Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta
perusahaan, sehingga diharapkan akan memunculkan keserasian dan keharmonisan antara pihak
operator sebagai pelaksanaan produksi dengan pihak teknisi mesin dan pihakpihak perencana
produksi serta pihak maintenance.
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah bagaimana
menganalisis Konsep Total Productive Maintenance untuk Memperbaiki Kinerja perusahaan?
Adapun tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini, adalah :
1. Menghitung Overall Equipment Effectiveness pada mesin bubut dan membandingkan hasil dari
OEE perusahaan dengan standar OEE world class.
2. Menganalisis keterkaitan antara konsep Autonomous Maintenance dengan metode overall
Equipment Effectiveness, sehingga dapat melihat hubungan antara Autonomous Maintenance
dengan Overall Equipment Effectiveness, yang pada akhirnya dapat diketahui seberapa
pengaruhnya hubungan keduanya.
3. Menentukan solusi yang terbaik untuk memperbaiki kinerja perusahaan, guna dijadikan masukan
bagi perusahaan untuk melakukan konsep total productive maintenance.
TINJAUAN PUSTAKA
Total Productive Maintenance
Total Productive maintenance merupakan filosofi yang bertujuan memaksimalkan
efekfektivitas dari fasilitas yang digunakan di dalam industri, yang tidak hanya dialamatkan pada
perawatan saja tapi pada semua aspek dari operasi dan intstalasi dari fasilitas produksi termasuk juga
didalamnya peningkatan kinerja dari orangorang yang bekerja dalam perusahaan itu. Komponen dari
TPM secara umum terdiri dari atas 3 bagian, yaitu :
1. Total Approch
: semua orang ikut terlibat, bertanggung jawab dan menjaga semua fasilitas
yang ada dalam pelasksanaaan TPM.
2. Productive Action: sikap proaktif dari seluruh karyawan terhadap kondisi dan operasi dari
fasilitas produksi.
3. Maintenance
: pelaksanaaan peawatan dan peningkatan efektivitas dari fasilitas dan
kesatuan operasi produksi.
Total productive maintenance memiliki visi sebagai sistem perawatan yang melihat peralatan
dapat beoperasi 100% dalam waktu yang tersedia dengan produk 100 % bagus (Nakajima, 1988). Visi
tersebut dapat diperoleh apabila perusahaan tersebut dapat melakukan implementasi total productive
maintrenance yang benar, adapun langkahlangkahnya adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Implementasi awal
3. Tahap imlementasi TPM
4. Tahap Stabilisasi. Tahap ini merupakan tahap akhir dari implementasi TPM.
Overall Equipment Effectiveness
Overall Equipment Effectiveness (OEE) merupakan efektivitas peralatan secara keseluruhan
untuk mengevaluasi seberapa capaian performance dan reliability peralatan. OEE juga digunakan
sebagai kesempatan untuk memperbaiki produktivitas sebuah perusahaan uang pada akhirnya
sebagai langkah pengambilan keputusan. Penyebab rendahnya nilai dari OEE antara lain karena
kurang tindakan preventive, corrective maintenance, dan tingginya tingkat defect and speed. Pada
mesin atau peralatan terdapat enam penyebab yang paling umum yang mengakibatkan turunnya
efisiensi pada proses manufaktur yang disebut Six Big Losses yang terdiri Breakdown, Setup &
adjustment, small stops, reduced Startup, dan production rejects. Formula untuk menentukan nilai
OEE adalah : (Hansen, R.C, 2001)
78
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta
Loadingtime downtime
100%
Loadingtime
Theoriticalcycletime
Performance=
100%
Runtime
Amnountproduced
Goods _ units
Quality =
100%
Total _ units
Availability =
OEE memiliki standar world class untuk semua indikator sebagai berikut : (Vorne, 2005 dalam Andika,
S, 2007)
1.
2.
3.
4.
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta
Hasil Produksi
(unit)
Januari
64
Februari
59
Maret
68
April
58
Mei
5
Juni
63
Juli
59
Agustus
64
September
44
Oktober
66
November
63
Desember
62
Jumlah
675
(sumber : Balai Yasa)
Waktu Kerja
(jam)
168.5
151
176.75
151
177.25
168
159.75
177.25
159.25
168.5
168.5
159.25
1985
Loading Time
(jam)
144.5
129
152.25
127
152.25
143.5
136.75
152.25
135.75
144.5
144.5
135.75
1698
Down Time
(jam)
4
0
0
0
140
0
6
12
40
0
6
0
208
Jam Kerja
Efektif
(jam)
140.5
129
152.25
127
12.25
143.5
130.75
140.25
95.75
144.5
138.5
135.75
1490
Bulan
Down
Time
(jami)
4
0
0
0
140
0
6
12
40
0
6
0
208
Defect
Product
(jam)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
TCT
jam/unit
2.17
2.17
2.17
2.17
2.17
2.17
2.17
2.17
2.17
2.17
2.17
2.17
2.17
Hari Kerja
Efektif
(hari)
22
20
22
22
23
22
21
23
21
22
22
21
261
Setelah seluruh data seperti jumlah produksi, loading time, down time, defect product, dan
theoretical cycle time untuk mesin bubut. Data tersebut yang pada akhir digunakan untuk mencari nilai
OEE.
Tabel 4. Hasil OEE Mesin Bubut
Bulan
Januari
Februari
AV (%)
97.23
100.00
PR (%)
98.85
99.25
QR (%)
100
100
OEE (%)
96.11
99.25
80
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 IST AKPRIND Yogyakarta
Maret
100.00
April
100.00
Mei
8.05
Juni
100.00
Juli
95.61
Agustus
92.12
September
70.53
Bulan
AV (%)
Oktober
100.00
November
95.85
Desember
100.00
Jumlah
87.75
(sumber: data perhitungan)
96.92
99.10
88.57
95.27
97.92
99.02
99.72
PR (%)
99.11
98.71
99.11
98.31
100
100
100
100
100
100
100
QR (%)
100
100
100
100
96.92
99.10
7.13
95.27
93.62
91.22
70.34
OEE (%)
99.11
94.61
99.11
86.26
Dari hasil perhituingan di atas dapat dilihat kinerja perusahaan mengalami penurunaan dari
tahun 2006 ke tahun 2007. Penurunaan tersebut terjadi disebabkan meningkatnya waktu downtime,
terlihat pada penghitungan Overall Equipment Effectiveness. keseluruhan hasil pengolahan data
dapat dianalisis bahwa:
Hasil selama 261 hari kerja efektif tingkat Availability sebesar 90.58 % , untuk Performance
sebesar 98.48 % dan Quality 100 % sedangkan OEE tahunan mencapai 89.20 %. Dari hasil di atas
dapat dilihat bahwa waktu downtime sangat tidak ada sehingga mengerjaan lini produksi hampir
tercapai target yang diinginkan perusahaan .
KESIMPULAN
1. Dari hasil analisis dan pembahasan mesin bubut pada tahun 2006 dan 2007 mengalami
penurunan nilai OEE perusahaan dari 87,75 % menjadi 74,58 %, penurunannya di bawah standar
OEE world class. Penurunan tersebut disebabkan nilai Availability yang rendah.
2. Keterkaitan antara Autonomous Maintenance dengan Overall Equipment Effectiveness adalah
pada perawatan dini yang dilakukan operator terhadap mesin, agar mesin tersebut bisa berfungsi
dengan baik. Dengan kata lain autonomous maintenance merupakan langkah awal yang
diharuskan oleh operator dengan cara melakukan pengecekan mesin sebelum mesin tersebut
dioperasikan, sehingga dapat mengurangi six big losses dari mesin.
DAFTAR PUSTAKA
Andika , S., 2007, Analisis Kerugian Kerja Mesin dengan Menggunakan Metode Overall Equipment
Effectiveness, Skripsi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, IST AKPRIND, Yogyakarta.
Benjamin S. Blanchard, 1995, Maintainability : A key to Effective Serviceability And Maintenance
Management, A Willey Interscience Publication New York.
Dal, B., Tugewell, P. and Greatbanks, R.,2000, Overall Equipment Effectiveness as a Measure of
Operational Improvement : A Practical Analiysis, International Journal of Operationa &
Production Managemen, Vol 20, MCB University Press, Mancheste.
Hansen, R.C., 2001, Overall Equipment Effectiveness : Powerful Production/Maintenance Tool for
Incrased Profits, First Edition, Industrial Press Inc., New York
Kaplan dan Norton, 1996, The Balanced Scorecard : Translating Strategi into Action, Havard business
School Press, Boston
Nakajima, S., 1988, TPM Development Program, Productivity Press inc, Cambridge.
Suharto, 1991, Manajemen Perawatan Mesin, Rineka Cipta, Anggota IKAPI, Jakarta
81