Equalisasi bukan merupakan suatu proses pengoiahan tetapi merupakan suatu cara atau teknik
untuk meningkatkan efektivitas dari proses pengolahan selanjutnya. Keluaran dari bak equalisasi
adalah adalah parameter operasional bagi unit pengolahan selanjutnya seperti flow, level/derajat
kandungan polutant, temperatur, padatan, dsb.
Baik ini berfungsi untuk menstabilkan aliran limbah yang akan diproses secara fisika – kimia dan
dilanjutkan dengan proses biologi. Hal ini untuk menjaga agar kondisi IPAL tetap stabil dan
tidak terjadi over loading yang dapat mengganggu proses kimia maupun proses biologi yang ada.
Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung dalam limbah cair, dilakukan
setelah proses koagulasi dan flokulasi dengan tujuan untuk memperbesar partikel padatan
sehingga dapat tenggelam dan lebih berat. Sedimentasi dilakukan sebelum dan setelah
pengolahan.Sedimen dari limbah cair mengandung bahan-bahan organik yang akan mengalami
proses dekomposisi. Pada kondisi tersebut akan gas akan terperangkap seperti carbon dioxide,
dimana gas tersebut terperangkap dalam lumpur.
Setelah proses dekomposisi dan pelepasan gas , kondisi lumpur tersebut dianggap sudah
stabil dan akan menetap secara permanen pada dasar tangki sehingga proses sedimentasi
yang cukup lama ini disebut juga proses stabilisasi. Akumulasi lumpur (volume) dalam
periode waktu tertentu merupakan parameter penting dalam perencanaan pengolahan limbah
dengan proses sedimentasi dan stabilisasi lumpur.
Tujuan sedimentasi
1. Untuk memisahkan partikel-partikel dari alur fluida sehingga fluida tersebut bebas
dari kontaminan partikel.
2. untuk memulihkan partikel-partikel sebagai produk(seperti pemulihan fasa terdispersi
pada ektraksi cair cair)
3. untuk memisahkan partikel-partikel menjadi fraksi-fraksi dengan ukuran atau
densitas yang berbeda dengan cara menyuspensikan partikel-partikel terssebut ke
dalam suatu fluida.
Aplikasi sedimentasi mencakup penyisihan padatan dari limbah cair, pengendapan kristal-
kristal dari larutan induk, pemisahan campuaran cair-cairdari suatu tahapan ektraksi di
dalam setler,pengendapan partikel-partikel pangan padat dari pangan cair dan pengendapan
campuran kental dari proses leaching kacang kedelai. Partikel –partikel tersebut dapat
berupa partikel-partikel padat atau tetesan –tetesan cair.fluida yang dimaksud dapat berupa
cairn ,gas yang sedang bergerak atau dalam keadaan diam.Jika pengendapan suatu partikel
tidak di pengaruhi oleh dinding wadah dan partikel lain makaproses ini di sebut free settling,
proses ini dapat tercapai rasio diameter partikel terhadap diameter wadah <1 : 200 atau
konsentrasi pertikel < 0,2% olum didalam campuran. Jika partikel sangat banyak mareka
akan mengendap dengan laju yang sangat lambat dan proses ini disebut hindered settling.
Pemisahan lumpur encer atau suspensi oleh graviti setling(pengendapan karena gravitasi)
menjadi fluida jernih dan lumpur pekat disebut sedimentasi.
Untuk menstabilkan aliran limbah yang akan diproses secara fisika – kimia dan dilanjutkan dengan
proses biologi. Hal ini untuk menjaga agar kondisi IPAL tetap stabil dan tidak terjadi over loading
yang dapat mengganggu proses kimia maupun proses biologi yang ada.
Bak Equalisasi
APRIL 22, 2012 / FAHRIZALADNAN
Bak ini berfungsi untuk menampung air sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut.
Bak Equalisasi ini dimaksudkan untuk menangkap benda kasar yang mudah
mengendap yang terkandung dalam air baku, seperti pasir atau dapat juga disebut
partikel diskret. Penggunaan unit Equalisasi selalu ditempatkan pada awal proses
pengolahan air, sehingga dapat dicapai penurunan kekeruhan. Equalisasi merupakan
bak pengendapan material pasir dan lain-lain yang tidak tersaring pada screen, serta
merupakan pengolahan fisik yang kedua.
Bak Equalisasi pada umumnya berbentuk segi empat dan melingkar. Pada unit ini,
pengendapan secara gravitasi dan tidak ada penambahan bahan kimia.Bak ini
digunakan untuk mengatasi adanya masalah operasional, adanya variasi debit dan
menangani adanya masalah penanganan kualitas limbah cair yang akan masuk ke
unit-unit pengolahan limbah (Saraswati, 1996). Untuk perencanaan diperlukan sekali
data mengenai debit minimal, debit rata-rata, debit puncak (Metcalf and Eddy, 1997).
Equalisasi
Setelah bak input terisi oleh air limbah, maka secara perlahan air limbah disalurkan menuju bak
equalisasi yang mempunyai kapasitas sampai 60.000 liter air limbah, sebelum memasuki bak equalisasi,
air limbah sebelumnya melalui proses screening sistem yang kedua yang bertujuan untuk memisahkan
air limbah dari padatan yang terikut.
Proses equalisasi ini mempunyai tujuan untuk meminimumkan dan mengendalikan fluktuasi aliran limbah
cair baik kualitas maupun kuantitas yang berbeda dan meng-homogenkan konsentrasi limbah cair dalam
bak equalisasi, dan di bak equalisasi dipasang 2 buah motor aerator yang berguna untuk mencegah
pembusukan, juga untuk mengaduk limbah cair sehingga limbah bersifat homogen dan juga supaya tidak
terjadi pengen-dapan. Di bak equalisasi juga dilakukan proses netralisasi awal secara manual yakni
dengan pemberian coustik soda yang berfungsi untuk mencegah terjadinya bau asam, karena limbah di
PT.Nutrifood Indonesia rata-rata bersifat asam. Di bak equalisai terdapat 2 pompa yang beroperasi
secara bergantian yang berfungsi untuk mentransfer limbah cair ke proses berikutnya.
Equalisasi laju air digunakan untuk menangani variasi laju alir dan memperbaiki
performance proses – proses selanjutnya. Disamping itu, equilasasi juga bermanfaat untuk
mengurangi ukuran dan biaya. Pada dasarnya equilisasi dibuat untuk meredam fluktuasi air
limbah sehingga dapat masuk kedalam air IPAL secara konstan.
Secara ringkas, hal-hal penting dalam proses equilisasi adalah sebagai berikut.
a. Lokasi equilisasi tergantung pada jenis pengolahan dan karakteristik air limbah, biasanya
sebelum bak pengendapan awal dan aerasi
b. Dalam pelaksanaan equilisasi dibutuhkan pengadukan untuk mencegah pengendapan dan
aerasi untuk menghilangkan bau.
c. Equlisasi biasanya dilaksanakan bersamaan dengan netralisasi.
d. Dasar – dasar perencanaan Equlisasi:
1) Energy pengadukan sebesar 5 – 10 watt/m3;
2) Alat pengadukan meliputi shaft vertical atau horizontal mixer, submerged mixer, jet mixer,
dan surface aerator atau blower;
3) Pemilihan material: baja beton, GRP (Glass Reinforced Plastic), batukali atau geomembrane;
4) Dapat dilengkapi penutup ataupun tanpa penutup
5) Level bervariasi atau konstan; dan
6) Otomatisasi atau system control (pHIR, TIR, LIRC).