KETUA
STAF MEDIS FUNGSIONAL ANESTESI
DEPARTEMEN PELAYANAN MEDIS RUMAH SAKIT EKA DI BSD
A. Posisi
struktur
organisasi.
dalam
B. Tugas Pokok
C. Uraian
Tugas,
Wewenang
dan
Tanggung Jawab.
D. Kriteria jabatan
E. Hubungan
kerja
/koordinasi
- Internal
- Eksternal
Uraian tugas:
1. Mengembangkan,
menggunkan,
dan
menjaga kebijakan dan prosedur.
2. Pengawasan administrasi.
3. Memelihara
program
pengontrolan
kualitas.
4. Memberikan rekomendasi atas tenaga
kerja luar yang memerlukan pelayanan
anestesi.
5. Memantau
dan
memeriksa
semua
pelayanan anastesi.
6. Melakukan
pengkajian
sebelum
pemberian
sedasi,
sesuai
kebijakan
organiasasi untuk menilai resiko dan
ketepatan sedasi pasien.
7. Memberi sedasi.
8. Memantau pasien selama sedasi dan
periode
pemulihan
serta
mendokumentasikan hasil pantauan.
9. Memberikan penjelasan secara jelas dan
benar kepada pasien dan keluarganya
tentang rencana pemberian pelayanan
anestesi atau sedasi termasuk terjadinya
kejadian yang diharapkan dan tidak
diharapkan. Pasien dan keluarganya
memberikan
bukti
telah
diberikan
penjelasan (tanda tangan).
1.
2.
3.
4.
Wewenang.
Melakukan tindakan resusitasi.
Pengelolaan kardiopulmoner.
Pengelolaan intensiv.
Mendiagnosis dan penatalaksanaan nyeri.
5. Pengelolaan
trauma dan
kedaruratan
.
6. Pengelolaan
perioperatif.
7. Mengatur
pelayanan
anestesi
dan
menentukan
dokter
konsultan
yang
diundang.
8. Berwenang
mengawasi
dan
mengambil
tindakan
yang
diperlukan
agar
pelayanan
medis
anestesi
sesuai
dengan SOP.
9. Berwenang
memberikan
instruksi
dan
pengarahan
untuk
memastikan
suasana
kerja yang
tertib,
disiplin, dan
produktif.
Tanggung
Jawab:
Internal:
1.
2.
3.
4.
5.
Eksternal :
1. IDI
2. IDSAI
3. Pasien
dan
keluarga
pasien.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa telah membaca,
memahami, dan akan menjalankan tanggung jawab, yang telah dipercayakan
oleh perusahaan kepada saya sebagaimana yang telah tercantum di dalam
uraian tugas ini.
Tangerang selatan, ...............
(______________________________)
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Intensiv care unit (ICU) adalah suatu bagian dari Rumah Sakit Grestelina
yang mandiri (instalasi dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang
khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi,
perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau
penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa
dengan prognosis dubia. ICU menyediakan kemampuan dan srana ,
prasarana, serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital
dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf lain yang
berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.
Kematian pasien yang mengalami pembedahan terbanyak timbul pada saat
pasca bedah. Pada sekitar tahun 1860, Florence Nightingale mengusulkan
anastesi sampai kemasa pasca bedah. Dimulai sekitar tahun 1942, Mayo
Clinic membuat suatu ruangan khusus dimana pasien-pasien pasca bedah
dikumpulkan dan diawasdi sampai sadar dan stabil fungsi-fungsi vitalnya,
serta bebas dari pengaruh sisa obat anestesi. Keberhasilan unit pulih sadar
merupakan awal dipandang perlunya untuk melanjutkan pelayanan serupa
tidak pada masa pulih sadar saja, namun juga pada masa pasca bedah.
Evolusi ICU bermula dari timbulnya wabah poliomyelitis di Scandinavia pada
sekitar awal tahun 1950, dijumpai banyak kematian yang disebabkan oleh
kelumpuhan otot-otot pernapasan. Dokter spesialis anestesiologi dipelopori
oleh Bjorn Ibsen pada waktu itu, melakukan intubasi dan memberikan
bantuan napas secara manual mirip yang dilakukan selama anestesi.
Dengan bantuan para mahasiswa kedokteran dan sekelompok sukarelawan
mereka mempertahankan nyawa pasien poliomyelitis bulbar dan bahkan
menurunkan mortalitas menjadi sebanyak 40%, dibandingkan dengan cara
sebelumnya yakni penggunaan iron lung yang mortalitasnya sebesar 90%.
Pada tahun 1852 Engstrom membuat ventilasi mekanik bertekanan positif
yang ternyata sangat efektif untuk memberi pernapasan jangka panjang.
Sejak saat itulah ICU dengan perawatan pernapasan mulai terbentuk dan
tersebar luas.
Pada saat ini, ICU modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah
atau ventilasi mekanis saja, namun telah menjadi cabang ilmu sendiri yaitu
intensive care medicine. Ruang lingkup pelayanannya meliputi dukungan
fungsi organ-organ vital seperti pernapasan, kardiovaskuler, susunan saraf
pusat, ginjal dan lain-lainnya, baik pada pasien dewasa atau pasien anak.
Rumah Sakit Grestelina sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan
yang mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan ICU
yang profesional dan berkualitas dengan mengedepankan keselamatan
pasien. Pada unit perawatan intensif (ICU), perawatan untuk pasien
dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga profesional yang terdiri
dari multidisiplin ilmu yang bekerja sama dalam tim. Pengembangan tim multi
disiplin yang kuat sangat penting dalam meningkatkan keselamatan pasien.
Selain itu dukungan sarana, prasarana serta peralatan juga diperlukan dalam
rangka
meningkatkan
pelayanan
ICU.
Oleh
karena
itu,
mengingat
B. TUJUAN
1. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan ICU di Rumah Sakit
Grestelina.
2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien ICU di Rumah
Sakit Grestelina
3. Menjadi acuan pengembangan pelayanan ICU di Rumah Sakit Grestelina.
c. Gangguan
neurologis
akut
termasuk
mengatasi
hipertensi
intrakranial.
d. Gangguan atau gagal ginjal akut.
e. Gangguan endokrin dan /atau metabolik akut yang mengancam
nyawa.
f. Kelebihan dosis obat, reaksi obat atau keracunan obat.
g. Gangguan koagulasi.
h. Infeksi serius yang mengancam nyawa.
i. Gangguan nutrisi yang memerlukan tunjangan nutrisi.
2. Manajemen unit.
Dokter
intensivis
berpartisipasi
aktif
dalam
aktivitas-aktivitas
2. Administrasi unit.
Pelayanan ICU dimaksudkan untuk memastikan suatu lingkungan yang
menjamin pelayanan yang aman, tepat waktu dan efektif. Untuk
tercapainya tugas ini diperlukan partisipasi dokter intensivis pada aktivitas
manajemen.
C. LANDASAN HUKUM
Keputusan
Mentri
Kesehatan
1778/MENKES/SK/XII/2010
Republik
Tentang
indonesia
Pedoman
Nomor
Penyelenggaraan
sumber
daya
yang
ada,
sedemikian
rupa
sehingga
No.
Jenis Ketenagaan
Kepala ICU
Tim Medis
Perawat
4.
mengoperasikan
komputer
Tenaga laboratorium.
Tenaga kefarmasian.
Tenaga kebersihan.
yang
BAB VI
Kebijakan Pelayanan Medis Unit Pelayanan Intensif
1. UPI Rumah Sakit Grestelina di Makassar merupakan pelayanan UPI tersier yang
mampu memberikan standar UPI umum yang tinggi dan mampu memberikan
tunjangan ventilasi mekanik yang lebih lama serta mampu memberikan dukungan
atau bantuan hidup yang lainnya.
2. UPI di Rumah Sakit Grestelina di Makassar terdiri dari UPI dewasa, UPI anak,
UPI neonatus.
3. UPI dikepalai oleh dokter spesialis KIC (Konsultan Intensiv Care).
4. Pasien dirawat dan keluar dari UPI berdasarkan kriteria pasien masuk dan keluar
ruang perawatan UPI yang ditetapkan oleh rumah sakit dalam bentuk SPO
(Standar Operasional Prosedur).
5. Dokter KIC sebagai penanggung jawab utama berkolaborasi dengan DPJP
pengirim dalam hal penatalaksanaan pasien yang dirawat di UPI dan apabila tidak
adanya kesatuan pendapat diantara KIC dan DPJP pengirim maupun dokter
konsulen lainnya maka mereka wajib melakukan diskusi untuk membahas kondisi
pasien tersebut dengan baik.
6. Pasien yang masuk ruang perawatan UPI berdasarkan instruksi DPJP dan
disetujui oleh KIC berdasarkan indikasi klinis.
7. Pasien yang keluar dari ruang perawatan UPI berdasarkan instruksi KIC dan
disetujui oleh DPJP berdasarkan indikasi klinis.
8. Dokterspesialis yang dikonsulkan hanya bersifat konsul saja dan tidak ikut
merawat pasien tersebut di UPI / tidak bersifat rawat bersama kecuali diminta oleh
KIC demi kepentingan pasien.
9. Pasien post pemasangan CVC (Central Vein Catheter) harus dilakukan foto
thorax.
10. Pasien post prosedur intubasi harus segera dilakukan foto thorax dan kultur
spesimen saluran napas (kultur sputum / kultur bilasan bronkus)
11. Pemasangan dan pelepasan Umbilical Catheter dan ECC (Epicutano Cava
Catheter) pada neonatus dilakukan oleh dokter intensivis dan dapat didelegasikan
kepada dokter jaga yang sudah terlatih.
12. Maksimal batas waktu penggunaan ETT (Endotrakeal Tube), CVC (Central Vein
Chatheter), Umbilikal kateter dan foley kateter adalah 7 hari, kecuali:
13. Maksimal batas waktu penggunaan ECC ECC (Epicutano Cava Catheter) 30 hari
kecuali pada keadaan tertentu dapat diperpanjang penggunaannya dan dokter
yang
merawat
membuat
pernyataan
mengenai
alasan
memperpanjang
18. Pasien yang dipindahkan dari UPI akan dijemput oleh perawat dengan atau tanpa
dokter yang berasal dari ruangan/ unit dimana pasien akan dipindahkan.
19. Pasien neonatus yang akan ditransfer dari NICU Rumah Sakit Grestelina di
Makassar ke Rumah Sakit lain harus didampingi oleh dokter atau perawat NICU
dengan menggunakan inkubator transport.
20. Pasien anak yang akan ditransfer dari PICU Rumah Sakit Grestelina di Makassar
ke rumah sakit lain harus didampingi oleh dokter dan atau perawat UPI.
21. Dokter jaga yang menerima pasien baru di UPI harus segera melakukan
pengkajianpasien sesaat setelah pasien tiba di UPI.
BAB VII
Kebijakan Pelayanan Unit Intermediate
dengan
kelainan
atau
kecederaan
otakkatastropik
dengan
BAB VIII
Kebijakan Pelayanan Medis Anaesthesi
Selama
p[emberian
sedasi/anaestesi
ini,
pasien
dilakukan
anaestesi.
Perencanaan
sedasi/anaestesi
dilakukan
berdasarkan
hasil
pemantauan
durante
anaestesi/sedasi
dan
pasca
BAB IX
Kebijakan Pelayanan Medis Bedah dan Kamar Operasi
1. Dokter yang melakukan operasi adalah dokter yang sudah kompeten dan
terdaftar di Rumah Sakit Grestelina di Makassar, kecuali dokter konsultan.
2. Kamar operasi memberikan pelayanan 24 jam perhari dan 7 hari perminggu.
3. Kamar operasi terbagi menjadi 3 ruangan, yaitu:
a. OT 1 adalah untuk operasi bersih.
1. Tindakan operasi yang dilakukan pada daerah/kulit yang pada kondisi pra
bedah
tidak
terdapat
peradangan
dan
tidak
membuka
traktus
risiko
dan
keuntungan
melakukan
tindakan
pembedahan,
kemungkinan
komplikasi,
rencana
perawatan
setelah
pembedahan (kapan pasien pulang dan kapan harus kontrol) dan pilihan
alternatif lain.
9. Dokter operator akan memberikan kesempatan pasien dan keluarga untuk
bertanya dan mengambil keputusan bersama untuk menentukan tindakan yang
etrbaik untuk perawatan pasien. Jika pasien dan keluarga menolak tindakan best
practice maka pasien dan keluarga diinformasikan tentang risiko dan tanggung
jawab yang harus dihadapi oleh pasien dan keluarga. Setelah itu, maka pasien
dan keluarga dapat menanda tangani informed concent atau surat penolakan
tindakan dan didokumentasikan di EMR (Vesalius).
10. Setiap pasien yang akan dilakukan operasi harus dilakukan penandaan lokasi
operasi oleh operator, dilakukan di ruang rawat inap atau ruang persiapan
operasi (pre-op)
11. Pasien yang akan dioperasi harus berada di kamar operasi jam sebelum jam
tindakan dengan konfirmasi dari perawat kamar bedah.
12. Setiap operasi yang berlangsung di kamar bedah, keluarga pasien tidak diijinkan
untuk masuk ke area intra operatif atau dalam kamar bedah untuk mengikuti
jalannya operasi.
13. Keluarga pasien hanya diijinkan untuk masuk diarea pro-operatif pada saat
pasien diantar oleh perawat dan keluarga harus segera meninggalkan area preoperatif pada saat perawat ruangan akan melakukan serah terima dengan
perawat kamar operasi.
14. Keluarga pasien hanya diijinkan masuk diarea recovery room/ ruang pemulihan
pada saat pasien telah stabil dan siap untuk dipindahkan ke ruang perawatan.
15. Sewaktu pasien tiba di kamar bedah, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap
identitas pasien, pemastian teknik serta lokasi operasi dan surat persetujuan
operasi (informed consent), time out, pre op, intra op, dan post op.
16. Tim bedah melakukan penghitungan kassa/instrumen sebelum operasi dimulai
dan pada saat luka operasi akan ditutup. Apabila terjadi ketidak sesuaian harus
ditindak lanjuti sesuai SPO yang berlaku.
17. Laporan operasi harus dibuat dalam rekam medis pasien, yaitu berupa diagnosa
post operasi, nama prosedur operasi, nama assisten, temuan selama operasi,
pemeriksaan
spesimen
operasi,
instruksi
pasca
bedah
serta
asuhan
BAB X
Kebijakan Pelayanan Medis ODC (One Day Care)
1. Jam operasional : senin sabtu, jam 08.00 21.00 WIB, kecuali hari libur.
2. Jika pasien memerlukan perawatan diluar jam operasional ODC maka akan
didaftarkan sebagai pasien rawat inap.
3. Setiap pasien yang masuk ODC adalah pasien yang berasal dari IGD, OT,
cathlab.
4. Setiap pasien yang masuk ODC harus diberi gelang dengan warna sebagai
berikut:
a. Putih untuk identitas pasien.
b. Merah untuk alergi.
c. Kuning untuk resiko jatuh.
5. Dokter mendokumentasikan semua kegiatan yang dilakukan dalam Vesalius.
6. Pasioen ODC yang akan menjalani operasi elektif harus sudah berada di rumah
sakit minimal 2 jam sebelum tindakan yang dijadwalkan.
BAB XI
Kebijakan Pelayanan Medis Angiografi/ Cathlab
1. Jam operasional : senin sabtu, jam 08.00 21.00 WIB, kecuali hari libur.
2. Pada kasus emergensi diluar jam operasional maka petugas on call akan
dipanggil.
3. Penerimaan jadwal angiografi harus ditulis lengkap meliputi:
a. Jam tindakan.
b. Nama pasien
c. Umur pasien
d. Nomor medikal record
e. BB/TB
f. Diagnosa
g. Tindakan operasi
h. Nama dokter kardiologi.
i. Nomor telepon pasien.
j. Nama petugas yang melapor.
k. Nama petugas yang menerima appointment
l. Tanggal appointment
m. Keterangan / pesan pesan lain.
4. Setiap pasien yang masuk angiografi adalah pasien yang berasal dari IGD,
Poloklinik, UPI, Ward.
5. Setiap pasien yang masuk angiografi harus diberi gelang sebagai berikut:
a. Putih untuk identitas pasien.
b. Merah untuk alergi.
c. Kuning untuk risiko jatuh.
6. Pasien yang akan dilakukan angiografi harus:
a. Minimal 30 menit sudah berada di unit angiografi sebelum jam tindakan atau
menunggu konfirmasi dari ruang.
b. Sudah dilakukan pemeriksaan EKG
c. Sudah dilakukan pemeriksaan Rontgen.
d. Sudah dilakukan pemeriksaan laboratorium.
7. Pemasangan infus/IV line dilakukan di Cathlab.
8. Dokter yang melakukan angiografi adalah dokter yang kompeten untuk
melakukan tindakan angiografi sesuai dengan kologium kardiologi dan clinical
privilage Rumah Sakit Grestelina di Makassar.
9. Setiap dokter yang melakukan angiografi harus tepat waktu, jika ada
kemungkinan terlambat maka dokter harus menginformasikan ke kamar operasi
minimal 30 menit sebelum tindakan angiografi.
10. Jika operator (dokter kardiologi) mendapat kesulitan pada saat tindakan
berlangsung, maka operator berhak untuk berkonsultasi pada dokter senior
(Konsulen) melalui telepon atau panggilan langsung.
BAB XII
Kebijakan Pelayanan Medis Endoscopi Dan Bronkoskopi.
1. Jam operasional : senin sabtu, jam 08.00 21.00 WIB, kecuali hari libur.
2. Ruang endoskopi dan bronkoskopi hanya menerima maksimal 5 pasien untuk
rawat jalan, untuk rawat inap disesuaikan dengan keadaan ruangan dan jam
operasional ruang endoskopi dan bronkoskopi.
3. Penerimaan jadwal endoskopi atau bronkoskopi harus ditulis lengkap meliputi:
a. Jam tindakan.
b. Nama pasien
c. Umur pasien
d. Nomor medikal record
e. BB/TB
f. Diagnosa
g. Tindakan operasi
h. Nama dokter kardiologi.
i. Nomor telepon pasien.
j. Nama petugas yang melapor.
3. Pada kasus emergensi diluar jam operasional maka petugas on call akan
dipanggil.
4. Penerimaan pasien HD harus ditulis lengkap dalam buku jadwal HD meliputi:
a. Jam tindakan.
b. Nama pasien
c. Umur pasien
d. Nomor medikal record
e. BB/TB
f. Diagnosa
g. Tindakan operasi
h. Nama dokter kardiologi.
i. Nomor telepon pasien.
j. Nama petugas yang melapor.
k. Nama petugas yang menerima appointment
l. Tanggal appointment
m. Keterangan / pesan pesan lain.
5. Setiap melakukan serah terima pasien harus disertakan pendokumentasian
yang lengkap: catatan serah terima pasien HD dan surat persetujuan tindakan.
Pasien yang akan menjalani tindakan hemodialisa harus diperiksa oleh dokter
jaga unit HD
6. Pasien pertama kali HD di Rumah Sakit Grestelina di Makassar, baik pasien
baru atau pasien pindahan dari RS lain diperiksa oleh dokter spesialis KGH. Jika
dokter spesialis KGH tidak berada di tempat, pasien baru akan diperiksa oleh
dokter spesialis penyakit dalam kemudian dikonsulkan kepada dokter spesialis
KGH.
7. Jika dokter spesialis KGH dan spesialis penyakit dalam tidak berada ditempat,
pasien baru yang stabil akan diperiksa oleh dokter jaga HD dan dikonsulkan
sebagaimana mestinya.
8. Pasien yang memerlukan HD harus dikonsulkan ke dokter spesialis KGH
9. Dokter yang bertugas menerangkan dan meminta persetujuan tindakan medis
untuk HD.
10. Pasien pindahan wajib membawa rujukan (traveling HD) dari RS sebelumnya.
11. Kriteria pasien tidak stabil:
a. Kesadaran menurun.
b. Hemodinamik tidak stabil hipotensi.
c. Keluhan sesak berat, edema paru, impending respiratory failure.
12. Pasien baru yang tidak stabil, tidak terjadwal, atau tidak memiliki surat traveling
HD harus melalui pemeriksaan di IGD dan ditentukan apakah diperlukan rawat
inap dan apakah HD bisa dilakukan di Unit Hemodialisa atau di ICU. Pasien
dikonsulkan ke dokter spesialis KGH sebagaimana mestinya.
13. Jika kondisi pasien dari rumah sakit lain mengalami kegawat daruratan dalam
proses HD, maka setelah penanganan kegawatdaruratannya, pasien akan
dikembalikan ke rumah sakit asalnya.
14. Pembatalan tindakan HD untuk pasien rawat jalan minimal 1 hari sebelum
tindakan dan untuk pasien dari rawat inap minimal diberitahukan 1 jam sebelum
tindakan.
15. Pasien hanya boleh di tunggu oleh 1 orang keluarga di unit HD.
16. Setiap pasien dari rawat inap yang akan dilakukan tindakan HD, maka perawat
ruangan yang akan mengantar dan menjemputnya.
17. HD untuk pasien ICU harus dilakukan di ICU.
18. Pasien rawat jalan diperbolehkan menggunakan obat-obatan pribadi yang
diberikan peroral pada saat HD dengan seizin DPJP dan sudah diferivikasi oleh
farmasi.
19. Obat-obatan injeksi (SC, IM, IV) untuk pasien rawat jalan harus berasal dari
Rumah Sakit Grestelina di Makassar.
20. Semua obat-obatan untuk pasien rawat inap harus berasal dari Rumah Sakit
Grestelina di Makassar.
21. Produk darah untuk transfusi harus berasal dari bank darah Rumah Sakit
Grestelina di Makassar.
22. Untuk pasien baru yang tidak mempunyai akses vaskuler hemodialisis(cimino)
harus dipasang double lumen catheter terlebih dahulu.
23. Pasien baru yang memerlukan HD harus dikonsulkan ke dokter spesialis
anaestesi, intensivis, jantung intervensi atau jantung yang kompeten untuk
pemasangan double lumen catheter.
24. Pasien End Stage Renal Disease (ESRD) yang memerlukan HD rutin
dikonsulkan ke dokter bedah vaskuler atau bedah umum untuk pembuatan
akses permanent (AV Fistula atau AV Graft).
25. Semua pasien baru atau pindahan dari RS lain harus dilakukan pemeriksaan
screening untuk HbsAg, anti HCV dan anti HIV di RS Grestelina di Makassar.
Pemeriksaan skrining ini memerlukan persetujuan tindakan medis.
BAB XIV
Kebijakan Pelayanan Medis ESWL (Extracorporal Short Wave Lithotripsy)
1. Jam operasional : senin sabtu, jam 08.00 21.00 WIB, kecuali hari libur.
2. Pada kasus emergensi diluar jam operasional maka petugas on call akan
dipanggil.
3. Penerimaan jadwal ESWL harus ditulis lengkap meliputi:
a. Jam tindakan.
b. Nama pasien
c. Umur pasien
d. Nomor medikal record
e. BB/TB
f. Diagnosa
g. Tindakan operasi
h. Nama dokter kardiologi.
i. Nomor telepon pasien.
j. Nama petugas yang melapor.
k. Nama petugas yang menerima appointment
l. Tanggal appointment
m. Keterangan / pesan pesan lain.
4. Setiap pasien yang masuk ESWL adalah pasien yang berasal dari IGD,
Poloklinik, UPI, Ward.
5. Setiap pasien yang masuk ESWL harus diberi gelang sebagai berikut:
a. Putih untuk identitas pasien.
b. Merah untuk alergi.
c. Kuning untuk risiko jatuh.
6. Pasien yang akan dilakukan ESWL harus:
a. Minimal 30 menit sudah berada di unit ESWL sebelum jam tindakan atau
menunggu konfirmasi dari unit ESWL.
b. Sudah dilakukan pemeriksaan Rontgen/USG/CT Scan
c. Sudah dilakukan pemeriksaan laboratorium.
7. Pemasangan infus/IV line dilakukan sebelum masuk ESWL
8. Dokter yang melakukan ESWL adalah dokter yang kompeten untuk melakukan
tindakan ESWL sesuai dengan kologium bedah urologi dan clinical privilage
Rumah Sakit Grestelina di Makassar.
9. Setiap dokter yang melakukan tindakan ESWL harus tepat waktu, jika ada
kemungkinan terlambat maka dokter harus menginformasikan ke unit ESWL
minimal 30 menit sebelum jam tindakan ESWL.
10. Jika operator mendapat kesulitan pada saat tindakan berlangsung, maka
operator berhak untuk berkonsultasi pada dokter senior (Konsulen) melalui
telepon atau panggilan langsung.
11. Setelah tindakan ESWL harus
mengevaluasi hasil tindakan ESWL.
dilakukan
pemeriksaan
radiologi
untuk
Ditetapkan di
Pada Tanggal
:
:
Dr. ..........................
Direktur Rumah Sakit