Laporan Urinalisis
Laporan Urinalisis
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN KIMIA KLINIK DASAR
URINALISIS
OLEH :
WAHYUDIANA TAHIR
N11108008
ASISTEN :
RABIYAH Al ADAWIYAH
MAKASSAR
2011
BAB I
PENDAHULUAN
dan
garanm
diazonium
dalam
suasana
asam
dari
glukosa
yang
teroksidasi.
Enzim
kedua,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk
tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi
berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti
diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap
status kesehatan umum.
Mekanisme pembentukan urin yaitu dimulai dari mengalirnya darah
kedalam glomeruli yang terletak dibagian luar ginjal (cortex). Dinding
glomeruli inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat
dilintasi air, garam-garam dan glukosa. Ultrafiltrat yang diperoleh dari filtrasi
dan berisi banyak air serta elektrolit akan ditampung diwadah yang
menelilingi setiap glomerulus seperti cocrong (kapsul Bowman) dan
kemudian disalurkan ke pipa kecil (tubuli). Tubuli ini terdiri dari bagian
proksimal (terjadi reabsorpsi garam Na, air, glukosa dan ureum) dan distal,
yang letaknya masing-masing dekat dan jauh dari glomerulus, kedua bagian
ini dihubungkan oleh sebuah lengkungan (Henles loop). Disini terjadi
penarikan kembali secara aktif air dan komponen yang sangat penting bagi
tunuh, seperti glukosa dan gara-garam antara lain ion Na +(reabsorpsi pasif
Na dan K) tanpa air dan reabsorpsi aktif Cl -. Zat-zat ini dikembalikan pada
darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli. Sisanya yang tak berguna
seperti ampas peromabakan metabolism protein (ureum) untuk sebagian
besar tidak diserap kembali.Sebelum ke saluran pengumpul ditubulus distal
ada dua bagian, bagian pertama temapat terjadinya reabsorpsi aktif Na tanpa
air dan dibagian kedua ion Na ditukarkan dengan ion K + atau NH4+ . Dan
akhirnya filtrate dari semula tubuli ditampung disuatu saluran pengumpul
(ductus colligens), dimana terutama berlangsung penyerapan air kembali.
Filtrat disalurkan kekandung kemih dan ditimbun disini sebagai urin. Urinalisis
yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi vagina,
perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria dapat
mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan
mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan
sekitarnya. Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa
millimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu
membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid
harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung specimen.
Kadang-kadang diperlukan kateterisasi untuk memperoleh spesimen yang
tidak tercemar.
I : 20 - 30 ml pertama,
Bagian
II : Urin berikutnya,
Bagian
Untuk urin 2 porsi caranya serupa hanya saja bagian ke tiga ditiadakan dan
gelas atau bagian pertama dditampung 50-75 ml urin
5. Urin 24 Jam
Sampel urin yang dikumpulkan selama 24 jam. Biasanya untuk
pemeriksaan
kimia
kuantitatif,
seperti
kalsium,
fosfat,
protein,
17-
hidroksiketosteroid
6. Midstream Clean Catch
Urin yang ditampung persis seperti urin 3 (tiga) bagian, namun yang
digunakan hanya bagian kedua, biasanya untuk pemeriksaan kultur dan
skrining rutin
7. Suprapubic aspirasi
Urin yang diperoleh dengan cara aspirasi urin dari kandung kemih
8. Kateterisasi
Urin yang dikumpulkan dengan cara memasukkan kateter ke dalam
kandung kemih melalui urethra.
Adapun
2. Thymol
Sebutir thymol sebagai pengawet mempunyai daya seperti toluene
juga. Jika jumlah thymol terlalu banyak ada kemungkinan terjadi hasil positif
palsu pada reaksi terhadap proteinuria dengan cara pemanasan dengan
asam asetat.
3. Formaldehida
Khusus
dipakai
untuk
mengawetkan
sedimen,
penting
untuk
untuk
mengawetkan
urobilinogen
jika
hendak
bakteri
berkembangbiak
dan
dapat
mempengaruhi
hasil
pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin turun, dan badan keton,
jika ada, akan menguap.
Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas.
Sekresi vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra
pada pria dapat mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein, sel,
epitel, dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan
jaringan sekitarnya. Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang
beberapa millimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine. Pasien
perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang
haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung
specimen.
Kadang-kadang
diperlukan
kateterisasi
untuk
memperoleh
Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air kecil.
Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen urine harus dihindari karena
dapat mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan selambatlambatnya 4 jam setelah pengambilan spesimen. Dampak dari penundaan
pemeriksan antara lain : unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai
mengalami kerusakan dalam 2 jam, urat dan fosfat yang semula larut dapat
mengendap sehingga mengaburkan pemeriksaan mikroskopik elemen lain,
bilirubin dan urobilinogen dapat mengalami oksidasi bila terpajan sinar
matahari,
bakteri
berkembangbiak
dan
dapat
mempengaruhi
hasil
pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin turun, dan badan keton,
jika ada, akan menguap.
II.2 Pemeriksaan Makroskopik
Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik : warna
dan kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai
sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin.
Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer hampir tidak
berwarna, urine pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan
biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine
asam) atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh
bahan selular berlebihan atau protein dalam urin.
Volume urine normal adalah 750-2.000 ml/24hr. Pengukuran volume ini
pada pengambilan acak (random) tidak relevan. Karena itu pengukuran
Dipstick adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli
kertas seluloid yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis
parameter yang akan diperiksa. Urine Dip merupakan analisis kimia cepat
untuk mendiagnosa berbagai penyakit.
Uji kimia yang tersedia pada reagen strip umumnya adalah : glukosa, protein,
bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit, dan leukosit
esterase.
Prosedur Tes
Ambil hanya sebanyak strip yang diperlukan dari wadah dan segera
tutup wadah. Celupkan strip reagen sepenuhnya ke dalam urin selama dua
detik. Hilangkan kelebihan urine dengan menyentuhkan strip di tepi wadah
spesimen atau dengan meletakkan strip di atas secarik kertas tisu.
Perubahan warna diinterpretasikan dengan membandingkannya dengan
skala warna rujukan, yang biasanya ditempel pada botol/wadah reagen strip.
Perhatikan waktu reaksi untuk setiap item. Hasil pembacaan mungkin tidak
akurat jika membaca terlalu cepat atau terlalu lambat, atau jika pencahayaan
kurang. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan
untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh karena
itu harus diperhatikan cara kerja dan batas waktu pembacaan seperti yang
tertera dalam leaflet. Setiap habis mengambil 1 batang reagen strip,
botol/wadah harus segera ditutup kembali dengan rapat, agar terlindung dari
kelembaban, sinar, dan uap kimia. Setiap strip harus diamati sebelum
digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada perubahan warna.
1. Glukosa
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul
dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam
urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi
tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus.
Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar
glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai
untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus.
Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa
oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.
2. Protein
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus
yang diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak
melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih
dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena
perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang
dengan daging dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan
muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat
menyebabkan jumlah protein tinggi.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi
albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang
disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi.
Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah
merupakan
petanda
tubulointerstitiel.
yang
sensitif
untuk
beberapa
tipe
penyakit
3. Bilirubin
Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk
(terkonjugasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi
oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar dalam darah
meningkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis
infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF
disertai ikterik.
4. Urobilinogen
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi
mencapai area duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin
menjadi urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen berkurang di faeses;
sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen
diproses ulang menjadi empedu; dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke
dalam urine oleh ginjal.
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar
menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal
yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi.
Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan
atau
metabolic
memicu
pengasaman
urine
dan
pengawet
formaldehid,
nitrit
konsentrasi
tinggi,
protein
konsentrasi tinggi, atau berat jenis sangat tinggi. Urine dari wanita
yang sedang menstruasi dapat memberikan hasil positif.
8. Keton
Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam -hidroksibutirat)
diproduksi
untuk menghasilkan
energi
saat karbohidrat
tidak dapat
pandang
kuat
(LPK)
atau
high
power
field
(HPF)
untuk
jumlah elemen yang ditemukan dalam setiap bidang dapat berbeda dari satu
bidang ke bidang lainnya, beberapa bidang dirata-rata. Berbagai jenis sel
yang biasanya digambarkan sebagai jumlah tiap jenis ditemukan per rata-rata
dilaporkan sebagai jumlah tiap jenis yang ditemukan per lapang pandang
lemah.
Dilaporkan
Normal
++
+++
++++
Eritrosit/LPK
0-3
4-8
8-30
lebih dari 30
penuh
Leukosit/LPK
0-4
5-20 20-50
lebih dari 50
penuh
Silinder/Kristal/LPL
0-1
1-5
10-30
lebih dari 30
5-10
Keterangan:
Khusus untuk kristal Ca-oxallate : + masih dinyatakan normal; ++ dan +++
sudah dinyatakan abnormal.
Eritrosit
Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun dari saluran
kemih. Secara teoritis, harusnya tidak dapat ditemukan adanya eritrosit,
namun dalam urine normal dapat ditemukan 0 3 sel/LPK. Hematuria adalah
adanya
peningkatan
jumlah
eritrosit
dalam
urin
karena:
kerusakan
glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih, trauma ginjal, batu saluran
kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut, infeksi saluran
kemih atas dan bawah, nefrotoksin, dll.
Hematuria dibedakan menjadi hematuria
makroskopik (gross hematuria) dan hematuria
mikroskopik. Darah yang dapat terlihat jelas
secara visual menunjukkan perdarahan berasal dari saluran kemih bagian
bawah, sedangkan hematuria mikroskopik lebih bermakna untuk kerusakan
glomerulus.
Dinyatakan hematuria mikroskopik jika dalam urin ditemukan lebih dari 5
eritrosit/LPK. Hematuria mikroskopik sering dijumpai pada nefropati diabetik,
hipertensi, dan ginjal polikistik. Hematuria mikroskopik dapat terjadi persisten,
berulang atau sementara dan berasal dari sepanjang ginjal-saluran kemih.
Hematuria persisten banyak dijumpai pada perdarahan glomerulus ginjal.
Eritrosit dapat terlihat berbentuk normal, membengkak, krenasi, mengecil,
shadow atau ghost cells dengan mikroskop cahaya. Spesimen segar dengan
berat jenis 1,010-1,020, eritrosit berbentuk cakram normal. Eritrosit tampak
bengkak dan hampir tidak berwarna pada urin yang encer, tampak mengkerut
(crenated) pada urine yang pekat, dan tampak mengecil sekali dalam urine
yang alkali. Selain itu, kadang-kadang eritrosit tampak seperti ragi.
Eritrosit dismorfik tampak pada ukuran yang heterogen, hipokromik,
terdistorsi dan sering tampak gumpalan-gumpalan kecil tidak beraturan
tersebar di membran sel. Eritrosit dismorfik memiliki bentuk aneh akibat
penyakit
glomerular
seperti
glomerulonefritis.
Leukosit
Lekosit
berbentuk
bulat,
berinti,
granuler,
urine
umumnya
(polymorphonuclear,
PMN).
adalah
Lekosit
neutrofil
dapat
Lekosit dalam urine juga dapat merupakan suatu kontaminan dari saluran
urogenital, misalnya dari vagina dan infeksi serviks, atau meatus uretra
eksterna pada laki-laki.
Sel Epitel
-
Sel
menunjukkan
adanya
disfungsi
disfungsi
glomerulus
dengan
kebocoran plasma ke dalam urin dan kematian sel epitel tubulus. Oval fat
bodies dapat dijumpai pada sindrom nefrotik, diabetes mellitus lanjut,
Sel epitel ini dari pelvis ginjal, ureter, kandung kemih (vesica urinaria), atau
uretra, lebih besar dari sel epitel tubulus ginjal, dan agak lebih kecil dari sel
epitel skuamosa. Sel epitel ini berbentuk bulat atau oval, gelendong dan
sering mempunyai tonjolan. Besar kecilnya ukuran sel epitel transisional
tergantung dari bagian saluran kemih yang mana dia berasal. Sel epitel
skuamosa adalah sel epitel terbesar yang terlihat pada spesimen urin normal.
Sel epitel ini tipis, datar, dan inti bulat kecil. Mereka mungkin hadir sebagai
sel tunggal atau sebagai kelompok dengan ukuran bervariasi.
-
Sel skuamosa
Epitel skuamosa umumnya dalam jumlah yang lebih rendah dan berasal dari
permukaan kulit atau dari luar uretra. Signifikansi utama mereka adalah
sebagai indikator kontaminasi.
Silinder
Silinder
adalah
(cast)
massa
protein
berbentuk
tubulus ginjal dan dibilas masuk ke dalam urine. Silinder terbentuk hanya
dalam tubulus distal yang rumit atau saluran pengumpul (nefron distal).
Tubulus proksimal dan lengkung Henle bukan lokasi untuk pembentukan
silinder.
Silinder dibagi-bagi berdasarkan gambaran morfologik dan komposisinya.
Faktor-faktor yang mendukung pembentukan silinder adalah laju aliran yang
rendah, konsentrasi garam tinggi, volume urine yang rendah, dan pH rendah
(asam) yang menyebabkan denaturasi dan precipitasi protein, terutama
mukoprotein Tamm-Horsfall. Mukoprotein Tamm-Horsfall adalah matriks
protein yang lengket yang terdiri dari glikoprotein yang dihasilkan oleh sel
epitel ginjal. Semua benda berupa partikel atau sel yang terdapat dalam
tubulus yang abnormal mudah melekat pada matriks protein yang lengket.
Konstituen selular yang umumnya melekat pada silinder adalah eritrosit,
leukosit, dan sel epitel tubulus, baik dalam keadaan utuh atau dalam
berbagai tahapan disintegrasi. Apabila silinder mengandung sel atau bahan
lain
yang
cukup
banyak,
silinder
tersebut
dilaporkan
berdasarkan
partikel granuler atau debris, biasanya silinder hanya disebut sebagai silinder
granular.
1. Silinder hialin
Silinder hialin atau silinder protein terutama terdiri dari mucoprotein
(protein Tamm-Horsfall) yang dikeluarkan oleh sel-sel tubulus. Silinder ini
homogen (tanpa struktur), tekstur halus, jernih, sisi-sisinya parallel, dan
ujung-ujungnya membulat. Sekresi protein Tamm-Horsfall membentuk
sebuah silinder hialin di saluran pengumpul.
Silinder hialin tidak selalu menunjukkan penyakit klinis. Silinder hialin
dapat dilihat bahkan pada pasien yang sehat. Sedimen urin normal mungkin
berisi 0 1 silinder hialin per LPL. Jumlah yang lebih besar dapat dikaitkan
dengan proteinuria ginjal (misalnya, penyakit glomerular) atau ekstra-ginjal
(misalnya, overflow proteinuria seperti dalam myeloma).
Silinder protein dengan panjang, ekor tipis terbentuk di persimpangan
lengkung Henle's dan tubulus distal yang rumit disebut silindroid (cylindroids).
2. Silinder Eritrosit
Silinder eritrosit bersifat granuler dan mengandung hemoglobin dari
kerusakan eritrosit. Adanya silinder eritrosit
disertai hematuria mikroskopik memperkuat
diagnosis.
3. Silinder Leukosit
degenerasi.
Disintegrasi
sel
membran sel,
untuk melihat apakah jumlah bakteri yang hadir signifikan. Umumnya, lebih
dari 100.000 / ml dari satu organisme mencerminkan bakteriuria signifikan.
Beberapa
organisme
mencerminkan
kontaminasi.
Namun
demikian,
cepat
Organisme
dengan
melihat
ini
mudah
adanya
diidentifikasi
flagella
dan
pembentukan
kristal
(dan
kecepatan
metabolisme
dan
konsentrasi
urin.
Meskipun
peningkatan 16% pada pasien dengan gout, dan dalam keganasan limfoma
atau
leukemia,
kehadiran
mereka
biasanya
tidak
patologis
atau
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu baskom,
botol semprot, cawan petri, dipstick dan brosurnya, deg glass dan objeck
glass, mikroskop,pipet tetes, sentrifuge, rak tabung, reagen strip, tabung
reaksi, tabung sentrifuge, dan wadah urin.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu
aquadest, kertas pH universal, sampel urin 24 jam, urin sewaktu,urin
patologis,
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 HASIL PENGAMATAN
A. Pemeriksaan Makroskopik
Pengamatan
Bau
Urin 24 jam
Aromatik
Urin Sewaktu
Aromatik
Urin Patologis
Kuning
Warna
Kejernihan
Kuning Tua
Kuning muda
jernih
kecoklatan
Keruh
Urin Patologis
Urin 24 jam
Jernih
Urin Sewaktu
Glukosa
Protein
Keton
Bilirubin
Urobilin
Uribilinogen
Urin Sewaktu
+1
Normal
Normal
6
1,025
Urin Patologis
Normal
Normal
30(0,30 mg/dl)
7
Ca 50 ery/l
+
Error
1,010
Urin 24 jam
+1
Normal
Normal
5
1,030
D. Pemeriksaan Mikroskopik
URIN SEWAKTU
URIN 24 JAM
URIN PATOLOGIS
IV.2 PEMBAHASAN
Pemeriksaan urin dalam mengindikasikan beberapa penyakit sangat
penting. pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang
ginjal dan saluran urin tetapi juga mengenai faal berbagai organ dalam
beberapa tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas dan korteks adrenal.
makroskopik,
mikroskopik,
pemeriksaan
kimia
(manual)
dan
ditentukan oleh besarnya diuresis, semakin besar diuresis maka makin muda
warna urin. Zat warna urin normal berasal dari urochrom dan urobilin
sedangkan warna urin abnormal disebabkan karena adanya zat warna
normal dalam jumlah besar. Hasil metabolisme abnormal, jenis obat dan
makanan yang dikonsumsi serta adanya beberapa perubahan setelah
dibiarkan beberapa lama. Sedangkan pada urin sewaktu terlihat warna
sampel kuning muda yang dapat dinyatakan sebagai warna urin normal.
Parameter selanjutnya yaitu kejernihan urin, pemeriksaan dilakukan denga
cara
sampel
dimasukkan
kedalam
tabung
reaksi
kemudian
tabung
ditempatkan didepan sinar dan sampel dilihat pada lapisan yang berwarna
hitam. Jika dapat lapisan warna hitam dapat terlihat maka sampel urin
dinyatakan jernih. Dari sampel urin 24 jam dan urin sewaktu didapatkan
warna urin jernih sedangkan pada urin patologis terlihat keruh. Adapun
penyebab kekeruhan pada urin yaitu,jika dibiarkan atau didinginkan
(kekeruhan ini disebut nubecula dan terjadi dari lender, sel epitel dan leukosit
yang lambat laun mengendap). Adapun volume dari urin 24 jam sangat
sedikit yang dapat dikatakan sebagai oliguria artinya jumlah urin yang
dikelurakan kurang dari nilai normal dimana diketahui volume urin 24 jam di
daerah tropik antara 800 1300 mL untuk orang dewasa. Selain 3 parameter
yang telah dijelaskan diatas dapat juga digunakan pemeriksaan pH dengan
nilai normal 4,6-8,5
Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan dengan cara ini dilakukan dengan menggunakan reagen
spesifik. Untuk pemeriksaan kimia dilakukan pemeriksaan protein, glukosa,
zat keton, bilirubin dan urobilin.
Untuk pengujian glukosa dengan menggunakan reagen benedict yang
megandung
garam
cupri
untuk
menyatakan
reduksi.
Pertama-tama
dimasukkan dalam tabung reaksi sampel urin 2 ml kemudian ditambahkan 58 tetes reagen benedict kemudian tabung reaksi tersebut dimasukkan
kedalam air mendidih selam 5 menit, kemudian dikocok. Dimana hasil
negative jika tetap berwarna biru jernih atau sedikit kehijauan atau agak
keruh. Adapun hasil positif(+) jika hijau kekuningan dan keruh, positif(++) jika
kuning keruh, positif(+++) jika jingga atau warna lumpur dan positif(++++) jika
berwarna merah keruh. Dari pengamatan, untuk sampel urin sewaktu
didapatkan hasil warna hijau kekuningan artinya positif (+) yang mengandung
0,5-1% glukosa dan sampel urin 24 jam terlihat seperti warna lumpur artinya
(+++) yang mengandung 2-3,5% glukosa.
Dalam pemeriksaan protein yang merupakan tes dengan asam
sulfosalicyl yang tidak bersifat spesifik namun sangat peka, adanya protein
dalam konsentrasi 0,002% dapat dinyatakannya. Dilakukan dengan cara
disiapkan 2 tabung reaksi yang masing-masing diisi 2 ml sampel urin dan
salah satu tabung ditambahkan 8 tetes larutan asam sulfosalycil 20% dan
dikocok. Kemudian dibandingkan isi tabung pertama dan kedua. Jika tetap
sama jernihnya tes terhadap protein negatif. Dari sampel urin 24 jam dan
sewaktu didapatkan hasil negatif karena kejernihan tabung pertama dan
tabung kedua tetap sama. Karena hasil tes negative tidak perlu diperkirakan
adanya proteinuria.
`
aceton mudah menguap sehingga urin yang diperiksa harus segar. Dilakukan
dengan cara 2 ml sampel urin ditambahkan 1 gram reagen rothera dan
dikocok hingga larut. Kemudian dalam posisi tabung miring ditambahkan 1-2
ml NH4OH p melalui dinding tabung dan diletakkan tabung kemudian dilihat
lapisan pada batas kedua larutan. Hasil dinyatakan positif jika terlihat lapisan
ungu kemerah-merahan, warna merah anggur ini tidak hanya ditimbulkan
oleh asam aceto acetat : fenol, salicylat, antipyrin dan natriumbikarbonat juga
memberikan warna yang serupa. Dari pengamatan urin sewaktu dan urin 24
jam tidak terlihat lapisan ungu kemerah-merahan yang berarti hasilnya
negatif terhadap keton.
Pemeriksaan selanjutnya terhadap bilirubin, dilakukan dengan tabung
reaksi yang telah diisi 2 ml dikocok hingga terbentu busa. Jika terlihat busa
kuning artnya positif mengandung bilirubin. Dari pengamatan ini didapatkan
sampel urin 24 jam dan sewaktu hanya terlihat busa yang berwarna putih
artinya kedua sampel urin ini negative terhadap bilirubin.
Pemeriksaan urobilin dilakukan dengan cara dimasukkan sampel urin
2 ml dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 2-4 tetes larutan lugol dan
didiamkan selama 5 menit. setelah itu ditambahkan 5 ml larutan Schlesinger,
dicampur kemudian disaring. Diamati adanya fluorosensi dalam filtrat diuji
dengan cahaya berpantul dengan latar belakang hitam. Hasil positif jika
terdapat fluorosensi hijau. Akan tetapi pada sampel urin 24 jam dan urin
sewaktu filtrat yang disaring tidak berfluorosensi artinya kedua sampel ii
negative terhadap urobilin. Hal ini terjadi karena dalam urin segar praktis
tidak ada urobilin, zat ini kemudian timbul jika ada oksidasi oleh urobilinogen.
Karena itu ditambahkan larutan lugol yang mengandung iodium dan kalium
iodide untuk menjalankan oksidasi tersebut.
Pemeriksaan dengan reagen strip atau dipstick
Pemeriksaan dengan cara ini dikenal dengan nama carik celup yaitu
berupa secarik plastic kaku yang pada sebelahnya dilekati dengan 1-9 kertas
isap yang masin-masing mengandung reagen-reagen spesifik. Skala warna
yang menyertai carik celup memungkinkan penilaian semikuantitatif. Metode
ini dilakukan dengan cara mencelupkan kertas standar indikator kedalam urin
dan diamati warnanya lalu dibandingkan dengan indikator pada alat urin
dipstick. Dengan metode ini, dapat dilakukan pemeriksaan terhadap glukosa,
bilirubin, keton, berat jenis, pH, protein, urobilinogen, nitrit dan leukosit
esterase. Adapun pada percobaan saat dilakukan pemeriksaan untuk sampel
urin sewaktu didapatkan berat jenis 1,025, untuk sampel urin 24 jam berat
jenisnya
sebesar
1,030,untuk
sampel
urin
patologis
berat
janisnya
a. pH, metode carik celup dengan metode carik uji yang mengandung methyl
red, phenolphthalein dan bromthymol blue sehingga memungkinkan
perubahan warna jingga, hijau sampai biru pada daerah pH 5-9. Dimana
nilai pH normal antara 4,5-8,0
b. Leukosit esterase, dideteksi dengan metode carik celup dimana
pengukuran
adanya
leukosit
esterase
dalam
urin
yang
dapat
menghidrolisa suatu ester (indoxyl ester) menjadi alcohol dan asam. Cincin
aromatic dalam alcohol (indoxyl) akan berpasangan dengan garam
diazonium membentuk suatu warna diazo (ungu).
c. Nitrit, nitrit berasal dari bakteri penyebab infeksi (Escheria coli) mereduksi
nitrat menjadi nitrit, pengukuran dengan carik celup berdasarkan reaksi
Griess, nitric bereaksi dengan sulfonilamida aromatic membentuk garam
diazonium menghasilkan zat warna azo. konsentrasi nitrit urin diukur dari
intensitas warna merah. dimana nilai normal negative.
d. Protein, mengindikasikan kelainan prarenal, renal dan postrenal. Metode
carik celup dengan prinsip indikator tertentu tetrabromphenolblue yang
berwarna kuning pada pH 3 dan berubah warna hijau-biru sesuai dengan
banyaknya protein dalam urin.
e. Glukosa, berdasarkan prinsip carik celup yang dilekati kertas berisi 2
macam enzim, yakni glukosa oxidase dan peroksidase bersama semacam
zat seperti o-tolidine yang berubah warna jika ia dioksidasi. Jika ada
glukosa, maka oleh pengaruh glukosa oxidase glukosa menghasilkan
bereaksi
cepat dengan
BAB V
PENUTUP
V.I KESIMPULAN
Dari percobaan ini maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Urin 24 jam, berdasrakan :
V.2 SARAN
Sebaiknya setelah praktikum langsung dilakukan diskusi
DAFTAR PUSTAKA