil AnalisisTahun 2009

Tingkat partisipatif penduduk usia SD adalah sebesar 63,5 artinya setiap 63 penduduk usia
SD ada 5 orang yang tidak sekolah atau tidak terlayani oleh sarana pendidikan. Pada tingkat
SMA tingkat pratisipatif penduduk adalah sebesar 110,9 yang artinya setiap 110 orang
penduduk usia sekolah SMA 9 orang diantaranya tidak mengenyam pendidikan SMA.

3.4.1

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

22

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

Berdasarkan laju pertumbuhan penduduk Kota Payakumbuh yakni 0,8%. Proyeksi jumlah
penduduk Payakumbuh 20 tahun mendatang dapat diketahui dengan menggunakan metode
bunga berganda. Pertimbangan penggunaan metode tersebut berdasarkan karakteristik
pertumbuhan penduduk disetiap tahunnya.
Jumlah penduduk awal yang dijadikan dasar perhitungan adalah penduduk pada tahun
2008. Sedangkan untuk tingkat pertumbuhan penduduk yang digunakan adalah tingkat
pertumbuhan penduduk rata-rata berdasarkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2003
sampai 2008 yaitu sebesar 0,8%. Berdasarkan variabel-variabel tersebut kemudian dihitung
proyeksi penduduk untuk 20 tahun mendatang. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan metode bunga berganda yaitu menganggap perkembangan jumlah
penduduk akan berganda dengan sendirinya. Disini dianggap tambahan jumlah penduduk
akan membawa konsekuensi bertambahnya tambahan jumlah penduduk.

Gambar 1-7.
Pertumbuhan Penduduk
Di Kota Payakumbuh Pada Tahun 2004 - 2008

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2009

Dengan menganggap perkembangan jumlah penduduk akan berganda dengan sendirinya,


metode ini tidak mempertimbangkan kenyataan empiris bahwa sesudah waktu tertentu
(jangka panjang) derajat pertambahan relatif menurun. Oleh karena itu haruslah diingat
bahwa perkembangan jumlah penduduk ternyata tidak terus menerus melampaui suatu
batas tertentu. Dengan kata lain, kurva perkembangan jumlah penduduk mempunyai
batas atas. Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat bahwa pada tahun akhir
perencanaan Tahun 2030 diperkirakan penduduk Kota Payakumbuh mencapai sekitar
126.303 Jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1-14.
Tabel 1-14.
No
.
1.
2.
3.
4.
5.

Proyeksi Penduduk Kota Payakumbuh Tahun 2010-2030

Kecamatan

Luas (Km2)

Payakumbuh Barat
Payakumbuh Timur
Payakumbuh Utara
Payakumbuh Selatan
Lamposi Tigo Nagari
Jumlah

19.08
22.73
14.53
14.67
9.42
80.43

2010
41,974
22,523
27,109
7,994
8,097
107,697

Jumlah Penduduk Jiwa/Tahun


2015
2020
2025
43,680
45,455
47,303
23,439
24,391
25,383
28,210
29,357
30,550
8,319
8,657
9,009
8,426
8,769
9,125
112,074
116,629
121,370

2030
49,225
26,414
31,792
9,376
9,496
126,303

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

3.4.2

Proyeksi Distribusi Penduduk

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

23

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

Berdasarkan data dan hasil proyeksi jumlah penduduk dapat diketahui penyebaran
(distribusi) penduduk Kota Payakumbuh. Jumlah penduduk terbesar untuk tahun 2008 yaitu
di Kecamatan Payakumbuh Barat, Timur dan Payakumbuh Utara. Fenomena ini
memperlihatkan bahwa pada kecamatan tersebut tempat terkonsentrasinya kawasan
pemukiman. Berdasarkan hasil perhitungan jumlah penduduk dapat diketahui bahwa
distribusi penduduk di Kota Payakumbuh Tahun 2010, 2015, 2020, 2025 dan Tahun 2030
dapat dilihat pada Tabel 1-15
Tabel 1-15.
No
.
1.
2.
3.
4.
5.

Kecamatan

Proyeksi Distribusi Penduduk Kota Payakumbuh


Luas (Km2)

Payakumbuh Barat
Payakumbuh Timur
Payakumbuh Utara
Payakumbuh Selatan
Lamposi Tigo Nagari
Jumlah

2010
41,974
22,523
27,109
7,994
8,097
107,697

19.08
22.73
14.53
14.67
9.42
80.43

Jumlah Penduduk Jiwa/Tahun


2015
2020
2025
43,680
45,455
47,303
23,439
24,391
25,383
28,210
29,357
30,550
8,319
8,657
9,009
8,426
8,769
9,125
112,074
116,629
121,370

2030
49,225
26,414
31,792
9,376
9,496
126,303

Sumber ; Hasil Analisis Tahun 2009

3.4.3

Proyeksi Kepadatan Penduduk

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah penduduk Kota Payakumbuh tahun 2008 sebesar
105.994 jiwa dan luas wilayah Kota Payakumbuh 8043 Ha, maka diketahui kepadatan ratarata Kota Payakumbuh Tahun 2008 adalah 13 jiwa/Ha, sementara itu jika dilihat per
kecamatan terlihat pola distribusi kepadatan sebagai berikut:

Tingkat Kepadatan Penduduk Sangat Tinggi > 60 jiwa/Ha

Tingkat Kepadatan Penduduk Tinggi 40-60 jiwa /Ha


Kecamatan Payakumbuh Barat

Tingkat Kepadatan Penduduk Sedang 20-40 jiwa/Ha


Kecamatan Timur dan Kecamatan Pakaumbuh Utara

Tingkat Kepadatan Penduduk Rendah < 20 jiwa/Ha


Kecamatan Payakumbuh Selatan dan Kecamatan Lamposi Tiga Nagari
Tabel 1-16.
No
.
1.
2.
3.
4.
5.

Kecamatan

Proyeksi Kepadatan Penduduk Kota Payakumbuh


Luas (Km2)

Payakumbuh Barat
Payakumbuh Timur
Payakumbuh Utara
Payakumbuh Selatan
Lamposi Tigo Nagari
Jumlah

1908
2273
1453
1467
942
8043

2010
22
10
19
5
9
13

Jumlah Penduduk Jiwa/Tahun


2015
2020
2025
23
24
25
10
11
11
19
20
21
6
6
6
9
9
10
14
15
15

2030
26
12
22
6
10
16

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

Hal ini memperlihatkan bahwa pola komposisi kepadatan penduduk antara tahun 2010 dan
2030 mengalami perubahan, yaitu pada tahun 2030 kepadatan penduduk di beberapa
kecamatan semakin meningkat sehingga tidak lagi berada dalam klasifikasi yang sama
PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

24

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

seperti pada tahun 2008. Berdasarkan klasifikasi tersebut di atas diketahui bahwa kawasan
pusat kota masih memiliki kepadatan tertinggi, sehingga perlu segera diantisipasi dengan
kebijakan untuk menyebarkan penduduk.

4 Potensi Bencana Alam


Dibandingkan ke berbagai kota lain di Sumbar yang terletak di zona patahan, Kota
Payakumbuh relative aman dari ancaman bencana alam gempa bumi, tanah longsor, banjir,
dan letusan gunungapi. Dan sama sekali tidak terancam dari tsunami. Namun, terdapat
ancaman bencana yang berasal dari angin topan (puting beliung). Bencana alam dari angin
puting beliung, berulang kali melanda Kota Payakumbuh.
Salah satu bencana alam yang disebabkan oleh angin puting beliung di Kota Payakumbuh,
terjadi pada Sabtu 24 Oktober 2009, diempat kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Timur.
Kejadian tersebut pada sore, bersamaan dengan hujan lebat. Dalam peristiwa tersebut, 11
bangunan rusak karena atap terlepas oleh angin dan sejumlah pohon tumbang.

4.1

Kerawanan Terhadap Bencana Gempa Bumi

Gempabumi adalah fenomena pelepasan energi secara mendadak (kejut), dimana energy
tersebut merambat sebagai gangguan (disturbances) pada material bumi penambahan
gangguan ( propagition of distarbances ) tersebut berupa pola gelombang dimana tekanan
(kompresi) tinggi berselang-seling dengan tekanan rendah. Merambat pada material didalam
dan dipermukaan bumi. Efek dari gempa bumi terhadap material dari permukaan bumi.
adalah terjadinya getaran dengan berbagai kekuatan dan arah.
Untuk Kota payakumbuh, meskipun jauh dari zona patahan yang biasa menghasilkan
episentrum gempa bumi, tetap akan menerima penjalanan energi gempa bumi. Efek secara
menyeluruh terhadap stabilitas wlayah Kota Payakumbuh tergantung dari 4 faktor, yaitu :
sifat fisik dan keteknikan material (tanah,batu), kemiringan lereng, karakter gempa bumi, dan
struktur geologi. Efek secara menyeluruh tersebut, diungkapkan sebagai tipologi kerawanan
terhadap gempabumi dan kelas stabilitas wilayah.
Tabel I-17 menunjukkan matriks pembobotan untuk stabilitas wilayah Kota Payakumbuh
terhadap gempa bumi. Dengan menghitung ke-4 faktor yang disetarakan ke nilai
kemampuan dan pembobotan, maka untuk Kota Payakumjbuh diperoleh skor 31, yaitu
termasuk kedalam zona tipologi kerawanan A, dengan kelas stabilitas kurang stabil
mendekati zona aman.

4.2

Kerawanan Terhadap Bencana Longsor

Longsor adalah suatu proses perpindahan massa tanah atau batuan dengan arah miring
dari kedudukan semula, sehingga terpisah dari massa yang mantap, karena pengaruh
gravitasi dengan jenis gerakan berbentuk rotasi dan translasi.
Kerawanan terhadap bencana longsor diukur berdasarkan tingkat kerawanan fisik alamiah
dan tingkat kerawanan karena aktivitas manusia.
Aspek Fisik Alamiah :
Dari aspek fisik alamiah, tingkat kerawanan terhadap longsor diindikasikan oleh 7
petunjuk (indikator) yaitu : kemiringan lereng, kondisi tanah, batuan penyusun lereng,
curah hujan, tata air lereng, kegempaan, dan vegetasi. Setiap indicator memiliki bobot
peran yang berbeda dalam suatu peristiwa longsor. Bobot tertinggi 30 % untuk
kemiringan lereng, 20 % batuan penyusun lereng, curah hujan dan kondisi tanah

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

25

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

masing-masing 15 %, vegetasi berbobot 10 %, tata air lereng 7 % dan kegempaan 3


%.
Dan kajian hidrogeomorfologi, zona berpotensi longsor di Kota Payakumbuh adalah
zona berpotensi longsor Tipe C, yaitu dataran tinggi dengan elevasi sampai 500 m
diatas permukaan laut, dengan kemiringan lereng berkisar antara 0 0 sampai dengan
20 %. Zona berpotensi longsor Tipe C tersebut yang paling dominan yaitu 92,30 %. Di
sebagian kecil area (7,70 %) Kota Payakumbuh memang terdapat perbukitan dengan
ketinggian melebihi 500 m. Namun bukan kawasan yang dihuni penduduk, sehingga
tidak signifikan karena tidak memuat aspek aktivitas manusia.
Dengan menghitung bobot indicator dan bobot penilaian dan membuat peringkat skor
(penjumlahan) total pada nilai bobot tertimbang, maka berdasarkan aspek fisik
alamiah, zona berpotensi longsor Type C untuk Kota Payakumbuh, mencapai nilai
total bobot tertimbang = 1.32, yaitu tingkat kerawanan rendah.
Aspek Aktivitas Manusia
Dari aspek aktivitas manusia, tingkat kerawanan terhadap longsor diindikasikan oleh 7
petunjuk (indikator) yaitu : pola tanam, penggalian dan pemotongan lereng,
pencetakan kolam, drainase, pembangunan kontruksi, kepadatan penduduk, dan
usaha mitigasi. Bobot tertinggi masing-masing 20% untuk : penggalian dan
pemotongan lereng, pembangunan konstruksi dan kepadatan penduduk. Untuk pola
tanam, pencetakan kolam, drainase dan usaha mitigasi masing-masing berbobot 10
%.
Tabel VII. 27 dan Tabel VII. 28: memperlihatkan daftar kriteria dan indicator serta
hitungan nilai bobot tertimbang untuk zona berpotensi longsor di Kota Payakumbuh.
Berdasarkan aspek aktivitas manusia, diperoleh total nilai bobot tertimbang = 1.90
yaitu zona berpotensi longsor dengan tingkat kerawanan sedang.
Tingkat Kerawanan Pada Seluruh Aspek
Tingkat kerawanan zona berpotensi longsor Tipe C di Kota Payakumbuh, berdasarkan
seluruh aspek adalah
kriteria tingkat kerawanan).

= 1.61 yaitu kerawanan tingkat rendah (lihat tabel

Tabel 1-17. Matriks Pembobotan Stabilitas Wilayah Terhadap Gempa Bumi


Di Kota Payakumbuh
No
.
1.

Informasi geologi

Kelas Informasi

Geologi (sifat fisik dan


keteknikan batuan)

Dataran aluvial sungai : lempung pasir, kerikil dan


bongkah kwasit (Qal) Dataran : tufa batuan
apung, lapili dan kerikil

2.
3.

Kemiringan Lereng
Kegempaan

4.

Struktur Geologi

Datar - Landai (0-15%)


MM I

Ritcher
VIII
0.15-0.30
6.0-6.5
Jauh dari zona sesar (10-20 km) dari zona
patahan
Total Jumlah Skor

Nilai
Kemampuan
2

Bobo
t
3

Sko
r
6

2
3

3
5

6
15

Sumber ; Hasil Analisis Tahun 2009, = Percepatan Gelombang (cm/dt2)


Skor 31-Tipologi A
Kelas Informasi 1C ; 2A ; 3C ; 4A ( dari matrik penilaian Tipologi model terapan)

31

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

26

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |
Keterangan : 1C = Kolom No. 1 dan kelas informasi No. C, pada matriz pembobotan
wilayah kestabilan wilayah terhadap gempa bumi.
2 A = Kolom No. 2 dan kelas informasi No. A, pada matriz pembobotan
untuk wilayah kestabilan wilayah terhadap gempa bumi.
3 C = Kolom No. 3 dan kelas informasi No. C, pada matriz pembobotan
untuk wilayah kestabilan wilayah terhadap gempa bumi.
4 A = Kolom No. 4 dan kelas informasi No. A, pada matriz pembobotan
untuk wilayah kestabilan wilayah terhadap gempa bumi.

Kestabilan Wlayah : Kurang Stabil


Tabel 1-18. Kelas Stabilitas dan Zona Tipologi Kerawanan Gempa Bumi
Kelas Stabilitas
Total Skor
Zona Tipologi Kerawanan

Tidak Stabil
60 55 50
F
E

Kurang Stabil
45 40 35 30
D
C
B
A

Stabil
15
Zona Aman

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

Tabel 1-19. Kriteria dan Indikator Tingkat Kerawanan Untuk Zona Berpotensi Longsor
Tipe , Berdasarkan Aspek Fisik AlamiDi Kota Payakumbuh
No.

Indikator

(1)
1.

(2)
Kemiringan
Lereng
Kondisi
Tanah

2.

Bobot
Indikator
(3)
30%

Sensitivitas Tingkat
Kerawanan
(4)
Sedang

15%

Rendah

3.

Batuan
Penyusun
Lereng

20%

Rendah

4.

Curah Hujan

15%

Sedang

5.

Tata
Lereng

7%

Sedang

6.

Kegempaan

3%

Rendah

7.

Vegetasi

10%

Sedang

Jumlah Bobot

Air

Bobot
Penilaian
(6)
1

Nilai Bobot
Tertimbang
(7)
0,30

Lereng tersusun oleh


batuan dan tanah,
namun tanpa struktur
retakan/kekar pada
batuan
Lereng tersusun oleh
batuan dan tanpa,
tanpa struktur kekar

0,15

0,20

Curah hujan 30-70


mm/jam berlangsung
tidak lebih dari 2 jam
(1000-2500
mm/tahun)
Merupakan
luas
tengah
jaringan
Batang
Sinamar,
Batang Lamposi dan
Batang Agam
Bukan
Kawasan
Gempa
Ilalang,
rumputrumputan dan semak
belukar dan hutan

0,30

0,14

0,03

0,20

Veriver
(5)
Kemiringan 0%-8%

100%

1,32

Sumber ; Hasil Analisis Tahun 2009

Tabel 1-20. Kriteria dan Indikator Tingkat Kerawanan Untuk Zona Berpotensi Longsor,
Berdasarkan Aspek Aktivitas Manusia Di Kota Payakumbuh

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

27

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

No.

Indikator

Bobot
Indikator
(3)
10%

Sensitivitas Tingkat
Kerawanan
(4)
Rendah

Veriver

Nilai Bobot
Tertimbang
(7)
0,20

(1)
1.

(2)
Pola Tanam

2.

Penggalian dan
Pemotongan
Lereng

20%

Sedang

Intensitas
penggalian/pemotongan rendah
dan memperhatikan geoteknik

0,40

3.

Pencetakan
Kolam

10%

Sedang

Ada percetakan kolam, tanpa


perembesan air kedalam lereng

0,20

4.

Drainase

10%

Rendah

Sistem drainase memadai dan


ada
usaha-usaha
untuk
perbaikan drainase

0,10

5.

Pembangunan
Konstruksi

20%

Sedang

Beban
konstruksi
belum
melebihi daya dukung tanah

0,40

6.

Kepadatan
Penduduk
Usaha Mitigasi

20%

Sedang

Kepadatan (20-50) jiwa/ha

0,40

10%

Sedang

Ada usaha mitigasi bencana


oleh pemerintah atau masyrakat,
namun belum terkoordinasi
dengan baik

0,20

7.

Jumlah Bobot

(5)
Dimanfaatkan sebagai sawah
dan atau ladang

Bobot
Penilaian
(6)
2

100%

1,90

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

Tabel 1-21. Bobot Penilaian Terhadap Tingkat Kerawanan Longsor


Dampak dari Indikator
Bobot Penilaian

Kurang
1

Sedang
2

Besar
3

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

Bobot tertimbang setiap insikator dihitung melalui perkalian antara bobot indicator dengan
bobot penilaian tingkat kerawanan setiap indikator. Nilai ini menunjukkan tingkat kerawanan
pada masing-masing indikator.
Tabel 1-22. Kriteria Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi Longsor
Berdasarkan Aspek Fisik Alamiah
Tingkat Kerawanan Zona
Longsor
Total Nilai Bobot Tertimbang

Berpotensi

Rendah
1,00-1,69

Sedang
1,70-2,39

Tinggi
2,40-3,00

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

Tabel 1-23. Kriteria Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi Longsor Berdasarkan Aspek
Aktivitas Manusia
Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi Longsor
Total Nilai Bobot Tertimbang

Rendah
1,00-1,69

Sedang
1,70-2,39

Tinggi
2,40-3,00

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2009

Penilaian terhadap tingkat kerawanan suatu zona berpotensi longsor pada seluruh aspek
dilakukan dengan menjumlahkan total nilai bobot tertimbang pada aspek fisik alamiah
dengan total nilai bobot tertimbang pada aspek aktivitas manusia dan membaginya menjadi
dua.
Tabel 1-24. Kriteria Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi Longsor
Berdasarkan Seluruh Aspek
PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

28

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |
Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi Longsor
Total Nilai Bobot Tertimbang Aspek Fisik Alamiah + Aspek Aktivitas Manusia
2

Rendah
1,001,69

Sedang
1,702,39

Tinggi
2,40-3,00

Tabel 1-25. Klasifikasi Tipe Zona Berpotensi Longsor


Berdasarkan Tingkat Kerawanan
No
.
(1)
1.

Tipe Zona

Kriteria Tingkat Kerawanan


(Aspek Fisik Alami)

(2)

(3)
Tinggi

A
Daerah lereng gunung/pegunungan,
lereng bukit/perbukitan dan tebing
sungai dengan kemiringan lereng di
atas 40 %

Sedang

Rendah
2.

Kriteria Tingkat Risiko


(Aspek Manusia)

Klasifikasi Tingkat
Kerawanan

(4)

(5)

Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah

Kelas Tinggi

Kelas Sedang

Kelas Rendah

Tinggi
Tinggi

Rendah

B
Daerah
kaki
gunung/pegunungan,kaki
bukit/perbukitan dan tebing sungai
dengan kemiringan lereng antara 21
% sampai 40 %

Kelas Tinggi

Tinggi
Sedang

Sedang
Rendah
Tinggi

Rendah
3.
Tinggi
C
Daerah dataran tinggi, dataran
rendah, dataran tebing sungai,
dengan kemiringan lereng lereng 0
% sampai 20 %

Sedang

Sedang

Rendah

Kelas Sedang

Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah

6
7

Kelas Rendah
Kelas Tinggi

Kelas Sedang

Kelas Rendah

Sumber ; Hasil Analisis Tahun 2009

Dibandingkan ke berbagai kota lain di Sumbar yang terletak di zona patahan, Kota
Payakumbuh relative aman dari ancaman bencana alam gempa bumi, tanah longsor, banjir,
dan letusan gunning api. Dan sama sekali tidak terancam dari tsunami. Namun, terdapat
ancaman bencana yang berasal dari angin topan (puting beliung). Bencana alam dari angin
puting beliung, berulang kali melanda Kota Payakumbuh.

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

29

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

Gambar 1-8.

Rawan Bencana Alam

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

30

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

Gambar 1-9.

Citra Satelit Kota Payakumbuh

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

31

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

Gambar 1-10.

Guna Lahan Eksisting

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

32

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

5 Potensi Ekonomi Wilayah


Pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh tahun 2008 yang ditunjukkan oleh PDRB menurut
harga konstan nampak mengalami peningkatan yakni 6,37% tahun 2007 menjadi 6,42%
pada tahun 2008.
Secara sektoral di tahun 2008, seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan
tertinggi masih dialami oleh sektor angkutan dan komunikasi, sedangkan terendah oleh
sektor pertambangan dan penggalian.
Meskipun seluruh sektor tumbuh positif, namun hanya 6 sektor yang mengalami kenaikan
dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sektor : pertambangan & penggalian; industri; listrik
dan air bersih; perdagangan, hotel dan restoran; bangunan; dan jasa-jasa.
Tabel 1-26.
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pertumbuhan PDRB Kota Payakumbuh 2004 2008

Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi
keuangan,
Sewa
dan
Jasa
Perusahaan
Jasa- Jasa
PDRB

2004
5,19
5,8
5,21
6,02
5,45
4,74
9,03
5,61

2005
4,15
4,77
7,64
5,96
4,97
4,82
9,99
3,79

2006
4,16
3,92
4,88
5,99
4,81
5,08
10,3
6,82

2007*)
4,63
3,9
4,94
6,62
4,69
5,58
9,52
7,45

2008**)
4,54
4,1
4,96
6,91
5,03
5,98
9,04
7,61

4,06
5,61

4,52
5,78

5,18
6,18

5,55
6,34

5,62
6,42

Catt : * ) Angka Diperbaiki dan **) Angka Sementara

Pada tahun 2008 dalam pembentukan PDRB Kota Payakumbuh terdapat 3 sektor dengan
pertumbuhannya diatas 6%, yaitu sector listrik dan air bersih, sektor angkutan dan
komunikasi, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2008 turun dari tahun sebelumnya yaitu 4,54%,
sedangkan pada tahun 2007 mencapai 4,63%. Hal ini disebabkan turunnya pertumbuhan
subsektor tanaman bahan makanan dan holtikultura serta perkebunan.
Sektor pertambangan dan penggalian mengalami kenaikan pertumbuhan di tahun 2008, dari
3,9% tahun 2007 menjadi 4,10% tahun 2008.
Sektor industri yang terpuruk pada tahun 2006 lalu akibat kenaikan BBM dan dan listrik
mulai mengalami sedikit peningkatan pertumbuhan dari 4,88% tahun 2006 menjadi 4,94%
tahun 2007. Pada tahun 2008 juga mengalami peningkatan menjadi 4,96%. Kota
Payakumbuh termasuk salah satu kota yang lambat pertumbuhan industrinya atau masih
dibawah 5%, Oleh sebab itu pemerintah daerah perlu perlu fokus dalam mendorong
tumbuhya industri besar di Kota Payakumbuh seperti industri pakan ternak yang sangat
potensi baik dalam penyediaan bahan baku maupun pemasaran, karena Kota Payakumbuh
dan Kabupaten Lima Puluh Kota terkenal dengan sentra pertanian dan peternakan.
Sementara itu sektor listrik dan air bersih mengalami kenaikan sebesar 6,62% tahun 2007
dan menjadi 6,91% tahun 2008.

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

33

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

Sejak tahun 2004 sektor bangunan terus mengalami penurunan pertumbuhan. Dan hal itu
terus berlanjut pada tahun 2007 yakni turun dari 4,81% tahun 2006 menjadi 4,96%. Pada
tahun 2008 sektor bangunan mulai meningkat pertumbuanya menjadi 5,03%.
Sedangkan untuk sekto perdagangan, Hotel dan restoran sejak tahun 2004 2008 terus
mengalami peningkatan pertumbuhan. Pada tahun 2004 sektor ini tumbuh sebesar 4,47%
dan pada tahun 2008 tumbuh menjadi 5,98%. Sektor angkutan dan Komunikasi meskipun
mengalam pertumbuhan paling tinggi tahun 2008, tetapi mengalami penurunan pada tahun
sebelumnya. Jika pada tahun 2007 mengalami pertumbuhan sebesar 9,52% pada tahun
2008 hanya mencapai 9,04%.
Selanjutnya sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada tahun 2008 mengalami
kenaikan yaitu yaitu sebesar 7,61% bila dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 7,45 %.
Selanjutnya sektor Jasa-jasa, pada tahun 2007 tumbuh sebesar 5,55% dan naik menjadi
5,62% pada tahun 2008. Kenaikan ini terutama didukung oleh naiknya jasa hiburan dan
rekreasi sebesar 7,53%.

Gambar 1-11.
Usaha

Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan


Kota Payakumbuh Tahun 2004-2008

Peranan sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi paling besar dalam
pembentukan PDRB Kota Payakumbuh di tahun 2008 yaitu sebesar 23,15%. Angka ini naik
sedikit jika dibandingkan dengan tahun 2007 yang mencapai 22,88% (angka diperbaiki ).
Tabel 1-27.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Distribusi Persentase PDRB Kota Payakumbuh 2004-2008


( persen )

Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Angkutan dan Komunikasi
Keuangan,
persewaan
dan
Perusahaan

Jasa

2004
11,39
0,49
6,52
1,76
7,79
18,64
19,89
9,14

2005
11,06
0,46
6,29
1,77
8,72
18,43
21,22
8,72

2006
10,77
0,48
6,66
1,65
8,6
18,05
22,63
8,52

2007 *)
10,51
0,51
6,86
1,61
8,51
17,99
22,88
8,48

2008 **)
10,45
0,5
6,92
1,58
8,42
18,24
23,15
8,44

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

34

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |
9.

Jasa-Jasa
PDRB

24,38
100

23,33
100

22,64
100

22,65
100

22,3
100

Catt : * ) Angka Diperbaiki dan **) Angka Sementara

Kontribusi terbesar kedua diikuti oleh sektor jasa yang memberikan andil sebesar 22,30%
pada pembentukan PDRB Kota Payakumbuh. Peranannya turun bila dibandingkan dengan
dengan tahun lalu yang mencapai 22,65% (angka diperbaiki ).
Pada tahun 2008 peranan sektor perdagangan, hotel dan restoran masih menempati posisi
ketiga dengan kontribusi sebesar 18,24% atau naik dari 17,99% (angka diperbaiki) pada
tahun 2007.
Sama halnya seperti pada tahun 2007 peranan sektor pertanian masih menempati urutan
keempat dalam pembentukan PDRB Kota Payakumbuh tahun 2008. Jika pada tahun 2007
kontribusi sektor ini sebesar 10,51%, pada tahun 2008 turun menjadi 10,45%.
Pada urutan kelima dan keenam ditempati oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan dan sektor bangunan. Dimana sektor ini dalam pembentukan PDRB
memberikan sumbangan masing-masing sebesar 8,44%.
Sementara itu untuk sektor-sektor lain sumbangannya terhadap pembentukan PDRB Kota
Payakumbuh tahun 2008 berada dibawah angka 8% yakni, sektor industri sebesar 6,92%,
sektor listrik dan air bersih sebesar 1,58% dan sektor pertambangan dan penggalian
sebesar 0,50%. Untuk lebih jelasnya sumbangan masing-masing sektor dapat dilihat pada
gambar berikut ini :

Gambar 1-12.

Grafik Struktur Ekonomi Kota Payakumbuh


2008

Pertumbuhan Produk Domistik Regional Bruto yang tinggi belum tentu mencerminkan
peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena sangat tergantung kepada laju pertumbuhan
penduduk pada tahun yang bersangkutan dan pemerataan pendapatan. Jika laju
pertumbuhan penduduk pertengahan tahun lebih Tinggi dari laju pertumbuhan Produk
Domestik Regional Bruto pada tahun yang sama, maka Produk Domestik Regional Bruto
perkapitanya akan semakin kecil, dan begitu pula sebaliknya.
PDRB perkapita dan pendapatan regional menggambarkan rata-rata pendapatan yang
diterima penduduk suatu wilayah pada tahun tertentu. Secara konseptual pendapatan
PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

35

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

regional perkapita didapat pengurangan total PDRB dengan penyusutan dan pajak tidak
langsung netto, dan hasil pengurangan tersebut dibagi dengan penduduk pertengahan tahun
pada tahun yang sama.

Tabel 1-28.
No
.
1.
2.

PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita Atas Dasar Harga


Berlaku Kota Payakumbuh Tahun 2007-2008
Uraian
PDRB Perkapita
Pendapatan Regional
Perkapita

Tahun
2007
2008
2007
2008

Nilai Nominal
( Rp )
12.326.328,98
14.285.699,8
11.188.141,01
12.943.301,76

Kenaikan
(%)
14,29
12,94

Catatan : *) Angka Diperbaiki


**) Tidak Termasuk Transfer Neto

Dari tabel terlihat bahwa PDRB perkapita Kota Payakumbuh tahun 2008 berjumlah
14.285.699,80 rupiah atau naik sebesar 14,29 persen bila dibandingkan dengan tahun 2007.
Setelah penyusutan dan pajak tidak langsung dikeluarkan dari total PDRB diperoleh
pendapatan regional perkapita Kota Payakumbuh sebesar 12.943.301,76 rupiah (angka
diperbaiki ) pada tahun 2008 atau naik sebesar 12,94 persen dibandingkan dengan tahun
2007.
Perbandingan PDRB Kota Payakumbuh Dalam Konstelasi Regional Sumatera Barat
1.

PDRB Menurut Harga Berlaku


PDRB menurut harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan pengelolaan sumber
daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah dimana nilai PDRB yang besar
menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar. JIka dibandingkan
dengan Kota-Kota yang ada di Propinsi Sumatera Barat Kota Payakumbuh memiliki
nilai PDRB menurut harga berlaku sebesar 1.514,20 milyar rupiah pada tahun 2008
dibawah Kota Padang dan Kota Bukittingggi, atau PDRB Kota Payakumbuh
memberikan konstribusi sebesar 2,21% konstribusi terhadap Propinsi Sumatera Barat
(Kab/Kota).

2.

PDRB menurut Harga Konstan


Seperti halnya menurut PDRB harga berlaku, PDRB atas dasar harga konstan, Kota
Padang merupakan daerah yang paling tinggi PDRB atas dasar harga konstannya
yaitu sebesar yaitu sebesar 10.797,26 milyar rupiah dan Kota Padang Panjang yang
paling rendah nilai PDRB atas dasar harga konstanya yaitu sebesar 373,24 milyar
rupiah. Sedangkan Kota Payakumbuh PDRB harga konstannya sebesar 774,50 milyar
rupiah nilai terbesar ketiga di antara 7 Kota administratif yang di Propinsi Sumatera
Barat. PDRB harga konstan (rill) merupakan PDRB yang menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga satu tahun sebagai dasar
untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor

3.

Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan kapasitas produksi aspekaspek penggerak kegiatan perekonomian yang tergambar dalam bentuk kenaikan
pendapatan pertumbuhan ekonomi yang dapat diukur dengan mengakaji peningkatan
pendapatan dalam jangka waktu tertentu.
Ditinjau dari segi Pertumbuhan ekonomi, dari sembilan belas daerah kabupaten/ kota
di Propinsi Sumatera Barat tahun 2008, memperlihatkan variasi yang beragam. Pada
PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

36

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

umumya pertumbuhan ekonomi dari ke-19 daerah kabupaten/kota Propinsi Sumatera


Barat di atas 5%, kecuali Kabupaten Mentawai dan Kota Sawahlunto. Pertumbuhan
ekonomi tertinggi terjadi di Kota Bukittinggi sebesar 6,58%. Sedangkan Kota
Payakumbuh pertumbuhan ekonominya ketiga tertinggi di Propinsi Sumatera Barat,
sementara Kota Padang sebagai ibukota Propinsi hanya mampu tumbuh sebesar 6,21
%.
4.

PDRB Perkapita
PDRB perkapita merupakan PDRB yang diukur dengan membandingkan pendapatan
daerah dengan jumlah penduduk. PDRB perkapita digunakan untuk menilai tingkat
kesejahteraan masyarakat disuatu wilayah, yang menggambarkan rata-rata
pendapatan yang diterima penduduk suatu wilayah pada satu tahun tertentu. PDRB
perkapita kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Barat menunjukkan variasi yang
beragam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi disparitas pendapatan
yang cukup tinggi antar daerah di Propinsi Sumatera Barat. Kabupaten Solok Selatan
adalah daerah yang paling rendah memiliki PDRB perkapitanya.yaitu 8,07 juta rupiah.
Yang paling tinggi PDRB perkapitanya yaitu Kota Padang sebesar 23,49 juta rupiah.
Sedangkan Kota Payakumbuh PDRB perkapitanya adalah sebesar 14,29 juta rupiah.

6 ISU-ISU STRATEGIS
Dalam menginterpretasikan produk rencana tata ruang, terdapat dua pendekatan yang
dapat digunakan, yaitu pendekatan regulatif dan pendekatan corporate (market oriented).
Isu-isu yang berkembang dalam mekanisme pemanfaatan ruang kota secara umum antara
lain :
1. Pengelolaan lahan perkotaan.

Tingkat harga lahan dipengaruhi oleh tingkat kekuatan pasar

Status kepemilikan lahan

2. Isu pengelolaan lingkungan hidup.

Keseimbangan lingkungan dalam kegiatan pemanfaatan lahan

Kelestarian lingkungan, berkaitan dengan budidaya peternakan ayam ras yang


berada pada pusat-pusat permukiman penduduk.

Tingkat penggunaan teknologi (harus dinamis)

3. Pembangunan prasarana sarana perkotaan.

Kondisi ketersediaan prasarana dan sarana (kuantitas, kualitas, fungsional).

Kekurangan (gap) antara kebutuhan dan ketersediaan prasarana dan sarana


perkotaan, sehingga dibutuhkan upaya optimasi dalam pembangunan prasarana
dan sarana perkotaan.

4. Pembiayaan pembangunan.

Visi bisnis dalam sikap urban managers dalam menggalang dana untuk
pembangunan prasarana sarana perkotaan

Organisasi birokrasi dan sikap mental command and control, yang membuat sulitnya
menyesuaikan perubahan-perubahan yang terjadi karena panjangnya rantai
keputusan.

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

37

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

5. Pembangunan sektor dan kawasan strategis.


Seluruh kegiatan pembangunan tidak mungkin dilaksanakan secara sekaligus, akan
tetapi perlu penetapan prioritas-prioritas pembangunan, yang ditentukan melalui proses
pengenalan persoalan-persoalan strategis, sektor-sektor strategis dan kawasankawasan strategis.
6. Kerjasama swasta masyarakat pemerintah.
Pejabat-pejabat pemerintah harus memiliki jiwa entrepreneurship, antara lain dalam
upaya :

Mencari kemungkinan celah kerjasama dengan swasta yang tidak merugikan


kepentingan kota, Melihat permasalahan lebih kepada untung rugi kota

Mendudukan swasta dan masyarakat sebagai mitra pembangunan, dalam


menghadapi dan menangani persoalan kota.

7. Pengembangan kota yang manusiawi


Yaitu dengan memperhatikan faktor-faktor kemanusiaan, supaya tidak menimbulkan
tekanan kejiwaan pada penduduk kota.
8. Penciptaan lapangan kerja
Sebagai upaya untuk menyehatkan kondisi sosial ekonomi kota.
Dalam konteks Kota Payakumbuh, isu strategis adalah :
1.

2.

Terkait dengan struktur ruang kota, antara lain :


a.

Ketergantungan pelayanan pada pusat kota seperti pelayanan


perdagangan dan jasa yang bergabung dengan permukiman dengan
intensitas yang tinggi sehingga menyebabkan tragedy of common seperti
kemacetan lalulintas, ketidaknyamanan beraktifitas, dan ketidakamanan
beraktifitas.

b.

Pusat pelayanan kota yang tidak diturunkan kedalam subpusat pelayanan.


Artinya, terdapat kesenjangan antara inti kota dengan kawasan pinggiran
kota.

Terkait pola penggunaan ruang, antara lain :


a.

Fokus kawasan lindung masih terbatas pada kawasan konservasi


bangunan tua dan bangunan tradisional,

b.

Pengalokasian ruang untuk kegiatan pendidikan tinggi untuk


meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Payakumbuh belum ada,

c.

Kebutuhan ruang yang cukup untuk memindahkan kawasan rumah sakit


dari kawasan padat ke kawasan yang lebih luas, sebagai pusat pelayanan
kesehatan dengan meningkatkan kelas Rumah Sakit menjadi tipe B
dengan skala pelayanan wilayah mencakup Kabupaten Lima Puluh Kota.

d.

Perlu mengalokasikan ruang untuk kawasan industri kecil dan rumah


tangga karena memiliki potensi yang besar untuk ekspor dan penyerapan
tenaga kerja yang besar,

e.

Diversifikasi
kegiatan
seperti
pariwisata
yang
membutuhkan
pengalokasian ruang yang lebih luas untuk kegiatan rekreasi dan wisata

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

38

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

bagi penduduk Kota Payakumbuh dan dari luar kota untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat,

3.

f.

Terbatasnya ruang terbuka hijau khususnya publik, membuat kota kurang


menarik. Untuk itu perlu dibangun taman-taman kota yang menjadi vokal
point untuk meningkatkan image kota dengan memanfaatkan budaya
lokal.

g.

Pengembangan kawasan olah raga di kawasan Kubu Gadang dan


sekitarnya,

h.

Membangun kawasan perkantoran pemerintahan secara terpadu untuk


efisiensi,

Terkait pengendalian pemanfaatan ruang, antara lain :


a. Tidak konsistennya pelaksanaan RTRW Kota Payakumbuh, seperti
pengalihan pemanfaatan ruang kawasan Ngalau dan sekitarnya sebagai
kawasan budidaya sedangkan dalam RTRW merupakan kawasan
konservasi atau kawasan lindung.
b. Konversi lahan pertanian menjadi non pertanian perlu diatur sehingga tidak
menimbulkan permasalahan dikemudian hari.

7 SISTEMATIKA PELAPORAN
Laporan Akhir ini disusun dengan sistematika pembahasan laporan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STARTEGI PENATAAN RUANG

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

39

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

1.

Format Halaman

1.1

DASAR HUKUM PENYUSUNAN RTRW KOTA PAYAKUMBUH......I-1

1.2

PROFIL WILAYAH KOTA PAYAKUMBUH....................................I-2

1.2.1 Gambaran Umum...............................................................I-2


1.2.1.1 Letak Geografis............................................................I-2
1.2.1.2 Wilayah Adminstratif....................................................I-3
1.2.1.3 Klimatologi...................................................................I-6
1.2.1.4 Topografi dan Morpologi...............................................I-7
1.2.1.5 Kondisi Geologi, Jenis Tanah dan Geomorpologi.........I-9
1.2.1.6 Hidrologi....................................................................I-16
1.3

Kependudukan Dan Sumber Daya Manusia........................I-16

1.3.1 Tingkat Pertumbuhan Penduduk......................................I-16


1.3.1.1 Persebaran dan Kepadatan Penduduk.......................I-19
1.3.1.2 Struktur Dan Karakteristik Penduduk.........................I-21
1.3.2 Penduduk Menurut Umur.................................................I-21
1.3.3 Penduduk Menurut Mata Pencaharian..............................I-21
1.3.4 Penduduk Menurut Pendidikan.........................................I-22
PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

40

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

1.3.4.1 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk..............................I-23


1.3.4.2 Proyeksi Distribusi Penduduk.....................................I-24
1.3.4.3 Proyeksi Kepadatan Penduduk...................................I-24
1.4

Potensi Bencana Alam.........................................................I-25

1.4.1 Kerawanan Terhadap Bencana Gempa Bumi....................I-25


1.4.2 Kerawanan Terhadap Bencana Longsor............................I-25
1.5

Potensi Ekonomi Wilayah....................................................I-33

1.6

ISU-ISU STRATEGIS..............................................................I-37

1.7

SISTEMATIKA PELAPORAN....................................................I-39

Tabel 1-1. Luas Wilayah Kota/ Kabupaten Lain di Sumatera Barat. .I-3
Tabel 1-2. Tipe Iklim dan Tipe Hujan di Kota Payakumbuh..............I-6
Tabel 1-3. Data Curah Hujan dan Suhu Udara di Daerah Tanjung
Pati dan Sekitarnya (Tahun 2000 2005).......................................I-6
Tabel 1-4. Klasifikasi Kemiringan Lahan di Kota Payakumbuh.........I-7
Tabel 1-5. Klasifikasi Tanah di Kota Payakumbuh Menurut Berbagai
Sistem Klasifikasi Tanah Yang Berlaku di Indonesia......................I-11
Tabel 1-6. Satuan Peta Tanah (SPT) di Kota Payakumbuh..............I-12
Tabel 1-7. Sifat dan Karakteristik Tanah Yang Terdapat di Kota
Payakumbuh.................................................................................I-14
Tabel 1-8. Kepadatan Penduduk/Kelurahan...................................I-18
Tabel 1-9. Pertumbuhan Penduduk Kota Payakumbuh Tahun 2003 2008
I-19
Tabel 1-10. Kepadatan Bruto Penduduk Kota Payakumbuh Tahun
2004-2008 I-19
Tabel 1-11.
Struktur
Penduduk
Kota
Payakumbuh
Berdasarkan Kelompok Umur Di Kota Payakumbuh Tahun 2008. I-21
Tabel 1-12.
Jumlah
Presentase
Penduduk
Berdasarkan Mata Pencaharian Di Kota Payakumbuh...................I-22
PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

41

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

Tabel 1-13. Tingkat Parsipatif Penduduk Kota Payakumbuh.........I-22


Tabel 1-14. Proyeksi Penduduk Kota Payakumbuh Tahun 2010-2030
I-23
Tabel 1-15. Proyeksi Distribusi Penduduk Kota Payakumbuh........I-24
Tabel 1-16. Proyeksi Kepadatan Penduduk Kota Payakumbuh......I-24
Tabel 1-17.
Matriks
Gempa Bumi

Pembobotan Stabilitas Wilayah Terhadap


Di Kota Payakumbuh....................I-26

Tabel 1-18. Kelas Stabilitas dan Zona Tipologi Kerawanan Gempa


Bumi
I-27
Tabel 1-19. Kriteria dan Indikator Tingkat Kerawanan Untuk Zona
Berpotensi Longsor Tipe , Berdasarkan Aspek Fisik AlamiDi Kota
Payakumbuh.................................................................................I-27
Tabel 1-20. Kriteria dan Indikator Tingkat Kerawanan Untuk Zona
Berpotensi Longsor, Berdasarkan Aspek Aktivitas Manusia Di Kota
Payakumbuh.................................................................................I-28
Tabel 1-21. Bobot Penilaian Terhadap Tingkat Kerawanan Longsor. .I28
Tabel 1-22.
Longsor

Kriteria

Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi


Berdasarkan Aspek Fisik Alamiah............I-28

Tabel 1-23. Kriteria Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi Longsor


Berdasarkan Aspek Aktivitas Manusia..........................................I-28
Tabel 1-24.
Longsor

Kriteria Tingkat Kerawanan Zona Berpotensi


Berdasarkan Seluruh Aspek.....................I-29

Tabel 1-25.
Klasifikasi
Tipe
Zona
Berpotensi
Longsor
Berdasarkan Tingkat Kerawanan..................................................I-29
Tabel 1-26. Pertumbuhan PDRB Kota Payakumbuh 2004 2008..I-33
Tabel 1-27.
2008

Distribusi Persentase PDRB Kota Payakumbuh 2004( persen ).............................................I-34

Tabel 1-28. PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita


Atas Dasar Harga Berlaku Kota Payakumbuh Tahun 2007-2008...I-36

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

42

BIMBINGAN TEKNIS PENYUSUNAN RTRW


KO TA PAYA KU M B U H TA H U N 2 0 1 0 - 2 0 3 0 |

Gambar 1-1. Orientasi Wilayah KOta Payakumbuh........................I-4


Gambar 1-2. Wilayah Administrasi Kota Payakumbuh...................I-5
Gambar 1-3. Kemiringan Lereng Kota Payakumbuh......................I-8
Gambar 1-4. Peta Jenis Tanah Kota Payakumbuh........................I-15
Gambar 1-5. Peta Hidrologi Kota Payakumbuh............................I-17
Gambar 1-6.
Peta Perkembangan kepadatan penduduk Eksisting
Kota Payakumbuh.........................................................................I-20
Gambar 1-7.
Pertumbuhan
Penduduk
Di Kota Payakumbuh Pada Tahun 2004 - 2008..............................I-23
Gambar 1-8. Rawan Bencana Alam.............................................I-30
Gambar 1-9. Citra Satelit Kota Payakumbuh...............................I-31
Gambar 1-10.Guna Lahan Eksisting.............................................I-32
Gambar 1-11. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha
Kota Payakumbuh Tahun 2004-2008.............................................I-34
Gambar 1-12.Grafik Struktur Ekonomi Kota Payakumbuh 2008...I-35

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH

43

Anda mungkin juga menyukai