PEMBELAJARAN EFEKTIF
AUGUST 2, 2014 BY TEGUHTW
pada kertas
b. Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada
temannya untuk mencarikan jawabnya.Solusinya mengurangi poin pada
siswa yang membantu dan dibantu .
c. Apabila pada satu nomer kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu
saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada nomer selanjutnya.
mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
3. Ciri Pembelajaran Kooperatif
Masih menurut Nur dalam Chotimah (2007), ciri-ciri pembelajaran kooperatif
sebagai
Indikator
Langkah 1
Menyampaikan
tujuan dan
Guru
menyampaikan
tujuan pembelajaran
dan
mengkomunikasikan
kompetensi dasar
memotivasi siswa
Menyajikan
informasi
Langkah 3
Mengorganisasikan
siswa ke
Guru menyajikan
informasi kepada
siswa
Guru
menginformasikan
pengelom-pokkan
Siswa
Guru memotivasi
serta memfasilitasi
kerja siswa dalam
kelompok-kelompok
belajar
Guru mengevaluasi
hasil belajar tentang
Langkah 5
Evaluasi
materi
pembelajaran yang
telah dilaksanakan
Guru memberi
penghargaan hasil
belajar
Langkah 6
Memberikan
penghargaan
individual dan
kelompok
Poin
peningkatan
10
20
30
30
Nilai Perkembangan
22,6 30
15,1 22,5
7,6 15,0
7,5
a)
b)
c)
Meningkatkan komitmen
d)
e)
f)
B)
a)
b)
c)
4/21/2012
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED
INTRODUCTION)
PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
Sejarah Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah dirintis dalam ilmu kesehatan di McMaster
University di Kanada pada tahun 1960-an yang diresmikan pada tahun 1968.
(Neufeld & Barrows, 1974), karena siswa tidak mampu menerapkan sejumlah
besar mereka pengetahuan ilmiah dasar untuk situasi klinis. Tak lama
kemudian, tiga sekolah medis lain University of Limburg di Maastricht
(Belanda), University of Newcastle (Australia), dan University of New Mexico
(Amerika) mengambil McMaster model pembelajaran berbasis masalah.
(diadopsi oleh lain program-program sekolah kedokteran (Barrows, 1996) dan
juga telah diadaptasi untuk instruksi sarjana (Boud dan Feletti, 1997; Duch et
al, 2001. ; Amador et al, 2006))
Landasan Teoretik Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Temuan-temuan dari psikologi kognitif menyediakan landasan teoretis untuk
meningkatkan pengajaran secara umum dan khsususnya problem based
learning (PBL). Premis dasar dalam psikologi kognitif adalah belajar
merupakan proses konstruksi pengetahuan baru yang berdasarkan pada
pengetahuan terkini. Mengikuti Glaser (1991) secara umum diasumsikan
bahwa belajar adalah proses yang konstruktif dan bukan penerimaan.
Proses-proses kognitif yang disebut metakognisi mempengaruhi penggunaan
pengetahuan, dan faktor-faktor sosial dan kontektual mempengaruhi
pembelajaran.
Pannen (2001)
Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling
sedikit ada delapan tahapan, yaitu:
1. mengidentifikasi masalah,
2. mengumpulkan data,
3. menganalisis data,
4. memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,
5. memilih cara untuk memecahkan masalah,
6. merencanakan penerapan pemecahan masalah,
7. melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
8. melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Arends (2004)
Ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
Fase Aktivitas guru
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan
pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif
pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa
membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong
mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,
dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Membantu mahasiswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan prosesproses yang digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.
Berikut langkah-langkah PBM.
1. Guru memulai sesi awal PBM dengan presentasi permasalahan yang akan
dihadapi oleh siswa.
8. Menyajikan temuan-temuannya.
Siapkan laporan di mana Anda membuat rekomendasi, prediksi, kesimpulan,
atau solusi lainyang tepat untuk masalah berdasarkan data Anda dan latar
belakang. Bersiaplah untuk mendukung rekomendasi Anda. Jika sesuai,
pertimbangkan presentasi multimedia dengan menggunakan gambar, grafik,
atau suara.
Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah
Pierce dan Jones (Ratnaningsih, 2003)
Mereka mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada
waktu pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan
sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain,
menghadapkan siswa pada situasi yang mendorong untuk mampu
menemukan masalah dan meneliti permasalahan sambil mengajukkan
dugaan dan rencana penyelesaian.
b. Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation) yang mencakup kegiatan
mengeksplorasi dan mendistribuskan informasi.
c. Performansi (performnace) yaitu menyajikan temuan.
d. Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan
melakukan refleksi terhadap proses pemecahan masalah.
A. Tugas Perencanaan.
Pembelajaran Bedasarkan Masalah memerlukan banyak perencanaan seperti
halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
1. Penetapan Tujuan.
Pertama mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berdasarkan masalah
direncanakan untuk membantu tercapainya tujuan-tujuan tertentu misalnya
ketrampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa dn membantu
siswa menjadi pebelajar yang mandiri Hendaknya difikirkan dahulu dengan
matang tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan
jelas kepada siswa
harus mereka capai dan siapa yang akan menilai mereka (pembelajar,
pebelajar, atau ahli luar).
Penilaian pada pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada proses
dengan tujuan untuk menilai ketrampilan berkomunikasi, bekerjasama,
penerimaan siswa terhadap tanggung jawab belajar, kemampuan belajar
bagaimanan belajar ( learning to learn ), penyelesaian dan penggunaan
sumber serta pengembangan ketrampilan memecahkan masalah. Dalam
pembelajaran berbasis masalah guru berperan dalam mengembangkan
aspek kognitif dan metakognitif siswa, bukan sekedar sumber pengetahuan
dan penyebar informasi. Disamping itu siswa bukan sebagai pendengar yang
pasif tetapi berperan aktif sebagai problem.
Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat
digambarkan sebagai berikut:
Guru sebagai pelatihv
Siswa sebagai problem solverv
Masalah sebagai awal tantangan dan motivasiv
Asking about thinking ( bertanya tentang pemikiran)
memonitor pembelajaran
probbing ( menantang siswa untuk berfikir )
menjaga agar siswa terlibat
mengatur dinamika kelompok
menjaga berlangsungnya proses
peserta yang aktif
terlibat langsung dalam pembelajaran
membangun pembelajaran
menarik untuk dipecahkan
menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang
dipelajari
Muslimin Ibrahim menjelaskan bahwa dalam menerapkan model
pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak latihan dan perlu
membuat ke putusan-keputusan khusus pada fase-fase perencanaan,
interaksi dan setelah pembelajaran.
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang
diperoleh pebelajar yang diajar dengan PBL yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
Siswa yang melakukan inkuiri dalam pempelajaran akan menggunakan
ketrampilan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skill) dimana
mereka akan melakukan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi,
dan reasoning.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).
E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dalam
Pemanfaatannya
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah
sebagai berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi
baru
5. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar
secara mandiri
6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah
yang telah ia lakukan
7. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
8. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan
inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan
dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah
sebagai berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta
Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan,
membuat kita bisa menyusun fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga
cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga
mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada
menggunakan teknik mencatat biasa..
Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu
cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind
mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini
membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif
akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin
seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.
Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun
1970-an. Teknik ini dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah
mind map memiliki sebuah ide atau kata sentral, dan ada 5 sampai 10 ide
lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat efektif bila
digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat
asosiasi di antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk
mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti
diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan
satu informasi kepada informasi yang lain.
Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa
menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya,
menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan metode mind
mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.
Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Maping
Catatan biasa :
a.
Catatan Biasa
b.
c.
d.
e.
f.
Statis
Mind mapping :
a.
Peta pikiran
b.
c.
Berwarna warni
d.
e.
f.
Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik
mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran
memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam
diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan
memudahkan seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk
informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi
warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap
informasi yang diterima.Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi
setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang
terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang
diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan
mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar
adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa
terutama dalam proses pembuatan mind mapping.(Sugiarto,Iwan. 2004.
Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir.)
2.
3.
dua orang.
4.
yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat
catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok
lainnya.
5.
dipahami siswa.
7.
Kesimpulan/penutup.
2. Prinsip Dasar Mind Mapping
Merencana
b.
Berkomunikasi
c.
Menjadi Kreatif
d.
Menghemat Waktu
e.
Menyelesaikan Masalah
f.
Memusatkan Perhatian
g.
h.
i.
j.
a.
b.
dikepala anda
c.
d.
b.
c.
KESIMPULAN
Jadi model pembelajaran mind mapping adalah suatu model
pembelajaran untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan
mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta
sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Model pembelajaran
Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau
untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok
secara berpasangan ( 2 orang ).
Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan
menggunakan kata kunci bebas, simbol, gambar, dan menggambarkan
secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.
Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu
cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind
mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini
membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif
akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, dengan semakin
seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif.
Kelebihan :
a.
b.
dikepala anda
c.
d.
Kekurangan :
a.
b.
c.
match, siswa nampak lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban
dan soal. Dengan metode pencarian kartu pasangan ini siswa dapat
mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang
ditemukannya dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara
bersama-sama.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa
metode make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab
pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka,
proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih
antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali
pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing.
Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk menarik
perhatian sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi
siswa dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (1994:116),
Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan peningkatan keaktifan siswa
yang dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran tertentu, dan motivasi
belajar dapat ditujukan ke arah kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila motivasi
yang dimiliki oleh siswa diberi berbagai tantangan, akan tumbuh kegiatan
kreatif. Selanjutnya, penerapan metode make a match dapat
membangkitkan keingintahuan dan kerja sama di antara siswa serta mampu
menciptakan kondisi yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa pelaksanaan
proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu: berpusat pada
siswa; mengembangkan keingintahunan dan imajinasi; memiliki semangat
mandiri, bekerja sama, dan kompetensi; menciptakan kondisi yang
menyenangkan; mengembangkan beragam kemampuan dan pengalaman
belajar; karakteristik mata pelajaran.
Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)
Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)
3.
kelompok.
4.
5.
6.
dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling
membantu dalam kelompok kecil.
9.
materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang
lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan
kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan.
10. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaanpertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung
memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh
kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
11. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan
pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam
memecahkan masalah.
12. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya
dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
13. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil
diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
14. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses
pembelajaran.
15. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode
pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk
mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di
awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi
dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
16. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap
pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir
pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa
tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil
belajar mereka.
17. Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan
dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa
dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.
18. Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai,
kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya
mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang
ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses
belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak
monoton dibandingkan metode konvensional.
19. Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran
konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang
benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh
guru sedangkan siswa lain hanyalah pendengar materi yang disampaikan
oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat diminimalisir sebab
semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
20. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar
yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil
2.
3.
5.
6.
7.
8.
pelaksanaannya.
10. Metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di
sekolah.
11. Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu
pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal.
12. Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang
sesuai dengan taraf berfikir anak
13. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara
mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan
masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.
14. Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya
rendah dan waktu yang terbatas.
15. Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
16. Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling
mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS.
MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
Model pembelajaran DEBAT
A. PENGERTIAN DEBAT
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik
secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan
memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak
dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negaranegara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan
menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan
melalui voting atau keputusan juri.
Contoh lain debat yang diselenggarakan secara formal adalah debat antar
kandidat legislatif dan debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum
dilakukan menjelang pemilihan umum.
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa
dilakukan di tingkat sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan
sebagai pertandingan dengan aturan (format) yang jelas dan ketat antara
dua pihak yang masing-masing mendukung dan menentang sebuah
pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang
ditunjuk untuk menentukan pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari
didukung oleh pihak Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:
(This House believes that) Globalization marginalizes the poor.
(Sidang Dewan percaya bahwa) Globalisasi meminggirkan masyarakat
miskin.
Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasanbatasan tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat yang akan
dilakukan. Ada aturan-aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang boleh
dilakukan sebagai bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Tidak ada interupsi dalam format ini.
Juri (adjudicator) dalam format Australs terdiri atas satu orang atau satu
panel berjumlah ganjil. Dalam panel, setiap juri memberikan voting-nya
tanpa melalui musyawarah. Dengan demikian, keputusan panel dapat
bersifat unanimous ataupun split decision.
Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal sehingga cukup
populer terutama di kalangan universitas. Kompetisi debat di Indonesia yang
menggunakan format ini adalah Java Overland Varsities English Debate
(JOVED) dan Indonesian Varsity English Debate (IVED).
b. Asian Parliamentary (Asians)
Format ini merupakan pengembangan dari format Australs dan digunakan
dalam kejuaraan tingkat Asia. Perbedaannya dengan format Australs adalah
adanya interupsi (Points of Information) yang boleh diajukan antara menit ke1 dan ke-6 (hanya untuk pidato utama, tidak pada pidato penutup). Format
ini juga mirip dengan World Schools Style yang digunakan di WSDC.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam ALSA English Competition (e-Comp)
yang diselenggarakan (hampir) setiap tahun oleh ALSA LC [[Universitas
Indonesia].
c. British Parliamentary (BP)
Gaya debat parlementer ini banyak dipakai di Inggris namun juga populer di
banyak negara, sebab format inilah yang digunakan di kejuaraan dunia
WUDC. Dalam format ini, empat tim beranggotakan masing-masing dua
orang bertarung dalam satu debat, dua tim mewakili Pemerintah
(Government) dan dua lainnya Oposisi (Opposition), dengan susunan sebagai
berikut:
Opening Government: Opening Opposition:
Prime Minister Leader of the Opposition
Deputy Prime Minister Deputy Leader of the Opposition
Closing Government: Closing Opposition
Member of the Government Member of the Opposition
Government Whip Opposition Whip
Urutan berbicara adalah sebagai berikut:
Prime Minister 7 menit
Leader of the Opposition 7 menit
Deputy Prome Minister 7 menit
Deputy Leader of the Opposition 7 menit
Member of the Government 7 menit
Member of the Opposition 7 menit
Government Whip 7 menit
Opposition Whip 7 menit
Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk menyampaikan pidatonya. Di
antara menit ke-1 dan ke-6, pembicara dari pihak lawan dapat mengajukan
interupsi (Points of Information). Bila diterima, pembicara yang mengajukan
permintaan interupsi tadi diberikan waktu maksimal 15 detik untuk
menyampaikan sebuah pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh
pembicara tadi sebelum melanjutkan pidatonya.
Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di
akhir debat, juri menentukan urutan kemenangan dari peringkat 1 sampai 4
untuk debat tersebut. Dalam panel, keputusan sebisanya diambil
berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak tercapai, Ketua Panel akan
membuat keputusan terakhir.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kompetisi Founders Trophy yang
diselenggarakan oleh Komunitas Debat Bahasa Inggris Universitas Indonesia
setiap tahun.
d. Format World Schools
Format yang digunakan dalam turnamen World Schools Debating
prakteknya, kebanyakan acara debat tipe ini hanya memiliki satu topik yang
sama yang berlaku selama setahun penuh atau selama jangka waktu lainnya
yang sudah ditetapkan.
Bila dibandingkan dengan debat parlementer, debat proposal lebih
mengandalkan pada hasil riset atas fakta-fakta pendukung (evidence). Debat
ini juga memiliki persepsi yang lebih luas mengenai argumen. Misalnya,
sebuah proposal alternatif (counterplan) yang membuat proposal utama
menjadi tidak diperlukan dapat menjadi sebuah argumen dalam debat ini.
Walaupun retorika juga penting dan ikut memengaruhi nilai setiap
pembicara, pemenang tiap babak umumnya didasari atas siapa yang telah
memenangkan argumen sesuai dengan fakta pendukung dan logika yang
diberikan. Sebagai konsekuensinya, juri kadang-kadang membutuhkan waktu
yang lama untuk mengambil keputusan karena semua fakta pendukung
harus diperiksa terlebih dahulu.
Di Amerika Serikat, Debat Proposal adalah tipe debat yang lebih populer
dibandingkan debat parlementer. Kegiatan ini juga telah dicoba
dikembangkan di Eropa dan Jepang dan gaya debat ini ikut memengaruhi
bentuk-bentuk debat lain. Di AS, Debat Proposal tingkat SMU
diselenggarakan oleh NFL dan NCFL. Di tingkat universitas, debat ini
diselenggarakan oleh National Debate Tournament (NDT), Cross Examination
Debate Association (CEDA), National Educational Debate Association, dan
Great Plains Forensic Conference.
Debat Proposal terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing dua orang
dalam tiap debatnya. Setiap pembicara membawakan dua pidato, satu
pidato konstruktif (8 atau 9 menit) yang berisi argumen-argumen baru dan
satu pidato sanggahan (4, 5, atau 6 menit) yang tidak boleh berisi argumen
baru namun dapat berisi fakta pendukung baru untuk membantu sanggahan.
Biasanya, sehabis setiap pidato konstruktif, pihak lawan diberikan
kesempatan untuk melakukan pemeriksaan silang (cross-examination) atas
pidato tersebut. Setiap isu yang tidak ditanggapi oleh pihak lawan dianggap
sudah diterima dalam debat. Dewan juri secara seksama mencatat semua
pernyataan yang dibuat dalam suatu babak (sering disebut flow).
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi
Ibarat pakaian yang penuh variasi lengkap dengan berbagai corak warna dan
modelnya, semua itu adalah dengan tujuan agar si pemakai merasa nyaman,
aman, terlindung, juga agar merasa percaya diri dan dihargai/dihormati
orang lain. Orang lain yang memandang cara berpakaian pun akan merasa
senang, simpati, bahkan mungkin tertarik akan performa dan
potongan/model pakaian tersebut. Maka secara lugas dapat dikatakan bahwa
tujuan daripada berpakaian sudah tercapai.
Demikian juga dengan pembelajaran. Banyak ragam strategi pembelajaran,
pendekatan, metode pembelajaran dan juga model pembelajaran. Tujuan
dilaksanakannya berbagai macam strategi pembelajaran, metode
pembelajaran dan model pembelajaran adalah agar guru/pendidik lebih
mudah, lebih efektif dan efisien dalam menerapkan suatu pembelajaran
sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran akan mudah tercapai
secara maksimal.
Bagi peserta didik akan menimbulkan perasaan senang, termotivasi,
tertantang sehingga pembelajaran pun menjadi lebih bermakna dan PAIKEM
(Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan ). Tidak ada
lagi pembelajaran yang monoton dan menjemukan.
Khusus model pembelajaran, ternyata jumlahnya cukup banyak. Hal ini
karena selalu ada inovasi-inovasi baru yang dilakukan oleh kalangan
guru/pendidik, ahli pendidikan dan kaum cerdik cendikiawan baik dari dalam
negeri maupun dari luar negeri.
Efektif atau tidaknya suatu model pembelajaran diterapkan, tidak ditentukan
oleh kecanggihan suatu model pembelajaran saja, karena pada prinsipnya
tidak ada satu model pembelajaran pun yang terbaik. Model pembelajaran
yang terbaik adalah model pembelajaran yang relevan dengan tujuan yang
hendak dicapai. Dari sekian model pembelajaran, berikut penulis sampaikan
salah satu contoh model pembelajaran yakni model pembelajaran Artikulasi.
1. Pengertian Model Pembelajaran Artikulasi
Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti
pesan berantai, artinya apa yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib
meneruskan menjelaskannya pada siswa lain (pasangan kelompoknya). Di
sinilah keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa berperan
sebagai penerima pesan sekaligus berperan sebagai penyampai pesan.
Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang
menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi
kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok tersebut
mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang
baru dibahas. Konsep pemahaman sangat diperlukan dalam mode
pembelajaran ini.
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Artikulasi
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan
dua orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang
baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat
catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok
lainnya.
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan hasil wawancaranya.
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum
dipahami siswa.
7. Kesimpulan/penutup.
3. Kelemahan dan kelebihan Pembelajaran Artikulasi
Kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran artikulasi ini antara lain:
A. Kelemahannya:
a. Untuk mata pelajaran tertentu
b. Waktu yang dibutuhkan banyak
c. Materi yang didapat sedikit
d. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
e. Lebih sedikit ide yang muncul
f. Jika ada perselisihan tidak ada penengah
B. Kelebihannya:
a. Semua siswa terlibat (mendapat peran)
b. Melatih kesiapan siswa
c. Melatih daya serap pemahaman dari orang lain
d. Cocok untuk tugas sederhana
e. Interaksi lebih mudah
f. Lebih mudah dan cepat membentuknya
g. Meningkatkan partisipasi anak
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranartikulasi.html#ixzz2uZYtdYcN
Model Pembelajaran Role Playing
Model Pembelajaran Role Playing
A. Metode Role Playing
adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi
dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh
hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari
satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
B. Tujuan pembelajaran Role Playing
Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran
dimaksudkan untuk: (a) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya
menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih
baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan
dapat dihayati oleh anak; (b) melatih anak-anak agar mereka mampu
menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis; dan (c) melatih anak-anak
agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman
terhadap orang lain beserta masalahnya.
C. langkah-langkah model pembelajaran role playing
Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario
pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario
tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi,
3. Peran Guru.
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompokkelompok memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa
mengatur pekerjaannya dan membantu jika siswa menemukan kesulitan
dalam interaksi kelompok.
Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan
karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat
juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap
suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki,
melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih,
kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.
1. Langkah-Langkah dalam Menggunakan Model Group
Investigation
Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati (2007),
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum
yang biasanya digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya
diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas
(task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi
kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan
akademik.
2. Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus,
tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik
yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.
3. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b).
pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan
variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai
sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara
terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan
jika diperlukan.
4. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh
pada langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu
penyajian yang menarik di depan kelas.
5. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai
topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan
mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi
kelompok dikoordinir oleh guru.
6. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok
terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat
mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
1. Tahapan-tahapan Dalam Group Investigation
Enam Tahapan di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group
Investigationdapat dilihat pada table berikut, (Slavin, 1995) dalam Siti
Maesaroh (2005:29-30):
Tahap I
Mengidentifikasi
topik dan membagi
siswa ke dalam
kelompok.
Tahap II
Merencanakan
tugas.
Membuat
penyelidikan.
Tahap IV
Tahap III
Mempersiapkan
tugas akhir.
Tahap V
Mempresentasikan
tugas akhir.
Tahap VI
pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari
kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang
baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan
kepada pasangan semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.
Keunggulan :
1. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok
lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat
pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kelemahan :
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada
anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang kurang mampu menguasai
materi)
Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada
temannya untuk mencarikan jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranbertukar-pasangan.html#ixzz2uZZWKdYa
MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING
Pengertian model pembelajaran snowball throwing
Model Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang
temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk
menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa
ke siswa yang lain selama kurang lebih 5 menit.
6. Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan
kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam
kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Guru memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi.
9. Penutup.
Kesimpulan:
Penggunaan pendekatan pembelajaran snowball throwing dalam
meningkatkan keaktifan belajar siswa ini dirasakan cukup efektif karena
mampu menumbuh kembangkan potensi intelektual, sosial, dan emosional
yang ada dalam diri siswa. Di sini siswa akan terlatih untuk mengemukakan
gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan
dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam
dirinya untuk menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan
sehari-hari.
Di dalam model pembelajaran snowball throwing ini kurang tepat digunakan
untuk mata pelajaran atau bidang study ilmu pengetahhuan social. Karena
ilmu pengetahuan social adalah ilmu yang cakupan materi pembelajarannya
sangat luas, membutuhkan pengembangan yang mendalam karena
materinya selalu berkembang. Sedangkan di sini pembelajaran hanya
berkutat pada pengetahuan siswa saja. Jadi, yang lebih tepat menggunakan
model pembelajaran snowball throwing ini adalah jenis-jenis mata pelajaran
ilmu pengetahuan alam atau eksak yang cenderung menggunakan rumus
yang relatif tetap. Guru akan lebih mudah mengarahkan jalannya
pembelajaran di kelas.
Kelebihan:
1. Melatih kesiapan siswa.
2. Saling memberikan pengetahuan.
Kekurangan:
1. Penngetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa.
2. Tidak efektif.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaransnowball-throwing.html#ixzz2uZZZU5Zc
Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model
pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan
ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini
efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau
pendapatnya sendiri.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta
dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan. Untuk itu
pembelajaran pada apresiasi drama akan lebih sesuai dikarenakan siswa
secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi maupun bisa berupa
ekspresi sastra sebagai pelakunya.
Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD.
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi
pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya,
misalnya melalui bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Penutup
Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat
ketua/pimpinan rapat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai
sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang
diberikan secara bergiliran/bergantian.
B. Talking Stick Sebagai Model Pembelajaran
Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif.
Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang
memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah
siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick
sangat cocok diterapkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain
untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana
yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. Langkah-langkah
penerapannya dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.
2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan
mempelajari materi pelajaran.
4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam
wacana.
5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan
mempelajari isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk
menutup isi bacaan.
6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu
anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota
kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya,
demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian
untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota
kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
8. Guru memberikan kesimpulan.
9. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun
individu.
10. Guru menutup pembelajaran.
C. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
1. Menguji kesiapan siswa.
2. Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
3. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu).
Kekurangan:
Membuat siswa gelisah, gundah gulana dan lain2 (becanda).
D. Kesimpulan
1. talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara
(berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.
2. Model pembelajaran ini membuat anak didik ceria, senang, dan
melatih mental anak didik untuk siap pada kondisi dan siatuasi apapun
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/modelpembelajaran-talking-stick.html#ixzz2uZZyAQpF
METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN
Sumber: :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metodedemonstrasi-dan-eksperimen.html#ixzz2uZaOCi2m
Model pembelajaran Explicit instruction
Model pembelajaran Explicit instruction
Pengertian
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan
belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan
deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi
selangkah.
Model Direct Intruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang
dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan
guru tentang penyesuaian makhluk hidup maka anak memadukan apa yang
dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari dengan informasi yang disampaikan
oleh guru, sehingga pada saat anak membentuk lingkaran besar dan
lingkaran kecil yang selanjutnya anak akan menyampaikan informasi, anak
mudah mengingat informasi yang akan dia sampaikan kepada teman
pasangannya, materi ini juga memiliki cakupan isi/materi yang cukup banyak
sehingga memudahkan guru untuk membagi materi sesuai dengan siswa
yang membentuk lingkaran, karna masing masing-masing anak membawa
informasi yang berbeda untuk teman pasangannya.
2. IPA Kelas 5 Bab XIV
Sumber Daya Alam
a. Sumber Daya Alam di Lingkungan Sekitar
1. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui
2. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
b. Penggunaan Sumber Daya Alam
1. Mineral
2. Kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi
Alasan :
Pada pembelajaran menggunakan model outside inside circle (lingkaran
besar lingkaran kecil). saya materi ini cocok untuk model inside (outside
circle) (lingkaran besar lingkaran kecil) karena materinya dapat
dikembangkan oleh anak berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
mereka. Misalnya : materi tentang kegiatan manusia yang mengubah
permukaan bumi, jika guru menggunakan soal pertanyaan dalam pertukaran
pikiran dan informasi untuk setiap anak, maka mempermudah pekerjaan
guru dalam membuat pertanyaan, pertanyaan yang sama dapat diberikan
kepada beberapa anak, karena kemungkinan jawaban yang akan mereka
dapat dari teman pasangannya berbeda. Dengan model pembelajaran
outside inside circle materi akan mudah dipahami oleh anak karena
materi ini dapat disampaikan dengan singkat dan eratur, misalnya berkaitan
dengan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, dan tidak dapat
diperbaharui, sehingga dengan model pembelajaran outside inside circle
ini cakupan materi yang cukup luas dapat dipahami dan dikembangkan oleh
anak.
3. Pendidikan kewarganegaraan kls XI Semester II
Pentingnya nilai dalam kehidupan
Pentingnya nilai dalam kehidupan bangsa
Pancasila sebagai sumber nilai
a. Pancasila sebagai sumber nilai hokum
b. Pancasila sebagai sumber nilai etik
Menurut saya materi ini cocok dan bias digunakan dalam model
pembelajaran IOC dikarnakan materi yang disampaikan tidak terlalu sulit dan
melatih tingkat pemikiran siswa karna yang dibahas dalam materi ini
menyangkut kehidupan sehari-hari dan bangsa.
Contoh RPP model pembelajaran ini :
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
Model pembelajaran IOC
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas / semester : XI / (dua)
Hari / tanggal :
Alokasi Waktu : 2 JP x 40 menit
St standar Kompetisi :
Menganalisis pentingnya nilai dalam kehidupan
K kompetisi Dasar :
Mendiskripsikan pentingnya nilai dalam kehidupan bangsa
Mendeskripsiskan pancasila sebagai sumber nilai
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma hokum
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma etik
A. Indikator :
Menjelaskan pentingnya nilai pancasila dalam kehidupan
B. Tujuan pembelajaran :
1. memahami pentingnya nilai dalam kehidupan
2. Mengetahui pentingnya nilai pancasila sebagai norma hukum
3. Mengetahui pentingnya pancasila sebagai sumber nilai etik
C. Materi pembelajaran :
LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa
yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai
contoh, orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri
bernilai buruk. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum
yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan
dalam kehidupan sehari-hari.
pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok,
landasan
fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia.
Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan
perundangam yang ada. Perundang-undangan, ketetapan, keputusan,
kebijaksanaan
pemerintah, program-program pembangunan, dan peraturan-peraturan lain
pada
hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai
dasar pancasila.
Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai adalah
dengan
menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik
(norma
moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilainilai
pancasila adalah nilai moral
D. Metode Pembelajaran
1. Kerja kelompok
2. Presentasi
3. Diskusi
4. Tanya jawab
E. Langkah-langkah Pembelajaran :
1. Pendahuluan
1) Salam, sapa dan berdoa bersama
2) Apersepsi tentang materi
3) Membagi kelompok yng anggotanya 4 orang secara heterogen
berdasarkan tingkat kemampuan membaca.
2. Kegiatan Inti
1) Menjelaskan pembagian tugas kelompok
2) Guru memberikan wacana / kliping sesuai topic pembelajaran
3) Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberi tanggapan terhadap wacana / kliping dan ditulis pada lembar kerja.
4) Mempresentasikan / membaca hasil kelompok.
3. Kegiatan akhir
1) Guru menyimpulkan materi bersama murid
2) Penutup
F. Sumber bahan :
Buku paket buku paket pendidikan kewarganegaraan kelas XI semester II
LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
Kliping tentang pentingnya nilai dalm kehidupan berbangsa dan bernegara
G. Penilaian
Test perbuatan dalam kegiatan
Tes lisan
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaraninside-outside.html#ixzz2uZauLNPm
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
A. Pengertian
Metode ini berguna untuk kelas yang aktif dalam kelas. Pengertian aktif
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang
mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak. Buat kartu
ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu
ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan di telinga.
Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi 45 menit.
2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 1010 cm yang nanti
dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang
berukuran 52 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian
ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
4. Sementara siswa membawa kartu 1010 cm membacakan kata-kata yang
tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud
dalam kartu 1010 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang
ditempelkan di dahi atau telinga.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan
itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh
mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi
jawabannya.
6. Dan seterusnya
CONTOH KARTU:
BERDASARKAN SIKAP YANG DITUNJUKKAN.
tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari alternatif
yang dicari adalah kambing hitam bukan peraturannya yang mungkin
salah.
TIPE BUDAYA POLITIK APAKAH AKU?
JAWABAN:
TIPE BUDAYA POLITIK MILITAN
B. Prinsip atau Ciri-Ciri
Pembelajaran berlangsung menyenangkan
2.
3.
CONTOH SOALNYA :
1.
hak
5.
pelajaran.
2.
3.
4.
2.
3.
Karena siswa dituntut untuk mencari jawaban yang paling tepat dan harus
jeli dalam mencari jawaban yangada dalam lembar kerja.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranword-square.html#ixzz2uZb6Ll3H
Model pembelajaran Scramble
Model Pembelajaran Scramble tampak seperti Model Pembelajaran Word
Square, bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban,
tetapi sudah dituliskan namun dengan susunan yang acak, nah siswa nanti
bertugas mengkoreksi ( membolak-balik huruf ) jawaban tersebut sehingga
menjadi jawaban yang tepat/ benar.
Model pembelajaran scramble tampak seperti model pembelajaran word
square, bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban,
tetapi sudah dituliskan, namun dengan susunan yang acak, jadi siswa
bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga
menjadi jawaban yang tepat / benar.
Kelebihan Model pembelajaran Scramble :
1. Memudahkan mencari jawaban
2. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut
3. Semua siswa terlibat
4. Kegiatan tersw dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran
5. Melatih untuk disiplin
Kekurangan model pembelajaran scramble
1. Siswa kurang berfikir kritis
2. Bisa saja mencontek jawaban teman lainnya
3. Mematikan kreatifitas siswa
4. Siswa tinggal menerima bahan mentah
Langkah-langkah Model pembelajaran scramble :
1. Guru menyajikan materi sesuai topic, misalnya guru menyajikan materi
pelajaran tentang Tata Surya
2. Setelah selesai menjelaskan tentang Tata Surya, guru membagikan lembar
6. SRUK
7. MINALON .
8. SAKSITRAN
9. KEC
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranscramble.html#ixzz2uZbB3HCM
MODEL PEMBELAJARAN
b)
Setiap kartu berisi nama siswa, bahan belajar (sub materi) dan
kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan
pengajaran tercapai.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh
pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar,
serta dipraktekkan pada saat mengajar.
Pengertian
Consepct sentence merupakan salah satu teknik dari cooperative
Learning,dimana siswa belajar dengan kelompoknya untuk membuat
beberapa kalimat sesuai dengan kata kunci yang telah diberikan oleh guru
kepada siswa.Pembentukan kelompok didasarkan pada kartu kata yang
dimiliki oleh setiap siswa.Setiap siswa membentuk satu kalimat yang telah
dipelajari sebelumnya.Consecptsentence ini dibuat seperti games sehingga
siswa bersemangat untuk memenangkan games ini.Setiap kelompok akan
membahas pola kalimat yang telah diberikan oleh guru ,setelah diberikan
batas waktu tertentu ,maka setiap kelompok harus mengirim wakil dari
masing-masing kelompok sebanyak dua orang kedepan .Wakil dari kelompok
diharuskan membuat beberapa dari kata kunci yang ada berdasarkan kata
kunci yang telah diberikan
Proses kelompok terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa
baik mereka mencapai tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif. Para
siswa perlu mengetahui tingkat-tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dan
efektivitas kerjasama yang telah dilakukan.
Untuk memperoleh informasi itu, para siswa perlu mengadakan perbaikanperbaikan secara sistematis tentang bagaimana mereka telah bekerja sama
sebagai satu tim, dalam hal :
Seberapa baik tingkat pencapaian tujuan kelompok
Bagaimana mereka saling membantu satu sama lain
Bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku positif untuk
memungkinkan setiap individu dan kelompok secara keseluruhan menjadi
berhasil, dan
Apa yang mereka butuhkan untik melakukan tugas-tugas yang akan
datang supaya lebih berhasil.
Ciri-ciri
Siswa dibentuk kelompok heterogen dan membuat kalimat dengan minimal 4
kata kunci sesuai materi yang disajikan.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan tujuan.
2. Guru menyajikan materi secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya kurang lebih 4 orang secara
heterogen.
4. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi/ topik yang disajikan.
5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan
minimal 4 kata kunci setiap kalimat.
6. Hasil diskusi kelompok didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu guru.
7. Kesimpulan.
Kelebihan:
1. Lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran.
2. Siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang pandai.
Kekurangan:
1. Hanya untuk mata pelajaran tertentu.
2. Untuk yang pasif mengambil jawaban dari temannya.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranconsept-sentence.html#ixzz2uZbLHxbH
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaran-timetoken.html#ixzz2uZc6sCmJ
MODEL PEMBELAJARAN ROUND CLUB ATAU KELILING KELOMPOK
MODEL PEMBELAJARAN ROUND CLUB ATAU KELILING KELOMPOK
Model Pembelajaran Round Club Atau Keliling Kelompok adalah kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerjasama saling
membantu mengkontruksi konsep. Menyelesaikan persoalan atau inkuiri.
Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif),
tiap anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan
gender, karakter) ada control dan fasilitasi, serta meminta tanggung jawab
hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Model pembelajaran ini dimaksudkan agar masing-masing anggota kelompok
mendapat serta pemikiran anggota lain.
v Kelebihan Round Club Atau Keliling Kelompok
1)
2)
3)
4)
Hasil pemikiran beberapa kepala lebih kaya dari pada satu kepala
6)
2)
3)
pengayaan
v Langkah-langkah pembelajaran
1)
2)
3)
4)
6)
mereka
2)
Setelah selesai dari kelompok yang satu maka yang lainnya atau
Tema
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
: V/II
: 2 X 35 Menit
A. Standar Kompetensi
Mengenal berbagai macam perubahan sifat-sifat benda
B. Kompotensi Dasar
Mengetahui perubahan sifat ada yang dapat kembali dan ada yang tidak
dapat kembali ke wujud semula.
C. Indikator
1. Menjelaskan perubahan sifat benda dan factor-faktor yang
mempengaruhinya
2. Mengetahui sifat-sifat benda
3. Menjelaskan macam macam perubahan sifat benda
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mengetahui perubahan sifat benda dan factor-faktor
yang
mempengaruhinya
2. Siswa dapat mengetahui sifat-sifat benda
3. Siswa dapat mengetahui macam-macam perubahan sifat benda.
E. Materi Pokok
Perubahan sifat-sifat benda
F. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demosntrasi
4. Tugas kelompok
5. Evaluasi
G. Sumber dan Media Pembelajaran
a. Sumber
1.Buku IPA saling Temas, kelas 5, Penerbit Intan Pariwara
2.Buku Sains IPA, kelas 5, Penerbit Erlangga
b. Media Pembelajaran
Bahan-bahan buat percobaan seperti :
1.
Tanah liat
6. Buah
2.
Batu bara
7. Paku
3.
Kertas
8. Air
4.
Korek api
5.
Lilin
9. Gula
H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan awal ( 5 menit )
a.
mengabsen siswa.
b.
c.
pembelajaran
d.
b.
c.
benda
e.
sifat benda
g.
h.
i.
dan dilaksanakan searah dengan perputaran jarum jam atau dari kiri ke
kanan.
3. Kegiatan akhir ( 5 menit )
a.
b.
dipelajarinya.
c.
d.
I.
Penilaian
Penilaian dilakukan dengan tes dan tulisan
Evaluasi
SOAL :
1. Proses perubahan dari cair ke padat disebut ?
a. memhuap
b. membeku
c. menyublim
d. mencair
e. mengembun
Sumber :
http://rumahdesakoe.blogspot.com
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranround-club-atau.html#ixzz2uZcCRIFb
PAIR CECKS SPENCER KAGEN 1993
A. Pengertian
Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok
atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun 1993. Model
ini menerapkan pembelajaran berkelompok yang menuntut kemandirian dan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Banyak
kelebihan maupun kelemahan.
Satu lagi Model Pembelajaran siswa berpasangan, yaitu Pair Check. Model
pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan
kemampuan memberi penilaian.
B. prinsip model pembelajaran Pair Cheks
prinsipnya adalah sebagai berikut :
1. Siswa berkelompok berpasangan sebangku,
2. salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan,
3. pengecekan kebenaran jawaban,
4. bertukar peran
4. penyimpulan,
5. evaluasi
6. refleksi.
Berikut ini langkah dari model pair check
1. Guru menjelaskan konsep
2. Siswa dibagi beberapa tim. Setiap tim terdiri dari 4 orang. Dalam satu ti
ada 2 pasangan. Setiap pasangan dalam satu tim ada yang menjadi pelatih
dan ada yang patner.
3. Guru membagikan soal kepada si patner
4. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya.
Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon.
5. Bertukar peran. Si pelatih menjadi patner dan si patner menjadi pelatih
6. Guru membagikan soal kepada si patner
7. Patner menjawab soal , dan si pelatih bertugas mengecek jawabannya.
Setiap soal yang benar pelatih memberi kupon.
8. Setiap pasangan kembali ke tim awal dan mencocokkan jawaban satu
sama lain.
9. Guru membimbing dan memberikan arahan atas jawaaban dari berbagai
soal dan tim mengecek jawabannya.
10. Tim yang paling banyak mendapat kupon diberi hadiah
C. Langkah-langkah Pembelajarannya, sebagai berikut :
1). Bekerja Berpasangan
Guru membentuk tim berpasangan berjumlah 2 (dua) siswa. Setiap
pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu
melatih siswa dalam menilai.
2). Pelatih Mengecek
Apabila patner benar pelatih memberi kupon.
3). Bertukar Peran
Seluruh patner bertukar peran dan mengulangi langkah 1 3.
4). Pasangan Mengecek
Seluruh pasangan tim kembali bersama dan membandingkan jawaban.
5). Penegasan Guru
Guru mengarahkan jawaban /ide sesuai konsep.
Demikianlah, mudah-mudahan postingan ini dapat menambah khasanah
pembelajaran kita sehingga pembelajaran yang dirancang Bapak/Ibu Guru
dapat lebih bervariatif, lebih bermakna, menantang sekaligus
menyenangkan.
D. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihannya
1. Dipandu belajar melalui bantuan rekan
2. Menciptakan saling kerjasama di antara siswa
3. Increases comprehension of concepts and/or processesMeningkatkan
pemahaman konsep dan / atau proses
4. menmemenimelatih berkomunikasi
Kekurangannya
1. memerlukan banyak waktu
2. memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi
pelatih.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pair-cecks-spencerkagen-1993.html#ixzz2uZcOcgGX
Model Pembelajaran Tari Bambu
Model Pembelajaran Tari Bambu mempunyai tujuan agar siswa saling
berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang
berbeda dalam waktu singkat secara teratur, strategi ini cocok untuk materi
tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga
langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29)
menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap
siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang
dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial,
ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam
pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar
dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket
atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau
masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir
bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang
mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari
yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
2.
3.
berdiskusi.
2.
3.
2.
3.
4.
5.
diharapkan
6.
7.
dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang
dipertanyakan (Sanjaya, 2009). Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan
melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
Menurut Sanjaya (2009) bahwa strategi pembelajaran inquiry, memiliki
beberapa ciri utama, yaitu:
1. Strategi Inquiry menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal
untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan
siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran siswa tidak
hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru
secara verbal, akan tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri
inti dari materi pelajaran itu sendiri.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu
yang sudah dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
sifat percaya diri. Dalam strategi pembelajaran inquiry, guru bukan
sebagai sumber belajar tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar
siswa.
3. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiry adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan
kritis.
Strategi Pembelajaran Inkuri efektif apabila :
1.
Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau
sesuatu.
4.
5.
Jika siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan
oleh guru.
6.
Prinsip Interaksi
Prinsip Bertanya
Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inquiri adalah
guru sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap
pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berfikir.
4.
Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah
proses berfikir (learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi
seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berfikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
5.
Prinsip Keterbukaan
Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini
adalah:
a.
Merumuskan masalah
Merumuskan hipotesis
Mengumpulkan data
Menguji hipotesis
Merumuskan kesimpulan
pernyataan apa yang harus dikerjakan. Mungkin terdapat satu atau lebih
solusi yang diusulkan terhadap masalah pokok.
4.
kebijakan.
5.
unsur-unsur penunjangnya.
6.
7.
8.
1.
Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan
tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode
ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open
ended dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara,
karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya
sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang
baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang
diselidiki.
Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan,
antara lain:
a.
diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang
ada dalam kurikulum,
c.
Keunggulan :
a.
SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan
Kelemahan
SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran,maka akan sulit
c.
sebenarnya
2.
tersebut.
3.
tersebut.
4.
Pembelajaran inkuiri dengan metode Suchman menggunakan pertanyaanpertanyaan yang diajukan pada siswa sebagai alternative untuk prosedur
pengumpulan data.
Inkuiri Suchman seperti yang dikutip oleh Kardi dalam Trianto(2009)
mempunyai kelebihan, yaitu :
1.
Waktu yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkuiri
dengan cepat, dan pelatihan mereka akan terampil melakukan inkuiri.
2.
Perbedaan utama antar inkuiri Suchman dengan Inkuiri umum terletak pada
proses pengumpulan data.
Suchman mengembangkan suatu motode penemuan baru yang menuntun
siswa mengumpulkan data melalui bertanya, maka dari itu model
pembelajaran inkuiri menurut Schuman harus memperhatikan :
1.
hal yang penting dalam pembelajaran inkuiri Suchman karena pertanyaanpertanyaan harus berasal dari siswa agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik. Kerja sama guru dengan siswa, siswa dengan siswa
diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau
lebih siswa yang bekerja sama dalam berfikir dan bertanya, akan lebih baik
hasilnya jika dibanding bila siswa bekerja sendiri.
2.
pertanyaan siswa untuk mencegah agar proses inkuiri, tidak sama dengan
permainan tebakan. Hal ini memerlukan dua aturan penting, yaitu :
Pertanyaan harus dapat dijawab ya atau tidak dan harus diucapkan
dengan suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan
melakukan pengamatan; Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa
sehingga tidak mengakibatkan guru memberikan jawaban pertanyaan
tersebut, tetapi mengarahkan siswa untuk menemukan jawabannya sendiri.
3.
Perilaku Guru
1. Menyajikan pertanyaan
atau masalah
2.
Membuat hipotesis
3.
Merancang percobaan
4. Melakukan percobaan
untuk memperoleh
informasi
5. Megumpulkan dan
menganilisis data
6.
Membuat kesimpulan
Kesimpulan
Gulo dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri.
Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah keterlibatan siswa
secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara
maksimal dalam proses kegiatan belajar , mengembangkan sikap percaya
pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Namun
dalam penerapannya, pembelajaran inkuiri ini memiliki kelemahan seperti
adanya kesulitan dalam mengontrol siswa, ketidaksesuaian kebiasaan siswa
dalam belajar, kadang memerlukan waktu yang panjang dalam
pengimplementasiannya, dan sulitnya dalam implementasi yang dilakukan
oleh guru bila keberhasilan belajar bergantung pada siswa.
Langkah-langkah pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut orientasi,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji
hipotesis, merumuskan kesimpulan.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaraninquiry.html#ixzz2uZcmpOn0
Metode Pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Metode ini diprogramkan pemerintah RI mulai tahun 1974. Regu yang
dipimpin oleh Dr. A.S. Broto pada waktu itu telah menghasilkan Metode SAS.
Menurut A.S. Broto khususnya disediakan untuk belajar membaca dan
menulis permulaan di kelas permulaan SD. Lebih luas lagi Metode SAS dapat
dipergunakan dalam berbagai bidang pengajaran. Dalam proses
operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-langkah berlandaskan
operasional dengan urutan : Struktural menampilkan keseluruhan; Analitik
melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan penggabungan kembali
kepada bentuk Struktural semula. Landasan linguistiknya bahwa itu ucapan
bukan tulisan, unsur bahasa dalam metode ini ialah kalimat; bahwa bahasa
Indonesia mempunyai struktur tersendiri. Landasan pedagogiknya; (1)
mengembangkan potensi dan pengalaman anak, (2) membimbing anak
menemukan jawab suatu masalah. Landasan psikologisnya : bahwa
pengamatan pertama bersifat global (totalitas) dan bahwa anak usia sekolah
memiliki sifat melit (ingin tahu).
Prosedur penggunaan Metode SAS
1. Mula membaca permulaan dijadikan dua bagian
Bagian pertama Membaca permulaan tanpa buku
Bagian pertama Membaca permulaan buku
2. Merekam bahasa anak melalui pertanyaan-pertanyaan dari pengajar
sebagai kontak permulaan.
3. Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali gambar diperlihatkan,
muncullah kalimat anak-anak yang sesuai dengan gambar.
4. Membaca kalimat secara structural
5. Membaca permulaan dengan buku
6. Membaca lanjutan
7. Membaca dalam hati
Segi baiknya
a. Metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis.
b. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak
mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada
kesempatan berikutnya
c. Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan menolong anak.
menguasai bacaan dengan lancar.
Segi lemahnya
1) Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan terampil
serta sabar
Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat
ini.
2) Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini
untuk sekolah sekolah tertentu dirasa sukar.
3) Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di
pedesaan
4) Oleh karena agak sukar menganjarkan para pengajar metode SAS maka di
sana-sini Metode ini tidak dilaksanakan.
Teknik pelaksanaan Metode SAS ialah keterampian memilih kata kartu kata
dan kartu kalimat. Sementara anak-anak mencari huruf, suku kata, kata.,
pengajar dengan sebagian anak yang lain. Menempel-empelkan kata kata
yang tersusun menjadi kalimat yang berarti. Begitu seterusnya sehingga
semua anak mendapat giliran untuk menyusun kalimat, membacanya dan
yang paling mengutpnya sebagai ketreampilan menulis. Media lain selain
papan tulis, papan panel, papn tali, OHP (Over Head Projector) dapat juga
digunakan.
Metode Struktural Analitik Sintetik
Menurut Supriyadi (1996) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan
cerita yang disertai dengan gambar, yang didalamnya terkandung unsur
struktur analitik sintetik. Metode SAS menurut Djauzak (1996) adalah suatu
metode pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan
cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampilkan cerita
yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa.
Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis
huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat. Proses operasional
metode SAS mempunyai langkah-angkah dengan urutan sebagai berikut :
(1) Struktur yaitu menampilkan keseluruhan,
(2) Analitik yaitu melakukan proses penguraian,
3. Tulisan dengan huruf cetak lebih mudah dibaca daripada tulisan dengan
huruf
sambung.
4. Kata-kata yang ditulis dengan huruf cetak lebih mudah dieja karena hurufhuruf
tersebut berdiri sendiri-sendiri.
Dengan memperhatikan berbagai alasan tersebut di atas maka alangkah
baiknya pada awal belajar menulis ini siswa diajar menulis dengan
menggunakan
huruf cetak lebih dulu
1. Pengertian Warga Negara
Warga Negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian darisuatu
penduduk yang menjadi unsur negara.
AS. Hikam mendefinisikan bahwa warga negara merupakan terjemahan dari
citizen adalah anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu
sendiri.
Sementara itu, status warga negara Indonesia telah dibicarakan dalam UU RI
Pasal 4 no.12 tahun 2006, yang menjadi warga negara Indonesia adalah:
1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau
bersdasarkan perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain
sebelum UU ini berlaku sudah menjadi warga negara Indonesia.
2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu
warga negara indonesia.
3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara
Indonesia dan ibu warga negara asing.
4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah seorang warga negara
asing dan ibu warga negara Indonesia.
5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum
negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tsb.
6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayangya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga negara
Indonesia.
7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia.
8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
asing yang di akui oleh seorang ayah warga negara Indonesia sebagai
anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tsb berusia 18 tahun
atau belum kawin.
9. Anak yang lahir di wilayah republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak
jelas kewarganegaraan ayah ibunya.
10. Anak yang baru lahir ditemukan di wilayah Indonesia selam ayah dan
ibunya tidak di ketahui.
11. Anak yang di wilayah Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak memiliki
kewarganegaraan atau tidak di ketahui keberadaanya.
12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah Indonesia dari seorang ayah da ibu
warga negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat anak tsb
dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan.
13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah di kabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau janji setia.
2.Asas Kewarganegaraan
Pada umumnya, asas dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan
antara asas ius sanguinis dan asas ius soli.
a. Ius soli
Asas ius soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang
menurut daerah atau negara tempat dimana ia dilahirkan.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, maka ia akan menjadi
warga negara A, walaupun orangtuanya warga negara B. Asas ini di anut
oleh negara Inggris, Mesir Amerika Serikat dan lain-lain.
b. Ius sanguinis
Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang menurut pertalian darah atau keturunan dari orang tsb.
Contoh : Seseorang yang dilahirkan di negara A, tetapi orangtuanya warga
negara B, maka orang tsb tetap menjadi warga negara B.(asas ini dianut leh
RRC)
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Pasal ini juga
memperlihatkan kepada kita adanya kepedulian adanya hak asasi
dalambidang hukum dan politik.
2. Persamaan atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
(ekonomi)
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini
memencarkan persamaan akan keadilan sosial dan kerakyatan. Ini berarti
hak asasi ekonomi warga negara dijamin dan diatur pelaksanaanya.
3. Persamaan dalam hal kemerdekaan berserikat dan berkumpul (politik)
Pasal 28 E ayat (3) menetapkan warga negara dan setiap orang untuk
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Pasal ini mencerminkan
bahwa negara Indonesia bersifat demokratis dan memberi kebebasan yang
bertanggung jawab bagi setiap warga negaranya untuk melaksanakan hak
dan kewajibannya dalam bidang politik.
4. Persamaan dalam HAM
Dalam Bab X A tentang hak asai manusia dijelaskan secara tertulis bahwa
negara memberikan dan mengakui persamaan setiap warga negara dalam
menjalankan HAM. Mekanisme pelaksanaan HAM secara jelas ditetapkan
melalui pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J.
5. Persamaan dalam agama
Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Berdasar
pasal ini tersurat jelas bahwa begara menjamin persamaan setiap penduduk
untuk memeluk agama sesuai dengan keinginannya. Agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan YME dijalankan tanpa ada paksaan dari pihak
manapun.
6. Persamaan dalam upaya pembelaan negara
Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Lebih lanjut, pasal 30
seni, misalnya berkreasi dalam seni tari, seni lukisseni musik seni pahat seni
bangunan dsb.
3. Bidang politik
Setiap orang memiliki hak politik yang sama, yakni individu berhak memilih,
menjadi anggota salah satu partai, atau mendirikan partai politik.
4. Bidang hukum setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama, yakni
berhak untuk mengadakan pembelaan, penuntutan, berperkara di depan
pengadilan, dsb.
5. Bidang agama setiap warga negara di berikan kedudukan yang sama
dalam memeluk agama, menjalankan ibadah dan ritual keagamaannya,
berpindah agama ataupun belajar tentang agama tanpa adanya paksaan
dari pihak manapun.
Sebagai warga negara yang baik serta guna terwujudnya persamaan harkat
dan martabat warga negara sebagai manusia, secara bersama-sama kita
wajib saling menghargai , menghormati prinsip persamaan kedudukan
sesama warga negara.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/metodepembelajaran-struktural-analitik.html#ixzz2uZctBaXr
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan
prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar.
A. Pengertian pembelajaran terpadu
Menurut guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd.
(Pikiran Rakyat, 11 April 2003) kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan
untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas
mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu
merupakan
metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan
beberapabidang mata pelajaran yang sesuai.
memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan
bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang,
memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini
tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terhambat.
4. Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian
ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target
penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam
mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran
peserta didik.
5. Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang
menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta
didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini,
guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan
penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk
berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang
berbeda.
6. Suasana pembelajaran: Pembelajaran terpadu berkecenderungan
mengutamakan salah satu bidang kajian dan tenggelamnya bidang kajian
lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah TEMA, maka guru
berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan
tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan
guru itu sendiri.
G. Cara/Strategi Pembalajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu
memadukan siswa dan memadukan materi-materidari matapelajaranmatapelajaran.
1. Integrasi melalui pemaduan siswa
Cara ini memadukan beberapa kelas menjadi satu kelas, sehingga 1
pembelajaran kelas diikuti oleh lebih dari satu tungkat usia siswa. Misalnya
kelas 1 dan kelas 2 SD diajar matematika bersama-sama. Cara ini tentunya
memerlukan keahlian guru untuk memberikan tugas yang bertingkat
sehingga siswa belajar dari yang mudah menuju tingkat yang lebih sulit.
Siswa kelas 1 dapat belajar dari siswa yang lebih tua dan lebih
satu mata pelajaran atau bahkan dari berbagai macam mata pelajaran. Guru
sangat dituntut untuk berwawasan yang luas, sehingga dalam mengkaitkan
antar beberapa mata pelajaran tidak terpisah-pisah, melainkan menjadi
suatu kesatuan yang utuh.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/model-pembelajaranterpadu.html#ixzz2uZczpIaO
Dari berbagai karakteristiknya, Pembelajaran Berbasis Proyek didukung teoriteori belajar konstruktivistik.Konstruktivisme adalah teori belajar
yang mendapat dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa peserta
didik membangun pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya
sendiri.
Dalam konteks pembaruan di bidang teknologi pembelajaran, Pembelajaran
Berbasis Proyek dapat dipandang sebagai pendekatan penciptaan
lingkungan belajar yang dapat mendorong pebelajar mengkonstruk
pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman langsung. Proyek dalam
Pembelajaran Berbasis Proyek dibangun berdasarkan ide-ide pebelajar
sebagai bentuk alternatif pemecahan masalah riil tertentu, dan pebelajar
mengalami proses belajar pemecahan masalah itu secara langsung.
Menurut banyak literatur, konstruktivisme adalah teori belajar yang
bersandar pada ide bahwa pebelajar mengkonstruk pengetahuan mereka
sendiri di dalam konteks pengalaman mereka sendiri (Murphy, 1997; Brook &
Brook, 1993, 1999; Driver & Leach, 1993; Fraser, 1995). Pembelajaran
konstruktivistik berfokus pada kegiatan aktif pebelajar dalam memperoleh
pengalaman langsung (doing), ketimbang pasif menerima pengetahuan.
Dari perspektif konstruktivis, belajar bukanlah murni fenomena stimulusrespon sebagaimana dikonsepsikan para behavioris, akan tetapi belajar
adalah proses yang memerlukan pengaturan diri sendiri (self-regulation) dan
pembangunan struktur konseptual melalui refleksi dan abstraksi (von
Glaserfeld, dalam Murphy, 1997). Kegiatan nyata yang dilakukan dalam
proyek memberikan pengalaman belajar yang dapat membantu refleksi dan
mendekatkan hubungan aktivitas dunia nyata dengan pengetahuan
konseptual yang melatarinya yang diharapkan akan dapat berkembang lebih
luas dan lebih mendalam (Barron, Schwartz, Vye, Moore, Petrosino, Zech,
Bransford, & The Cognition and Technology Group at Vanderbilt, 1998).
Hal ini menunjukkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek, yang
mendasarkan pada aktivitas dunia nyata, berpotensi memperluas dan
memperdalam pengetahuan konseptual dan prosedural (Gagne, 1985), yang
pada khasanah lain disebut juga knowing that dan knowing how (Wilson,
1995). Knowing that and how is not sufficient without the disposition to
do (Kerka, 1997). Perluasan dan pendalaman pemahaman pengetahuan
tersebut dapat diamati dengan mengukur peningkatan kecakapan
akademiknya.
Peranan guru yang utama adalah mengendalikan ide-ide dan interpretasi
siswa dalam belajar, dan memberikan alternatif-alternatif melalui aplikasi,
bukti-bukti, dan argumen-argumen.
2. Katakteristik pembelajaran berbasis proyek / tugas
Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk
memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi
siswa ( Gear, 1998). Sedangkan menurut Buck Institute For Education
(1999)dalam Made (2000, 145) belajar berbasis proyek memiliki karakteristik
yaitu :
1. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja
2. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya
3. Siswa merancang proses untuk mencapai hasil
4. Siswa bertanggunga jawab untuk mendapatkan dan mengelola
informasi yang dikumpulkan
5. Siswa melakukan evaluasi secara kontinu
6. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang meraka kerjakan
7. Hasil akhir berupa produk dan di evaluasi kualitasnya
8. Kelas memiliki atmosfir yang memberikan toleransi kesalahan dan
perubahan.
3. Ciri ciri dan Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek atau Tugas
Ada lima criteria apakah suatu pembelajaran berproyek termasuk
pembelajaran berbasis proyek , lima criteria itu yaitu :
1. Keterpusatan ( centrality)
Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti
kurikulum, bukan pelengkap kurikulum ,didalam pembelajaran proyek adalah
strategi pembelajaran, pelajaran mengalami dan belajar konsep konsep inti
suatu disiplin ilmu melalui proyek. Model ini merupakan pusat strategi
pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan
melalui kerja proyek. Oleh karna itu, kerja proyek bukan merupakan praktik
tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari ,
melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran dikelas.
1. Berfokus pada pertanyaan atau masalah
Proyek dalam PBL adalah berfokus pada pertanyaan atau masalah , yang
mendorong pelajar menjalani (dalam kerja keras ) konsep-konsep dan
prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin.
1. Investigasi konstruktif atau desain
Proyek melibatkan pelajaran dalam investigasi konstruktif dapat
berupadesain, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan
masalah, deskoveri akan tetapi aktifitas inti dari proyek ini harus meliputi
transformasi dan kontruksi pengetahuan
1. Bersifat otonomi pembelajaran
Lebih mengutamakan otonomi, pilihan waktu kerja dan tanggung jawab
pelajaran terhadap proyek
1. Bersifat realisme
Pembelajaran berebasis proyek melibatkan tantangan kehidupan nyata ,
berfokus pada pertanyaanatau masalah autentik bukan simulative dan
pemecahannya berpotensi untuk diterapkan dilapangan yang sesungguhnya.
4. Pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek atau tugas
Berdasarkan kegiatan pengajar dan pelajar dalam pendekatan PBL, maka
PBL yang akan dibuat di dalam lingkungan web terbagi dalam tiga tahapan
yakni persiapan, pembelajaran dan evaluasi, tetapi dari tiga tahapan
tersebut dapat dideskripsikan menjadi enam tahapan sebagai berikut
1. Persiapan
Investigasi disini termasuk kegiatan : menanyakan pada ahlinya melalui email, memeriksa web site, dan saling tukar pengalaman dan pengetahuan
serta melakukan survei melalui web. Dalam perkembangannya, terkadang
berisi observasi, eksperimen, dan field trips. Diskusi dapat dilakukan secara
sinkron dan asinkron melalui chating. Lalu penyajian hasil dapat berupa
gambar, tulisan, diagram matematika, pemetaan dan lain-lain. Secara rutin,
orang tua dan pengajar berkomunikasi untuk memantau kegiatan dan
prestasi yang dicapai oleh pelajar.
1. Finishing.
Pelajar membuat laporan, presentasi, halaman web, gambar, dan lain-lain.
Sebagai hasil dari kegiatannya. Lalu pengajar dan pelajar membuat catatan
terhadap proyek untuk pengembangan selanjutnya. Peserta menerima
feedback atas apa yang dibuatnya dari kelompok, teman, dan pengajar.
Fasilitas feedback online disajikan untuk memungkinkan setiap individu
secara langsung berkomentar dan memberikan kontribusi, dan agar dilihat
dan bermanfaat bagi orang lain.
1. Monitoring/Evaluasi.
Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh
tiap pelajar berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam
pengerjaan proyek.
2. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis proyek / tugas adalah sebuah metode penyajian
bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada peserta didik berupa
seperangkat tugas yang harus dikerjakan peserta didik, baik secara
individual maupun secara kelompok.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan
efisiensi pembelajaran dan memberikan kesempatan peserta didik
melakukan sendiri kegiatan belajar yang ditugaskan. empat prinsip berikut
ini akan membantu siswa dalam perjalana mereka menjadi pembelajar
mandiri yang efektif.
Kompetensi yang dikembangkan selain kompetensi disiplin ilmu (disciplinebased competencies) dan kompetensi interpersonal (interpersonal
competencies ) dan kompetensi intrapersonal ( intrapersonal competencies)
dalam diri siswa. Kompetensi disiplin ilmu berkaitan dengan pemahaman
konsep, prinsip dan teori dari disiplin ilmu. Kompetensi interpersonal
mencakup kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, berperilaku sopan dan
baik, menangani konflik, bekerjasama, membantu orang lain, dan menjalin
hubungan dengan orang lain dan masyarakat. Kompetensi intrapersonal
mencakup apresiasi terhadap keragaman, melakukan refleksi diri, disiplin,
beretos kerja tinggi, membiasakan diri hidup sehat, mengendalikan emosi,
tekun, mandiri, dan mempunyai motivasi.
Kompetensi yang telah diidentifikasi dari pebelajar ini merupakan
kompetensi yang amat penting untuk keberhasilan hidupnya, dan sebagai
tenaga kerja merupakan kompetensi yang amat penting di tempat kerja.
Karena hakikat kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan
kompetensi tersebut berlangsung di antara pebelajar. Di dalam kerja
kelompok suatu proyek, kekuatan individu dan cara belajar yang diacu
memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan.
6. Keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek atau
tugas
Keuntungan dari Belajar Berbasis Proyek adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi.
Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa
siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam
mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran
dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam
proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain.
1. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa
menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas
Oleh karena itu, ciri-ciri pembelajaran berbasis jasa layanan harus sesuai
dengan cirri-ciri pembelajaran kontekstual. Cirri-ciri tersebut antara lain:
1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections)
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran
dan pengajaran kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata
pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam atau sejarah dengan
pengalamannya mereka sendiri, berarti mereka menemukan makna, dan
makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran
dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan
keterkaitan inilah inti dari CTL
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant works)
Pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang
dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat
mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa.
3. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated Learning)
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif,
mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan
kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa.
Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa
menggunakan gaya belajarnya sendiri.
4. Bekerjasama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif
dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok,
membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi
dan saling berkomunikasi.
5. Berpikir kritis dan kreatif (critical dan creative thinking)
Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah
suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai,
memecahkan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan,
menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu
C. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang mengkombinasikan jasa layanan masyarakat dengan
suatu struktur berbasis sekolah, guna merefleksikan jasa-layanan tersebut.
Jadi menekankan hubungan antara pengalaman jasa-layanan dan
pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan ini menyajikan suatu
penerapan praktis dari pengetahuan baru yang diperlukan dan berbagi
keterampilan untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat melalui
proyek/tugas terstruktur dan kegiatan lainnya.
Pembelajaran berbasis jasa layanan merupakan salah satu bagian dari
strategi pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,
dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni:
konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan
(inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling),
dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Pembelajaran berbasis
jasa layanan mengandung ciri bahwa:
1. Melakukan hubungan yang bermakna, hal ini diwujudkan dengan
kerjasama kelompok yang dilakukan dalam menyelesaikan tugas terstruktur.
2. Bekerja sama guna penerapan praktis dari pengetahuan yang baru
diketahui siswa.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti melalui kegiata yang beranfaat
untuk memenuhi kebutuhan dalam masyarkat( jasa layanan yang berkaitan
dengan tugas terstruktur).
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pembelajaranberbasis-jasa-layanan.html#ixzz2uZdA2G4Y