Anda di halaman 1dari 19

I.

PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk yang dimuliakan oleh Tuhan, pencipta manusia
begitu sempurna lahir maupun batin. Sikap berdiri manusia adalah yang paling gagah
dan sikap berdiri tegak inilah yang sangat dibanggakan oleh manusia sendiri.
Manusia sangata takut bila menderita penyakit yang menyebabkan dia tidak mampu
berdiri, sehingga dia harus tidur terus, yang kadang-kadang sampai beberapa hari.
Salah satu penyakit yang menyebabkan manusia tidak bisa berdiri adalah penyakit
Meniere.1
Penyakit ini ditemukan oleh Meniere pada tahun 1861, dan dia yakin bahwa
penyakit ini berada di dalam telinga, sedangkan pada waktu itu para ahli banyak
menduga bahwa penyakit itu berada pada otak. Pendapat Meniere dibuktikan oleh
Hallpike dan Cairn tahun 1938, dengan ditemukannya hidrops endolimfa, setelah
memeriksa tulang temporal pasien Meniere. 1

II. PENYAKIT MENIERE


2.1 Anatomi Telinga

Gambar 1. Struktur anatomi telinga


1. Telinga Luar
Telinga luar meliputi daun telinga (pinna) dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari kulit dan tulang rawan elastin. Liang telinga
memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun bertulang pada sebelah medial.
Seringkali terdapat penyempitan liang telinga pada perbatasan antara tulang dan
tulang rawan ini. Sendi temporomandibularis dan kelenjar parotis terletak di depan
terhadap liang telinga sementara prosesus mastoideus terletak di belakangnya. Liang
telinga berbentuk menyerupai huruf S dengan panjang sekitar tiga sentimeter. Pada

sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen dan rambut
sedangkan pada dua pertiga dalamnya hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.3
Peradangan pada bagian telinga ini disebut otitis eksterna. Hal ini terjadi
akibat infeksi bakteri, virus, maupun jamur disertai dengan faktor predisposisi berupa
kebiasaan mengorek telinga, kondisi udara dan keadaan klinis tertentu yang
menyebabkan penurunan dari sistem imunitas seperti HIV/AIDS, penggunaan
kortikosteroid jangka panjang, radioterapi, dan diabetes melitus.3
2. Telinga Tengah
Telinga tengah terisi udara dapat dibayangkan sebagai kotak dengan enam
sisi. Dinding posteriornya jauh lebih luas daripada dinding anteriornya sehingga
kotak tersebut berbentuk baji. Promontorium pada dinding medial meluas ke arah
lateral ke arah umbo dari membran timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada
bagian tengah.3,4
Telinga tengah berbentuk kubus dengan : 3,4
Batas lateral : membran timpani
Batas anterior : tuba eustachius
Batas inferior : bulbus jugularis
Batas posterior : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars verikalis
Batas superior : lantai fossa kranii media
Batas medial : kanalis semisirkularis horizontalis, kanalis fasialis,
fenestra ovale, fenestra rotundum dan promontorium
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida, sedangkan bagian bawah disebut pars tensa. Pars flaksida berlapis dua yaitu
bagian luar merupakan lanjutan epitel liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel
kubus bersilia, seperti mukosa saluran pernapasan. Pars tensa memiliki satu lapisan
lagi di tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan elastin yang berjalan
secara radier di luar dan sirkuler di dalam. Bayangan penonjolan bagian bawah
maleus pada membrab timpani disebut umbo. Dari umbo bermula suatu refleks
cahaya (cone of light) ke arah bawah, yaitu ke arah pukul 7 untuk membran timpani
kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan. Serabut sirkuler dan radier pada
3

membran timpani pars tensa inilah yang menyebabkan refleks cahaya yang berupa
kerucut ini yang kita nilai. 5
Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yaitu maleus,
inkus, dan stapes. Tulang pendengaran dalam telinga tengah saling berhubungan.
Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus
dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada fenestra ovale yang berhubungan
dengan kokhlea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran adalah persendian. 4,5
Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Pada tempat ini terdapat
aditus ad antrum yang merupakan lubang yang menghubungkan telinga tengah
dengan antrum mastoid. Tuba eustachius berfungsi untuk menjaga keseimbangan
tekanan udara dalam cavum timpani. Bagian lateral berupa dinding dari tulang dan
selalu terbuka, sedangkan dinding medial tersusun dari tulang rawan yang biasanya
menutup kecuali menelan, mengunyah, atau menguap.3,4,5

Gambar 2. Anatomi telinga tengah

Gambar 3. Anatomi membran timpani


3. Telinga Dalam

Bentuk telinga dalam sedemikian kompleksnya sehingga disebut labirin.


Telinga dalam terdiri dari kokhlea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler
yang dibentuk oleh utrikulus, sakulus, dan kanalis semisirkularis. Labirin (telinga
dalam) mengandung organ pendengaran dan keseimbangan, terletak pada pars
petrosus os temporal. Labirin terdiri dari : 3,5
Labirin bagian tulang, terdiri dari : kanalis semisirkularis, vestibulum, dan

kokhlea
Labirin bagian membran, yang terletak di dalam labirin bagian tulang, terdiri
dari : kanalis semisirkularis, utrikulus, sakulus, sakus, dan duktus
endolimfatikus serta kokhlea.
Antara labirin bagian tulang dan membran terdapat suatu ruangan yang berisi

cairan perilimfe yang berasal dari cairan serebrospinalis dan filtrasi dari darah. Di
dalam labirin bagian membran terdapat cairan endolimfe yang diproduksi oleh stria
vaskularis dan diresirbsi pada sakkus endolimfatikus.3,5
Ujung atau puncak kokhlea disebut helikoterma yang menghubungkan
perilimfa skala timpani dan skala vestibuli. Pada irisan melintang di kokhlea tampak
skala vestibuli di sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media
diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfe sedangkan skala media
berisi endolimfe. Dasar skala vestibuli disebut membran reissner sedangkan dasar
skala media disebut membran basilaris yang terletak organ korti di dalamnya. Pada
skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria dan
pada membran basilaris melekat sel rambut dalam, sel rambut luar, dan kanalis korti.
Membran basilaris sempit pada basisnya (nada tinggi) dan melebar pada apeksnya
(nada rendah). Terletak diatas membran basilaris dari basis ke apeks adalah organ
korti yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer
pendengaran. Organ korti terdiri dari satu baris sel rambut dalam (3.000) dan tiga
baris sel rambut luar (12.000). Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung
bawah sel rambut. 3,5
Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh utrikulus, sakulus, dan kanalis
semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel
5

rambut. Menutupi sel-sel rambut adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh
silia dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung kalsium dan akan
menimbulkan rangsangan pada reseptor. Sakulus berhubungan dengan utrikulus
melalui suatu duktus sempit yang merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus.
Makula utrikulus terletak pada bidang yang tegak lurus dengan makula sakulus.
Ketiga kanalis semisirkularis bermuara pada utrikulus. Masing-masing kanalis
memiliki satu ujung yang melebar yang membentuk ampula dan mengandung sel-sel
rambut krista dan diselubungi oleh lapisan gelatinosa yang disebut kupula. Gerakan
dari endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan menggerakkan kupula yang
selanjutnya akan membengkokkan silia sel-sel rambut krista dan merangsang sel
reseptor.3,5
Gambar 4. Anatomi telinga dalam
4. Vaskularisasi Telinga
Telinga dalam memperoleh pendarahan dari a.auditori interna (a.labirintin)
yang berasal dari a.serebelli anterior atau langsung dari a.basilaris yang merupakan
suatu end arteri dan tidak mempunyai pembuluh darah anastomosis. Setelah
memasuki meatus akustikus internus, arteri ini bercabang tiga, yaitu : 3
Arteri vestibularis anterior yang memperdarahi makula utrikuli, sebagian
makula sakuli, krista ampularis, kanalis semisirkularis superior dan lateral

serta sebagian dari utrikulus dan sakulus


Arteri vestibulokokhlearis yang memperdarahi makula sakuli, kanalis
semisirkularis posterior, bagian inferior utrikulus dan sakulus serta putaran

berasal dari kokhlea.


Arteri kokhlearis yang memasuki mediolus dan menjadi pembuluh-pembuluh
arteri spiral yang memperdarahi organ korti, skala vestibuli, skala timpani
sebelum berakhir pada stria vaskularis.
Aliran vena pada telinga dalam melalui tiga jalur utama. Vena auditori interna

berasal dari putaran tengah dan apikal kokhlea. Vena aquaduktus kokhlearis berasal
dari putaran basiler kokhlea, sakulus, dan utrikulus dan berakhir pada sinus petrosus

inferior. Vena akquaduktus vestibularis berasal dari kanalis semisirkularis sampai


utrikulus. Vena ini mengikuti duktus dan masuk ke sinus sigmoid.3
5. Persarafan (inervasi) Telinga

n.akustikus bersama n.fasialis masuk ke dalam porus dari meatus akustikus


internus dan bercabang dua sebagai n.vestibularis dan n.kokhlearis. Pada dasar
meatus akustikus internus terletak ganglion vestibularis dan pada mediolus terletak
ganglion spiralis. 3,4

2.2 Fisiologi Pendengaran dan Keseimbangan


1. Fisiologi Pendengaran

Sampai tingkat tertentu daun telinga adalah suatu pengumpul suara sementara
liang telinga karena bentuk dan dimensinya dapat sangat memperbesar suara dalam
rentang dua sampai empat KHz. Gelombang ini akan diteruskan ke telinga tengah
dengan menggetarkan membran timpani. Getaran ini akan diteruskan ke telinga
tengah dengan menggetarkan membran timpani. Getarani ini akan diteruskan melalrui
rangkaian

tulang-tulang

pendengaran

(maleus,

inkus,

stapes)

yang

akan

mengamplifikasikan getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian


perbandingan luas membran timpani dan foramen ovale. Tulang-tulang pendengaran
akan meningkatkan efisiensi dari getaran sebanyak 1,3 kali dan perbandingan luas
permukaan membran timpani dan foramen ovale dan mengmplifikasi pendengarana
sebanyak 20 kali, energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes
yang menggerakkan foramen ovale sehingga perilimfe pada skala vestibuli akan
bergerak. 5,6
Getaran diteruskan melalui membran reissner yang mendorong endolimfa
sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran
tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan
ion-ion bermuatan listrik dari badan sel. Untuk suara dengan frekuensi tinggi akan
7

menyebabkan defleksi dominan pada bagian basis dari membran basilaris sedangkan
untuk frekuensi sedang di tengah dan frekuensi rendah di apeks. Keadaan ini
menimbulkan

proses

depolarisasi

sel-sel

rambut

sehingga

melepaskan

neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf
auditoris, kemudian dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran
di lobus temporalis (area broadman 41).5,6

Gambar 5. Anatomi kokhlea


2. Fisiologi Keseimbangan

Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan sekitarnya


tergantung dari input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ penglihatan,
dan organ proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan
diolah di sistem saraf pusat sehingga akan menimbulkan gambaran mengenai keadaan
posisi tubuh pada suatu saat dan bagaimana mengatur posisi tubuh seperti yang
dikehendaki. Organ penglihatan menerima rangsangan melalui reseptor di retina yaitu
di makula lutea. Rangsang tersebut diteruskan melalui n.optikus (N.II) sampai ke
korteks visual di lobus oksipitalis. Fungsi penglihatan memberikan informasi tentang
posisi dan gerak tubuh serta lingkungan sekitar. Organ proprioseptif menerima
rangsang gerak melalui reseptor muskuloskeletal terutama di daerah leher yang
disalurkan melalui saraf spinal kemudian medula spinalis, medula oblongata,
thalamus dan berakhir di korteks sensoris (post sentralis). Organ vestibuler menerima
rangsangan gerak dari reseptor di labirin yaitu utrikulus, sakulus (makula) dan kanalis
semisirkularis (krista ampularis). Sel-sel pada organ otolit peka terhadap gerak linier
8

sedangkan sel-sel pada kanalis semisirkularis peka terhadap rotasi khususnya


terhadap percepatan sudut (perubahan dalam kecepatan sudut). Kemudian rangsang
tersebut disalurkan melalui n.vestibularis (N.VIII) ke medula oblongata dan berakhir
di korteks serebri girus temporalis superior dekat pusat pendengaran. Sebagian
rangsangan disalurkan langsung ke serebelum dan sebagian lagi ke medula spinalis
melalui traktus vestibulospinal menuju ke motor neuron yang menginervasi otot-otot
proksimal, kumparan otot leher dan otot punggung (postural). Sistem ini berjalan
dengan sangat cepat sehingga membantu mempertahankam keseimbangan tubuh. 6,7,8
Rangsang yang diterima oleh reseptor ketiga sistem tersebut disalurkam
melalui saraf perifernya ke sistem saraf pusat integrasi. Koordinasi antara ketiganya
dan beberapa pusat di otak seperti serebelum, ganglia basilaris, dan formatio
retikularis akan mempertahankan fungsi keseimbangan tubuh. Mekanisme kerjasama
ketiga organ sensorik dan susunan saraf pusat tersebut berlangsung secara involunter.
Mekanisme tersebut dapat berjalan sadar apabila dalam keadaan tertentu misalnya
berjalan diatas permukaan yang tidak rata, berlari, dan bermain ski. Dalam kehidupan
sehari-hari, mekanisme tersebut berjalan terus-menerus untuk mempertahankan tonus
otot-otot tubuh dan ekstremitas agar tubuh tetap dalam posisi tegak atau mengubah
posisi agar tidak jatuh pada keadaan tertentu. Susunan saraf pusat yang selalu
memberi perintah melalui jaras vestibulospinal untuk mengatur kontraksi otot dan
ekstremitas inferior untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. 6,7,8

2.3 Definisi
Penyakit Meniere diyakini sebagai suatu gangguan akibat pembengkakan
rongga endolimfatik. Penderita penyakit Meniere yang berasal dari koklea
mengemukakan ketulian yang berubah-ubah dengan suatu tinitus nada rendah.
Serangan dapat berlangsung beberapa menit hingga beberapa jam. Penyakit Meniere
lazimnya melibatkan perubahan vestibular.2
2.4 Epidemiologi
9

Insiden penyakit Meniere berkisar antara 10-150 kasus per 100.000 orang
setiap tahun. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dan pasien biasanya hadir
dalam dekade kelima kehidupan. Diagnosis penyakit Meniere tidak ditemukan pada
seseorang yang usianya kurang dari 20 atau lebih dari 70 tahun. Tidak ada perbedaan
antara telinga kanan atau kiri terhadap predileksi untuk penyakit ini.11
2.5 Patofisiologi
Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endololimfa
pada koklea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul
diduga disebabkan oleh: 1
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri
2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler
3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler
4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan
cairan endolimfa
Secara patologis, penyakit Meniere disebabkan oleh pembengkakan pada
kompartemen endolimfatik. Bila proses ini mencapai suatu pinna, terjadi ruptur
membrana reissner sehingga endolimfe tercampur dengan perilimfe. hal Ini
menyebabkan gangguan pendengaran sementara yang kembali pulih setelah
membrana kembali menutup dan komposisi kimiawi cairan endolimfe dan perilimfe
kembali normal.2
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal, ditemukan pelebaran dan
perubahan morfologi pada membrane Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala
vestibule, terutama daerah apeks koklea helikotrema. Sakulus juga mengalami
pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dimula
dari daerah apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah dan basal
10

koklea. Hal ini yang dapat menjelaskan terjadinya tuli saraf nada rendah pada
penyakit Meniere. 1
Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa
(peningkatan endolimfa yang menyebabkan labirin membranosa berdilatasi) pada
kokhlea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi dan hilang timbul diduga disebabkan
oleh meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri, menurunnya tekanan
osmotik dalam kapiler, meningkatnya tekananosmotik ruang ekstrakapiler, jalan
keluar sakus endolimfatikus tersumbat (akibat jaringan parut atau karena defek dari
sejak lahir).1
Hidrops endolimfa ini lama kelamaan menyebabkan penekanan yang bila
mencapai dilatasi maksimal akan terjadi ruptur labirin membran dan endolimfa akan
bercampur dengan perilimfa. Pencampuran ini menyebabkan potensial aksi di telinga
dalam sehingga menimbulkan gejala vertigo, tinnitus, dan gangguan pendengaran
serta rasa penuh di telinga. Ketika tekanan sudah sama, maka membran akan sembuh
dengan sendirinya dan cairan perilimfe dan endolimfe tidak bercampur kembali
namun penyembuhan ini tidak sempurna.1
Penyakit Meniere dapat menimbulkan :9
Kematian sel rambut pada organ korti di telinga tengah
Serangan berulang penyakit Meniere menyebabkan kematian sel rambut organ
korti. Dalam setahun dapat menimbulkan tuli sensorineural unilateral. Sel
rambut vestibuler masih dapat berfungsi, namun dengan tes kalori

menunjukkan kemunduran fungsi.


Perubahan mekanisme telinga
Dimana disebabkan periode pembesaran kemudian penyusutan utrikulus dan
sakulus kronik. Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal ditemukan
perubahan morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam
skala vestibuli terutama di apeks kokhlea (helikoterma). Sakulus juga
mengalami pelebaran yang sama yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya
pelebaran skala media dimulai dari apeks kokhlea kemudian dapat meluas

11

mengenai bagian tengah dan basal kokhlea. Hal ini dapat menjelaskan
tejadinya tuli saraf nada rendah pada penyakit ini.
2.6 Etiologi
Penyebab pasti penyakit Meniere belum diketahui. Penambahan volume
endolimfa di perkirakan oleh adanya gangguan biokimia cairan endolimfa dan
gangguan klinik pada membrane labirin. 1
2.7 Gejala klinis
Terdapat trias atau sindrom Meniere yaitu: 1
1. Vertigo
2. Tinnitus
3. Tuli sensorineural terutama nada rendah
Serangan pertama sangat berat, yaitu vertigo disertai muntah, setiap kali
berusaha untuk berdiri dia merasa berputar, mual dan terus muntah lagi. Hal ini
berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu, meskipun keadaannya berangsur
baik. Penyakit ini bsia sembuh tanpa obat dan gejala penyakit bisa hilang sama sekali.
Pada serangan kedua kalinya dan selanjutnya dirasakan lebih ringan, tidak seperti
serangan yang pertama kali. Pada penyakit Meniere vertigonya periodic dan dalam
keadaan tidak ada serangan, pendengaran dirasakan baik kembali. Gejala lain yang
menyertai serangan adalah tinnitus, yang kadang-kadang menetap, meskipun diluar
serangan. Gejala yang lain menjadi tanda khusus adalah perasaan penuh di dalam
telinga. 1
Dari keluhan vertigonya kita sudah dapat membedakan dengan penyakit yang
lainnya yang juga mempunyai gejala vertigo, seperti penyakit Meniere, tumor N.VIII,
sclerosis multiple, neuritis vestibuler atau Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ). 1
Pada tumor N.VIII serangan vertigo periodic, mula-mula lemah dan makin
lama makin kuat. Pada sclerosis multiple, vertigo periodik, tetapi intensitas serangan
12

sama pada setiap serangan. Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak periodik
dan makin lama makin menghilang. Penyakit ini diduga disebabkan virus. Biasanya
penyakit ini timbul setelah menderita influenza. Vertigo hanya didapatkan pada
permulaan penyakit. Penyakit ini akan sembuh total bila tidak disertai dengan
komplikasi. Vertigo posisi paroksismal jinak, keluhan vertigo datang secara tiba-tiba
terutama pada perubahan posisi kepala dan keluhan vertigonya terasa sangat berat,
kadang-kadang disertai rasa mual sampai muntah, berlangsung tidak lama. 1
Tinnitus kadang menetap (periode detik hingga menit), meskipun di luar
serangan. Tinnitus sering memburuk sebelum terjadi serangan vertigo. Tinnitus sering
didekripsikan pasien sebagai suara motor, mesin, gemuruh, berdenging, berdengung,
dan denging dalam telinga. 8
Gangguan pendengaran mungkin terasa hanya berkurang sedikit pada awal
serangan, namun seiring dengan berjalannya waktu dapat terjadi kehilangan
pendengaran yang tetap. Penyakit Meniere mungkin melibatkan semua kerusakan
saraf di semua frekuensi suara pendengaran namun paling mungkin melibatkan
semua kerusakan saraf di semua frekuensi suara pendegaran namun paling umum
terjadi pada frekuensi yang rendah. Suara yang keras mungkin menjadi tidak nyaman
dan sangat mengganggu pada telinga yang terpengaruh. Rasa penuh pada telinga
dirasakan seperti saat kita mengalami perubahan tekanan udara perbedaannya rasa
penuh ini tidak hilang dengan perasat valsava dan toynbee.8,2
2.8 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis. Menurut American Academy of
Otolaryngology Head and Neck Surgery (AAOHNS) gejala-gejala berikut harus
hadir untuk diagnosis dari penyakit Meniere yaitu: 12
1. Gejala utama berupa vertigo hilang timbul
2. Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural, rasa penuh
ditelinga dan tinitus
3. Serangan vertigo yang berulang
4. Serangan berlangsung setidaknya 20 menit atau lebih
13

Bila dalam anamnesis terdapat riwayat fluktuasi pendengaran, sedangkan pada


pemeriksaan ternyata terdapat tuli sensorineural, maka kita sudah dapat mendiagnosis
penyakit Meniere, sebab tidak ada penyakit lain yang bisa menyebabkan adanya
perbaikan dalam tuli sensorineural, kecuali pada penyakit Meniere. Dalam hal yang
meragukan kita dapat membuktikan adanya hidrops dengan tes gliserin. Selain itu tes
gliserin ini berguna untuk menentukan prognosis tindakan operatif pada pembuatan
shunt. Bila terdapat hidrops, maka operasi diduga akan berhasil dengan baik. 1
2.9 Pengobatan
Langkah pertama dalam pengobatan adalah penjelasan. Pasien harus
memahami sebanyak mungkin tentang ketidakpastian prognosis. Gejala mungkin
dapat diatasi. Walaupun pengobatan yang efektif biasanya dapat ditemukan,
penyembuan mungkin tidak bisa secara cepat. Resiko dan pengobatan alternatif harus
didiskusikan. Bahkan pasien dengan penyakit ringan harus menyadari berbagai
pilihan pengobatan dari konservatif sampai tindakan operatif. 12
Faktor nonspesifik yang dapat memperburuk gejala harus diketahui, antara
lain adalah: 12
1. menghindari stres jika memungkinkan,
2. kurang tidur
3. makan yang tidak teratur,
4. efek samping dari obat-obatan, dan
5. asupan kafein yang tinggi
Pada saat datang biasanya diberikan obat-obat simptomatik, seperti sedatif,
dan bila diperlukan dapat diberikan anti muntah. Bila diagnosis telah ditemukan,
pengobatan yang paling baik adalah sesuai dengan penyebabnya. 1
Khusus untuk penyakit Meniere, diberikan obat-obat vasodilator perifer untuk
mengurangi tekanan hidrops endolimfa. Dapat pula tekanan endolimfa ini disalurkan
ke tempat lain dengan jalan operasi, yang dengan membuat shunt. Obat-obat anti

14

iskemia, dapat pula diberikan sebagai obat alternatif dan juga diberikan obat
neurotonik untuk menguatkan sarafnya. 1
Pengobatan yang khusus untuk nistagmus posisi paroksismal tipe jinak yang
diduga penyebabnya adalah kotoran (debris), yaitu sisa-sisa utrikulus yang terlepas
dan menempel pada kupula kss posterior atau terapung dalam kanal. Caranya ialah
dengan menempelkan vibrator yang dapat menggetarkan kepala dan menyebabkan
kotoran itu terlepas dan hancur, sehingga tidak mengganggu lagi. 1
Pengobatan khusus untuk pasien yang menderita vertigo yang disebabkan oleh
ransangan dari perputaran leher (vertigo servikal), ialah dengan traksi leher dan
fisioterapi, di samping latihan-latihan lain dalam rangka rehabilitasi. 1
Neuritis vestibuler diobati dengan obat-obatan simptomatik, neurotonik, anti
virus dan latiahn (rehabilitasi). 1
Rehabilitasi penting diberikan, sebab dengan melatih sistem vestibuler ini
sangat menolong. Kadang-kadang gejala vertigo dapat diatasi dengan latihan yang
teratur dan baik. Orang-orang yang karena profesinya menderita vertigo servikal
dapat diatasi dengan latihan yang intensif, sehingga gejala yang timbul tidak lagi
mengganggu

pekerjaannya

sehari-hari, misalnya

pilot,

pemain

sirkus dan

olahragawan. 1

Labyrinthectomy
Selama bertahun-tahun, labyrinthectomy telah menjadi terapi pilihan terhadap
penyakit Meniere. Tujuannya adalah untuk menghancurkan bagian-bagian vestibular
dari telinga bagian dalam dengan mengorbankan bagian koklea.12
Vestibular Nerve Section
Vestibular Nerve Section adalah "gold standar" untuk mengendalikan
serangan vertigo yang berat, tetapi tidak untuk ketidakseimbangan. Prosedur ini harus
15

jarang dilakukan karena merusak. Kebanyakan pasien mengalami ketidakseimbangan


sesudahnya. Tujuannya adalah untuk benar-benar menghapus fungsi vestibular di satu
telinga. 12
2.10 Prognosis
Penyakit Meniere belum dapat disembuhkan dan bersifat progresif, tapi tidak
fatal dan banyak pilihan terapi untuk mengobati gejalanya. Penyakit ini berbeda
untuk tiap pasien. Beberapa pasien mengalami remisi spontan dalam jangka waktu
hari hingga tahun. Pasien lain mengalami perburukan gejala secara cepat. Namun ada
juga pasien yang perkembangan penyakitnya lambat.10
Penyakit Meniere biasanya merupakan penyakit unilateral, dan risiko terkena
penyakit ini di telinga kontralateral tampaknya seiring dengan berjalannya waktu,
sekitar 25%-45% pasien dapat mengembangkan penyakit pada telinga kontralateral.11
Belum ada terapi yang efektif untuk penyakit ini namun berbagai tindakan
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan dan progresivitas penyakit.
Sebaiknya pasien dengan verigo berat disarankan untuk tidak mengendarai mobil,
naik tangga dan berenang.10

III. PENUTUP
Penyakit meniere merupakan suatu penyakit yang diakibatkan adanya
kelainan pada telinga dalam berupa hirops (pembengkakan) endolimfa pada kokhlea
dan vestibulum. Gejala dari penyakit meniere disebut trias meniere yang terdiri dari
vertigo (sakit kepala berputar), tinnitus, dan gangguan pendengaran berupa tuli
sensori neural. Gangguan pendengaran ini bersifat fluktuatif dimana gangguan
pendengaran terjadi saat serangan dan dapat normal diluar serangan.

16

Pada dasaarnya, etiologi pasti dari penyakit meniere ini belum diketahui.
Penyakit

Meniere

masa

kini

dianggap

sebagai

keadaan

dimana

terjadi

ketidakseimbangan cairan telinga yang abnormal dan diduga disebabkan oleh


terjadinya malabsorbsi dalam sakus endolimfatikus.
Pasien yang datang dengan keluhan khas penyakit Meniere awalnya hanya
diberikan pengobatan yagng bersifat simptomatik, seperti sedatif dan bila perlu bila
perlu diberikan antiemetik. Pengobatan terbaik adalah dengan cara menangani
penyebab dari penyakit tersebut.

IV. KEPUSTAKAAN
1. Hadjar, E., Bashiruddin, J. Penyakit Meniere. Dalam : Soepardi, E. A.,
Iskandar, I., Bashiruddin, J., Restuti, R. D. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. hal 102-103.

17

2. Levine, S. C. Penyakit Telinga Dalam. Dalam : Adams, G. L., Boeis, L. R.,


Higler, P. A. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT. Edisi Keenam. Jakarta. EGC.
1998. hal 132.
3. Ellis H. The Special Senses : The Ear. Dalam : Clinical Anatomy, Applied
Anatomi for Students and Junior Doctor. 6 th Ed. Massachussetts. Blackwell
Publishing. 2006. hal 384-387.
4. Liston LS, Duvail AJ. Embriologi, Anatomi, dan Fisiologi Telinga. Dalam :
Adams, G. L., Boeis, L. R., Higler, P. A. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT.
Edisi Keenam. Jakarta. EGC. 1998. hal 27-38.
5. Soetirto I, Hendamin H, Bashiruddin J. Ganguan Pendengaran. Dalam :
Soepardi, E. A., Iskandar, I., Bashiruddin, J., Restuti, R. D. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam.
Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. hal 10-16.
6. Sherwood L. Telinga : Pendengaran dan Keseimbangan. Dalam : Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta. EGC. 2006. hal 176-189.
7. Anderson JH, Levine SC. Sistem Vestibularis. Dalam : Adams, G. L., Boeis,
L. R., Higler, P. A. BOEIS Buku Ajar Penyakit THT. Edisi Keenam. Jakarta.
EGC. 1998. hal 39-45.
8. Bashiruddin J, Hadjar E, Alviandi W. Gangguan Keseimbangan. Dalam :
Soepardi, E. A., Iskandar, I., Bashiruddin, J., Restuti, R. D. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam.
Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. hal 94-101.
9. Paparella MM. Pathogenesis and Pathophysiology of Meniere Disease. Acta
Otolaryngol (Stockh). 2006. hal 485.
10. Becker W, Naumann HH, Pfalfz CR. A Pocket Reference Ear, Nose, and
Throat Disease. Second Revised Edition. New York. Thieme. 2004. hal 100101.
11. Lalwani, A.K. Current Diagnosis & Treatment Otolaryngology Head and
Neck Surgery. 2nd Edition. United States : Mac Graw Hill, 2007.
12. Blakley, B.W. Management of the Menieres Patient. Dalam : Pensak, M.L.
Comtroversies in Otolaryngology. New York : Thieme. 2001. hal 250-254
18

19

Anda mungkin juga menyukai