i
TIM PENYUSUN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Kajian Kualitas Air Sungai Kalimas
Surabaya” ini dengan baik dan tepat waktu meskipun sedang menghadapi situasi ‘luar
biasa’ bersama-sama.
Pada kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung dalam pembuatan laporan
ini. Secara khusus, kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ketut Dewi Martha
Erli Handayeni, S.T., M.T. dan Bapak Fendy Firmansyah, S.T., M.T. selaku dosen
pembimbing mata kuliah Praktek Perencanaan Transportasi. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada instansi-instansi yang telah membantu dalam pelaksanaan
pembuatan laporan pendahuluan ini.
Kami berharap, semoga Kajian Kualitas Air Sungai Kalimas Surabaya ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak. Kami sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami sangat terbuka dan berharap terhadap kritik dan saran
yang bersifat membangun.
September 2022
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
3.3.9 Fecal Coliform ...................................................................................... 13
3.3.10 Mikroplastik........................................................................................... 13
3.4 Pengumpulan Data ..................................................................................... 13
3.5 Tahapan Pengujian ..................................................................................... 14
3.6 Titik Sampel ................................................................................................ 14
3.7 Hasil Pengujian ........................................................................................... 15
3.7.1 Suhu ..................................................................................................... 15
3.7.2 Derajat Keasaman (pH) ........................................................................ 15
3.7.3 Total Dissolved Solid (TDS) & Total Suspended Solids (TSS) ............. 16
3.7.4 Biological Oxygen Demand (BOD) ....................................................... 16
3.7.5 Chemical Oxygen Demand (COD) ....................................................... 17
3.7.6 Dissolved Oxygen (DO) ........................................................................ 19
3.7.7 Nitrat ..................................................................................................... 20
3.7.8 Fosfat.................................................................................................... 21
3.7.9 Mikroplastik........................................................................................... 23
3.8 Hasil Indeks Pencemaran (IP)..................................................................... 24
BAGIAN V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 26
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 26
5.2 Saran .......................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 28
v
BAGIAN I
PENDAHULUAN
1
putih di Sungai Kalimas setiap paginya yang meresahkan masyarakat sekitar.
Berdasarkan hasil asesmen oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya
diketahui bahwa gelembung tersebut diakibatkan oleh limbah domestik/rumah
tangga (Effendi dalam Detiknews, 2018). Pada tahun 2020, sejumlah peneliti
menemukan fakta bahwa selama pandemi COVID-19 berlangsung, terdapat
peningkatan kandungan klorin, logam berat, dan mikroplastik (Agung dalam
Suara Surabaya, 2020).
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui kualitas air pada Sungai Kalimas Surabaya.
2
Lingkup wilayah yang digunakan adalah mencakup Sungai Kalimas Surabaya.
Mencakup kondisi dan tinjauan umum dari Sungai Kalimas serta tinjauan
kepustakaan yang digunakan pada penelitian
3
BAGIAN II
GAMBARAN UMUM DAN TINJAUAN PUSTAKA
Kota Surabaya memiliki 2 musim yang berbeda yaitu musim hujan dan
kemarau. Temperatur Kota Surabaya cukup panas, yaitu rata-rata berkisar
maksimum 30°C dan minimum 25°C dengan tekanan udara rata-rata antara
1005,2-1013,9 milibar dan kelembaban antara 42%-97%. Kecepatan angin
rata-rata per jam mencapai 12-23 km, curah hujan rata-rata antara 120-190
mm/tahun.
4
2.2 Sungai Kalimas Surabaya
Sungai Kalimas me ngalir ke arah utara Kota Surabaya dari Pintu Air
Ngagel sampai kawasan Tanjung Perak memiliki bentuk sungai yang meliuk
dan sebagian melurus, khususnya di bagian utara. Lebar penampang
permukaan sungai bervariasi antara 20-35 m. Bagian terlebar terdapat di
Kelurahan Ngagel dengan lebar sungai sekitar 35 meter yaitu di dekat pintu air.
Pada daerah ini kondisi air termasuk paling bersih sehingga di sini air sungai
banyak dimanfaatkan oleh warga sekitar sungai untuk mandi dan cuci (aktivitas
MCK). Lebar sungai tersempit terdapat di Kelurahan Bongkaran yaitu di dekat
Jl. Karet dan Jl. Coklat dengan lebar sekitar 20 meter.
5
karakteristik fisik DAS, dalam hal ini 'terrain' dan geomorfologi, pola pengaliran
dan penyimpanan air sementara pada DAS, dapat membantu mengidentifikasi
daerah yang memiliki kerentanan tinggi terhadap terjadinya persoalan DAS,
serta perancangan teknik-teknik pengendalian yang sesuai dengan kondisi
setempat (Rahayu et al, 2009).
• Aspek Kejadian
Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya
pencemaran dapat berupa masuknya makhluk hidup, zat, energi
atau komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan kualitas
air tercemar. Masukan tersebut sering disebut dengan istilah
unsur pencemar, yang pada prakteknya masukan tersebut
berupa buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan limbah
6
cair.
• Aspek Penyebab/pelaku
Aspek pelaku/penyebab dapat disebabkan baik oleh alau atau
oleh manusia. Pencemaran yang disebabkan oleh alam tidak
dapat berimplikasi hukum, tetapi pemerintah tetap harus
menanggulangi pencemaran tersebut.
• Aspek Akibat
Aspek akibat dapat dilihat berdasarkan penurunan kualitas air
sampai ke tingkat tertentu. Pengertian tingkat tertentu dalam
definisi tersebut adalah tingkat kualitas air yang menjadi batas
antara tingkat tak cemar (tingkat kualitas air belum sampai batas)
dan tingkat cemar (kualitas air yang telah sampai ke batas atau
melewati batas).
Terdapat standar baku mutu tertentu untuk peruntukan air seperti pada
UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dijelaskan bahwa air minum yang
dikonsumsi masyarakat harus memenuhi persyaratan kualitas maupun
kuantitas. Persyaratan kualitas tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan
No. 146 Tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.
7
BAGIAN III
PENILAIAN KUALITAS AIR
8
mutu air secara fisika kimiawi dapat digunakan 2 metode, yaitu metode
STORET dan metode Indeks Pencemaran (IP).
Pij=CiLij2M+CiLij2R2
Dimana
9
Pada metode Indeks Pencemaran digunakan berbagai parameter
kualitas air sehingga dibutuhkan nilai rata-rata dari keseluruhan nilai Ci/Lij
sebagai tolak ukur pencemaran. Namun, nilai ini tidak akan bermakna jika salah
satu nilai Ci/Lij bernilai >1. Jadi indeks ini harus mencakup nilai Ci/Lij yang
maksimum. Pencemaran sungai semakin tinggi jika nilai (Ci/Lij)R dan (Ci/Lij)M
adalah lebih besar dari 1,0. Metode ini menghubungkan tingkat pencemaran
suatu perairan yang dipakai untuk peruntukan tertentu dengan nilai parameter
- parameter tertentu.
Berikut ini hubungan nilai Indeks Pencemaran dengan status mutu air
berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 115
Tahun 2003:
10
yang baik adalah antara 6,5 – 8,5 (Jain et al., 2022). Jika pH air kurang dari
6,5, menandakan bahwa air tersebut tidak baik untuk tubuh.
11
3.3.6 Dissolved Oxygen (DO)
DO merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan.
Semakin besar nilai kandungan DO, maka kualitas air tersebut semakin baik.
Oksigen digunakan pada proses dekomposisi zat organik di dalam air. Jika
jumlah bahan organik yang terkandung pada air semakin besar, maka
penyerapan oksigen yang terlarut juga semakin besar sehingga akan
menurunkan jumlah oksigen terlarut (Pohan et al., 2017). Menurunnya jumlah
oksigen mempengaruhi reduksi nitrat menjadi nitrit dan sulfat menjadi sulfida
yang menyebabkan bau busuk pada air (Jain et al., 2022).
3.3.7 Nitrat
Nitrat merupakan ion anorganik alami bagian dari siklus nitrogen. Nitrat
memiliki peran penting bagi tumbuhan sehingga nitrat banyak digunakan dalam
bahan pupuk. Nitrat merupakan bentuk utama yang terdapat pada perairan
atau sungai. Senyawa ini berasal dari ammonium yang masuk ke perairan
melalui limbah, umumnya dari limbah domestik, pertanian, dan industri. Pada
konsentrasi yang tinggi nitrat dapat menstimulasi tumbuhnya alga secara
abnormal (Patricia et al., 2018). Nitrat yang berlebih akan mempercepat
eutrofikasi yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan tanaman air
sehingga mempengaruhi kadar oksigen terlarut, suhu, dan parameter lainnya
(Irwan, et al., 2017).
3.3.8 Fosfat
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh
tumbuhan dan merupakan unsur penting bagi tumbuhan karena fosfor
mengaktifkan pertumbuhan tanaman, pertumbuhan bunga, mempercepat
pematangan buah dan tanaman. Selain itu, fosfor juga merangsang
pertumbuhan akar, terutama akar lateral dan akar rambut (Sp, 2007). Fosfat
yang terdapat di perairan bersumber dari air buangan penduduk (limbah rumah
tangga) berupa deterjen, residu hasil pertanian (pupuk), limbah industri,
hancuran bahan organik dan mineral fosfat. Kandungan limbah pupuk adalah
fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air yang menyebabkan
timbulnya eutrofikasi (Kurnianto, Alfan. 2019). Berdasarkan Lampiran VI PP
No. 21 Tahun 2021, baku mutu total fosfat (sebagai P) adalah 0,2 mg/L.
Umumnya kandungan fosfat dalam perairan alami sangat kecil dan tidak
12
pernah melampaui 0,1 mg/l kecuali apabila ada penambahan dari luar seperti
sisa pakan ikan dan limbah pertanian.
3.3.10 Mikroplastik
Mikroplastik merupakan partikel plastik yang berukuran kurang dari
5mm. Mikroplastik yang ada di sungai biasanya berasal dari buangan limbah
atau sampah dari pertokoan dan warung-warung makanan yang ada di
lingkungan sekitar perairan. Limbah mikroplastik yang ditemukan berasal dari
buangan kantong-kantong plastik, bungkus nasi atau sterofoam, kemasan-
kemasan makanan siap saji dan botol-botol minuman plastik. Mikroplastik
biasanya berbentuk fragmen, film, dan fiber. Mikroplastik berasal dari sampah-
sampah plastik yang mengalami penyusutan ukuran akibat dari aktivitas sinar
UV yang bereaksi dengan plastic. Ukuran mikroplastik yang kecil
menyebabkan dapat dengan mudah tertelan oleh ikan dan biota air sungai
lainnya. Menurut Syachbudi (2020) mikroplastik yang tertelan akan
terakumulasi dalam jumlah besar dan sangat berbahaya jika ikan tersebut
dikonsumsi oleh manusia.
13
Chemical Oxygen Demand (COD), Nitrat (NO3−), Fosfat
(PO43−), dan Fecal Coli.
b. Pengumpulan data sekunder dilakukan untuk mendapatkan peta
Jalur Sungai Kalimas, profil Sungai Kalimas, serta data kualitas
air Sungai Kalimas pada intake PDAM Surya Sembada Kota
Surabaya.
14
1 Titik 1 - Titik 2 Tegalsari, Surabaya – Taman Ekspresi 4,8
2 Titik 2 - Titik 3 Taman Ekspresi – Taman Petekan 5,13
Titik sampel 1 terletak pada daerah Tegalsari, tepatnya pada RT 08 RT
03 Dusun Dinoyo Tenun. Penentuan titik sampel pada wilayah ini diputuskan
dengan beberapa alasan, diantaranya adalah titik ini merupakan wilayah yang
sangat dekat dengan pemukiman. Titik 2 terletak pada Taman Ekspresi yang
merupakan wilayah pariwisata. Sedangkan titik sampling 3, atau hilir terletak
pada Taman Petekan. Wilayah ini merupakan wilayah yang dekat dengan
kawasan industri.
Titik
Hasil pH Baku Mutu Status
Sampel
1 6,37
Sesuai baku mutu
2 6,64 9
air kelas II
3 6,55
15
Hasil Analisis pH
10 9 9 9
0
1 2 3
Titik Sampel
pH Baku Mutu
3.7.3 Total Dissolved Solid (TDS) & Total Suspended Solids (TSS)
16
Tabel 3. 5. Hasil Perhitungan BOD
Hasil Indeks
Titik Baku
BOD Status Pencemar
Sampel Mutu
(IP)
(mg/L)
1 49,03 0,06
Tidak sesuai
2 143,66 3 baku mutu 0,02
air kelas II
3 90,12 0,03
80
49,03
60
40
20 3 3 3
0
1 2 3
Titik Sampel
Berdasarkan hasil analisis, pada titik 1,2, dan 3 tidak memenuhi baku
mutu air kelas II. Hal ini disebabkan adanya pembuangan limbah organik di
badan sungai yang banyak sehingga kadar oksigen yang diperlukan untuk
aktivitas penguraian limbah meningkat. Oleh karena itu, kadar O menurun. 2
17
mengoksidasi bahan-bahan organik dengan sempurna, maka reaksi harus
berlangsung dalam suasana asam kuat dan temperatur tinggi, sehingga reaksi
dilakukan pada suhu 150°C dalam suasana asam sulfat. Katalis merkuri sulfat
dan perak sulfat diperlukan masing-masing untuk mengatasi gangguan klorida
dan menjamin oksidasi senyawa-senyawa organik kuat (Juliasih, Amha,
2019).
Hasil Indeks
Titik Baku
COD Status Pencemar
Sampel Mutu
(IP)
(mg/L)
1 603,77 0,04
Tidak sesuai
2 226,41 25 baku mutu 0,11
air kelas II
3 452,83 0,05
300 226,41
200
100 25 25 25
0
1 2 3
Titik Sampel
18
memiliki angka yang cukup besar dibandingkan titik 2. Hal tersebut
kemungkinan disebabkan pada titik 2 tidak terdapat sumber pencemar yang
cukup signifikan. Lain halnya dengan titik 1 dan titik 3 yang terdapat sumber
pencemar dari limbah rumah tangga dan limbah industri.
Hasil
Titik Baku Indeks
DO Status
Sampel Mutu Pencemar (IP)
(mg/L)
Hasil Analisis DO
6 5,2
4,7
5 4 4 4
3,9
4
pH
3
2
1
0
1 2 3
Titik Sampel
DO Baku Mutu
19
Pada Grafik diatas dapat dilihat bahwa titik 3 yang berada di … tidak
memenuhi Baku Mutu dari DO yang bernilai 3,9. Namun pada titik 1 (Taman
Petekan Surabaya) dan titik 2 (Taman Prestasi Surabaya) masih memenuhi
Baku Mutu DO yang bernilai masing-masing 4,7 dan 5,2.
3.7.7 Nitrat
Nitrat merupakan bentuk utama nitrogen dalam suatu badan air yang
terbentuk secara alami. Nitrat menjadi nutrien utama bagi pertumbuhan
tanaman dan alga air. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan cenderung stabil
terhadap reaksi-reaksi sekitarnya. Senyawa ini dihasilkan dari suatu proses
oksidasi sempurna antara senyawa nitrogen dalam perairan. Tumbuhan dan
hewan membutuhkan nitrogen untuk mensintesis protein di dalam (Makatita et
al., 2014). Senyawa ini merupakan salah satu senyawa yang tidak bersifat
toksik. Nitrat dijadikan parameter kesuburan dalam suatu perairan. Hal ini
dikarenakan nitrat menjadi sumber energi bagi fitoplankton dan
mikroorganisme lainnya. Namun dalam air minum, kadar nitrat yang terlampau
tinggi dapat merugikan manusia. Hal ini bisa terjadi karena nitrat yang tinggi
akan menstimulasi pertumbuhan mikroorganisme (Kusumaningtyas, 2010).
Salah satu analisis kadar nitrat yang dapat digunakan ialah brucin asetat.
Analisis menggunakan brucin asetat di Asia bisa dibilang cukup umum, karena
bahan dasar yang dibuthkan relatif mudah dan biaya operasionalnya rendah
(Sornwatana et al., 2018). Berikut merupakan hasil uji nitrat yang diperoleh:
Hasil Indeks
Titik Baku
Nitrat Status Pencemar
Sampel Mutu
(IP)
(mg/L)
1 0,02 10 0,002
20
2 0,13 Sesuai baku 0,01
mutu air
3 0,04
0,42
kelas II
6
4
2 0,02 0,13 0,42
0
1 2 3
Titik Sampel
Berdasarkan PP No. 22 Tahun 2021 pada lampiran VI, kadar nitrat yang
diperbolehkan ada dalam sungai kelas II adalah sebesar 10mg/L. Sedangkan
kadar nitrat yang ditemukan pada sungai kalimas adalah sebesar 0,03 mg/L
hingga 0,4 mg/L. Nilai ini menunjukkan bahwa kadar nitrat pada Sungai Kali
Mas masih memenuhi nilai ambang batas. Namun apabila kadar nitrat pada
perairan melebihi ambang batas, dapat memicu pertumbuhan alga dan
berakibat kurangnya kadar oksigen serta mengurangi masuknya sinar matahari
ke dalam perairan. Senyawa ini umumnya berasal dari limpasan pupuk
pertanian, kotoran manusia maupun hewan, kadar sabun, pengolahan
sayuran, serta industri pulp dan kertas (Patricia et al., 2018). Pada titik 3,
ditemukan kadar nitrat yang lebih besar dibandingkan dengan kadar nitrat pada
titik yang lain. Hal tersebut bisa terjadi karena pada titik 3 merupakan wilayah
industri yang mana banyak industri yang membuang limbahnya ke Sungai
Kalimas.
3.7.8 Fosfat
Fosfat merupakan salah satu zat pencemar yang biasa ditemukan di
badan air dan dapat menjadi indikator untuk mengetahui kualitas dan tingkat
kesuburan suatu badan air. Zat ini merupakan zat hara yang penting bagi
metabolisme fitoplankton. Sumber utama fosfat berasal dari proses penguraian
21
maupun pelapukan tumbuhan yang terjadi di dalam perairan itu sendiri. Selain
itu, fosfat juga dapat berasal dari sumber pencemar yang ada, meliputi limbah
industri yang mengandung bahan organik, ataupun limbah domestik.
Umumnya, pada setiap perairan pasti mengandung fosfat, tetapi apabila jumlah
kadarnya melebihi nilai baku mutu, maka dapat menyebabkan terjadinya
eutrofikasi yang ditandai dengan terjadinya blooming algae (Patty et al., 2015).
Berikut merupakan hasil fosfat yang didapat dari uji yang dilakukan:
Hasil Indeks
Titik Baku
Fosfat Status Pencemar
Sampel Mutu
(IP)
(mg/L)
1 1,04 4,58
Tidak sesuai
2 0,79 0,2 baku mutu 3,98
air kelas II
3 0,43 2,7
0,6
0,43
0,4
0,2 0,2 0,2
0,2
0
1 2 3
Berdasarkan PP No. 22 Tahun 2021 pada lampiran VI, kadar fosfat yang
diperbolehkan ada dalam sungai kelas II adalah sebesar 0,2 mg/L. Sedangkan
kadar nitrat yang ditemukan pada Sungai Kalimas adalah sebesar 0,46 mg/L
hingga 1,04 mg/L. Nilai ini menunjukkan bahwa nilai fosfat pada Sungai
Kalimas melebihi baku mutu. Kadar fosfat yang tinggi ini dapat memicu
pertumbuhan yang sangat luar biasa pada alga dan rumput-rumputan dalam
22
danau, estuaria, dan sungai berair tenang (Utomo et al., 2018). Pada titik 1,
ditemukan kadar fosfat yang lebih besar dibandingkan dengan kadar fosfat
pada titik yang lain. Hal tersebut bisa terjadi karena pada titik 1 merupakan
wilayah pemukiman sehingga titik 1 menjadi lokasi pembuangan limbah
domestik dari pemukiman sekitarnya. Limbah domestik, terutama deterjen
memiliki kandungan fosfat cukup tinggi yang berasal dari tripolyphospat (STPP)
(Astuti & Sinaga, 2015).
3.7.9 Mikroplastik
Mikroplastik merupakan bagian terkecil dari plastik yang telah
mengalami degradasi. Mikroplastik ini memiliki ukuran partikel dengan rentang
ukuran mulai dari 0,3 mm hingga 5 mm atau lebih. Mikroplastik sudah
ditemukan hampir 85% permukaan air laut (Ayuningtyas, 2019). Jenis
mikroplastik dapat dikategorikan sesuai dengan bentuknya, beberapa
diantaranya adalah fragmen, filament, film, foam, pellet, dan granule.
Sedangkan berdasarkan polimer penyusunnya, dibagi menjadi beberapa jenis,
diantaranya adalah PE (polyetilen), PP (polypropilen), PVC (polyvinylidene
chloride), PS (polystrien), PET, dan PA (polyamide). Mikroplastik ini berbahaya
bagi lingkungan karena memiliki sifat persisten, mengandung senyawa kimia
toksik, dan bersifat karsinogenik (Ambarsari & Anggiani, 2022).
23
kapal di pelabuhan, penangkapan ikan, pertambangan, pertanian, perkebunan,
aktivitas rumah tangga, kegiatan industri, ataupun kegiatan lainnya. Dominasi
jenis fiber sendiri dipengaruhi oleh adanya kegiatan penangkapan ikan, seperti
tali pancing dan jering nelayan yang mengalami degradasi, ataupun sumber
sumber limbah yang berasal dari hasil kegiatan manusia yang masuk ke aliran
sungai. Sedangkan jenis fragment dapat dipengaruhi oleh banyaknya sampah
pada tepian sungai, seperti botol plastik, ataupun limbah plastik rumah tangga
lainnya (Ambarsari & Anggiani, 2022).
Titik
TSS TDS DO BOD COD NITRAT FOSFAT SUHU PH
Sampel
24
-
1 1,2776 2,6488 1,3502 0,0612 0,0414 0,0030 4,5847 0,0000
0,7533
-
2 0,4640 3,8272 1,5697 0,0209 0,1104 0,0135 3,9852 0,0000
0,5733
-
3 0,7539 2,8026 0,9750 0,0333 0,0552 0,0424 2,7006 0,0000
0,6333
Melalui perhitungan yang dilakukan, diketahui bahwa nilai Plj 3 titik
sampel di Sungai Kalimas bernilai 3,31. Nilai tersebut menandakan bahwa
Sungai Kalimas ada di status tercemar ringan.
25
BAGIAN V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berikut merupakan kesimpulan yang dapat ditarik sebagai hasil pada
penelitian ini:
5.2 Saran
merupakan saran yang dapat dirumuskan atas kesimpulan dan hasil
penelitian:
26
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pencemaran
air. Sampah, terutama sampah plastik yang dibuang ke sungai
dapat menimbulkan mikroplastik. Selain itu, zat organik yang
dihasilkan oleh proses pembusukan sampah juga dapat
menyebabkan pencemaran air sungai. Alangkah lebih baik
apabila masyarakat Surabaya, untuk lebih tertib lagi mengenai
pembuangan sampah.
c. Walaupun Sungai Kali Mas tergolong dalam “tercemar ringan”,
hal itu harus menjadi peringatan bagi kita untuk selalu
melestarikan dan menjaga sungai dari pencemaran.
27
DAFTAR PUSTAKA
Djoharam, V., Riani, E., & Yani, M. (2018). ANALISIS KUALITAS AIR DAN DAYA
TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN SUNGAI PESANGGRAHAN DI WILAYAH
PROVINSI DKI JAKARTA. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan
(Journal of Natural Resources and Environmental Management), 8(1).
https://doi.org/10.29244/jpsl.8.1.127-133
Gede Ratna Juliasih, N. L., & Fadlya Amha, R. (2019). ANALISIS COD, DO,
KANDUNGAN POSFAT DAN NITROGEN LIMBAH CAIR TAPIOKA. ANALIT:
ANALYTICAL AND ENVIRONMENTAL CHEMISTRY, 4(01).
https://doi.org/10.23960/aec.v4.i1.2019.p65-72
Makatita, J. R., Susanto, A. B., & Mangimbulude, J. C. (2014). Kajian Zat Hara Fosfat
dan Nitrat Pada Air dan Sedimen Padang Lamun Pulau Tujuh Seram Utara Barat
Maluku Tengah. Prosiding Seminar Nasional FMIPA Universitas Terbuka, 23.
Patricia, C., Astono, W., & Hendrawan, D. I. (2018). Kandungan Nitrat dan Fosfat di
Sungai Ciliwung. Seminar Nasional Cendikiawan, 4.
Patty, S. I., Arfah, H., & Abdul, M. S. (2015). Zat Hara (Fosfat, Nitrat), Oksigen Terlarut
dan pH Kaitannya Dengan Kesuburan di Perairan Jikumerasa, Pulau Buru. JURNAL
PESISIR DAN LAUT TROPIS, 3(1). https://doi.org/10.35800/jplt.3.1.2015.9578
Setiyanto, R. A., Darundiati, Y. H., & Joko, T. (2016). Efektivitas Sistem Constructed
Wetlands Kombinasi Melati Air (Echinodorus palaefolius) dan Karbon Aktif dalam
28
Menurunkan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT
BANYUMANIK SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, 4(1).
Sornwatana, T., Arpornsuwan, T., Roytrakul, S., & Wetprasit, N. (2018). M-brucin, an
antibacterial peptide against Staphylococcus epidermidis and Streptococcus
pyogenes. Journal of Applied Pharmaceutical Science, 8(2).
https://doi.org/10.7324/JAPS.2018.8204
Sri Widya Astuti, & Mersi Suriani Sinaga. (2015). PENGOLAHAN LIMBAH LAUNDRY
MENGGUNAKAN METODE BIOSAND FILTER UNTUK MENDEGRADASI FOSFAT.
Jurnal Teknik Kimia USU, 4(2). https://doi.org/10.32734/jtk.v4i2.1471
Utomo, W. P., Nugraheni, Z. V., Rosyidah, A., Shafwah, O. M., Naashihah, L. K.,
Nurfitria, N., & Ullfindrayani, I. F. (2018). Penurunan Kadar Surfaktan Anionik dan
Fosfat dalam Air Limbah Laundry di Kawasan Keputih, Surabaya menggunakan
Karbon Aktif. Akta Kimia Indonesia, 3(1).
https://doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3528
29