Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN KEGIATAN

DOKTER INTERNSIP PUSKESMAS LAMPA


KABUPATEN PINRANG
PERIODE OKTOBER-FEBRUARI 2017

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK


MENULAR
“Edukasi Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Demam Tifoid Di Desa Alausalo”

I. LATAR BELAKANG
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang
terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan
urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang
buruk serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah.
Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di Dunia, sangat sulit ditentukan karena
penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat luas. Data
World Health Organization (WHO) tahun 2009, memperkirakan terdapat sekitar 17 juta
kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun.
Insidens rate demam tifoid di Asia Selatan dan Tenggara termasuk China pada tahun
2010 rata-rata 1.000 per 100.000 penduduk per tahun. Insidens rate demam tifoid
tertinggi di Papua New Guinea sekitar 1.208 per 100.000 penduduk per tahun. Insidens
rate di Indonesia masih tinggi yaitu 358 per 100.000 penduduk pedesaan dan 810 per
100.000 penduduk perkotaan per tahun dengan rata-rata kasus per tahun 600.000-
1.500.000 penderita. Angka kematian demam tifoid di Indonesia masih tinggi dengan
CFR sebesar 10.
Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2008, demam
tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah
sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi 3,15%, urutan pertama
ditempati oleh diare dengan jumlah kasus 193.856 dengan proporsi 7,52%, urutan ketiga
ditempati oleh DBD dengan jumlah kasus 77.539 dengan proporsi 3,01%.

1
II. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Insiden demam tifoid di Indonesia termasuk tinggi yaitu berkisar 352-810
kasus per 100.000 penduduk per tahun atau 600.000 – 1.500.000 kasus per tahun.
Angka kematian diperkirakan 2,5 – 6 % atau 50.000 orang per tahun. Penyakit ini
menyerang semua umur tetapi kebanyakan pada anak-anak umur 5-9 tahun. Kasus
demam tifoid di wilayah kerja Puskesmas Maniangpajo masih merupakan
permasalahan yang jelas. Hal ini terlihat dengan adanya pembuktian hasil
laboratorium dengan titer O > 1\320.

III. PEMILIHAN INTERVENSI


Oleh karena permasalahan yang terjadi diatas, maka diadakan kegiatan edukasi
mengenai pencegahan penyakit demam tifoid dengan membiasakan cuci tangan pakai
sabun, pemberantasan lalat, penyediaan makanan dan air minum yang bersih.

IV. PELAKSANAAN
Penyuluhan ini diadakan pada hari Sabtu tanggal 06 Januari 2019 di Posyandu
Asoka, Desa Alausalo, Kec. Maniangpajo, Kab.Wajo. Pada kegiatan tersebut, warga yang
datang ke lokasi posyandu, kami berikan edukasi mengenai pencegahan demam tifoid
dengan harapan agar warga yang hadir dapat melakukan pencegahan dan
memberitahukan kepada tetangga dan keluarga mengenasi edukasi yang kami berikan.

V. EVALUASI
Kesimpulan

Setiap warga yang hadir menunjukkan antusias yang baik dan dengan semangat
mendapatkan edukasi tentang penyakit demam tifoid dan pencegahannya. Warga juga
mendapatkan edukasi tentang 7 langkah cuci tangan bersih. Hal ini membuktikan bahwa
warga sadar akan pentingnya mencegah penyakit demam tifoid.

Saran

 Kegiatan penyuluhan upaya kesehatan lingkungan sebaiknya diperluas cakupannya.


Tidak hanya berhenti pada edukasi pencegahan demam tifoid, tetapi juga pada
edukasi tentang sanitasi, kebersihan rumah tangga, dan lain-lain.

2
 Perlu dilakukan monitoring atau follow up untuk memastikan bahwa masyarakat telah
berperan aktif dalam melaksanakan pencegahan demam tifoid.
 Penyuluhan tidak hanya terbatas pada kader-kader puskesmas atau masyarakat yang
terjangkau dari puskesmas tetapi juga penting pada masyarakat pedalaman.

PESERTA PENDAMPING

dr. Ruth Faustine Jontah Rayo dr. Andi Silviani

Anda mungkin juga menyukai