PERILAKU ORGANISASI
Oleh :
KELOMPOK 4
1. Alsyahril, S.Farm.
2. Fatin Merida Songko, S.Farm.
3. Nimah, S.Farm.
4. Tessa C.P Pellondou, S.Farm.
SBFO5104000
5.
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Stress adalah pengalaman yang bersifat internal yang menciptakan adanya
ketidakseimbangan fisik dan psikis dalam diri seseorang akibat dari faktor
lingkungan eksternal, organisasi atau orang lain (Szilagyi, 2000). Stress biasanya
dianggap sebagai sesuatu yang negatif. Sering dikira disebabkan oleh sesuatu yang
buruk, dan disebut sebagai distress. Tetapi ada juga stress yang positif, yang disebabkan oleh
sesuatu yang baik, misal dipromosikan untuk kenaikan pangkat dengan diberikan pekerjaan di
tempat lain.
Gibson, Ivancevich dan Donnely (1996) mendefinisikan stress sebagai suatu
tanggapan penyesuaian, diperantarai oleh perbedaan- perbedaan individu dan atau
proses psikologis, akibat dari setiap tindakan lingkungan, situasi, atau peristiwa yang
menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang.
Definisi tersebut menggambarkan stress sedikit lebih negatif, sedangkan menurut
pakar stress, Dr. Hans Selye, memperkenalkan stress sebagai suatu rangsangan dalam
pengertian posisif, disebut sebagai Eutress. Eustress membuat individu mampu
beradaptasi terhadap lingkungan dan menyebabkan terjadinya perkembangan ke arah
yang lebih baik. Eutress diperlukan dalam hidup.
B. Sumber Stress di Tempat Kerja
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya stress di dalam organisasi
menurut Minner (1988) dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu faktor yang
bersumber dari luar individu dan dari dalam individu itu sendiri. Sumber stress yang
berasal dari dalam individu itu sendiri disebabkan karena kepribadiannya Tipe A,
adanya kebutuhan, nilai, tujuan, umur dan kondisi kesehatannya saat sedang
menghadapi stress.
Penyebab dari luar individu dibedakan lagi menjadi stress yang bersumber
dari dalam organisasi dan dari luar organisasi. Faktor dari dalam organisasi dapat dari
faktor lingkungan fisik seperti cahaya yang terlalu terang, situasi yang gaduh dan
temperatur yang terlalu panas. Faktor dari pekerjaan meliputi adanya konflik peran
(memiliki beberapa peran yang saling bertentangan), tidak jelasnya tugas dan tanggung jawab
seseorang,
beban
tugas
yang
melebihi
batas
kemampuan
seseorang,
adanya rasa tanggung jawab yang terlalu tinggi terhadap tugas dan adanya desakan
waktu untuk penyelesaian suatu tugas. Demikian juga faktor dari kerja kelompok
seperti norma-norma yang dianut kelompok yang harus dipatuhi oleh anggota
kelompok, kurangnya kekompakan diantara anggota kelompok dan kurangnya
1. Pendekatan individual
a. Manajemen waktu
Prinsip-prinsip yang dianggap terkenal dalam manajemen waktu adalah
sebagai berikut : 1) membuat daftar harian tentang kegiatan-kegiatan yang
harus
diselesaikan,
2)
memprioritaskan
kegiatan-kegiatan
atas
dasar
kepentingan
dan
urgensinya,
3)
membuat
jadwal
kegiatan
berdasarkan
prioritas yang telah ditetapkan, 4) mengetahui siklus bioritmik diri sendiri
dan
mengerjakan
tugas
yang
menuntut
tenaga
dan
pikiran
pada
saat
bioritmik sedang tinggi.
b. Latihan fisik
Latihan fisik yang non-kompetititf seperti aerobik,
jogging telah lama direkomendasikan oleh para dokter
mengatasi berbagai tingkatan stress yang eksesif.
berenang, bersepeda,
sebagai cara untuk
c. Latihan relaksasi
Lima belas menit atau dua puluh menit sehari melakukan relaksasi yang
dalam
dapat
melepaskan
ketegangan
dan
memberikan
perasaan
penuh
kedamaian
yang
indah.
Lebih
penting
lagi,
adanya
perubahan
yang
signifikan
dalam
denyut
jantung,
tekanan
darah,
dan
faktor-faktor
fisik
lainnya merupakan hasil utama dari deep relaxation tersebut.
d. Dukungan sosial
Memiliki banyak kawan, keluarga atau teman sekerja untuk teman berbicara
dapat
memberikan
jalan
keluar
ketika
tingkat
stress
menjadi
eksesif.
Dukungan
sosial
dapat
memoderatkan
akibat
dari
hubungan
stress-kerja,
sehingga stress di tempat kerja yang berat pun tidak dapat meruntuhkan
seseorang.
e. Konseling karyawan
Konseling adalah diskusi sebuah problem yang biasanya memiliki unsur
emosional
dengan
seorang
karyawan
supaya
dapat
membantu
mengatasi
emosinya dengan lebih baik (Cairo, 1983). Konseling dapat dilakukan baik
oleh
para
profesional
maupun
non-profesional.
Konseling
ini
biasanya
bersifat rahasia. Para karyawan dapat merasa bebas untuk berbicara terbuka
tentang problem yang dihadapi.
2. Pendekatan organisasi
a.Seleksi dan penempatan
Terdapat beberapa pekerjaan yang lebih menimbulkan stress daripada
pekerjaan lainnya respon orang terhadap stress pun berbeda antara satu orang
dengan
orang
lainnya.
Sehingga
manajemen
tidak
boleh
membatasi
satu
pekerjaan hanya oleh orang yang berpengalaman saja, tetapi juga memiliki
kontrol pribadi yang bersifat internal karena orang-orang yang seperti ini
dapat mengadaptasi pekerjaan dengan tingkat stress yang relatif tinggi dan
menunjukkan kinerja yang efektif untuk pekerjaan tersebut.
b. Penetapan tujuan
Manusia berprestasi lebih baik ketika memiliki tujuan khusus dan menantang
serta menerima umpan balik tentang seberapa jauh kemajuan yang telah
dibuatnya menuju tercapainya tujuan-tujuan tersebut.
c.Pendesainan kembali pekerjaan
Teknik ini dapat memberikan para karyawan tanggungg jawab yang lebih
tinggi, kerja yang lebih berarti, otonomi yang lebih banyak dan peningkatan
umpan
balik.
Hal
ini
dapat
mengurangi
stress
karena
faktor-faktor
ini
memberikan
karyawan
kontrol
yang
lebih
besar
tentang
aktivitas
pekerjaannya dan memperkecil ketergantungan pada orang lain.
d.Pengambilan keputusan secara partisipatif
Melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan
mempengaruhi
kinerja
karyawan.
Manajemen
dapat
dan mengurangi stress karena peran mereka.
e. Komunikasi organisasi
Meningkatkan komunikasi formal dengan para karyawan dapat mengurangi
ketidakpastian dengan cara memperkecil keragu-raguan, konflik dan peran. Manajemen juga
dapat menggunakan komunikasi efektif sebagai cara untuk memperbaiki persepsi karyawan.
f. Program-program kebugaran
Perlu dibuat program-program kebugaran untuk para karyawan yang
ditawarkan oleh organisasi atau perusahaan. Program ini difokuskan pada
kesehatan fisik dan mental secara total (Wolfe et al, 1987). Misalnya
manajemen
mengadakanworkshop
untuk
membantu
karyawannya
berhenti
merokok,
mengontrol
penggunaan
alkohol,
menurunkan
berat
badan
dan
program diet
makan. Ternyata
jika dibandingkan biaya
yang
dikeluarkan
untuk program ini dengan keuntungan yang diperoleh karena berkurangnya
absen kerja dan malas bekerja, program ini masih jauh lebih baik untuk
organisasi atau perusahaan.
ANALISA KASUS
KETERANGAN
Karyawan STIkes BTH
Mantan Karyawan Akper
BTH
Jumlah
JENIS KELAMIN
L
P
11
31
7
12
18
43
STATUS
K
37
17
TK
5
2
54
Tabel 1.2
Faktor Stress Kerja dari Lingkungan Fisik
NO
1
2
3
Keterangan
Cahaya
Temperatur
Kebisingan
Jumlah
F
96
112
115
323
%
29.72
34.67
35.60
100
Berdasarkan tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa penyebab paling utama terjadinya stress
kerja dari lingkungan fisik adalah cahaya (penerangan) dengan persentase 29.72%.
2. Pekerjaan
Stress kerja dari faktor pekerjaan dapat disebabkan karena terjadinya
konflik peran dan ketidakjelasan tugas yang diberikan, beban tugas yang
berlebihan disertai penetapan tenggat waktu penyelesaian tugas dan adanya
perubahan dalam pekerjaan yang tidak dipersiapkan terlebih dahulu kepada
karyawan yang bersangkutan. Berdasarkan angket yang disebarkan didapatkan
hasil yaitu penyebab utama terjadinya stress kerja adalah dari beban tugas yang
berlebihan disertai penetapan tenggat waktu penyelesaian tugas yaitu sebanyak
25.45%. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 1.3 di bawah ini.
Tabel 1.3
Faktor Stress Kerja dari Pekerjaan
NO
1
2
3
Keterangan
Konflik peran dan tugas
Beban tugas yang berlebihan dan
tenggat waktu penyelesaian tugas
Adanya perubahan pekerjaan
Jumlah
F
104
70
%
37.81
25.45
101
275
36.72
100
3. Kelompok Kerja
Faktor penyebab terjadinya stress kerja dari faktor kerja kelompok adalah
adanya norma-norma (peraturan) yang dianut kelompok dan harus dipatuhi oleh
anggota kelompok, kurangnya
kekompakan diantara anggota kelompok dan
kurangnya dukungan dari anggota kelompok. Berdasarkan data yang diambil dari
angket stress kerja didapatkan hasil yaitu norma yang dianut kelompok dan harus dipatuhi oleh
anggota
kelompok
adalah
penyebab
utama
terjadinya
sebanyak 18.46%. Data selengkapnya dapat silihat pada tabel 1.4 di bawah ini.
stress
yaitu
Tabel 1.4
Faktor Stress Kerja dari Kerja Kelompok
NO
1
2
3
Keterangan
Norma
Kurang Kohesivitas
Kurangnya dukungan kelompok
Jumlah
F
60
128
137
325
%
18.46
39.38
42.15
100
4. Organisasi
Stress kerja dapat disebabkan dari faktor organisasi meliputi kurangnya
dukungan dari atasan, struktur organisasi yang terlalu birokratis dan gaya
kepemimpinan yang tidak sesuai dengan kondisi dan karakteristik dari bawahan.
Tabel 1.5
Faktor Stress Kerja dari Organisasi
NO
1
2
3
Keterangan
Kurangnya dukungan dari atasan
Struktur organisasi
Gaya kepemimpinan
Jumlah
F
85
131
57
273
%
31.13
47.98
20.87
100
Berdasarkan
tabel
1.5
di
atas
dapat
diketahui
bahwa
penyebab
utama
terjadinya stress kerja yang paling utama adalah gaya kepemimpinan yang tidak
sesuai dengan karakteristik dari bawahan yaitu sebanyak 20.87%.
5. Karier
Faktor karier juga dapat menyebabkan terjadinya stress kerja, yaitu pada saat-saat awal
dari
seseorang
memasuki
pekerjaannya,
karier
yang
tidak
maju
di
pertengahan karier dan pengakhiran masa kerja dengan pemecatan. Berdasarkan
tabel 1.6 di bawah dapat diketahui bahwasanya penyebab terjadinya stress kerja
yang paling utama adalah ketidakjelasan karier bagi karyawan (karier yang tidak
maju) yaitu sebanyak 24.52%. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 1.6
Faktor Stress Kerja dari Karier
NO
1
2
3
Keterangan
Awal karier
Tengah Karier
Puncak Karier
Jumlah
Berdasarkan
penjelasan
tersebut
di
atas
penyebab terjadinya stress kerja pada mantan
BTH Tasikmalaya adalah sebagai berikut :
F
120
64
77
261
%
45.97
24.52
29.50
100
dapat
disimpulkan
fakor-faktor
karyawan Akper BTH di STIKes
Tabel 1.7
Faktor Stress Kerja dari Dalam Organisasi
NO
1
2
3
4
5
Keterangan
Lingkungan Fisik
Pekerjaan
Kerja Kelompok
Organisasi
Karier
Jumlah
F
323
275
325
273
261
1457
%
22.16
18.87
22.30
18.73
17.91
100
Faktor penyebab terjadinya stress kerja bila dilihat pada tabel 1.7 adalah pada ketidakjelasan
karier yaitu sebanyak 17.91%
PERUMUSAN MASALAH
A. Analisa Masalah
Berdasarkan data yang didapat dari penyebaran angket tentang stress kerja
maka faktor-faktor yang dianggap menimbulkan stress kerja adalah sebagai berikut :
1. Saat mengerjakan pekerjaan dirasakan pencahayaan yang kurang
Poulton (1978) menyatakan bahwa stressor lingkungan fisik (blue collar stressor) lebih
sering merupakan masalah dalam pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan teknis. Lebih dari
4000 pekerja meninggal setiap tahunnya dalam kecelakaan industri dan lebih dari 100.000 orang
pekerja menjadi cacat permanen setiap tahun (Gibson, Ivancevich dan Donelly, 1987).
Keadaan di STIKes BTH, banyak ruangan yang disekat-sekat, sehingga cahaya matahari
kurang dapat menyinari ruangan tersebut dengan maksimal. Keadaan ini diperparah lagi dengan
datangnya musim hujan. Akibatnya, bila akan melakukan pekerjaan, terutama dihadapan
komputer, lampu di ruangan harus dinyalakan. Bila tidak menurut mereka akan menimbulkan
rasa pedih di mata dan hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja.
2. Karyawan merasakan adanya beban tugas yang berlebihan dan penetapan tenggat
waktu yang dirasa terlalu cepat
Setiap orang pernah mengalami work overload pada suatuketika.Terlalu banyak harus
melakukan sesuatu atau tidak cukup waktu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan disebut
quantitatif overload. Sedangkan qualitatif overload terjadi jika individu merasa bahwa ia kurang
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan atau standar prestasi terlalu tinggi.
Quantitatif overload dapat menyebabkan peningkatan kolesterol dalam darah. Beban
kerja berlebih juga dapat menyebabkan menurunnya kepercayaan diri, menurunnya motivasi
kerja, meningkatnya keabsenan,menurunnya kualitas pengambilan keputusan, rusaknya
hubungan antar pribadi dan meningkatnya kecelakaan akibat kerja.
Tidak semua karyawan di STIKes BTH merasakan adanya beban kerja
berlebih. Karyawan yang merasakan adanya beban kerja berlebih adalah staff
dosen yang memegang jabatan struktural. Dengan adanya double peran ini,
mereka merasa bahwa waktu yang dimiliki tidak cukup untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan. Bagi karyawan wanita, hal tersebut diperparah lagi
dengan
kewajibannya
di
rumah.
Sehingga
bila
tenggat
waktu
untuk
menyelesaikan
pekerjaan
sudah
habis,
seringkali
pekerjaan
tersebut
belum
selesai.
B. Prioritas Masalah
Berdasarkan masalah yang ditegakkan diatas maka masalah yang diprioritaskan pada
makalah ini adalah ketidakjelasan karier bagi karyawan.
pekerjaan baru
Karyawan baru
mengembangkan
PENUTUP
Stress adalah suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan
atau proses psikologis, yaitu, suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi,
atau kejadian eksternal yang membebani tuntutan psikologis atau fisik yang berlebihan
terhadap seseorang. Stress dapat terjadi di tempat kerja. Penyebabnya bisa dari dalam
individu atau dari organisasi. Dari organisasi dapat disebabkan dari dalam organisasi
maupun dari luar organisasi.
Stress kerja dari dalam organisasi terdiri dari 5 faktor yaitu dari dari lingkungan
fisik, dari pekerjaan, dari kerja kelompok, dari organisasi dan dari karier. Dari
keseluruhan faktor-faktor penyebab terjadinya stress kerja, yang paling dominan
menyebabkan terjadinya stress kerja adalah dari faktor karier.
Alternatif pemecahan masalah yang dapat diberikan untuk menyelasaikan masalah
ini adalah dengan adanya sosialisasi tahapan karier melalui tiga tahapan yaitu sosialisasi
persiapan, sosialiasi akomodasi dan sosialiasi manajemen peran. Saran yang dapat
diberikan kepada STIKes BTH adalah adanya penetapan waktu rotasi untuk setiap
jabatan struktural, penetapan kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap individu yang
akan menduduki jabatan struktural yang diinginkan dan sebelumnya selalu diawali
dengan seleksi kemampuan terlebih dahulu. Sehingga semboyan the man in the right place
dapat dilaksanakan.
PUSTAKA