Jepang Otaku
Jepang Otaku
Yunita Setyani
121211231122
Sastra Inggris
Ilmu Budaya
ABSTRAK
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Konsumerisme adalah pola pikir atu perilaku dimana orang membeli sesuatu
bukan karena mereka membutuhkannya melainkan karena mereka bisa mendapatkan
kepuasan tersendiri setelah memberi barang tersebut. Konsumsi adalah salah satu
bagian dari gaya hidup orang-orang belakangan ini. konsumerisme menjadi salah satu
ideologi yang membuat manusia mengkonsumsi barang yang membuat komunitas
mereka mengakui keberadaannya. Pada era 1980an, dengan adanya peningkatan
jumlah pekerja wanita di Jepang, muncul tren drama tentang fesyen yang dengan jelas
mempengaruhi konsumsi wanita muda (Kanayama and Kanayama, 2005:150). Anime
adalah istilah dari animasi Jepang yang mencakup topik yang lebih serius dari tipikal
kartun. iklan Anime pertama Jepang pada tahun 1917 and sejak saat itu produksi
Anime di Jepang meningkat secara stabil. karakteristik Anime muncul pada era 1960an dengan karya Osamu Tezuka dan tersebar hingga akhir abad 21, meningkatkan
penonton domestik dan internasional. Anime memiliki banyak genre dengan kategori
dasar seperti komedi, romance, action, dan drama yang juga di kategorikan untuk laki
- laki atau shounen, perempuan atau shoujo, dan pebisnis. Sejak tahun 1990-an,
Japan-mania telah
PEMBAHASAN
Seperti yang telah di jelaskan di atas bahwa Naruto dan One Piece memiliki
banyak penggemar di seluruh dunia dan indonesia, khususnya Surabaya tidak luput
dari fenomena kepopuleran amine tersebut. Penulis hanya akan fokus pada
penggemar Naruto dan One Piece saja mengingat tingkat kepopuleran mereka dengan
penggemar yang cukup banyak. Para penggemar Anime tersebut rela mengeluarkan
biaya yang cukup besar untuk membeli action figure dari karakter-karakter Anime
diatas. Aktivitas ini telah menjadi suatu kebiasaan untuk mereka dan sebagian besar
dari mereka membeli barang tersebut secara terus-menerus, dimana fenomena seperti
ini berhubungan dengan konsumerisme karena mereka membeli barang tersebut
secara berkelanjutan. Penulis telah mewawancarai sekitar dua responden yang masing
masing mengumpulkan action figure Naruto dan One Piece, mulai dari usia 21
tahun sampai 22 tahun dan berprofesi sebagai mahasiswa.
Aku selalu beli action figurenya Naruto soalnya aku ngikutin banget
dari SMP sampai kuliah. Tiap habis beli action figure yang baru buat
ngelengkapin koleksiku rasanya ada kepuasan dan kesenangan
tersendiri karena aku bisa punya action figure yang baru.
Konsumsi yang dilakukan oleh penggemar mempunyai tujuan dimana mereka
mencari kebahagiaan dan kepuasan tersendiri di dalamnya, dan kepuasan tertinggi
yang dicapai oleh penggemar adalah dengan mengkonsumsi apa yang di tawarkan
oleh fandom kepada mereka. Penggemar selalu melibatkan respon berlebihan dan
respon ini adalah salah satu karakteristik dari penggemar (Jenkins, 1992:12). Jawaban
responden A menunjukkan bahwa membeli action figure Naruto bisa membawa
kebahagiaan sekaligus memberikan kepuasan tersendiri untuknya meskipun dia harus
membeli barang tersebut secara terus menerus setiap kali ada action figure yang baru
hanya untuk melengkapi koleksinya.
temen yang lain juga beli jadi sebagai fansnya sebisa mungkin aku
beli
Jawaban responden B menunjukkan kesetiaannya terhadap Anime One Piece
dengan cara sedapat mungkin membeli action figurenya. Hal ini juga dibarengi
dengan kalangan sekitarnya yang juga merupakan penggemar Anime, oleh sebab itu
jika dia tidak bisa mendapatkan barang tersebut dia akan merasa kecewa dan sedih.
Konsumerisme Fandom
Konsumsi yang dilakukan oleh penggemar memiliki tujuan untuk menemukan
kebahagiaan dan kepuasan, penggemar dapat mencapai kebahagiaan dan kepuasan
tersendiri dengan mengkonsumsi segala sesuatu yang di tawarkan fandom mereka
dan di kasus ini adalah penggemar Anime khususnya Naruto dan One Piece.
intensitas konsumsi di dalam fandom menandakan kesetian dan dedikasi mereka
terhadap fandomnya. Penggemar selalu melibatkan respon berlebihand an ini adalah
salah satu karakteristik dari penggemar. Semakin banyak kuantitas dan kualitas dalam
mengonsumsi objek fandom, semakin besar dedikasi dan kesetiaan mereka kepada
fandomnya dan hubungan mereka dengan fandomnya akan bertambah kuat dari
sebelumnya (Jenkins, 1992:21). Teori ini berhubungan dengan jawaban responden
yang telah di jelaskan di atas bahwa kedua responden membeli action figure dari
karakter Anime favorit mereka untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan, tidak
lupa juga untuk menunjukkan kesetiaan mereka kepada fandom mereka. Gaya
konsumsi yang dilakukan oleh penggemar adalah gaya konsumsi setia dan mereka
melakukannya secara berkelanjutan.
Melalui fandom penggemar melakukan konsumsi yang merujuk kepada
konsumerisme sebagai produksi sekunder atau consumersim as secondary production
karena seperti yang telah di jelaskan diatas bahwa pe nggemar Anime setidaknya
harus memiliki barang yang berhubungan dengan Anime favorit mereka. Mereka
mengonsumsi barang tersebut secara individu maupun berkelompok, tetapi lebih
cenderung individu. Menurut jawaban kedua responden pada bagain sebelumnya,
gaya konsumsi mereka merujuk pada konsumerisme seperti teori Certeau. Penggemar
Anime memberikan makna tersendiri dan hal ini juga dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar mereka. Konsumer bukan penerima yang pasif dari fenomena kultur dan
diskusi tetapi menerima dengan stabil, mencerna, dan mengeluarkan kembali kepada
pada produksi sekunder tersembunyi di dalam proses pemanfaatan itu sendiri. Jadi,
teori Certeau menggambarkan bagaimana fandom bisa mempengaruhi penggemar
unutk melakukan praktik konsumsi secara berkelanjutan dan menjadi konsumerisme
sebagai secondary production dengan memproduksi makna baru yang di berikan oleh
lingkungan sekitar.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
De Certeau, Michel. 1984. The Practice of Everyday Life. Berkeley: University of
California Press.
Huang, Shuling. 2011. Nation-branding and transnational consumption: Japan-mania
and the Korean wave in Taiwan. London: SAGE Publications Ltd.
Jackson, Wiston. 1969. Approaches to Methods. Canada: Scarborough.
Jenkins, Henry. 1992. Textual Poaches: Television Fans and Participatory Cultute.
London: Routledge.
Marvasti, Amir B. 2004. Qualitative Research in Sociology: An Introduction.
London: SAGE Publications Ltd.