Anda di halaman 1dari 28

Hukum Darcy

Prinsip yang mengatur bagaimana cairan bergerak di bawah permukaan disebut hukum Darcy.
Hukum Darcy adalah persamaan yang mendefinisikan kemampuan suatu fluida mengalir melalui
media berpori seperti batu. Hal ini bergantung pada kenyataan bahwa jumlah aliran antara dua titik
secara langsung berkaitan dengan perbedaan tekanan antara titik-titik, jarak antara titik-titik, dan
interkonektivitas jalur aliran dalam batuan antara titik-titik. Pengukuran interkonektivitas disebut
permeabilitas.

di bawah permukaan, batuan diendapkan pada lapisan. Aliran fluida dalam dan di antara lapisan
batuan diatur oleh permeabilitas batuan. Namun, untuk memperhitungkan permeabilitas, harus
diukur baik dalam arah vertikal dan horisontal. Sebagai contoh, serpih biasanya memiliki
permeabilitas yang jauh lebih rendah daripada vertikal horizontal (dengan asumsi datar berbaring
serpih tempat tidur). Ini berarti bahwa sulit untuk cairan mengalir naik turun melalui tempat tidur
serpih tetapi jauh lebih mudah untuk itu mengalir dari sisi ke sisi. Contoh yang baik dari karakteristik
ini ditunjukkan pada gambar di sebelah kiri; yang jelas menunjukkan bahwa akan lebih mudah bagi
air untuk mengalir sepanjang perlapisan horisontal dalam serpih di mana ada aliran alami jalur
bukan vertikal di mana ada beberapa jalur aliran .

Pada akhirnya, jika perbedaan tekanan antara zona hidrolik retak dan akuifer air tawar tidak besar,
jarak antara zona relatif besar, dan ada batuan dengan permeabilitas vertikal yang rendah di antara
lebih dalam dan zona dangkal, aliran antara zona tidak mungkin terjadi. Pengecualian untuk ini
adalah di mana ada jalur aliran terpisah seperti lubang bor terbuka atau serangkaian kesalahan atau
sendi yang bersinggungan kedua zona retak dan akuifer air tawar. Di bawah salah satu dari keadaan
ini, perbedaan tekanan dan jarak akan menjadi faktor penentu, apakah cairan dapat bermigrasi dari
bagian bawah ke zona atas.

Untuk mereka yang memiliki minat lebih besar dalam prinsip-prinsip matematika di balik aliran fluida
di bawah permukaan, berikut ini adalah deskripsi dari Hukum Darcy:

Hukum Darcy adalah persamaan yang mendefinisikan kemampuan suatu fluida mengalir melalui
media berpori seperti batu. Hal ini bergantung pada prinsip bahwa jumlah aliran antara dua titik
adalah berbanding lurus dengan perbedaan tekanan antara titik-titik dan kemampuan media melalui
yang mengalir untuk menghambat arus. Berikut tekanan mengacu pada kelebihan tekanan lokal atas
tekanan hidrostatik cairan normal yang, karena gravitasi, meningkat dengan mendalam seperti di
kolom berdiri air. Ini faktor impedansi aliran ini disebut sebagai permeabilitas. Dengan kata lain,
hukum Darcy adalah hubungan proporsional sederhana antara tingkat debit sesaat melalui media
berpori dan penurunan tekanan lebih dari jarak tertentu.
Dalam format modern, menggunakan konvensi tanda tertentu, hukum Darcy biasanya ditulis
sebagai:

Q =-KA dh / dl

dimana:

Q = laju aliran air (volume per waktu)

K = konduktivitas hidrolik

Sebuah kolom = luas penampang lintang

dh / dl = gradien hidrolik, yaitu, perubahan kepala panjang bunga.

Berikut ini adalah ekspresi diagram Hukum Darcy:

Saat menghitung kemungkinan aliran fluida dari zona hidrolik retak ke zona air tawar penerapan
hukum Darcy sangat penting karena akan menetapkan kondisi spesifik di mana cairan dapat
mengalir dari satu zona ke yang lain dan akhirnya akan menentukan apakah atau tidak rekah hidrolik
cairan dapat mencapai zona air segar.

Darcy direferensikan untuk campuran sistem unit. Sebuah medium dengan permeabilitas 1 Darcy
memungkinkan aliran 1 cm ³ / s dari cairan dengan viskositas 1 cP (1 MPa · s) di bawah gradien
tekanan 1 atm / cm akting di seluruh luas 1 cm ². Sebuah millidarcy (mD) sama dengan 0,001 Darcy.

http://fracfocus.org/groundwater-protection/fluid-flow-subsurface-darcys-law

http://pustakatambang.blogspot.com/2012/03/hukum-darcy.html
Aliran Air di Kerangka Solid –
Hukum Darcy
September 29, 2013 oleh joetomo & Komentar

Hukum Darcy adalah suatu hukum phenomenologic (empirik) dari debit aliran air yang
diformulasikan oleh Henry Darcy berdasarkan hasil eksperimental yang dilakukannya pada
paruh pertama abad ke 19.

Henry Darcy

Memahami Hukum Darcy merupakan langkah besar dalam memahami bagaimana proses
rembesan (seepage) terjadi didalam tanah.

Persamaan ini tidak mudah dipahami bila kita tidak mengetahui dasar-dasar mekanika
kontinum, sehingga seringkali kita terpaksa menghafalkan formulasi Hukum Darcy ini tanpa
memahami bagaimana dan mengapa persamaan tersebut dapat diperoleh.

Meskipun tadi telah saya katakan bahwa pada awalnya Hukum Darcy diformulasikan secara
phenomenologic, namun persamaan ini sesungguhnya dapat diturunkan dari persamaan
Newton.

Tulisan kali ini akan membahas formulasi Hukum Darcy dan bagaimana ia dapat diturunkan
dari Hukum Gerak Newton.

Hukum Konstitutif

Hukum konstitutif atau persamaan konstitutif adalah persamaan yang menghubungkan dua
besaran fisika.

Contoh paling sederhana dari hukum konstitutif adalah Hukum Hooke yang menyatakan
bahwa pada kondisi elastis, hubungan tegangan dan regangan satu dimensi dapat
diformulasikan sbb:
Dimana dua besaran yang dihubungkan dalam hukum Hooke diatas adalah tegangan dan
regangan. Hukum konstitutif sangat beragam, dan beberapa hukum konstitutif sangat sering
kita gunakan dalam dunia teknik secara umum.

Bila kita sering menggunakan berbagai program elemen hingga, secara otomatis kita telah
menggunakan berbagai persamaan konstitutif yang tentunya sangat beragam. Tergantung dari
material yang akan digunakan, perilaku material yang ingin dimodelkan (elastis, plastis, dsb),
jenis beban yang diberikan (statik, dinamik), dan lain sebagainya.

Pada banyak kasus, penggunaan hukum konstitutif yang tepat sangat instrumental dalam
usaha mendapatkan prediksi perilaku struktur/material yang representatif.

Saya sengaja menyinggung hukum konstitutif secara singkat, karena ini berkaitan dengan
proses penurunan di bagian selanjutnya.

Persamaan Navier-Stokes

Persamaan ini dinamai dari dua orang insinyur dan matematikawan, yang masing-masing
bernama Claude Louis Navier dari Prancis dan George Gabriel Stokes dari Inggris.

Memahami persamaan ini akan membuka pintu dalam memahami berbagai formulasi dalam
mekanika benda padat (solid mechanics), maupun mekanika fluida (fluid mechanics).

Bila mencermati tulisan saya yang sebelum ini mengenai persamaan Bernoulli.
Sesungguhnya saya telah menurunkan persamaan Navier-Stokes secara umum.

Dimana persamaan Navier-Stokesnya?

Saya akan kembali mengulas posting sebelumnya, pertama-tama tentunya dimulai dari
hukum gerak Newton

Untuk lebih memahami persamaan ini, silakan membaca ulasan saya mengenai hukum gerak
Newton.

Menggunakan teori Gauss/Green/Ostogradsky, kita dapat tuliskan persamaan diatas menjadi:

Karena kita tahu bahwa tensor tegangan Cauchy terdiri dari bagian spherical dan
deviatoriknya:

Maka persamaan sebelumnya dapat ditulis menjadi


Inilah salah satu bentuk paling umum dari persamaan Navier-Stokes. Saya katakan umum
karena biasanya di turunan persamaan Navier-Stokes kita juga memasukkan hukum
konstitutif dari material yang terkait.

Persamaan Stokes

Kalau persamaan diatas sudah dipahami, sekarang untuk kasus aliran air yang laminer, alias
yang memiliki angka Reynolds rendah, maka kita menyederhanakan persamaan Navier-
Stokes diatas menjadi persamaan Stokes. Cat: Angka Reynolds merupakan angka tak
berdimensi yang menggambarkan perilaku fluida yang laminer/turbulen.

Pada kasus rembesan (seepage), kecepatan aliran air sangat lambat, oleh karena itu aliran
fluidanya laminer, oleh karena itu kita dapat mengabaikan efek inertia dari hukum gerak
Newton.

Sehingga hanya kesetimbangan gaya saja yang tersisa, ini analog dengan kasus statik pada
problem struktur. Oleh karena itu persamaan Navier-Stokes diatas dapat ditulis dalam
persamaan Stokes berikut:

Fluida Newtonien

Sekarang bayangkan suatu fluida mengalir di suatu permukaan tertentu. Coba imajinasikan
bahwa yang mengalir adalah sup. Sup adalah fluida yang memiliki viskositas yang terlihat
dengan jelas.

Fluida dengan viskositas yang tidak dapat diabaikan (Coconut Curry Butternut Squash
Soup)
Apa yang terjadi? Tentu saja kecepatan fluida tersebut didalam pipa tidak akan seragam
(uniform).

Fluida Newtonian mengalir di suatu permukaan (sumber)

Ketidakseragaman kecepatan aliran fluida ini menghasilkan tegangan deviatorik (geser), yang
mana untuk fluida dengan tipe Newtonien (fluida yang memiliki hubungan linear antara
tegangan geser dan kecepatan deformasi) dapat diformulasikan dengan persamaan konstitutif
berikut:

Persamaan diatas terlihat rumit, namun sebenarnya hanya menjelaskan bahwa untuk fluida
Newtonien, tegangan deviatorik di fluida dan kecepatan deformasinya ,
memiliki hubungan linear dengan konstanta yang menyatakan tingkat viskositas dari fluida
yang bersangkutan.

Karena pada aliran fluida diatas, hanya kecepatan pada arah paralel permukaan yang
bervariasi pada arah vertikal penampang, maka hanya salah satu arah dari yang
memiliki nilai, sehingga persamaan konstitutifnya seringkali ditulis menjadi

Dengan adalah arah paralel permukaan

Untuk kasus yang lebih umum, bila kita injeksikan hukum konstitutif diatas ke persamaan
Stokes, maka kita peroleh:
Hukum Darcy dari persamaan Stokes

Persamaan terakhir diatas dapat kita atur ulang sbb:

Persamaan diatas berlaku untuk kasus material satu fasa (fluida saja).

Sekarang bagaimana bila yang diamati adalah fluida yang mengalir didalam kerangka solid
(dalam hal ini misalnya tanah)? Dalam hal ini tentunya kita harus memasukkan pengaruh
permeabilitas aliran didalam tanah.

Term menyatakan kecepatan fluida. Dengan tidak melupakan bahwa terms ini adalah
kecepatan aliran fluida didalam tanah pada suatu penampang tertentu, maka anggap ada
sebuah koefisien permeabilitas intrinsik yang merelasikan kecepatan fluida “murni”
dan kecepatan fluida didalam kerangka solid tanah sbb:

Dengan adalah kecepatan aliran air didalam tanah pada suatu penampang tertentu.
Sehingga persamaan Darcy-nya menjadi:

Dengan adalah percepatan gravitasi sehingga

Persamaan diatas merupakan persamaan Darcy tergeneralisasi (umum)

Hukum Darcy dari eksperimen Darcy

Sekarang bandingkan dengan persamaan Darcy yang secara tradisional kita temui di buku-
buku teks:

Dengan:
Apa yang ingin disampaikan persamaan ini? Persamaan ini mengatakan bahwa kecepatan
aliran air untuk suatu penampang tertentu , sama dengan suatu koefisien konduktivitas
hidrolik dikalikan dengan gradien hidroliknya .

Jangan lupa bahwa dalam hal ini, energi yang memobilisasi aliran fluida adalah gradien
hidrolik dari fluida itu sendiri.

Pada eksperimen ini, air dilewatkan melalui sebuah sampel pasir, dengan tekanan pada kedua
ujung dimana air masuk dan keluar diamati besarnya selama percobaan.

Persamaan phenomenologic diatas diperoleh Darcy dari uji eksperimen dengan skematis yang
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Skematis eksperimen Darcy

Komparasi Hukum Darcy dari penurunan kontinum dan empirik

Sekarang untuk membandingkan kedua hukum Darcy diatas, saya akan ubah persamaan
Darcy klasik dalam bentuk berikut
Disini konduktivitas hidrolik didefinisikan sbb:

Dengan adalah koefisien permeabilitas intrinsik. Sehingga persamaan Darcy “klasik” diatas
dapat kita atur ulang sbb:

Bandingkan dengan persamaan Darcy yang diperoleh dari penurunan kontinum atau sering
kali dikenal sebagai Generalized Darcy’s Law

Satu-satunya perbedaan adalah pada term yang merupakan densitas fluida didalam tanah.

Terms ini tidak ada pada persamaan Darcy klasik dan hanya akan berpengaruh bila didalam
kerangka solid mengalir dua jenis fluida yang berbeda kerapatan. Misalnya di daerah pantai
yang mengalami pertemuan antara air asin dan tawar, keduanya tentu saja akan memiliki
kerapatan fluida yang berbeda, sehingga pada kasus demikian kita harus memperhitungkan
perbedaan kerapatan tersebut.

Namun melihat bagaimana kedua persamaan tersebut sangat dekat meskipun persamaan
Darcy klasik diperoleh dari hasil eksperimental menunjukkan bagaimana luar biasanya
persamaan Darcy klasik.

Catatan lainnya adalah soal tekanan , dimana seluruh simbol yang ditulis dibagian ini
menyatakan total pressure, bukan tinggi pressure dari kontribusi tekanan di permukaan
(pressure head) seperti yang telah dibahas sebelumnya di persamaan Bernoulli.

Nah setelah melihat detail penjabaran ini, sekarang kita bisa melihat bahwa persamaan Darcy
bukan hanya sekedar persamaan empirik “curve fitting“, namun ternyata memang konsisten
dengan persamaan klasik mekanika. Sehingga sekarang persamaan Darcy bukan hanya
sekedar persamaan biasa, namun telah bertingkat “law/hukum”.

PS : Catatan tambahan lainnya adalah soal kesepakatan tanda negatif yang umumnya
ditambahkan di persamaan Darcy (diatas saya tidak menggunakan tanda negatif). Tanda
negatif menyatakan debit air yang keluar dari kerangka solid.

http://james-oetomo.com/2013/09/29/aliran-air-di-kerangka-solid-hukum-darcy/
DASAR TEKNIK RESERVOIR

Diposkan oleh Najib ARANGI PANJAH di 3:35 PM


Label: MIGAS

Reservoir adalah suatu tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi. Pada umumnya reservoir
minyak memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung dari komposisi, temperature dan
tekanan pada tempat dimana terjadi akumulasi hidrokarbon didalamnya. Suatu reservoir minyak
biasanya mempunyai tiga unsur utama yaitu adanya batuan reservoir, lapisan penutup dan
perangkap. Beberapa syarat terakumulasinya minyak dan gas bumi adalah :
1. Adanya batuan Induk (Source Rock)

Merupakan batuan sedimen yang mengandung bahan organik seperti sisa-sisa hewan dan tumbuhan
yang telah mengalami proses pematangan dengan waktu yang sangat lama sehingga menghasilkan
minyak dan gas bumi.

2. Adanya batuan waduk (Reservoir Rock)

Merupakan batuan sedimen yang mempunyai pori, sehingga minyak dan gas bumi yang dihasilkan
batuan induk dapat masuk dan terakumulasi.

3. Adanya struktur batuan perangkap

Merupakan batuan yang berfungsi sebagai penghalang bermigrasinya minyak dan gas bumi lebih
jauh.

4. Adanya batuan penutup (Cap Rock)

Merupakan batuan sedimen yang tidak dapat dilalui oleh cairan (impermeable), sehingga minyak
dan gas bumi terjebak dalam batuan tersebut.

5. Adanya jalur migrasi

Merupakan jalan minyak dan gas bumi dari batuan induk sampai terakumulasi pada perangkap.

1. Sifat-Sifat Fisik Batuan Reservoir

Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral, sedangkan suatu mineral dibentuk dari beberapa
ikatan kimia. Komposisi kimia dan jenis mineral yang menyusunnya akan menentukan jenis batuan
yang terbentuk. Batuan reservoir umumnya terdiri dari batuan sedimen, yang berupa batupasir dan
karbonat (sedimen klastik) serta batuan shale (sedimen non-klastik) atau kadang-kadang vulkanik.
Masing-masing batuan tersebut mempunyai komposisi kimia yang berbeda, demikian juga dengan
sifat fisiknya. Pada hakekatnya setiap batuan dapat bertindak sebagai batuan reservoir asal
mempunyai kemampuan menyimpan dan menyalurkan minyak bumi. Komponen penyusun batuan
serta macam batuannya dapat dilihat pada Gambar 1.
1.1. Porositas ()

Dalam reservoir minyak, porositas mengambarkan persentase dari total ruang yang tersedia untuk
ditempati oleh suatu cairan atau gas. Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara
volume total pori-pori batuan dengan volume total batuan per satuan volume tertentu, yang jika
dirumuskan :

Dimana :
∅ = Porositas absolute (total), fraksi (%)

Vp = Volume pori-pori, cc

Vb = Volume batuan (total), cc

Vgr = Volume butiran, cc

Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:


1. Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total terhadap volume batuan total
yang dinyatakan dalam persen, atau secara matematik dapat ditulis sesuai persamaan sebagai
berikut :

2. Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang saling berhubungan terhadap
volume batuan total (bulk volume) yang dinyatakan dalam persen.

Dimana :
∅e = Porositas efektif, fraksi (%)

ρg = Densitas butiran, gr/cc

ρb = Densitas total, gr/cc


ρf = Densitas formasi, gr/cc

Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu :
1. Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang bersamaan dengan proses
pengendapan berlangsung.

2. Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah proses pengendapan.
Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir, susunan butir, sudut
kemiringan dan komposisi mineral pembentuk batuan. Untuk pegangan dilapangan, ukuran
porositas dapat dilihat pada Tabel 1. berikut :

1.2. Permeabilitas ( k )

Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran media berpori untuk meloloskan/melewatkan fluida.


Apabila media berporinya tidak saling berhubungan maka batuan tersebut tidak mempunyai
permeabilitas. Oleh karena itu ada hubungan antara permeabilitas batuan dengan porositas efektif.
Sekitar tahun 1856, Henry Darcy seorang ahli hidrologi dari Prancis mempelajari aliran air yang
melewati suatu lapisan batu pasir. Hasil penemuannya diformulasikan kedalam hukum aliran fluida
dan diberi nama Hukum Darcy. Dapat dilihat pada gambar 2 dibawah :

Dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

Dimana :
Q = laju alir fluida, cc/det

k = permeabilitas, darcy
μ = viskositas, cp

dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm

A = luas penampang, cm2

Besaran permeabilitas satu darcy didefinisikan sebagai permeabilitas yang melewatkan fluida
dengan viskositas 1 centipoises dengan kecepatan alir 1 cc/det melalui suatu penampang dengan
luas 1 cm2 dengan penurunan tekanan 1 atm/cm. Persamaan 4 Darcy berlaku pada kondisi :
1. Alirannya mantap (steady state)

2. Fluida yang mengalir satu fasa

3. Viskositas fluida yang mengalir konstan

4. Kondisi aliran isothermal

5. Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal

6. Fluidanya incompressible

Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir, permeabilitas dibedakan menjadi
tiga, yaitu :

• Permeabilitas absolute (Kabs)

Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir melalui media
berpori tersebut hanya satu fasa atau disaturasi 100% fluida, misalnya hanya minyak atau gas saja.
• Permeabilitas efektif (Keff)

Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir lebih dari satu fasa,
misalnya (minyak dan air), (air dan gas), (gas dan minyak) atau ketiga-tiganya. Harga permeabilitas
efektif dinyatakan sebagai ko, kg, kw, dimana masing-masing untuk minyak, gas dan air.
• Permeabilitas relatif (Krel)

Yaitu perbandingan antara permeabilitas efektif pada kondisi saturasi tertentu terhadap
permeabilitas absolute. Harga permeabilitas relative antara 0 – 1 darcy. Dapat juga dituliskan
sebagai beikut :

Permeabilitas relatif reservoir terbagi berdasarkan jenis fasanya, sehingga didalam reservoir akan
terdapat Permeabilitas relatif air (Krw), Permeabilitas relatif minyak (Kro), Permeabilitas relatif gas
(Krg) dimana persamaannya adalah :
Dimana :
Krw = permeabilitas relatif air

Kro = permeabilitas relaitf minyak

Krg = permeabilitas relatif gas

1.3. Saturasi

Saturasi adalah perbandingan antara volume pori-pori batuan yang terisi fluida formasi tertentu
terhadap total volume pori-pori batuan yang terisi fluida atau jumlah kejenuhan fluida dalam batuan
reservoir per satuan volume pori. Oleh karena didalam reservoir terdapat tiga jenis fluida, maka
saturasi dibagi menjadi tiga yaitu saturasi air (Sw), saturasi minyak (So) dan saturasi gas (Sg), dimana
secara matematis dapat ditulis :

Total saturasi fluida jika reservoir mengandung 3 jenis fluida :

Untuk sistem air-minyak, maka persamaan (12) dapat disederhanakan menjadi :

Beberapa faktor yang mempengaruhi saturasi fluida reservoir adalah :


a. Ukuran dan distribusi pori-pori batuan.
b. Ketinggian diatas free water level.
c. Adanya perbedaan tekanan kapiler.
Didalam kenyataan, fluida reservoir tidak dapat diproduksi semuanya. Hal ini disebabkan adanya
saturasi minimum fluida yang tidak dapat diproduksi lagi atau disebut dengan irreducible saturation
sehingga berapa besarnya fluida yang diproduksi dapat dihitung dalam bentuk saturasi dengan
persamaan berikut :
Dimana :
St = saturasi total fluida terproduksi
Swirr = saturasi air tersisa (iireducible)
Sgirr = saturasi gas tersisa (iireducible)
Soirr = saturasi minyak tersisa (iireducible)

1.4. Resistiviti

Batuan reservoir terdiri atas campuran mineral-mineral, fragmen dan pori-pori. Padatan-padatan
mineral tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik kecuali mineral clay. Sifat kelistrikan batuan
reservoir tergantung pada geometri pori-pori batuan dan fluida yang mengisi pori. Minyak dan gas
bersifat tidak menghantarkan arus listrik sedangkan air bersifat menghantarkan arus listrik apabila
air melarutkan garam.

Arus listrik akan terhantarkan oleh air akibat adanya gerakan dari ion-ion elektronik. Untuk
menentukan apakah material didalam reservoir bersifat menghantar arus listrik atau tidak maka
digunakan parameter resistiviti. Resistiviti didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu material
untuk menghantarkan arus listrik, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Dimana :
ρ = resistiviti fluida didalam batuan, ohm-m

r = tahanan, ohm

A = luas area konduktor, m2

L = panjang konduktor, m

Konsep dasar untuk mempelajari sifat kelistrikan batuan diformasi digunakan konsep “faktor
formasi” dari Archie yang didefinisikan :

Dimana :
Ro = resistiviti batuan yang terisi minyak

Rw = resistiviti batuan yang terisi air

1.5. Wettabiliti

Wettabiliti didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk dibasahi oleh fasa fluida atau
kecenderungan dari suatu fluida untuk menyebar atau melekat ke permukaan batuan. Sebuah cairan
fluida akan bersifat membasahi bila gaya adhesi antara batuan dan partikel cairan lebih besar dari
pada gaya kohesi antara partikel cairan itu sendiri. Tegangan adhesi merupakan fungsi tegangan
permukaan setiap fasa didalam batuan sehingga wettabiliti berhubungan dengan sifat interaksi (gaya
tarik menarik) antara batuan dengan fasa fluidanya.
Dalam sistem reservoir digambarkan sebagai air dan minyak atau gas yang terletak diantara matrik
batuan.

Gambar 3 memperlihatkan sistem air-minyak yang kontak dengan benda padat, dengan sudut
kontak sebesar θ. Sudut kontak diukur antara fluida yang lebih ringan terhadap fluida yang lebih
berat, yang berharga 0o – 180o, yaitu antara air dengan padatan, sehingga tegangan adhesi (AT)
dapat dinyatakan dengan persamaan :

Dimana :
AT = tegangan adhesi, dyne/cm

σso = tegangan permukaan benda padat-minyak, dyne/cm

σsw = tegangan permukaan benda padat-air, dyne/cm

σwo = tegangan permukaan air-minyak, dyne/cm

θ = sudut kontak air-minyak

1.5.1. Wetting-Phase Fluid dan Non-Wetting Phase Fluid


A. Wetting-Phase Fluid

Fasa fluida pembasah biasanya akan dengan mudah membasahi permukaan batuan. Akan tetapi
karena adanya gaya tarik menarik antara batuan dan fluida, maka fasa pembasah akan mengisi ke
pori-pori yang lebih kecil dahulu dari batuan berpori. Fasa fluida pembasah umumnya sangat sukar
bergerak ke reservoir hidrokarbon.

B. Non-Wetting Phase Fluid

Non-wetting phase fluid sukar membasahi permukaan batuan. Dengan adanya gaya repulsive (tolak)
antara batuan dan fluida menyebabkan non-weting phase fluid umumnya sangat mudah bergerak.

1.5.2. Batuan Reservoir Water Wet

Batuan reservoir umumnya water wet dimana air akan membasahi permukaan batuan. Kondisi
batuan yang water wet adalah :

• Tegangan adhesinya bernilai positif


• σsw ≥ σso, AT > 0

• Sudut kontaknya (0°< θ <90°)>

1.5.4. Imbibisi dan Drainage

Imbibisi adalah proses aliran fluida dimana saturasi fasa pembasah (water) meningkat sedangkan
saturasi non-wetting phase (oil) menurun. Mobilitas fasa pembasah meningkat seiring dengan
meningkatnya saturasi fasa pembasah. Misalnya pada proses pendesakan pada reservoir minyak
dimana batuan reservoir sebagai water wet.
Drainage adalah proses kebalikan dari imbibisi, dimana saturasi fasa pembasah menurun dan
saturasi non-wetting phase meningkat.
Adapun skema proses imbibisi dan drainage dapat dilihat pada gambar 4 berikut :

1.6. Tekanan Kapiler (Pc)

Tekanan kapiler pada batuan berpori didefinisikan sebagai perbedaan tekanan antara fluida yang
membasahi batuan dengan fluida yang bersifat tidak membasahi batuan jika didalam batuan
tersebut terdapat dua atau lebih fasa fluida yang tidak bercampur dalam kondisi statis. Secara
matematis dapat dilihat bahwa :

Dimana :
Pc = tekanan kapiler, dyne/cm2

Pnw = tekanan pada permukaan fluida non wetting phase, dyne/cm2

Pw = tekanan pada permukaan fluida wetting phase, dyne/cm2

Hubungan tekanan kapiler di dalam rongga pori batuan dapat dilukiskan dengan sebuah sistim
tabung kapiler. Dimana cairan fluida akan cenderung untuk naik bila ditempatkan didalam sebuah
pipa kapiler dengan jari-jari yang sangat kecil. Hal ini diakibatkan oleh adanya tegangan adhesi yang
bekerja pada permukaan tabung. Besarnya tegangan adhesi dapat diukur dari kenaikkan fluida ,
dimana gaya total untuk menaikan cairan sama dengan berat kolom fluida. Sehingga dapat dikatakan
bahwa tekanan kapiler merupakan kecenderungan rongga pori batuan untuk menata atau mengisi
setiap pori batuan dengan fluida yang berisi bersifat membasahi.
Tekanan didalam tabung kapiler diukur pada sisi batas antara permukaan dua fasa fluida. Fluida
pada sisi konkaf (cekung) mempunyai tekanan lebih besar dari pada sisi konvek (cembung).
Perbedaan tekanan diantara dua fasa fluida terebut merupakan besarnya tekanan kapiler didalam
tabung.

Untuk sistem udara-air (gambar 5) :

Untuk sistem minyak-air (gambar 5) :

Dimana :
Pa = tekanan udara, dyne/cm2

Pw = tekanan air, dyne/cm2

Pc = tekanan kapiler, dyne/cm2

ρw = densitas air, gr/cc

ρo = densitas minyak, gr/cc

g = percepatan gravitasi, m/det2

h = tinggi kolom, m

2. Karakteristik Minyak Bumi

Setiap reservoir yang ditemukan, akan diperoleh sekelompok molekul yang terdiri dari elemen kimia
Hidrogen (H) dan Karbon (C). Minyak dan gas bumi terdiri dari kedua elemen ini, yang mempunyai
proporsi yang beraneka ragam. Apabila ditemukan deposit hidrokarbon disuatu tempat, akan sangat
jarang dapat ditemukan di tempat lain dengan komposisi yang sama, karena daerah
pembentukkannya berbeda.

Fluida reservoir terdiri dari fluida hidrokarbon dan air formasi. Hidrokarbon sendiri terdiri dari fasa
cair (minyak bumi) maupun fasa gas, tergantung pada kondisi (tekanan dan temperatur) reservoir
yang ditempati. Perubahan kondisi reservoir akan mengakibatkan perubahan fasa serta sifat fisik
fluida reservoir.

Fluida minyak bumi dijumpai dalam bentuk cair, sehingga sesuai dengan sifat cairan pada umumnya.
Pada fasa cair, jarak antara molekul-molekulnya relatif lebih kecil daripada gas. Sifat-sifat minyak
bumi yang akan dibahas adalah densitas dan spesifik grafiti, viskositas, faktor volume formasi,
kelarutan gas, kompressibilitas dan tekanan bubble point.

2.1. Densitas Minyak ( ρo ) dan Spesifik Grafity ( γ )

Densitas didefinisikan sebagai masa dari satuan volume suatu fluida (minyak) pada kondisi tekanan
dan temperatur tertentu. Dari definisi tersebut dapat dirumuskan sebagai beikut :

Dimana :
ρo = densitas minyak, lb/ft3

m = massa minyak, lb

V = volume minyak, ft3

Sedangkan spesifik grafiti merupakan perbandingan dari densitas suatu fluida (minyak) terhadap
densitas air. Baik densitas air maupun fluida tersebut diukur pada kondisi yang sama (60° F dan 14.7
Psia).

Dimana :
γo = spesifik grafiti minyak

ρo = densitas minyak mentah, lb/ft3

ρw = densitas air, lb/ft3

Meskipun densitas dan spesifik grafiti dipergunakan secara meluas dalam industri perminyakan,
namun API grafiti merupakan skala yang lebih sering dipakai. Grafiti ini merupakan spesifik grafiti
yang dinyatakan dengan rumus :

API grafiti dari minyak mentah pada umumnya memiliki nilai antara 47 °API untuk minyak ringan
sampai 10 °API untuk minyak berat.

2.2. Viskositas Minyak ( μo )

Viskositas fluida merupakan sifat fisik suatu fluida yang sangat penting yang mengendalikan dan
mempengaruhi aliran fluida didalam media berpori maupun didalam pipa. Viskositas didefinisikan
sebagai ketahanan internal suatu fluida untuk mengalir.
Viskositas minyak dipengaruhi oleh temperatur, tekanan dan jumlah gas yang terlarut dalam minyak
tersebut. Kenaikan temperatur akan menurunkan viskositas minyak dan dengan bertambahnya gas
yang terlarut dalam minyak maka viskositas minyak juga akan turun. Hubungan antara viskositas
minyak dengan tekanan ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6 menunjukkan bahwa tekanan mula-mula berada di atas tekanan gelembung (Pb), dengan
penurunan tekanan sampai (Pb), mengakibatkan viskositas minyak berkurang, hal ini akibat adanya
pengembangan volume minyak. Kemudian bila tekanan turun dari Pb sampai pada harga tekanan
tertentu, maka akan menaikkan viskositas minyak, karena pada kondisi tersebut terjadi pembebasan
gas dari larutan minyak.

2.3. Faktor Volume Formasi Minyak ( Bo )

Faktor volume formasi minyak didefinisikan sebagai volume minyak pada tekanan dan temperatur
reservoir yang ditempati oleh satu stock tank barrel minyak dan gas dalam larutan. Harga ini selalu
lebih besar atau sama dengan satu. Untuk minyak tersaturasi, Standing membuat korelasi
berdasarkan persamaan :

Dimana :
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STBO

T = temperature, °F

Rs = kelarutan gas, SCF/STBO

C = faktor tambahan seperti perhitungan R


Faktor volume formasi minyak merupakan fungsi dari tekanan. Gambar 7 memperlihatkan faktor
volume formasi minyak.

Terdapat dua hal penting dari gambar 7 diatas, yaitu :


1. Jika kondisi tekanan reservoir berada diatas Pb, maka Bo akan naik dengan berkurangnya tekanan
sampai mencapai Pb, sehingga volume sistem cairan bertambah sebagai akibat terjadinya
pengembangan minyak.

2. Setelah Pb dicapai, maka harga Bo akan turun dengan berkurangnya tekanan, disebabkan karena
semakin banyak gas yang dibebaskan.

2.4. Kelarutan Gas ( Rs )

Kelarutan gas bumi didefinisikan sebagai cuft gas yang diukur pada keadaan standar (14.7 Psi ; 60 °F)
didalam larutan minyak sebanyak satu barrel stock tank minyak pada saat minyak dan gas berada
pada tekanan dan temperatur reservoir. Kelarutan gas dalam minyak (Rs) dipengaruhi oleh tekanan,
temperatur dan komposisi minyak dan gas. Pada temperatur minyak yang tetap, kelarutan gas
tertentu akan bertambah pada setiap penambahan tekanan. Pada tekanan yang tetap kelarutan gas
akan berkurang terhadap kenaikan temperatur.

2.5. Kompressibilitas Minyak ( Co )

Kompressibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume minyak akibat adanya perubahan
tekanan. Secara matematis didefinisikan sebagai berikut:

Pada kondisi tekanan di bawah bubble point, Co didefinisikan sebagai berikut :

Dengan menggunakan grafik korelasi, maka harga kompressibilitas minyak dapat diperoleh dengan
persamaan :

Kompressibilitas minyak pada kondisi dibawah bubble point akan cenderung membesar bila
dibandingkan dengan harga ketika diatas bubble point karena dengan turunnya tekanan, gas
membebaskan diri dari larutan. Volume total minyak yang tertinggal sebenarnya berkurang dengan
turunnya tekanan terebut, akibatnya volume fluida total yang terdiri dari minyak dan gas makin lama
menjadi besar seiring dengan turunnya tekanan.

2.6. Tekanan Bubble Point (Pb)

Tekanan bubble point (titik gelembung) suatu sistem hidrokarbon didefinisikan sebagai tekanan
tertinggi dimana gelembung gas mulai pertama kali terbebaskan dari minyak. Harga ini ditentukan
secara eksperimen terhadap minyak mentah dengan melakukan test ekspansi constant-composition
(test flash liberation).

Apabila pengukuran laboratorium tidak tersedia untuk menentukan tekanan bubble point, maka
dapat digunakan korelasi Standing. Secara matematis, tekanan bubble point dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan :

3. Mekanisme Pendorong Reservoir

Minyak bumi tidak mungkin mengalir sendiri dari reservoir ke lubang sumur produksi bila tidak
terdapat suatu energi yang mendorongnya. Hampir sebagian besar reservoir minyak memiliki energi
pendorong yang berbeda-beda untuk memproduksikan suatu reservoir. Dengan turunnya tekanan
pada reservoir minyak dapat mempengaruhi besarnya tenaga pendorong pada reservoir tersebut
yang berperan pada pergerakan minyak mula-mula pada media berpori.
3.1. Kompaksi Batuan

Tenaga ini berasal dari beban overburden batuan di atas dan selalu berubah akibat
diproduksikannya fluida (minyak) dari reservoir tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 8
yang memperlihatkan pengaruh kompaksi batuan terhadap fluida yang berada didalamnya.
3.2. Graviti Drive

Gejala alam yang mempengaruhi fluida formasi yang menyebabkan terjadinya pemisahan akibat
perbedaan berat jenis dari fluida reservoir. Gambar 9. menggambarkan pengaruh grafitasi terhadap
kelakuan fluida yang mana pada fluida yang mempunyai densitas yang lebih besar akan bermigrasi
kebagian bawah struktur reservoir sedangkan fluida yang mempunyai densitas yang lebih kecil akan
bermigrasi kebagian atas reservoir.

3.3. Water Drive

Jika air berada dibawah zona minyak pada suatu reservoir, maka dengan tekanan yang dimiliki oleh
air ini akan membantu minyak bergerak keatas. Jika minyak dieksploitasi, tekanan direservoir akan
dijaga (mainteained) oleh gaya hidrostatik air yang masuk menggantikan minyak yang telah
terproduksi. Energi ini dihasilkan oleh air (aquifer) yang berada pada kondisi bertekanan. Pada
umumnya reservoir minyak dan gas berasosiasi dengan aquifer. Dengan merembesnya air ke
reservoir sehingga menjadi suatu tenaga pendorong yang biasa disebut dengan water drive.
Hal ini dapat dilihat pada gambar 10. yang memperlihatkan proses pendorongan air terhadap
minyak.
Reservoir berpendorong air memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1. Penurunan tekanan reservoir relative kecil

2. GOR permukaan rendah

3. Produksi air mula-mula sedikit kemudian bertambah banyak karena minyak didorong oleh air

3.4. Solution Gas Drive

Solution gas drive atau depletion gas drive adalah mekanisme pendorong yang berasal dari ekspansi
larutan gas yang berada dalam minyak dan pendesakan terjadi akibat berkurangnya tekanan. Setelah
terjadi penurunan tekanan pada dasar sumur, maka gas yang terlarut dalam minyak akan bebas
keluar sebagai gelembung-gelembung yang tersebar merata dan merupakan fasa yang terdispersi
yang tidak kontinu sehingga mencapai saturasi minimum. Setelah seluruh gas tergabung dan
mencapai saturasi kritik, maka gas akan mulai bergerak. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 11.

Reservoir jenis pendorong solution gas drive mempunyai ciri sebagai berikut :
1. Tekanan reservoir turun secara cepat dan kontinu

2. Perbandingan komulatif produksi gas (Gp) dengan komulatif produksi minyak (Np) meningkat
dengan cepat (GOR) meningkat

3. Produksi air hampir tidak ada (relatif sangat kecil)

3.5. Gas Cap Drive


Energi alamiah ini berasal dari dua sumber yaitu ekspansi gas cap dan ekspansi gas yang terlarut
kemudian melepaskan diri. Adanya gas cap dalam reservoir antara lain disebabkan oleh adanya
pemisahan secara gravitasi dari minyak dan fasa gas bebas dibawah tekanan titik gelembung. Karena
tekanan reservoir berada dibawah tekanan gelembung maka komponen hidrokarbon ringan akan
terbebaskan dari fasa cairnya dan membentuk fasa gas. Penurunan tekanan secara kontinu akan
membebaskan gas lebih banyak lagi dan akan membentuk gas cap pada bagian atas dari minyak. Hal
tersebut akan menyebabkan terdorongnya minyak karena pengembangan dari gas cap akibat
penurunan tekanan secara kontinu. Gamabar 12. memperlihatkan proses pendorongan gas cap
terhadap minyak.

Reservoir gas cap drive mempunyai cirri-ciri sebagai sebagai berikut :


1. Tekanan reservoir turun perlahan-lahan dan kontinu

2. Kenaikan GOR sejalan dengan pergerakan permukaan minyak dengan gas kearah bawah
(meningkat secara kontinu)

3. Produksi air hampir tidak ada (relative kecil)

3.6. Combination Drive

Mekanisme pendorong dari tipe ini adalah kombinasi dari beberapa tipe pendorong yang telah
dijelaskan sebelumnya. Combination drive yang paling umum adalah kombinasi antara gas cap drive
dan water drive. Hal ini dapat dilihat pada gambar 13. dibawah.
4. Jenis-Jenis ReservoirJika terjadi suatu retakan atau perekahan pada batuan induk (source rock)
maka minyak dan gas akan mengalami migrasi keluar yang biasa disebut dengan migrasi primer.
Setelah itu minyak dan gas bumi akan bermigrasi terus sampai terjebak didalam suatu wadah yang
tidak bisa dilalui oleh minyak dan gas, yang biasa disebut dengan reservoir.
Reservoir adalah suatu tempat berkumpulnya minyak dan gas bumi. Dalam hal ini akan dibahas jenis
reservoir jenuh dan reservoir tidak jenuh.

4.1. Reservoir Jenuh

Reservoir jenuh (saturated) biasanya mengandung hidrokarbon dalam bentuk minyak yang dijenuhi
oleh gas terlarut dan dalam bentuk gas bebas yang terakumulasi membentuk gas cap. Bila minyak
dan gas diproduksikan, kemungkinan akan ada air yang ikut terproduksi, tekanan reservoir akan
turun. Dengan turunnya tekanan reservoir, maka volume gas yang membentuk gas cap akan
mengembang dan merupakan pendorong keluarnya fluida dari dalam reservoir. Selain
pengembangan volume gas cap dan pembebasan gas terlarut, mungkin juga terjadi perembesan air
kedalam reservoir.

4.2. Reservoir Tidak Jenuh

Reservoir tidak jenuh (under saturated) pada keadaan mula-mula tidak terdapat gas bebas yang
terakumulasi membentuk gas cap. Apabila reservoir diproduksikan, maka gas akan mengalamai
pengembangan yang menyebabkan bertambahnya volume minyak. Pada saat tekanan reservoir
mencapai tekanan bubble point maka gas akan keluar dari minyak.

http://tambangunsri.blogspot.com/2011/03/dasar-teknik-reservoir.html
Anne ahira

Anda mungkin juga menyukai