BTS DI TWITTER)
Abstrak
Abstract
Berbicara mengenai Korean Wave seperti tak pernah ada habisnya. Korean Wave selalu
menjadi fenomena yang menarik untuk dibahas mengingat perkembangannya yang
signifikan. Berniat merajai pasar Asia, Korean Wave secara mengejutkan bisa memperluas
pasar hingga ke seluruh benua. Seperti yang disampaikan Dickie dalam Korean Culture and
Information Center (2011:7) “Hallyu—the Korean wave—is rolling over Asia with pop music,
TV dramas and movies that dazzle audiences from Tokyo and Beijing to Seattle.” Sebelumnya,
istilah Korean Wave ("Hallyu" dalam bahasa Korea) diciptakan oleh pers China kurang lebih
satu dekade yang lalu untuk merujuk pada popularitas budaya pop Korea di China. Gelombang
ini dimulai dengan ekspor drama televisi Korea (miniseri) ke China pada akhir 1990-an (Korean
Culture and Information Center, 2011:11).
Sejak saat itu, Korea Selatan muncul sebagai pemain baru dalam produksi budaya pop
transnasional yang mengekspor berbagai produk budaya ke negara-negara Asia yang
berdekatan. Selain drama korea, produk-produk korean wave yang berhasil di-ekspor ke
negara-negara lain adalah tayangan televisi, film, musik, makanan, dan fashion.
Maka tak heran bersamaan dengan berkembangnya drama korea di dunia, Korean Pop
Music atau yang sering disebut sebagai K-Pop pun turut masuk menjadi suatu bentuk budaya
pop baru. Disadari atau tidak, kehadiran musik K-Pop yang unik secara perlahan mampu
bersaing dengan penguasa pasar musik pop yaitu Amerika. K-Pop lebih identik dengan
penampilan boygroup dan girlgroup-nya. Penampilan yang menawan lagu yang easy listening,
dance yang energik dan visual yang mengagumkan adalah sederet alasan para penggemar K-
pop menyukai aliran musik ersebut. K-Pop terdiri atas tiga generasi, generasi pertama yakni
boy/girlgroup yang digawangi oleh H.O.T, Sechkies, dan S.E.S, lalu generasi kedua, yaitu
boy/girlgroup yang lahir di era tahun 2000-an. Sebut saja Super Junior, Bigbang, 2PM, dan Girl
Generation. Yang terakhir adalah generasi ketiga, yaitu boy/girlgroup yang lahir di tahun 2010
ke-atas, yakni EXO, BTS dan Blackpink.
Di Indonesia, musik K-Pop mulai dikenal pada tahun 2000-an. Keunggulan musik K-Pop
membuat masyarakat yang sebagian besar adalah remaja menyukai genre musik ini. Tak
hanya digemari, para boygroup dan girlgroup Korea ini juga memiliki fandom yang besar dan
kuat di Indonesia. Fandom sendiri merujuk pada suatu keadaan di mana seseorang
menggemari sesuatu atau segala sesuatu yang meliputi budaya dan perilaku penggemar
(Lewis, 2002). Sebut saja Super Junior dengan ELF-nya, Bigbang dengan V.I.P, iKON dengan
iKONIC-nya, hingga girlgroup kenamaan saat ini, yaitu Blackpink dengan fandom mereka yang
bernama BLINK. Namun, dari sekian idol K-Pop, boygroup BTS menjadi salah satu boygroup
dengan fandom terbesar di dunia.
BTS merupakan boygroup Korea Selatan yang debut sejak tahun 2013. Boygroup ini
berhasil menerbitkan beberapa album, dan salah satu album terlarisnya yang berhasil menaiki
tangga lagu Billboard adalah Love Yourself. Kesuksesan BTS tentu bukan lain adalah berkat
keberadaan fandom nya, yakni ARMY. Fandom ARMY memiliki jumlah penggemar
internasional lebih dari 1 juta di situs fancafe Daum, dan merupakan idol Korea pertama
dengan jumlah anggota fancafe terbanyak. Fandom ini juga mampu menghantarkan BTS
sebagai boygroup Korea yang mampu meraih kesuksesan dan penghargaan internasional
seperti Favourite Social Artist American Music Award 2018 dan Top Social Media Artist 2018
Billboard Music Award. Maka tak heran jika fandom ini juga meraih penghargaan sebagai Best
Fan dalam ajang Kids Choice Award 2018 dan Fan terbanyak di MTV Europe Music Award. Tak
hanya berhenti disitu, ARMY semakin dipandang ketika mereka berhasil dalam
mengkampanyekan “Love Myself” bersama UNICEF.
Bagi kebanyakan orang, fans K-Pop dianggap selalu bersikap berlebihan, gila, histeris,
obsesif, adiktif, dan konsumtif- ketika mereka sangat gemar menghambur-hamburkan uang
untuk membeli merchandise idola maupun mengejar idolanya hingga ke belahan dunia mana
pun (Meivita, 2013). Hal ini tentu sangat kontras dengan apa yang telah diberitakan oleh
beberapa media terhadap prestasi yang telah didapatkan oleh fandom ARMY.
Penelitian mengenai fandom dan budayanya semakin menarik untuk diteliti, melihat
adanya pergeseran aktifitas-aktifitas fandom di masa kini. Aktifitas fandom kini tidak hanya
terbatas pada budaya dan perilaku penggemar seperti yang diungkapkan Storey (2006: 159)
dimana perilaku penggemar ditunjukkan fandom dengan menciptakan gaya-gaya dan pilihan-
pilihan pakaian, penggunaan musik, TV, majalah yang selektif dan aktif, hiasan kamar-kamar
mereka. Namun saat ini, aktifitas fandom bertransformasi pada penggunaan media internet
atau yang disebut dengan cyberfandom dengan memproduksi sesuatu berupa pesan
(Yulistiana: 2014). Dalam sebuah penelitiannya, Gooch (2008) menjelaskan bahwa
Cyberfandom merupakan kelompok penggemar yang terbentuk di dunia virtual misalnya
melalui media sosial berbasis teknologi internet, yang memudahkan penggemar untuk
mengakses maupun menyebarkan informasi terkait idola mereka.
ARMY sebagai fandom K-Pop terbesar di Indonesia menggunakan media sosial untuk
dapat berkomunikasi dan melangsungkan aktifitas penggemar. Salah satu media sosial yang
dijadikan sebagai media utama oleh para penggemar adalah Twitter. Akun Twitter salah satu
fanbase ARMY Indonesia yaitu BTS ARMY INDONESIA saat ini (1 Desember 2018) telah
mencapai 151.000 followers. Dengan jumlah postingan tweet mencapai 36,4 ribu lebih,
menjadi indikasi bahwa ada interaksi dan aktifitas yang sangat sering dilakukan diantara para
anggota ARMY. Seperti pada akun fanbase BTS ARMY INDONESIA, terlihat bagaimana admin
memberikan informasi seputar idola mereka, seperti jadwal konser, ajang penghargaan,
perilisan lagu terbaru dan kegiatan terbaru. Tak hanya sebagai fanbase yang menjadi rujukan
update informasi terbaru dan melangsungkan komunikasi satu arah saja. Interaksi penggemar
pun terjalin melalui aktifitas comment, like serta retweet terhadap tweet yang diposting oleh
akun fanbase tersebut maupun anggota ARMY lainnya. Melihat fenomena munculnya
fandom K-Pop dengan beragam aktivitas virtual yang seiring dengan perkembangan
teknologi, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang fandom ARMY dan
melihat bagaimana budaya baru penggemar yang mereka implementasikan di media sosial
Twitter. Sehingga jelas, fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang bagaimana
budaya penggemar di era digital dengan melihat aktifitas-aktifitas penggemar yang dilakukan
oleh para anggota fandom melalui media sosial. Tujuan dari penelitian ini untuk
mendeskripsikan budaya penggemar di era digital yang dilakukan oleh fandom ARMY yang
tercermin melalui aktivitas, respon, dan produksi pesan secara online di media sosial Twitter.
TEORI
1. New Media
New Media merupakan gabungan antara media-media yang ada di masyarakat yang bisa
diakses dari satu media, yaitu komputer atau benda elektronik lainnya yang secara online
masuk ke jaringan internasional (McQuail, 2011). New Media memiliki beragam jenis seperti
website, blog, dan yang seringkali digunakan oleh masyarakat pada umumnya, yaitu media
sosial.
2. Fan Studies
Jenkins (2013) dalam bukunya yang berjudul Textual Poacher: Television Fans and
Participatory Culture, mendefinisikan istilah fan adalah singkatan dari ‘fanatik’ kata yang
berarti seorang pelayan kuil, seorang pemuja,' yang lebih mengarah pada konotasi yang lebih
negatif, termasuk 'kegilaan', dan 'obsesif'. Namun, saat ini penggemar tidak hanya dikaitkan
dengan “obsesi” namun menjadi audiens yang aktif dan kreatif. Seperti yang disampaikan
oleh Jenkins (2013) bahwa penggemar tidak hanya menjadi konsumen namun juga aktif
menjadi produsen. Ketika fans atau penggemar berinteraksi satu sama lain dan membentuk
suatu komunitas, itulah yang sering dinamakan fandom. Dalam bukunya, Textual Poachers,
Jenkins (2013) menjelaskan bahwa fandom dijadikan basis aktifitas para penggemar, dan
menunjukkan kekuatan sipilnya. Fandom juga dijadikan jalan untuk mengimplementasikan
budaya penggemar dan membantu proses produksi. Budaya penggemar adalah kegiatan yang
dilakukan oleh individu-individu dalam suatu fandom. Lucy Benneth (2014) menyampaikan
dalam penelitiannya bahwa perkembangan teknologi, terutama internet memberikan
dampak yang positif terhadap perkembangan fandom. Lucy memberikan penjelasan
bahwasanya ada empat bidang dalam fandom yang mendapat dampak terbesar berkat
adanya internet dan media sosial, empat bidang tersebut adalah : (1) komunikasi (2)
kreativitas, (3) pengetahuan dan (4) organisasi dan kekuatan sipil.
3. Korean Wave
Dari sekian idol Korea saat ini, boygroup BTS masih menjadi perbincangan di banyak
kalangan. Prestasi yang terus didapatkan oleh boyband ini, semakin menunjukkan bahwa idol
K-Pop benar-benar bersaing di kancah industri musik internasional. BTS (Bangtan Boys)
adalah boyband dari Korea Selatan di bawah naungan agensi BigHit Entertainment yang
beranggotan tujuh orang laki-laki. BTS merupakan singkatan dari Bangtan Sonyeondan, yang
bermakna Bulletproof Boy Scouts. Mereka memulai debut pada 13 Juni 2013 dengan lagu
“No More Dream” dari album pertamanya yaitu 2 Cool 4 Skool. BTS terkenal sebagai
boygroup yang memproduseri musiknya sendiri.
METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah dari penelitian ini yaitu ingin mengetahui bagaimana budaya
penggemar di era digital yang ditunjukkan oleh fandom ARMY melalui media Twitter,
didapatkan hasil mengenai masalah tersebut dengan menggunakan metode etnografi virtual
Christine Hine (2015). Melalui aktivitas, respon dan unggahan yang dilakukan oleh fandom
ARMY di akun Twitter BTS ARMY INDONESIA, peneliti menemukan berbagai macam bentuk
budaya penggemar yang dilakukan oleh fandom dari salah satu produk Korean Wave, yakni
K-Pop. Budaya penggemar tersebut ditemukan pada empat konteks fandom di internet yang
disampaikan Lucy Benneth (2014:2) , yakni bidang komunikasi, kreativitas, pengetahuan dan
kekuatan sipil atau organisasi. Melalui penelitian ini, peneliti mendapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Komunikasi
Di bidang komunikasi, karena komunikasi yang dilakukan oleh fandom ARMY adalah
melalui media sosial maka identitas yang digunakan oleh akun fanbase dan para anggota
ARMY adalah identitas virtual. Seperti pada media Twitter, identitas virtual yang digunakan
seperti name, profile picture, id name, banner picture dan bio. Biasanya untuk menunjukkan
identitas sebagai fandom, penggemar akan menggunakan atribut yang berkenaan dengan
idolanya. Dimana kebanyakan dari mereka menggunakan profile picture bukan dari foto
mereka sendiri, melainkan foto member BTS, dan menggunakan nama modifikasi member
BTS sebagai nama akunnya. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Pertiwi (2017: 9), dimana
identitas dalam kelompok cyberspace atau identitas yang ada di media sosial bisa saja
berbeda dengan identitas asli di dunia nyata. Hal tersebut dapat dilihat dari avatar akun
seseorang, serta konten-konten yang ada di dalam sebuah akun di media sosial juga bahasa
yang digunakan. Dalam melangsungkan komunikasi, penggemar memiliki bahasa yang dibuat
dan hanya dipahami oleh anggota fandom, hal ini biasa disebut dengan fan speak. Fan speak
dalam komunikasi di dunia virtual dapat berupa tulisan maupun simbol-simbol lain. Seperti
penggunaan “love purple ”yaitu simbol hati berwarna ungu, sebagai lambang kekuatan
persahabatan dan kekeluargaan ARMY dengan idola, lalu penggunaan nama panggilan bagi
member idola seperti “Yoongi, Mas Agus, Lil Meow-Meow, dll”. Selain fan speak, fan jokes
atau candaan yang hanya dimengerti oleh anggota fandom adalah salah satu bentuk
komunikasi anggota fandom yang menarik. Salah satu contoh fanjokes yakni plesetan dari
lirik-lirik lagu BTS.
Akun BTS ARMY INDONESIA sebagai akun fanbase ARMY di Indonesia tidak hanya
melangsungkan komunikasi secara linier, namun juga interaksional karena admin fanbase ikut
berbalas komentar dengan penggemar yang lain.
2. Kreativitas
Di bidang kreativitas, adalah salah satu bidang yang mampu merubah mindset masyarakat
mengenai penggemar. Jika penggemar dahulunya disebut sebagai orang yang histeris dan
gila, dengan adanya kreativitas inilah penggemar patut disebut sebagai audiens yang aktif dan
kreatif. Karena penggemar tidak hanya melangsungkan kegiatan konsumsi melalui media,
melainkan juga melakukan kegiatan produksi yaitu dengan menciptakan karya sebagai hasil
penerimaannya mengenai teks-teks media. Karya hasil buatan penggemar ini disebut dengan
fan production. Seperti yang diungkapkan oleh Jenkins (2008: 201), partisipan akan
melakukan aksi-aksi tiruan dan produksi budaya setelah mereka mengkonsumsi teks
budaya. Hasil produksi budaya nya pun beragam, karena penggemar mengintrepretasikan
teks budaya pun berbeda-beda. Seperti pada akun fanbase ini, peneliti menemukan banyak
sekali bentuk fan production, diantaranya meme, fan edit, fan cover, dan fan fiction. Meme
adalah sebutan untuk gambar yang berisi foto idola dan ditambahkan teks untuk
menggambarkan ekspresi. Fan edit adalah foto maupun video yang diedit sedemikian rupa
hingga menjadi tampilan yang lebih menarik. Fan fiction adalah cerita yang menggunakan
idola sebagai tokoh utama. Semua karya tersebut kebanyakan dibuat oleh penggemar, dan
berhasil di unggah ulang oleh penggemar lain yang tertarik dengan karya tersebut, sehingga
karya buatan penggemar ini bisa dijangkau dan diapresiasi oleh audiens yang lebih luas.
3. Pengetahuan
Di bidang pengetahuan, akun fanbase menjadi akun yang bertanggung jawab atas
ketersediaan informasi terbaru mengenai idola. Sehingga terlihat sangat jelas bahwa fandom
melalui akun fanbase di media sosial memenuhi kebutuhan informasi penggemar. Sesuai
dengan apa yang disampaikan Fauziyah (2014:4) fandom biasanya memiliki forum-forum
khusus yang memungkinkan mereka untuk melakukan sharing secara beramai-ramai melalui
fanbase di media sosial.
Dari data mengenai informasi dan pengetahuan yang telah peneliti temukan, akhirnya
peneliti mengumpulkan data tersebut menjadi enam bagian, yakni 1) perilisan lagu atau video
klip, 2) perilisan iklan, 3) perilisan merchandise, 4) pencapaian dan penghargaan BTS, 5)
jadwal kegiatan, dan 6) pemberitaan tentang BTS. Informasi mengenai perilisan lagu atau
video klip menjadi informasi utama para ARMY. Mereka sangat antusias dalam menunggu
rilisnya lagu dari BTS. Karena BTS merilis lagu lebih dari satu music media platform, membuat
ARMY harus menggunakan music platform lain dalam menikmati karya idolanya. Sehingga
informasi ini juga mempengaruhi budaya konsumsi para ARMY. Seperti yang dirasakan oleh
informan penelitian, dimana ia juga mendownload media platform Youtube untuk menikmati
MV terbaru BTS, Soundcloud untuk menikmati cover lagu dari member BTS, lagu collab
member BTS di media Spotify, dan aplikasi lain untuk mengkonsumsi karya dari BTS. Hal ini
sesuai dengan apa yang dibahas oleh Pertiwi (2017:15) dimana kegiatan yang dilakukan
penggemar secara aktif mencari informasi mengenai BTS di media sosial, menggunakan
aplikasi musik yang memiliki keterkaitan dengan vote untuk ajang penghargaan yang
diadakan di Korea seperti Melon, Spotify, iTunes, Youtube dan lainnya.
4. Kekuatan Sipil
Dan di bidang kekuatan sipil, penggemar yang tergabung dalam fandom berusaha sekuat
mungkin untuk menyelesaikan misi mereka dalam suatu fan project. Hal ini sesuai dengan
pendapat Benneth (2014) bahwa Fandom menunjukkan usaha aktif mereka untuk mampu
mencapai suatu tujuan. Fan project adalah suatu project fandom dalam rangka mendukung
idolanya, baik dengan melakukan voting untuk memenangkan idola di ajang penghargaan,
melakukan streaming untuk meningkatkan konsumsi terhadap media, melakukan berbagai
aktivitas digital untuk merayakan ulang tahun idola atau yang disebut dengan birthday project
hingga melakukan penggalangan dana atau yang sering disebut dengan fan donation
terhadap masyarakat yang membutuhkan, atas nama fandom. Sehingga dengan berbagai
bentuk budaya penggemar baru tersebut, dapat ditarik garis besar bahwa budaya penggemar
di era digital menggunakan teknologi internet dalam melangsungkan kegiatan atau aktivitas
fandom-nya. Fandom akan menggunakan akun fanbase di media sosial dalam rangka
memberikan informasi, melangsungkan komunikasi, dan menjadi basis koordinasi fan project.
Dari pemaparan tersebut, budaya penggemar di era digital mengalami pergeseran, dari
yang sebelumnya dipenuhi dengan aktivitas di dunia nyata seperti penggunaan fashion ala
idola, pembelian karya fisik idola, dan lainnya menjadi aktivitas yang terintegrasi melalui
internet, yakni media sosial. Budaya penggemar juga menunjukkan bahwa penggemar tidak
hanya berperan sebagai konsumsi teks media saja, melainkan juga produsen teks atau media
melalui berbagai aktivitas partisipasinya di media sosial, yakni Twitter.
SARAN
Hasil penelitian ini hanya berfokus pada bentuk budaya penggemar yang terbatas pada
empat konsep bidang fandom di internet, tepatnya di media sosial Twitter. Diharapkan untuk
penelitian selanjutnya, hasil analisis ini dapat digunakan sebagai referensi mengenai
bagaimana penggemar melakukan berbagai aktivitas atau budaya penggemar di era digital.
Sehingga dapat memperkaya kajian-kajian mengenai budaya penggemar dan hubungannya
dengan bidang komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hine, C. M. 2000. Virtual Ethnography. Thousand Oaks. CA: Sage Publications Ltd. Diakses dari
BookFinder database
Jenkins, Henry. 2013. Textual Poachers: Television and Participatory Culture Studies in Culture
and Communication. New York : Routledge.
. 2008. Convergence Culture: Where Old and New Media Collide. New York: New
York University Press
Korean Culture and Information Center. 2011. The Korean Wave: A New Pop Culture
Phenomenon. Republic Of Korea: Ministry of Culture, Sports and Tourism
Korean Culture and Information Service. (2011). A new pop culture phenomenon the korean
wave. Republic Of Korea: Ministry of Culture, Sports and Tourism
Lewis, Lisa A. 2002. The Adoring Fans : Fan Culture and Popular Media, London: Routledge
McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa. (6th ed.). Jakarta: Salemba Humanika
Benneth, Lucy. 2014. Tracing Textual Poachers: reflections on the development of fan studies
and digital fandom.
Rahmawati, Aulia & Nurrachmi, Syafrida. Cultural Studies: Analisis Kuasa Atas Kebudayaan.
2012. Jurnal Ilmu Komunikasi vol. 2 issue 2. Diakses dari :
https://core.ac.uk/download/pdf/12218312.pdf
Gooch, B. (2008). The communication of fan culture: the impact of new media on science
fiction and fantasy Fandom. (Undergraduate Thesis, Georgia Institute of Thecnology).
Diakses dari https://smartech.gatech.edu/
Sari, Permata Ratna. 2012. Fandom dan Konsumsi Media: Studi Etnografi Kelompok
Penggemar Super Junior, ELF Jogja. Jurnal Komunikasi Vol.6 No.2
Yulistiana, Farida, dkk. 2014. Budaya Fangirling Boyband Korea di Dunia Virtual (Studi
Etnografi Virtual pada Cyberfandom Boyband EXO di Media Sosial Twitter. Jurnal
Komunikasi
Nursanti, Meivita Ika. 2013. Analisis Deskriptif Penggemar K-pop sebagai Audiens Media
dalam Mengonsumsi dan Memaknai Teks Budaya. Undergraduate Thesis. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Aditya. (19November2018). Menyelami Militansi Kpopers. https://tirto.id/menyelami-
militansi-k-popers-dacd. (diakses pada 1 Desember 2018 pukul 21.07 wib)
Ika. (13 Juli 2018). UNICEF Ucapkan Terima Kasih pada BTS dan ARMY Terkait Kampanye ‘Love
Myself. https://sidomi.com/5949333/unicef-ucapkan-terima-kasih-pada-bts-dan-army-
terkait-kampanye-love-myself/ (diakses pada 30 Oktober 2018 pukul 19.15 wib)
Nindias. (19 November 2018). Sejarah Kpop: Kesuksesan HOT Melahirkan Wabah Korean Pop.
https://tirto.id/sejarah-kpop-kesuksesan-hot-melahirkan-wabah-korean-pop-dagn)
(diakses pada 1 Desember 2018 pukul 21.03 wib)