Bab Ii
Bab Ii
22
hasil penelitian, yang
telah kami pahami
sepenuhnya, bahwa
siswa yang menyukai
budaya Jepang tidak
sepenuhnya terpikat
padanya. Rata-rata,
mereka senang
menggunakan budaya
populer Jepang sebagai
sumber kesenangan dan
inspirasi saat bosan.
Seringkali, informan
kami belajar banyak
informasi menarik dari
menonton anime,
termasuk informasi
tentang budaya Jepang,
masakan, dan cara hidup.
Mereka mendapat
manfaat dari menonton
anime dengan cara yang
baik dengan belajar lebih
banyak tentang pelajaran,
mengembangkan
kemampuan bahasa
mereka, dan memperluas
cakupan kemungkinan
perspektif mereka.
23
2. Prasta Pratama, Cara hidup - Persamaan
Adhitiya. FESYEN konsumerisme dibangun
Adanya
ANIME JEPANG di atas kebutuhan untuk
pembahasan
SEBAGAI KAJIAN memiliki produk apapun
mengenai gaya
BUDAYA POPULER yang disediakan oleh
hidup wibu
media. Remaja dengan
demikian aktif - Perbedaan
24
3. Arsi Prinando , Darwadi Sebuah komunitas untuk - Persamaan
MS , Septiana penggemar manga,
Menjelaskan
Wulandari. ANALISIS anime, dan J-Culture
budaya populer
IDENTITAS BUDAYA lainnya bernama
jepang sebagai
POPULER JEPANG Komunitas Anime
gaya hidup wibu.
TERHADAP Palembang, dan berpusat
KOMUNITAS ANIME di kota tersebut. - Perbedaan
25
tujuan mengadakan
acara.
26
positif Jepang dan
mendorong
konsumerisme
masyarakat untuk
menghasilkan uang yang
banyak, Jepang dalam
hal ini berusaha untuk
menyebarluaskan
pemahaman, moralitas,
dan nilai-nilai budaya
Jepang ke Indonesia.
Ketika Jepang menyadari
besarnya pasar
Indonesia, ia mengambil
kesempatan untuk
mempromosikan dirinya
secara internasional.
27
bervariasi. gaya hidup wibu.
28
waktu untuk menonton
anime, mereka tidak
hidup dalam isolasi.
Informan kunci
menyatakan bahwa
mereka dapat Identifikasi
dan diskusikan saat
mereka suka menonton
anime dan berpartisipasi
dalam kegiatan
lingkungan.
dengan mengatakan bahwa gaya hidup adalah kumpulan perilaku dan sudut
pandang yang masuk akal dalam latar tertentu. Gaya hidup, seperti yang
didefinisikan oleh Kotler dan Keller (2007), adalah cara hidup seseorang
lain disebut sebagai gaya hidupnya. Sementara itu, Setiadi mengklaim bahwa
gaya hidup seseorang dapat didefinisikan secara luas sebagai cara hidup
yang dapat ditentukan oleh hal-hal yang mereka lakukan dengan waktu
29
mereka (aktivitas), hal-hal yang mereka anggap penting dalam
lingkungannya (pendapat).
gaya hidup individu tertentu akan berubah drastis. Gaya hidup pada dasarnya
kepribadian adalah gaya hidup. Oleh karena itu, uji tuntas harus dilakukan
adalah melalui gaya hidup. Secara umum, gaya hidup seseorang mengacu
30
terlibat dalam pengejaran aktif, dan mereka yang memiliki waktu dan
dipengaruhi oleh cara hidup mereka. Tanpa memahami ide gaya hidup,
dengan kepribadian, gaya hidup adalah ide yang lebih baru dan lebih
hidup mencerminkan jenis barang yang remaja beli. Perilaku seseorang dan
mereka. Tanpa memahami ide gaya hidup, seseorang tidak dapat sepenuhnya
adalah ide yang lebih baru dan lebih sederhana untuk diukur. Cara orang
2. Wibu
Wibu menikmati hiburan, budaya, dan cara hidup orang Jepang sampai-
sampai dia menganggap dirinya orang Jepang. Wibu yang sering bergaul
dengan penggemar Anime (animasi Jepang) ini selalu tertarik dengan hal-hal
yang berkaitan dengan Jepang, Jepang, dan lebih banyak lagi Jepang.
31
karena banyak orang yang beranggapan bahwa memiliki wibu nampaknya
tidak biasa, namun pada kenyataannya hal tersebut sangat tergantung pada
dari bahasa aslinya untuk menciptakan gaya bicara yang unik (Chasan 2019).
3. Anime
Animasi Jepang, atau "anime", saat ini sangat populer. Anime adalah
genre animasi Jepang yang biasanya ditandai dengan gambar yang hidup
dengan karakter dalam berbagai latar dan cerita yang ditujukan untuk
berbagai audiens (Aghnia, 2012). Buku komik Jepang yang dikenal sebagai
Indonesia mulai banyak menayangkan anime pada tahun 1990-an, yaitu saat
pertama kali anime mulai debut di Indonesia. Banyak acara anime yang
32
ditayangkan antara tahun 1990 dan 2003, termasuk Doraemon, Pokemon,
anime saat ini dapat menikmati anime dengan streaming secara online atau
sendiri melainkan sebagai tanda atau nilai simbolis dari suatu komoditas yang
nilai fungsi atau nilai guna suatu barang atau jasa (Suyanto, 2013). Seseorang
membeli pakaian tidak hanya untuk menutupi tubuhnya atau sebagai barang
dengan nilai jual tertentu (saleability), tetapi juga demi status dan identitas di
masyarakat. Nilai guna (use value) dan nilai tukar (exchange-value) terlihat
33
dengan ungkapan “perjuangan pengakuan” berupa status, identitas, dan
semua kebutuhannya.
karena itu, tidak ada timbal balik dalam hubungan sosial. Kebutuhan (nilai
34
35