Anda di halaman 1dari 11

Konsumerisme di Kalangan Penggemar Anime

Yunita Setyani
121211231122
Sastra Inggris
Ilmu Budaya

ABSTRAK

Konsumerisme adalah perilaku masyarakat industrial yang maju, berbagai kebutuhan


yang besar atau kecil diperjual belikan. Fandom atau yang biasa disebut dengan
Fanatic Kingdom adalah kerajaan untuk para penggemar yang termasuk juga di
dalamnya fanatisisme, dan penggemar itu sendiri berarti sekumpulan orang yang
mendukung seseorang atau sesuatu yang popular. Konsumerisme dan penggemar
memiliki hubungan yang erat karena sebagian besar penggemar melakukan praktek
konsumsi. Makalah ini akan menganalisa mengapa penggemar selalu melakukan
praktek konsumsi untuk idola mereka dan apa alasan mereka menghabiskan uang
untuk membeli barang action figure, penulis akan focus pada penggemar Anime di
Surabaya. Metode yang digunakan penulis adalah wawancara secara mendalam
dengan penggemar Anime dengan usia kira-kira 21 sampai 22 tahun dan
menggunakan data kualitatif untuk mendapatkan hasil akhir, dan penulis
menggunakan consumption as secondary production oleh Certeau (1984). Hasil akhir
adalah penggemar Anime yang melakukan konsumsi mengungkapkan bahwa mereka
mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan walaupun mereka harus menghabiskan uang
mereka. Mereka juga memberikan makna lain kepada action figure tokoh yang
mereka sukai.
Kata kunci: Konsumerisme, Penggemar, Anime, Fandom, Fanatik

ABSTRACT

Consumerism is an industrial society that is advanced, a large amount of goods is


bought and sold. Fandom or known as Fanatic Kingdom is a kingdom for fans that
include any form of fanaticism, and fans itself means group of people who support
famous person or certain things. Consumerism and fans have built kind of close
relation because most of fans do consumerism for their idol. This paper would like to
analyze why fans always do consumerism for their idol and what is the reason they
spend their money to buy action figure, in this case author focused on Anime fans in
Surabaya. The aim of this paper is to know about consumerism amongst Anime fans
in Surabaya. The method which used by the author is an in-depth interview with
Anime fans approximately from 21 years old until 22 years old and using qualitative
data to get the final result also the author used consumption as secondary production
by Certeau (1984). The result is Anime fans who done the consumerism stated that
they could get pleasure and happiness even though they have to spend their money.
They also give another meaning to those action figures.
Keywords: Consumer ism, Fans, Anime, Fandom, Fanatic

PENDAHULUAN
Konsumerisme adalah pola pikir atu perilaku dimana orang membeli sesuatu
bukan karena mereka membutuhkannya melainkan karena mereka bisa mendapatkan
kepuasan tersendiri setelah memberi barang tersebut. Konsumsi adalah salah satu
bagian dari gaya hidup orang-orang belakangan ini. konsumerisme menjadi salah satu
ideologi yang membuat manusia mengkonsumsi barang yang membuat komunitas
mereka mengakui keberadaannya. Pada era 1980an, dengan adanya peningkatan
jumlah pekerja wanita di Jepang, muncul tren drama tentang fesyen yang dengan jelas
mempengaruhi konsumsi wanita muda (Kanayama and Kanayama, 2005:150). Anime
adalah istilah dari animasi Jepang yang mencakup topik yang lebih serius dari tipikal
kartun. iklan Anime pertama Jepang pada tahun 1917 and sejak saat itu produksi
Anime di Jepang meningkat secara stabil. karakteristik Anime muncul pada era 1960an dengan karya Osamu Tezuka dan tersebar hingga akhir abad 21, meningkatkan
penonton domestik dan internasional. Anime memiliki banyak genre dengan kategori
dasar seperti komedi, romance, action, dan drama yang juga di kategorikan untuk laki
- laki atau shounen, perempuan atau shoujo, dan pebisnis. Sejak tahun 1990-an,
Japan-mania telah

menyapu kota kota di Asia Timur dan Asia Tenggara dan

menyatukan pariwisata untuk menstabilkan ekonomi Jepang (Huang, 2011:6).


Ada banyak Anime populer Jepang yang banyak di gemari oleh semua
kalangan di seluruh dunia seperti, Naruto, One Piece, inuyasha, Bleach, Kuroko no
Basuke, dan Conan. Popularitas Anime tersebut juga berhasil menarik perhatian para
remaja untuk berpakaian seperti mereka, tidak hanya di wilayah Jepang tetapi sudah
merambah ke seluruh dunia khususnya bagi penggemar mereka. Fandom atau fanatic
kingdom adalah kerajaan penggemar yang didirikan untuk mendukung idola
mereka. Konsumsi dan fandom berhubungan erat karena penggemar yang tergabung
di dalam fandom sebagian besar melakukan praktek konsumsi yang berujung kepada
konsumerisme. Makalah ini akan menganalisa tentang konsumsi fandom di antara
penggemar Anime di Surabaya mengingat Anime banyak di gemari oleh remaja di

Surabaya. Makalah ini akan menganalisa tentang praktek konsumsi di antara


penggemar ani. Kepopuleran Anime tersebut mempunyai dampak yang signifikan di
kalangan remaja indonesia, khususnya Surabaya. Penulis akan menganalisis
fenomena konsumsi dengan menggunakan teori Certeau tentang consumption as
secondary production yang berujung pada konsumerisme sebagai teori utama dan di
dukung dengan teori Jenkins tentang penggemar dan fandom.
Melanjutkan disukusi di atas, peneliti tertarik untuk membahas konsumsi di
antara penggemar Anime khususnya Naruto dan One Piece, mengingat kedua Anime
tersebut memiliki popularitas yang tinggi serta penggemar yang banyak. Metode yang
di gunakan dalam melakukan penelitian ini adalah wawancara secara mendalam
dengan responden. Wawancara mendalam atau in-depth interview, digunakan oleh
penulis untuk mengumpulkan data dari responden. in-depth interview adalah
pengertian tentang makna yang dalam beberapa konteks dan melihat dunia dari sudut
pandang responden dan in-depth interview bertujuan untuk mecari makna
tersembunyi atau resepsi dari responden (Marvasti, 2004:21). Penelitian kualtitatif
menekankan deskripsi verbal dan penjelasan tentang perilaku manusia. Penelitian
kualitatif juga menekankan deskripsi detail dari praktik sosial untuk memahami
bagaimana responden menjelaskan dunia mereka (Jackson, 2003:13). Peneliti juga
menggunakan pendekatan interpretif yang menurut Jackson, hal ini menjelaskan
bagaimana seseorang memaknai kehidupannya, bagaimana mereka menjelaskan
situasi mereka dan bagaimana mereka berinteraksi dengan yang lain (Jackson,
2003:9). Data di dapatkan dari hasil interview dengan penggemar Anime Naruto dan
One Piece. Penulis menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer melibatkan jawaban lisan atau tertulis dari responden dan data
sekunder di dapatkan dari buku, jurnal, serta website yang terpercaya. Objek dari
penelitian ini adalah dua orang penggemar Anime dari masing-masing Anime favorit,
Naruto dan One Piece.

PEMBAHASAN

Seperti yang telah di jelaskan di atas bahwa Naruto dan One Piece memiliki
banyak penggemar di seluruh dunia dan indonesia, khususnya Surabaya tidak luput
dari fenomena kepopuleran amine tersebut. Penulis hanya akan fokus pada
penggemar Naruto dan One Piece saja mengingat tingkat kepopuleran mereka dengan
penggemar yang cukup banyak. Para penggemar Anime tersebut rela mengeluarkan
biaya yang cukup besar untuk membeli action figure dari karakter-karakter Anime
diatas. Aktivitas ini telah menjadi suatu kebiasaan untuk mereka dan sebagian besar
dari mereka membeli barang tersebut secara terus-menerus, dimana fenomena seperti
ini berhubungan dengan konsumerisme karena mereka membeli barang tersebut
secara berkelanjutan. Penulis telah mewawancarai sekitar dua responden yang masing
masing mengumpulkan action figure Naruto dan One Piece, mulai dari usia 21
tahun sampai 22 tahun dan berprofesi sebagai mahasiswa.

Consumerism as secondary production


Kepuasan setelah membeli action figure
Penulis telah mewawancarai responden A sebagai responden pertama,
responden A adalah seorang mahasiswa berusia 21 tahun dari salah satu perguruan
tinggi negeri di Malang namun berdomisili di Surabaya. Responden A menyatakan
bahwa dia selalu membeli action figure Naruto jika ad aversi terbaru atau untuk
melengkapi koleksi yang belum dia dapatkan sebelumnya. Responden A menyatakan
bahwa dia mendapatkan kepuasan tersendiri apabila sudah mendapatkan action figure
yang dia inginkan.

Aku selalu beli action figurenya Naruto soalnya aku ngikutin banget
dari SMP sampai kuliah. Tiap habis beli action figure yang baru buat
ngelengkapin koleksiku rasanya ada kepuasan dan kesenangan
tersendiri karena aku bisa punya action figure yang baru.
Konsumsi yang dilakukan oleh penggemar mempunyai tujuan dimana mereka
mencari kebahagiaan dan kepuasan tersendiri di dalamnya, dan kepuasan tertinggi
yang dicapai oleh penggemar adalah dengan mengkonsumsi apa yang di tawarkan
oleh fandom kepada mereka. Penggemar selalu melibatkan respon berlebihan dan
respon ini adalah salah satu karakteristik dari penggemar (Jenkins, 1992:12). Jawaban
responden A menunjukkan bahwa membeli action figure Naruto bisa membawa
kebahagiaan sekaligus memberikan kepuasan tersendiri untuknya meskipun dia harus
membeli barang tersebut secara terus menerus setiap kali ada action figure yang baru
hanya untuk melengkapi koleksinya.

Aku membeli untuk Idola-ku


Responden kedua adalah mahasiswa dari salah satu perguruan negeri di
Surabaya berusia 22 tahun. Responden B menyatakan bahwa dia selalu membeli
action figure One Piece dan responden B menyatakan bahwa dia memiliki alasan
tersendiri mengapa dia membeli barang tersebut. Alasan utama mengapa dia membeli
action figure One Piece selain untuk melengkapi koleksinya adalah dia akan merasa
sedih jika tidak bisa membeli action figure yang dia inginkan.
Aku punya alasan sendiri kenapa aku harus beli action figurenya
One Piece. Alasan utama kenapa aku beli sebenarnya simple banget,
itu karena aku suka sama karakter-karakter yang ada di Anime itu
jadi kalo aku ga bisa beli rasanya gimana gitu. Lagian, temen

temen yang lain juga beli jadi sebagai fansnya sebisa mungkin aku
beli
Jawaban responden B menunjukkan kesetiaannya terhadap Anime One Piece
dengan cara sedapat mungkin membeli action figurenya. Hal ini juga dibarengi
dengan kalangan sekitarnya yang juga merupakan penggemar Anime, oleh sebab itu
jika dia tidak bisa mendapatkan barang tersebut dia akan merasa kecewa dan sedih.

Dana Spesial untuk Idola-ku


Pada sub bab ini penulis akan menjelaskan dana yang di keluarkan oleh kedua
responden tersebut untuk membeli action figure karakter favorit mereka. Responden
A dan responden B juga menyiapkan dana tersendiri untuk membeli barang tersebut.
Responden A menyatakan bahwa dia sempat merahasiakan kebiasaan membeli action
figure dari kedua orang tuanya karena menghabiskan uang hanya untuk membeli
mainan tetapi lambat laun orang tuanya memaklumi. Dana yang disiapkan oleh kedua
responden tersebut sekitar seratus ribu rupiah hingga lima ratus ribu mungkin lebih
untuk membeli action figure favorit mereka.
Aku nabung sendiri dari uang jajan yang di kasih orang tua buat
beli dan aku ga pernah minta orang buat beliin action figure buat
aku. Dana yang aku siapkan mulai dari seratus ribu sampai lima
ratus ribu buat beli action figure yang kecil sampai yang agak besar.
Jawaban responden A dan responden B menunjukkan bahwa mereka begitu
menyukai Anime tersebut dan mereka rela menyisihkan dana tersendiri untuk
membeli barang tersebut. Kesetiaan penggemar, dedikasi, dan komitmen membuat
penggemar dan bukan penggemar terlihat sangat berbeda. Kedua responden di atas
telah menunjukkan kesetiaan mereka terhadap Anime favorit mereka meskipun hal ini
merujuk pada konsumsi berlebihan.

Konsumerisme Fandom
Konsumsi yang dilakukan oleh penggemar memiliki tujuan untuk menemukan
kebahagiaan dan kepuasan, penggemar dapat mencapai kebahagiaan dan kepuasan
tersendiri dengan mengkonsumsi segala sesuatu yang di tawarkan fandom mereka
dan di kasus ini adalah penggemar Anime khususnya Naruto dan One Piece.
intensitas konsumsi di dalam fandom menandakan kesetian dan dedikasi mereka
terhadap fandomnya. Penggemar selalu melibatkan respon berlebihand an ini adalah
salah satu karakteristik dari penggemar. Semakin banyak kuantitas dan kualitas dalam
mengonsumsi objek fandom, semakin besar dedikasi dan kesetiaan mereka kepada
fandomnya dan hubungan mereka dengan fandomnya akan bertambah kuat dari
sebelumnya (Jenkins, 1992:21). Teori ini berhubungan dengan jawaban responden
yang telah di jelaskan di atas bahwa kedua responden membeli action figure dari
karakter Anime favorit mereka untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan, tidak
lupa juga untuk menunjukkan kesetiaan mereka kepada fandom mereka. Gaya
konsumsi yang dilakukan oleh penggemar adalah gaya konsumsi setia dan mereka
melakukannya secara berkelanjutan.
Melalui fandom penggemar melakukan konsumsi yang merujuk kepada
konsumerisme sebagai produksi sekunder atau consumersim as secondary production
karena seperti yang telah di jelaskan diatas bahwa pe nggemar Anime setidaknya
harus memiliki barang yang berhubungan dengan Anime favorit mereka. Mereka
mengonsumsi barang tersebut secara individu maupun berkelompok, tetapi lebih
cenderung individu. Menurut jawaban kedua responden pada bagain sebelumnya,
gaya konsumsi mereka merujuk pada konsumerisme seperti teori Certeau. Penggemar
Anime memberikan makna tersendiri dan hal ini juga dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar mereka. Konsumer bukan penerima yang pasif dari fenomena kultur dan
diskusi tetapi menerima dengan stabil, mencerna, dan mengeluarkan kembali kepada

pada produksi sekunder tersembunyi di dalam proses pemanfaatan itu sendiri. Jadi,
teori Certeau menggambarkan bagaimana fandom bisa mempengaruhi penggemar
unutk melakukan praktik konsumsi secara berkelanjutan dan menjadi konsumerisme
sebagai secondary production dengan memproduksi makna baru yang di berikan oleh
lingkungan sekitar.

KESIMPULAN

Setelah menganalisa konsumerisme di antara penggemar anime dengan menggunkana


teori Certeau, penulis dapat menyimpulkan bahwa penggemar yang melakukan
praktik konsumerisme untuk menunjukkan kesetiaannya kepada fandomnya juga
untuk mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan dalam fandom. Persepsi masyarakat
juga mempengaruhi mereka untuk melakukan praktik konsumsi karena sebagai
penggemar anime, setidaknya mereka harus memiliki barang yang berhubungan
dengan anime favorit mereka. Mereka juga memberikan arti tersendiri sebagai barang
yang memberikan kebahagiaan dan kepuasan tersendiri. Penggemar anime tidak
membuat barang mereka sendiri tetapi mereka membuat makna tersebdiri terhadap
barang barang tersebut and lingkungan sekitar. Konsumerisme di antara penggemar
anime menunjukkan kesetiaan, dedikasi dan komitmen mereka terhadap idola
mereka.

DAFTAR PUSTAKA
De Certeau, Michel. 1984. The Practice of Everyday Life. Berkeley: University of
California Press.
Huang, Shuling. 2011. Nation-branding and transnational consumption: Japan-mania
and the Korean wave in Taiwan. London: SAGE Publications Ltd.
Jackson, Wiston. 1969. Approaches to Methods. Canada: Scarborough.
Jenkins, Henry. 1992. Textual Poaches: Television Fans and Participatory Cultute.
London: Routledge.
Marvasti, Amir B. 2004. Qualitative Research in Sociology: An Introduction.
London: SAGE Publications Ltd.

Anda mungkin juga menyukai