I.
II.
Identitas Pasien
Nama
: Tn. MD
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 43 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Petani
Status perkawinan
: Menikah
MRS
MR
: 718346
Perawatan
: CVCU Bed 1
Anamnesis
1.
Keluhan utama:
Sesak nafas
2. Anamnesis terpimpin:
Dialami sejak 1, 5 bulan. Keluhan tidak dipengaruhi aktivitas, DOE ada,
PND ada, orthopneu ada, batuk ada, berkurang. Jantung berdebar-debar
tidak ada. Riwayat batuk 1 bulan disertai lendir bercampur darah, berat
badan turun, nafsu makan berkurang. Nyeri dada disangkal. Demam
disangkal. Pasien rujukan dari RS Siloam dan telah dirawat juga RS
Kendari. Post transfusi PRC 2 bag (4/7/2015).
Riwayat penyakit sebelumnya:
o Riwayat nyeri ulu hati ada.
o Riwayat hipertensi tidak ada
o Riwayat penyakit diabetes tidak ada
o Riwayat Merokok ada.
o Riwayat penyakit jantung dalam keluarga disangkal.
Faktor resiko:
Faktor modifikasi:
Merokok ada
III.
Usia : 43 tahun
Laki-laki
Pemeriksaan fisis
1. Kesan umum
Weight
: 50 kg
Height
: 158 cm
BMI
: 20,08 kg/m2
2. Tanda vital:
a.
Tekanan darah
100/70 mmHg
b.
Nadi
c.
Pernapasan
d.
Suhu
36,7C
3. Status lokalis
a.
b.
c.
Pemeriksaan kepala
Mata :
Bibir :
sianosis -/-
Pemeriksaan leher
Limfadenopati
Tidak ada
JVP
R+3 cmH2O
Pemeriksaan thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
o COR :
d.
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Hepar
tidak teraba
Limpa
tidak teraba
Pemeriksaan ekstremitas
Inspeksi
IV.
Pemeriksaan penunjang
1.
Laboratorium
RBC
HGB
WBC
PLT
PT
INR
APTT
GDS
Ureum
Kreatinin
SGOT
SGPT
Asam urat
Natrium
Kalium
Klorida
Hasil
2,87.106/mm3
8,8 g/dL
16,3 .103/mm3
354 103/mm3
13,8
1,33
24,9
136 mg/dl
117 mg/dL
1,0 mg/dL
34 U/L
42 U/L
10,0 mg/ml
136 mmol/L
3,8 mmol/L
98 mmol/L
3
Nilai Normal
(3,8 5,8).106/mm3
12 - 16 g/dL
(4 - 10).103/mm3
(150 - 400).103/mm3
10-14
22-30
< 200 mg/dL
10 - 50 mg/dL
< 1,1 mg/dL
< 38 U/L
< 41 U/L
2,4-5,7
136-145 mmol
3.5-5.1 mmol
97-111mmol
2. Elektrokardiografi (EKG)
Rhythm
QRS Rate
Axis
: LAD
P Wave
: Normal
PR Interval
: 0.14 s
QRS Complex
ST Segment
: ST depresi 1 aVL V5 V6
ST Elevasi V3 V4
T Wave
Kesimpulan
3. Foto Thoraks
Kesan:
Dilatatio aortae
V. Diagnosis
Syok Kardiogenik
VI.
Penatalaksanaan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Obstruksi out flow ventrikel kiri yang terlokalisir paling sering terjadi pada
katup aorta. Tetapi obstruksi dapat juga terjadi di atas katup (stenosis supra valvular)
atau di bawah katup (stenosis subvalvular) atau mungkin disebabkan oleh
kardiomiopati hipertropik. Stenosis aorta yang disebabkan oleh aterosklerosis parah
pada aorta dan katup aorta dapat diamati pada orang dengan tipe homozigot II
hyperlipoproteinemia1. Stenosis aorta adalah penyakit katup jantung paling menarik
yang berkembang dibeberapa Negara, dimana penyakit ini terjadi 3 persen pada
orang dengan usia lebih 65 tahun dan memiliki mortalitas dan morbiditas yang
tinggi. Angka rata-rata kelangsungan hidup pada pasien stenosis aorta yang
dibandingkan pada control usia dan jenis kelamin tanpa pergantian katup aorta
adalah 2 sampai dengan 3 tahun. 1,4
Malformasi p ada katup aorta dapat disebabkan oleh kelainan congenital
maupun proses kalsifikasi yang berlangsung lama berhubungan dengan pertambahan
usia maupun disebabkan oleh proses infeksi dan inflamasi seperti pada penyakit
jantung rematik. Malformasi congenital katup aorta dapat unicuspid, bicuspid, atau
trikuspid. Katup unikuspid akan menyebabkan obstruksi berat pada masa bayi dan
malformasi yang paling sering ditemukan dan merupakan stenosis aorta fatal pada
anak usia dibawah 1 tahun. Stenosis katup aorta congenital bicuspid disebabkan
karena adanya komisura yang menyatu/fusi saat lahir, akan tetapi tidak menyebabkan
obstruksi yang serius pada masa kanak-kanak.1
Stenosis aorta rematik merupakan hasil dari adhesi dan fusi dari komisura
dan cuspis dan vaskularisasi dari katup, yang menyebabkan retraksi dan kekakuan
pada daun katup. Nodul kalsifikasi berkembang pada kedua permukaan dan lubang
berkurang menjadi bulatan kecil atau terbuka membentuk segitiga. Akibatnya, katup
rematik sering terjadi stenosis maupun regurgitasi. Pasien dengan stenosis aorta
rematik memiliki keterlibatan katup mitral. Dengan berkurangnya kasus demam
rematik pada Negara-negara maju, frekuensi stenosis aorta juga menurun, meskipun
tetap menjadi masalah yang rumit di seluruh dunia.1,2,3
7
Stenosis katup aorta merupakan penyakit penuaan, dan pada pasien yang
berusia kurang dan 30 tahun, kelainan ini kemungkinan besar disebabkan oleh lesi
kongenital. Lesi stenosis kongenital yang paling sering terjadi adalah katup bikuspid.
Stenosis memperkecil orifisium aorta normal yang memiliki luas 2 sampai 3 cm2 dan
menimbulkan resistansi terhadap semburan (ejeksi). Terbentuk gradien tekanan
sistolik antara ventrikel kiri dan jalur aliran keluar arteri sistemik. Kemudian terjadi
hipertrofi konsentrik ventrikel kiri, dan jika parah, terjadi peningkatan tekanan
diastolik-akhir, penurunan fraksi ejeksi, dan penurunan curah jantung. Gambaran
klinis khas terjadi pada tahap lanjut dan mencakup nyeri dada, sinkop, gagal jantung,
dan kematian mendadak akibat aritmia. Usia harapan hidup setelah timbulnya nyeri
dada setelah aktivitas berat rata-rata hanya 5 tahun, dan untuk pasien yang
menunjukkan gejala diindikasikan pemasangan katup prostetik.1,2,3
GAMBAR 1: jenis stenosis katup aorta Mayor. A, katup aorta normal. B, kongenital
stenosis aorta bikuspid. Sebuah raphe palsu hadir pada arah jam 6. C, reumatik
stenosis aorta. Komisura yang menyatu dengan lubang tengah tetap. D, kalsifikasi
degeneratif stenosis aorta
Kalsifikasi aorta terkait usia umumnya beresiko pada kalsifikasi anuluar
mitral dan dua kondisi yang sering berdampingan. Polimorphisme genetic telah
dikaitkan dengan keberadaan kalsifikasi aorta stenosis., termasuk reseptor vitamin
D , interleukin -10 alel, dan alel apolipoprotein E4. Pengelompokan familial
8
progresifitas
pada
aorta
stenosis
kalsifikasi,
dan
efek
ini
telah
PATOFISIOLOGI
Pada orang dewasa dengan stenosis aorta, obstruksi biasanya berkembang
dan meningkat secara bertahap dalam jangka waktu yang lama. Pada bayi dan anakanak dengan stenosis aorta congenital, lubang katup menunjukan sedikit perubahan
pada tumbuh kembang anak, sehingga terjadi obstruksi relative yang bertahap.
Dalam model eksperimen serta pada anak-anak dan dewasa yang menderita stenosis
aorta yang kronik dan berat, output LV diatasi dengan hipertrofi pada LV, yang mana
dapat menghasilkan gradient tekanan yang besar di katup aorta selama bertahuntahun tanpa penurunan curah jantung, LV dilatasi atau perburukan gejala.1,3
10
yang mana akan menetap bahkan pada aorta stenosis yang telah dikoreksi. Perbedaan
respon pada respon LV terhadap aorta stenosis pernah dilaporkan dimana perempuan
lebih sering menunjukkan fungsi LV yang normal, dinding yang lebih tebal,
hipertrofi LV konsentris dengan disfungsi diastolic dan tekanan sistolik normal atau
bahkan subnormal. Pada pria lebih sering terjadi hipertrofi LV yang eksentrik,
disfungsi diastolic dan dilatasi ruang jantung. .kontraksi atrium memainkan peran
yacng sangat penting dalam pengisian ventrikel kiri pada AS. Hal itu terjadi pada
keadaan tekanan end-diastolik LV yang meningkat tanpa menyebabkan peningkatan
tekanan atrium kanan yang bersamaan. Fungsi booster pump pada atrium kiri
mencegah peningkatan tekanan vena dan kapiler paru ke level yang dapat
menyebabkan kongesti paru, dimana pada waktu yang sama juga menjaga tekanan
end-diastolik LV pada tingkat tinggi yang diperlukan untuk kontraksi yang efektif
pada LV yang hipertrofi. Resistensi pembuluh darah sistemik juga memberikan
kontribusi terhadap total afterload LV pada orang dewasa dengan AS. Hipertensi
yang bersamaan dengan peningkatan beban total LV dan dapat mempengaruhi
tingkat keparahan AS yang berat. Hipertensi pulmonal ringan hadir pada sekitar
sepertiga pada orang dewasa dengan AS karena peningkatan kronis tekanan enddiastolik LV dimana didapatkan hipertensi pulmonal yang berat terlihat sekitar 15%
pada pasien dengan AS severe.1,2,3
Fungsi Miocrdial Pada Aortic Stenosis (AS)
Perkembangan hipertrofi LV merupakan salah satu mekanisme utama
dimana
jantung
menyesuaikan
dengan
peningkatan
beban
hemodinamik.
tekanan pada AS, memiliki konsekuensi patofisiologi yang merugikan misalnya pada
peningkatan kekakuan diastolic. Akibatnya, tekanan yang lebih besar dalam ruang
jantung diperlukan untuk pengisian LV. Beberapa pasien dengan AS terjadi
peningkatan kekakuan hanya pada LV karena peningkatan massa dinding LV tanpa
perubahan pada tiap unit miokardium, yang lain menunjukkan pelebaran ruang
jantung dan peningkatan kekakuan otot jantung. Peningkatan kekakuan otot jantung
yang dihasilkan memberikan kontribusi untuk peningkatan tekanan diastolic filling
LV pada setiap level pengisian LV. Disfungsi diastolic dapat kembali ke normal
dengan regresi dari hipertrofi yang seiring dengan perbaikan AS setelah prosedur
operasi, tetapi beberapa derajat disfungsi diastolic jangka panjang biasanya menetap.1
Iskemia
Keluhan utama pada pasien ini berupa nyeri dada yang tipikal seperti rasa
tertekan dan menjalar pada lengan kiri, keringat dingin serta nyeri dada dipengaruhi
aktivitas. Patofisiologi keluhan ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada pasien
dengan AS, aliran darah ke pembuluh darah koroner pada saat istirahat meningkat
tetapi hal itu normal ketika koreksi disesuaikan dengan massa LV. Penurunan aliran
darah ke pembuluh darah koroner dapat mengakibatkan oksigenasi myocardial tidak
memadai pada pasien dengan AS yang berat, bahkan tanpa adanya penyakit arteri
koroner. Adanya hipertrofi pada massa otot LV akan meningkatkan tekanan sistolik
dan perpanjangan fase ejeksi sehingga meningkatkan konsumsi oksigen myocardial.
Tekanan tinggi yang abnormal akan menekan arteri koroner transmural melebihi
tekanan perfusi koroner itu sendiri dan pemendekan fase diastolic menganggu aliran
darah koroner, kemudian menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan antara suplai
oksigen miocardial dan kebutuhannya. 1,4
GEJALA
Gejala utama yang didapatkan pada pasien dengan AS adalah sesak saat
beraktivitas, pingsan dan berakhir pada gagal jantung. Banyak pasien sekarang ini
yang didiagnosa sebelum onset gejala berdasarkan temuan dari murmur sistolik pada
pemeriksaan fisik, dengan konfirmasi dari diagnosis echocardiografi. Gejala tipikal
terjadi pada usia 50-an dan pada mereka yang lebih tua. Presentasi klinis yang paling
umum pada pasien dengan diagnosis diketahui AS yang difollow up secara prospektif
adalah penurunan bertahap terhadap toleransi latihan, kelelahan atau sesak saat
13
kedepan selama ekspirasi penuh. Hal ini teraba di ruang interkostal kedua kanan atau
suprasternal dan sering menjalar sepanjang arteri karotis. Getaran sistolik spesifik
tetapi tidak sensitive untuk untuk AS berat.1,2,3,4
Simptomatik Pasien
Ketika gejala AS ringan dikeluhkan, kelangsungan hidup buruk kecuali
obstruksi diperbaiki. Kurva kelangsungan hidup berasal dari studi retrospektif yang
lebih lama menunjukkan bahwa interval dari timbulnya gejala sampai dengan
kematian diperkirakan sekitar 2 tahun pada pasien dengan gagal jantung, 3 tahun
pada pasien dengan riwayat sinkop, dan 5 tahun dengan keluhan angina. Beberapa
studi terbaru telah mengkonfirmasikan prognosis buruk ini, dengan kelangsungan
hidup rata-rata hanya 1 sampai dengan 3 tahun setelah onset gejala. Diantara pasien
yang bergejala dengan AS berat, prospek paling buruk ketika terjadi kegagalan LV
dan kardiak output serta gradient transvalvular kedua-duanya rendah. Resiko
kematian mendadak tinggi pada pasien denga gejala AS berat, sehingga pasien ini
harus segera dirujuk untuk intervensi bedah. Pada pasien yang tidak dilakukan
intervensi bedah, rawat inap berulang umum terjadi karena nyeri dada dan gagal
jantung.1.2
Auskultasi
Murmur sistolik pada AS biasanya lambat memuncak dan paling jelas
terdengar pada basis jantung, dengan radiasi/menjalar ke area karotis. Berhentinya
murmur sebelum A2 membantu dalam membedakan dari murmur pansistolik mitral.
Pada pasien dengan kalsifikasi kattup aorta, murmur sistolik paling jelas terdengar
pada basis jatung, tetapi komponen frekuensi tinggi dapat menjalar ke apex (disebut
dengan fenomenaGallavardin), dimana murmur mungkin begitu menonjol sehingga
salah dalam membedakan murmur MR. secara umum, murmur yang keras dan
lambat memuncak mengindikasikan stenosis yang lebih berat. Namun, meskipun
intensitas murmur sistolik grade 3 atau lebih besar dalah relative spesifik pada AS
berat, temuan ini tidak sensitive dan banyak pasien dengan AS berat hanya memiliki
murmur grade 2.1,2
Split pada bunyi jantung kedua dapat membantu dalam menyingkirkan
diagnosis AS berat karena split yang normal mengisyaratkan bahwa daun katup
15
aorta cukup fleksibel untuk membuat bunyi penutupan aorta (A2). Dengan AS
berat suara jantung kedua (S2) dapat menjadi tunggal karena kalsifikasi dan
immobilisasi pada katup aorta sehingga membuat A2 tidak terdengar, penutupan
katup pumonal (P2) teredam pada murmur ajeksi aorta yang memanjang, atau
sistolik LV yang memanjang membuat A2 bertepatan dengan P2. Split
paradoksikal dari S2, yang menunjukkan hubungan dengan blok pada left bundle
branch atau pada disfungsi LV juga dapat terjadi. Dengan demikian, pada orang
dewasa yang lebih tua split pada S2 mengindikasikan kemungkinan AS yang berat.
Suara jantung pertama (S1) adalah normal atau lembut dan suara jantung keempat
(S4) yang menonjol, mungkindisebabkan karena kontraksi atrium yang kuat dan
katup mitral tertutup sebagian selama presistolik. Ketika terjadi gagal ventrikel kiri
dan stroke volume menurun, sistolik murmur menjadi lebih lembut, jarang
menghilang sama sekali.1,2
Echocardiografi
Echocardiografi adalah pendekatan standar untuk mengeevaluasi dan
memfollowup
pasien
dengan
AS
dan
menyeleksi
untuk
prosedur
16
AS ringan
Evaluasi
klinis 1 tahun
18
AS sedang
AS berat
1 tahun
6 bulan
level
latihan/pembebanan)
Evaluasi
tatalaksana
dan 1 tahun
1 tahun
1 tahun
factor
resiko kardiovaskular
Echocardiografi
3-5
tahun
atau 1-2
tahun
perubahan
gejala perubahan
gejala perubahan
gejala
apapun
dalam apapun
dalam apapun
dalam
followup
Tes latihan/pembebanan Tidak dibutuhkan
followup
followup
Tidak dibutuhkan
Jika
status/gejala
tidak
jelas
dan
peningkatan tahunan
pada
jet
velocity
<0,3m/det/tahun
Level serum BNP
Tidak dibutuhkan
Tidak dibutuhkan
Jika
status/gejala
tidak jelas
Echo dobutamin-stree
CT atau CMR
Kateterisasi jantung
sinus
aorta dan
sinus
aorta dan
sinus
membesar
membesar
membesar
Tidak dibutuhkan
Tidak dibutuhkan
Angiografi
aorta
koroner
MANAJEMEN
Prinsip yang paling penting pada manajemen AS pada orang dewasa
adalah edukasi pasien mengenai perjalanan dan gejala yang khas. Pasien harus
disarankan untuk segera melaporkan perkembangan gejala yang mungkin
berhubungan dengan AS. Pasien dengan severe AS harus berhati-hati untuk
19
Diagram 5 : Manajemen pasien stenosis aorta berat.(The Joint Task Force on the
Management of Valvular Heart Disease of the European Society of Cardiology
(ESC) and the European Association for Cardio-Thoracic Surgery (EACTS).
European Heart Journal. 2012)
21
Gambar 6: alur tata laksana pasien yang didiagnosis dengan stenosis aorta berat.
( ACC/AHA 2006 guidelines for the management of patients with valvular heart
disease: a report of the American College of Cardiology/American Heart
Association Task Force on Practice Guidelines (Circulation. 2007)
pasien usia 80 tahun dengan LV disfungsi dapat membaik dan bertahan hidup
setelah AVR, meskipun resiko operasi mereka lebih tinggi. Pengecualian pada
pasien dengan penyakit jantung kongestif yang berkelanjutan atau disfungsi LV
yang berhubungan dengan riwayat infark miokard sebelum adanya AS. Peran
TAVI untuk AS berat dengan disfungsi sistolik LV yang signifikan belum diteliti. 1,2
Pasien dengan AS kritis, disfungsi LV yang berat, dan kardiak output
yang rendah sehingga tekanan gradient transvalvular rendah dan sering membuat
dilema dalam diagnosis bagi para dokter karena presentasi klinis dan data
hemodinamik mungkin tidak dapat dibedakan dari pasien dengan kardiomiopati
dilatasi dan kalsifikasi katup aorta yang tidak stenosis. Low-flow dan AS gradien
rendah didefenisikan sebagai area klep lebih kecil dari 1,0 cm2, ejeksi fraksi LV
yang kurang 40% dan gradient rata-rata kurang sama dengan 30 mmHg. Karena
velocity katup aorta dan perkiraan dari area katup aorta adalah tergantung pada
aliran, metode penting untuk membedakan antara pasien dengan AS berat dengan
disfungsi LV primer adalah untuk meningkatkan hemodinamik selama terjdi
peningkatan sementara pada aliran, biasanya dengan meningkatkan curah jantung
dengan dobutamin ketika mengukur hemodinamik dengan dopler atau pendekatan
invasive. AS berat hadir jika ada peningkatan pada velocity aorta setidaknya 4
m/detik pada setiap laju jantung, dengan area katup kurang dari 1 cm2. Dengan
Dobutamin Ekhocardiografi juga memberikan cadangan kontraksi (peningkatan
stroke volume atau ejeksi fraksi >20% dari baseline), yang merupakan predictor
penting pada resiko operasi, sperbaikan fungsi LV dan kelangsungan hidup setelah
AVR pada pasien tersebut. Akan tetapi, pada pasien dengan penurunan kontraksi,
AVR harus dipertimbangkan jika gradient rata-rata lebih dari 20mmHg karena
kelangsungan hidup setelah AVR lebih baik (=50% pada 5 tahun) dibandingkan
dengan terapi medis.1
Clinical setting
ESC guidelines
ACC/AHA guidelines
Rekomendasi AVR
Rekomendasi AVR
24
untuk mempersiapkan
untuk mempersiapkan
pembedahan (IIbC)
pembedahan (IIbC)
Kontraindikasi pembedahan
BAV kadang
sehubungan comorbiditas
dipertimbangkan untuk
yang berat
paliatif
AS dengan Symptom yang berat
pembebanan/latihan
Tensi turun dari pengukuran
(IIbC)
Layak dilakukan AVR (IIaC)
0,3 m/det/tahun
-------
test latihan
(IIbC)
-------
----------
berhubungan dengan
hipertensi)
AS yang sangat berat
25
---------
AS low-gradien dengan
------------
disfungsi LV tetapi
(IIbC)
kontraktilitas menurun
Penyakit katup aorta
bicuspid
Adanya katup bicuspid
dipertimbangkan untuk
direkomendasikan untuk
dan hemodinamik
(IIaC)
(IC)
Dengan AS berat
direncanakan AVR
direkomendasikan bila
dipertimbangkan
diameter >4,5cm(IC)
HASIL
Keberhasilan pergantian katup aorta hasilnya dilihat pada perbaikan
klinis dan hemodinamik yang bermakna pada pasien dengan AS, AR atau lesi
kombinasi. Pada pasien tanpa kegagalan LV, resiko operasi rentang 2% sampai 5%
pada beberapa center dan pada pasien yang lebih muda dari 70 tahun, resiko
operasi telah dilaporkan kurang sama dengan 1%. Komite database nasional STS
telah ,melaporkan angka kematian operasi keseluruhan 3,2% pada 67.292 pasien
yang menjalani AVR dan 5,6% pada 66.074 pasien yang menjalani AVR dan
CABG. Factor resiko yang berhubungan dengan tingginya angka kematian
termasuk NYHA yang tinggi, gangguan fungsi LV, usia lanjut, dan hugungannya
26
dengan penyakit jantung coroner. Angka kematian dalam 30 hari juga secara
signifikan terkait dengan jumlah prosedur AVR yang dilakukan pada tiap-tiap
rumah sakit. Angka kelangsungan hidup dalam 10 tahun pada pasien yang
ditangani dengan bedah adalah sekitar 85%. 1
Meskipun usia merupakan salah satu penentu resiko, akan tetapi terdapat
peningkatan pengalaman pada center bedah yang melakukan AVR pada
simptomatik pasien yang berusia lebih dari 70 atau bahkan 80 tahun dengan
kalsifikasi AS. Hasil AVR sering memuaskan pada kelompok usia ini, dengan
perbaikan kualitas hidup dan kelangsungan hidup. Resiko operasi dan
postoperative morbiditas berhubungan dengan tingginya prevalensi kondisi
komorbid pada pasien yang lebih tua. Oleh karena itu, usia lanjut tidak boleh
dianggap kontraindikasi untuk operasi.1
Gejala kongesti paru dan miokard iskemik (angina pectoris) pada
sebagian besar pasien membaik, dan kebanyakan pasien akan membaik dalam
toleransi aktivitas, bahkan penurunan yang ringan pada toleransi aktivitas tetap
diprioritaskan untuk prosedur bedah. Hemodinamik setelah dilakukan AVR
memperlihatkan hasil yang mengesankan, peningkatan end-diastolic dan endsistolik volume memperlihatkan penurunan yang signifikan, kekuatan ventrikel
yang lemah untuk kembali kenormal lebih sering pada pasien dengan AS daripada
AR atau MR. akan tetapi, temuan predictor paling kuat pada disfungsi LV
postoperative
adalah
disfungsi
LV
yang
preoperative,
sehingga
bila
rata dari 8% sampai dengan 20%, tergantung pada skill bedah dan tingkat
keparahan gagal jantung. Melakukan pembedahan sebelum terjadi gagal jantung
atau pada operasi yang emergensi, bahkan pada pasien dengan gagal jantung
beratpun kadang-kadang menyelamatkan nyawa. Mengingat prognosis yang sangat
jelek pada pasien tersebut yang ditangani secara medis, kecuali kondisi komorbid
yang serius yang menghalangi prosedur operasi. Pada pasien dengan AS dan
penyakit jantung koroner merupakan kombinasi yang umum, AVR dan
revaskularisasi arteri koroner harus dilakukan. Meskipun resiko operasi meningkat
pada prosedur AVR disertai dengan CABG, resiko operasi meningkat bahkan
lebih pada pasien dengan penyakit jantung koroner yang berat tidak diobati.
Kemampuan untuk menghindari iskemik miokard yang serius pada periode
perioperatif adalah factor utama yang harus dilakukan untuk menurunkan angka
kematia pada pasien ini. 1,2,3
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
29