Anda di halaman 1dari 35

Sejak terbentuknya pada 4,6 milyar tahun

yang lalu, bumi telah mengalami sejumlah


gejala dan proses. Gejala dan proses
tersebut sebagian terekam dalam batuan
penyusun bumi dan sebagian besar lagi
hilang atau rusak karena erosi atau
proses alam yang lain.

Kalau kita melihat batuan di alam,


sebenarnya yang terlihat adalah hasil
rekaman gejala dan proses yang terjadi di
masa lalu. Rekaman tersebut sebagian
mencerminkan proses fisik, misalnya
terawetkan dalam bentuk komposisi
mineral, batuan maupun struktur-struktur
yang ada pada batuan.

Perkembangan dari peristiwa dan proses


yang terjadi di bumi merupakan suatu
sejarah. Sebagaimana ilmu sejarah yang
lain, diperlukan suatu sekala waktu yang
dapat dipakai sebagai acuan waktu dari
setiap peristiwa yang terjadi. Oleh karena
sejarahnya yang panjang, maka waktu
yang terlibat dalam proses atau gejala
geologi di bumi disebut sebagai waktu
geologi.

Panjangnya setiap waktu geologi tidak


diukur dalam hari, tahun atau abad, tetapi
satuan waktu tersebut dinyatakan dalam
jutaan tahun. Tabel 1 sampai Tabel 4
menunjukkan skala waktu geologi. Pada
skala tadi disebutkan nama dan durasi
dari setiap jaman. Ilmu yang membahas
tentang penetapan umur geologi dan
urutan jaman geologi disebut sebagai
Geokronologi.

Suatu gejala atau peristiwa geologi


biasanya selalu dikaitkan dengan skala
waktu tersebut di atas.
Beberapa contoh antara lain :

Anggota golongan Arthropoda (binatang


berkaki beruas-ruas) dari genus Trilobita
mulai muncul pada awal Cambrian dan
punah pada Jaman Perm dan tidak
ditemukan lagi pada batuan yang berasal
dari jaman geologi yang lebih muda.
Benua besar Pangaea terbentuk
sempurna pada Perm dan mulai pecah
kembali pada Triass
Homo erectus mulai muncul pada awal
Pleistosen dan punah pada akhir
Pleistosen

Bumi kejatuhan meteor besar pada akhir jaman


Kapur (Cretaceous) dan merupakan salah satu
penyebab punahnya reptil besar Dinosaurus.
Pada kala Miosen hingga awal Pliosen ( 20
hingga 4 juta tahun yang lalu), seluruh wilayah
DIY masih merupakan laut dangkal dimana
hidup golongan koral yang kemudian
membentuk batugamping. Baru pada akhir
Pliosen (3 juta tahun yang lalu) Gunung Kidul
mulai terangkat menjadi daratan dan terus
terangkat menjadi perbukitan.
Jaman es terakhir mulai berakhir 11.000 tahun
yang lalu dan peristiwa ini digunakan untuk
menjadi pembatas antara kala Pleistosen
dengan kala Holosen (masa kini).

Penetapan waktu geologi sendiri secara


prinsip ada dua macam. Pertama adalah
penetapan waktu secara nisbi, dengan
pengertian suatu gejala atau proses
terjadi lebih tua atau lebih muda dari
gejala dan proses geologi yang lain. Untuk
penetapan waktu secara nisbi ini
digunakan beberapa hukum stratigrafi,
mulai dari hukum Superposisi, Initial
horizontality, Cross-cutting
relationship, Intrusi dan Inklusi.

Hukum Superposisi : Dalam keadaan


belum terganggu, dalam suatu urutan
perlapisan maka lapisan yang terbentuk
terdahulu (lebih tua) akan berada di
bawah sedangkan lapisan yang terbentuk
kemudian (lebih muda) akan berada di
atasnya.

Hukum Initial horizontality : Pada awal


proses kejadiannya, perlapisan batuan
pada umumnya akan menempati posisi
horisontal, sehingga kalau dijumpai
perlapisan sudah dalam posisi miring,
maka perlapisan tersebut sudah
mengalami proses tektonik (gerakan kulit
bumi) yang memiringkan perlapisan
tersebut, dengan beberapa perkecualian.

Hukum Cross-cutting relationship :


Apabila suatu urutan perlapisan terpotong
oleh sesar / patahan, maka sesar tersebut
berumur lebih muda dari perlapisan
termuda yang mengalami penyesaran dan
lebih tua dari lapisan tertua yang tidak
mengalami penyesaran tersebut.

Hukum Intrusi : Apabila suatu urutan


perlapisan terpotong batuan terobosan
(intrusi), maka batuan pengintrusi tersebut
berumur lebih muda dari perlapisan
termuda yang mengalami penerobosan
dan lebih tua dari lapisan tertua yang tidak
mengalami penerobosan tersebut.

Hukum Inklusi : Apabila suatu fragmen


batuan masuk kedalam bodi batuan lain
sebagai inklusi, maka batuan yang
menjadi inklusi tersebut lebih tua dari
batuan yang diinklusinya.

Berdasar pemanfaatan hukum-hukum tersebut


maka sebagai hasilnya dapat diketahui urutan
kejadian dari bebatuan yang ada di suatu
tempat, sehingga urutan posisinya dapat
digambarkan dengan baik. Gambar dari urutan
posisi batuan di lapangan disebut sebagai kolom
stratigrafi dari suatu tempat. Disamping itu
secara nisbi dapat pula diketahui kapan
terjadinya proses lain yang ada di tempat
tersebut misalnya kalau di suatu tempat ada
batuan yang mengalami penyesaran
(pematahan), perlipatan, intrusi (penerobosan),
pengangkatan dan erosi, maka secara nisbi
proses tersebut dapat ditentukan kapan
terjadinya.

Prinsip pengurutan secara nisbi inilah yang


mengawali proses geokronologi dari batuanbatuan di bumi. Kolom-kolom semula dibuat
secara lokal disuatu tempat kemudian dicari
hubungan kesamaannya (dikorelasikan) dengan
kolom di tempat lain. Proses korelasi lokal ini
kemudian diperluas menjadi korelasi regional
dan akhirnya korelasi secara global. Dalam
urutan tersebut terdapat bagian-bagian yang
khas berasal dari satu tempat. Oleh karenanya
nama urutan tersebut diberikan sesuai dengan
nama tempat terdapatnya urutan yang khas
tersebut.

Sebagai contoh salah satu urutan batuan


tua dijumpai di Wales (Inggeris), tempat
dimana dulu tinggal suku Cambria. Oleh
karena itu urutan batuan yang khas
seperti itu, baik yang berada di Cambria
maupun yang juga dijumpai di tempat lain
selanjutnya disebut sebagai perlapisan
Cambrian. Ditempat lain juga di Inggeris
dijumpai batuan khas yang tersingkap
(muncul dan dapat diamati) di tempat
yang dulu ditempati suku Ordovicic.

Urutan khas itu disebut sebagai perlapisan


Ordovician. Selanjutnya di tempat yang dulu
ditempati oleh suku Silur, terdapat urutan batuan
yang khas, yang kemudian disebut sebagai
perlapisan Silurian. Setelah ke tiga tempat
tersebut dikorelasikan terutama dengan
mengggunakan hukum Superposisi, diketahui
bahwa Cambrian terletak di bawah Ordovician
dan Silurian terletak di atas Ordovician. Dengan
demikian di sekitar Wales dijumpai urutan
perlapisan Cambrian, Ordovician dan kemudian
Silurian.

Setelah korelasi dilakukan dengan tempat


lain, baik di Inggeris maupun di luar
Inggeris, maka diketahui bahwa urutan
yang khas seperti di Inggeris tersebut juga
dijumpai di tempat lain. Oleh karena itu
nama urutan Cambrian, Ordovician,
Silurian juga digunakan di tempat lain.
Begitulah seterusnya, sehingga urutan
dari batuan yang tua hingga yang paling
muda dapat diketahui namanya (lihat
Tabel 2, 3 dan 4).

Setelah urutan batuan secara global


diketahui, secara perlahan nama tempat
asal urutan tersebut berubah menjadi
nama jaman geologi. Sehingga urutan
batuan yang khas seperti di Cambrian
kemudian disebut sebagai batuan yang
mewakili jaman Cambrian. Demikian pula
untuk nama-nama lain, sehingga nama
yang umumnya berasal dari nama tempat
kemudian berubah menjadi nama jaman.

Pada waktu seluruh urutan itu telah selesai


diketahui pada pertengahan abad ke 19, orang
belum menyadari berapa umur urutan batuan
tersebut jika diukur dalam sekala waktu yang
umum yaitu tahun. Pada saat itu baru disadari
bahwa batuan yang berasal dari suatu jaman
tertentu mengandung kumpulan fosil yang
tertentu, yang lain dari fosil yang terkandung
dalam batuan yang berasal dari jaman geologi
yang lain. Secara individual kemudian juga
diketahui bahwa beberapa fosil terdapat pada
beberapa batuan yang berasal dari beberapa
jaman geologi yang berurutan.

Fosil yang demikian disebut sebagai fosil yang


mempunyai kisaran yang panjang. Dilain pihak
beberapa spesies fosil tertentu ternyata hanya
terdapat pada batuan yang berasal dari satu
jaman geologi tertentusaja, atau bahkan hanya
berasal dari sebagian jaman tertentu. Fosil yang
demikian disebut sebagai fosil dengan kisaran
yang pendek. Fosil seperti ini disebut sebagai
fosil indeks atau fosil penunjuk waktu geologi. Di
bawah ini diberikan contoh beberapa fosil
dengan kisarannya.

Trilobita berkisaran panjang, mulai Cambrian


hingga Permian.
Dinosaurus sebagai kelompok berkisaran
panjang, mulai Permian hingga Kapur
Tyranosaurus rex sebagai salah satu spesies
Dinosaurus berkisaran pendek, hanya pada
Jaman Kapur saja.
Nummulites berkisaran pendek, hanya pada
Eosen akhir saja.
Homo (Pithecanthropus) erectus berkisaran
pendek, hanya dari Pleistosen awal hingga
Pleistosen akhir saja.
Kecoa dan capung berkisaran sangat panjang,
sudah mulai muncul sejak Jaman Karbon hingga
masa sekarang (Holosen) masih ada.

Para ahli fosil, yang dikenal sebagai ahli


paleontologi, kemudian setelah meneliti isi fosil
dari lapisan batuan batuan yang berbeda-beda
umurnya berkesimpulan bahwa batuan yang
lebih tua mengandung fosil yang lebih sedikit,
bentuknya lebih primitip. Semakin muda umur
batuannya, isi fosilnya semakin banyak dan
strukturnya semakin canggih. Dari sini kemudian
para ahli tersebut berkesimpulan bahwa
organisme yang pernah ada di bumi kita ini
mengalami perkembangan, mulai dari
sederhana menunju ke bentuk yang lebih
kompleks dalam waktu yang sangat lama.

Hal ini yang kemudian dikembangkan oleh ahli


biologi sebagai teori evolusi organisme. Hal lain
yang penting adalah bahwa batuan yang
mengandung fosil yang mudah diperiksa
hanyalah dari batuan Cambrian ke arah yang
lebih muda. Batuan yang lebih tua dari
Cambrian (yang biasa disebut sebagai batuan
PreCambrian), walaupun ternyata juga
mengandung fosil, tetapi fosilnya sangat kecil,
sangat primitif dan tak terlihat oleh mata biasa
serta memerlukan peralatan khusus untuk dapat
menemukannya.

Menjelang akhir abad ke 19, prinsip


radioaktifitas mulai ditemukan. Berdasar prinsip
ini, unsur-unsur di alam yang tidak stabil
meluruh (membusuk), mengeluarkan sinar
radioaktif dan secara pelahan tapi pasti
berubah menjadi unsur lain yang lebih stabil.
Peluruhan ini melewati apa yang disebut
sebagai waktu paruh (half-life) yang bersifat
konstan untuk setiap unsur. Waktu paruh
adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu
mineral instanbil (radioaktif) untuk meluruh
sehingga 50% nya sudah berubah menjadi
mineral stabil.

Di bawah ini diberikan contoh beberapa unsur


dan waktu paruhnya :
Uranium (U) 238 : waktu paruh 4510 juta tahun,
meluruh menjadi timbal (Pb) 206
Uranium (U) 235 : waktu paruh 710 juta tahun,
meluruh menjadi timbal (Pb) 207
Thorium (Th) 238 : waktu paruh 13900 juta
tahun, meluruh menjadi timbal (Pb) 208
Rubidium (Rb) 87 : waktu paruh 4700 juta
tahun, meluruh menjadi Strontium (Sr) 206

Prinsip ini kemudian dimanfaatkan oleh para ahli


geologi yang menyadari bahwa pada batuanbatuan tertentu terdapat mineral tertentu yang
mengandung unsur yang sedang meluruh.
Dengan menghitung prosentase massa unsur
yang telah meluruh dibandingkan dengan massa
unsur asalnya dikalikan dengan waktu paruh
untuk unsur tersebut, maka dapat diketahui
waktu yang telah dilampaui semenjak unsur itu
mulai meluruh hingga saat ini, saat pengukuran
dilakukan.

Oleh karena unsur radioaktif segera mulai


meluruh begitu unsur tersebut terbentuk, maka
perhitungan lamanya proses peluruhan tersebut
dianggap sama dengan umur batuan yang
mengandung unsur tersebut. Umur ini
dinyatakan dalam jutaan tahun. Penetapan umur
geologi dengan proses peluruhan ini dikenal
sebagai proses penetapan waktu geologi
(pertanggalan atau pentarihan) secara mutlak
yang menghasilkan umur mutlak, dinyatakan
dalam angka jutaan tahun.

Dengan ditemukannya metode


pertanggalan secara absolut tersebut
maka Skala waktu Geologi yang semula
hanya berisi nama-nama Jaman,
kemudian ditentukan waktu absolutnya.
Penetapan waktu ini mula-mula terutama
dilakukan untuk mengetahui umur batas
jaman. Hasil penetapannya terlihat pada
tabel 1 sampai 3.

Dengan demikian kalau ada suatu batuan atau


fosil yang setelah dilakukan pertanggalan
menghasilkan umur mutlak 23 juta tahun, maka
dapat diketahui bahwa contoh yang diperiksa
tersebut berasal dari kala (anak jaman) Miosen
awal, karena kala Miosen mulai dari 25 hingga 5
juta tahun yang lalu. Dengan cara seperti inilah
orang kemudian mengetahui bahwa Gunung
Merapi mulai ada dan aktif sejak akhir kala
Pliosen, karena dari contoh-contoh batuan G.
Merapi yang diperiksa secara pertanggalan
radioaktif, yang tertua didapatkan hasil 3 juta
tahun.

Namun perlu disadari bahwa pertanggalan


mutlak itu lebih rumit, lebih lama
prosesnya dan biayanya mahal. Oleh
karena itu untuk penentuan umur batuan
lebih ekonomis dilakukan dengan
menggunakan data fosil, baru kemudian
dicross-check dengan metoda umur
mutlak.

Tabel 1 : Sekala waktu geologi sejak terbentuknya bumi hingga saat ini

WAKTU GEOLOGI
0

KENOZOIK

MESOZOIK

65
245

PALEOZOIK
570

PROTEROZOIK
2500

ARCHEOZOIK
4600

Tabel 2 : Jaman Geologi pada Masa Paleozoik

KURUN PALEOZOIK
245

MESOZOIK
PERM
KARBON
DEVON
SILUR
ORDOVICIAN

570

CAMBRIAN

286
360
408
438
505

PRE CAMBRIAN (PROTEROZOIK & ARCHEOZOIK)

Tabel 3 : Jaman Geologi pada Masa Mesozoik

KURUN MESOZOIK
MESOZOIK
KURUN
65

KENOZOIK
KAPUR
(CRETACEOUS)

100
JURA
210
TRIAS
245
PALEOZOIK

Tabel 4 : Jaman Geologi pada Masa Kenozoik


0

KURUN KENOZOIK
HOLOSEN
PLEISTOSEN
PLIOSEN

0,011
2
5

MIOSEN
25

OLIGOSEN
38

EOSEN
65

PALEOSEN

MESOZOIK

554

Anda mungkin juga menyukai