istilah sedimen silisiklastik ini mengacu kepada semua material sedimen termasuk di
dalamnya berupa fragmen batuan dan mineral silikat yang mengalami pelapukan
(tererosi) dari batuan sebelumnya (beku, metamorf, sedimen). tentu saja termasuk
batuan piroklastik (vulkanik) meskipun pernyataan ini kontroverisal :D tapi,
pembahasan batuan vulkaniklastik di buku-buku sedimentologi dibarengin juga
sama sedimen silisiklastik (shale, sandstone, conglomerete, dll) lainnya tapi secara
genetik mereka berbeda pak dhe. di oseanografi istilah ini seringkali disebut sebagai
terrigneous sediment (material terigen).
kenapa silisiklastik?? karena di alam yang paling banyak ya mineral silikat pak dhe
(deret bowen semuanya silikat), sementara mineral lain (sulfida, karbonat, sulfat,
native dll tidak sebanyak material ini kenapa?? bayangin aja isi bumi ini dominan
magma dan magma itu secara definitif material silikat pijar toh?? nah begitulah
lupakan saja) jadi lapukan material material ini namanya silisklastik (material
klastika silikat) ada juga yang masih dalam bentuk fragmen batuan (bila agregatnya
berupa silikat halus alumino silikat misalnya dan lain lain).
batuan silisiklastik ini (termasuk konglomerat, batupasir, shale, breksi) sebelum ia
terbentuk (diendapkan) tentulah melewati proses yang namanya transportasi
kenapa? karena batuan sedimen klastik kan hasil lapukan material batuan
sebelumnya, setelah lapuk material material itu mau tidak mau suka tidak suka
haruslah bergerak (alias diangkut oleh agen agen transportasi seperti angin,
gravitasi, es, dll) melalui berbagai proses yang akan kita bahas disini.
karena si partikel sedimen ini bergerak dulu sebelum diendapin oleh agen
transportasi tadi maka akan terjadi mekanisme mekanisme berbeda dari pergerakan
partikel sedimen bergantung dari sifat agen agen transport yang mengangkutnya dan
tentu saja menurut aturan aturan fisika. seperti pemahaman mekanika fluida, gaya
gaya yang bekerja di dalam fluida, sifat fisik dari fluida yang mengangkut, dan lain
sebagainya merupakan faktor faktor yang bekerja pada pengangkutan sedimen. kita
sebut fluida disini sebagai material paling umum yang ngangkut sedimen karena
angin, air, dan material serupa juga fluida. secara defirintif fluida ini adalah
substance (zat) yang mampu berubah bentuknya dan ukurannya karena berat
massanya sendiri (Boggs, 2006). air, angin, bahkan magma juga termasuk fluida
(meski magma lebih banyak diartikan sebagai solution alias larutan tapi larutan kan
fluida fluida juga).
sebenernya pemahaman detail dari sifat dan tetek bengek fluida ini sudah ada di
sub-cabang ilmu fisika mekanik yaitu mekanika fluida (kinematika dan
dinamikanya). kita tidak akan bahas detail kita ambil beberapa yang memang
dibahas banyak dalam mekansime transportasi sedimen oleh fluida.
Dasar Dasar Aliran Fluida
setidaknya ada beberapa faktor fisik yang ada dalam tubuh fluida yang
mempengaruhi mekanisme transportasi fluida. dua yang paling penting adalah
densitas dan viskositas yang akan kita bahas disini sebelum mengacu kepada faktor
faktor lain (kinematika gerakan aliran fluida) yang dipengaruhi oleh dua karakter
fisik ini.
densitas fluida dilambangkan dengan (rho) merupakan massa per unit volume
fluida. densitas mempengaruhi magnitud (tingkat) gaya yang bekerja dalam fluida
dan diatas bed juga seiring dengan kemampuan partikel akan jatuh (settle) dalam
fluida (lebih lambat di fluida yang leibh padat). densitas ini memiliki pengaruh
khusus pada fluida terutama yang di lereng yang disebabkan oleh gravitasi. densitas
bervariasi pada fluida yang berbeda, dan hal ini akan mempengaruhi perilaku fluida
dalam mengangkut sedimen juga berbeda sebagai contoh air memiliki densitas
0.998 g/mL pada temperatur 20 C, dan ternyata udara lebih kecil 700 kali
dibandingin air densitasnya. maka bisa dibayangin benda yang jatuh bebas (tidak
ada lagi aliran secara lateral) di udara pasti lebih cepat (plus gesekan udara diam)
dibandingkan di air yang tenang. densitas fluida berkurang seiring dengan
bertambahnya tempertur fluida.
Viskositas diartikan sebagai ukuran kemampuan fluida untuk mengalir (Boggs,
2006), atau ukuran ketahanan fluida terhadap deformasi oleh shear stress dan
tensile stress (Wikipedia LOL). atau di dalam mekanika fluida viskositas yang umum
dari definisi ini dikenal juga sebagai viskositas dinamik (Dynamic viscosity atau )
meski dikenal juga viskositas kinematik (Kinematic viscosity atau v). fluida dengan
viskositas yang lebih tinggi (atau lebih kental) akan mengalir lebih lambat daripada
yang viskositanya rendah (lebih encer), viskosiatas air lebih rendah dari madu
silahkan liat yang mana yang lebih cepat ngalir di bidang miring air apa madu??
(jawabannya adalah kelereng wkwkwkwk). air memiliki viskositas 55 kali lebih besar
dari udara pada suhu 20 C (Blatt, Middleton, Murray, 1980). sama kayak densitas
viskositas juga akan menurun seiring dengan bertambahnya temperatur atau
viskositas akan naik kalau tempertur turun :D. menurut Boggs (2006) viskoistas ini
memegang peranan penting dalam mempengaruhi turbulensi air (kita bahas lebih
detil nanti), dimana meningkatnya viskositas akan menkan turbulensi arus (Boggs,
Bapak kiri: pak kita sudah absen di beberapa postingan sekarang kita hadir lagi duuh senangnya
Bapak kanan: mau bagaimana lagi pak ini lebih baik daripada tidak sama sekali sungguh terlalu!! :D :D
Viskositas dinamik
dari definisi kita tahu kalau viskositas ini berhubungan dengan shear stress atau
tensile stress yang terjadi pada fluida, bagaimana ilmuwan menjelaskan hal ini?
dua plat yang berada membatasi tubuh fluida (atas dan bawah) yang atasnya gerak anggap aja yang
bawahnya diem dan fluida yang berada di dalamnya akan merespon shearing force ini dengan tingkat
viskositasnya dipengaruhi oleh perkalian gaya gesek (shear) terhadap jarak antar plat (dy) dibagi jarak
pergeseran plat yang bergerak (du) dari titik awal atau =/(du/dy)(pusing ya?? haha)
Oke, dari gambar diatas kita bisa simpulkan ada dua plat yang membatasi fluida plat
yang bawah statis (diam) plat yang diatas bergerak. gaya pergeseran (shear stress)
alias (thou) diartikan sebagai besarnya gaya yang diperlukan untuk menggeser plat
yang diatas melawan gaya viskositas molekuler fluida ( dibaca: myu) terhasdap
seberapa besar pergeseran. diekspresikan dalam persamaan dibawah ini:
=(du/dy) (1)
dimana:
= shear stress (satuannya gaya perunit area atau dyne/cm2)
= viskositas molekular
du = dipatiukur (:D bukan sob) perubahan jarak plat yang bergeser terhadap titik
awal
dy = jarak antar plat
terus apa maksud persamaan diatas?? oke kalau lihat ekspresi rumus diatas, kita bisa
lihat semakin besar nilai viskositas molekular () dan jarak geser yang diinginkan
(du) ditambah (makin jauh) maka gaya yang diperlukan () juga harus besar dong.
tapi kalo kolom fluidanya dangkal (alias cetek) maka gaya gesek fluida (atau () )
tentunya gaya yang diperlukan untuk dorong itu plat lebih kecil (disini kita
mengabaikan gravitasi dan ukuran dari plat bayangin aja lu dorong perahu di air
cetek bisa mencret kan? :D artinya murni ketahanan partikel fluida terhadap gaya
gesek yang bekerja pada permukaannya)
sekarang, bagaimana dengan molecular (dynamic) viscosity nya? dari persamaan
diatas viskositas dinamik () dapat diartikan sebagai suatu ukuran ketahanan zat
(fluida) untuk berubah bentuk akibat kecepatan tertentu. maka dari definisi ini dan
melihat dengan seksama ilustrasi gambar diatas.. kita simpulkan bahwa viskositas
molekular () diartikan sebagai rasio antara tingkat shear stress () terhadap tingkat
deformasi (du/dy).
=/(du/dy) (2)
= shear stress (satuannya gaya perunit area atau dyne/cm2)
= viskositas molekular (satuannya poise)
du = dipatiukur (:D bukan sob) perubahan jarak plat yang bergeser terhadap titik
awal
dy = jarak antar plat
persamaan awal (1) diatas merupakan persamaan untuk fluida fluida newtonian
(newtonian fluisd) apa itu?? semua jenis fluida yang memiliki viskositas konstan,
artinya ketika shear stress bekerja tidak terjadi perubahan nilai viskositas fluida
(contohnya air, gas, dan yang encer encer). sementara fluida yang tidak masuk
kategori ini dikelompokan ke dalam non-newtonian.
karena densitas dan viskositas dinamik sangat mempengaruhi perilaku fluida, maka
dinamisitas fluida biasanya dikombinasikan oleh parameter lain yang dinamakan
viskositas kinmeatik (kinematic viscosity) atau dikasih lambang v.
v = /.(3)
dimana:
v = viskositas kinematis (satuannya stokes (st) atau cm^2/s)
= viskotisats dinamis (g/(ms) atau poise)
= densitas atau berat jenis fluida (g/L)
viskositas kinematik ini merupakan faktor penting dalam mengetahui pergerakan
arus lebih lanjut apakah akan bersifat acak (turbulen) atau tidak. kita akan bahas
nanti sobat..
sejatinya, viskositas kinematis ini telah diteliti oleh bapak viskositas :D :D yaitu oleh
George Gabriel stokes (1851), kemudian aplikasinya banyak dipakai di berbagai
bidang industri dan sains yang banyak bermain dengan fluida. kita tidak akan bahas
disini karena itu terlalu luas cakupannya kita bahas yang ringkas, turunan
persamaan-persamaan yang sudah ada, dan aplikasinya di bidang keilmuwan yang
kita pakai secara sederhana.. karena dengan kejujuran tingkat dewa saya ingin
berkata saya juga masih buta sama mekanika fluida yang lebih detail.. bila ingin
mempelajarinya lebih dalam silahkan tanyakan kepada sahabat sahabat anda yang
jago fisika (khusunya fluid mechanics), aerospace engineer, chemical engineer,
hidrogeologist, petroleum engineer, rheologist (ini yg paling khusus suka ngubek
ngubek fluida :D) dan engineer engineer lainnya yang suka maen aerrrr.. :D
hukum Stoke (Stokes Law) menjelaskan kecepatan settling (jatuh atau
tenggelamnya) partikel (sedimen) dalam fluida, Stokes law diekspresikan seperti
persamaan dibawah ini:
(4)
dimana:
V= velositas terminal (atau kecepatan akhir or kecepatan jatuh/settling) ingat ini v
bukan untuk viskositas kinematis satuannya m/s (disini gue bedain huruf V nya
gede)
g = percepatan gravitasi
s= rho sedimen (atau densitas sedimen)
f=rho fluida (densitas fluida)
= viskositas
settling velocity ini berkaitan atau berhubungan langsung dengan (dari persamaan
diatas) gravitasi, viskostias dinamis, berat jenis, dan yang paling penting diameter
dari partikel sedimen. untuk viskositas dan berat jenis sudah dibahas dimana nilai
viskositas berbanding terbalik dengan kecepatan settling sedangkan berat jenis
berbanding lurus, gravitasi tentu saja sifatnya konstan, dan bagaimana dengan
ukuran diameter partikel? Oke, diameter (D) ini sebenernya ukuran penampang
partikel dalam fluida. ukuran penampang yang lebih besar (D) tentu akan jatuh lebih
cepat sementara yang lebih kecil akan jatuh lebih lambat hal persamaan ini dapat
menjelaskan fenomena terbentuknya struktur (tekstur) graded bedding (menghalus
keatas), tapi menurut Nichols (2005) persamaan ini hanya berlaku untuk material
sedimen berukuran halus sementara yang kasar dan gede gede ketika akan jatuh ke
fluida malah cenderung mengurangi velositas (?? entahlah).. tapi persamaan ini
tidak berlaku untuk bentuk partikel yang aerodinamis (platy shape alias gepeng)
seperti mineral mika biotit meskipun dia memiliki densitas (berat jenis) yang tinggi
bisa saja mengalami settling yang lambat karena bentukya yang aerodinamis
mendapat tekanan fluida (Pf) atau gaya archimedes yang rendah sebab penampang
permukaannya yang luas meski memiliki densitas yang sama dengan butiran lain
yang lebih bulet atau menyudut. maka tak jarang mineral mika sering kali dijumpai
dipermukaan perlapisan batuan..
untuk settling velocity akan kita bahas lebih detail lagi nanti dibagian bagian
berikutnya dari artikel ini.
Newtonian fluid vs non-newtonian fluid
Oke kita pakai batasan definisi bahwa newtonian fluid ini merupakan fluida dimana
viskositasnya tidak berubah meskipun shear stress (atau shear rate) bertambah,
sementara non-newtonian fluid berbeda viskositasnya akan berubah rubah seiring
dengan berubahnya shear stress (ada yang menurun ada yang meningkat
viskositasnya bergantung sifatnya.
air dan gas adalah contoh newtonian fluid, artinya air begitu begitu aja ketika diberi
shear stress di permukaanya (logikanya begini saat anda aduk aduk air akan kembali
seperti semula kan?) ketika air ini ditambahkan material sedimen dengan densitas
kurva pengaruh peningkatan shear stress terhadap tingkat deformasi yang terjadi dari newtonian fluid dan non
newtonian fluid
pencampuran material sedimen dalam fluida newtonian (air) dapat merubah sifat
fluida newtonian menjadi non newtonian jika konsentrasi fluidanya sangat tinggi
(contohnya aliran debris, mudflow dan lain) berbeda dengan fluida newtonian
(campuran konsentrasi sedimen sangat kecil) aliran akan mudah mengalir hanya
dengan slope yang landai sekalipun (initial yield strength) sementara yang udah
kelewat jenuh sama material tadi (non newtonian) misalnya kayak keju cair di
tempelin di lereng malah nempel terus kan?? kecuali ada yield strength (kemiringan
lereng ditambah atau ada air yang bisa mendorong material kebawah)
mengakibatkan longsoran (material longosran dengan konsentrasi mud sangat tinggi
terjadi karena ini).
gambar diatas menunjukan bahwa newtonian fluid akan berprilaku linear atau
pertambahan deformasi meningkat seiring dengan meningkatnya stress, tapi
viskositasnya (nilai kemiringan kurva atau di matematika kita sebut gradien m)
bandingin sama yang non newtonian karena kurvanya lengkung otomatis
kemiringan garisnya berbeda bukan? artinya viskositasnya berubah.
untuk bingham plastic viskoistanya sejatinya hampir linear karena udah kental
banget (keras malah) nah viskositanya pun setidaknya konstan sama dengan
newtonian fluid. lihat kurva dibawah
kurva linear antara hubungan dari yield stress dan shear stress terhadap rata rata shear (deformasi) yang
terjadi menunjukan nilai perubahan viskositas konstan (gradien kemiringan garis) tapi bedanya untuk
menghasilkan deformasi (biar si material mengalir) perlu ada initial atau yield stress dulu untuk yang bingham
plastic. kalau melihat kemiringan garis diatas bingham plastic lebih landai dari newtonian fluid artinya meski
konstan perubahan viskositasnya shear rate yang terjadi tentulah lebih besar (deformasi yg terjadi)
apa lagi yah?? oh iya.. ini ada lagi kurva yang menggambarkan hubungan antara
shear stress (thou alias ) yang bekerja terhadap deformasi yang terjadi dari berbagai
jenis material fluida yang kita bahas diatas.
hubungan antara kurva bingham plastic, newtonian fluid, shear thinning (pseudoplastic), shear thickening
(dilatant) terhadap pengaruh deformasi yang dipicu oleh shear stress. semua bisa terdeformasi hanya dengan
shear stress yang konstan kecuali bingham plastic perlu initial stress untuk mendeformasi material itu.
oke, saya percaya pak dhe pak dhe sekalian mabok baca tulisan ini.. jangankan anda
saya yang nulisanya aja pengen mencret.. :D daripada memikirkannya mari lihat
aplikasinya di bidang sedimentologi yang kita bahas sekarang.
dua baris kedua paling bawah merupakan jenis transortasi mekanis dengan material fluida yang bersifat tinggi
viskositasnya, artinya doi berdua bukan lagi newtonian fluid dan shear stressnya haruslah tinggi dibandingin
sama kawan-kawannya yang lain..
Laminer vs Turbulen
streamline adalah istilah untuk pergerakan aliran fluida yang divisualisasikan dalam
bentuk garis garis. aliran laminer streamlinenya lurus dan sejajsar sementara aliran
trubulen sudah tentu acak acakan (streamline yang terganggu). aliran laminar
sejatinya dikenal juga sebagai streamline flow artinya streamline ini merupakan pola
lintasa garis yang lurus dan paralel terhadap arah pergerakan arus.
pergerakan partikel air di aliran turbulen yang cenderung acak akan mengurangi
settling velocity (kecepatan jatuh) dari partikel sedimen, sebaliknya di laminer
partikel akan memiliki settling velocity lebih cepat bergantung pada parameter
persamaan Stoke (persamaan 4) diatas. tapi, aliran turubulen ini membantu
mengabrasi bed (dasar wadah aliran) dan membawa (entrainment) material sedimen
baru.
visualisasi streamline laminar (kiri) dan turbulen streamline yang terganggu (kanan)
Re=UL/.. (5)
dimana:
Re=angka reynold tanpa dimensi
L=kedalaman aliran (m)
U=velositas arus (m/s)
=berat jenis atau densitas (g/L)
= viskositas material (viskositas dinamis) (g/(ms))
dengan mengabaikan berat jenis fluida atau menginat ekspresi viskositas kinematik
dari persamaan (3) diatas (v = /) maka persamaan diatas dengan mensubtitusi
nilai menjadi = v* bisa di tulis lagi menjadi:
Re=UL/v(6)
dimana:
Re=angka reynold
U=velositas atau kecepatan aliran
L=panjang aliran (m) biasanya kedalaman aliran (m)
menurut Nichols (2007) angka Reynolds ini berkisar antara 500-2000 maka, ketika
nilainya <500 aliran akan bersifat laminar, sedangkan angka Reynold >2000 aliran
akan cenderung bersifat turbulen. ketika berada pada nilai 500-2000 sifatnya
transisional artinya dia tidak laminer tidak turbulen tapi akan berubah menjadi
turbulen ketika kecepatan arus makin kuat.
boundary layer, viscous sublayer, free layer (outer layer)
saat fluida bergerak ternyata tidak semua arah pergerakan (turbulensi), kecepatan,
dan viskositas di seluruh tubuh fluida itu sama, hal ini diketahui dari hasil percobaan
oleh para ilmuwan. terdapat layer layer pada tubuh aliran berdasarkan perbedaan
perbedaan yang muncul (turbulensi dan viskositas arus).
mari kita pahami satu satu, pada viscous sublayer dimana arus disini berjalan lebih
lambat karena viskositas lebih tinggi dibandingkan dengan arus dipermukaan, bila
partikel sedimen yang diangkutnya halus maka alirannya akan cenderung laminar
bila kasar dan permukaan yang dilewati arus kasar bisa saja alirannya menjadi
turbulen. pada layer ini struktur sedimen akan terbentuk karena yang paling dekat
dengan permukaan (bed) dan arus akan bekerja membentuk struktur itu. di viscous
sublayer ini erosi bisa terjadi dan akan semakin intens jika arusnya turbulen,
shearing pada permukaan bed dominan terjadi di sini dibandingkan di bagian atas
nya, viscous sublayer ini lebih tipis dibandingkan layer-layer aliran lainnya
(diatasnya).
gambar nyolong dari internet: ilustrasi gambaran grafis kartesian dari boundary layer, viscous sublayer dan
outer layer (constant velocity) dari tubuh aliran fluida
permukaan bed tempat aliran flluida mengalir), pada zona ini aliran lebih lambat
dan viskositas lebih tinggi artinya aliran akan cenderung laminar!, zona ini (zona
tempat aliran laminar) hadir sangat tipis (lebih tipis dari zona lain) dinamakan
laminar sublayer atau dikenal juga sebagai viscous sublayer (karena sifatnya yang
sangat viscous). untuk lebih jelasnya silahkan lihat ilustrasi yang dibuat Nichols
(2007) dibawah ini:
ilustrasi boundary layer, viscous (laminar) sublayer dan outer layer dari aliran di dasar channel yang melewati
bed.. perhatikan viscous sublayer diisi oleh material sedimen, bila sedimennya halus (yang diangkut) maka
viscous sublayer yang hadir akan menunjukan karakter hyrdolically smooth dan bila kasar (sedimennya) maka
akan membentuk karakter hydraulically rough (istilah ini ada dalam boggs hal 26 dan Nichols hal 50)
= shear stress
= viskositas eddy (viskositas semu) dimensinya sama kayak viskositas molekular
= viskositas dinamis (molekular)
du/dy = deformasi yang terjadi (perubahan pergeseran aliran terhadap fungsi
kedalaman)
oke, kita kembali ke bahasan kita mengenai boundary shear stress ( ). seperti hasil
diskusi kita diatas, terdapat hubungan antara densitas fluida, percepatan gravitasi,
jarak, dan kemiringan (slope) aliran.
persamaan aslinya sebnernya menggunakan parameter diatas, tapi karena kita
ngobrolin aliran dengan material yang diseretnya diatas permukaan bidang tempat
fluida mengalir maka ada perbedaan densitas aliran yang terjadi maka ada tambahan
rho ( )dari berat jenis (densitas) aliran awal. persamaan aslinya sih begini:
= ghs. (8)
dimana:
0
h = kedalaman air
s = slope aliran
= densitas fluida
g = percepatan gravitasi
h = kedalaman air
s = slope aliran (kemiringan aliran)
= densitas dari fluida awal
kayaknya harusnya kalo make aturan rumus rumus fisika yang umum dua rho itu
ditambah yah sob.. (?) tapi entahlah.. ekspresi diatas dipake oleh sedimentologis
secara umum.
Angka Froude
pertama kali ditemukan oleh William Froude tahun 1861 saat usianya 51 tahun,
meninggal saat usianya 69 tahun (lahir 1810) subhanallah sobat. bayangkan
seorang ilmuwan itu karena mereka memiliki passion (cinta bukan ambisi)
dibidangnnya dia selalu mendedikasikan pemikirannya untuk ilmu pengetahuan
berpikir keras menembus batas hingga akhir hayat.. penemuannya sebenernya
untuk memperkirakan pengaruh gelombang permukaan air terhadap arah aliran
fluida, aplikasinya waktu itu sih buat memperkirakan kestabilan kapal terhadap
gelombang yang terjadi. beliau adalah seorang hydrodinamist dan arsitek kapal asal
Inggris.
angka Froude (Froude number) sama halnya dengan angka reynold yaitu tidak
memiliki dimensi (tidak ada satuannya), berbeda dengan Reynold yang menjelaskan
perilaku aliran fluida dibawah permukaan (apakah turbulen atau laminer) angka
Reynold lebih ke permukaan dari aliran fluida (gelombang yang terjadi diatas
permukaan dan kemampuannya melawan arus aliran). mari kita diskusikan
angka froude ini di definisikan sebagai perbandingan (rasio) antara kecepatan aliran
(U) terhadap kecepatan fase gelombang air (c) diatas permukaan. (c=akar g x L).
ekspresi tersebut bisa diformulasikan seperti dibawah ini:
. (10)
dimana:
v atau U = kecepatan fluida (m/s)
g= percepatan gravitasi (m/s^2)
h = ketinggian kolom air.
angka froude parameternya beda sama angka Reynold (500-2000) angka froude ini
cukup 1 saja dimana
jika Fr<1 maka aliran dikatakan subcritical
jika Fr=1 maka aliran dikatakan critical
jika Fr>1 maka aliran dikatakan supercritical
apa maksud parameter angka angka tanpa dimensi ini?
Oke, menurut Froude jika Fr<1 maka aliran dikatakan tenang (tranquil) atau
subcritical dan gelombang permukaan (gelombang air yang terbentuk di permukaan)
dapat bergerak (berjalan) melawan arus yang mengalir, jika Fr=1 maka aliran
dikatakan critical atau berada antara fase subkritis dan superkritis (supercritical
alias alirannya cepat), dalamm teknik sipil dijelaskan kondisi critical ini memiliki
energi yang rendah (energi potensial dan kinetik dari pergerakan massa fluida)
dibandingkan dengan jenis aliran froude lainnya (supercritical dan subcritical).
energi ini di definisikan E = y + V /2g (E: energi, y: kedalaman channel, V:
kecepatan, g: gravitasi). kemudian untuk supercritical alirannya sangat cepat
dibandingkan aliran lainnya dan tentunya kondisi yang memungkinkan hal ini
kedalaman aliran (y) haruslah dangkal.
2
diagram ilustrasi hubungan energi aliran dan jenis aliran (critical, subcritical, supercritical) terhadap
kedalaman. perhatikan untuk subcritical (air tenang) punya energi (setidaknya potensial) yang besar karena
massanya yang besar (tekanan) karena dalam, air yang mengalir cepat (supercritical) juga punya energi yang
besar karena energi kinetiknya karena kecepatannya yang cepat meski dangkal, tapi untuk aliran kritis yang
nilai Fr=1 memiliki energi yang rendah (liat diagram) karena memang kedalaman dan kecepatan aliran yang
sama sama kecil. (referensi gambar: nyolong dari internet dari
situshttp://www.brighthub.com/engineering/civil/articles/53261.aspx#)
Oke lets make it short, apa yang bisa kita ambil dari penjelasan diatas? untuk yang
aliran kritis (Fr=1) tak perlu dibahas lebih lanjut karena dia berada diambang batas
aliran subkritis dan aliran superkritis, dimana energinya rendah dan kedalaman
dangkal dan gelombang permukaan yang tentu saja bisa hadir tapi haruslah
membentuk sudut gelombang permukaan 45(sumber: di dieu mang) karena kalau
sudut gelombangnya terlalu landai akan cenderung subkritis, sudut gelombang yang
terbentuk akan <45.
logika awam kita dalam memebedakan antara aliran subkritis (Fr<1) dan superkritis
(Fr>1) bisa kita bayangkan pada perilaku gelombang pada arus tenang dan arus yang
kuat. aliran yang lambat (biasanya di lingkungan dengan air yang dalam) ketika anda
melempar batu ke air tersebut maka akan terbentuk gelombang bukan? nah meski
airnya mengalir (pelan sekali) gelombang yang terbentuk tadi akan bergerak secara
radial kesegala arah bahkan mampu bergerak melawan arus.. nah kemampuan
gelombang bergerak melawan arus ini masuk kategori aliran (arus fluida yang
mengalir) bersifat subcritical (subkritis), tapi gelombang yang tidak mampu bergerak
melawan arus karena arusnya begitu kuat (misalnya di sungai) maka arus kuat ini
dikatakan supercritical (superkritis) (Fr>1).
percobaan bernoulli dilakukan pada dua tabung dengan luas penampang yang
berbeda (yang satu gede arah datangnya arus yang satu sempit). apa yang terjadi
kemudian? terdapat perbedaan tekanan pada ekdua tabung tapi energi yang
dihasilkan konstan (ilustrasinya bisa dilihat digambar bawah).
kita tahu
aplikasi dari efek bernouli ini sudah dipake di berbagai bidang teknik yang banyak
bermain dengan fluida. paling khusus adalah di teknik penerbangan diamana gaya
angkat pesawat (lift force) banyak sekali menggunakan aplikasi turunan persamaan
Bernoulli ini dimana, efek bernouli berhubungan langsung dengan energi angkat
(perbedaan tekanan pada tubuh objek akibat perbedaan kecepatan aliran fluida yang
melewatinya dari aliran fluida di bagian atas objek dan bawahnya).
ekspresi efek Bernouli ini berupa energi total dari sistem yang bekerja pada fluida
yang menyebabkan gaya angkat fluida:
. (11)
pada kenyataannya persamaan diatas tidak lengkap, karena pasti ada energi yang
hilang akibat pengaruh gesekan (frictional effect) antara fluida dan bed maka ada
Eloss (energi yang hilang) dari efek bernouli ini maka persamaan diatas dapat ditulis
kembali menjadi:
. (12)
energi potensial yang hadir adalah konstan karena dianggap tidak ada perbedaan
ketinggian atnara tempat dimana fluida masuk dan keluar. enregi kinetiinya berubah
ubah seiring dengan perubahan kecepatan aliran (dapat semakin cepat maupun
melambat).
pada persamaan diatas mengikuti konsep hukum kekekalan energi yang bernilai
konstan. sekarang mari kita lihat analogi ekspresi diatas (aliran fluida pada pipa
dengan dua luas penampang berbeda) dengan aliran fluida di channel sungai, pada
dasar channel sungai terdapat reduksi tekanan yang berada di bagian atas dan
bawah butiran yang berprilaku sebagai celah tempat meloloskan fluida. seperti telah
kita bahas diatas dimana aliran fluida dibagian atas bed (outer layer atau turbulent
sublayer) berbeda dengan dibagian bawahnya (viscous sublayer) tempat butiran
sedimen berinteraksi langsung dengan bed (permukaan dasar aliran). pada layer ini
akumulasi antar butiran sediemn berprilaku sebagai saluran pipa yang menyempit,
aliran yang berada diatas subviscous layer sifatnya lebih cepat (perhatikan gambar
pembagian antara outer layer dan turbulence generation layer, serta viscous sublayer
yang gambarnya membentuk kurva setengah parabola). bila terjadi perbedaan
tekanan karena perubahan kecepatan aliran fluida pada slab dalam hal ini partikel
sedimen maka akan terbentuk uplift force (gaya angkat fluida karena fluida
dibawahnya tertekan akibat shearing force yang dibawa oleh fluida yang berada
diatas slab) ilustrasi sederhananya silahkan lihat gambar dibawah.
inilah turbulensi yang terjadi di ekor sayap pesawat yang gue maksud tadi turbulensi ini akan menekan
bagian sayap sedangkan tekanan dibagian bawah sayap semakin tinggi seiring beratmbahnya kecepatan
aliran (dari steramline) di bagian atas sayap pesawat terjadinya turbulensi ini dikarenakan obstacle
bagian depan (muka penampang depan sayap) dan bertambahnya kecepatan aliran diatasnya.
Danniel Bernoulli (1700-1782) adalah seorang physicist (fisikawan), matematician (ahli matematika) asal
Switzerland (Swiss). merupakan putra dan keturunan dari ilmuwan ilmuwan Swiss dari generasi Bernoulli
(bayangkan sob.. semua keturunan Bernoulli mulai dari Nicolous Bernoulli sampe Bernoulli-Bernoulli yang lain
menyumbangkan pemikirannnya untuk matematika, kalkulus, dan fisika, serta bidang keilmuwan lainnya
semuanya orang orang orang jenius selama generasi ke generasi or sekeluarga besar ilmuwan semua !! O.O)
silahkan liat di wikipedia or gugel kalo ga percaya penemuan (sumbangan) konsep (prinsip bernoulli)
dalam bidang mekanika fluida ini yang dipublikasikan dalam buku ilmiah berjudul principle of hydrodinamics
pada tahun 1738.. dan satu abad kemudian (1903) Oliver Wright dan adeknya menemukan pesawat terbang
karena ulah beliau (Danniel Bernoulli) ini. satu kata: SUBHANALLAH.
ini gambar gue colong dari buku Gary Nichols (maafin aku Om Gary) menjelasin hubungan antara drag
force yang terjadi antara bidang sentuhan dan butiran serta efek bernoulli (uplift force) resultannya bila
uplift force kuat (fluida mengalir sangat cepat (energi kinetknya Wuoookeh) maka partikel dapat
terangkat dengan vektor gaya resultan yang lebih curam (sudutnya resultannya gede) yaah.. kalo
dragforce kecil (batunya gede dan berat) dan gaya angkat kecil ya.. ngegelinding wae si batu teh tapi
kalo uplift force gede dan drag force kecil paling batunya luncat-lucat (saltation istilahna ceuk urang
sunda mah)
yang ini gue nyolong dari Samboggs, Jr (adduh.. ampuuun Om Boggs hampuraaa pisan. gak bermaksud
membajak dan melanggar hak ciptasemata mata biar otak yang maksiat ini gak cepat lupa sama apa yang
pernah dibaca aamiiin.) perhatikan drag force yang terjadi dan uplift yang terbentuk serta sudut yang
akan mengarahkan pergerakan butiran termudah karena kontak tangensial dengan butiran lain pada gambar
a. disini shear stress (0) hadir sebagai komponen drag force (gaya seret) dan hydraulic uplift (FL) pada
gambar dikenal sebagai efek Bernoulli (sama kayak gambar Nichols diatas yang lebih simpel), kata Boggs:
efek Bernaoulli ini disebagakan oleh konvergensi (tekanan yang mengarah ke satu titik yaitu butiran) dan efek
bernoulli ini terjadi akibat meningkatnya velositas (kecepatan) aliran pada zone streamline yang menutupi
butiran. peningkatan kecepatan aliran ini akan menekan (menurunkan) tekanan yang berada diatas butiran.
Tekanan hidrostatis akan cenderung menkan butiran keatas zona bertekanan rendah ini (Boggs, Jr, 2006)..
tuh.. betul kan Sam Boggs juga setuju dengan kesimpulan kita
mm terus apa lagi yah.. Oh iya.. kita akan kan udah bahas bagimana perhitungan
pergerakan arus dan gaya gaya yang berkerja di dalamnya dalam mengangkut
sedimen. karena pembahasan kita mengenai entrainment (peroses pengangkutan
partikel pertama kali ketika partikel ini masih diam karena gaya inersianya) maka
pasti ada korelasi antara bentuk, ukuran, dan pemilahan butiran, kekasaran bed,
kehadiran dan ketidak hadiran viscous sublayer, kohesi (gaya tarik) antar partikel
yang beruikuran kecil,. karena faktor faktor ini begitu rumit dan tidak bisa dihitung
langsung kecuali dengan percobaan lab (eksperimen). maka untuk menjelaskan hal
ini sebuah diagram hasil percobaan Hjulstrom (1939) bisa dijadikan acuan. diagram
ini menjelaskan hubungan antara kecepatan aliran air dan ukuran butiran yang
memungkinkan dapat terangkut.
Diagram Hjulstorm vs Diagram Shield
Diagram Hjulstrom
menurut Nichols (2005) lumpur yang ada di alam sifatnya ada yang terkonsolidasi
(consolidated mud) dan ada juga yang tak terkonsolidasi (unconsolidated mud). apa
bedanya? untuk yang tak terkonsolidasi adalah lumpur lepas yang sangat cukup
rekat meski lunak (tetep aja rekat sob jadi arus kesusahan mencomot partikel
lempung ini buat diangkut) sedangkan yang consolidated mud sifatnya telah kaku
dan keras karena telah kehoilangan air, banyak endapan lumpur dialam berada pada
dua jenis ini.
meski demikian menurut Nichols (2005) lumur dapat terakumulasi pada semua
setting dimana aliran behrenti mengalir dalam waktu yang cukup lama (artinya arus
benar benar tenang tentu kondisi ini cukup sulit), aliran yang kembali mengalir akan
menaikan kembali endapan lempung yang baru mau ngendap tadi. tapi bila mengacu
pada diagram hjulstorm diatas lempung baru bisa dierosi kalo arusnya kuat maka
ketika kecepatan rendah dan lumpur mulai ngendap maka perlu arus yang cukup
kuat untuk mengerosi (menaikan lumpur yang mengendap ini) maka pada kondisi
arus yang tidak begitu tinggi fraksi sedang sampai kasar (pasir) bisa diendapkan
maka tak heran pada lingkungan pengendapan tertentu perselingan lempung dan
pasir bisa ditemukan seperti pada setting tidal (kayak formasi subang).
Diagram Shield
Diagram Shield apa parameter yang dipake di dalamnya? dan apa bedanya sama Hjulstrom?
Berbeda dari Hjulstorm, diagram Shield ini menggunakan dua parameter tanpa
dimensi (kayak angka reynold dan Froude gak ada satuannya kan? nah begitu) yang
dikenal dengan shear stress ( ) (pada beberapa peneliti menggunakan ) merupakan
parameter yang dipakai dalam Shield diagram dibandingkan velositas pada diagram
hjulstorm (perhatikan sumbu vertikal dari diagram sheild diatas). dan skala
horizontalnya menggunakan angka butuiran Reynold (Grain Reynold Number) atau
disingkat Reg. apa maksud dua parameter ini?
shear stress ( ) diekspreikan dengan formula (digambar diagram diatas sih udah
ada sebenernya):
.. (13)
dimana:
= shear stress
= berat jenis sedimen (partikel)
= berat jenisfluida
g = percepatan gravitas
t
D = Diameter butiran.
dalam diagram Shield nilai shear stress ( ) (pengganti velositas di diagram
hjulstorm) menggabungkan (mewakili) nilai velositas, ukuran butiran, dnesitas
fluida dan butiran dalam satu paameter (yaitu tadi). maka dalam diagram Shield
mieningkatnya nilai shear stress ( ) sudah mengindikasikan menginkatnya velositas
dan shear sterss atau menurunnya ukuran butiran dan densitas butiran.
parameter kedua (sumbu horizontal) dari diagram diatas ditunjukan oleh nilai angka
butiran Reynold (R ) (Reynold Grain Number) agak beda dari angka Reynold yang
kita ketahui sebelumnya. dimana parameter ini berhubungan dengan kedalaman air
(L), dimeter partikel (d) dan velositas shear (U*) serta viskositas kinematik (v)
ekspresinya dibawah ini:
R = U*d/v. (14)
dimana:
eg
eg
U*=shear velocity
d = diameter butiran
v = viskositas kinematik
shear velocity (U*) ini adalah kecepatan shearing (bukan alirannya) yaitu kecepatan
pergeseran partikel oleh arus. angka Reynold akan semakin besar jika shear
velocitynya besar begitu juga diameter butiran tapi berhubungan terbalik dengan
viskositas kinematik.
Settling Velocity
diatas kita sudah bahas sedikit mengenai aplikasi hukum stokes terhadap kecepatan
jatuh butiran (settling velocity) pada persamaan 4. disini kita akan lihat bagaimana
persamaan persamaan lebih komprehensip yang mejelaskan settling velocity ini
terhadap gaya angkat fluida, drag force (karena kontrol gravitasi dan densitas
butiran), serta gaya gravitasi murni yang bekerja pada butiran sedimen dalam air.
karena yang kita teliti ini bukan pesawat terbang :D :D :D haha jadi ketika
entraiment terjadi, butiran akan kembali jatuh dan kecepatan jatuh sesuai
penjelasan kita kali ini ada perhitungannya juga..
ketika partikel diangkut oleh arus sampai kembali lagi jatuh ke permukaan
bergantung pada drag dan lift force (gaya seret dan gaya angkat) yang dihasilkan
langsung oleh arus, termasuk turbulesnsi, dan kecepatan jatuh dari partikel. partikel
pertama kali mengalami percepatan seiring dengan stabilnya kecepatan partikel dan
kecepatan stabil ini dikenal sebagai termainal fall velocity. untuk partikel yang kecil,
terminal fall velocitynya lebih cepat. tingkat jatuh setelah partikel setelah mencapai
terminal fall velocity merupakan fungsi dari viskositas fluida, ukuran butiran, bentuk
dan densitas partikel. tingkat settling (tenggelam/jatuhnya partikel ditentukan dari
hasil interaksi gaya ketas -karena drag force dan uplift force (sudah kita jelasin tadi)drag force dihasilkan oleh fluida pada butiran sedimen dengan fungsi densitas fluida,
diameter butiran, dan fall velocity yang hadir (dari butiran) yang digambarkan dari
ekspresi berikut untuk drag force pertama kali oleh Stoke:
(15)
(16)
dimana = densitas fluida. d adalah jari jari bola. nilai 4/3 (d/2)^3 diatas
merupakan luas dari bola (partikel). selain gaya angkat keatas, karena pengaruh
gravitasi pasti ada lihat ekspresi dibawah ini:
f
.. (17)
karena ada dua gaya interaksi vertikal (gaya dorong keatas persamaan 16) dan gaya
gravitasi yang mempengaruhi butiran (persamaaan 17) maka resultan keduanya
sama dengan gaya seret sehingga persamaan ini dapat disimpulkan dengan:
.. (18)
dari persamaan diatas (18), dengan mengutak atiknya maka fall velocity dari partikel
dapat kita simpulkan dengan:
.. (19)
untuk aliran yang lebih pelan (laminar flow) dan konsentrasi partikel dan ukuran
grain Reynold Number (R ) yang kecil, nilai CD (diatas) di definisikan sama dengan
24/R (Rouse dan Howe, 1953). dengan mensubstitusi nilai CD baru kita ini ke
dalam persamaan R sebelumnya (persamaan 14) maka dapat diketahui
CD = (24/R ) = 24/(U*d/v) = 24 . v/U*d -> dimana v = /
eg
eg
eg
eg
sesuai janji saya ini ada tulisan (bukan paper) dari internet yang membahas kalkulasi
hubungan komponen komponen fisika yang hadir dalam arus saat transportasi
sedimen berlangsung (efek Bernoullinya, settling velocitynya, drag force, inersia
butiran terhadap kecepatan arus, diagram hjulstrom, diagram shield, drag force, dan
lain lain) silahkan disedot pak dhe pak dhe yang di rahmati Allah
mekanisme transport sedimen di sungai (klik aja tulisannya pak dhe)
Suspended load vs Bed load Transport
pergerakan partikel kasar akan cenderung bergerak sangat dekat dengan bed selama
transportasi berlangsung mekanisme ni dikenal sebagai transportasi bed load.
sementara fraksi halus akan bergerak lebih tinggi diatas bed membentuk transport
suspended load. jika shear velocity (U*) lebih besar dari settling velocity (V) maka
material akan tetap berada dalam kondisi suspensi (suspended load) (Boggs, Jr,
2006).
Transportasi Bedload
partikel yang berukuran lebih besar dari pasir biasanya ditransportasikan dalam
mekanisme bedload. kontak trasportasi bedload kontinu dengan bed dikenal sebagai
traction transport (transportasi traksi). dimana pergerakan transportasi arus traksi
ini bisa terjadi dalam bentuk rolling (menggelinding), sliding (terseret), dan creep
(merayap). saltasi merupakan tipe bedload dimana memiliki kontak intermitten
dengan bed selama transportasi berlangsung. saltasi pergerakannya berupa loncatan
loncatan partikel naik turun membentuk sudut 45 dari ketinggian loncatan dan
jatuh ke bawah membentuk sudut 10 (Boggs, 2006) pola asimetris ini bisa
terganggu akibat aurs turbulen atau tumbukan dengan butiran lainnya. tarnsportasi
saltasi dapat dianggap sebagai pola intermediet antara transport traksi dan supensi,
tapi masih dalam mekansime transport bedload (mengalami kontak dengan
permukaan bed).
Suspended Load transport
karena kekuatan arus meningkat, intensitas turbulensi meningkat dekat dengan bed.
jalur lintasan partikel sedimen juga semakin tidak beraturan, semakin tinggi atau
lebih tinggi dari trajektor (lintasan) partkel saltasi. jika lift force (gaya angkat) hasil
tubulensi arus sejatinya tidaklah bersifat kontinu (energi kinetik berubah) maka
partikel akan sekali waktu jatuh juga ke bed fenomena ini dikenal sebagai
intermitten suspension (silahkan lihat ilustrasi dibawah). intermittent suspenison ini
berbeda dengan saltation dimana pergerakan partikel pada intermittent suspension
berada lebih lama diatas bed sebelum ia jatuh ke bawah bed (dan lintasannya lebih
acak), sementara fraksi halus dapat beratahan lama dalam aliran (dalam arus
supensi) dan terangkut cukup jauh sebelum jatuh juga menyentuh bed jika
keceaptan mennurun transport suspended load tipe ini dinamakan continuous
suspension.
perhatikan pola lintasan (trajector) partikel sedimen dalam tubuh aliran. arus suspensi yang terbentuk hasil
turbulensi dan kuatnya shear velocity (U*)
cukup umum terjadi. karakteristik transport sedimen oleh gravitasi adalah adanya
pergerakan massa sedimen (bukan lagi per partikel seperti pada fluida tapi massa
besar!). istilah pergerakan massa sedimen oleh gravitasi ini dikenal sebagai gravity
mass movement dan jenisnya cemacem: ada rock falls, slide, dan sediment gravity
flow. Silahkan lihat penjabarannya di tabel 2.1 dibawah. Rock fall mencakup blok
atau klastika yang lepas jatuh bebas dari tebing atau lereng yang curam. Slide
merpakan mekanisme pergerakan massa dari batuan atau sedimen karena longsor
atau shear failure yang terjadi pada suatu massa batuan yang mengalami deformasi
internal. Sediment gravity flow merupakan tipe pergerakan fluida dari suatu massa
batuan yang mengalami deformasi internal (longsoran pada lereng lingkungan
berair).
Sediement gravity flow merupakan bagian yan paling banyak dipelajari dan paling
menarik, karena salah satu contoh yang menarik adalah fenomena longsoran pada
lereng laut dalam yang menghasilkan arus turbidit dan endapannya dikenal sebagai
endapan turbidit.
Di lingkungan subaerial gravity flow juga terjadi contohnya longsoran (avalanche),
aliran piroklastik dan base surge flow yang dihasilkan oleh hasil erupsi volkanik,
grain flow dari pasir kering pada bidang sentuh gumuk pasir, dan lingkungan
volcanic dan non volcanic tempat tejradinya aliran debris dan aliran lumpur (debris
flow dan mud flow). Di lingkungan subaqueous fenomena sediment gravity flow yang
umum berupa grain flow, debris flow, turbidite flow dan liquified sediment flow
(atau dikenal juga sebagai liquifaction flow atau di beberapa buku disebut juga
sebagai liquidized flow).
Sediment gravity flow terjadi jika dan hanya jika butiran terpisah dari massanya dan
sudut geser dalam meluas kemudian kosehifitas (kerekatan) batuan dengan massa
utuhnya berkuang akibat beban massa tidak stabil lagi menahan beban yang akan
bergerak turun karena gaya gravitasi.
Empat jenis teoritis dari mekanisme dispersif dan support butiran dalam aliran yang
sesuai dengan reduksi (pengurangan) internal strength yaitu: aliran turbulen ,
upward escape dari fluida intergranular (pergerakan keatas karena goncangan),
grain interaction (dispersive pressure), dan support cohesive matrix. (ilustrasinya
bisa dilihat dibawah).
Arus Turbidit
Arus turbidit merupakan jenis density current (arus dengan densitas sediemn yang
tinggi) yang mengalir ke arah bawah lereng disepanjang dasar laut atau danau
karena konstrasnya densitas dengan air disekitarnya (ambient water) (Boggs, 2006).
arus trubidit dapat berasal dari berbagai mekansime (yang memicunya) mulai dari
sediment failure (longsoran), badai ynang memicu aliran dari pasir dan lumpur di
kepala punggungan lereng, bedload inflow dari sungai dan glacial meltwater
(melelehnya es), dan aliran selama erupsi dari airfall ash (muntahan gunung api).
Memberntuk suatu pergerakan berupa surege atau stabil membentuk uniform flow
(menurut Normark dan Piper, 1991 dalam Boggs, hal 38).
Surge atau spasmodic turbidity current, diawali dengan peristiwa catastrophic yang
terjadi suatu waktu (sesaat) akibat dipicu gempa bumi atau sediemnt slupmping atau
karena gelombang badai yang terjadi di continental shelf (tentunya pada batas
continental shelf terhadap continental slope). artinya, arus turbidit ini meski
endapannya tebel tebel tapi sebenernya itu event yang terjadi berulang dan satu
event ini berlangsung mendadak dan sesaat saja (sama dengan aliran gravitasi
lainnya).
Event event ini menghasilkan turbulensi arus yang intens pada air laut yang berada
diatas lantai samudra, menghasilkan erosi ekstensif dan entrainment dari sedimen,
hingga fraksi fraksi halus ini sebagian besar terlempar ke kondisi suspensi.
Saat arus turbidit terbentuk kemudian ternyata eh ternyata secara geometris massa
sedimen yang terbawa arus ini memiliki tiga bagian: kepala, tubuh dan ekor (head,
body, and tail). Silahkan lihat ilustrasinya seperti dibawah ini.
ada tiga bagian morfologi tubuh arus turbidit seperti pada gambar dan penjelasan diatas (head, body, tail) head
cenderung ukurannya (tebal or tinggi h) lebih tebal dari bagianlain, dan konsentrasinya cenderung berisi fraksi
kasar dan halus, arusnya lebih acak memiliki pola reverse rolling (mirip arus eddie kali yah?) dan turbulensi di
head lebih kencang dari body, kecepatannya bergantung pada densitas dan ketebalan aliran (ukuran or h
headnya sendiri). sekali waktu fraksi halus yang terturbulensi di body (ukurannya lebih seragam dari head dan
lebih tipis) tapi di beberapa kondisi kecepatan di body lebi cepat dari head (laut dalam) ketika fraksi halus
yang ada di body tadi terangkut (nyungsep atau masuk) ke head dan melalui gerakan reverse rolling dari
head (upward motion) fraksi tadi bisa kembali balik ke body lagi.. kecepatan aliran di body dipengaruhi oleh
frictional force (koefisien gaya gesek) di base (dasar aliran turbidite body) dan frictional force di bagian atas
body yang mengalami kontak dengan ambient water. penjelasan lebih lanjut mari ikuti dengan sabar postingan
ini :D eh tapi ntar dulu ternyata gambar diatas gak ada ekornya (tail) hahaha gak tau nih samboggs ngasi
gambar setengah setengah gini (diculik dari Samboggs, Jr halaman 39)
gambar diatas kurang lengkap inilah gambaran (gue colong dari Nichols 2007) yang agak oke dari head, body
dan tail dari arus turbidit.. head relatif lebih tebal ukurannya dari bagian yang lain. disini fraksi kasar terbawa,
kecepatan head bergantung dari ketebalannya (ketinggian) dan tentu saja densitas (berat jenis) dari material
yang mengisi head.
kecepatan aliran fluida di head bergantung pada perbedaan desnitas fluida dari arus
turbidit dan fluida yang berada disekitarnya (ambient water), densitas ambient
waternya sendiri (rasio dua paremeter tadi), ketinggian head (ketebalan head),
gravitasi, serta angka Froude (0.7) sebagai konstanta. lebih jelasnya mari kita lihat
persamaan dibawah ini untuk kecepatan head (Uhead):
. (22)
dimana:
= perubahan densitas di head turbidit terhadap air (fluida) sekitar (ambient
water).
. (23)
dimana:
f0 = koefisian gesek di dasar aliran.
f1 =koefisian gesek (atau ketahanan gesek frictional resitance) dari bagian atas
aliran yang mengalami kontak dengan ambient water (air sekitar yang tidak
tercampur massa suspensi sedimen yang dibawa turbidit).
s = kemiringan slope
kecepatan aliran body lebih cepat di laut dalam dibandingkan di head, perbedaan
kecepatan pada body (dibagian lereng dangkal dan di bagian yang dalamnya)
menyebabkan menyebabkan nyungsep nya :D massa yang ada di body ke dalam
head (kalo menurut ilustrasi diatas yang gambarnya bergulung gulung :D dinamakan
sebagai mixing) dan mungkin fenomena ini juga yang menyebabkan mekanisme
reverse rolling dari head yang mengirim sedimen masuk lagi ke body seperti diskusi
kita diatas.
dan untuk tailnya sendiri cenderung memiliki penampang (tinggi) yang lebih tipis
dari bagian yang lain (makanya disebut ekor om masa ia ada makhluk yang
ekornya lebih gede dari badan?) :D, densitas (konsetrasi) sedimennya lebih rendah
dibandingkan bagian yang lain.
Tail yang menjauh dari body cenderung lebih cair (densitas dan viskositasnya
rendah) dibandingin di yang lain, dan kecepatannya lebih lambat karena fraksi
sedimen yang tersisa di dalamnya (kombinasi konsentrasi sedimen dan fluida yang
bergerak itulah arus turbidit) cenderung lebih halus dibandingin bagian lain dari
tubuh arus turbidit.
ketika sedimen tersuspensi dalam arus trubidit, arus turbidit akan terus mengalir
karena percepatan gravitasi dan gaya inersia. aliran akan terhenti ketika campuran
sedimen-air ini menghasilkan densitas yang sama dengan air sekitarnya (artinya
sedimen udah mulai mengendap alias settling). pergerakan head yang berisi material
kasar ini akan menggerus bed dan meninggalkan jejak struktur erosional (flute dan
grove cast) partikel kasar akan mengendap lebih cepat di daerah proksimal, sisanya
mateiral halus akan berada di suspensi sehingga pola pengendapannya akan
membentuk suatu sortasi menghalus keatas (graded bedding).
kecepatan arus turbidit pada akhirnya akan berkurang karena kemiringan lereng
yang relatif begitu datar hingga benar benar datar di lantai samudra atau danau.
ketika head mulai bergerak (hingga mengendap dan ukuran (ketinggian)nya menjadi
datar. periode scouring yang dilakukan head pada dasar bed akan diikuti dengan
pengendapan body dan tail, selama pergerakan arus traksi ini terus terjadi dan
semakin melemah (arus tidak kuat lagi menghasilkan arus traksi) tail pun akhirnya
mengendap (karena dia masih tertahan di arus suspensi sebagai fraksi halus).
dalam aurs turbidit, ternyata konsentrasi sedimen dapat membentuk dua jenis arus
yaitu: (1) aliran (turbidit) densitas rendah yaitu mengandung sekitar 20 sampai 30 %
konsentrasi butiran. sementara jenis satu lagi yaitu (2) aliran (turbidit) berdensitas
tinggi dengan konsetrasi lebih besar (diatas 30%) (menurut Lowe, 1982). low density
flow di dominasi oleh butiran butiran lepas halus seperti clay, silt, dan fine sand yang
semuanya tertahan dalam arus suspensi karena arus turbulen. kemudian highdensity flow dapat mengandung sedimen dengan ukuran partikel lebih kasar selain
fraksi halus tadi dan turbulensi yang tetjadi mencegah settling sedimen kasar ini
sehingga terjaga dalam konsentrasi arus dan bercampur dengan fraksi halsu yang
memang sudah tertahan dalam arus suspensi (artinya di high-density flow turublensi
leihb kuat). tapi perlud icatat high-density flow (dari arus turbidit) berbeda dari
debris flow dimana pada debris flow karena tidak bercampur dengan fluida begitu
banyak maka turbulensi tidak terjadi). adapun bagian head dari arus trubidit ini
menurut Boggs (2006) termasuk ke dalam high-density flow, sementara tail (yang
sifatnya lebih dilute atau lebih encer karena kosetrasi sedimennya kecil sekali atau
lebih kecil dari head dan body) maka jenisnya lebih ke tipe low-density flow.
simulasi dapat di lakukan di lab untuk mengamati perilaku dari arus turbidit ini,
banyak model telah di buat berikut perhitungannya.. sehingga arus ini cukup populer
dikalangan para teknisi (bukan hanya geologi). dibawah ini ada contoh pideo dari
youtube yang mengilustrasikan mekanisme arus turbidit di alam.
simulasi dibawah ini dibuat dengan pemodelan komputer untuk lebih
menggambarkan visualisasi dari pergerakan arus trubidit ini, terutama perilaku head
(perhatikan head ini bisa membuat gerakan rolling atau reverse rolling yang
berlawanan dengan arah arus) silahkan buffer pidionya di bawah pak dhe..
kita juga bisa membuat simulasi yang lebih sederhana lagi kalo gak punya instrumen
alat alat yang mahal seperti pideo diatas cukup dengan tupper ware seharga terong
dan bubuk powder coklast atau apa saja yang kira kira bisa mengganti butiran
sedimen halus seperti dibawah ini :D
yang ini pideo simulasi yang pake ada lereng (slope) nya.. tapi ingat simulasi diatas
juga pake lereng sebenernya meskipun arus turbidit itu akan lebih intens mengalir di
dasar lereng karena energi kinetik semakin maksimum.. perhatiin pideo dibawah lagi
biar lebih jelas.. (di pideo bawah tailnya berada diatas tubuh aliran karena terdiri
dari fraksi sangat halus yang dapat bertahan lama di arus suspensi)
dibawah ini ada lagi simulasi arus turbdiit yang sebelumnya mengalir melewati
sistem channel di slope (slope canyon) sebelum akhirnya membentuk endapan
kipas di dasar laut dalam (submarine fan).
nih gue tambah lagi biar puas.. wkwkwkwk
udah mudah mudahan semua penjelasan diatas cukup membuat anda mengenal
lebih akrab mengenai arus turbidit ini.. oh iya hampir lupa.. bagaimana
endapannya??
Endapan Arus turbidit
endapan arus turbidit dikenal dengan istilah turbidite. Bouma (1967)
memperkenalkan sikuen lengkap dari turbidit ini. maka dikenal istilah sikuen
Bouma (Bouma Sequence) merupakan suatu model urutan (suksesi) endapan
turbidit. Bouma sikuen terdiri dari lima bagian: yang mana bagian bagian ini
menggambarkan proses menurunnya kekuatan aliran arus turbidit hingga
mengendapkan semua material sedimen yang dicirikan oleh kehadiran struktur
struktur sedimen dan regime aliran.
keberadaan kelompok struktur ini membagi suksesi bouma dalam lima bagian :Ta,
Tb, Tc, Td. unit A (Ta) merupakan suksesi atau fasies paling bawah dari sikuen
Bouma berisi scoured base (dasar yang tererosi atau struktur erosional), dan pola
menghalus keatas (graded bedding), unit B (Tb) dicirikan oleh kehadiran fraksi yang
lebih halus dari Ta, tersortasi lebih baik, bersruktur paralel laminasi yang
mencirikan regim aliran atas (upper flow regime sama seperti Ta upper flow regime
juga), unit C (Tc) berisi struktur cross lamination dari pasir halus, mengindikasikan
kekuatan (kecepatan) arus yang lebih kecil maka mencirikan regime aliran bawah
(lower flow regime), selanjutnya dibagian atas fasies ini masih dengan mekanisme
regim aliran bawah (lower flow regime) terbentuk unit D (Td) berupa laminasi silt
yang agak mirip dengan suksesi layer b cuma lebih halus (berukuran silt), setelah
arus benar benar terhenti di bagian akhir terbentuklah unit E (Te) yang disusun oleh
material clay (lempung) yang menunjukan arus sudah sangat tenang. perlu dicatat
suksesi sikuen bouma ini berlaku untuk jenis arus turbidit low-density flow (low
density turbidity current) sepeti yang kita bahas di paragraf atas. silahkan lihat
ilustrasi suksesi ini seperti gambar dibawah.
menurut Boggs (2006) kebanyakan turbidit tidak selalu hadir secara lengkap semua
suksesinya. suksesi A dan B (unit A dan B) adalah yang sering muncul, tapi C sampai
E umumnya jarang berkembang bahkan tidak hadir. turbidit yang halus (butirannya)
suksesi C sampai E dapat hadir tapi malah unit A dan Bnya yang gak ada. menurut
Hsu (1989) unit D dari Bouma jarang hadir di kebanyakan endapan turbidit (paralel
laminasi lower flow regime) dan unit A dan B seringkali hadir dalam satu bed (A+B).
menurut Hsu turbidit yang seringkali dijumpai dibagi dalam dua unit saja yaitu unit
lamimasi horizontal di bagian bawah sikuen (unit A+B tadi) dan unit di bagian
atasnya yang diisi oleh unit cross laminasi (unit C). sementara unit E menurut Hsu
merupakan masalah karena dia dianggap tidak masuk ke fasies pengisi sikuen
Bouma, sebab material ini dienapkan oleh arus yang sangat lambat kemungkinan
arus turbidit yang membawa material sudah tidak bekerja lagi, sehingga dianggap
sama dengan lempung lempung laut dalam (pelagic lainnya).
skema suksesi turbidit menurut Bouma (1962) dan Hsu (1989), punya Bouma yang gambar 1, punya Hsu
yang gambar 2. menurutu Hsu suksesi D jarang berkembang dan suksesi A sering kali hadir dalam satu
bed dengan suksesi B maka nama unitnya A+B gitu pak dhe ceritanya..
menurutu Nichols (2009), ternyata suksesi turbidit yang muncul gak lengkap ini
memang dikarenakan perbedaan perilaku (sifat, kecepatan, densitas) dari arus
turbidit pada lereng.. maka terdapat perubahan proximal, medial, dan distal dari
endapan turbidit ini seperti diilustrasikan dalam gambar dibawah:
perubahan fasies turbidit dari arah proksimal (dekat ke slope), medial, hingga distal dari ilustrasi ini
diketahui kehadiran fasies terlengkap dari suksesi turbidit ada pada bagian proximal dari tubuh endapan
(Ta-Te) sementara ke arah proximal (arah datangnya arus atau mendekati lereng) maka fasies yang
muncul kemungkinan Ta,b,c (Ta-Tc) terus ke proximal lagi paling yang muncul faseis Ta sama Tb doang
(karena arus traksi yang kuat dan fragmen kemungkinan masih kasar sehingga preservasi struktur ripple
dan bedform pasti terganggu), sementara itu bila menjauh lagi ke arah distal maka suksesi yang terbentuk
akan lebih ke suksesi bouma bagian atas (Tb, Tc dan atau Td-e) mulai dari Tb (bila dekat dengan medial),
Tc, Td, Te.. Ta mulai jarang karena fraksi yang tersisa adalah fraksi halus dan arus tidak sekuat
sebelumnya menggerus dasar untuk membentuk arus traksi yang membentuk struktur erosional. lebih
jauh lagi (menjauhi medial) paling yang hadir fasies Tc-e dan lebih jauh lagi (lantai laut dalam atau fasies
distal dari submarine fan) yang bakalan tersisa palingan Tde.
ada sih gambar yang lebih bagusnya dari Nichols (2007) tapi scannernya udah
diambil yang punya jadi gak bisa ditampilin.. :D :D
terus apa lagi yah??? oh iyah. endapan turbidit ada juga yang high density
current seperti diskusi kita diatas, tipe arus yang terjadi pada lereng laut yang
memiliki mekanisme yang sama dengan turbidit lainnya hanya saja densitas sedimen
yang dibawa lebih banyak (mixture sedimen dan air), karena hal ini maka suksesi
struktur yang hadirnyapun sedikit berbeda dari sikuen bouma pada umumnya.. apa
saja? agak mirip kayak mekanisme grain flow (tapi beda banget) gue bingung gimana
ngejelasinnya haha oke, untuk high density turbidity current menurut Nichols
(2009) disusun oleh fasies batuan yang tebal pada bagian dasarnya berupa fraksi
kasar yang berstrutkur reverse grading (nah ada ininya makanya mirip sama grain
flow deposit), massif, dan sedikit laminasi (upper flow regime) dan terkadang ada
struktur fluid escape structure lagi lagi mirip kayak di grain flow.. bahkan lebih
banyak massifnya karena proses pengendapan yang begitu cepat dan arus tidak
suksesi high density turbidity current, perhatiian strukturnya yang paling bawah ada bed yang tebal banget dan
cenderung masif, ada laminasinya dikit diatas, reverese grad dibawahnya, dan struktur pembebasan fluida
(macam dish and pillar begitulah) karena sedimen langsung numpuk dan ada air yang terperangkap maka air
ini berusaha bebas dan membawa sedimen halus membentuk struktur dish and pillar tadi.. (bisa dibayangin
kan?).. sama kayak turbidit di lereng lereng juga tapi beda sama grain flow
mari kita lupakan turbidit.. karena saya sudah mabuk ngebayangin dan
ngomonginnya :D semoga sedikit penjelasan diatas membuat anda, saya, dan kita
lebih akrab dengan turbidit dan arus turbidit.
Grain Flow
apa itu? grain flow adalah pergerakan sedimen lepas (loose, atau cohesionless)
dimana sedimen ini jatuh lepas (dalam massa besar) tanpa pengaruh media
transport. menurut Boggs (2006) Gran flow adalah dispersi dari sedimen yang
cohesionless (lepas) dimana sedimen sedimen yang berada di udara bergerak dengan
mekanisme tekanan dispersif (menekan sambil menyebar) karena tumbukan
langsung antar butiran dan di air terjadi juga (dispersive pressure) karena tumbukan
dan akumulasi butiran yang berdekatan.
sedimen yang mengalir melalui grain flow baik di lingkungan subaerial (darat)
maupun subaqueous (laut) akan bergerak sangat cepat karena umumnya peristiwa
ini terjadi di lereng yang sangat curam (Boggs, 2006).
menurut Boggs grain flow hasil dari pergerakan cohesionless sediment yang
beregerak ke bawah lereng karena kehilangan secara tiba tiba dari internal shear
strength pada sedimen. grain flow dimulai melalui mekanisme proses traksi (traction
process) yang meneyebabkan sedimen cohesionless (sedimen lepas) umumnya pasir,
untuk terkumpul dan bergerak diluar batas sudut ketahanan (angle of repose). sudut
ini adalah fungsi dari grain packing dan grain shape (bentuk butiran) dan cenderung
akan lebih besar nilainy apda endapan dengan akumulasi butiran yang menyduut
dan memilik kebundaran rendah (buruk). ketika angle of repose ini meningkat, maka
longsoran akan terjadi (bukan longsoran tipe geseran tapi jatuhan atau avalanche).
dan aliran akan semakin cepat terjadi ketika internal shear stress meningkat karena
gravitasi (atau melebihi internal shear strength dari sedimen).lu kalo pusing mikirin
angle of response bayangin aja pasir kalau ditumpuk bisa jadi gunung kan
(segenggam pasir lepas dilantai dari atas perlahan), nah akan ada sudut kemiringan
dari gunung kecil tumpukan yang kita buat tadi dan tidak mungkin pasir ini
meninggi begitu saja dan sudut kemiringan ini (dari lereng gunung kecil yang kita
buat) akan tetap dipertahankan.. tentu saja kalo butirannya bunder (bulat) gak akan
bisa membentuk sudut yang curam (bayangin aja tumpukan kelereng) dan tentu saja
beda sama sedimen yang menyudut kan? karena dia menyudut bisa lebih stabil dan
kuat untuk membentuk sudut lereng yang curam..
hal yang terpenting adalah tekanan dispersive (dispersive pressure) dimana
tekanan diperlukan untuk memisahkan butiran dan mempertahankannya dalam
suspensi selama aliran terjadi, dan tidak dibentuk oleh fluida namun tumbukan
antar butiran (grain-to-grain collision) di udara dan close encounter (massa yang
rapet tapi lepas) di air ketika longsoran terjadi kebawah lereng (yang curam tentunya
kalo landai yah jadi turbidit lagi atuh). selama interaksi dari butiran, tekanan
dispersive merupakan gaya normal terhadap bidang dari shearing yang cenderung
meluas atau disperse (menyebarkan) butiran pada arah tertentu (yaitu arah
arusnya kebawah lereng). Bagnold tahun 1956 memberikan persamaan dari
hubungan antara shear stress (T) dari butiran dan dispersive pressure (P) yaitu:
T/P = tan a (24)
dimana:
a adalah angle of internal friction (sudut geser dalam).
formula ini untuk kemiringain lereng minimum sekitar 30 (di udara atau subaerial)
tapi di laut kecuraman lereng yang diperlukan untuk menghasilkan grain flow harus
lebih curam (Boggs 2006 hal 44). meskipun dispersi atau perpindahan dari butiran
pasir dapat terjadi stabil setcara lateral tapi kadang karena beberapa kondisi dapat
terjadi upward flow (aliran keatas) dari pori fluida karena gutiran yang jatuh
(settling butiran dibagian atas kebawah) atau buoyancy dari matrik lumpur yang
padat (dense). grain flow dalam kondisi ini mirip dengan liquified flow (nanti kita
diskusiin) , tapi beda dimana grain flow aliran upwardnya gak sebanyak liquified
flow, dan grain flow bisa terjadi di subaerial dan subaqueous, sedang liquified umum
di subaqueous.
grain flow umum terjadi di lee slope dari sand dune. flow (aliran) dari cohesionless
sand juga diketahui di samudra dimana material cohesionless sediment ini mengalir
di lereng curam dari submarin canyon (Shepard, 1961). Grain flow diatas lantai
samudra dari Norwegian fjord (nama tempat yang aneh :D) dimana grain flow
terjadi menyebabkan rusaknya jaringan telpon kabel bawah laut di norwegia sana.
grain flow dari rekaman geologi endapannya tidak begitu banyak terjadi (kalo
dibandingin sama turbidit) karena di kondisi tadi (lereng harus curam) tapi
terkadang grain flow ini diikuti oleh arus turbidit juga. tapi perlu diperhatikan disini
grain flow itu sekali lagi bukan aliran turbidit, karena turbulensi tidak ada atau
hampir tidak ada dan tidak ada pencampuran layer atas dan bawah.
Endapan Grain flow
kayak grain flow) dengan mekanisme kinetic sievingnya (sama di debris juga karena
kinetic sieving).
tapi bukan cuma di daerah kering di lingkungan glacial juga ketika es melting
(meleleh) maka ada air yang akan menuruni lembah menyapu semua butiran
sedimen halus yang dilewatinya dan membentuk lumpur dan aliran ini juga terjadi
disini.
bagaimana mekanismenya? aliran debris ini memiliki sifat sama dengan bingham
plastic (masih ingat kan?) untuk menggerakannya (mendeformasinya) perlu yield
strength terlebih dahulu (saturasi air). sifat kohesif (kalo grain flow non kohesif jadi
beda) dari matrik lumpur dalam aliran debris memilki streingh yang kuat dalam
mengangkut butiran kasar, tapi karena kohesifitasnya yang tinggi ini (sifat bingham
plastic) maka yield strength (initial strength) yang kuat (lerengnya harus curam)
diperlukan umumnya lereng dengan kecuraman > 10., tapi ada juga yang bisa ngalir
pada lereng yang lebih landai yaitu sekitar 5 atau kurang (Boggs, Jr 2006).
aliran debris yang kaya akan lumpur (mudnya dominan) dikenal sebagai mud flows
dan aliran debris dengan mud friction yang rendah dan kaya fragmen kasar gravel
(lumpurnya sedikit tapi gaya geser lumpur ini buat nyeret gravel cukup kuat)
dinamakan muddy debris flw (Middleton, 1991). terus karena air di dalam sedikit
jumlahnya artinya kerja air tidak diperhitungkan sebagai arus untuk kohesivitas
lumpur yang bekerja dalam mengangkut dan mengontrol settling dari fraksi kasar
yang terbawa di dalamnya. terus jenis aliran debris dengan matrik yang mengandung
pasir dan gravel berukuran sedang-kasar yang sifatnya cohesionless (lepas mirip
grain flow) namanya mud-free debris flow (middleton, 1991) menurut gue yang ini
jenis yang jarang dan aneh. :D
setelah yield strength dihasilkan karena saturasi air dalam tubuh massa lempung
(lumpur lepas), aliran akan mulai bergerak, aliran akan terus bergerak melwati
lereng pada kemringnan kalo menurut Curray (1966) bisa antara 1 atau 2 (tuh bisa
lebih rendah lerengnya kalau yield strength sudah terpenuhi).
satu lagi aliran debris ini bukan cuma di lingkungan subaerial di subaqueous (berair)
juga bisa terjadi. di aliran debris subaquous bergerak cepat menuruni lereng dan
kemudian jadi encer setelah penampuran air (ambient water) lebih banyak mengisi
aliran (massa sedimen yang bergerak ini) sampai akhirnya strength berkurang,
hingga akhirnya berubah menjadi arus turbidit yang lebih turbulen (gak laminer
lurus keseret kayak aliran debris gara gara massanya jadi encer udah kecampur
banyak air). setelah shear stress karena gravitsi sudah tidak bekerja lagi untuk
meningkatkan yield strength di dasar aliran, maka massa aliran menjadi diam
(freeze) dan akhirnya berhenti bergerak.
endapan aliran lumpur
aliran debris biasanya tebal, sortasi buruk, biasnay memilki chaotic mixture
(persebaran pencampuran acak) dari partikel sedimen mengisinya dari lempung
sampai boulder. partikel yang besar umumnya menunjukan orientasi tertentu
(mencirikan pergerakan karena arus tapi tetap saja jelek karena pergerakannya yang
bisa saja berputar dan tidak teratur selama transportasi). struktur yang khas lainnya
adalah struktur reverse grading akibat kinetic sieving.
Fluidized flow (Liquidized flow)
liquified flow (fluidized flow) merupakan suatu konsentrasi dispersi butiran sedimen
yang bergerak keatas karena air pori yang ingin bebas bergerak keatas karena
butiran diatasnya jatuh kebawah karena tertarik gravitasi dan fluida yang terbebas
tadi menginjeksikan sedimen dari bawah tempat ia keluar (Boggs, 2006) tapi
mekanismenya bukan cuma itu. atau dengan kata lain upward intergranular grain
flow, butiran sedimen disini berprilaku sebagai fluida yang bergerak ketas karena
viskositas yang tinggi (masih ingat struktur pillar dan dish kan?).
sedimen yang akan mengalami aliran ini haruslah loosely packed (lunak dan tidak
kompak alias belon jadi batu), cohesionless (gak kohesif) seperti pasir yang dapat
terinjeksi dari bawah. likuifaksi ini dapat juga terjadi karena goncangan mendadak
(sudden shock), atau beberap kali goncangan, yang menyebabkan butiran kehilangan
kontak satu sama lain dan tersuspensi dalam air porinya (wuiih.. kereeen). kontak
butiran terpisah jika fluida masuk dari dasar massa atau kolum material yang tidak
kohesif ini dan menginjeksikannya dan injeksi ini terus berlanjut hingga butiran
mulai terpisah, dan beratnya butiran sekitar akan menkan fluida untuk terus naik.
proses keren ini dinamakanfluidization atau liquifaction, menurut Boggs aliran
dapat cukup cepat terjadi di dasar lereng dengan kemiringan 3.
aliran likuifaksi ini terjadi jika grain disiispersion dipertahankan (butiran tidak
kompak tadi tersuspensi dalam tubuhnya karena air pori dan goncangan). karena
butiran keluar cepat setelah goncangan dan fluida kembali menyusun butiran saat
goncangan tehenti setleah berusaha menerobos keatas, dan layer (vertikal) ini
terdiam maka aliranpun terhenti (struktur ini dikenal sebagai pillar structure).
waktu yang diperlukan untuk settling bisa berjam jam untuk suksesi yang tebal, dan
butiran yang diangkutnya tipis (Lowe, 1976). maka, liquified flow jarak
transoportnya kecil (ya disitu situ aja dalam tubuh sedimennya). pergerakan keatas
dari air pori yang membawa sedimen ini akan membentuk struktur struktur fluid
escape macam dish and pillar structure. beberapa aliran likuifaksi dapat bersifat
turbulen ketika massa aliran sedimen terkaselerasi ke dasar lereng dan memasok
massa turbidit (berangsur berubah jadi turbidit (ilang deh fluid escapenya).
endapan liquidized-flow
biasanya endapannya tebal, sortasi buruk, mennjukan adanay struktur fluid escape,
seperti dish, pie, dan sand volcanoes.
ini ada ilustrasi skema bagaimana proses liquifaction terjadi setelah air pori kosong
keluar meninggalkan batuan yang lunak lepas alias tidak kompak.
air ada di dalam pori sedimen lepas, terus tergoncang air naik keatas.. menyisakan dua jenis layer batuan yang
padat (kompak) dan yang terjenuh air diatasnya.. seiring pembebanan dan goncangan berlanjut air yang diatas
keluar lagi dari pori layer diatasnya ketebalan berkurang karena hilangnnya massa air dalam tubuh batuan.
dibawah ini ada ilustrasi suksesi perbandingan strutkur yang hadir dari berbagai
jenis gravitational flow yang kita bahas diatas (turbidite flow, grain flow, debris flow,
dan liquifaction flow)
komparasi struktur struktur yang hadir pada masing masing endapan aliran gravitasi. (diculik dalam Boggs Jr,
2006)