Gel/Kel : 1/1 (4 FA 1)
FAKULTAS FARMASI
2019/2020
I. Organisasi kerja
Manager
Emilda Nurfitrian
II. Tujuan
Melakukan pemeriksaan fungsi ginjal dengan tes kreatinin dalam serum
Menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh
I. Prinsip percobaan
Pada suasana alkalis, kreatinin breaksi dengan asam pikrat menghasilkan senyawa
berwarna yaitu kreatinin alkalin pikrat, yang dapat diukur secara fotometri.
Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang
digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi dalam plasma dan ekskresinya di
urin dalam 24 jam relatif konstan. Kadar kreatinin darah yang lebih besar dari normal
mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal. Nilai kreatinin normal pada metode jaffe
reaction adalah laki-laki 0,8 sampai 1,2 mg / dl; wanita 0,6 sampai 1,1 mg / dl.
Pemeriksaan kreatinin darah dengan kreatinin urin bisa digunakan untuk menilai
kemampuan laju filtrasi glomerolus, yaitu dengan melakukan tes kreatinin klirens. Selain itu
tinggi rendahnya kadar kreatinin darah juga memberi gambaran tentang berat ringannya
gangguan fungsi ginjal. Hemodialisis dilakukan pada gangguan fungsi ginjal yang berat yaitu
jika kadar kreatinin lebih dari 7 mg / dl serum. Namun dianjurkan bahwa sebaiknya
hemodialisis dilakukan sedini mungkin untuk memghambat progresifitas penyakit.
Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang
dilepaskan dari otot dengan kecepatan hampir konstan dan diekskresi dalam urin dengan
kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi dan
sekresi, konentrasinya relative sama dalam plasma hari ke hari, kadar yang lebih besar dari
nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal. (Corwin J.E, 2001).
Metabolisme Kreatinin
Kreatinin terdapat dalam otot, otak, dan darah dalam bentuk terfosforilasi sebagai
fosfokreatin dan dalam keadaan bebas. Kreatinin dalam jumlah sedikit sekali juga terdapat
dalam urin normal. Kreatinin adalah anhidrida dari kreatin, dibentuk sebagian besar dalam
otot dengan pembuangan air dari kreatin fosfat secara tidak reversibel dan nonenzimatik.
Kreatinin bebas terdapat dalam darah dan urin, pembentukan kreatinin adalah langkah
permulaan yang diperlukan untuk ekskresi sebagian besar kreatin.
Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Kreatinin
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah, diantaranya adalah :
a. Perubahan massa otot.
b. Diet kaya daging meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jam setelah makan.
d. Obat obatan seperti sefalosporin, aldacton, aspirin dan co-trimexazole dapat mengganggu
sekresi kreatinin sehingga meninggikan kadar kreatinin darah.
f. Usia dan jenis kelamin pada orang tua kadar kreatinin lebih tinggi daripada orang muda,
serta pada laki-laki kadar kreatinin lebih tinggi daripada wanita
Metode Pemeriksaan kreatinin
1. Macam pemeriksaan kreatinin darah adalah :
a. JaffeReaction
Dasar dari metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk
senyawa kuning jingga. Alat yang digunakan photometer.
b. Kinetik
Dasar metodenya relatif sama hanya dalam pengukuran dibutuhkan sekali pembacaan. Alat
yang digunakan autoanalyzer.
c. Enzimatik
Dasar metode ini adanya substrat dalam sampel bereaksi dengan enzim membentuk senyawa
enzim substrat menggunakan alat photometer.
Dari ke tiga metode di atas, yang banyak dipakai adalah “Jaffe Reaction” , dimana
metode ini dapat menggunakan serum atau plasma yang telah dideproteinasi dan tanpa
deproteinasi. Kedua cara tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan, salah satunya
adalah untuk deproteinasi cukup banyak memakan waktu yaitu sekitar 30 menit, sedangkan
tanpa deproteinasi hanya memerlukan waktu yang relative singkat yaitu antara 2 - 3 menit.
1) Preparasi sampel
Encerkan urine 1 + 49 dengan air, kalikan hasilnya dengan 50. (kontrol urin diacon urin
harus diprioritaskan dengan cara yang sama seperti sampel pasien)
Stabilitas : Pada Serum/Plasma 7 hari pada 4 - 25oC Setidaknya pada -20oC ,pada
3) Rentang referensi
5) Preparasi reagen
Simpan sampel pada suhu 15-25 C alam botol tertutup. Hindari kontaminasi dan sinar
mataharai langsung. Jangan dibekukan. Setelah botol dibuka, reagen stabil hingga waktu
kadaluarsa.
6) Quality control
Kreatini Urin
- Siap di uji.
Sampel
Standar
Perhitungan GFR
72 x Konsentrasi kreatinin
72 x konsentrasi kreatinin
72 x 1
72 x 0,04
Sampel 3 (eva, perempuan)
72 x 0,64
Interpretasi Hasil
24 jam urin
Kreatinin Klirens
30 SD +2
Konsentrasi (mg/dL)
20 SD +1
10
rata
0
SD -1
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
-10
SD -2
-20
SD -3
-30
Jumlah Kontrol
VI. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran kadar kreatinin dalam sampel yang
berupa serum plasma darah. Pertama, disiapkan kit untuk test kreatinin, yaitu reagen I,
reagen II, dan standar kreatinin. Selain itu, disiapkan juga sampel yang akan
diperiksa. Test kreatinin ini dilakukan untuk mengetahui kadar kreatinin dalam darah,
dimana merupakan salah satu parameter pada penyakit gagal ginjal. Kreatinin adalah
sisa metabolisme otot yang hanya dikeluarkan dari ginjal, pada ginjal rusak kreatinin
akan ditahan bersama nitrogen nonprotein di darah, sehingga terjadi penurunan kadar
kreatinin di urin dan peningkatan kadar kreatinin di darah.
Kedua, dilakukan pembuatan larutan uji (blanko, standar, dan sampel) yang
akan diperiksa absorbansinya menggunakan spektrofotometri Uv/ Vis. Instrument ini
digunakan karena larutan uji merupakan larutan berwarna yang memiliki gugus
kromofor sehingga dapat menyerap cahaya visible yang dilewatkan larutan saat
dianalisis dengan instrument. Untuk pembuatan larutan uji, disiapkan 3 buah kuvet.
Pada kuvet 1 (blanko) dimasukkan 50 µl aquadest, kuvet 2 (standar) dimasukkan
50 µl kreatinin standar, kuvet 3 (sampel) dimasukkan 50 µl sampel. Selanjutnya, pada
setiap kuvet ditambahkan 1000 µl reagen I, dan dibiarkan 5 menit agar terjadi reaksi
antara kreatinin dengan reagen I. Setelah itu, pada setiap kuvet ditambahkan 1000 µl
reagen II, dibiarkan selama 1 menit, agar reaksi antara kreatinin, reagen I, dan reagen
II sempurna.
Ketiga, larutan blanko diukur absorbansinya dengan instrument
spektrofotometer Uv/ Visible yang diatur panjang gelombangnya pada 492 nm.
Pengaturan panjang gelombang 492 nm karena kreatinin akan memberikan serapan
paling besar pada panjang gelombang maksimal tersebut. Hasil absorbansi awal
dicatat, lalu larutan blanko dibiarkan selama 2 menit untuk diuji kembali
absorbansinya. Alasan pengukuran dilakukan 2 kali untuk mengetahui selisih
absorbansi pada konsentrasi awal (pengukuran pertama) dengan absorbansi pada
konsentrasi akhir (pengukuran kedua), sebab kreatinin akan bereaksi, berbanding
lurus dengan waktu, dengan persamaan reaksi
Sehingga ada selisih konsentrasi pada pengukuran pertama dan kedua yang
nanti digunakan untuk pengukuran kadar kreatinin. Hasil absorbansi larutan blanko
dijadikan dasar untuk pengukuran larutan standar dan sampel yang berarti apabila
blanko memberikan serapan, serapan dua larutan yang lain dikurangi dengan serapan
blanko. Setelah itu, dilakukan pula pengujian absorbansi larutan standar dan larutan
sampel dengan prosedur yang sama seperti pengujian larutan blanko.
dimana konsentrasi standard adalah 2 mg/dl dan 177 μmol/l. Berdasarkan nilai
konsentrasi kreatinin hasil pengukuran pada percobaan kali ini, disimpulkan bahwa
nilai tersebut berada di atas nilai normal kreatinin, dimana nilai normal kreatinin
adalah 0,6-1,1 mg/100 ml atau 53-97 μmol/l untuk pria, sedangkan untuk wanita
adalah 0,5-0,9 mg/100 ml atau 44-80 μmol/l. Nilai hasil pengukuran sampel pada
percobaan kali ini yang berada di atas nilai normal kreatinin, menunjukkan bahwa ada
kemungkinan terjadi gangguan pada ginjal. Ada kemungkinan terjadi gangguan pada
fungsi filtrasi glomerulus. Atau mungkin praktikan salah dalam melakkukan
pengukuran absorbansi.
VII. KESIMPULAN