Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KEGIATAN PMTCT

CILOSARI DAN ARGOREJO

Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan


Ilmu Kesehatan Masyarakat Kedokteran Pencegahan
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

Disusun oleh:
Eka Marliana (030.07.078)
Lu Lady Mega Octavia (030.07.145)
Nita Arinil Haq (030.07.188)
Vitta Kusma Wijaya (030.07.266)
Noor Zaehan Hani Bt. Zolkiply (030.07.312)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI


JAKARTA
DESEMBER 2012

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang
berjudul Laporan Kegiatan PMTCT Cilosari dan Argorejo.
Laporan ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat tugas kepaniteraan klinik
di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Tentunya kami berharap pembuatan laporan ini tidak hanya
berfungsi sebagai apa yang telah disebutkan diatas. Namun, besar harapan kami
agar laporan ini juga dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang berhubungan
dengan masalah ini.
Dalam usaha penyelesaian tugas laporan ini, kami banyak memperoleh
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati kami menerima semua saran dan
kritikan yang membangun guna penyempurnaan tugas laporan ini.

Semarang, Desember 2012

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi ....................................................................................................... ii
Daftar Gambar.................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar belakang....................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................... 3
BAB II. PEMBAHASAN................................................................................. 4
II.1. Prevention of Mother to Children for HIV Transmission (PMTCT).... 4
II.2. Profil..................................................................................................... 12
II.3. Sasaran.................................................................................................. 13
II.4. Target.................................................................................................... 13
II.5. Strategi.................................................................................................. 13
II.6. Program Kegiatan................................................................................. 13
II.7. Aktivitas................................................................................................ 14
II.8. Intervensi dan Kebijakan...................................................................... 16
II.9. Kesimpulan dan Saran.......................................................................... 16
BAB III. LAPORAN KASUS PMTCT DI CILOSARI DAN ARGOREJO....17
A. Laporan Kasus 1................................................................................... 17
B. Laporan Kasus 2................................................................................... 20
C. Laporan Kasus 3................................................................................... 24
Daftar Pustaka................................................................................................... 28

DAFTAR GAMBAR

ii

Gambar 1. Alur Upaya PMTCT Komprehensif................................................ 10


Gambar 2. Alur Proses Ibu Hamil Menjalani Kegiatan Prong 3 dalam
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi................................ 11

iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Di Indonesia sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1987, epidemi HIV
dianggap cukup lamban berkembang. Selalu dikategorikan prevalensi rendah.
Statistik yang rendah (di bawah 1.000 orang selama 11 tahun pertama hingga
1999) menyebabkan AIDS tidak dibicarakan secara gencar dan terbuka, baik oleh
masyarakat maupun pembuat kebijakan. Upaya pencegahan menjadi fokus utama
dengan penekanan pada isu moral saja, sehingga timbul stigma dan diskriminasi
terhadap terhadap Orang dengan HIV dan AIDS (Odha).1
Menurut data Kemenkes RI, pada akhir Juni 2011 dilaporkan sebanyak
26.483 kasus AIDS, sebanyak 78% diantaranya berusia reproduksi aktif (20-39
tahun). Pada tahun 2009 diperkirakan jumlah orang yang terinfeksi HIV sudah
mencapai 298.000 orang dengan 25% diantaranya adalah perempuan. Dari hasil
proyeksi HIV yang dibuat KPAN (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional),
diperkirakan pada waktu mendatang akan terdapat peningkatan prevalensi HIV
pada populasi usia 15 - 49 tahun dari 0,22% pada tahun 2008 menjadi 0,37% di
tahun 2014; serta peningkatan jumlah infeksi baru HIV pada perempuan, sehingga
akan berdampak meningkatnya jumlah infeksi HIV pada anak. Peningkatan
penularan juga terjadi pada ibu rumah tangga dibandingkan dengan WPS pada
tahun 1999 - 2010. Menurut estimasi Depkes, pada tahun 2009 terdapat 3.045
kasus baru HIV pada anak dengan kasus kumulatif 7.546; sedangkan pada tahun
2014 diperkirakan terdapat 5.775 kasus baru dengan 34.287 kasus kumulatif anak
HIV di seluruh Indonesia.1
Di tahun 2008 diperkirakan terdapat 430 000 anak yang baru terinfeksi HIV dan
hampir semuanya lewat ibunya. Data yang diperoleh dari Depkes mengenai transmisi
HIV secara vertikal dari ibu ke bayi masih sangat sedikit. Pada tahun 2006
diperkirakan terdapat sekitar 4.360 bayi yang HIV-positif, sedangkan angka
kumulaif pada tahun 2015 diperkirakan dapat mencapai sekitar 38.500 kasus.2

Walaupun prevalensi HIV pada perempuan di Indonesia hanya 16%, tetapi


karena mayoritas (92,54%) Odha berusia reproduksi aktif (15-49 tahun), maka
diperkirakan jumlah kehamilan dengan HIV positif akan meningkat.
Infeksi HIV dapat berdampak kepada ibu dan bayi. Dampak infeksi HIV
terhadap ibu antara lain: timbulnya stigma sosial, diskriminasi, morbiditas dan
mortalitas maternal. Besarnya stigma sosial menyebabkan Odha semakin menutup
diri tentang keberadaannya, yang pada akhirnya akan mempersulit proses
pencegahan dan pengendalian infeksi. Diskriminasi dalam kehidupan sosial
menyebabkan Odha kehilangan kesempatan untuk ikut berkarya dan memberikan
penghidupan yang layak pada keluarganya. Karena terjadi penurunan daya tahan
tubuh secara bermakna, maka morbiditas dan mortalitas maternal akan meningkat
pula. Sedangkan dampak infeksi HIV terhadap bayi antara lain: gangguan tumbuh
kembang karena rentan terhadap penyakit, peningkatan mortalitas, stigma sosial,
yatim piatu lebih dini akibat orang tua meninggal karena AIDS, dan permasalahan
ketaatan minum obat pada penyakit menahun seumur hidup.
Dampak buruk dari penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah apabila:
(1) Terdeteksi dini, (2) Terkendali (Ibu melakukan perilaku hidup sehat, Ibu
mendapatkan ARV profilaksis secara teratur, Ibu melakukan ANC secara teratur,
Petugas kesehatan menerapkan pencegahan infeksi sesuai Kewaspadaan Standar),
(3) Pemilihan rute persalinan yang aman (seksio sesarea), (4) Pemberian PASI
(susu formula) yang memenuhi persyaratan, (5) Pemantauan ketat tumbuhkembang bayi dan balita dari ibu dengan HIV positif, dan (6) Adanya dukungan
yang tulus, dan perhatian yang berkesinambungan kepada ibu, bayi dan
keluarganya.3
Diseluruh dunia saat ini, wanita mewakili 50% dari seluruh orang dewasa
yang hidup dengan HIV dan AIDS,

jumlah ini akan meningkat di masa

mendatang. Kondisi di atas menunjukkan pentingnya implementasi program


prevention of mother to child transmission of HIV (PMTCT) yang bertujuan
untuk menyelamatkan ibu dan bayi dari infeksi HIV. Program PMTCT
komprehensif berupaya meningkatkan kepedulian dan pengetahuan perempuan
pada usia reproduktif tentang HIV dan AIDS; meningkatkan akses perempuan

hamil untuk mendapatkan layanan konseling dan testing HIV (VCT),


meningkatkan akses perempuan hamil HIV positif untuk mendapatkan layanan
pengurangan risiko penularan HIV ke bayinya (dari semula 25 45 persen
menjadi sekitar 2 persen), serta meningkatkan akses perempuan HIV positif dan
keluarganya untuk mendapatkan layanan psikologis dan sosial agar kualitas
hidupnya terjaga.
Sering ada kesan bahwa sebagian besar anak yang dilahirkan oleh ibu yang
HIV-positif akan terinfeksi. Namun sebenarnya 60 75% anak tersebut tidak
terinfeksi, walaupun tidak ada intervensi apa pun. Rata-rata 30% terinfeksi,
dengan 5% dalam kandungan, 15% waktu lahir dan 10% dari ASI. Dari angka ini,
kita dapat mulai lihat intervensi yang mungkin dapat mengurangi jumlah anak
yang tertular intervensi yang disebut sebagai pencegahan penularan HIV dari
ibu-ke-bayi. atau sering ada yang memakai singkatan PMTCT (prevention of
mother-to-child transmission). Adalah penting kita dan masyarakat umum
mengetahui bahwa dalam keadaan terburuk, paling 40% bayi terinfeksi.3

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi
b. Tujuan Khusus
Setiap ibu hamil yang HIV positif mengikuti program PMTCT
Setiap bayi yang lahir dari ibu dengan HIV positif memiliki status HIV negatif.

BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Prevention of Mother to Children for HIV Transmission (PMTCT)3


Saat ini, ada sejumlah target internasional yang berhubungan dengan
PMTCT. Pada program Millenium Development Goals (MDGs) yang diadopsi
oleh UN General Assembly pada tahun 2000 berkomitmen untuk menurunkan
angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, dan memerangi HIV/AIDS,
malaria dan penyakit lain pada tahun 2015. Pada UN General Assembly Special
Session (UNGASS) pada tahun 2001, pemerintah menetapkan untuk mengurangi
50% dari bayi penderita HIV pada tahun 2010 dengan cara mewajibkan semua ibu
hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan mendapatkan pelayanan PMTCT.

Indicators
HIV prevalence among pregnant woman aged 15-24 years
Condom use rate of the contraceptive prevalence rate
Condom use at last high-risk sex
Percentage of population aged 15-24 years with comprehensive correct knowledge

of HIV/AIDS
Contraceptive prevalence rate

Menurut Depkes RI (2008), Prevention Mother to Child Transmission


(PMTCT) atau Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA), merupakan
program pemerintah untuk mencegah penularan virus HIV/AIDS dari ibu ke bayi
yang dikandungnya. Program tersebut mencegah terjadinya penularan pada usia
produktif, kehamilan dengan HIV positif, penularan dari ibu hamil ke bayi yang
dikandungnya. Prevalensi kasus AIDS lebih besar karena merupakan kewajiban

untuk melaporkan kasus kematian karena AIDS, tetapi kasus HIV cenderung
untuk tidak dilaporkan. Kecenderungan tidak melaporkan ini secara tidak
langsung menunjukkan masih besarnya stigma terhadap HIV/AIDS di
masyarakat. Seperti fenomena gunung es, kasus HIV yang ada di masyarakat
kemungkinan jauh lebih besar daripada yang dilaporkan.
Menurut WHO (2009), kecenderungan infeksi HIV pada perempuan dan anak
meningkat, sehingga diperlukan berbagai upaya unuk mencegah penularan HIV
dari ibu hamil ke bayi antara lain dengan PMTCT. Program PMTCT dapat
dilaksanakan pada perempuan usia produktif, melibatkan para remaja pranikah
dengan dengan jalan meyebarkan informasi tentang HIV/AIDS, meningkatkan
kesadaran perempuan tentang bagaimana cara menghindari penularan HIV/AIDS
dan Infeksi Menular Seksual (IMS), menjelaskan manfaat dari konseling dan tes
HIV/AIDS secara sukarela, melibatkan kelompok yang beresiko, petugas
lapangan, kader PKK, dan bidan.
Sementara menurut WHO (2010) beberapa tujuan diterapkannya program
pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi, antara lain:
1. Mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar infeksi HIV pada bayi ditularkan dari ibu. Diperlukan
upaya intervensi dini yang baik, mudah dan mampu laksana guna menekan
proses penularan tersebut;
2. Mengurangi dampak epidemi HIV terhadap Ibu dan Bayi. Dampak akhir
dari epidemi HIV berupa berkurangnya kemampuan produksi dan
peningkatan beban biaya hidup yang harus ditanggung oleh ODHA dan
masyarakat Indonesia dimasa mendatang karena morbiditas dan mortalitas
terhadap ibu dan bayi.
Sedangkan program PMTCT pada ibu hamil di Indonesia, menjadi kebijakan
resmi pemerintah. Kebijakan ini menurut Depkes RI (2005) mencakup hal-hal

penting

dalan

tiap

langkah

intervensi

program

diantaranya

dengan integrasi program, konseling dan testing HIV sukarela, pemberian obat
ARV, persalinan yang aman, serta pemberian makanan bayi. Langkah dini paling
efektif untuk mencegah terjadinya penularan HIV pada bayi adalah mencegah
perempuan usia reproduktif tertular HIV, dengan mencegah perempuan muda di
usia reproduktif, ibu hamil dan penangana bumil agar tidak terinfeksi HIV.
Terdapat beberapa strategi yang dilakukan dalam kegiatan PMTCT, antara lain:
1. Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi
2. Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif
3. Pencegahan terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV positif pada bayi
yang dikandungnya.
4. Merujuk ibu dengan HIV positif ke sarana layanan kesehatan tingkat
kabupaten atau propinsi untuk mendapatkan layanan tindak lanjut
5. Dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu positif beserta
keluarganya dengan merujuk ibu HIV positif ke sarana layanan kesehatan
tingkat kabupaten atau propinsi untuk mendapatkan layanan tindak lanjut.

Strategi dan Implementasi Kebijakan Program Pencegahan Penularan HIV


dari Ibu ke Anak
Konsep menghindari penularan HIV, yaitu dengan konsep ABCD atau abstinence,
be faithful, condom, drug no. Sementara terkait kebijakan umum pencegahan
penularan HIV/AIDS dari ibu ke bayi dilaksanakan sejalan dengan kebijakan
umum kesehatan ibu dan anak dan kebijakan penanggulangan HIV/AIDS di
Indonesia.
Beberapa kebijakan tersebut serta target yang ditetapkan meliputi beberapa
program dan kegiatan, yaitu :
1. Semua perempuan yang datang ke pelayanan kesehatan ibu dan anak dan
layanan keluarga berencana di tiap jenjang pelayanan kesehatan
mendapatkan informasi pencegahan penularan HIV/AIDS selama masa
kehamilan dan menyusui.
2. Semua ibu hamil yang datang ke pelayanan KIA untuk ANC diharapkan
mendapatkan informasi penularan HIV, melakukan tes dan konseling pada
semua wanita hamil yang datang ANC, skrining pasangan wanita yang
mengikuti tes HIV PMTCT, serta wanita dengan HIV menerima ARV
atau profilaksis PMTCT.
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) atau Prevention of Mother-to
Child Transmission (PMTCT) merupakan bagian dari upaya pengendalian HIVAIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) di Indonesia serta Program Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA). Layanan PMTCT diintegrasikan dengan paket layanan KIA,
KB, kesehatan reproduksi, dan kesehatan remaja di setiap jenjang pelayanan
kesehatan dalam strategi Layanan Komprehensif Berkesinambungan (LKB) HIVAIDS dan IMS.

Sedangkan Kebijakan Program Nasional Pengendalian HIV-AIDS dan IMS untuk


mencegah penularan HIV dari ibu ke anak antara lain meliputi:
1. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak dilaksanakan oleh seluruh
fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta sebagai
bagian

dari

Layanan

Komprehensif

Berkesinambungan

dan

menitikberatkan pada upaya promotif dan Preventif


2. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak diprioritaskan pada daerah
dengan epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, sedangkan upaya
pencegahan IMS dan eliminasi sifilis kongenital dapat dilaksanakan di
seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan tanpa melihat
tingkat epidemi HIV
3. Memaksimalkan kesempatan tes HIV dan sifilis bagi perempuan usia
reproduksi (seksual aktif), ibu hamil dan pasangannya dengan penyediaan
tes diagnosis cepat HIV dan sifilis; memperkuat jejaring rujukan layanan
HIV dan IMS (termasuk akses pengobatan ARV)
4. Pengintegrasian kegiatan PMTCT ke layanan KIA, KB, kesehatan
reproduksi, dan kesehatan remaja. Pendekatan intervensi struktural,
dengan melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan dalam bentuk
advokasi sektor terkait untuk peningkatan kapasitas dan pengembangan
kebijakan yang mendukung pelaksanaan program
5. Peningkatan peran aktif berbagai pihak termasuk mobilisasi masyarakat
dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengembangan upaya
PMTCT.
Sesuai Pedoman PPIA (2011), pengembangan strategi implementasi PMTCT
merupakan bagian dari tujuan utama pengendalian HIV-AIDS, yaitu untuk
menurunkan kasus HIV serendah mungkin dengan menurunnya jumlah infeksi
8

HIV baru, mengurangi stigma dan diskriminasi, serta menurunnya kematian


akibat AIDS (Getting to Zero). Sedangkan dalam pelaksanaannya, PMTCT perlu
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Semua perempuan yang datang ke pelayanan KIA, KB, dan kesehatan
reproduksi, dan kesehatan remaja bisa mendapatkan informasi terkait
reproduksi sehat, penyakit IMS/ HIV, dan pencegahan penularan HIV dari
ibu ke anak selama masa kehamilan dan menyusui
2. Tes HIV, skrining IMS dan tes sifilis merupakan pemeriksaan yang wajib
ditawarkan kepada semua ibu hamil pada daerah epidemi HIV meluas dan
terkonsentrasi yang datang ke layanan KIA/KB. Di layanan KIA tes HIV,
skrining IMS dan tes sifilis ditawarkan sebagai bagian dari paket
perawatan antenatal terpadu mulai kunjungan antenatal pertama hingga
menjelang persalinan. Apabila ibu menolak untuk dites HIV, petugas dapat
melaksanakan konseling pra-tes HIV atau merujuk ke layanan konseling
dan testing sukarela
3. Konseling pasca tes bagi ibu yang hasil tesnya positif sedapatnya
dilaksanakan bersamaan (couple conselling), termasuk pemberian kondom
sebagai alat pencegahan penularan IMS dan HIV di fasilitas pelayanan
kesehatan
4. Perlu partisipasi laki-laki dalam mendukung keberhasilan PMTCT.
Kebijakan PPIA/PMTCT tersebut terintegrasi dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak yang komprehensif, antara lain meliputi:
1. Pelaksanaan pelayanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
(PPIA) diintegrasikan pada layanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
Keluarga Berencana (KB), dan konseling remaja di setiap jenjang

pelayanan kesehatan dengan ekspansi secara bertahap, dengan melibatkan


peran swasta serta LSM
2. Pelaksanaan kegiatan PPIA/PMTCT terintegrasi dalam pelayanan KIA
merupakan bagian dari Program Nasional Pengendalian HIV-AIDS dan
IMS
3. Setiap perempuan yang datang ke layanan KIA, KB, dan kesehatan remaja
harus mendapat informasi mengenai PPIA/PMTCT
4. Di daerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan wajib menawarkan tes HIV kepada semua
ibu hamil secara inklusif pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat
pemeriksaan antenatal atau menjelang persalinan.
5. Di daerah epidemi HIV rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan
diprioritaskan pada ibu hamil dengan IMS dan TB secara inklusif pada
pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan antenatal atau
menjelang persalinan
6. Untuk daerah yang belum mempunyai tenaga kesehatan yang mampu atau
berwenang, pelayanan PPIA/PMTCT dapat dilakukan dengan cara
merujuk ibu hamil ke fasilitas pelayanan HIV yang memadai atau
pelimpahan wewenang (task shifting) kepada tenaga kesehatan yang
terlatih. Penetapan daerah yang memerlukan task shifting petugas
dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat
7. Setiap ibu hamil yang positif HIV wajib diberi obat ARV dan mendapatkan
pelayanan perawatan, dukungan dan pengobatan lebih lanjut (PDP)
8. Kepala Dinas Kesehatan merencanakan ketersediaan logistik (obat dan
pemeriksaan tes HIV) berkoordinasi dengan Ditjen P2PL, Kemenkes

10

9. Pelaksanaan pertolongan persalinan baik secara per vaginam atau per


abdominam harus memperhatikan indikasi obstetrik ibu dan bayinya serta
harus menerapkan kewaspadaan standar
Sesuai dengan kebijakan program bahwa makanan terbaik untuk bayi adalah
pemberian ASI secara ekslusif selama 0-6 bulan, maka ibu dengan HIV perlu
mendapat konseling laktasi dengan baik sejak perawatan antenatal pertama,
namun apabila ibu memilih lain (pengganti ASI) maka, ibu, pasangan, dan
keluarganya perlu mendapat konseling makanan bayi yang memenuhi persyaratan
teknis
Program PMTCT di Kota Semarang mulai dirintis pada tahun 2006. Pada
tahun 2007 program setempat berhenti karena berhentinya dana dari Global Fund
Foundation dan dimulai kembali pada Mei 2008 hingga saat ini. Pendanaan
kegiatan PMTCT ini diperoleh dari Global Fund yang sebelum sampai ke Griya
Asa disalurkan ke Dinas Kesehatan Kota dan Yayasan Pelita Ilmu terlebih dahulu.
Jawa Tengah merupakan daerah yang dipercaya untuk mengolah dana tersebut
dari total 6 propinsi di seluruh Indonesia. Saat ini kegiatan PMTCT masih berjalan
dan berusaha mendapatkan dukungan dana dari propinsi. Dengan adanya
keterbatasan dana ini, maka program PMTCT dilakukan tanpa ada periode yang
pasti. Kegiatan PMTCT hanya dapat dilakukan jika ada dana yang diturunkan
oleh Global Fund.2
Program PMTCT secara komprehensif menggunakan 4 prong, yang
menjadi pilar pelaksanaan kegiatan, yaitu:1,2
1. Mencegah penularan HIV pada perempuan usia produktif
Untuk menghindari penularan HIV digunakan konsep ABCD yang terdiri dari:
A (Abstinence): Absen seks atau tidak melakukan hubungan seksual bagi orang

yang belum menikah.


B (Be faithful): Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-

ganti)
C (Condom): Cegah dengan kondom. Kondom harus dipakai oleh pasangan
apabila salah satu atau keduanya diketahui terinfeksi HIV

11

D (Drug No): Dilarang menggunakan napza, terutama napza suntik dengan jarum
bekas secara bergantian.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan primer

antara lain:
Menyebar luaskan informasi mengenai HIV/AIDS
Meningkatkan kesadaran perempuan tentang bagaimana cara menghindari

penularan HIV dan IMS


Menjelaskan manfaat dari konseling dan tes HIV secara sukarela
Mengadakan penyuluhan HIV/AIDS secara berkelompok
Mempelajari tentang pengurangan risiko penularan HIV dan IMS (termasuk

penggunaan kondom)
Bagaimana bernegosiasi seks aman (penggunaan kondom) dengan pasangan
Mobilisasi masyarakat untuk membantu masyarakat mendapatkan akses terhadap

informasi tentang HIV/AIDS


Melibatkan petugas lapangan (kader PKK, bidan, dan lainnya ) untuk memberikan
informasi pencegahan HIV dan IMS kepada masyarakat dan untuk membantu

klien mendapatkan akses layanan kesehatan.


Konseling untuk perempuan HIV negatif
- Ibu hamil yang hasilnya tesnya HIV negatif perlu didukung agar status dirinya

tetap HIV negatif


Menganjurkan agar pasangannya menjalani tes HIV
Layanan yang bersahabat untuk pria
Membuat layanan kesehatan ibu dan anak yang bersahabat untuk pria sehingga

mudah diakses oleh suami / pasangan ibu hamil


Mengadakan kegiatan kunjungan pasangan pada kunjungan ke layanan

kesehatan ibu dan anak


2. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV-positif
Pemberian alat kontrasepsi yang aman dan efektif serta konseling yang
berkualitas akan membantu ODHA dalam melakukan seks yang aman,
mempertimbangkan jumlah anak yang dilahirkannya, serta menghindari lahirnya
anak yang terinfeksi HIV.
Untuk mencegah kehamilan alat kontrasepsi yang dianjurkan adalah
kondom, karena bersifat proteksi ganda. Kontrasepsi oral dan kontrasepsi hormon
jangka panjang (suntik dan implan) bukan kontraindikasi pada ODHA.

12

Pemakaian AKDR tidak dianjurkan karena bisa menyebabkan infeksi


asenderen. Spons dan diafragma kurang efektif untuk mencegah terjadinya
kehamilan maupun penularan HIV.
Jika ibu HIV positif tetap ingin memiliki anak, WHO menganjurkan jarak
antar kelahiran minimal 2 tahun.
3. Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang
dikandungnya.
Merupakan inti dari intervensi PMTCT. Bentuk intervensi berupa:
Pelayanan kesehatan ibu dan anak yang komprehensif
Layanan konseling dan tes HIV secara sukarela (VCT)
Pemberian obat antiretrovirus (ARV)
Konseling tentang HIV dan makanan bayi, serta pemberian makanan bayi
Persalinan yang aman
4. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu HIV-positif
beserta bayi dan keluarganya.
Upaya PMTCT tidak terhenti setelah ibu melahirkan. Karena ibu tersebut
terus menjalani hidup dengan HIV di tubuhnya, maka membutuhkan dukungan
psikologis, sosial dan perawatan sepanjang waktu. Jika bayi dari ibu tersebut tidak
terinfeksi HIV, tetap perlu dipikirkan tentang masa depannya, karena
kemungkinan tidak lama lagi akan menjadi yatim dan piatu. Sedangkan bila bayi
terinfeksi HIV, perlu mendapatkan pengobatan ARV seperti ODHA lainnya.5
Dengan dukungan psikososial yang baik, ibu HIV positif akan bersikap
Cegah Penularan HIV
Perempuanoptimis
Usia Reproduktif
dan bersemangat mengisi kehidupannya. Diharapkan ia akan bertindak

bijak dan positif untuk senantiasa menjaga kesehatan diri dan anaknya, dan
berperilaku sehat agar tidak terjadi penularan
HIV dari dirinya ke orang
lain.
HIV Positif
HIV Negatif
Informasi tentang adanya layanan dukungan psikososial untuk ODHA ini
Perempuan
HIV Positif
perlu diketahui
masyarakat luas. Diharapkan
informasi
ini tak
bisaDirencanakan
meningkatkan
Cegah
Kehamilan

minat mereka yang merasa berisiko tertular HIV untuk mengikuti konseling dan
tes HIV agar mengetahui status HIV mereka sedini mungkin.
Hamil

Tidak Hamil

Gambar 1. Alur Upaya PMTCT Komprehensif


Perempuan Hamil HIV Positif

Cegah Penularan HIV ke Bayi

Bayi HIV Positif

Bayi HIV
negatif

Dukungan Psikologis & Sosial

13

14

Gambar 2. Alur Proses Ibu Hamil Menjalani Kegiatan Prong 3 dalam


Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi 2,5
Partisipasi Pria

IBU HAMIL

Pelayanan KIA untuk


Ibu Hamil di Klinik
KIA, Puskesmas

Mobilisasi Masyarakat

Penyuluhan Kesehatan
dan PMTCT

Informasi Konseling dan Tes HIV Sukarela/VCT

Tak Bersedia dikonseling


Pra Tes

Tidak bersedia dites HIV

Konseling untuk tetap HIV


negatif dan evaluasi berkala

Bersedia dikonseling
Pra Tes

Bersedia dites HIV

Pemeriksaan Laboratorium

Konseling Pasca Tes

Hasil Tes HIV Negatif

II.2 Profil 2

Hasil Tes HIV positif


Konseling dan Pemberian
antiretroviral

1. Griya PMTCT PKBI Kota Semarang


dan Pemberian
Griya PMTCT Kota Semarang didirikan Konseling
pada tanggal
10 Juli 2006.
Makanan Bayi

Program ini bertujuan menjangkau ibu hamil terutama bumil risiko tinggi (suami
potensial risiko tinggi). Griya PMTCT merupakan kerjasama PKBI Kota
Persalinan yang Aman

Semarang dengan Global Fund (GF ATM). Menjalin kerjasama dengan Dinas
Kesehatan Kota Semarang dan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Menjalin
kerjasama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI).Dukungan
MenjalinPsikososial
kerjasamadandengan
Perawatan bagi Ibu HIV positif
dan bayinya

15

Klinik VCT di Semarang (RSUP dr. Karyadi, RSUD Kota Semarang, RS Panti
Wilasa, RSU Tugurejo).
Griya PMTCT ini juga bekerjasama dengan Lembagalembaga yang
bersama-sama menangani permasalahan HIV-AIDS, diantaranya GF ATM, YPI
Jakarta, LSM peduli AIDS
2. Susunan pengurus dan SDM Griya PMTCT
Ketua PKBI Kota Semarang
dr. Dwi Yoga Yulianto

Manager Program PMTCT


dr. Adi Khuntoro, M.Kes

Koordinator Lapangan

Finance&Administrative Staff

Roni Wijayanto, SE

Rahayu Sulistyowati, S.Si

Team asistensi (manager kasus dan konselor) Rulia Ifadalina


II.3 Sasaran

Semua ibu hamil di Cilosari dan Argorejo


II.4 Target

Semua ibu hamil yang pernah menderita IMS harus menjalani VCT
Semua ibu hamil dengan suami yang menderita IMS harus menjalani VCT
II.5 Strategi

Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan prosedur PMTCT

16

Kerjasama dengan PKBI Kota Semarang, Global Fund, Dinas Kesehatan Kota
Semarang, Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, Ikatan Bidan Indonesia (IBI).
Menjalin kerjasama dengan Klinik VCT di Semarang (RSUP dr. Karyadi, RSUD

Kota Semarang, RS Panti Wilasa, RSU Tugurejo).


Pelayanan VCT menjadi one day service
Merujuk penderita ke MK, KDS, layanan kesehatan
II.6 Program kegiatan

Penjangkauan Ibu hamil pada Bidan Praktik Swasta


Penjangkauan Ibu hamil melalui kader PKK dan kader Kesehatan
VCT (Voluntary, Counseling and Testing)
Pendampingan dan pemberian dukungan psikologis pada ibu hamil HIV positif
Pemberian Nutrisi pada ibu hamil HIV-positif
Pencegahan transmisi dari ibu positif (persalinan caesar dan pemberian Susu

Formula pada bayi)


Penyuluhan PMTCT pada masyarakat (bumil, remaja usia produktif, kader

kesehatan desa)
VCT (Voluntary, Counseling and Testing) dilakukan bekerjasama dengan RS di

Kota Semarang yang memiliki Klinik VCT.


Penjangkauan dan pendampingan dilakukan pada ibu hamil yang memeriksakan
dirinya ke Bidan Praktik Swasta untuk diberikan pengetahuan tentang PMTCT
(Prevention of Mother to Child HIV Transsmission), layanan pemeriksaan IMS
(Infeksi Menular Seksual) di Klinik Satelit Griya ASA PKBI Kota Semarang serta

tes VCT.
Pemberian dukungan psikologis pada ibu hamil berupa kunjungan ke rumah
(Home Visit) ibu hamil yang berstatus HIV positif untuk diberikan nutrisi ibu
hamil, mengetahui permasalahan yang dihadapi ibu hamil dan diberikan

solusinya.
Pemberian susu formula pada bayi berupa pemberian susu formula pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu HIV positif agar tidak diberi ASI oleh ibunya, sehingga akan
memperkecil penularan virus HIV dari ibu ke bayi.
II.7 Aktivitas

17

Kegiatan PMTCT dilaksanakan dengan metode statis VCT dan mobile


VCT. Statis VCT adalah pusat konseling dan testing HIV/AIDS sukarela
terintegrasi dalam sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya, artinya
bertempat dan menjadi bagian dari layanan kesehatan yang telah ada. Sedangkan
mobile VCT adalah layanan konseling dan testing HIV/AIDS sukarela model
penjangkauan dan keliling yang dilaksanakan oleh LSM atau layanan kesehatan
yang langsung mengunjungi sasaran kelompok masyarakat yang memiliki
perilaku berisiko atau berisiko tertular HIV/AIDS di wilayah tertentu.
Dari hasil kegiatan, apabila terdapat ibu hamil dengan HIV-positif, akan
diberikan ARV selama kehamilan dan persalinan, serta bantuan nutrisi sampai
umur kehamilan cukup bulan kemudian dirujuk ke spesialis Obstetri dan
Ginekologi untuk dilakukan persalinan secara sectio caesaria. Program dikatakan
berhasil bila ibu hamil dengan HIV-positif melahirkan bayi dengan HIV-negatif.
Setelah itu akan diberikan bantuan susu formula sampai usia 11 bulan.
Pemeriksaan untuk bayi berupa pemeriksaan PCR, yang dilakukan sesegera
mungkin untuk mengetahui status infeksi HIV.
Skrining yang dilakukan oleh Mahasiswa IKM FK Trisakti di Cilosari dan
Argorejo, pada tanggal 19 20 Desember 2012:
No.
1.

Nama

Nama

Bumil

Suami

Ny. P

Tn. S

Alamat

Status Risiko
HIV

Rekomendasi

Jl. Panggulrejo Pekerjaan

VCT bagi ibu

kec GM sari RT

suami sebagai

dan suami

02 RW 06

Kuli
bangunan
yang baru
pulang ke
rumah 3
bulan sekali
Tinggal di
daerah

18

dengan kasus
HIV/AIDS
tinggi
2.

Ny. T

Tn. M

Margorejo

Pekerjaan

Timur RT 5/RW

suami sebagai

5, Cilosari

buruh

VCT bagi ibu


dan suami

bangunan.
Tinggal di
daerah
dengan kasus
HIV/AIDS
tinggi
3.

Ny. R

Jalan Argorejo,

Tinggal di

Wisma Buana 2

daerah

VCT bagi Ibu

dengan kasus
HIV/AIDS
tinggi
Memiliki
pekerjaan
sebagai WPS
dan tidak
pernah
menggunakan
kondom saat
berhubungan
seksual

II.8 Intervensi dan Kebijakan


Melakukan kegiatan PMTCT di Cilosari dan Argorejo. Apabila didapatkan
ibu hamil risiko tinggi segera disarankan untuk melakukan VCT.
II.9 Kesimpulan dan Saran
19

1. Kesimpulan
Kegiatan PMTCT terlaksana dengan menjangkau sasaran 3 ibu hamil dan
didapatkan 1 ibu hamil dengan risiko tinggi terinfeksi HIV.
2. Saran
a. PMTCT mencari sumber dana lain agar kegiatan PMTCT dapat terlaksana terus
menerus dan berkesinambungan.
b. Dilakukan PMTCT pada setiap ibu hamil dan dilakukan pemeriksaan VCT pada
ibu hamil risiko tinggi sebagai bagian dari ANC rutin.
c. Menyebarluaskan informasi mengenai HIV dan AIDS.
d. Mempromosikan kegiatan PMTCT ke masyarakat luas melalui media massa
sehingga meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kegiatan dan fungsi
dari PMTCT.
BAB III
LAMPIRAN
LAPORAN KASUS PMTCT DI CILOSARI DAN ARGOREJO
TANGGAL 19 - 20 DESEMBER 2012

A. LAPORAN KASUS 1
Identitas Pasien
Nama

: Ny. P

Usia

: 26 tahun

Alamat

: Jl. Panggulrejo kec GM sari RT 02 RW 06

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMP

Status obstetri

: G2P1A0

20

Identitas Suami
Nama

: Tn.S

Usia

: 30 tahun

Alamat

: Jl. Panggulrejo kec GM sari RT 02 RW 06

Pekerjaan

: Kuli bangunan

Status pernikahan : Menikah


Pendidikan

: SMA

Keluhan Utama : Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien hamil G2P1A0 dengan usia kehamilan saat ini 30 minggu 3 hari.
ANC 1x di Bidan
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat hipertensi sebelum dan saat kehamilan disangkal

Riwayat infeksi selama kehamilan disangkal

Riwayat keputihan patologis disangkal

Riwayat asma disangkal

Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat transfusi disangkal

Riwayat Obstetri
G2P1A0. Hamil ini, ANC 1x di bidan. USG (-)
Riwayat Ginekologi

21

Usia pasien saat pertama kali haid adalah 12 tahun. Menstruasi teratur.
Pasien tidak pernah mengalami keputihan, rasa nyeri saat berkemih maupun rasa
gatal di kemaluan. Sebelumnya pasien menggunakan kontrasepsi berupa pil KB.
Riwayat Kebiasaan dan Pekerjaan
Pasien tidak merokok, tidak minum-minuman beralkohol dan tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan terlarang yang di minum maupun disuntik. Pasien
tidak pernah melakukan seks bebas dan hanya setia pada satu pasangan. Pasien
juga belum pernah menerima transfusi darah. Pasien sebagai ibu rumah tangga.
Menurut pasien, suami pasien merokok, tidak minum minuman beralkohol
dan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang yang di minum maupun
disuntik. Suami pasien juga belum pernah menerima transfusi darah selama
hidupnya. Suami pasien bekerja sebagai kuli bangunan dengan jam kerja yang
pada pagi-sore hari. Suami pasien bekerja ke Kalimantan dan Jakarta sebagai kuli
bangunan dan pulang ke rumah 3 bulan sekali.
Riwayat pernikahan
Pasien baru menikah sekali. Pernikahan saat pasien berusia 19 tahun,
pernikahan telah berlangsung selama 7 tahun. Sebelum menikah pasien dan suami
tidak menjalani konseling pra-nikah termasuk pemeriksaan kesehatan. Hubungan
intim dilakukan pertama kali setelah menikah dengan frekuensi 3-4x/ minggu
tanpa menggunakan pengaman (kondom).
Pengetahuan
Penderita hanya mengetahui penularan HIV/AIDS melalui hubungan seks
namun belum tahu tentang penyebab, gejala, penularan ke bayi dan melalui
narkoba, serta cara pencegahan, dan komplikasi dari HIV/AIDS.
Penilaian Risiko
Individu
Pengetahuan yang kurang tentang HIV

22

Saat ini pasien hamil 30 minggu 3 hari


Kelompok

Bukan merupakan potensial risti

Suami bekerja dengan jam kerja pagi-sore hari

Rekomendasi

Memberikan informasi tentang IMS, HIV beserta penyebab, gejala,


cara penularan, cara penularan, pencegahan, dan komplikasi, serta cara
menjaga higiene alat reproduksi dengan cara direct education oleh petugas
kesehatan.

Memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya pada


pelayanan kesehatan terdekat (bidan atau puskesmas) dengan frekuensi
sesuai dengan masa kehamilannya

Memotivasi ibu hamil untuk melakukan skrining IMS dan VCT


ulang

Memotivasi ibu hamil untuk menganjurkan pasangannya untuk


melakukan skrining IMS dan VCT

Praktik persalinan aman dengan menggunakan operasi caesar di


tempat pelayanan kesehatan yang memadai jika hasil VCT pada saat
kehamilan positif

B. LAPORAN KASUS 2
Identitas Pasien
Nama

: Ny. T

Usia

: 34 tahun

Alamat

: Jl. Margorejo Timur, RT 5 / RW 5 , Kel.Temicir,


Semarang Timur

23

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Status obstetri

: G3P2A0

Identitas Suami
Nama

: Tn.M

Usia

: 40 tahun

Alamat

: Jl. Margorejo Timur, RT 5 / RW 5 , Kel.Temicir,


Semarang Timur

Pekerjaan

: Buruh bangunan

Status perkawinan : Menikah


Pendidikan

: SLTP

Keluhan Utama

:-

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien hamil G3P2A0 dengan usia kehamilan saat ini 9-10 minggu. ANC
1x di Bidan. Pasien mengaku selama kehamilannya pasien memiliki keluhan mual
dan sakit kepala. Keluhan muntah disangkal pasien. Nafsu makan pasien baik.
Keluhan keputihan disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat hipertensi sebelum dan saat kehamilan disangkal

Riwayat infeksi selama kehamilan disangkal


Riwayat keputihan patologis disangkal

24

Riwayat asma disangkal


Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat transfusi disangkal
Riwayat Obstetri

G3P2A0 Hamil 9-10 minggu, ANC 1x di bidan. USG (-)

Anak pertama : perempuan, usia 15 tahun, lahir normal, ditolong oleh


bidan, berat lahir 3500 gram.

Anak kedua

: perempuan, usia 9 tahun, lahir normal, ditolong oleh

bidan, berat badan lahir 3150 gram.

Anak ketiga

: hamil ini.

Pasien mengatakan bahwa selama hamil kondisi pasien dan anak yang
dikandungnya dalam kondisi baik
Riwayat Ginekologi
Usia pasien saat pertama kali haid adalah 12 tahun. Haid teratur, tidak ada
nyeri saat haid. Pasien mengatakan sebelum hamil pasien pernah memiliki
keluhan keputihan, terutama saat sebelum dan sesudah haid. Menurut pasien,
keputihannya dahulu warnanya jernih, tidak gatal, tidak berbau dan tidak
mengganggu aktifitas sehari-hari. Rasa nyeri saat berkemih maupun riwayat nyeri
di daerah pinggang disangkal.
Riwayat Kebiasaan dan Pekerjaan
Pasien tidak merokok, tidak minum minuman beralkohol dan tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan terlarang yang di minum maupun disuntik. Pasien
tidak pernah melakukan sex bebas dan hanya setia pada satu pasangan. Pasien
juga belum pernah menerima transfusi darah. Pasien sebagai ibu rumah tangga.

25

Menurut pasien, suami pasien merokok, tidak minum minuman beralkohol


dan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang yang di minum maupun
disuntik. Suami pasien juga belum pernah menerima transfusi darah selama
hidupnya. Suami pasien bekerja sebagai buruh, pergi kerja jam 7 pagi dan pulang
jam 5 sore.
Riwayat pernikahan
Pasien baru menikah sekali. Pernikahan saat pasien berusia 18 tahun,
pernikahan telah berlangsung selama 16 tahun. Sebelum menikah pasien dan
suami tidak menjalani konseling pra-nikah termasuk pemeriksaan kesehatan.
Hubungan intim dilakukan pertama kali setelah menikah dengan frekuensi 4-5x/
minggu tanpa menggunakan pengaman (kondom).
Pengetahuan
Pasien cukup mengetahui tentang HIV/AIDS, bagaimana gejalanya,
bagaimana cara penularannya dan cara pencegahan. Namun pasien tidak
mengetahui tentang komplikasi dari HIV/AIDS.
Penilaian Risiko
Individu

Saat ini pasien hamil 9-10 minggu

Kelompok

Bukan merupakan potensial risti

Lingkungan sekitar tempat tinggal termasuk lingkungan yang berisiko


tinggi

Rekomendasi

Memberikan informasi tentang IMS, HIV beserta cara penularan,


pencegahan, dan komplikasi, serta cara menjaga higiene alat reproduksi
dengan cara direct education oleh petugas kesehatan.

26

Memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya pada pelayanan


kesehatan terdekat (bidan atau puskesmas) dengan frekuensi sesuai dengan
masa kehamilannya

Memotivasi ibu hamil untuk melakukan skrining IMS dan VCT ulang

Memotivasi ibu hamil untuk menganjurkan pasangannya untuk melakukan


skrining IMS dan VCT

Praktik persalinan aman dengan menggunakan operasi caesar di tempat


pelayanan kesehatan yang memadai jika hasil VCT pada saat kehamilan
positif

C. LAPORAN KASUS 3
Identitas Pasien
Nama

: Ny. R

Usia

: 28 tahun

Alamat

: Jalan Argorejo, Wisma Buana 2

Pekerjaan

: WPS

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD

Status Perkawinan : Janda


Status obstetri

: G3P1A1

Identitas Suami
Nama

:-

Usia

:-

27

Alamat

:-

Pekerjaan

:-

Status pernikahan : Pendidikan

:-

Keluhan Utama : Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien hamil G3P1A1 dengan usia kehamilan saat ini 19 minggu. ANC
2x di Bidan
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi sebelum dan saat kehamilan disangkal
Riwayat infeksi selama kehamilan disangkal
Riwayat keputihan patologis disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat transfusi disangkal
Riwayat Obstetri

G3P1A1. Hamil saat ini, ANC 2x di bidan.

Anak pertama: laki-laki, usia 7 tahun, lahir normal, ditolong oleh bidan,
berat lahir 3000 gram, status gizi saat balita baik, keadaan sekarang
sehat

Riwayat Ginekologi

28

Usia pasien saat pertama kali haid adalah 11 tahun. Menstruasi teratur.
Pasien mengatakan sebelum hamil pasien sering mengalami keputihan,
terutama saat sebelum dan sesudah haid. Menurut pasien, keputihannya dahulu
warnanya jernih, tidak gatal, tidak berbau dan tidak mengganggu aktifitas
sehari-hari. Rasa nyeri saat berkemih maupun riwayat nyeri di daerah
pinggang disangkal.
Sebelumnya pasien mengkonsumsi KB suntik setiap 3 bulan.
Riwayat Kebiasaan dan Pekerjaan
Pasien merokok, terkadang minum-minuman beralkohol namun tidak
pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang yang di minum maupun disuntik.
Pasien memiliki pekerjaan sebagai Wanita Pekerja Seks (WPS) di
daerah resosialisasi Sunan Kuning. Pekerjaan ini telah dilakukan selama 1
tahun. Pasien dan mitra seksualnya tidak pernah menggunakan kondom saat
melakukan hubungan seksual.
Riwayat pernikahan
Pasien pernah menikah sekali. Pernikahan saat pasien berusia 20
tahun, pernikahan berlangsung selama 5 tahun. Sebelum menikah pasien dan
suami tidak menjalani konseling pra-nikah termasuk pemeriksaan kesehatan.
Saat ini pasien telah bercerai dengan suaminya.
Pengetahuan
Penderita mengetahui tentang HIV/AIDS dan penularannya namun
belum mengetahui tentang penyebab HIV/AIDS, gejala klinis pasien
HIV/AIDS, cara pencegahan, maupun komplikasi dari HIV/AIDS.
Penilaian Risiko
Individu

Pengetahuan yang kurang tentang HIV

29

Saat ini pasien hamil 4 bulan

Pekerjaan pasien sebagai WPS

Kelompok

Merupakan potensial risti

Lingkungan sekitar tempat tinggal termasuk lingkungan yang


kurang baik

Rekomendasi

Memberikan informasi tentang IMS, HIV/AIDS mengenai


penyebab, gejala klinis, cara penularan, pencegahan, dan komplikasi,
serta cara menjaga higiene alat reproduksi dengan cara direct
education oleh petugas kesehatan.

Memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya pada


pelayanan kesehatan terdekat (bidan atau puskesmas) dengan frekuensi
sesuai dengan masa kehamilannya

Memotivasi ibu hamil untuk melakukan skrining IMS dan VCT


ulang

Tidak melakukan hubungan seksual selama kehamilan, atau


menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual

Praktik persalinan aman dengan menggunakan operasi caesar di


tempat pelayanan kesehatan yang memadai jika hasil VCT pada saat
kehamilan positif

30

DAFTAR PUSTAKA

1.

Program Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke Bayi (PMTCT). Diunduh dari
http://www.ypi.or.id/informasi/berita/51-program-pencegahan-penularan-hiv-dariibu-ke-bayi-pmtct-pengalaman-yayasan-pelita-ilmu.

Diakses

tanggal

22

Desember 2012
2.

Griya

PMTCT PKBI Kota

Semarang.

Griya

PMTCT. Ditemukan

di

http://griyapmtct.blogspot.com. Diakses tanggal 22 Desember 2012


3.

PMTCT. Diunduh dari http://spiritia.or.id/cst/bacacst.php?artno=1075. Diakses


tanggal 23 Desember 2012

4.

WHO. Background. PMTCT Strategic Vision 2010-2015. Ditemukan di


http://www.who.int/hiv/pub/mtct/strategic_vision.pdf.

Diakses

tanggal

23

Desember 2012
5.

Kuntoro A. Handout Pencegahan Penularan HIV Pada Perempuan Bayi dan Anak.
Semarang 2011.

31

Anda mungkin juga menyukai