Anda di halaman 1dari 23

Kista Bartholini 201

2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

BAB I
PENDAHULUAN

Kista Bartholin dan abses Bartholin merupakan masalah umum pada


wanita usia reproduksi. Kelenjar Bartholin terletak bilateral di posterior
introitus dan bermuara dalam vestibulum pada posisi arah jam 4 dan 8.
Kelenjar ini biasanya berukuran sebesar kacang dan tidak teraba kecuali
pada keadaan penyakit atau infeksi. Pada masa pubertas, kelenjar ini
mulai berfungsi, memberikan kelembaban bagi vestibulum.
Di Amerika Serikat, incidensnya adalah sekitar 2% dari wanita usia
reproduksi akan mengalami pembengkakan pada salah satu atau kedua
kelenjar Bartholin. Penyakit yang menyerang kelenjar Bartholin biasanya
terjadi pada wanita antara usia 20 dan 30 tahun. Pembesaran kelenjar
Bartholin pada pasien yang berusia lebih dari 40 tahun jarang ditemukan,
dan perlu dikonsultasikan pada gynecologist untuk dilakukan biopsi.
Penyebab dari kelainan kelenjar Bartholin adalah tersumbatnya
bagian distal dari duktus kelenjar yang menyebabkan retensi dari sekresi,
sehingga terjadi pelebaran duktus dan pembentukan kista. Kista tersebut
dapat menjadi terinfeksi, dan selanjutnya berkembang menjadi abses.
Abses Bartholin selain merupakan akibat dari kista terinfeksi, dapat pula
disebabkan karena infeksi langsung pada kelenjar Bartholin.
Kista bartholin bila berukuran kecil sering tidak menimbulkan gejala.
Dan bila bertambah besar maka dapat menimbulkan dispareunia. Pasien
dengan abses Bartholin umumnya mengeluhkan nyeri vulva yang akut
dan bertambah secara cepat dan progresif.
Dalam

penanganan

kista

dan

abses

bartholin,

ada

beberapa

pengobatan yang dapat dilakukan. Dapat berupa intervensi bedah, dan


medikamentosa. Intervensi bedah yang dapat dilakukan antara lain
berupa incisi dan drainase, pemasangan Word catheter, marsupialisasi,
dan eksisi.
[Type text]

Page 13

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

[Type text]

Page 14

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
Kelenjar

Bartholin

(greater

vestibular

glands)

merupakan

homolog dari kelenjar Cowper (kelenjar bulbourethral pada lakilaki)1. Pada masa pubertas, kelenjar ini mulai berfungsi, memberikan
kelembaban bagi vestibulum.
Kelenjar Bartholin berkembang dari tunas dalam epitel daerah
posterior dari vestibulum. Kelenjar ini terletak bilateral di dasar labia
minora dan mengalirkan hasil sekresinya melalui duktus sepanjang 2
2.5 cm, yang bermuara ke dalam vestibulum pada arah jam 4 dan
jam 8.2,3 (Gambar 1). Kelenjar ini biasanya berukuran sebesar kacang
dan ukurannya jarang melebihi 1 cm. Kelenjar ini tidak teraba kecuali
pada keadaan penyakit atau infeksi.

Gambar 1. Anatomi kelenjar Bartholin.


B. EPIDEMIOLOGI
Kista Bartholin merupakan pertumbuhan kistik yang paling
sering ditemukan pada vulva.4,5 Sekitar dua persen wanita pernah
terinfeksi kista Bartholin dan abses selama hidupnya. 6 Abses hampir
tiga kali lebih sering ditemukan daripada kista. Sebuah case control
study membuktikan bahwa wanita berkulit hitam dan putih lebih
mudah mengalami kista atau abses Bartholin dibandingkan dengan
[Type text]

Page 15

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

wanita ras Hispanik; dan studi ini juga mengemukakan bahwa wanita
dengan angka paritas yang tinggi berada pada risiko terendah.2
Involusi bertahap dari kelenjar Bartholin dapat terjadi pada saat
seorang

wanita

mencapai

usia

30

tahun. 8

Hal ini

mungkin

menjelaskan sering terjadinya Kista Bartholin dan abses kelenjar


selama usia reproduksi, khususnya antara 20 hingga 29 tahun.
Karena massa vulva pada wanita pascamenopause dapat berupa
kanker,

biopsi

excisional

mungkin

diperlukan.

Beberapa

peneliti mengusulkan bahwa eksisi pembedahan tidak diperlukan


karena risiko kanker kelenjar Bartholin sangat rendah (0,114 kasus
per 100.000 woman-years). Namun, jika diagnosis kanker tertunda,
prognosis dapat menjadi buruk.

Gambar 2. Pembesaran unilateral pada Abses Bartholin


C. ETIOPATOLOGI
Tersumbatnya

bagian

distal

dari

duktus

Bartholin

dapat

menyebabkan retensi dari sekresi, dengan akibat berupa pelebaran


duktus

dan

pembentukan

kista. Kista

tersebut

dapat

menjadi

terinfeksi, dan abses bisa berkembang dalam kelenjar. Kelenjar


Bartholin sangat sering terinfeksi dan dapat membentuk kista atau
abses pada wanita usia reproduksi. Kista dan abses bartholin
seringkali dibedakan secara klinis. Kista Bartholin terbentuk ketika
ostium dari duktus tersumbat, sehingga menyebabkan distensi dari
[Type text]

Page 16

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

kelenjar dan tuba yang berisi cairan. Sumbatan ini biasanya


merupakan akibat sekunder dari peradangan nonspesifik atau
trauma.

Kista

bartholin

dengan

diameter

1-3

cm

seringkali

asimptomatik. Sedangkan kista yang berukuran lebih besar, kadang


menyebabkan nyeri dan dispareunia.
Abses Bartholin merupakan akibat dari infeksi primer dari
kelenjar, atau kista yang terinfeksi. Pasien dengan abses Bartholin
umumnya mengeluhkan nyeri vulva yang akut dan bertambah secara
cepat

dan

progresif.

polymicrobial (Tabel 1).

Abses

kelenjar

Bartholin

disebakan

oleh

4,11,12

D. MANIFESTASI KLINIS
Pasien

dengan

kista

dapat

memberi

gejala

berupa

pembengkakan labial tanpa disertai nyeri. Pasien dengan abses dapat


memberikan gejala sebagai berikut:

Nyeri yang akut disertai pembengkakan labial unilateral.

Dispareunia

Nyeri pada waktu berjalan dan duduk

Nyeri

yang

mendadak

mereda,

diikuti

dengan

timbulnya

discharge ( sangat mungkin menandakan adanya ruptur spontan


dari abses)
Hasil pemeriksaan fisik yang dapat diperoleh dari pemeriksaan
terhadap Kista Bartholin adalah sebagai berikut:
[Type text]

Page 17

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

Pasien mengeluhkan adanya massa yang tidak disertai rasa


sakit, unilateral, dan tidak disertai dengan tanda tanda selulitis

di sekitarnya.
Jika berukuran besar, kista dapat tender.
Discharge dari kista yang pecah bersifat nonpurulent
Sedangkan

hasil

pemeriksaan

fisik

yang

diperoleh

dari

pemeriksaan terhadap abses Bartholin sebagai berikut:

Pada perabaan teraba massa yang tender, fluktuasi dengan

daerah sekitar yang eritema dan edema.


Dalam beberapa kasus, didapatkan daerah selulitis di sekitar

abses.
Demam, meskipun tidak khas pada pasien sehat, dapat terjadi.
Jika abses telah pecah secara spontan, dapat terdapat discharge
yang purulen.

Gambar 3. Abses Bartholin

Kista Bartholin harus dibedakan dari abses dan dari massa vulva
lainnya. Karakteristik dari lesi kistik dan solid dari vulva dapat dilihat
pada

Tabel

2.

Karena

kelenjar

Bartholin

mengecil

saat

usia

menopause, suatu pertumbuhan massa pada wanita postmenopause

[Type text]

Page 18

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

perlu dievaluasi terhadap tanda tanda keganasan, terutama bila


massanya bersifat irreguler, nodular, dan keras.10

Karsinoma kelenjar Bartholin memiliki persentase sekitar 1% dari


kanker vulva, dan walaupun kasusnya jarang, merupakan tempat
tersering timbulnya adenocarcinoma. Sekitar 50% dari tumor kelenjar
Bartholin adalah karsinoma sel skuamosa. Jenis lain dari tumor yang
[Type text]

Page 19

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

timbul di kelenjar Bartholin adalah adenokarsinoma, kistik adenoid


(suatu adenokarsinoma dengan histologis spesifik dan karakteristik
klinis), adenosquamousa, dan transitional cell carcinoma.
Karena mungkin sulit untuk membedakan tumor Bartholin dari
kista Bartholin yang jinak hanya dengan pemeriksaan fisik, setiap
wanita berusia lebih dari 40 tahun perlu menjalani tindakan biopsi
untuk

menyingkirkan

kecurigaan

neoplasma,

dimana

penyakit

inflamasi jarang ditemui pada usia tersebut. Karena lokasinya yang


jauh di dalam, tumor dapat mempengaruhi rektum dan langsung
menyebar melalui fossa ischiorectalis. Akibatnya, tumor ini dapat
masuk ke dalam saluran limfatik yang langsung menuju ke kelenjar
getah bening inguinal profunda serta superficialis. Kesalahan dalam
mendiagosis keganasan Bartholin akan memberikan prognosa yang
buruk, sehingga ketepatan dan kecepatan dalam mendiagnosa
sangat diperlukan.
Beberapa

kondisi

berikut

ini

dapat

merupakan

sugestif

keganasan kelenjar Bartholin, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan


yang lebih lanjut hingga biopsi:

Usia yang lebih tua dari 40 tahun

Massa yang tidak nyeri, kronis, dan bertambah besar secara


progresif

Massa yang solid, tidak fluktuasi, dan tidak nyeri

Terdapat riwayat keganasan labial sebelumnya.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Apabila pasien dalam kondisi sehat, afebris; tes laboratorium
darah tidak diperlukan untuk mengevaluasi abses tanpa komplikasi
atau kista. Kultur bakteri dapat bermanfaat dalam menentukan
kuman dan pengobatan yang tepat bagi abses Bartholin.
[Type text]

Page 20

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

F. DIAGNOSIS BANDING
Beberapa jenis lesi vulva dan vagina dapat menyerupai kista
Bartholin. Beberapa diantaranya adalah:
1. Kista sebaceous pada vulva sangat sering ditemukan. Kista
sebaseous ini merupakan suatu kista epidermal inklusi dan
seringkali asimptomatik. Pada keadaan terinfeksi, diperlukan
incisi dan drainase sederhana.
2. Dysontogenetic cysts merupakan kista jinak yang berisi mukus
dan berlokasi pada introitus atau labia minora. Terdiri dari
jaringan yang menyerupai mukosa rektum, dan seringkali
asimptomatik.
3. Hematoma pada vulva. Dapat dibedakan dengan adanya trauma
akibat berolahraga, kekerasan.
4. Fibroma merupakan tumor solid

jinak

vulva

yang

sering

ditemukan. Indikasi untuk eksisi berupa timbulnya rasa nyeri,


pertumbuhan yang progresif, dan kosmetik.
5. Hidradenoma merupakan tumor jinak yang dapat muncul pada
labia majora dan labia minora. Perlu dipertimbangkan untuk
dilakukan biopsi apabila timbul perdarahan dan diangkat bila
timbul gejala.
6. Kista parauretra
7. Hidradenoma
8. Kista endometriosis
G. TERAPI
Pengobatan
pasien. Suatu

kista

kista

Bartholin

tanpa

gejala

bergantung
mungkin

tidak

pada

gejala

memerlukan

pengobatan, kista yang menimbulkan gejala dan abses kelenjar


memerlukan drainase.2
Tindakan Operatif
Beberapa prosedur yang dapat digunakan:
1. Incisi dan Drainase
Meskipun insisi dan drainase merupakan prosedur yang
cepat dan mudah dilakukan serta memberikan pengobatan
langsung pada pasien, namun prosedur ini harus diperhatikan
[Type text]

Page 21

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

karena ada kecenderungan kekambuhan kista atau abses.1,5,16


Ada studi yang melaporkan, bahwa terdapat 13% kegagalan
pada prosedur ini.17
2. Word Catheter
Word catheter ditemukan pertama kali pada tahun 1960an. Merupakan sebuah kateter kecil dengan balon yang dapat
digembungkan dengan saline pada ujung distalnya. biasanya
digunakan untuk mengobati kista dan abses Bartholin.12 Panjang
dari kateter karet ini adalah sekitar 1 inch dengan diameter
No.10 French Foley kateter. Balon kecil di ujung Word catheter
dapat menampung sekitar 3-4 mL larutan saline (Gambar 4).

Gambar 4. Word Catheter

Adapun alat alat yang diperlukan dalam pemasangan


Word catheter tercantum pada tabel 3. Setelah persiapan steril
dan pemberian anestesi lokal, dinding kista atau abses dijepit
dengan forceps kecil dan blade no.11 digunakan untuk membuat
incisi sepanjang 5mm pada permukaan kista atau abses. 2,16
Penting untuk menjepit dinding kista sebelum dilakukan incisi,
atau bila tidak kista dapat collapse dan dapat terjadi incisi pada
tempat yang salah.16 Incisi harus dibuat dalam introitus external
hingga ke cincin hymenal pada area sekitar orifice dari
duktus.10,16 Apabila incisi dibuat terlalu besar, Word catheter
dapat lepas.
[Type text]

Page 22

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

Setelah insisi dibuat, Word catheter dimasukkan, dan ujung


balon dikembangkan dengan 2ml hingga 3 ml larutan saline.
Balon yang mengembang ini membuat kateter tetap berada di
dalam rongga kista atau abses (Gambar 5). Ujung bebas dari
kateter dapat dimasukkan ke dalam vagina. 16 Agar terjadi
epitelisasi pada daerah bekas pembedahan, Word catheter
dibiarkan

di

tempat

minggu,1,10,16 meskipun

selama

epithelialisasi

empat

sampai

mungkin

terjadi

enam
lebih

cepat, sekitar tiga sampai empat minggu. 18 Jika Kista Bartholin


atau abses terlalu dalam, pemasangan Word catheter tidak
praktis, dan pilihan lain harus dipertimbangkan.10
Abses biasanya dikelilingi oleh selulitis yang signifikan, dan
pada kasus-kasus tersebut, antibiotik diperlukan. Antibiotik yang
digunakan harus merupakan antibiotik spektrum luas untuk
mengobati infeksi polymicrobial dengan aerob dan anaerob.
Dapat dilakukan kultur untuk mencari kuman penyebab. Selama
menunggu hasil kultur, diberikan terapi antibiotik empiris. Pasien
dianjurkan untuk merendam di bak mandi hangat dua kali sehari
[Type text]

Page 23

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

(Sitz bath). Koitus harus dihindari untuk kenyamanan pasien dan


untuk mencegah lepasnya Word catheter.

Gambar 5. Pemasangan Word Catheter

Sitz bath (disebut juga hip bath, merupakan suatu jenis


mandi, dimana hanya bagian pinggul dan bokong yang direndam
di dalam air atau saline; berasal dari Bahasa Jerman yaitu sitzen
yang berarti duduk.) dianjurkan dua sampai tiga kali sehari
dapat membantu kenyamanan dan penyembuhan pasien selama
periode pasca operasi.

[Type text]

Page 24

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

Gambar 6. Alat yang digunakan untuk Sitz Bath


3. Marsupialisasi
Alternatif pengobatan selain penempatan Word catheter
adalah marsupialisasi dari kista Bartholin (Gambar 7). Prosedur
ini tidak boleh dilakukan ketika terdapat tanda tanda abses
akut.10

Gambar 7. Marsupialisasi Kista Bartholin;


(Kiri) Suatu incisi vertikal dibuat pada bagian tengah kista, lalu
pisahkan mukosa sekitar; (Kanan) Dinding kista dieversi dan
ditempelkan pada tepi mukosa vestibular dengan jahitan
interrupted.
Setelah dilakukan persiapan yang steril dan pemberian
anestesi lokal, dinding kista dijepit dengan dua hemostat kecil.
Lalu dibuat incisi vertikal pada vestibular melewati bagian
tengah kista dan bagian luar dari hymenal ring. Incisi dapat
dibuat sepanjang 1.5 hingga 3 cm, bergantung pada besarnya
kista.

Berikut

adalah

peralatan

melakukan tindakan marsupialisasi.


[Type text]

Page 25

yang

diperlukan

dalam

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

Setelah kista diincisi, isi rongga akan keluar. Rongga ini


dapat diirigasi dengan larutan saline, dan lokulasi dapat dirusak
dengan

hemostat.

Dinding

kista

ini

lalu

dieversikan

dan

ditempelkan pada dindung vestibular mukosa dengan jahitan


interrupted menggunakan benang absorbable 2-0. 18 Sitz bath
dianjurkan pada hari pertama setelah prosedur dilakukan.
Kekambuhan kista Bartholin setelah prosedur marsupialisasi
adalah sekitar 5-10%. Komplikasi yang timbul berkaitan dengan
dyspareunia, hematoma, dan infeksi.1

4. Eksisi (Bartholinectomy)
Eksisi dari kelenjar Bartholin dapat dipertimbangkan pada
pasien yang tidak berespon terhadap drainase, namun prosedur
ini harus dilakukan saat tidak ada infeksi aktif.
Eksisi kista bartholin karena memiliki risiko perdarahan,
maka

sebaiknya

dilakukan

di

ruang

operasi

dengan

menggunakan anestesi umum. Pasien ditempatkan dalam posisi


[Type text]

Page 26

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

dorsal lithotomy. Lalu dibuat insisi kulit berbentuk linear yang


memanjang sesuai ukuran kista pada vestibulum dekat ujung
medial labia minora dan sekitar 1 cm lateral dan parallel dari
hymenal ring. Hati hati saat melakukan incisi kulit agar tidak
mengenai dinding kista.
Struktur vaskuler terbesar yang memberi supply pada kista
terletak pada bagian posterosuperior kista. Karena alasan ini,
diseksi harus dimulai dari bagian bawah kista dan mengarah ke
superior. Bagian inferomedial kista dipisahkan secara tumpul dan
tajam dari jaringan sekitar (Gambar 8). Alur diseksi harus dibuat
dekat dengan dinding kista untuk menghindari perdarahan
plexus vena dan vestibular bulb dan untuk menghindari trauma
pada rectum.

Gambar 8. Diseksi Kista

Setelah diseksi pada bagian superior selesai dilakukan,


vaskulariasi

utama

dari

kista

dicari

dan

diklem

dengan

menggunakan hemostat. Lalu dipotong dan diligasi dengan

[Type text]

Page 27

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

benang chromic atau benang delayed absorbable 3-0 (Gambar


9).

Gambar 9. Ligasi Pembuluh Darah


Cool packs pada saat 24 jam setelah prosedur dapat
mengurangi

nyeri,

pembengkakan,

dan

pembentukan

hematoma. Setelah itu, dapat dianjurkan sitz bath hangat 1-2


kali sehari untuk mengurangi nyeri post operasi dan kebersihan
luka.
Pengobatan Medikamentosa
Antibiotik sebagai terapi empirik untuk pengobatan penyakit
menular

seksual

gonococcal

dan

biasanya

digunakan

chlamydia.

Idealnya,

untuk

mengobati

antibiotik

harus

diberikan sebelum dilakukan insisi dan drainase.


Beberapa antibiotik yang digunakan dalam pengobatan abses
bartholin:
1. Ceftriaxone

[Type text]

Page 28

infeksi
segera

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

Sebuah

monoterapi

efektif

untuk

gonorrhoeae.

Ceftriaxone adalah sefalosporin generasi ketiga dengan efisiensi


broad spectrum terhadap bakteri gram-negatif, efficacy yang
lebih rendah terhadap bakteri gram-positif, dan efficacy yang
lebih tinggi terhadap bakteri resisten. Dengan mengikat pada
satu atau lebih penicillin-binding protein, akan menghambat
sintesis dari dinding sel bakteri dan menghambat pertumbuhan
bakteri.
Dosis yang dianjurkan: 125 mg IM sebagai single dose

2. Ciprofloxacin
Sebuah monoterapi alternatif untuk ceftriaxone. Merupakan
antibiotik

tipe bakterisida

yang

menghambat

sintesis

DNA

bakteri dan, oleh sebab itu akan menghambat pertumbuhan


bakteri dengan menginhibisi DNA-gyrase pada bakteri.
Dosis yang dianjurkan: 250 mg PO 1 kali sehari

3. Doxycycline
Menghambat sintesis protein dan replikasi bakteri dengan
cara berikatan dengan 30S dan 50S subunit ribosom dari
bakteri. Diindikasikan untuk C trachomatis.
Dosis yang dianjurkan: 100 mg PO 2 kali sehari selama 7 hari

[Type text]

Page 29

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

4. Azitromisin
Digunakan untuk mengobati infeksi ringan sampai sedang yang
disebabkan

oleh

beberapa

strain

organisme.

Alternatif

monoterapi untuk C trachomatis.


Dosis yang dianjurkan: 1 g PO 1x
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling umum dari abses Bartholin adalah

kekambuhan.
Pada beberapa kasus dilaporkan necrotizing fasciitis setelah

dilakukan drainase abses.


Perdarahan, terutama pada pasien dengan koagulopati.
Timbul jaringan parut.

I. PROGNOSIS
Jika abses dengan didrainase dengan baik dan kekambuhan
dicegah,

prognosisnya

baik.

Tingkat

dilaporkan kurang dari 20%.

[Type text]

Page 30

kekambuhan

umumnya

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

BAB III
KESIMPULAN
Kista Bartholin dan abses Bartholin merupakan masalah umum pada
wanita usia reproduksi. Incidensnya adalah sekitar 2% dari wanita usia
reproduksi. Usia yang paling sering terserang penyakit kelenjar Bartholin
adalah wanita antara usia 20 dan 30 tahun. Pembesaran kelenjar Bartholin
pada pasien yang berusia lebih dari 40 tahun jarang ditemukan, dan perlu
dikonsultasikan pada gynecologist untuk dilakukan biopsi. Penyakit ini
seringkali recurrence, sehingga diperlukan suatu penanganan yang
adekuat.
Penyebab dari kelainan kelenjar Bartholin adalah tersumbatnya
bagian distal dari duktus kelenjar yang menyebabkan retensi dari sekresi,
sehingga terjadi pelebaran duktus dan pembentukan kista. Kista tersebut
dapat menjadi terinfeksi, dan selanjutnya berkembang menjadi abses.
Abses Bartholin selain merupakan akibat dari kista terinfeksi, dapat pula
disebabkan karena infeksi langsung pada kelenjar Bartholin.
Kista bartholin bila berukuran kecil sering tidak menimbulkan gejala.
Dan bila bertambah besar maka dapat menimbulkan dispareunia. Pasien
dengan abses Bartholin umumnya mengeluhkan nyeri vulva yang akut
dan bertambah secara cepat dan progresif.
Dalam

penanganan

kista

dan

abses

bartholin,

ada

beberapa

pengobatan yang dapat dilakukan. Dapat berupa intervensi bedah, dan


medikamentosa. Intervensi bedah yang dapat dilakukan antara lain
berupa incisi dan drainase, pemasangan Word catheter, marsupialisasi,
dan eksisi. Pemilihan terapi ini disesuaikan dengan ukuran dan keadaan
kista. Jika Kista Bartholin atau abses terlalu dalam, pemasangan Word
catheter tidak praktis, dan pilihan lain harus dipertimbangkan. Prosedur
seperti marsupialisasi tidak boleh dilakukan ketika terdapat tanda tanda
abses akut. Oleh sebab itu, abses perlu diobati dengan pemberian
[Type text]

Page 31

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

antibiotik

broad

spectrum.

Eksisi

dari

kelenjar

Bartholin

dapat

dipertimbangkan pada pasien yang tidak berespon terhadap drainase,


namun prosedur ini harus dilakukan saat tidak ada infeksi aktif.

[Type text]

Page 32

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

DAFTAR PUSTAKA

1.

Stenchever MA. Comprehensive gynecology. 4th ed. St. Louis: Mosby,


2001:4826,6456.

2.

Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD,
Cunningham FG, "Chapter 4. Benign Disorders of the Lower
Reproductive Tract" (Chapter). Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM,
Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG: Williams Gynecology.
USA: McGraw-Hill

3.

Hill DA, Lense JJ. Office management of Bartholin gland cysts and
abscesses. J Am Fam Physician. 1998;57:16116.161920.

4.

Govan AD, Hodge C, Callander R. Gynaecology illustrated. 3d ed New


York: Churchill Livingstone, 1985:19,1956

5. Kaufman RH. Benign diseases of the vulva and vagina. 4th ed. St
Louis: Mosby, 1994:168248.
6. Stillman FH, Muto MG. The vulva. In: Ryan KJ, Berkowitz RS, Barbieri
RL, eds. Kistner's Gynecology: principles and practice. 6th ed. St.
Louis: Mosby, 1995:668.
7. Visco AG, Del Priore G. Postmenopausal Bartholin gland enlargement:
a

hospital-based

cancer

risk

assessment.

Obstet

Gynecol.

1996;87:28690.
8. Wilkinson EJ, Stone IK. Atlas of vulvar disease. 5th ed. Baltimore:
Williams & Wilkins, 1995:115.

[Type text]

Page 33

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

9. Cheetham DR. Bartholin's cyst: marsupialization or aspiration?. Am J


Obstet Gynecol. 1985;152:56970.
10. Word B. Office treatment of cyst and abscess of Bartholin's gland
duct. South Med J. 1968;61:5148.
11. Brook I. Aerobic and anaerobic microbiology of Bartholin's abscess.
Surg Gynecol Obstet. 1989;169:324.
12. Landay Melanie, Satmary Wendy A, Memarzadeh Sanaz, Smith
Donna M, Barclay David L, "Chapter 49. Premalignant & Malignant
Disorders of the Vulva & Vagina" (Chapter). DeCherney AH, Nathan L:
CURRENT Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology, 10e. USA:
McGraw-Hill
13. Saul HM, Grossman MB. The role ofChlamydia trachomatis in
Bartholin's gland abscess. Am J Obstet Gynecol. 1988;158(3 pt 1):76
7.
14. MacKay H. Trent, "Chapter 18. Gynecologic Disorders" (Chapter).
McPhee SJ, Papadakis MA, Tierney LM, Jr.: CURRENT Medical Diagnosis
& Treatment 2010. USA: McGraw-Hill
15. Peters WA. Bartholinitis after vulvovaginal surgery. Am J Obstet
Gynecol. 1998;178:11434.
16. Apgar BS. Bartholin's cyst/abscess: Word catheter insertion. In:
Pfenninger JL, Fowler GC, eds. Procedures for primary care physicians.
St. Louis: Mosby, 1994:596600.
17. Horowitz IR, Buscema J, Woodruff JD. Surgical conditions of the
vulva.

In:

Rock

JA,

Thompson

JD,

eds. Te

Linde's

Operative

gynecology. 8th ed. Philadelphia: Lipincott-Raven, 1997:8903.


[Type text]

Page 34

Kista Bartholini 201


2
Anastasia Valentine Ronaldtho (11.2011.121)

18. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD,
Cunningham FG, "Chapter 41. Surgeries for Benign Gynecologic
Conditions" (Chapter). Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman
BL, Bradshaw KD, Cunningham FG: Williams Gynecology. USA:
McGraw-Hill

[Type text]

Page 35

Anda mungkin juga menyukai