A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. MD
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 43 tahun
MRS
: 7 Juli 2015
MR
: 718346
Alamat
Perawatan
: CVCU
B. ANAMNESIS
Keluhan utama
: Sesak nafas
Heart Disease.
Penyakit hipertensi tidak ada
Faktor resiko:
Faktor modifikasi:
Merokok
Faktor yang tidak dapat dimodifikasi:
Usia : 43 tahun
Laki-laki
C. PEMERIKSAAN FISIS
Status generalis :
GCS 15 (E4M6V5)
Sakit sedang / gizi kurang / sadar
Tanda vital :
Tekanan darah
Nadi
RR
Suhu
Mata
Leher
Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
100 / 60 MmHg
100 x / menit
26 x / menit
36.8oC
Anemis (+), ikterus (+), pupil isokor,diameter 2,5 /2,5 mm
JVR- R+3cmH2O ; pembesaran kelenjar (-)
simetris kiri dan kanan
Massa tumor (-), nyeri tekan (-) Ictus cordis tidak teraba
Sonor paru kiri dan kanan, batas paru-hepar ICS IV kanan.
Batas jantung kesan membesar
Abdomen
Inspeksi
COR :
Auskultasi :
Palpasi
:
Perkusi :
Ekstremitas
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG tanggal 7 Juli 2015
Interpretasi:
Rhythm
Axis
: LAD
P Wave
: Normal
PR Interval
: 0.14 s
QRS Complex
ST Segment
T Wave
Kesan:
Ischemic anterolateral
Result
Normal value
WBC
16.3 x 103/ul
RBC
2.87 x 106/l
HGB
8.8 gr/dl
12 16
HCT
26.5 %
37 48
PLT
354 x 103 /l
GDS
122 mg/dl
<140
Ureum
117 mg/dl
10 50
Creatinine
1.00 mgr/dl
< 1.3
SGOT
34 u/l
<38
SGPT
42 u/l
<41
PT
13.8
10-14 seconds
INR
1.33
APTT
24.9
Na
136 mmol/l
136-145
3.8 mmol/l
3.5-5.1
Cl
98 mmol/l
97-111
22,0-30,0 seconds
Asam urat
10.0 mg/ml
2.4 5.7
Foto Thorax
Kesan:
E. DIAGNOSA :
Syok Kardiogenik
CHF NYHA II-IV
Aortic Stenosis
Aortic Regurgitation
F. TERAPI :
O2 8 L/min via NRM
IVFD NaCl 0,9% 500cc/24 jam
Dobutamin 5mcg/kgBB
Furosemide 120 mg/24jam/syringe pump
Norephinephrine 0.1mg/kgBB
TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFINISI
Insufisiensi katup aorta (regurgitasi) adalah kembalinya darah ke ventrikel
kiri dari aorta selama diastol. Insufisiensi aorta adalah suatu keadaan dimana
terjadi aliran balik (reflux) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu
relaksasi.1
II.
EPIDEMIOLOGI
Jenis kelainan katup yang sering di dapatkan adalah stenosis aorta 43,1%
dari 1197 pasien, regurgitasi mitral 31,5% dari 877 pasien, regurgitasi aorta
13,3% dari 369 pasien, stenosis mitral 12,1% dari 336 pasien. Dari studi
Framingham di dapatkan 4,9% angka kejadian regurgitasi aorta dan 10% dari
strong heart study terhadap 250 pasien1. Dari keterangan di atas dapat diperoleh
kesimpulan bahwa dunia kesehatan masih tak dapat lepas dari regurgitasi aorta
dan perlu adanya tindakan dalam penangannya, apalagi adanya dampak yang
mengakibatkan kematian.2
Regurgitasi aorta terlihat lebih sering pada pria dibandingkan pada wanita.
Dalam kohort dari studi Framingham, regurgitasi aorta ditemukan pada 13% pria
dan 8,5% wanita. Regurgitasi aorta kronik sering dimulai pada pasien ketika
mereka berada di akhir 50-an dan didata paling sering didapatkan pada pasien
yang usia lebih dari 80 tahun. Secara umum, prevalensi dan keparahan regurgitasi
aorta meningkat dengan usia, meskipun regurgitasi aorta kronik yang parah jarang
terjadi sebelum usia 70 tahun. Namun, ada banyak pengecualian untuk
pengamatan ini. Pasien dengan katup aorta bikuspid dan, terutama, orang-orang
dengan sindrom Marfan cenderung terjadi lebih awal.2,3
III.
ETIOLOGI
Penyebab terbanyak insufisiensi atau regurgitasi aorta selama decade
terakhir ini adalah demam reumatik dan sifilis.. Demam rematik, penyebab
umum regurgitasi aorta pada paruh pertama abad ke-20, sekarang menjadi
kurang umum di Amerika Serikat, meskipun masih terjadi di beberapa populasi
imigran. Perubahan fibrotik menyebabkan penebalan dan retraksi dari daun katup
aorta, sehingga regurgitasi katup sentral. Leaflet fusi dapat terjadi, menyebabkan
bersamaan terjadinya stenosis aorta.3,4
Insufisiensi darah dari aorta ke ventrikel kiri dapat terjadi dikarenakan
oleh kelainan, seperti:3,5
1. Dilatasi pangkal aorta seperti pada:
a. Aortic aneurysm (Marfan Syndrome)
b. Annuloaortic ectasia
c. Diseksi aorta
d. Syphilis
2. Penyakit katup artificial
a. Penyakit jantung rematik
b. Endokarditis bakterialis
c. Aorta artificial congenital
d. Ventricular Septal Defect (VSD)
e. Ruptur traumatic
f. Aortic left ventricular tunnel
IV.
PATOFISIOLOGI
Insufisiensi aorta disebabkan oleh lesi peradangan yang merusak bentuk bilah
katup aorta, sehingga masing-masing bilah tidak bisa menutup lumen aorta dengan
rapat selama diastole dan akibatnya menyebabkan aliran balik darah dari aorta ke
ventrikel kiri.4
Defek katup ini bisa disebabkan oleh endokarditis, kelainan bawaan, atau
penyakit seperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang menyebabkan dilatasi atau
sobekan aorta asenden.4
Karena kebocoran katup aorta saat diastole, maka sebagian darah dalam aorta
yang biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir ventrikel kiri, sehingga ventrikel kiri
harus mengatasi keduanya, yaitu mengirim darah yang secara normal diterma dari
atrium kiri maupun darah yang kembali dari aorta. Ventrikel kiri kemudian melebar
dan hipertrofi untuk mengakomodasi peningkatan volume ini, demikian juga akibat
tenaga mendorong yang lebih dari normal untuk memompa darah, menyebabkan
tekanan darah sistolik meningkat. Sistem kardiovaskuler berusaha mengkompensasi
melalui reflex dilatasi pembuluh darah dan arteri perifer melemas, sehingga tahanan
perifer menurun dan tekanan diastolik turun drastis.3,4
Gambar 2. Patofisiologi regurgitasi aorta sehingga terjadi gagal jantung kiri melalui diastolic
regurgitasi, LV : Left Ventricle, LVET : Left Ventricle Ejection Time, Ao : Aortic, LVEDP :
Left Ventricle End Diastolic Pressure3
V.
MANIFESTASI KLINIS
Regurgitasi aorta akut. Berbeda dengan regurgitasi kronik, regurgitasi
akut biasanya timbul secara mendadak dan banyak, sehingga belum sempat terjadi
mekanisme kompensasi yang sempurna. Gejala sesak nafas yang berat akibat
tekanan vena pulmonal yang meningkat secara tiba-tiba. Dengan semakin
beratnya gagal jantung peninggian tekanan artifisial ventrikel kiri menyamai
tekanan artifisial aorta, sehingga bising artifisial makin melemah. Pemeriksaan
elektrokardiografi dan foto rontgen bisa normal karena belum cukup waktu untuk
terjadinya dilatasi dan hipertrofi, tetapi pada ekokardiografi terlihat kelebihan
volume ventrikel kiri (ventricular volume overload), penutupan artifisial katup
Dyspneu saat aktivitas, mungkin tidak memburuk pada awalnya karena adanya
kompensasi takikardi dengan shortened diastole.
Orthopneu
Kelelahan
Angina dengan hipertropi ventrikel kiri, terjadi jika peningkatan tekanan enddiastolik ventrikel kiri yang menyesuaikan dengan tekanan perfusi koroner.
Edema Paru
murmur Austin Flint, terjadi akibat tabrakan antara regurgitasi aorta yang besar
dan alirah darah dari katup mitral yang menyebabkan penutupan dini daun katup
mitral, sehingga terdengar bising mid/late diastolik ini.
Tanda-tanda kebocoran perifer yang dapat ditemukan pada regurgitasi
aorta, sebagai berikut5:
Tekanan nadi melebar, yaitu perbedaan yang berlebihan antara tekanan darah
sistolik dan diastolik.
Corrigan pulse (water hammer pulse), distensi tiba-tiba dan cepatnya menurun
pada palpasi nadi arter perifer.
De Musset sign, dimana kepala pasien terasa bergerak pada tiap denyutan sistolik
Hill sign, tekanan darah sistolik poplitea dengan manset 40 mmHg lebih tinggi
dari tekanan darah sistolik brachial.
Duroziez sign, murmur sistolik di atas arteri femoral dengan tekanan proksimal
arteri, dan murmur diastolic di atas arteri femoral dengan tekanan distal dari
arteri.
Quincke sign, denyutan terlihat dari ujung jari pasien ketika adanya pancaran
cahaya.
Traube sign (pistol shot pulse), suara auskultasi sistolik dan diastolic di atas
arteri femoral.
VI.
PEMERIKSAAN PENUNJANG3,4,6
Radiogram dada
Echocardiogram
PENATALAKSANAAN
Pengobatan medikamentosa. 3,4,6
Digitalis harus diberikan pada regurgitasi berat dan dilatasi jantung
walaupun asimptomatik.
Antibiotik. Regurgitasi aorta karena penyakit reumatik harus mendapat
pencegahan sekunder. Juga terhadap kemungkinan endokardititis
Pengobatan pembedahan.
Hanya pada regurgitasi aorta akibat diseksi aorta, reparasi katup aorta
bisa dipertimbangkan. Sedangkan pada regurgitasi aorta akibat penyakit
lainnya, katup aorta umumnya harus diganti dengan katup artifisial.
Timbulnya keluhan terutama sesak nafas merupakan indikasi operasi. Tapi
pasien dengan regurgitasi beratpun bisa asimptomatik padahal ventrikel kiri
sudah dilatasi dan hipertrofi sehingga bisa mengakibatkan fibrosis otot
jantung apabila dibiarkan. Oleh karena itu, evaluasi klinis dan ekokardiografi
setiap 12-24 bulan untuk regurgitasi aorta asimtomatik dengan ukuran jantung
yang normal atau meningkat ringan, setiap 6 bulan untuk regurgitasi aorta
berat, kronik asimtomatik dengan fungsi ventrikel kiri yang normal.3,6
Bila ekokardiografi menunjukkan dimensi sistolik ventrikel kiri 55mm,
atau fractional shortening 25% dipertimbangkan untuk tindakan operasi,
sebelum timbul gagal jantung. Secara umum rekomendasi untuk tindakan
pengobatan dan pembedahan adalah pasien dengan pembesaran ventrikel kiri
(LV end diastolic dimention besar dari 65 mm) dan normal fungsi sistolik,
PROGNOSIS
Tujuh puluh persen penderita dengan insufisiensi aorta kronis mampu
bertahan 5 tahun, sedang 50% mampu bertahan 10 tahun setelah diagnosis
IX.
KESIMPULAN
Orthopneu
Kelelahan
Angina
Edema Paru
DAFTAR PUSTAKA
1. Topol, Eric J. 2007. Textbook of Cardiovascular Medicine 3 rd edition. United
States: Lippincott Williams & Wilkins
2. Taylor, Robert B.. 2009. Taylors Cardiovascular Disease Handbook. United
States : Springer Publishing. Page 103-105.
3. Libby, Bonow, Mann, and Zipes. 2007. Braunwalds Heart Disease. A Textbook
of Cardiovascular Medicine 8th edition. Philadelphia: Saunders Elsevier. Chapter
62 and 75.
4. Rilantono, Lily I. 2004. Buku Ajar Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 148-155.
5. Lilly, Leonard S. 2011. Pathophysiology of Heart Disease 5 th edition. United
States: Lippincott Williams & Wilkins. Page 205-207
6. Hollenberg, S.M. 2006. Cardiology in Family Practice. New Jersey: Humana
Press. Page 158-163.
7. http://midwifery-clinic.blogspot.com/2012/05/kelainan-jantung-stenosisinsufisiensi.html.