Anda di halaman 1dari 7

52

Kajian Sifat Fisik .......................... ( Bambang piluharto )

Kajian Sifat Fisik Film Tipis Nata de Coco Sebagai Membran Ultrafiltrasi
(Study of Physical Properties of Nata de Coco Thin Film as Ultrafiltration
Membrane)
Bambang Piluharto
Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA Universitas Jember
ABSTRACT
Nata de coco is the fermentation product of coconut water using Acetobacter xylinum with the main content is
cellulose. This research has been focused on the study of physical properties (density and swelling degree) thin
film of nata de coco as ultrafiltration membrane. Firstly purification of crude nata de coco by water and 2%
NaOH was carried out, then followed by immersing the purified nata in various concentrations of NaOH (010%) in order to investigate physical properties of nata de coco toward alkali condition. Afterward nata de coco
was pressed using hot press tools and ready to characterised in term of physical properties and membrane
performances. The physical properties showed that films with treatment in 6% NaOH have largest density value
(1.801 g/cm3) and smallest swelling degree (135.5%). The water flux of films decreased with the increase of
NaOH up to 6% and afterward the flux tend the increased again. The rejection test for Dextran 500-T showed
fluxtuative value with the increase of NaOH concentration.
Keywords: Nata de coco, Acetobacter xylinum, ultrafiltration membran, density, swelling, flux, rejection
PENDAHULUAN
Nata de coco adalah salah satu dari beberapa
potensi air kelapa yang banyak dikembangkan
di Indonesia. Nata de coco adalah hasil proses
fermentasi
air
kelapa
menggunakan
Acetobacter xylinum. Kandungan utama nata
de coco adalah selulosa (Bergenia, 1982).
Menurut Krystinowicz dan Bielecki, selulosa
bakterial mempunyai beberapa keunggulan
antara lain kemurnian tinggi, derajat
kristalinitas tinggi, mempunyai kerapatan
antara 300 dan 900 kg/m3, kekuatan tarik
tinggi,
elastis
dan
terbiodegradasi
(Krystinowicz, 2001).
Penelitian
yang
mengarah
pada
pengembangan selulosa bakterial sebagai
material yang bernilai tambah sudah banyak
dilakukan. Beberapa diantaranya adalah
penggunaan selulosa bakterial sebagai bahan
diafragma tranduser, bahan pencampur dalam
industri kertas, karakterisasi sifat listrik dan
magnetnya, sebagai support untuk sensor
glukosa dan sebagai membran dialisis (Ighuci,
2000) .
Sebagai membran pemisah, publikasi
tentang selulosa bakterial belum banyak
ditemui. Satu publikasi dari Shibazaki dan
kawan-kawan yaitu tentang penggunaan
selulosa bakterial sebagai membran dialisis.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
membran selulosa bakterial mempunyai
kecepatan permeasi yang lebih besar dibanding
dengan selulosa teregenerasi (selofan). Selain

itu juga teramati perubahan struktur membran


dengan perlakuan alkali (Shibazaki, 1993).
Perkembangan teknologi membran saat ini
telah meluas pada berbagai kalangan, baik
kalangan
akademis
maupun
industri.
Dibandingkan dengan proses-proses pemisahan
yang lain teknologi membran mempuyai
beberapa keunggulan, antara lain dalam hal
energi, sederhana dan ramah lingkungan.
Keberhasilan proses pemisahan dengan
membran tergantung pada kualitas membran
tersebut. Beberapa parameter yang penting
dalam menentukan kualitas suatu membran
diantaranya yaitu mempunyai permeabilitas
yang tinggi, permselektifitas yang tinggi, stabil
pada temperatur yang tinggi, kestabilan
mekanik dan tahan terhadap zat kimia yang
akan dipisahkan (Mulder, 1996).
Berdasarkan sifat fisik dan kimia yang
dimiliki oleh selulosa bakterial, diperlukan
suatu studi tentang kemungkinan penggunaan
bakterial selulosa sebagai membran pemisah
jenis membran ultrafiltrasi. Membran ini
adalah salah satu jenis membran pemisah
dengan gaya dorong beda tekanan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengkaji sifat fisik
(densitas dan derajat swelling) pada film tipis
nata de coco sebagai membran ultrafiltrasi.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi perkembangan material polimer
alam pada umumnya dan material membran
pada khususnya serta meningkatkan nilai
tambah nata de coco sebagai material yang
bermanfaat.

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 4 No. 1, 2003:52-57

METODOLOGI
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah air kelapa, gula
pasir, Asam asetat glasial, NH2SO4, NaOH,
aquades dan bakteri Acetobacter xylynum yang
ditanamkan dalam yeast extract agar yang
diperoleh dari laboratorium mikrobiologi
Jurusan Biologi ITB.
Alat yang digunakan adalah nampan plastik,
neraca analitik, sel ultrafiltrasi dan beberapa
peralatan gelas.
Pembuatan Nata de Coco.
Media fermentasi dalam pembuatan nata de
coco terdiri atas air kelapa sebanyak 1L
dididihkan lalu ditambahkan 6,7 g gula pasir
dan 5 g (NH4)2SO4. Setelah dingin pH media
diatur
sehingga mencapai
4
dengan
menambahkan asam asetat glasial, kemudian
diinokulasi dengan starter dan diinkubasi pada
suhu 30 32 oC.
Pemurnian Nata de Coco
Bentuk nata de coco hasil fermentasi berupa
gel selanjutnya dicuci dengan air mengalir
selama 24 jam. Selanjutnya dicuci dengan
NaOH 2% selama 1 jam pada suhu 80-90o C.
Terakhir dicuci kembali dengan air sampai pH
netral. Gel yang telah dimurnikan selanjutnya
di tekan-panas pada 120o C dengan tekanan
250 kgf/mm2. Film yang diperoleh selanjutnya
diperlakukan
dengan perendaman pada
larutan alkali (NaOH 0-20%) sampai 24 jam,
kemudian dicuci kembali dengan air sampai pH
netral.
Uji Sifat Fisik
1. Uji Berat Jenis
Pengujian berat jenis dilakukan dengan
menimbang film kering nata de coco ,
kemudian hasilnya dibagi dengan volume
kering. Penentuan volume dilakukan
dengan perkalian luas alas tebal film.
2. Uji Derajat Swelling
Uji sifat fisik yang dilakukan adalah
derajat swelling. Uji ini dilakukan dengan
merendam film dalam air pada suhu ruang
hingga tercapai kesetimbangan penyerapan
air. Film kemudian diangkat dari air dan
dan derajat swelling dapat dihitung dengan
persamaan:
BK - BA
100

% swelling =
BA

(1)

53

dimana: BK = Berat kesetimbangan


BA = Berat awal
Karakterisasi Membran
Uji Fluks Air
Film yang diperoleh kemudian dipotong
berbentuk lingkaran dengan diameter 4,5 cm.
Ukuran
ini disesuaikan dengan disain alat
ultrafiltrasi. Penentuan fluks air diperoleh
dengan mengukur banyaknya volume air yang
melewati tiap satuan luas permukaan membran
per satuan waktu. Fluks volume dinyatakan
sebagai berikut:
Jv =

V
A.t

(2)

dimana :
Jv = fluks volume (L/m2jam)
A = luas permukaan (m2)
t = waktu (jam)
Sebelum uji fluks air, terlebih dahulu dilakukan
kompaksi terhadap membran yang akan diuji.
Kompaksi dilakukan dengan mengalirkan air
melewati membran hingga diperoleh fluks air
yang konstan .
Uji Rejeksi
Membran dikarakterisasi dengan mengukur
fluks air dan koefisien rejeksi terhadap larutan
uji dekstran T-500. Penentuan fluks dilakukan
setelah membran dikompaksi dengan tekanan 3
atm. Koefisien rejeksi dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
R = ( 1 Cp/Cr ) 100%

(3)

dimana:
R = koefisien rejeksi
Cp= konsentrasi permeat
Cr = konsentrasi retentat
Penentuan koefisien rejeksi diukur dengan
metode spektrofotometri dimana larutan
dekstran bagian permeat maupun retentat
diencerkan 25 kemudian ditambah fenol 5%
dan H2SO4 pekat dengan perbandingan 1:1:5.
Kemudian absorbansi permeat dan konsentrat
diukur pada serapan =490 nm dengan
Spectronic 20.
HASIL DAN DISKUSI
Proses Pembentukan Film Tipis Nata de Coco
Pembuatan film nata de coco diawali dengan
mencampurkan air kelapa dan gula kemudian
ditambahkan starter (bakteri Acetobacter
xylinum dalam medium cair) setelah melalui
pendinginan pada suhu kamar. Setelah masa

54

Kajian Sifat Fisik .......................... ( Bambang piluharto )

fermentasi selama 7 hari akan terbentuk gel


pada permukaan media cairnya. Gel yang
terbentuk ini disebut pellicle.
Proses terbentuknya pellicle merupakan
rangkaian aktifitas bakteri Acetobacter xylinum
dengan nutrien yang ada pada media cair.
Karena Acetobacter xylinum adalah bakteri
yang memproduksi selulosa, maka nutrien yang
berperan adalah nutrien yang mengandung
glukosa. Dalam penelitian ini nutrien yang
mengandung glukosa adalah air kelapa dan
gula pasir. Pada gula pasir, glukosa terbentuk
melalui reaksi hidrolisis sukrosa dengan air.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
CH2OH
O
CH2OH
O O

Glukosa yang berperan dalam pembentukan


selulosa adalah glukosa dalam bentuk
sehingga semua glukosa yang ada dalam
bentuk akan diubah dalam bentuk melalui
enzim isomerase yang berada pada bakteri
Acetobacter xylinum. Tahap berikutnya glukosa
berikatan dengan glukosa yang lain melalui
ikatan 1,4 -glikosida. Tahap terakhir adalah
tahap polimerisasi yaitu pembentukan selulosa.
Polimerisasi ini terjadi melalui enzim
polimerisasi yang ada pada bakteri Acetobacter
xylinum. Secara fisik pembentukan selulosa
adalah terbentuknya pellicle seperti terlihat
pada gambar 1.
CH2OH
O

OH
CH2OH
O

OH
OH

Polimerisasi
CH2OH
O

OH
OH
OH

OH

OH
O

OH

OH
O

OH

OH
OH

selulosa
Gambar 1. Reaksi polimerisasi terbentuknya sellulosa.
Pada proses pemurnian dilakukan pencucian
dengan air dan perendaman dalam NaOH 2%.
Pemurnian ini bertujuan untuk menghilangkan
komponen-komponen non-selulosa dan sisa
bakteri yang masih ada. Komponen-komponen
non-selulosa
ini
diperkirakan
akan
menghalangi ikatan hidrogen yang terjadi antar
rantai molekul selulosa yang mengakibatkan
terhadap menurunnya kekuatan sifat mekanis
selulosa.
Sifat Fisik Film/Membran
Ada dua parameter yang dipakai untuk uji
ini
yaitu
berat
jenis
dan
derajat
penggembungan (swelling). Gambar 2 dan 3
menunjukkan besarnya pengaruh konsentrasi
NaOH terhadap kedua sifat fisik yaitu berat
jenis dan derajat penggembungan.
Kurva berat jenis film nata de coco terhadap
besarnya konsentrasi NaOH (Gambar 2)
menunjukkan kenaikan berat jenis sampai pada
konsentrasi NaOH 6%, kemudian menurun
pada konsentrasi berikutnya. Hal ini

menunjukkan bahwa perlakuan film dengan


larutan NaOH akan menambah kemurnian
selulosa yang dihasilkan sehingga hubungan
antar rantai molekul selulosa semakin kuat.
melalui ikatan hidrogen.
Kurva dari berat jenis tersebut juga
menunjukkan kesesuaian dengan kurva derajat
penggembungan. (Gambar 3). Pada kurva
derajat penggembungan terlihat adanya
kecenderungan turun sampai pada konsentrasi
NaOH 6%, kemudian pada konsentrasi
berikutnya cenderung naik. Pada konsentrasi
NaOH 6% berat jenis menunjukkan harga yang
maksimum, sebaliknya derajat penggembungan
menunjukkan harga minimum. Kesesuaiannya
terletak pada hubungan yang berbanding
terbalik antara berat jenis dan derajat
penggembungan. Berat jenis yang tinggi
menunjukkan struktur yang rapat , sehingga
proses difusi air ke dalam film nata de coco
lebih sulit. Hal ini ditunjukkan pada harga
derajat penggembungan yang rendah

Berat jenis (g/cm3)

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 4 No. 1, 2003:52-57

55

2
1.5
1
0.5
0
0

10

12

NaOH (% b/b)

Derajat swelling (%)

Gambar 2. Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap berat jenis

160
155
150
145
140
135
130
0

10

12

NaOH (% b/b)

Gambar 3. Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap derajat swelling


Karakter Membran
Kompaksi
Tahap pertama yang dilakukan untuk
mengetahui
kinerja
membran
adalah
melakukan uji kompaksi. Uji ini untuk
memperoleh harga fluks air yang konstan pada
tekanan operasional yang diberikan yaitu 3
atm. Hasil yang diperlihatkan pada Gambar 4
menunjukkan bahwa terjadi penurunan fluks
sampai menit keduapuluh, dan selanjutnya nilai
fluks relatif konstan.

Penurunan fluks air terjadi karena adanya


deformasi mekanik pada matriks membran
akibat tekanan yang diberikan. Pada proses
deformasi ini terjadi pemadatan pori film
sehingga nilai fluks menjadi turun. Besarnya
penurunan fluks seperti yang ditunjukkan
Gambar 4, relatif kecil. Hal ini dikarenakan
tekanan operasi yang diberikan adalah kecil
yaitu 3 atm. Studi tentang kompaksi paling
banyak dipakai untuk membran reverse
osmosis(RO) karena tekanannya yang tinggi.

Kajian Sifat Fisik .......................... ( Bambang piluharto )

Fluks (L m-2 jam-1)

56

20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0

10

20

30

40

waktu (menit)

Fluks (L m-2 jam-1)

Gambar 4. Pengaruh waktu operasional terhadap fluks air

12
10
8
6
4
2
0
0

10

12

NaOH (% b/b)
Gambar 5. Pengaruh NaOH terhadap fluks air
Fluks Air
Fluks air atau kecepatan permeasi merupakan
salah satu parameter yang menentukan pada
kinerja membran.. Hasil uji menunjukkan
bahwa peningkatan konsentrasi NaOH sampai
6% mengakibatkan turunnya harga fluks,
sedang untuk konsentrasi selebihnya cenderung
naik kembali (Gambar 5). Besarnya nilai fluks
air ditentukan oleh banyaknya pori dan ukuran
pori. Seperti uraian pada sifat fisik diatas,

perlakuan dengan larutan NaOH sampai


konsentrasi 6% meningkatkan kemurnian
selulosa yang dihasilkan sehingga hubungan
antar rantai dalam selulosa semakin kuat
melalui ikatan hidrogen antar rantai. Akibat
kekuatan ikatan hidrogen pada film dengan
perlakuan larutan NaOH 6% struktur menjadi
lebih rapat sehingga nilai fluks air menjadi
makin kecil.

Koefisien rejeksi (%)

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 4 No. 1, 2003:52-57

57

60
50
40
30
20
10
0
0

10

12

NaOH (% b/b)
Gambar 6. Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap Koefisien Rejeksi
Koefisien Rejeksi Zat Terlarut
Pada penelitian ini zat terlarut yang dipakai
sebagai larutan uji adalah Dekstran 500-T atau
dekstran dengan berat molekul 500.000 dalton.
Pemilihan larutan uji ini karena penggunaan
membran ultrafiltrasi untuk memisahkan
makromolekul dari suatu larutan. Berat
molekul (BM) dari makromolekul tersebut
antara 104 106 dalton.
Hasil
pengukuran
koefisien
rejeksi
(Gambar 6) menunjukkan bahwa bertambahnya
konsentrasi
NaOH
menghasilkan
kecenderungan
koefisien
rejeksi
yang
fluktuatif. Kecenderungan ini diperkirakan
adanya beberapa pori dengan ukuran lebih
besar dibanding ukuran rata-rata., sehingga
mengakibatkan nilai rejeksi relatif rendah.
Secara keseluruhan film yang dipakai sebagai
membran memberikan koefisien rejeksi
berkisar antara 40 60 %. Dengan demikian
untuk mendapatkan nilai cut-off masih belum
didapatkan pada penelitian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil parameter- parameter uji
film nata de coco menunjukkan bahwa film
nata de coco mengalami perubahan sifat
struktur dengan adanya pengaruh NaOH. Hal
ini mengakibatkan
perubahan sifat fisik,
kinerja membran.
Hasil uji sifat fisik menunjukkan bahwa
film nata de coco dengan perlakuan NaOH 6%
memberikan harga berat jenis yang paling
besar yaitu 1,801 g/cm3 dan derajat swelling
paling kecil yaitu 135,5 %. Hasil Uji fluks air

menunjukkan kecenderungan menurun dengan


bertambahnya konsentrasi NaOH sampai pada
konsentrasi 6%, konsentrasi berikutnya
cenderung naik kembali, sedangkan harga
koefisien rejeksinya menghasilkan harga yang
fluktuatif dengan bertambahnya konsentrasi
NaOH.
Penelitian ini masih memerlukan kajian
lebih lanjut, terutama untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai membran.
Parameterparameter lain seperti suhu, pH, penambahan
aditif merupakan parameter yang akan diteliti
lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Bergonia H.A., 1982. Reverse osmosis of
coconut water through cellulose
acetat membrane, Proocedings of the
second ASEAN workshop Membrane
Technology.
Iguchi M., 2000. Review Bacterial Cellulose-A
Masterpiece of Natures Arts, , J.
Material Science, 35.
Krystynowicz, 2001. Biosynthesis of Bacterial
Cellulose and its Potential Application
In
The
Different
Industries,
http://www.biotecnology.pl.com/scienc
e/krystynomcz.htm.
Shibazaki H., 1993. Bacterial Cellulose
Membrane As Separation Medium, J.
of Appied Polymer Science, 50.
Mulder M., 1996. Basic principles of
Membrane Tecnology, 2nd edition,
kluwer
academic
Publisher.

58

Kajian Sifat Fisik .......................... ( Bambang piluharto )

Anda mungkin juga menyukai