Anda di halaman 1dari 6

Laminer vs Turbulen

streamline adalah istilah untuk pergerakan aliran fluida yang divisualisasikan dalam bentuk garis
garis. aliran laminer streamlinenya lurus dan sejajsar sementara aliran trubulen sudah tentu acak
acakan (streamline yang terganggu). aliran laminar sejatinya dikenal juga sebagai streamline
flow artinya streamline ini merupakan pola lintasa garis yang lurus dan paralel terhadap arah
pergerakan arus.
pergerakan partikel air di aliran turbulen yang cenderung acak akan mengurangi settling velocity
(kecepatan jatuh) dari partikel sedimen, sebaliknya di laminer partikel akan memiliki settling
velocity lebih cepat bergantung pada parameter persamaan Stoke (persamaan 4) diatas. tapi,
aliran turubulen ini membantu mengabrasi bed (dasar wadah aliran) dan membawa (entrainment)
material sedimen baru.

visualisasi streamline laminar (kiri) dan turbulen streamline yang terganggu (kanan)
pertanyaannya adalah bagaimana membedakan antara aliran laminar dan turbulen dari parameter
yang pas? kita akan jawab di pembahasan dibawah ini.
Reynold number (Angka Reynold)

pertama kali diperkenalkan oleh George Gabirel Stokes tahun 1851 tapi pertama kali ditemukan
Osborne Reynold (1842-1912) dan menjadi populer di kalangan ahli mekanika fluida tahun 1883
(saat usia Reynold 41 tahun)-sampai sekarang.
angka reynold ini menggambarkan hubungan antara kecepatan aliran, jarak, densitas terhadap
viskositas dinamis dari fluida atau kecepatan aliran, jarak terhadap viskositas kinematis dengan
menagbaikan denstias material. mari lihat ekspresi persamaannya dibawah ini:
Re=UL/.. (5)
dimana:
Re=angka reynold tanpa dimensi
L=kedalaman aliran (m)
U=velositas arus (m/s)
=berat jenis atau densitas (g/L)
= viskositas material (viskositas dinamis) (g/(ms))
dengan mengabaikan berat jenis fluida atau menginat ekspresi viskositas kinematik dari
persamaan (3) diatas (v = /) maka persamaan diatas dengan mensubtitusi nilai menjadi =
v* bisa di tulis lagi menjadi:
Re=UL/v(6)
dimana:
Re=angka reynold
U=velositas atau kecepatan aliran
L=panjang aliran (m) biasanya kedalaman aliran (m)
menurut Nichols (2007) angka Reynolds ini berkisar antara 500-2000 maka, ketika nilainya <500
aliran akan bersifat laminar, sedangkan angka Reynold >2000 aliran akan cenderung bersifat
turbulen. ketika berada pada nilai 500-2000 sifatnya transisional artinya dia tidak laminer tidak
turbulen tapi akan berubah menjadi turbulen ketika kecepatan arus makin kuat.
boundary layer, viscous sublayer, free layer (outer layer)
saat fluida bergerak ternyata tidak semua arah pergerakan (turbulensi), kecepatan, dan viskositas
di seluruh tubuh fluida itu sama, hal ini diketahui dari hasil percobaan oleh para ilmuwan.

terdapat layer layer pada tubuh aliran berdasarkan perbedaan perbedaan yang muncul (turbulensi
dan viskositas arus).
mari kita pahami satu satu, pada viscous sublayer dimana arus disini berjalan lebih lambat karena
viskositas lebih tinggi dibandingkan dengan arus dipermukaan, bila partikel sedimen yang
diangkutnya halus maka alirannya akan cenderung laminar bila kasar dan permukaan yang
dilewati arus kasar bisa saja alirannya menjadi turbulen. pada layer ini struktur sedimen akan
terbentuk karena yang paling dekat dengan permukaan (bed) dan arus akan bekerja membentuk
struktur itu. di viscous sublayer ini erosi bisa terjadi dan akan semakin intens jika arusnya
turbulen, shearing pada permukaan bed dominan terjadi di sini dibandingkan di bagian atas nya,
viscous sublayer ini lebih tipis dibandingkan layer-layer aliran lainnya (diatasnya).

gambar nyolong dari internet: ilustrasi gambaran grafis kartesian dari boundary layer, viscous
sublayer dan outer layer (constant velocity) dari tubuh aliran fluida
dalam keilmuan teknik sipil, penentuan boundary layer beserta teman-temannya dilakukan
dalam eksperimen mengamati perilaku aliran dalam pipa tapi hal ini somewhat berbeda dengan
aplikasi di geologi dimana channel tempat mengalirnya fluida ini lebih besar dari gambaran
sebuah pipa (misalnya channel sungai, lembah di submarine fan, delta etc..). tapi setidaknya kita
bisa mengadopsi hasil percobaan ini (meski gaya inersia atau shear stress di dasar aliran pada
channel sungai hanya terjadi di dasar sungai sedangkan di pipa di seluruh permukaan dinding
pipa). dari hasil percobaan diatas (grafik diatas) perhatikan garis garis sejajar berarah lateral ke
kanan (panah biru) menunjukan velositas aliran (Uz) dan garis parameter vertikal adalah
kedalaman channel. mari kita lihat, kecepatan aliran semain ke dasar channel akan semakin
berkurang (karena densitas aliran atau viskositas di bawah berbeda dari di atas aliran), di atas
permukaan kecepatan akan konstan (lebih besar) tapi tiba tiba kecepatan ini menurun dratstis
(kurva lengkung yang membatasi garis panah biru (Uz) atau kecepatan aliran), batas awal
(kritis) sebelum pola kurva kecepatan aliran ini akan melengkung adalah batas dari boundary
layer, pada batas ini karena perbedaan perubahan kecepatan terjadi turbulensi dapat terjadi
disini. dan ternyata semakin ke bawah (dasar aliran) kecepatan aliran semakin rendah (karena
viskositas tinggi akibat konsentrasi sedimen yang lebih banyak dan gaya inersia oleh permukaan
bed tempat aliran flluida mengalir), pada zona ini aliran lebih lambat dan viskositas lebih tinggi
artinya aliran akan cenderung laminar!, zona ini (zona tempat aliran laminar) hadir sangat tipis
(lebih tipis dari zona lain) dinamakan laminar sublayer atau dikenal juga sebagai viscous

sublayer (karena sifatnya yang sangat viscous). untuk lebih jelasnya silahkan lihat ilustrasi yang
dibuat Nichols (2007) dibawah ini:

ilustrasi boundary layer, viscous (laminar) sublayer dan outer layer dari aliran di dasar channel
yang melewati bed.. perhatikan viscous sublayer diisi oleh material sedimen, bila sedimennya

halus (yang diangkut) maka viscous sublayer yang hadir akan menunjukan karakter hyrdolically
smooth dan bila kasar (sedimennya) maka akan membentuk karakter hydraulically rough
(istilah ini ada dalam boggs hal 26 dan Nichols hal 50)
gambar diatas mengilustrasikan kurva yang diatasnya lagi
pada proses pengankutan
sedimen layering layering ini terjadi akibat konsentrasi sedimen di dasar aliran lebih tinggi dari
diatasnya (artinya lebih viscous alias viskositasnya gede) , serta kontak antara fluida (yang
mengalir) dengan bed dibawahnya akan menghasilkan friction (shear atau gaya inersia) antara
bed dan aliran akibatnya pengaruh yang dialami dibagian bawah aliran secara umum akan
berbeda dengan di bagian atas hingga permukaan aliran berdampak pada kecepatannya dan
perliaku arah (turbulensi) dari aliran.
sekarang, kita sudah pahami bahwa terbentuk boundary layer dalam tubuh aliran fluida, dan
viscous sublayer hadir di dasarnya, pertanyaannya seberapa besar pengaruh bed (permukaan
tempat aliran mengalir) membentuk viscous sublayer ini?? dari pemahaman dan penjelasan
diatas kita sudah paham bahwa ada gaya inersia atau shear stress yang terjadi antara bed dan
fluida yang kaya kosentrasi sedimen (yang diangkut) diatasnya gaya (bed shearing) ini dikenal
sebagai boundary shear stress (0). di definisikan berbeda dari Shear stress () sebagai gaya tiap
unit area di sepanjang permukaan bed (paralel terhadap bed), yaitu gaya tangensial per area unit
di permukaan yaitu shear stress yang teterjadi di permieter bidang basah). boundary shear stress
(0 ) adalah fungsi dari densitas fluida, kemiringan bed, dan kedalaman air. saya hampir lupa,
ternyata ada juga hubungan antara turbulensi arus yang terjadi di dasar terhadap shear stress dan
viskositas molekul dan viskositas semu (yang hadir setelah shearing) pada aliran dalam ekspersi
berikut:
= (+) du/dy.(7)
dimana:
= shear stress
= viskositas eddy (viskositas semu) dimensinya sama kayak viskositas molekular
= viskositas dinamis (molekular)
du/dy = deformasi yang terjadi (perubahan pergeseran aliran terhadap fungsi kedalaman)
oke, kita kembali ke bahasan kita mengenai boundary shear stress (0 ). seperti hasil diskusi kita
diatas, terdapat hubungan antara densitas fluida, percepatan gravitasi, jarak, dan kemiringan
(slope) aliran.
persamaan aslinya sebnernya menggunakan parameter diatas, tapi karena kita ngobrolin aliran
dengan material yang diseretnya diatas permukaan bidang tempat fluida mengalir maka ada

perbedaan densitas aliran yang terjadi maka ada tambahan rho (0)dari berat jenis (densitas)
aliran awal. persamaan aslinya sih begini:
0= ghs. (8)
dimana:
0 = boundary (bed) shear stress
= densitas fluida
g = percepatan gravitasi
h = kedalaman air
s = slope aliran
diketahui juga bahwa =g maka ekspresi diatas dapat ditulis ulang
0= hs. (9)
dalam Boggs (2006) dijelaskan bahwa terdapat viskositas berbeda dalam tubuh fluida di bagian
dasar dari yang diatasnya maka ada lain yang berbeda dari 0 fluida. maka oleh Boggs (2006)
ekspresi diatas di tulis ulang dalam bentuk:
0= hs. (10)
dimana:
= densitas fluida
g = percepatan gravitasi
h = kedalaman air
s = slope aliran (kemiringan aliran)
= densitas dari fluida awal

Anda mungkin juga menyukai