Protap Penatalaksanaan Perdarahan Pascasalin
Protap Penatalaksanaan Perdarahan Pascasalin
Koordinator
: Johanes C. Mose
Sekretaris
: Udin Sabarudin
Anggota
: Hidayat Wijayanegara
Firman F. Wirakusumah
Sofie R. Krisnadi
Jusuf S. Effendi
Anita D. Anwar
Budi Handono
Setyorini Irianti
Adhi Pribadi
M. Alamsyah
Mintareja Teguh
Isharyah Sunarno
Herlambang
Khrismawan
Donel S
Sesuai dengan rekomendasi POGI 2010 tentang perubahan format buku panduan, maka
perlu dilakukan revisi terhadap Panduan Penatalaksanaan Perdarahan Pasca Salin yang sudah
ditetapkan oleh HKFM POGI yang berlaku sejak 2006.
Perdarahan
Pasca
Salin
dalam
hal
definisi,
diagnosis,
dan
penatalaksanaannya.
Ruang lingkup bahasan :
1. Insiden
2. Definisi
3. Klasifikasi
4. Diagnosis
5. Penatalaksanaan
Perdarahan pasca salin merupakan penyebab kematian maternal yang penting meliputi
hampir dari seluruh kematian meternal di seluruh dunia. Penyebab perdarahan pasca salin
yang paling sering adalah uterus tidak dapat berkontraksi baik untuk menghentikan perdarahan
dari bekas insersi plasenta ( tone ), trauma jalan lahir ( trauma ),sisa plasenta atau bekuan darah
yang menghalangi kontraksi rahim yang adekuat ( tissue ), dan gangguan pembekuan
( thrombin ). Saat ini telah dikeluarkan rekomendasi untuk melaksanakan manajemen aktif
persalinan kala III sebagai upaya pencegahan perdarahan pasca salin, akan tetapi masih terdapat
beberapa permasalahan yang belum terselesaikan seperti kesepakatan langkah - langkah
intervensi, metode - metode yang terbaik, dan syarat - syarat yang diperlukan untuk pemakaian
langkah - langkah tersebut secara aman. Sebagai contoh kapan pemberian uterotonika yang
paling tepat setelah persalinan? Obat mana yang direkomendasikan untuk keadaan yang
berbeda? Bagaimanakah cara pemberian obat yang tepat? Apakah perlu dilakukan klem dan
peregangan tali pusat dini? Apa makna dini pada perdarahan pasca salin ? Traksi pada tali
pusat sebelum pelepasan plasenta dari uterus dapat meningkatkan risiko komplikasi maternal.
Rekomendasi tersebut harus merupakan langkah - langkah yang dapat dikerjakan secara aman
oleh seluruh tenaga kesehatan.
Injeksi oksitosin telah direkomendasikan untuk pemakaian rutin pada manajemen aktif
persalinan kala III, namun pemberian injeksi memerlukan keahlian dan peralatan steril untuk
pemberian yang aman. Oksitosin dapat tidak aktif jika terpapar suhu tinggi. Misoprostol, suatu
1. Perdarahan pasca salin adalah perdarahan yang mencapai 500 ml atau lebih setelah
bayi lahir.
2. Perdarahan pasca salin primer (primary post partum haemorrhage ) adalah
perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama pasca salin.
3. Perdarahan pasca salin sekunder ( secondary post partum haemorrhage ) adalah
perdarahan yang terjadi setelah periode 24 jam tersebut.1,6 Pada umumnya perdarahan
pascasalin dini lebih berat dan lebih tinggi tingkat morbiditas dan mortalitasnya di
bandingkan perdarahan pasca salin lanjut.
4. Perdarahan pasca salin bisa disebabkan oleh 4 faktor yaitu kelemahan tonus uterus,
robekan jalan lahir ( dari perineum, vagina sampai uterus ), sisa jaringan konsepsi,
dan gangguan faktor pembekuan.
5. Manajemen aktif kala III terdiri dari pemberian oksitosin 10 IU intramuskuler 1 menit
setelah bayi lahir, melakukan peregangan tali pusat terkendali dengan melakukan
traksi berlawanan setinggi os pubis, masase uterus, jika tidak terjadi penurunan
plasenta traksi dihentikan dan tunggu kontraksi selanjutnya, dan setelah plasenta lahir
masase fundus uteri setiap 15 menit selama 1 jam untuk merangsang kontraksi.
6. Masase fundus uteri adalah meletakkan telapak tangan pada fundus uteri, kemudian
dengan lembut dan mantap gerakkan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri
supaya uterus berkontraksi setiap 15 menit.
7. Kompresi bimanual eksterna adalah meletakkan satu tangan pada dinding abdomen
dan dinding depan korpus uteri di atas simfisis pubis, kemudian letakkan tangan yang
lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus uteri sejajar dengan dinding
depan korpus uteri, setelah itu lakukan kompresi uterus dengan cara saling
mendekatkan tangan depan dan belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman
miometrium dapat dijepit secara manual.
8. Kompresi bimanual interna adalah mengepalkan tangan dan tempatkan pada forniks
anterior, tekan dinding anterior uterus ke arah tangan luar yang menahan dan
mendorong dinding posterior uterus ke arah depan sehingga uterus ditekan dari arah
depan dan belakang, tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini
memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka ( bekas implantasi
plasenta ) di dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
Faktor risiko
PPH sebelumnya
Kehamilan ganda
Preeklamsia
2,9 8,4
2,8 4,5
2,2 5,0
3,5 7,6
2,9 5,5
2,4 4,4
1,6 4,7
3,0
3,0
3,1
2,7
2,7
1,5
-
Bila perdarahan pasca salin terjadi harus ditentukan dulu kausa perdarahan itu dan
penatalaksanaannya dilakukan secara simultan meliputi perbaikan tonus uterus, evakuasi
jaringan sisa, dan penjahitan luka terbuka disertai dengan persiapan koreksi faktor pembekuan.
Tahapan penatalaksanaan perdarahan Pascasalin berikut ini dapat disingkat dengan istilah
HAEMOSTASIS.1
a. Ask for HELP
Segera meminta pertolongan, atau dirujuk ke rumah sakit bila persalinan di bidan /
PKM.1,6 Kehadiran ahli obstetri, bidan, ahli anestesi dan hematologis sangat penting.
Pendekatan multi disipliner dapat mengoptimalkan monitoring dan pemberian cairan. Monitoring
elektrolit dan parameter koagulasi adalah data yang penting untuk penentuan tahap tindakan
berikutnya.
b. Assess and resuscitate
Penting sekali untuk segera menilai jumlah darah yang keluar seakurat mungkin dan
menentukan derajat perubahan hemodinamik. Lebih baik overestimate jumlah darah yang hilang
dan bersikap proaktif daripada underestimate dan bersikap menunggu / pasif. Nilai tingkat
kesadaran, nadi, tekanan darah, dan bila fasilitas memungkinkan, saturasi oksigen harus
dimonitor. Saat memasang jalur infus dengan abocath 14G - 16G, harus segera diambil spesimen
darah untuk memeriksa hemoglobin, profil pembekuan darah, elektrolit dan penentuan golongan
darah, serta crossmatch ( RIMOT = resusitasi, infus 2 jalur, monitoring keadaan umum , nadi
dan tekanan darah, oksigen, team approach ). Diberikan cairan kristaloid dan koloid secara cepat
sambil menunggu hasil crossmatch.
c. Establish Aetiology, Ensure Availability of Blood
Sambil melakukan resusitasi juga dilakukan upaya menentukan etiologi perdarahan pasca
salin. Nilai kontraksi uterus, cari adanya cairan bebas di abdomen, bila ada risiko trauma
( bekas seksio sesarea, partus buatan yang sulit ) atau bila kondisi pasien lebih buruk
daripada jumlah darah yang keluar. Harus dicek ulang kelengkapan plasenta dan selaput
plasenta yang telah berhasil dikeluarkan. Bila perdarahan terjadi akibat morbidly adherent
placentae saat seksio sesarea dapat diupayakan haemostatic sutures, ligasi arteri hipogastrika
dan embolisasi arteri uterina. Morbidly adherent placentae sering terjadi pada kasus plasenta
praevia pada bekas seksio sesarea. Bila hal ini sudah diketahui sebelumnya, dr. Sarah P.
Brown dan Queen Charlotte Hospital ( Labour ward course ) menyarankan untuk tidak
transfusi trombosit. Cryopresipitat direkomendasikan bila terjadi DIC yang ditandai dengan
kadar fibrinogen <1 gr/dl (10 gr/L).
2. Operatif ( prosedure teknis operatif )
a. Shift to theatre
Bila perdarahan masif masih tetap terjadi, segera evakuasi pasien ke ruang operasi.
Pastikan pemeriksaan untuk menyingkirkan adanya sisa plasenta atau selaput ketuban. Bila
diduga ada sisa jaringan, segera lakukan tindakan kuretase. Kompresi bimanual dilakukan
selama ibu dibawa ke ruang operasi.
b. Tamponade intra uterine or uterine packing
Pada keadaan perdarahan masih berlangsung setelah langkah - langkah di atas, pikirkan
juga kemungkinan adanya koagulopati yang menyertai atonia yang refrakter. Tamponade
uterus dapat membantu mengurangi perdarahan. Tindakan ini juga dapat memberi
kesempatan koreksi faktor pembekuan. Segera libatkan tambahan tenaga dokter spesialis
kebidanan dan hematologis, juga menyiapkan ruang ICU. Dapat dilakukan tamponade test
dengan menggunakan Tube Sengstaken, yang mempunyai nilai prediksi positif 87% untuk
menilai keberhasilan penanganan PPH. Bila pemasangan tube tersebut mampu menghentikan
perdarahan berarti pasien tidak memerlukan tindakan bedah lebih lanjut. Akan tetapi bila
setelah pemasangan tube perdarahan masih tetap masif maka pasien harus menjalani tindakan
bedah.
Pemasangan tamponade uterus dengan menggunakan baloon relatif mudah dilaksanakan
dan hanya memerlukan waktu beberapa menit. Tindakan ini dapat menghentikan perdarahan,
mencegah koagulopati karena perdarahan masif dan kebutuhan tindakan bedah. Hal ini perlu
dilakukan pada pasien yang tidak membaik dengan terapi medis. Walaupun saat ini yang
paling banyak dipakai adalah Sengstaken - Blakemore oesophageal catheter ( SBOC ), dapat
juga dipakai Rush urological hydrostatic baloon dan Bakri SOS baloon. Biasanya
dimasukkan 300 - 400 cc cairan untuk mencapai tekanan yang cukup adekuat sehingga
perdarahan berhenti. Balon tamponade ini dilengkapi alat untuk membaca tekanan intrauterin
sehingga dapat diupayakan mencapai tekanan mendekati tekanan sistolik untuk menghentikan
perdarahan. Saat ini alat tersebut sedang dalam proses uji klinik setelah sukses dengan
pemakaian balon SBOC.
Perdarahan masif
Tekanan darah menurun
Nadi meningkat
Eksplorasi traktus
genetalia bagian bawah
dan uterus
Evakuasi bekuan darah
Pemeriksaan plasenta
Observasi
pembekuan darah
EMPAT T
Uterus lembek
( tonus )
Retensio plasenta
Jaringan ( tissue )
Jahit robekan
Evakuasi hematom
Koreksi inversion uteri
Manual plasenta
Kuretase
Metotreksat
Transfusi :
- Fresh Frozen Plasma
- Faktor rekombinan VIIA
- Transfusi trombosit
RIMOT :
RESUSITASI
INFUS 2 jalur jarum ukuran besar
MONITORING tekanan darah, nadi, produksi urin
OKSIGEN
TEAM APPROACH
Pemberian informed concent secara komplit, jelas dan benar terutama mengenai tindakan
yang akan terkahir yang akan dilakukan disertai dengan dampak yang akan terjadi di saat itu dan
pada masa mendatang.
Penegakan diagnose, persiapan pre op, urutan tindakan yang dilakukan pada saat itu /
prosedur operasi, dan kelengkapan catatan medis.
1.Mengenal faktor resiko yang dapat menimbulkan perdarahan pasca salin antara lain :
- Adanya riwayat perdarahan pasca salin sebelumnya
- Kehamilan ganda
- Preeklampsia
- Kala III memanjang
- Kala II memanjang ( > 20 menit )
- Fase aktif memanjang
- Episiotomi
- Usia ibu > 35 tahun
- Anestesi umum
- Kegemukan
- Khorioamnionitis
- Riwayat seksio sesarea sebelumnya
- Multipara
- Abruptio plasenta
- Plasenta previa
- Retensio plasenta
- Persalinan > 12 jam
- Demam saat persalinan 380C
- Berat lahir > 4 kg
- Induksi persalinan
2. Memasukkan ke dalam kelompok resiko tinggi dan observasi dengan ketat
3. Mempersiapkan penanggulangan bila resiko terjadi ( darah )
XIII. Jadual revisi yang akan datang setiap 3 tahun oleh pengurus HKFM yang baru.
XIV. Kepustakaan
1/21/2006.
4. WHO Recommendation for the Prevention of Postpartum Haemorrhage.
5. NSW Pregnancy & Newborn Services Network. Framework for prevention, early recognition
and management of postpartum haemorrhage (PPH). 7 November 2002. NSW Health Dept.
Sydney 2002.
6. Schellenberg JC. Primary Postpartum Haemorrhage (PPH). Last edited. August 13,2003
Available at:http://www. gfmer.ch/Endo/ Lectures_09 / primary
_postpartum_haemorrhage.htm. Retrieved at: 21/1/2006.
7. Naib JM, Siddiqui MI, Jehangir S. The Role of prostaglandin in the management of primary
postpartum haemorrhage due to uterine atony/ hypotony and the impact of their use on the
need for obstetrical hysterectomy. JPMI 2004; 18(2).
8. Smith Kl, Baskett TF. Uterine compressions sutures as an alternative to hysterectomy for
severe postpartum hemorrhage. J Obstet Gynecol Can 2003; 25(3): 197-200.
9. Prendiville WJ, Elbourne D, McDonald D. Active versus expectant management in the third
stage of labour. Cochrane Database syst.Rev. 2003,3: CD000057.
10. Rogers J, Wood J, McCandlish R, et al. Active versus expectant management of labor; the
Hutchingbrooke trial. Lancet 1998; 35: 693-7.
11. Cameron MJ, Robson SC. Vital statistics: an overview. Dalam : Lynch CB, Keith LG,
Lalonde AB, Karoshi M, penyunting: textbook of postpartum hemorrhage a comprehensive
guide to evaluation, management and surgical intervention, edisi ke-1. Lancashire: Sapiens
Publishing; 2006.h.17-30.
12. B-Lynch C, Chez R. B-Lynch for Control of Postpartum Hemmorrhage Contemporary
Obstetrics and Gynecology.