Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH EVOLUSI

EVOLUSI MAKHLUK HIDUP DALAM SKALA WAKTU GEOLOGIS


(Relevansi dengan Asal Usul Kehidupan)

OLEH :
Farihatul Laili

(12030204013)

Ira Ari Nuraini

(12030204024)

Shafira Dyah Luckynita

(12030204213)

Ani Setyawati

(12030204253)

PENDIDIKAN BIOLOGI B 2012

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI

Page | 1

A. Skala Waktu Geologis


Pada dasarnya bumi secara konstan berubah dan tidak ada satupun yang
terdapat diatas permukaan bumi yang benar-benar bersifat permanen. Bebatuan
yang berada diatas bukit mungkin dahulunya berasal dari bawah laut. Oleh
karena itu untuk mempelajari bumi maka dimensi waktu menjadi sangat
penting, dengan demikian mempelajari sejarah bumi juga menjadi hal yang
sangat penting pula. Ketika kita berbicara tentang catatan sejarah manusia,
maka biasanya ukuran waktunya dihitung dalam tahun, atau abad atau bahkan
puluhan abad, akan tetapi apabila kita berbicara tentang sejarah bumi, maka
ukuran waktu dihitung dalam jutaan tahun atau milyaran tahun. Waktu
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari.
Catatan waktu biasanya disimpan dalam suatu penanggalan (kalender) yang
pengukurannya didasarkan atas peredaran bumi di alam semesta. Sekali bumi
berputar pada sumbunya (satu kali rotasi) dikenal dengan satu hari, dan setiap
sekali bumi mengelilingi Matahari dikenal dengan satu tahun.Sama halnya
dengan perhitungan waktu dalam kehidupan manusia, maka dalam mempelajari
sejarah bumi juga dipakai suatu jenis penanggalan, yang dikenal dengan nama
Skala Waktu Geologi.
Skala waktu geologi digunakan oleh para ahli geologi dan ilmuwan
untuk menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi sepanjang
sejarah Bumi. Waktu geologi adalah skala waktu yang meliputi seluruh sejarah
geologi bumi dari mulai terbentuknya hingga saat ini. Sebelum perkembangan
dari skala waktu geologi pada abad ke-19, para ahli sejarah mengetahui bahwa
bumi memiliki sejarah yang panjang, namun skala waktu yang digunakan
sekarang dikembangkan sejak 200 tahun terakhir dan terus-menerus diperbaiki.
Skala waktu geologi membantu para ilmuwan memahami sejarah bumi dalam
bagian-bagian waktu yang teratur.
Skala waktu geologi yang ditetapkan oleh International Union of
Geological Sciences (IUGS) pada tahun 2004 membagi sejarah bumi ke dalam
beberapa interval waktu yang berbeda-beda panjangnya dan terukur dalam
satuan tahun kalender. Interval terpanjang adalah Kurun. Setiap Kurun terbagi

Page | 2

menjadi beberapa Masa. Setiap Masa terdiri dari beberapa Zaman, dan Zaman
terbagi menjadi beberapa Kala.
Skala Waktu Geologi berbeda dengan penanggalan yang kita kenal
sehari-hari. Skala waktu geologi dapat diumpamakan sebagai sebuah buku
yang tersusun dari halaman-halaman, dimana setiap halaman dari buku tersebut
diwakili oleh batuan. Beberapa halaman dari buku tersebut kadangkala hilang
dan halaman buku tersebut tidak diberi nomor, namun demikian kita masih
dapat membaca buku tersebut karena ilmu geologi menyediakan alat kepada
kita untuk membantu membaca buku tersebut.
Sebelum adanya pentarikhan radiometri, yang mengukur kandungan
unsur radioaktif dalam suatu objek untuk menentukan umurnya, para ilmuwan
memperkirakan umur bumi berkisar dari 4,000 tahun hingga ratusan juta tahun.
Saat ini, diketahui bahwa umur bumi adalah sekitar 4.6 milyar tahun. Skala
waktu geologi saat ini dibuat berdasarkan pada pentarikhan radiometri dan
rekaman kehidupan purba yang terawetkan di dalam lapisan batuan. Sebagian
besar batas pada skala waktu geologi sekarang berhubungan dengan periode
kepunahan dan kemunculan spesies baru.
Terdapat 2 skala waktu yang dipakai untuk mengukur dan menentukan
umur Bumi. Pertama, adalah Skala Waktu Relatif, yaitu skala waktu yang
ditentukan berdasarkan atas urutan perlapisan batuan-batuan serta evolusi
kehidupan organisme dimasa yang lalu; Kedua adalah Skala Waktu Absolut
(Radiometrik), yaitu suatu skala waktu geologi yang ditentukan berdasarkan
pelarikan radioaktif dari unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bebatuan.
Skala relatif terbentuk atas dasar peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
perkembangan ilmu geologi itu sendiri, sedangkan skala radiometri (absolut)
berkembang belakangan dan berasal dari ilmu pengetahuan fisika yang
diterapkan untuk menjawab permasalahan permasalahan yang timbul dalam
bidang geologi.
Sudah sejak lama sebelum para ahli geologi dapat menentukan umur
bebatuan berdasarkan angka seperti saat ini, mereka mengembangkan skala
waktu geologi secara relatif. Skala waktu relatif dikembangkan pertama kalinya
di Eropa sejak abad ke 18 hingga abad ke 19. Berdasarkan skala waktu relatif,

Page | 3

sejarah bumi dikelompokkan menjadi Eon (Kurun) yang terbagi menjadi Era
(Masa), Era dibagi-bagi kedalam Period (Zaman), dan Zaman dibagi bagi
menjadi Epoch (Kala). Nama-nama seperti Paleozoikum atau Kenozoikum
tidak hanya sekedar kata yang tidak memiliki arti, akan tetapi bagi para ahli
geologi, kata tersebut mempunyai arti tertentu dan dipakai sebagai kunci dalam
membaca skala waktu geologi. Sebagai contoh, kata Zoikum merujuk pada
kehidupan binatang dan kata Paleo yang berarti purba, maka arti kata
Paleozoikum adalah merujuk pada kehidupan binatang-binatang purba, Meso
yang mempunyai arti tengah/pertengahan, dan Keno yang berarti sekarang.
Sehingga urutan relatif dari ketiga kurun tersebut adalah sebagai berikut:
Paleozoikum,

kemudian

Mesozoikum, dan kemudian

disusul dengan

Kenozoikum. Sebagaimana diketahui bahwa fosil adalah sisa-sisa organisme


yang masih dapat dikenali, seperti tulang, cangkang, atau daun atau bukti
lainnya seperti jejak-jejak (track), lubang-lubang (burrow) atau kesan daripada
kehidupan masa lalu diatas bumi. Para ahli kebumian yang khusus mempelajari
tentang fosil dikenal sebagai Paleontolog, yaitu seseorang yang mempelajari
bentuk- bentuk kehidupan purba. Fosil dipakai sebagai dasar dari skala waktu
geologi. Nama-nama dari semua Eon (Kurun) dan Era (Masa) diakhiri dengan
kata zoikum, hal ini karena kisaran waktu tersebut sering kali dikenal atas dasar
kehidupan binatangnya. Batuan yang terbentuk selama Masa Proterozoikum
kemungkinan mengandung fosil dari organisme yang sederhana, seperti
bacteria dan algae. Batuan yang terbentuk selama Masa Fanerozoikum
kemungkinan mengandung fosil fosil dari binatang yang komplek dan tanaman
seperti dinosaurus dan mamalia.
Sejarah kehidupan dibumi dapat diungkap melalui fosil. Fosil telah
menjadi bukti yang paling kuat untuk menjelaskan tentang kejadian
makroevolusi. Makroevolusi merupakan perubahan dalam skala besar diatas
tingkatan spesies yang berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama.
Kebanyakan fosil ditemukan tertanam dalam batuan sedimen. Melalui proses
alami yang panjang, sedimen-sedimen dapat tersusun secara berlapis-lapis
membentuk strata (tingkatan). Setiap lapisan strata, disebut catatan fosil

Page | 4

berguna bagi ilmuwan untuk menjelaskan sejarah kehidupan dibumi. Studi


khusus yang mempelajari catatan fosil disebut paleontology.
Umur fosil dapat dihitung dengan cara menentukan umur relative dan
umur absolute. Umur relative ditentukan berdasarkan letak fosil di dalam strata.
Seluruh strata yang mengandung fosil yang di anggap mempunyai umur yang
sama. Berdasarkan fosil-fosil yang telah ditemukan dan ditentukan usianya,
para ahli geologi membagi sejarah kehidupan di bumi sebagi berikut:
Kurun Prekambria, meliputi:
1. Kurun Arkeozoikum (4,5 - 2,5 milyar tahun lalu)
2. Kurun Proterozoikum (2,5 milyar - 290 juta tahun lalu)
Kurun Fanerozoikum adalah kurun yang sudah ada kehidupan yang nyata.
1. Masa Paleozoikum, meliputi:
Zaman Kambrium (590-500 juta tahun lalu)
Zaman Ordovisium (500 - 440 juta tahun lalu)
Zaman Silur (440 - 410 juta tahun lalu)
Zaman Devon (410-360 juta tahun lalu)
Zaman Karbon (360 - 290 juta tahun lalu)
Zaman Perm (290 -250 juta tahun lalu)
2. Masa Mesozoikum, meliputi:
Zaman Trias (250-210 juta tahun lalu)
Zaman Jura (210-140 juta tahun lalu)
Zaman Kapur (140-65 juta tahun lalu)
3. Masa Kenozoikum, meliputi:
Zaman Tersier (65 - 1,7 juta tahun lalu)
Zaman Kuarter (1,7 juta tahun lalu - sekarang)
B. Evolusi makhluk hidup dalam skala waktu geologis
Bumi berdasarkan pengetahuan terbaru dibentuk pada 4560 Ma (million
years ago). Kambrium dimulai pada 542 Ma (Enoch, 1966). Maka, praKambrium berlangsung dari 4560-542 Ma, atau meliputi sekitar 7/8 sejarah
Bumi. Kurun Fanerozoikum (Phanerozoic) 542 Ma-sekarang adalah kurun
biostratigrafi, dimulai dengan melimpahnya fosil akibat Cambrian Explosion
terus sampai ke masa Kenozoikum. Pembagiannya ke dalam kurun,masa,
zaman, dan kala adalah didasarkan kepada biostratigrafi. Sementara itu,
pembagian waktu pra-Kambrium didasarkan kepada geokronometri isotopisotop radioaktif pada mineral, batuan, dan kerak yang ditemui.
Page | 5

Secara garis besar waktu geologi dibagi menjadi tiga kurun (eon) yaitu
Arkeozoikum (Archean), Proterozoikum, dan Fanerozoikum. Pra-Kambrium
bukan istilah stratigrafi normal di dalam Skala Waktu Geologi, ia hanya
menunjuk kepada semua batuan dan peristiwa sebelum Kambrium. PraKambrium meliputi Kurun Arkeozoikum dan Kurun Proterozoikum. Kurun
Fanerozoikum bersamaan dengan daur superkontinen yang paling baru
urutan-urutan peristiwa geologi yang dapat dipahami dengan baik tentang
bagaimana Pangaea tersusun dan terpisah-pisah kembali. Kurun ini juga
bersamaan dengan periode ketika kehidupan multisel mengalami diversifikasi
dan proliferasi yang luar biasa besarnya. Maka, tak mengherankan bila skala
waktu geologi Kurun Fanerozoikum dapat ditetapkan dengan detail, secara
global saling berkorelasi, yang metode kronostratigrafinya dikawal dengan
ketat oleh data biostratigrafi, isotop, dan magnetostratigrafi.
Berikut ini akan dijabarkan urutan skala waktu geologis beserta
peristiwa-peristiwa evolusi makhluk hidup yang terjadi di dalamnya:
1. Kurun Arkeozoikum (4,5 2,5 milyar tahun lalu)
Arkeozoikum artinya Kurun Kehidupan purba. Kurun Arkeum
dibagi menjadi empat masa (era) : Eoarkeum (-3600 Ma), Paleoarkeum
(3600-3200 Ma), Mesoarkeum (3200-2800 Ma), dan Neoarkeum (28002500 Ma). Tidak ada lagi pembagian lebih lanjut (zaman-period, kalaepoch, tingkat-stage). Batas bawah Arkeum tidak diketahui, batas atasnya
2500 Ma. Arkeum tak punya batas bawah sebab mandala (terrane) geologi
yang primitif yang mewakili masa ini masih terus dicari, batuan dan
mineral tertua di Bumi masih terus dicari dan umur-umur yang telah
ditemukan terus bertambah semakin tua.
Kurun Arkeozoikum (Arkean) merupakan masa awal pembentukan
batuan kerak bumi yang kemudian berkembang menjadi protokontinen.
Kerak bumi terbentuk setelah pendinginan bagian tepi dari balon bumi
(bakal calon bumi). Plate tectonic / Lempeng tektonik yang menyebabkan
gempa itu terbentuk pada masa ini. Lingkungan hidup saat itu tentunya
mirip dengan lingkungan disekitar mata-air panas.
Batuan masa ini ditemukan di beberapa bagian dunia yang lazim
disebut kraton/perisai benua. Batuan tertua tercatat berumur kira-kira

Page | 6

3.800.000.000 tahun. Kurun ini juga merupakan awal terbentuknya


Indrorfer dan Atmosfer serta awal muncul kehidupan primitif di dalam
samudera berupa mikro-organisme (bakteri dan ganggang). Fosil tertua
yang telah ditemukan adalah fosil Stromatolit dan Cyanobacteria dengan
umur kira-kira 3.500.000.000 tahun (Darwin, 2002).
Kurun arkeozoikum memiliki ciri-ciri kulit bumi yang masih panas
dan belum stabil, hal ini karena masih memiliki temperatur yang sangat
tinggi. Pada kurun arkeozoikum diperkirakan belum adanya tanda-tanda
kehidupan. Bumi masih dalam suatu proses pembentukan menjadi padat.

Gambar 1. Kondisi bumi pada kurun Arkeozoikum

2. Kurun Proterozoikum (2,5 milyar 290 juta tahun lalu)


Proterozoikum

artinya

masa

kehidupan

awal.

Kurun

Proterozoikum bermula pada 2500 Ma dan berakhir pada 542 Ma (batas


bawah Kambrium). Kurun ini dibagi ke dalam tiga masa, dari tua ke muda
meliputi Paleoproterozoikum (2500 -1600 Ma, dibagi lagi menjadi zaman :
Siderium, Riasium, Orosirium, Staterium); Mesoproterozoikum (16001000 Ma, dibagi lagi menjadi zaman : Kalimium, Ektasium, Stenium); dan
Neoproterozoikum (1000-542 Ma, dibagi lagi menjadi zaman : Tonium,
Kriogenium, Ediakarium).
Kurun Proterozoikum merupakan awal terbentuknya hidrosfer dan
atmosfer. Pada kurun ini kehidupan mulai berkembang dari organisme
bersel tunggal menjadi bersel banyak (enkaryotes dan prokaryotes).
Enkaryotesini bakal menjadi tumbuhan dan prokaryotes nantinya bakal
menjadi binatang. Proterozoikum punya potensi biostratigrafi yang lebih
baik daripada Arkeum karena hadirnya stromatolit mikroorganisme
Page | 7

simbiose ganggang dan bakteri yang aktivitas metabolisme dan


pertumbuhannya di laut telah menyebabkan penjebakan sedimen,
pengikatan, dan pengendapan membentuk struktur-struktur seperti lapisan,
sembulan, atau kubah. Selain stromatolit yang sepanjang Proterozoikum
berubah pola dan susunannya bergantung kepada lingkungannya, potensi
biostratigrafi Proterozoikum datang dari fosil-fosil eukariotik seperti
acritarch (spora alga) yang digunakan untuk mengkorelasikan zamanzaman di Neoproterozoikum. Fosil paling terkenal pada kurun ini adalah
kelompok fosil Ediakara yang muncul pada ujung Proterozoikum
memasuki Kambrium sehingga namanya menjadi nama zaman paling
terakhir (Ediacaran) di Kurun Proterozoikum. Meskipun demikian,
biostratigrafi di sini lebih menunjukkan lingkungannya daripada umurnya.
Kurun Proterozoikum pun dikenal dengan pernah hadirnya dua
superkontinen sebelum Pangaea, yaitu Rodinia pada Mesoproterozoikum
dan Pannotia pada Neoproterozoikum. Keberadaan kedua superkontinen
ini didasarkan kepada data geokronologi, paleomagnetisme dan penafsiran
petro-tektonik. Menjelang akhir masa ini organisme lebih kompleks, jenis
invertebrata bertubuh lunak seperti ubur-ubur, cacing dan koral mulai
muncul di laut-laut dangkal, yang bukti-buktinya dijumpai sebagai fosil
sejati pertama.
3. Masa Paleozoikum
Era paleozoik berlangsung selama lebih dari 300 juta tahun.
Keadaan bumi belum stabil, iklim msih berubah-ubah dan curah hujan
sangat besar. Pada zaman inilah dimulainya tanda-tanda kehidupan dimulai
dengan makhluk-makhluk bersel satu (mikroorganisme) dan hewan-hewan
tak bertulang punggung, jenis-jenis ikan, ganggang, serta rumputrumputan. Semua ini diketahui dari sisa-sisanya yang disebut fosil. Zaman
ini disebut juga zaman primer (zaman pertama). Beberapa kejadian
penting yang terjadi dalam kurun waktu tersebut adalah tiga kepunahan
masa utama. Kepunahan adalah total hilangnya seluruh anggota spesies
atau kelompok takson yang lebih tinggi. Kepunahan massa adalah
kepunahan dalam jumlah besar yang di alami spesies atau kolompok
Page | 8

takson lebih tinggi yang tejadi dalam kurun waktu hanya beberapa juta
tahun. Zaman paleozoikum juga disebut zaman primer atau zaman
pertama.

Gambar 2. Binatang yang hidup zaman Paleozoikum

Zaman Kambrium (590-500 juta tahun lalu)


Kambrium berasal dari kata Cambria nama latin untuk daerah
Wales, dimana batuan berumur kambrium pertama kali dipelajari. Banyak
hewan invertebrata mulai muncul pada zaman Kambrium. Hampir seluruh
kehidupan berada di lautan. Hewan zaman ini mempunyai kerangka luar
dan cangkang sebagai pelindung. Fosil yang umum dijumpai dan
penyebarannya luas adalah, Alga, Cacing, Sepon, Koral, Moluska,
Ekinodermata, Brakiopoda dan Artropoda (Trilobit). Sebuah daratan yang
disebut Gondwana (sebelumnya pannotia) merupakan cikal bakal
Antartika, Afrika, India, Australia, sebagian Asia dan Amerika Selatan.
Sedangkan Eropa, Amerika Utara, dan Tanah Hijau masih berupa benuabenua kecil yang terpisah.
Kelimpahan makhluk hidup yang di temukan pada peride ini
kemungkinan berhubungan dengan evolusi skeleton (rangka). Hal tersebut
di tunjukan oleh fosil hewan ditemukan yang mempunyai skleton
pelindung di sebelah luar. Dalam masa Palezoikum mulai terjadi
penguasaan daratan oleh makhluk hidup. Alga yang semula hidup di laut
mulai berpindah ke perairan dangkal dan akhirnya menginvasi daratan
yang lembap. Bentuk kehidupan akar tumbuhan dan jamur di daratan
membentuk mikoriza. Adanya mikoriza memungkinkan tumbuhan dapat

Page | 9

tumbuh pada batuan. Beberapa jenis invertebrata yang lebih dulu muncul
di daratan di bandingkan yang lain adalah laba-laba, sentipoda, dan
milipoda.

Zaman Ordovisium (500 440 juta tahun lalu)


Zaman Ordovisium dicirikan oleh munculnya ikan tanpa rahang
(hewan bertulang belakang paling tua) dan beberapa hewan bertulang
belakang yang muncul pertama kali seperti Tetrakoral, Graptolit, Ekinoid
(Landak Laut), Asteroid (Bintang Laut), Krinoid (Lili Laut) dan Bryozona.
Koral dan Alaga berkembang membentuk karang, dimana trilobit dan
Brakiopoda mencari mangsa. Graptolit dan Trilobit melimpah, sedangkan
Ekinodermata dan Brakiopoda mulai menyebar. Meluapnya Samudra dari
Zaman Es merupakan bagian peristiwa dari zaman ini. Gondwana dan
benua-benua lainnya mulai menutup celah samudera yang berada di
antaranya.

Zaman Silur (440 410 juta tahun lalu)


Zaman silur merupakan waktu peralihan kehidupan dari air ke
darat. Tumbuhan darat mulai muncul pertama kalinya termasuk Pteridofita
(tumbuhan paku). Sedangkan Kalajengking raksasa (Eurypterid) hidup
berburu di dalam laut. Ikan berahang mulai muncul pada zaman ini dan
banyak ikan mempunyai perisai tulang sebagai pelindung. Selama zaman
Silur, deretan pegunungan mulai terbentuk melintasi Skandinavia,
Skotlandia dan Pantai Amerika Utara.

Zaman Devon (410-360 juta tahun lalu)


Zaman Devon merupakan zaman perkembangan besar-besaran
jenis ikan dan tumbuhan darat. Ikan berahang dan ikan hiu semakin aktif
sebagai pemangsa di dalam lautan. Serbuan ke daratan masih terus
berlanjut selama zaman ini. Hewan Amfibi berkembang dan beranjak
menuju daratan. Tumbuhan darat semakin umum dan muncul serangga

Page | 10

untuk pertama kalinya. Samudera menyempit sementara, benua Gondwana


menutupi Eropa, Amerika Utara dan Tanah Hijau (Green Land).
Semasa periode Devon, ikan pertama kali berevolusi dan memiliki
kaki serta mulai berjalan di darat sebagai tetrapoda sekitar 365 juta tahun
yang lalu.Tumbuhan berbiji pertama tersebar di daratan kering dan
membentuk hutan yang luas. Di laut, hiu primitif berkembang lebih
banyak dibanding periode Silur dan Ordovisium akhir. Ikan bersiripcuping

(lobe-finned,

Sarcopterygii),

ikan

bertulang

(bony

fish,

Osteichthyes) serta moluska amonite muncul untuk pertama kalinya.


Trilobit, brachiopoda mirip moluska, dan terumbu karang besar juga masih
sering ditemukan.

Kepunahan Devon Akhir sangat mempengaruhi

kehidupan laut. Paleogeografi didominasi oleh superbenua didominasi


oleh superbenua Gondwana di selatan, benua Siberia di utara, serta
pembentukan awal superbenua Euramerika di bagian tengah.

Gambar 3. Kondisi pada zaman Devon

Zaman Karbon (360 290 juta tahun lalu)


Nama "karbon" diberikan karena adanya lapisan tebal kapur pada
periode ini yang ditemukan di Eropa Barat. Dua pertiga masa awal periode
ini disebut subperiode Mississippian dan sisanya disebut subperiode
Pennsylvanian. Pohon-pohon konifer muncul pada periode yang penting
ini. Reptilia muncul pertama kalinya dan dapat meletakkan telurnya di luar
air. Serangga raksasa muncul dan ampibi meningkat dalam jumlahnya.
Pohon pertama muncul, jamur Klab, tumbuhan ferm dan paku ekor kuda
tumbuh di rawa-rawa pembentuk batubara.

Page | 11

Pada zaman ini benua-benua di muka bumi menyatu membentuk


satu masa daratan yang disebut Pangea, mengalami perubahan lingkungan
untuk berbagai bentuk kehidupan. Di belahan bumi utara, iklim tropis
menghasilkan secara besar-besaran, rawa-rawa yang berisi dan sekarang
tersimpan sebagai batubara.

Gambar 4. Kondisi pada zaman Karbon

Zaman Perm (290 -250 juta tahun lalu)


Perm adalah nama sebuah propinsi tua di dekat pegunungan
Ural, Rusia. Reptilia meningkat dan serangga modern muncul, begitu juga
tumbuhan konifer dan Grikgo primitif. Hewan Ampibi menjadi kurang
begitu berperan. Zaman perm diakhiri dengan kepunahan micsa dalam
skala besar, Tribolit, banyak koral dan ikan menjadi punah. Benua Pangea
bergabung bersama dan bergerak sebagai satu massa daratan, Lapisan es
menutup Amerika Selatan, Antartika, Australia dan Afrika, membendung
air dan menurunkan muka air laut. Iklim yang kering dengan kondisi
gurun pasir mulai terbentuk di bagian utara bumi.

4. Masa Mesozoikum
Mesozoikum (Bahasa Yunani: meso, "antara" dan zoon, "hewan"
atau berarti "hewan pertengahan") adalah salah satu dari tiga era geologi
pada eon Fanerozoikum. Pembagian waktu menjadi era ini diawali oleh
Giovanni Arduino pada abad ke-18, walaupun nama asli yang
diberikannya untuk Mesozoikum adalah Sekunder (menjadikan era
modern menjadi Tersier). Era yang berlangsung antara Paleozoikum dan

Page | 12

Kenozoikum ini sering pula disebut Zaman Kehidupan Pertengahan atau


Zaman Dinosaurus, mengikuti nama fauna yang dominan pada masa itu.
Mesozoikum ditandai dengan aktivitas tektonik, iklim, dan evolusi.
Benua-benua secara perlahan mengalami pergeseran dari saling menyatu
satu sama lain menjadi seperti keadaannya saat ini. Pergeseran ini
menimbulkan spesiasi dan berbagai perkembangan evolusi penting
lainnya. Iklim hangat yang terjadi sepanjang periode juga memegang
peranan penting bagi evolusi dan diversifikasi spesies hewan baru. Pada
akhir zaman ini, dasar-dasar kehidupan modern terbentuk (Campbell,
2008).
Zaman mesozoikum disebut juga sebagai zaman sekunder atau
zaman kedua. Zaman mesozoikum mulai ditandai dengan terbentuknya
cekungan laut atau geosinklinal yang terisi oleh endapan yang tebal serta
meluasnya tumbuhan berjenis paku-pakuan. Pada zaman mesozoikum,
iklim semakin membaik, walaupun suhu terkadang masih berubah-ubah,
curah hujan sudah mulai berkurang, sungai besar dan danau banyak yang
mengalami kekeringan, muncul pohon-pohon besar dan hewan yang
banyak hidup di darat. Munculnya reptil yang sangat besar seperti
dinosaurus (12 meter), tiranosaurus (30 meter), serta ada pula yang
memiliki sayap dan mampu terbang. Oleh karena itu, zaman mesozoikum
disebut juga sebagai zaman reptil.
Pada masa ini lautan membanjiri Amerika barat daya menyebabkan
pecahnya Pangaea dan memulai pembentukan samudera Atlantik.
Lempeng Amerika utara mulai menggeser lempeng Pasifik sehingga
Pegunungan di Amerika Barat daya mulai terbentuk. Kehidupan pada
masa Mesozoikum merupakan kehidupan dari yang selamat setelah
kepunahan jaman Paleozoik besar. Gimnosperma menjadi pohon yang
dominan. Reptil (hewan terseterial yang pertama) siap beradaptasi dengan
iklim kering Mesozoikum. Reptil mempunyai telur yang terlidung yang
dapat diletakkan ditanah. Dinosaurus mendominasi. Pada akhir dari zaman
mesozoikum,

hewan

berjenis

mamalia

sudah

ada.

Masa Mesozoikum dibagi menjadi tiga periode: Trias, Jura, dan Kapur.

Page | 13

Zaman Trias (250-210 juta tahun lalu)


Awal dan akhir zaman Trias masing-masing ditandai dengan
peristiwa kepunahan besar. Peristiwa kepunahan yang mengakhiri zaman
Trias baru-baru ini berhasil ditentukan waktunya secara lebih akurat, tapi
sebagaimana halnya dengan zaman geologi lain yang lebih tua, lapisan
batuan yang mencirikan awal dan akhir teridentifikasi dengan baik, tapi
waktu persis awal dan akhir periode ini memiliki ketidakpastian sebanyak
beberapa juta tahun. Semasa zaman Trias, kehidupan laut dan daratan
menunjukkan sebaran adaptif yang dimulai dengan biosfer yang sangat
miskin setelah peristiwa kepunahan zaman Permian-Trias.
Gastropoda dan Bivalvia meningkat jumlahnya, sementara amonit
menjadi umum. Dinosaurus dan reptilia laut berukuran besar mulai muncul
pertama kalinya selama zaman ini. Reptilia menyerupai mamalia pemakan
daging yang disebut Cynodont mulai berkembang. Mamalia pertama pun
mulai muncul saat ini. Dan ada banyak jenis reptilia yang hidup di air,
termasuk penyu dan kura-kura. Tumbuhan ada mirip palem berkembang
dan Konifer menyebar. Benua Pangea bergerak ke utara dan gurun
terbentuk. Lembaran es di bagian selatan mencair dan celah-celah mulai
terbentuk di Pangea. Karang dari kelompok Zoantharia muncul untuk
pertama kalinya. Tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) mungkin
mulai berkembang pada periode Trias, seperti juga vertebrata terbang
pertama, pterosaurus.

Zaman Jura (210-140 juta tahun lalu)


Jura merupakan periode pertengahan kurun Mesozoikum, yang
dikenal juga dengan "ZamanDinosaurus". Awal periode ini ditandai
dengan peristiwa kepunahan zaman Trias-Jura. Nama zaman ini diberikan
oleh Alexandre Brogniart berdasarkan banyaknya batugamping yang
ditemukan di Pegunungan Jura, di daerah pertemuan Jerman, Perancis, dan
Swiss.

Page | 14

Pada zaman ini, Amonit dan Belemnit sangat umum. Reptilia


meningkat jumlahnya. Dinosaurus menguasai daratan, Ichtiyosaurus
berburu di dalam lautan dan Pterosaurus merajai angkasa. Banyak
dinosaurus tumbuh dalam ukuran yang luar biasa. Burung sejati pertama
(Archeopterya)

berevolusi

dan banyak

jenis

buaya

berkembang.

Tumbuhan Konifer menjadi umum, sementara Bennefit dan Sequola


melimpah pada waktu ini.
Pangea terpecah dimana Amerika Utara memisahkan diri dari
Afrika sedangkan Amerika Selatan melepaskan diri dari Antartika dan
Australia. Zaman ini merupakan jaman yang paling menarik anak-anak
setelah difilmkannya Jurrasic Park.

Gambar 5. Kegiatan binatang Reptil Raksasa (dalam Jurrasic Park)

Zaman Kapur (140-65 juta tahun lalu)


Zaman ini ditandai sebagai suatu periode terpisah pertama kali oleh
ahli geologi Belgia, Jean d'Omalius d'Halloy, pada tahun 1822 dengan
menggunakan stratum di Cekungan Paris dan mendapat namanya
berdasarkan banyaknya lapisan batuan karbonat (kalsium karbonat yang
terbentuk oleh cangkang invertebrata laut, terutamacoccolith) yang
ditemukan pada zaman Kapur Akhir di Eropa daratan dan Kepulauan
Britania.
Banyak dinosaurus raksasa dan reptilia terbang hidup pada zaman
ini. Mamalia berari-ari muncul pertama kalinya. Pada akhir zaman ini
Dinosaurus, Ichtiyosaurus,

Pterosaurus,

Plesiosaurus, Amonit

dan

Page | 15

Belemnit punah. Mamalia dan tumbuhan berbunga mulai berkembang


menjadi banyak bentuk yang berlainan. Iklim sedang mulai muncul. India
terlepas jauh dari Afrika menuju Asia. zaman ini adalah jaman akhir dari
kehidupan biantang-binatang raksasa.

Gambar 6. Kondisi pada zaman Kapur

5. Masa Kenozoikum
Kenozoikum

(Bahasa

Yunani:

kainos,

"baru",

dan

zoe,

"kehidupan", atau "kehidupan baru") adalah masa terakhir dari tiga era
klasik geologi. Masa ini berlangsung selama 65,5 juta tahun sampai
sekarang, setelah peristiwa kepupusan Kapur-Tertier pada akhir Kapur
yang menandakan kepupusan dinosaur tanpa bulu dan berakhirnya masa
Mesozoikum.
Masa Kenozoikum dibagi menjadi dua zaman, yaitu: Paleogen dan
Neogen, dimana kedua zaman dibagi-bagi lagi menjadi beberapa kala.
Zaman paleogen terbagi dalam kala Paleosen, Eosen, dan Oligosen,
sedangkan zaman neogen terdiri dari kala Miosen dan Pliosen. Masa
Kenozoikum dapat pula dibagi menjadi Tersier (kala Paleosen hingga kala
Pliosen) dan Kuarter (kala Pleistosen hingga kala Holosen).
Kenozoikum adalah masa dimana pada lapisan-lapisan batuan
tersebut sudah terdapat sisa-sisa kehidupan yang menunjukkan suatu
permulaan pembentukan tumbuh-tumbuhan dan binatang yang sekarang,
dijumpai binatang menyusui dan binatang lunak yang kini masih hidup.
Masa Kenozoikum dimulai kurang lebih 65 juta tahun yang lalu dengan
punahnya Dinosaurus dan berlanjut hingga saat ini. Selama 65 juta tahun
Page | 16

terakhir, benua Pangea mengalami pemecahan menjadi beberapa benua


dan pecahan pecahan benua ini saling bergerak hingga keposisi seperti
yang kita lihat saat ini.
Masa Kenozoikum dikelompokan menjadi 2 (dua) zaman yang
setara, yaitu zaman Tersier yang mencakup hampir seluruh kurun
Kenozoikum dan zaman Kuarter yang mencakup kurang lebih 1 juta tahun
yang lalu.

Zaman Tersier (65 - 1,7 juta tahun lalu)


Zaman tersier sudah ditandai dengan munculnya tenaga endogen
yang dahsyat yang dapat melipat dan mematahkan lapisan kulit bumi.
Oleh karena akibat tenaga endogen tersebut, mengakibatkan terbentuk
suatu rangkaian pegunungan besar di seluruh dunia. Zaman tersier
dibagi menjadi beberapa kala, yaitu kala paleosen, eosen, oligosen,
miosen, dan pliosen. Zaman ini sudah berkembang binatang-binatang
yang menyusui, reptil-reptil raksasa lambat laun telah lenyap.
Zaman tersier terjadi perkembangan jenis kehidupan seperti
munculnya primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang
menyerupai burung unta, sedangkan fauna laut sepert ikan, moluska
dan echinodermata sangat mirip dengan fauna laut yang hidup
sekarang. Tumbuhan berbunga pada zaman Tersier terus berevolusi
menghasilkan banyak variasi tumbuhan, seperti semak belukar,
tumbuhan merambat dan rumput. Pada zaman Tersier Kuarter,
pemunculan dan kepunahan hewan dan tumbuhan saling berganti
seiring dengan perubahan cuaca secara global (Kimball, 1991).
Pada zaman tersier, mamalia berkembang pesat, mahluk primata
sejenis kera mulai ada kemudian muncul jenis orang utan sekitar 10
juta tahun yang lalu muncul jenis hewan primata yang lebih besar dari
pada Gorilla sehingga disebut Giganthropus. Hewan ini menyebar dari
Afrika ke Asia Selatan, tetapi kemudian punah. Pada masa itu pulau
Kalimantan masih bersatu dengan benua Asia, sebagai buktinya jenis

Page | 17

babi purba (choeromous) dari jaman ini ditemukan pula di Asia


Daratan.

Zaman Kuarter (1,7 juta tahun lalu - sekarang)


Zaman kuarter diperkirakan sejak 600.000 tahun yang lalu. Zaman
kuarter ini kemudian dibagi menjadi 2 lagi, yaitu kala pleistosen dan
kala holosen.
a. Kala pleistosen (Zaman diluvium)
Kala pleistosen telah berlangsung 600.000 tahun yang lalu.
Kala pleistosen sudah adanya manusia purba. Pada kala pleistosen,
keadaan alam masih liar dan labil. Hal tersebut disebabkan karena
silih bergantinya 2 zaman, yaitu zaman glasial dan interglasial.
Jaman ini dinamakan pula jaman glacial (jaman es) karena es di
kutub utara mencair sehingga menutupi sebagian wilayah Eropa
Utara, Asia Utara dan Amerika Utara.
Pada kala ini Sumatera, Jawa, Kalimantan masih menyatu
dengan daratan Asia, sedangkan Indonesia timur dengan Australia.
Mencairnya es di kutub telah mengakibatkan pulau-pulau di
Indonesia di pisahkan oleh lautan baik dengan Asia maupun
Australia. Bekas daratan Asia yang sekarang menjadi dasar laut di
sebut paparan sunda, sedangkan bekas daratan Australia yang
terendam air laut di sebut paparan sahul, kedua paparan tersebut di
pisahkan oleh Zone Wallace ( garis wallace).
Pada kala ini hewan-hewan yang berbulu tebal seperti
mamouth (gajah besar berbulu tebal ) mampu bertahan hidup.
Sedangkan yang berbulu tipis migrasi ke wilayah tropis.
Perpindahan hewan dari daratan asia ke Indonesia terbagi atas dua
jalur. Pertama

melalui

Malaysia

ke

Sumatra

dan

Jawa,

kedua melalui Taiwan, Philipina ke Kalimantan dan Jawa .


Pada kala ini terjadi pula perpindahan manusia dari daratan
Asia ke Indonesia, yaituPithecanthropus Erecrus (ditemukan di
Trinil) yang sama dengan Sinanthropus Pekinensis.Demikian juga

Page | 18

dengan hasil kebudayaan pacitan yang banyak di temukan di Cina,


Malaysia Birma. Homo Wajakensis yang menjadi nenek moyang
bangsa Austroloid ikut pula menyebar dari Asia ke Selatan sampai
ke Australia dan menurunkan penduduk asli Australia yaitu bangsa
aborigin (Widodo, 2010).
b. Kala holosen (Zaman aluvium)
Kala holosen telah berlangsung sekitar 20.000 tahun yang
lalu. Pada kala holosen telah muncul spesies Homo sapiens.
Adanya sebuah perkembangan global telah banyak memengaruhi
perkembangan fisik alam Indonesia. Ketika lapisan es yang
terdapat di kutub utara mencair, wilayah Indonesia barat masih
menyatu dengan Benua Asia serta wilayah Indonesia timur masih
menyatu dengan benua Australia. Pada waktu suhu bumi mulai
memanas serta lapisan es yang terdapat di kutub utara mulai
mencair, terbentuklah lautan yang terdapat di berbagai wilayah
Indonesia serta memunculkan banyak pulau. Wilayah yang
sebelumnya mnyatu dengan benua Asia dan sekarang menjadi
dasar lautan yang disebut dengan Paparan Sunda. Sedangkan
wilayah Indonesia timur yang menghubungkan dengan Benua
Australia disebut Paparan Sahul.
C. Teori asal usul kehidupan
Teori Evolusi Kimia
Pada dasarnya teori evolusi makhluk hidup mengatakan bahwa hewan,
tumbuhan dan manusia dalam berabad-abad yang lalu telah berkembang dari
makhluk hidup yang berbentuk lebih sederhana. Selama ini sel dianggap
merupakan unit struktural dan fungsional, sel juga merupakan unit hereditas
yang paling kecil dari makhluk hidup. Pokok dari teori evolusi itu adalah
bahwa hewan, tumbuhan, dan juga manusia dalam berbagai abad yang lalu
telah berkembang dari makhluk yang berbentuk lebih sederhana. Semuanya
itu melalui proses evolusi yang telah berlangsung beribu-ribu tahun, bahkan
berjuta-juta tahun, dimulai dengan satu atau beberapa bentuk makhluk yang
sederhana secara perlahan-lahan berkembang ke berbagai bentuk (Widodo,
1989).
Page | 19

Teori sel antara lain menyatakan bahwa: 1) sel merupakan unit


struktural dan fungsional yang paling kecil dari makhluk hidup, dan 2) sel
merupakan

unit

hereditas

yang

paling

kecil

dari

makhluk

hidup

(Robertis,1988).
Antara pakar-pakar antara lain: Harold Urey, Stanley Miller, dan
A.I.Oparin. Mereka berpendapat bahwa organisme terbentuk pertama kali di
bumi ini berupa makhluk bersel satu. Selanjutnya makhluk tersebut
mengalami evolusi menjadi berbagai jenis makhluk hidup seperti Protozoa,
Porifera, Coelenterata, Mollusca, dan lain-lain. Para pakar biologi, astronomi,
dan geologi sepakat, bahwa planet bumi ini terbentuk kira-kira antara 4,5-5
miliar tahun yang lalu. Keadaan pada saat awal terbentuknya sangat berbeda
denagn keadaan pada saat ini. Pada saat itu suhu planet bumi diperkirakan
4.000-8.000oC. Pada saat mulai mendingin, senyawa karbon beserta beberapa
unsur logam mengembun membentuk inti bumi, sedangkan permukaannya
tetap gersang, tandus, dan tidak datar. Karena adanya kegiatan vulkanik,
permukaan bumi yang masih lunak tersebut bergerak dan berkerut terus
menerus. Ketika mendingin, kulit bumi tampak melipat-lipat dan pecah. Pada
saat itu, kondisi atmosfer bumi juga berbeda dengan kondisi saat ini. Gas-gas
ringan seperti Hidrogen (H2), Nitrogen (N2), Oksigen (O2), Helium (He), dan
Argon (Ar) lepas meninggalkan bumi akrena gaya gravitasi bumi tidak
mampu manahannya. Di atmosfer juga terbentuk senyawa-senyawa sederhana
yang mengandung unsur-unsur tersebut, seperti uap air (H 2O), Amonia (NH3),
Metan (CH4), dan Karbondioksida (CO2). Senyawa sederhana tersebut tetap
berbentuk uap dan tertahan dilapisan atas atmosfer. Ketika suhu atmosfer
turun sekitar 100oC terjadilah hujan air mendidih. Peristiwa ini berlangsung
selama ribuan tahun. Dalam keadaan semacam ini pasti bumi saat itu belum
dihuni

kehidupan.

Namun,

kondisi

semacam

itu

memungkinkan

berlangsungnya reaksi kimia, karena teredianya zat (materi) dan energi yang
berlimpah.
Timbul pertanyaan, bagaimana proses terjadinya kehidupan dibumi
ini?

Pertanyaan

inilah

yang

mendorong

beberapa

ilmuwan

untuk

mengemukakan pendapat serta melakukan experiment. Di antara Ilmuwan


tersebut antara lain Harold Urey dan Stanley Miller.

Page | 20

Teori Evolusi Kimia Menurut Harold Urey (1893)


Harold Urey adalah ahli Kimia berkebangsaan Amerika Serikat.
Dia menyatakan bahwa pada suatu saat atmosfer bumi kaya akan molekul
zat seperti Metana (CH4), Uap air (H2O), Amonia(NH2), dan karbon
dioksida (CO2) yang semuanya berbentuk uap. Karena adanya pengaruh
energi radiasi sinar kiosmis serta aliran listrik halilintar terjadilah reaksi
diantara zat-zat tersebut menghasilkan zat-zat hidup. Teori evolusi Kimia
dari Urey tersebut biasa dikenal dengan teori Urey. Menurut Urey, zat
hidup yang pertama kali terbentuk mempunyai susunan menyerupai virus
saat ini. Zat hidup tersebut selama berjuta-juta tahun mengalami
perkembangan menjadi berbagai jenis makhluk hidup. Menurut Urey,
terbentuknya makhluk hidup dari berbagai molekul zat di atmosfer
tersebut didukung kondisi sebagai berikut :
a) kondisi 1 : tersedianya molekul-molekul Metana, Amonia, Uap air,
dan hydrogen yang sangat banyak di atmosfer bumi,
b) kondisi 2 : adanya bantuan energi yang timbul dari aliran listrik
halilintar dan radiasi sinar kosmis yang menyebabkan zat-zat tersebut
bereaksi membentuk molekul zat yang lebih besar,
c) kondisi 3 : terbentuknya zat hidup yang paling secerhana yang
susunan kimianya dapat disamakan dengan susunan kimia virus, dan
d) kondisi 4 : dalam jangka waktu yang lama (berjuta-juta tahun), zat
idup yang terbentuk tadi berkembang menjadi seejnis organisme
(makhluk hidup yang lebih kompleks).

Eksperimen Stanley Miller


Miller adalah murid Harold Urey yang juga tertarik terhadap
masalah asal usul kehidupan. Didasarkan informasi tentang keadaan planet
bumi saat awal terbentuknya, yakni tentang keadaan suhu, gas-gas yang
terdapat pada atmosfer waktu itu, dia mendesain model alat laboratorium
sederhana yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis Harold
Urey.

Page | 21

Kedalam alat yang diciptakannya, Miller memasukan gas


Hidrogen, Metana, Amonia, dan Air. Alat tersebut juaga dipanasi selama
seminggu, sehingga gas-gas tersebut dapat bercampur didalamnya.
Sebagai pengganti energi aliran listrik halilintar, Miller mengaliri
perangkat alat tersebut dengan loncatan listrik bertegangan tinggi.
Adanya aliran listrik bertegangan tinggi tersebut menyebabkan gas-gas
dalam alat Miller bereaksi membentuk suatu zat baru. Kedalam
perangkat juga dilakukan pendingin, sehingga gas-gas hasil reaksi dapat
mengembun.
Pada akhir minggu, hasil pemeriksaan terhadap air yang
tertampung dalam perangkap embun dianalisis secar kosmografi.
Ternyata air tersebut mengandung senyawa organic sederhana, seperti
asam amino, adenine, dan gula sederhana seperti ribose. Eksperimen
Miller ini dicoba beberapa pakar lain, ternyata hasilnya sama. Bial dalam
perangkat eksperimen tersebut dimasukkan senyawa fosfat, ternyata zatzat yang dihasilkan mengandung ATP, yakni suatu senyawa yang
berkaitan dengan transfer energi dalam kehidupan. Lembaga cpenelitian
lain, dalam penelitiannya menghasilkan senyawa-senyawa nukleotida.

Page | 22

Nukleotida adalah suatu senyawa penyusun utama ADN (Asam


Deoksiribose Nukleat) dan ARN (Asam Ribose Nukleat), yaitu senyawa
khas dalam inti sel yang mengendalikan aktivitas sel dan pewarisan sifat.
Eksperimen Miller dapat memberikan petunjuk bahwa satuansatuan kompleks didalam sistem kehidupan seperti Lipida, Karbohidrat,
Asam Amino, Protein, Mukleotida dan lain-lainnya dapat terbentuk
dalam kondisi abiotik. Teori yang terus berulang kali diuji ini diterima
para ilmuwan secara luas. Namun, hingga kini masalah utama tentang
asal-usul kehidupan tetap merupakan rahasia alam yang belum terjawab.
Hasil yang mereka buktikan barulah mengetahui terbentuknya senyawa
organik secara bertahap, yakni dimulai dari bereaksinya gas-gas di
atmosfer purba dengan energi listrik halilintar. Selanjutnya semua
senyawa tersebut bereaksi membentuk senyawa yang lebih kompleks
dan terkurung dilautan. Akhirnya membentuk senyawa yang merupakan
komponen sel.

Teori Evolusi Biologi


Alexander Oparin adalah ilmuwan Rusia. Didalam bukunya yang
berjudul The Origin of Life(Asal Usul Kehidupan). Oparin menyatakan
bahwa pada suatu ketika atmosfer bumi kaya akan senyawa uap air, CO 2,
CH4, NH3, dan Hidrogen. Karena adanya energi radiasi benda-benda
angkasa yang amat kaut, seperti sinar Ultraviolet, memungkinkan
senyawa-senyawa sederhana tersebut membentuk senyawa organik atau
senyawa hidrokarbon yang lebih kompleks. Proses reaksi tersebut
berlangsung dilautan. Senyawa kompleks yang mula-mula terbentuk
diperkirakan senyawa aseperti Alkohol (H2H5OH), dan senyawa asam
amino yang paling sederhana. Selama berjuta-juta tahun, senyawa
sederhana tersebut bereaksi membentuk senyawa yang lebih kompleks,
Gliserin, Asam organik, Purin dan Pirimidin. Senyawa kompleks tersebut
merupakan bahan pembentuk sel.

Page | 23

Menurut Oparin senyawa kompleks tersebut sangat berlimpah


dilautan maupun di permukaan daratan. Adanya energi yang berlimpah,
misalnya sinar Ultraviolet, dalam jangka waktu yang amat panjang
memungkinkan lautan menjadi timbunan senyawa organik yang
merupakan sop purba atau Sop Primordial.
Senyawa kompleks yang tertimbun membentuk sop purba di lautan
tersebut selanjutnya berkembang sehingga memiliki kemampuan dan sifat
sebagai berikut :
a. Memiliki sejenis membran yang mampu memisahkan ikatanikatan kompleks yang terbentuk dengan molekul-molekul
organik yang terdapat disekelilingnya;
b. Memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengeluarkan
molekil-molekul dari dan ke sekelilingnya
c. Memiliki kemampuan untuk memanfaatkan molekul-molekul
yang diserap sesuai denagn pola-pola ikatan didalamnya
d. Mempunyai kemampuan untuk memisahkan bagian-bagian dari
ikatan-ikatannya. Kemampuan semacam ini oleh para ahli
dianggap sebagai kemampuan untuk berkembang biak yang
pertama kali.
Senyawa kompleks dengan sifat-sifat tersebut diduga sebagai
kehidupan yang pertama kali terbentuk. Jadi senyawa kompleks yang
merupakan perkembangan dari sop purba tersebut telah memiliki sifatsifat hidup seperti nutrisi, ekskresi, mampu mengadan metabolisme, dan
mempunayi kemampuan memperbanyak diri atau reproduksi. Walaupun
dengan adanya senyawa-senyawa sederhana serta energi yang berlimpah
sehingga dilautan berlimpah senyawa organik yang lebih kompleks,
namun Oparin mengalami kesulitan untuk menjelaskan mengenai
mekanisme transformasi dari molekul-molekul protein sebagai abenda tak
hidup kebenda hidup. Bagaimana senyawa-senyawa organik sop purba
tersebut dapat memiliki kemampuan seperti tersebut diatas? Oparin
menjelaskan sebagai berikut: Protein sebagai senyawa yang bersifat
Zwittwer Ion, dapat membentuk kompleks koloid hidrofil (menyerap air),

Page | 24

sehingga molekul protein tersebut dibungkus oleh molekul air. Gumpalan


senyawa kompleks tersebut dapat lepas dari cairan dimana dia berada dan
membentuk emulsi. Penggabunagn struktur emulsi ini akan menghasilkan
koloid yang terpiah dari fase cair dan membentuk timbuna gumpalan atau
Koaservat. Timbunan Koaservat yang kaya berbagai kompleks organik
tersebut

memungkinkan

terjadinya

pertukaran

substansi

dengan

lingkungannya. Di samping itu secara selektif gumpalan Koaservat


tersebut memusatkan senyawa-senyawa lain kedalamnya terutama
Kristaloid. Komposisi gumpalan koloid tersebut bergantung kepada
komposisi mediumnya. Dengan demikian, perbedaan komposisi medium
akan menyebabkan timbulnya variasi pada komposisi sop purba. Variasi
komposisi

sop

purba

diberbagai

areal

akan

mengarah

kepada

terbentuknya komposisi kimia Koaservat yang merupakan penyedia


bahan mentah untuk proses biokimia. Tahap selanjutnya substansi
didalam Koaservat membentuk enzim. Di sekeliling perbatasan antara
Koaservat dengan lingkungannya terjadi penjajaran molekul-molekul
Lipida

dan protein

sehingga terbentuklah

selaput

sel primitif.

Terbentuknya selaput sel primitif ini memungkinkan memberikan


stabilitas pada koaservat. Dengan demikian, kerjasama antara molekulmolekul yang telah ada sebelumnya yang dapat mereplikasi diri kedalam
koaservat dan penagturan kembali Koaservat yang terbungkus lipida amat
mungkin akan mnghasilkan sel primitif. Kemampuan koaservat untuk
menyerap zat-zat dari medium memungkinkan bertambah besarnya
ukuran

koaservat.

Kemungkinan

selanjutnya

memungkinkan

terbentuknya organisme Heterotropik yang mampu mereplikasi diri dan


mendapatkan bahan makanan dari sop Primordial yang kaya akan zat-zat
organik.
Teori evolusi biologi ini banyak diterima oleh pakar ilmuwan.
Namun, tidak sedikit Ilmuwan yang membantah tentang interaksi molekul
secara acak yang dapat menjadi awal terbentuknya organisme hidup.
Teori evolusi kimia dan teori evolusi biologi banyak pendukungnya,
namun baru teori evolusi kimia yang telah dibuktikan secara

Page | 25

eksperimental, sedangkan teori evolusi biologi belum ada yang menguji


secara eksperimental.
Seandainya apa yang dikemukakan dua teori tersebut benar, tetapi
belum mampu menjelaskan bagaimana dan darimana kehidupan di planet
bumi ini pertama kali muncul. Hal yang perlu diingat adalah bahwa
kehidupan

adalah

tidak

hanya

menyangkut

masalah

replikasi

(penggandaan diri) atau masalah kehidupan biologis saja, tetapi juga


menyangkut masalah kehidupan rohani. Tentang teori asal usul kehidupan
yang menyatakan organisme pertama kali terbentuk di lautan bisa
dipahami dari sudut biologi, karena molekul-molekul organik yang
merupakan sop purba itu tertumpuk dilaut

DAFTAR PUSTAKA
Darwin, Charles. (2002). Penerjemah : Tim UNAS. The origin of Species Asalusul Spesies. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Campbell. N. A et al. 2008. Biologi Jilid 2 Edisi 5. Jakarta : Erlangga.
H. Enoch, 1966, Evolusi atau Penciptaan, Bandung: Kalam Hidup.
Kimball, J. W. 1991. Biologi. (jilid 3). Terjemahan oleh Tjitrosomo, S.S. dan
Sugiri, N. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Robertis, E.D.P., and Robertis, Jr. E.M.F. 1988. Cell and Moleculer Biology.
(Eight Edition). Hongkong: Info-Med.
Widodo. 1989. Teori Evolusi Biologis. Malang: IKIP MALANG.
Widodo. 2010. Teori Evolusi Biologis. Malang: IKIP MALANG.

Page | 26

Anda mungkin juga menyukai