Anda di halaman 1dari 41

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum


2.1.1 Tanah
Tanah merupakan komposisi dari dua atau tiga fase yang berbeda. Jika
tanah dalam keadaan kering maka terdiri dari dua fase yaitu partikel padat dan
pori-pori udara. Tanah yang jenuh seluruhnya juga terdiri dari dua fase yaitu
partikel padat dan air pori. Jika tanah dalam keadaan jenuh sebagian maka terdiri
dari tiga fase yaitu partikel padat, pori-pori udara dan air pori. Untuk memperjelas
komponen-komponen tanah tersebut maka digambarkan diagram fase seperti
terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram Fase Tanah


Pada Gambar 2.1 (a)dapat dilihat bahawa suatu elemen tanah memiliki berat total
yang disimbolkan dengan () dan juga memilki volume yang disimbolkan
dengan (). Pada Gambar 2.1 (b) menunjukkan aadanya hubungan antara berat

Universitas Sumatera Utara

dan volumenya. Berikut persamaan yang dapat dilihat untuk memeperjelas


gambar di atas :
= + +

(2.1)

= +

(2.2)

= + +

(2.3)

= 0 sehingga persamaan (2.1) menjadi


dan

= +

(2.4)

dimana :

= berat butiran padat

= berat air

= volume butiran padat


= volume air

= volume udara
2.1.2 Pemeriksaan Sifat-sifat Fisik Tanah
2.1.2.1 Kadar Air (Water Content)
Kadar air tanah (% ) adalah perbandingan antara berat air ( ) dengan

berat butiran ( ) . Besar dari nilai kadar air tanah dinyatakan dalam satuan

persen. Persamaan kadar air tanah (% ) dinyatakan dalam persamaan berikut :


(%) =

100

(2.5)

Universitas Sumatera Utara

2.1.2.2 Derajat Kejenuhan (S)


Derajat Kejenuhan () dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara
volume air ( ) dengan volume total rongga pori tanah ( ). Bila tanah dalam

keadaan jenuh nilai derajat kejenuhannya = 1 (100%), dan untuk tanah kering

nilai derajat kejenuhannya = 0.Kejenuhan suatu tanah () dapat dinyatakan dalam


persamaan berikut :
(%) =

100

(2.6)

2.1.2.3 Angka Pori (Void Ratio)


Angka Pori () adalah perbandingan antara volume rongga ( ) dengan

volume butiran ( ) dalam tanah tersebut yang dinyatakan dalam satuan desimal.
Angka Pori tanah () dapat dinyatakan dalam persamaan :
=

(2.7)

2.1.2.4 Porositas (Porocity)


Porositas () adalah perbandingan antara volume pori ( ) dengan volume

total tanah () dalam tanah tersebut yang dinyatakan dalam satuan persen maupun
dalam bentuk desimal. Porositas tanah () dapat dinyatakan dalam persamaan :
=

100

(2.8)

Hubungan antara angka pori dengan porositas dapat dilihat pada persamaan
berikut:
=

(2.9)

(2.10)

1
1+

Universitas Sumatera Utara

2.1.2.5 Berat Volume Basah (Wet Volume Weight)


Berat Volume ( ) adalah perbandingan antara berat butiran tanah

termasuk air dan udara () dengan volume total tanah (). Berat Volume Tanah
( ) dinyatakan dalam persamaan berikut :
=

(2.11)

2.1.2.6 Berat Volume Kering (Dry Volume Weight)


Berat Volume Kering () adalah perbandingan antara berat butiran tanah

( ) dengan volume total tanah (). Berat Volume Tanah ( ) dapat dinyatakan

dalam persamaan berikut :


=

(2.12)

2.1.2.7 Berat Volume Butiran Padat (Soil Volume Weight)


Berat Volume Butiran Padat ( ) adalah perbandingan antara berat butiran

tanah ( ) dengan volume butiran tanah padat ( ). Berat Volume Butiran Padat

( ) dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:


=

(2.13)

2.1.2.8 Berat Jenis (Specific Gravity)


Berat Jenis Tanah ( ) dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara

berat volume butiran tanah ( ) dengan berat volume air ( ) dengan isi yang

sama pada temperatur tertentu. Nilai suatu Berat jenis tanah tidak memiliki satuan
(tidak berdimensi). Berat jenis tanah ( ) dapat dinyatakan dalam persamaan :

Universitas Sumatera Utara

(2.14)

Adapun batas-batas besaran Berat Jenis Tanah dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Berat Jenis Tanah (Hardiyatmo, 1992)
Macam Tanah

Berat Jenis

Kerikil

2,65 - 2,68

Pasir

2,65 - 2,68

Lanau tak organik

2,62 - 2,68

Lempung organik

2,58 - 2,65

Lempung tak organik

2,68 - 2,75

Humus

1,37

Gambut

1,25 - 1,80

Batas-batas nilai dari Derajat Kejenuhan tanah dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Derajat Kejenuhan dan Kondisi Tanah (Hardiyatmo, 1992)
Keadaan Tanah

Derajat Kejenuhan

Tanah kering

Tanah agak lembab

> 0 - 0,25

Tanah lembab

0,26 - 0,50

Tanah sangat lembab

0,51 - 0,75

Tanah basah

0,76 - 0,99

Tanah jenuh

Universitas Sumatera Utara

2.1.2.9 Batas-batas Atterberg (Atterberg Limit)


Kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kadar air tertentu disebut
konsistensi. Batas-batas konsistensi tanah berbutir halus tersebut adalah
batas cair, batas plastis, batas susut.
Masalah pada tanah yang penting untuk diperhatikan adalah pengaruh
penambahan kadar air terhadap sifat-sifat mekanis tanahnya, seperti contoh jika
kita mencampurkan suatu sampel tanah dengan air hingga mencapai keadaan cair,
maka lama kelamaan campuran tersebut akan mengering sedikit demi sedikit
sehingga sampel tanah akan melalui beberapa keadaan tertentu dari keadaan cair
sampai keadaan padat . Batas-batas konsistensi dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Batas-batas Atterberg


Penjelasan mengenai batas-batas konsistensi dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a. Batas Cair (Liquid Limit)

Batas cair adalah kadar air tanah pada batas antara keadaan cair
dan keadaan plastis.

Batas cair ditentukan melaui pengujian Casagrande

(1948). Tanah yang sudah dicampur dengan air diletakkan pada mangkuk
Casagrande yang kemudian sampel tanah dibelah dengan membuat alur di
tengah-tengah menggunakan alat yang disebut Groving tool.Kemudian

Universitas Sumatera Utara

dilakukan pemukulan dengan cara engkol dinaikkan dan sampai mangkuk


menyentuh dasar sampel, sambil dilakukan perhitungan ketukan sampai tanah
yang dibelah tadi berhimpit. Pemukulan dilakukan pada kadar air yang berbeda
dan banyaknya jumlah pukulan dihitung untuk masing-masing kadar air.
Dengan demikian dapat dibuat grafik hubungan antara kadar air dengan jumlah
pukulan, sehingga diperoleh kadar air pada pukulan tertentu.Untuk lebih
jelasnya, alat uji batas cair dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Alat Uji Batas Cair

b. Batas plastis (Plastic Limit)


Batas plastis (plastic limit) adalah kadar air pada batas bawah daerah
plastis atau kadar air minimum dimana tanah dapat digulung-gulung sampai
diameter 3,1 mm (1/8 inchi). Penentuan kadar air ini dilakukan dengan cara
melakukan pengguliran pada sampel tanah di atas plat kaca hingga diameter tanah

Universitas Sumatera Utara

mencapai 3,1 mm. Apabilaa tanah mulai retak atau pecah pada saat diameternya
mencapai 3,1 mm, maka kadar air tanah itu adalah batas plastis.
Indeks plastisitas adalah selisih antara batas cair dan batas plastis. Adapun
rumusan dalam menghitung besaran nilai indeks plastisitas adalah sesuai dengan
persamaan 2.14, seperti yang ditunjukkan pada rumusan dibawah ini:
PI = LL - PL

(2.15)

Klasifikasi jenis tanah berdasarkan besar indeks plastisitasnya ditunjukkan


pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Indeks Plastisitas Tanah (Hardiyatmo, 1992)
PI

Sifat

Macam tanah

Kohesi

Non Plastis

Pasir

Non - Kohesif

<7

Plastisitas Rendah

Lanau

Kohesif Sebagian

7 - 17

Plastisitas Sedang

Lempung berlanau

Kohesif

> 17

Plastisitas Tinggi

Lempung

Kohesif

c. Batas Susut (Shrinkage Limit)


Batas susut adalah kadar air atau batas dimana tanah yang dalam\ keadaan
jenuh dan sudah kering tidak akan mengalami penyusutan lagi meskipun
dikeringkan secara terus menerus. Batas susut juga dapat diartikan batas dimana
meskipun tanah benar-benar telah kehilangan kadar airnya, tidak akan
menyebabkan penyusutan volume tanah. Batas.susut dapat dinyatakan dalam
persamaan
=

(1 2 )
2

(1 2 )
2

100 %

(2.16)

Universitas Sumatera Utara

dengan :
1 = berat tanah basah dalam cawan percobaan (gr)
2 = berat tanah kering oven (gr)

1 = volume tanah basah dalam cawan (3 )

2 = volume tanah kering oven (3 )


= berat jenis air

2.1.2.10 Klasifikasi Tanah


Kebanyakan klasifikasi tanah menggunakan indeks tipe pengujian yang
sangat sederhana untuk menentukan karakteristik tanahnya. Karakteristik tersebut
digunakan untuk menentukan kelompok klasifikasinya. Umumnya klasifikasi
tanah didasarkan atas ukuran partikel yang diperoleh dari analisa saringan dan
plastisitasnya. Sekarang, terdapat dua sistem klasifikasi yang dapat digunakan
yaitu Unified Soil Classification System dan AASHTO.

2.1.2.10.1 Sistem Klasifikasi Unified


Klasifikasi

berdasarkan

Unified

System

(Das,

1994),

tanah

dikelompokkan menjadi :
1. Tanah butir kasar (coarse-grained-soil)

yaitu tanah kerikil dan

pasir dimana kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos ayakan
no.200. Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal G
atau S. G adalah untuk kerikil (gravel) atau tanah berkerikil, dan S
adalah untuk pasir (sand) atau tanah berpasir.
2. Tanah berbutir halus (fine-grained-soil) yaitu tanah dimana lebih

Universitas Sumatera Utara

dari 50 % berat total contoh tanah lolos ayakan no.200. Simbol


dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal M untuk lanau
(silt) anorganik, C untuk lempung (clay) anorganik, dan O untuk
lanau organik dan lempung organik. Simbol PT digunakan untuk
tanah gambut (peat), muck, dan tanah-tanah lain dengan kadar organik
yang tinggi. Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbol kelompok
seperti : GW, GP, GM,

GC,

SW,

SP,

SM

dan

SC.

Untuk

klasifikasi yang benar, perlu memperhatikan faktor-faktor berikut


ini :
1. Persentase butiran yang lolos ayakan no.200 (fraksi halus).
2. Persentase fraksi kasar yang lolos ayakan no.40.
3. Koefisien keseragaman (Uniformity coefficient, Cu ) dan koefisien
gradasi (gradation coefficient, Cc ) untuk tanah dimana 0-12% lolos
ayakan no.200.
4. Batas cair (LL) dan Indeks Plastisitas (PI) bagian tanah yang lolos
ayakan no.40 (untuk tanah dimana 5% atau lebih lolos ayakan no.200).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.4. Klasifikasi Tanah Sistem Unified (Das, 1994)

Universitas Sumatera Utara

2.1.2.10.2 Sistem Klasifikasi AASHTO


Sistem

AASHTO

(American

Association

of

State

Highway

Transportation Official) berguna untuk menentukan kualitas tanah guna


perencanaan timbunan jalan, subbase dan subgrade. Sistem AASHTO
membagi tanah ke dalam 7 kelompok, A-1 sampai dengan A-7. Penentuan
klasifikasi ini terlebih dahulu membutuhkanmembutuhkan data-data sebagai
berikut :
1. Analisis ukuran butiran.
2. Batas cair dan batas plastis dan Ip yang dihitung.
3. Batas susut.

Gambar 2.5. Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO


2.1.3 Pengujian Sifat-sifat Mekanis Tanah
2.1.3.1 Pemadatan Tanah (Compaction)
Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah
dikeluarkan

dengan

salah

satu

cara

mekanis

atau

suatu

proses

berkurangnya volume tanah akibat adanya energi mekanis, pengaruh


kadar air dan gradasi butiran.

Universitas Sumatera Utara

Untuk setiap daya pemadatan tertentu kepadatan yang tercapai


tergantung pada banyaknya air didalam tanah tersebut yang disebut kadar air.
Tingkat pemadatan tanah diukur dari berat volume kering tanah yang
dipadatkan. Air dalam pori tanah berfungsi sebagai unsur pembasah
(pelumas) tanah, sehingga butiran tanah tersebut lebih mudah bergerak atau
bergeser satu sama lain dan membentuk kedudukan yang lebih padat atau
rapat.
Peristiwa bertambahnya berat volume kering oleh beban dinamis disebut
dengan pemadatan. Pemadatan tanah dapat dimaksudkan untuk mempertinggi
kuat geser tanah, mengurangi sifat mudah mampat (kompresibilitas), mengurangi
permeabilitas serta dapat mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan
kadar air dan lainnya.
Pada tanah granuler dipandang paling mudah penanganannya untuk
pekerjaan di lapangan. Material ini mampu memberikan kuat geser yang tinggi
dengan sedikit perubahan volume sesudah dipadatkan.
Pada tanah lanau yang dipadatkan umumnya akan stabil dan mampu
memberikan kuat geser yang cukup dan sedikit kecenderungan mengalami
perubahan volume. Namun tanah lanau sangat sulit dipadatkan bila dalam
keadaan basah karena permeabilitasnya rendah.
Tanah lempung yang dipadatkan dengan cara yang benar akan
memberikan kuat geser yang tinggi. Stabilitas terhadap sifat kembang-susut
tergantung dari jenis kandungan mineralnya. Lempung padat mempunyai
permeabilitas yang rendah dan tanah ini tidak dapat dipadatkan dengan baik
dalam kondisi basah.

Universitas Sumatera Utara

Derajat kepadatan tanah diukur dari berat volume keringnya. Hubungan


berat volume kering ( ) dengan berat volume basah ( ) dan kadar air (%)

dinyatakan dalam persamaan :


=

1+

(2.16)

Di lapangan biasanya dengan cara menggilas menggunakan peralatan


mekanis seperti roller, sedangkan di laboratorium dengan cara memukul. Dalam
pengujian di laboratorium alat pemadatan berupa silinder mould yang mempunyai
volume 9,44 x 104 3 . Tanah dipadatkan di dalam mould dengan menggunakan

penumbuk dengan berat 2,5 kg dengan tinggi jatuh 30,5 cm. Tanah dipadatkan
dalam 3 lapisan (standart proctor) dan 5 lapisan (modified proctor) dengan
pukulan sebanyak 25 kali pukulan.
Proses ini dilakukan sebanyak lima kali pada sampel tanah dengan kadar
air tanah yang terus dinaikkan pada setiap proses. Dengan menggambarkan
hubungan antara kepadatan kering maksimum dengan kadar air, akan dihasilkan
kurv seperti terlihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Hubungan Antara Kadar Air dan Berat Isi Kering Tanah

Universitas Sumatera Utara

2.1.3.2 Uji Kuat Tekan Bebas ( Unconfined Compression Test )


Pada material tanah, parameter yang perlu ditinjau adalah kekuatan geser
tanahnya. Pengetahuan mengenai kekuatan geser diperlukan untuk menyelesaikan
masalah-masalahyang berkaitan dengan stabilisasi tanah.
Salah satu pengujian yang digunakan untuk mengetahui parameter kuat
geser tanah adalah uji kuat tekan bebas.Yang dimaksud dengan kekuatan tekan
bebas adalah besarnya beban aksial persatuan luas pada saat benda uji mengalami
keruntuhan atau pada saat regangan aksial mencapai 20 %. Percobaan kuat tekan
bebas di laboratorium dilakukan pada sampel tanah dalam keadaan asli maupun
buatan (remoulded).
Cara pengujian kuat tekan bebas ini memiliki perbedaan dengan uji
triaksial, dimana pada uji kuat tekan bebas tidak ada tegangan sel yaitu 3 = 0.

Gambar skematik dari prinsip pembebanan dalam percobaan ini dapat dilihat pada
Gambar 2.7.

Gambar 2.7.Skema Uji Tekan Bebas

Universitas Sumatera Utara

Pembebanan pada sampel tanah berasal dari tekanan aksial satu arah
(1 ) yang diangsur-angsur bertambah sampai benda uji mengalami keruntuhan.

Hubungan konsistensi dengan kuat tekan bebas dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Nilai Kuat Tekan Bebas (Das, 1994)

Tekanan aksial yang bekerja pada tanah dapat dituliskan kedalam persamaan
berikut :
=

dengan :

(2.17)

P = gaya beban yang bekerja


A = Luas penampang tanah
Kuat geser tanah dari tekanan aksial yang ada dapat dituliskan ke dalam
persamaan berikut :
=

1+ 3
2

dengan :

1
2

(2.18)

= kekuatan geser undrained (undrained shear strength)


3 = 0

qu = unconfined compressive strength.

Universitas Sumatera Utara

2.1.3.3 Sensitifitas Tanah Lempung


Uji tekan bebas ini dilakukan pada sampel tanah asli (undisturbed) dan
sampel tanah tidak asli (remoulded) lalu diukur kemampuan masing-masing
sampel terhadap kuat tekan bebas. Dari nilai kuat tekan maksimum yang dapat
diterima pada masing-masing sampel dapat diperoleh nilai sensitifitas tanah. Nilai
sensitifitas berguna untuk mengukur bagaimana perilaku tanah jika mengalami
gangguan yang diberikan dari luar.
Pada tanah-tanah lempung yang terdeposisi (terendapkan) secara alamiah
dapat diamati bahwa kekuatan tekanan tak tersekap berkurang banyak, bila tanah
tersebut diujiulang lagi setelah tanah tersebut menderita kerusakan struktural
(remoulded) tanpa adanya perubahan dari kadar air, sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Kuat Tekan Tanah Asli dan Tanah Remoulded


Sifat berkurangnya kekuatan tanah akibat adanya kerusakan struktural
tanah tersebut disebut kesensitifan (sensitivity). Tingkat kesensitifan dapat
ditentukan sebagai rasio (perbandingan) antara kekuatan tanah yang masih asli
dengan kekuatan tanah yang sama setelah terkena kerusakan (remoulded), bila

Universitas Sumatera Utara

kekuatan tanah tersebut diuji dengan cara tekanan tak tersekap. Jadi, sensitifitas
diperoleh (acquired sensitivity) dinyatakan dalam persamaan:

dengan :

(2.19)

St = kesensitifan
Ada beberapa jenis tanah lempung tertentu yang akibat kerusakan tersebut
dapat tiba-tiba berubah menjadi cair. Tanah-tanah seperti itu sebagian besar
dijumpai di daerah Amerika Utara dan daerah semenanjung Skandinavia yang
dulunya tertutup es. Tanah-tanah lempung seperti ini biasa dinamai sebagai quick
clays.
Karena beberapa jenis lempung mempunyai sifat sensitif terhadap
gangguan yang berbeda-beda, maka perlu diadakan pengelompokan yang
berhubungan dengan sifat sensitifnya. Klasifikasi secara umum dapat dilihat pada
Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sensitivity (Hardiyatmo, 1992)
Sifat

Nilai Sensitivity

<2

Insensitive

24

Moderately Sensitive

48

Sensitive

8 16

Very Sensitive

16 - 32

Slightly Quick

32 64

Medium Quick

> 64

Quick

Universitas Sumatera Utara

2.2 Bahan-bahan Penelitian


2.2.1 Tanah Lempung
Beberapa definisi tanah lempung dari beberapa ahli antara lain:
1. Das (1988) mendefinisikan bahwa tanah lempung merupakan tanah
dengan ukuran mikrokronis sampai dengan sub-mikrokronis yang berasal
dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan. Tanah lempung
sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis pada kadar air
sedang. Pada keadaan air lebih tinggi lempung bersifat lengket (kohesif)
dan sangat lunak.
2. Terzaghi (1987) mendefinisikan bahwa tanah lempung merupakan tanah
dengan ukuran mikrokonis sampai dengan submikrokonis yang berasal
dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan. Tanah lempung
sangat keras dalam keadaan kering, dan tak mudahterkelupas hanya
dengan jari tangan. Permeabilitas lempung sangat rendah, bersifat plastis
pada kadar air sedang. Sedangkan pada keadaan air yang lebih tinggi tanah
lempung akan bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak.
3. Bowles (1986) mendefinisikan bahwa tanah lempung sebagai deposit
yang mempunyai partikel yang berukuran kecil atau sama dengan 0,002
mm dalam jumlah lebih dari 50 %.

2.2.2 Struktur Mineral Lempung


Tanah lempung sangat keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis pada
kadar air sedang. Namun pada kadar air yang lebih tinggi lempung akan bersifat
lengket (kohesif) dan sangat lunak. Kohesif memiliki pengertian bahwa pada

Universitas Sumatera Utara

keadaan basah tanah memiliki kemampuan gaya tarik-menarik yang besar di


antara partikel-partikel tanahnya sehingga melekat satu sama lain.
Mineral lempung merupakan pelapukan akibat reaksi kimia yang
menghasilkan susunan kelompok partikel berukuran koloid dengan diameter
butiran lebih kecil dari 0,002 mm. H oltz & Kovacs (1981) m e n e r a n g k a n
satuan struktur dasar dari mineral lempung terdiri dari Silica Tetrahedra dan
Alumina Oktahedra.
Satuan-satuan dasar tersebut bersatu membentuk struktur lembaran.
Jenis-jenis mineral lempung tergantung dari kombinasi susunan satuan struktur
dasar atau tumpukan lembaran serta macam ikatan antara masing-masing
lembaran.
Silika Tetrahedra pada dasarnya

merupakan kombinasi dari satuan

Silika Tetrahedra yang terdiri dari satu atom silicon yang dikelilingi pada
sudutnya oleh empat buah atom Oksigen. Kombinasi dari unit-unit silica
tetrahedra tersebut membentuk lembaran silika (silica sheet).
Sedangkan Aluminium Oktahedra merupakan kombinasi dari satuan
yang terdiri dari satu atom Alumina yang dikelilingi oleh atom Hidroksil pada
keenam sisinya.Kombinasi dari unit-unit alimunium oktahedra membentuk
lembaran gibbsite (gibbsite sheet).
Pada sebuah lembaran silika, setiap atom silikon yang bermuatan positif
dan bervalensi empat daihubungkan dengan empat atom oksigen yang bermuatan
negatif dengan valensi total delapan. Tetapi setiap atom oksigen pada dasar
tetrahedral itu dihubungkan dengan dua atom silikon lainnya. Ini berarti bahwa
atom-atom oksigen disebelah atas dari unit-unit tetrahedra mempunyai kelebihan

Universitas Sumatera Utara

valensi (negatif) sebesar satu dan harus diseimbangkan. Bila lembaran silika itu
ditumpuk di atas lembaran oktahedra, atom-atom oksigen tersebut akan
menggantikan posisi ion hidroksil pada oktahedra untuk memenuhi keseimbangan
muatan mereka.

(a)

( b)

(d)

(c)

(e)

Gambar 2.9. Struktur Atom Mineral Lempung


( a ) silica tetrahedra ; ( b ) silica sheet ;
( c ) aluminium oktahedra ; ( d ) lembaran oktahedra (gibbsite) ;
( e ) lembaran silika - gibbsite ( Das, 1994)

Jika ditinjau dari mineraloginya, lempung terdiri dari berbagai mineral


penyusun, antara lain mineral lempung (kaolinite, montmorillonite dan illite
group) dan mineral-mineral lain yang mempunyai ukuran sesuai dengan batasan
yang ada (mika group, serpentinite group).

Universitas Sumatera Utara

a.

Kaolinite.

Merupakan bagian dasar dari struktur ini adalah lembaran tunggal silika
tetrahedral yang digabung dengan satu lembaran alumina oktahedran (gibbsite)
membentuk satu unit dasar dengan tebal kira-kira 7,2 (1 =10-10 m) seperti
yang terlihat pada Gambar 2.9. hubungan antar unit dasar ditentukan oleh ikatan
hidrogen dan gaya bervalensi sekunder. Mineral kaolinite berwujud seperti
lempengan-lempengan tipis, masing-masing dengan diameter 1000 sampai
20000 dan ketebalan dari 100 sampai 1000 dengan luasan spesifik per unit
massa 15 m2/gr.

Gambar 2.10. Struktur Kaolinite ( Das, 1988)

b.

Montmorillonite disebut juga mineral dua banding satu (2:1) karena satuan

susunan kristalnya terbentuk dari susunan dua lempeng silika tetrahedral


mengapit satu lempeng alumina oktahedral ditengahnya. Struktur kisinya
tersusun atas satu lempeng Al2O3 diantara dua lempeng SiO2. Karena struktur
inilah Montmorillonite dapat mengembang dan mengkerut menurut sumbu C dan
mempunyai daya adsorbsi air dan kation lebih tinggi. Tebal satuan unit adalah
9,6 (0,96m), seperti ditunjukkan Gambar 2.10 dibaw ah ini sebagaimana

Universitas Sumatera Utara

dikutip (Das, 1988). Hubungan antara satuan unit diikat oleh ikatan gaya Van der
Walls, diantara ujung-ujung atas dari lembaran silika itu sangat lemah, maka
lapisan air (n.H2O) dengan kation yang dapat bertukar dengan mudah menyusup
dan memperlemah ikatan antar satuan susunan kristal mengakibatkan antar
lapisan terpisah. Ukuran unit massa sangat besar, dapat menyerap air dengan
sangat kuat, mudah mengalami proses pengembangan.

Gambar 2.11. Struktur Montmorillonite ( Das, 1994)


c.

Illite.Mineral illite mempunyai hubungan dengan mika biasa, sehingga

dinamakan pula hidrat-mika. Illite memiliki formasi struktur satuan kristal, tebal
dan komposisi yang hampir sama dengan montmorillonite. Perbedaannya ada
pada :
Pengikatan antar unit kristal terdapat pada kalium (K) yang berfungsi sebagai
penyeimbang muatan, sekaligus sebagai pengikat.
Terdapat 20 % pergantian silikon (Si) oleh aluminium (Al) pada lempeng
tetrahedral.
Struktur mineralnya tidak mengembang sebagaimana montmorillonite
Gambar satuan unit illite seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.11 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.12. Struktur Illite ( Das, 1994)


Substitusi dari kation-kation yang berbeda pada lembaran oktahedral akan
mengakibatkan mineral lempung yang berbeda pula. Apabila ion-ion yang
disubstitusikan mempunyai ukuran yang sama disebut ishomorphous. Bila sebuah
anion dari lembaran oktahedral adalah hydroxil dan dua per tiga posisi kation diisi
oleh aluminium maka mineral tersebut disebut gibbsite dan bila magnesium
disubstitusikan kedalam lembaran aluminium dan mengisi seluruh posisi kation,
maka mineral tersebut disebut brucite.

2.2.3 Interaksi Air dan Mineral dalam Fenomena Tanah Lempung


Tanah lempung mengandung muatan elektro negatif pada permukaannya.
Muatan elektro negatif ini mengakibatkan kemungkinan terjadinya reaksi
pertukaran kation., yang mana muatan ini merupakan hasil satu atau lebih dari
beberapa reaksi yang berbeda.
Pada mineral lempung yang kering, muatan negatif yang terdapat
di permukaannya dinetralkan

oleh

kation-kation

lain

yang

mengelilingi

partikel tersebut secara exchange able cation akibat adanya perbedaan kekuatan
muatan dan gaya tarik- menarik elektrostatik Van der Waals. Akibat
kemungkinan adanya perbedaan kekuatan muatan di sekeliling kation tersebut

Universitas Sumatera Utara

dapat saling mendesak dan bertukar posisi.


Kemampuan dari kation-kation tersebut untuk mendesak dapat dilihat dari
besarnya potensi mendesak sesuai urutan berikut:
Al3+>Ca2+>Mg2+NH4+>K+>H+>Na+Li+
Dari reaksi di atas disimpulkan Kation Li+ tidak dapat mendesak kation lain
yang berada dikirinya.
Molekul air merupakan molekul dipolar karena atom Hidrogen tidak
tersusun simetris disekitar atom oksigen, melainkan membentuk sudut ikatan
105o

akibatnya molekul-molekul air berperilaku seperti batang-batang kecil

yang mempunyai muatan positif disatu sisi dan muatan negatif disisi lain.Sifat
dipolar tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Sifat Dipolar Molekul Air (Das, 1994)


Interaksi antara molekul-molekul air dengan partikel lempung dapat
melalui tiga proses yaitu :
1. Kutub positif molekul dipolar air akan saling menarik dengan muatan
negatif permukaan partikel lempung.
2. Molekul air diikat oleh partikel lempung melalui ikatan Hidrogen
(Hidrogen air ditarik oksigen atau hidroksil lain yang ada pada
permukaan partikel lempung).

Universitas Sumatera Utara

Proses ketiga, penarikan molekul air oleh muatan negatif permukaan empung
secara berantai

melalui kation yang mengapung dalam larutan air. Faktor paling

dominan adalah proses ikatan hidrogen.

Jumlah molekul air yang berinteraksi dengan permukaan lempung akan


sangat dipengaruhi oleh jenis mineral yang ada yaitu pada nilai luasan permukaan
spesifiknya

(specific

surface).

Besarnya molekul air yang ditarik untuk

membentuk lapisan Rangkap (Diffuse Double Layer). dipengaruhi oleh luas


permukaan lempung. Kemampuan mineral lempung menarik molekul air atau
menunjukkan kapasitas perilaku plastis tanah lempung, terlihat pada Gambar
2.14.

Gambar 2.14 Interaksi molekul air dengan partikel lempung


(Das, 1994)

2.2.4 Semen
Semen berasal dari bahasa latin cementum, dimana kata ini mula-mula
dipakai oleh bangsa Roma yang berarti bahan atau ramuan pengikat. Dengan kata
lain semen dapat didefinisikan adalah suatu bahan perekat yang berbentuk serbuk
halus, bila ditambahkan air akan terjadi reaksi hidrasi sehingga dapat mengeras
dan digunakan sebagai pengikat (mineral glue).

Universitas Sumatera Utara

Pada mulanya semen digunakan orang-orang Mesir Kuno untuk


membangun piramida yaitu sejak abad ke-5 dimana batu batanya satu sama lain
terikat kuat dan tahan terhadap cuaca selama berabad-abad. Bahan pengikat ini
ditemukan sejak manusia mengenal api karena mereka membuat api di gua-gua
dan bila api kena atap gua maka akan rontok berbentuk serbuk. Serbuk ini bila
kena hujan menjadi keras dan mengikat batu-batuan disekitarnya dan dikenal
orang sebagai batu masonry.

2.2.4.1 Bahan-bahan Pembuatan Semen


Bahan mentah yang digunakan dalam pembuatan semen adalah batu
kapur, pasir silica, tanah liat dan pasir besi. Total kebutuhan bahan mentah yang
digunakan untuk memproduksi semen yaitu :
1.

Batu Kapur digunakan 81 %


Batu kapur merupakan sumber utama oksida yang mempunyai rumus
CaCO3 (Calcium Carbonat). Pada umumnya tercampur MgCO3 dan
MgSO4. Batu kapur yang baik dalam pengunaaan pembuatan semen
memiliki kadar air 5 %.

2.

Pasir Silika digunakan 9 %


Pasir Silika memiliki rumus SiO2 (Silicon Dioksida). Pada umumnya pasir
silika terdapat bersama oksida logam lainnya, semakin murni kadar SiO2
maka semakin berwarna merah atau coklat, disamping itu semakin mudah
menggumpal karena kadar airnya tinggi. Pasir silika yang baik untuk
pembuatan semen adalah dengan kadar SiO2 90%.

Universitas Sumatera Utara

3.

Tanah Liat digunakan sebanyak 9%


Rumus kimia tanah liat yang digunakan pada produksi semen adalah
SiO2Al2O3.2H2O . Tanah liat yang baik untuk digunakan memiliki kadar
air 20%, kadar air SiO2 tidak terlalu tinggi 46%.

4.

Pasir besi digunakan sebanyak 1%


Pasir besi memiliki rumus kimia Fe2O3 (Ferri Oksida) yang pada
umumnya selalu tercampur dengan SiO2 dan TiO2 sebagai impuritiesnya.
Fe2O3 berfungsi sebagai penghantar panas dalam proses pembuatan terak
semen. Kadar yang baik dalam pembuatan semen yaitu Fe2O3 75% - 80%
. Pada penggilingan akhir digunakan gypsum sebanyak 3 % - 5 % total
pembuatan semen.

2.2.4.2 Jenis-jenis Semen


Umumnya jenis semen yang dikenal saat ini antara lain sebagai berikut :
1. Semen Portland (Portland Cement)
Semen Portland merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dengan jalan
menghaluskan terak yang mengandung senyawa-senyawa kalsium silikat dan
biasanya juga mengandung satu atau lebih senyawa-senyawa kalsium sulfat yang
ditambahkan pada pengggilingan akhir. Semen Portland adalah semen yang
diperoleh dengan menghaluskan terak yang terutama terdiri dari silikat-silikat,
kalsium yang bersifat hidrolis bersama bahan tambahan biasanya gypsum.

Universitas Sumatera Utara

Tipe-tipe semen Portland ada lima, diantaranya :


a. Tipe I (Ordinary Portland Cement)
Semen Portland tipe ini digunakan untuk segala macam konstruksi apabila
tidak diperlukan sifat-sifat khusus, misalnya tahan terhadap sulfat, panas hiderasi
dan sebagainya. Semen ini mengandung 5 % MgO dan 2,5-3% SO3.

b. Tipe II (Moderate Heat Portland Cement)


Semen Portland tipe ini digunakan untuk bahan konstruksi yang memerlukan
sifat khusus tahan terhadap sulfat dan panas hiderasi yang sedang. Biasanya
digunakan untuk daerah pelabuhan dan bangunan sekitar pantai. Semen ini
mengandung 20% SiO2, 6% Al2O3, 6% Fe2O3 , 6%MgO , dan 8% C3A.

c. Tipe III (High Early Strength Portland Cement)


Semen ini merupakan semen yang digunakan biasanya dalam keadaankeadaan darurat dan musim dingin. Digunakan juga pada pembuatan beton tekan.
Semen ini memiliki kadungan C3S yang lebih tinggi dibandingkan Semen
Portland tipe I dan II sehingga proses pengerasan terjadi lebih cepat dan cepat
mengeluarkan kalor. Semen ini tersusun dari 3,5-45 Al2O3, 6% Fe2O3, 35% C3S,
6% MgO, 40% C2S dan 15% C3A.

d. Tipe IV (Low Heat Portland Cement)


Semen tipe ini digunakan pada bangunan dengan tingkat panas hiderasi yang
rendah misalnya pada bangunan beton yang besar dan tebal. Baik sekali untuk
mencegah keretakan. Low Heat Portland Cement ini memiliki kandungan C3S dan

Universitas Sumatera Utara

C3A lebih rendah sehingga kalor yang dilepas lebih rendah. Semen ini tersusun
dari 6,5% MgO, 2,3% SO3, dan 7% C3A.

e. Tipe V (Super Sulphated Cement)


Semen yang sangat tahan terhadap pengaruh sulphat misalnya pada tempat
pengeboran lepas pantai, pelabuhan dan terowongan. Komposisi komponen
utamanya adalah slag tanur tinggi dan kandungan aluminanya yang tinggi. Semen
ini tersusun dari 5% terak Portland Cement, 6% MgO, 2,3% SO2 dan 5% C3A.

2. Semen Putih
Portland cement yang memiliki warna keabu-abuan. Warna ini disebabkan
oleh kandungan oksida silika pada Portland Cement tersebut. Jika kandungan
oksida silica tersebut dikurangi 0,4% maka warna semen Portland berubah
menjadi warna putih.

3. Semen Masonry
Semen Masonry dibuat dengan menggiling campuran terak semen Portland
dengan batu kapur, batu pasir atau slag dengan perbandingan 1:1 .

4. Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement)


Semen ini digunakan pada temperatur dan tekanan tinggi, sering dijumpai
pada penggunaan pengeboran minyak atau digunakan untuk pengeboran air tanah
artesis. Semen ini merupakan semen Portland yang dicampur dengan retarder

Universitas Sumatera Utara

untuk memperlambat pengerasan semen seperti lignin, asam borat, casein dan
gula.

5. Semen Alami (Natural Cement)


Semen ini dihasilkan dari kerang batu kapur yang mengandung tanah liat
seperti komposisi semen di alam. Material ini dibakar sampai suhu pelelehannya
hingga menghasilkan terak. Kemudian terak tersebut digiling menjadi semen
halus. Dalam pemakaiannya dicampur dengan semen Portland.

6. Semen Alumina Tinggi (High Alumina Cement)


Semen yang memiliki kandungan alumina tinggi, dimana perbandingan antara
kapur dan alumina adalah sama. Semen ini dibuat dengan mencampur kapur,
silika dan oksida silika yang dibakar hingga meleleh dan kemudian hasilnya
didinginkan lalu digiling hingga halus. Ciri dari semen ini memiliki ketahanan
terhadap air yang mengandung sulfat dan air laut cukup tinggi.

7. Semen Pozzolona
Semen ini mengandung senyawa silika dan alumina dimana bahan pozzolona
sendiri tidak memiliki sifat seperti semen, akan tetapi bentuk halusnya dan dengan
adanya air, senyawa-senyawa tersebut membentuk kalsium aluminat hidrat yang
bersifat hidraulis.

Universitas Sumatera Utara

8. Semen Trass
Semen yang dihasilkan dengan menggiling campuran antara 60% - 80% trass
atau tanah yang berasal dari debu gunung berapi yang serupa dengan pozzolona
dengan menambah CaSO4.

9. Semen Slag (Slag Cement)


Semen slag ini dikenal 2 macam tipe, yaitu :

Eisen Portland Cement


Semen yang dihasilkan dari penggilingan campuran 60% terak Portland dan
40% butir-butir slag tanur tinggi.

High Often Cement


Semen yang dihasilkan dari penggilingan campuran yang mengandung 15% 19% terak Portland Cement dan 41% - 85 % butir-butir slag dengan
penambahan CaSO4.

2.2.5 Abu Sekam Padi


Padi merupakan produk utama pertanian di negara agraris termasuk
Indonesia, hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa beras merupakan hasil olahan
dari padi yang merupakan bahan makanan pokok. Tumbuhan padi adalah
tumbuhan yang tergolong tanaman air, namun sebagai tanaman air bukan berarti
tanaman padi itu hanya bisa tumbuh di tanah yang terus - menerus digenangi air,
baik penggenangan itu terjadi secara alamiah, ditanah rawa-rawa, maupun
penggenangan itu disengaja pada tanah-tanah .

Universitas Sumatera Utara

Sekam padi adalah bagian terluar dari butir padi yang merupakan hasil
samping saat proses penggilingan padi dilakukan. Sekitar 20% dari bobot padi
adalah sekam padi dan kurang lebih 15% dari komposisi sekam padi adalah abu
sekam yang selalu dihasilkan setiap kali sekam dibakar (Hara, 1986).
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri
dari dua bentuk daun yaitu sekam kelopak dan sekam mahkota, dimana pada
proses penggilingan padi, sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan
sisa atau limbah penggilingan. Dari penggilingan padi akan menghasilkan sekitar
25% sekam, 8% dedak, 2% bekatul dan 65% beras. Sekam tersusun dari jaringan
serat-serat selulosa yang mengandung banyak silika dalam bentuk serabut-serabut
yang sangat keras.
Sekam padi menduduki 7% dari produksi total padi yang biasanya hanya
ditimbun dekat penggilingan padi sebagai limbah sehingga mencemari
lingkungan, kadang-kadang juga dibakar. Sekam padi juga dapat digunakan
sebagai pupuk, bahan tambahan untuk media tumbuh tanaman sayuran secara
hidroponik. Hasil analisis sekam padi dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Hasil Analisis Sekam Padi (Houston, 1972)

Kandungan Air

9,02 %

Protein Kasar

3,27 %

Lemak

1,18 %

Karbohidrat

33,71 %

Serat Kasar

35,68 %

Abu

17,71 %

Universitas Sumatera Utara

Sekam padi tidak dapat digunakan sebagai material pengganti

tanpa

mengalami proses pembakaran. Dua faktor yang perlu diperhatikan pada proses
pembakaran yaitu kadar abu dan unsur kimia dalam abu. Kadar abu menjadi
penting sebab hal ini menunjukkan atau menentukan berapa jumlah sekam yang
harus dibakar agar menghasilkan abu sesuai kebutuhan.

2.2.6 Komposisi Kimia Abu Sekam padi


Selama proses pembakaran sekam padi menjadi abu mengakibatkan
hilangnya zat-zat organik yang lain dan menyisakan zat-zat yang mengandung
silika. Pada proses pembakaran akibat panas yang terjadi akan menghasilkan
perubahan struktur silika yang berpengaruh pada dua hal yaitu tingkat aktivitas
pozolan dan kehalusan butiran abu.
Secara umum faktor suhu, waktu dan lingkungan pembakaran harus
dipertimbangkan dalam proses pembakaran sekam padi untuk menghasilkan abu
yang mempunyai tingkat reaktivitas maksimal. Secara tipikal komposisi kimia
abu sekam padi meliputi SiO2, K2O, Fe2O3, CaO, MgO, Cl, P2O5, Na2O3, SO3 dan
sedikit unsur lainnya.Komposisi kimia dari abu sekam padi dapat dilihat pada
Tabel 2.7.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.7 Komposisi Kimiawi Abu Sekam Padi (Houston, 1972)

Komponen

% Berat

SiO2

86,90 97,30

K2O

0,58 2,50

Na2O

0,00 1,75

CaO

0,20 1,50

MgO

0,12 1,96

Fe2O3

0,00 0,54

P2O5

0,20 2,84

SO3

0,10 1,13

Cl

0,00 0,42

2.3 Stabilisasi Tanah


Stabilisasi tanah adalah usaha untuk memperbaiki daya dukung (mutu)
tanah yang tidak baik dan meningkatkan daya dukung (mutu) tanah yang sudah
tergolong baik. Tujuan dari stabilisasi tanah adalah untuk meningkatkan
kemampuan daya dukung tanah dalam menahan beban serta untuk meningkatkan
kestabilan tanah.
Usaha stabilisasi tanah dapat dilakukan dengan pemadatan, mencampur
dengan tanah lain, serta menambahkan bahan pencampur kimiawi. Stabilisator
yang sering digunakan yakni semen, kapur, abu sekam padi, abu cangkak sawit,
abu ampas tebu, fly ash, bitumen dan bahan-bahan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Kelebihan stabilisasi dengan menggunakan bahan tambahan (admixtures)


adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kekuatan tanah
b. Mengurangi deformasi
c. Menjaga stabilitas volume
d. Mengurangi permeabilitas
e. Meningkatkan durabilitas
Penelitian ini menggunakan bahan stabilisator berupa Semen Portland dan
abu sekam padi.

2.3.1 Stabilisasi Tanah dengan Semen


Stabilisasi tanah dengan semen diartikan sebagai pencampuran antara
tanah yang telah dihancurkan, semen dan air, yang kemudian dipadatkan sehingga
menghasilkan suatu material baru disebut Tanah Semen dimana kekuatan,
diharapkan dapat sesuai dengan keb utuhan, baik untuk perkerasan jalan, pondasi
bangunan dan jalan, aliran sungai dan lain-lain
Semen banyak digunakan untuk stabilisasi tanah di berbagai Negara.
Adanya air, kalsium silikat, aluminat pada semen akan membentuk senyawa
hidrat yang akan menghasilkan susunan/ ikatan yang kuat dan keras yang
menyelimuti dan mengikat material yang dicampur.
Alasan lain pemakaian semen adalah semen merupakan bahan yang
terbilang relatif murah dan mudah didapatkan. Berbagai penelitian dan pekerjaan
di lapangan menunjukkan bahwa hampir terhadap semua jenis tanah dapat

Universitas Sumatera Utara

distabilisasi dengan semen , kecuali pada tanah dengan kadar organik tinggi dan
berplastisitas sangat tinggi.
Penggunaan kadar semen 2% dari berat kering tanah sudah dapat
menghasilkan perubahan sifat tanahnya, sedangkan penggunaan semen lebih dari
2 % dapat menghasilkan perubahan sifat tanah yang sangat signifikan. Disisi lain
semen juga mempunyai kekurangan seperti rentan terhadap keretakan pada suhu
yang tinggi, getas dan korosif. Selain itu, produksi semen menghasilkan emisi
karbon

yang

sangat

tinggi

sehingga

produksi

semen

tidak

ramah

lingkungan.Untuk mengatasi kelemahan dan memanfaatkan kelebihan semen,


diperlukan bahan campuran alternatif sebagai pengganti semen.

2.3.2 Proses Kimia pada Stabilisasi Tanah dengan Semen


Tahapan proses kimia pada stabilisasi tanah menggunakan semen adalah
sebagai berikut:
Absorbsi air dan reaksi pertukaran ion;
Partikel semen yang kering tersusun secara
kristal-kristal 3CaO.SiO2, 4CaO.SiO4, 3CaO.Al2O3

heterogen

dan

berisi

dan bahan-bahan yang

pada berupa 4CaO.Al2O3Fe2O3. Bila semen ditambahkan pada tanah, ion


kalsium Ca+++ dilepaskan melalui hidrolisa dan pertukaran ion berlanjut pada
permukaan partikel-partikel lempung. Dengan reaksi ini partikel-partikel
lempung menggumpal sehingga mengakibatkan konsistensinya tanah menjadi
lebih baik.
Reaksi pembentukan kalsium silikat
Dari reaksi-reaksi kimia yang berlangsung diatas, maka reaksi utama

Universitas Sumatera Utara

yang berkaitan dengan kekuatan adalah hidrasi dari A-lite (3CaO.SiO2) dan Blite (2CaO.SiO2) terdiri dari kalsium silikat dan melalui hidrasi tadi hidrat-hidrat
seperti kalsium silikat dan aluminat terbentuk. Senyawa-senyawa ini berperan
dalam pembentukan atau pengerasan.
Reaksi pozzolan
Kalsium hidroksida yang dihasilkan pada waktu hidrasi akan membentuk
reaksi dengan tanah (reaksi pozzolan) yang bersifat memperkuat ikatan antara
partikel, karena ia berfungsi sebagai binder (pengikat).

2.4 Stabilisasi dengan Semen dan Abu Sekam Padi


Semen banyak digunakan untuk stabilisasi tanah di berbagai Negara.
Adanya air, kalsium silikat, aluminat pada semen akan membentuk senyawa
hidrat yang akan menghasilkan susunan/ ikatan yang kuat dan keras yang
menyelimuti dan mengikat material yang dicampur.
Alasan lain pemakaian semen adalah semen merupakan bahan yang
terbilang relatif murah dan mudah didapatkan. Berbagai penelitian dan pekerjaan
di lapangan menunjukkan bahwa hampir terhadap semua jenis tanah dapat
distabilisasi dengan semen , kecuali pada tanah dengan kadar organik tinggi dan
berplastisitas sangat tinggi.
Penggunaan kadar semen 2% dari berat kering tanah sudah dapat
menghasilkan perubahan sifat tanahnya, sedangkan penggunaan semen lebih dari
2 % dapat menghasilkan perubahan sifat tanah yang sangat signifikan.Selain itu,
stabilisasi tanah dengan menggunakan semen sudah sangat biasa dipakai dalam
proses stabilisasi (Bowles, 1993).

Universitas Sumatera Utara

Abu sekam padi merupakan bahan hasil sampingan produk pertanian,


sekam yang dibakar mempunyai sifat pozzolan yang mengandung unsur silikat
yang tinggi. Secara visual abu sekam padi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah berwarna abu-abu (grey colour-ash).
Abu sekam padi merupakan bahan hasil sampingan produk pertanian yang
cukup melimpah keberadaannya dan kurang termanfaatkan dengan baikAbu
sekam padi mempunyai sifat pozzolan yang mengandung unsur silikat yang tinggi
dan sangat reaktif. Dengan sendirinya abu sekam padi akan bereaksi secara kimia
dengan tanah yang lembab membentuk tanah yang tersementasi dan akan
meningkatkan daya dukung tanah. . Sehingga abu sekam padi dapat dimanfaatkan
sebagai bahan alternatif pengganti semen.
Penggunaan abu sekam padi sebagai bahan stabilisasi pada tanah lempung
dimungkinkan karena material ini banyak mengandung unsur silikat (SiO2) dan
aluminat (Al2O3), sehingga dikategorikan sebagai pozzolan.

2.5 Penelitian yang pernah dilakukan


Penggunaan abu sekam padi sebagai stabilisator dalam upaya peningkatan
daya dukung tanah merupakan bidang penelitian yang aktif . Banyak faktor yang
mempengaruhi proses stabilisasi semen dengan abu sekam padi yaitu kadar
semen, kadar air tanah, kadar abu sekam padi, sifat kimiawi tanah dan kandungan
kimiawi abu sekam padi serta masa peramnya.
Untuk kadar semen yang dipakai dalam peneltian ini adalah sebesar 2 %,
didasarkan dari penggunaan kadar semen 2% dari berat kering tanah sudah dapat
menghasilkan perubahan sifat tanahnya, sedangkan penggunaan semen lebih dari

Universitas Sumatera Utara

2 % dapat menghasilkan perubahan sifat tanah yang sangat signifikan.Sedangkan


variasi kadar abu sekam padi untuk penelitian ini,terlebih dahulu perlu dilakukan
beberapa kajian pustaka :
Basha et al (2005) meneliti pengaruh campuran semen dan sekam padi terhadap
pemadatan, kekuatan dan difraksi sinar-X dari tanah residu. Mereka mendapatkan
bahwa semen dan abu sekam padi mengurangi plastisitas tanah, mengurangi
kepadatan kering maksimum dan meningkatkan kadar air optimum. Mereka
menemukan bahwa kandungan semen dan abu sekam padi yang optimal adalah
semen 6-8% dan 10-15% abu sekam padi.
Alhassan dan Mustapha (2007) meneliti tentang pengaruh dari campuran semen
dan abu sekam padi terhadap tanah laterit dikumpulkan dari daerah Maikunkele
(Minna, Nigeria). Tanah tersebut yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 pada
klasifikasi AASHTO, distabilkan dengan campuran semen dan abu sekam padi
sebesar 2-8% dari berat kering tanah. Dari hasil pengujian CBR (Califiornia
Bearing Ratio) dan tekan satu sumbu (Unconfined Compression Test) diperoleh
bahwa kandungan optimal abu sekam padi untuk campuran (abu sekam padi dan
semen) adalah sebesar 4-6 %.
Dari studi daftar pustaka di atas, peneliti memilih variasi campuran abu sekam
padi dan semen sebagai berikut 2%(PC)+3%(AS) , 2%(PC)+4%(AS),
2%(PC)+5%(AS), 2%(PC)+6%(AS) , 2%(PC)+7%(AS), 2%(PC)+8%(AS),
2%(PC)+9%(AS) , 2%(PC)+10%(AS), 2%(PC)+11%(AS), 2%(PC)+12%(AS) ,
2%(PC)+13%(AS), 2%(PC)+14%(AS), 2%(PC)+15%(AS). Pengujian daya
dukung tanah dilakukan dengan uji kuat tekan bebas (Unconfined Compression
Test).

Universitas Sumatera Utara

Selain tinjauan pustaka di atas,pelaksanaan pengujian kuat tekan bebas


tanah lempung dengan bahan stabilisasi yang berbeda dan variasi campuran yang
berbeda juga dilakukan secara bersinergi dengan tujuan untuk mencari bahan
stabilisator mana yang menghasilkan kekuatan geser yang lebih baik dan unggul.
Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan bahan stabilisator
berupa campuran semen - abu ampas tebu, serta campuran semen - abu cangkang
sawit., yang mana hasilnya akan dibahas pada Bab V.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai