Anda di halaman 1dari 7

Makalah Psikologi Klinis & Gerontologi

Syaiful. H. S.Psi., M.Psi & Prof. Dr. Fatimah Haniman, SPKJ


Surabaya, Juni 2012

Lansia
A. Definisi Lnjut Usia
Menurut world health organization (WHO) membagi menjadi 3 tahap pada
lansia, yaitu:
a. Lanjut usia (Elderly) = antara 60-74 tahun;
b. Lanjut usia tua (Old) = antara 75-90 tahun;
c. Usia sangat tua (Very Old) = diatas 90 tahun.
Teori Aging Process, Ilmu yang mempelajari fenomena bersamaan
dengan proses kemunduran. Menua (Menjadi tua: aging) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan untuk memperbaiki diri atau
mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normal sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Depkes RI, 2003 tentang kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun, dengan klasifikasi:
a. Lansia Potensial. Lansia yang masih mampu melakukan aktifitas 60-70 tahun
b. Lansia Tidak potensial. Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain > 70 tahun
B. Karakteristik Perkembangan Lanjut Usia
Menurut Papalia dan Olds (2001), perkembangan pada dewasa akhir,
meliputi tiga periode perkembangan yaitu:
a. Perkembangan fisik: kemampuan fisik (berjalan, lari) dan kesehatan pada
tahap ini sedikit demi sedikit menurun, hal ini dikarenakan faktor usia.
Reaksinya semakin lambat dalam berespon.
b. Perkembangan kognitif: intelligence dan memory pada dewasa akhir (lansia)
akan menurun dibeberapa area, kebanyakan orang akan menemukan cara
untuk mengimbangi seperti membaca buku untuk mendapatkan pengetahuan
dan lainnya.

c. Perkembangan psikososial: individu pada periode ini membutuhkan untuk


menanggulangi kekurangan secara personal dan kematian yang akan datang.
Menjalin hubungan kepada famili dan teman dekat dapat memberikan
dukungan yang sangat penting bagi dirinya.
Havighurst dan Duvall (dalam Qiang, 2005), Matthias, Lubben, Atchison,
and Stuart (1997), menguraikan tujuh jenis perkembangan (developmental task)
selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lanjut usia, yaitu:
a. Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis.
b. Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan.
c. Menemukan makna kehidupan.
d. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
e. Menemukan kepuasan hidup dalam berkeluarga.
f. Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia.
g. Menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia.
Hasil penelitian Matthias, Lubben, Atchison,

and Stuart (1997),

mengemukakan bahwa perubahan mental yang terjadi pada lanjut usia adalah
perubahan pada sikap yang semakin egosentris, mudah curiga dan bertambah
pelit atau tamak bila memiliki sesuatu. Sikap umum yang di temukan pada
hampir setiap lanjut usia, yakni keinginan berumur panjang, tenaganya sedapat
mungkin di hemat. Mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat. Ingin
mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa dan jika
meninggal pun, mereka ingin meninggal secara terhormat dan masuk surga.
Lebih lanjut dijelaskan faktor yang mempengaruhi perubahan mental, meliputi:
1) perubahan fisik, 2) kesehatan secara umum, 3)
4)

tingkat pendidikan, dan

keturunan (herediter), serta 5) faktor lingkungan.

C. Tipologi Lanjut Usia


Beberapa tipe kepribadian lansia adalah sebagai berikut (Kuntjoro, 2002):
1. Tipe Konstruktif (Constructive Personality). Tipe kepribadian yang ideal dan
tetap eksis di masa tuanya.

Kelompok ini tergolong dapat menerima

kenyataan, sehingga menerima dengan suka rela dan tidak menjadikannya

sebagai suatu masalah dan tidak mengalami post power syndrome. Tetap aktif
bekerja di bidang lain ataupun di tempat lain.
2. Tipe Mandiri (Independent Personality). Tipe kepribadian ini sering
mengalami Post Power syndrome akan tetapi bagi yang tidak terkena hal
tersebut adalah lansia yang telah menyiapkan untuk mendapatkan pekerjaan
baru sebelum pensiun. Kelompok ini cenderung timbul gejolak, timbul
perasaan khawatir kehilangan anak buah, teman, kelompok, jabatan, status
dan kedudukan sehingga cenderung ia menunda untuk pensiun atau takut
pensiun atau takut menghadapi kenyataan.
3. Tipe Tergantung (Dependent Personality). Kelompok ini ditandai dengan
perilaku yang pasif dan tidak berambisi, cenderung ikut-ikutan karena diajak
oleh temannya atau orang lain, timbul pikiran yang optimistik, namun sukar
melaksanakan kehendaknya, karena kurang memiliki inisiatif dan kreativitas
untuk menghadapi hal-hal yang nyata. Kehidupan perkawinan, karena orang
pasif biasanya menikah terlambat dan memilih istri atau suami yang dominan,
maka dalam kehidupan keluarga biasanya akur, akrab, tentram tidak banyak
protes, pokoknya mengikuti kehendak suami atau istri. Masalah akan timbul
jika pasangan hidupnya meninggal duluan. Kejadian tersebut seringkali
mengakibatkan mereka menjadi merana dan kadang-kadang juga cepat
menyusul, karena kehilangan pasangan merupakan beban yang amat berat
sehingga mengalami stress yang berat dan sangat menderita.
4. Tipe Bermusuhan (Hostility Personality). Tipe kepribadian ini dikenal mau
mengakui kesalahan, banyak mengeluh, bertindak desdruktif dan agresif,
dalam kenyataanya mereka sering berbuat kesalahan.

Tipe Kepribadian

bermusuhan adalah model kepribadian yang tidak disenangi orang, karena


perilakunya cenderung sewenang-wenang, galak, kejam, agresif, semauanya
sendiri dan sebagainya. Kelompok ini berusaha minum segala jenis jamu atau
obat agar terlihat tetap awet muda, mereka juga takut kehilangan power, takut
pensiun dan paling takut akan kematian. Biasanya pada masa lansia orangorang dengan tipe ini terlihat menjadi rakus, tamak, emosional dan tidak puas
dengan kehidupannya, seolah-olah ingin hidup seribu tahun lagi.

5.

Tipe Kritik Diri (Self Hate Personality). Kelompok ini ditandai adanya sifatsifat yang sering menyesali diri dan mengkritik dirinya sendiri, misalnya
merasa bodoh, pendek, kurus, terlalu tinggi, terlalu gemuk dan sebagainya,
yang menggambarkan bahwa mereka tidak puas dengan keberadaan dirinya.
Selain itu kelompok ini cenderung menerima dengan rasa berat, karena
merasa lebih tidak berharga lagi dan tidak terpakai. Pada lansia yang antara
suami dan istri menjadi tidak akur, sehingga masing-masing mengurusi
kebutuhan sendiri-sendiri, tidak saling menegur dan saling mengacuhkan
walaupun hidup dalam satu atap.

D. Bahaya pada Lansia


1.

Bahaya Fisik
Penyakit degeneratif/penyakit kronis.
Adanya hambatan fisik (penglihatan, pendengaran, otot, tulang dll.).
Gangguan pada gigi/gusinya.
Berkurangnya pemasukan gizi, karena minat makan yang berkurang,
dalam hal ini dirinya ada rasa takut dan juga murung, ingin makan
bersama orang lain.
Menurunnya kemampuan dan gairah seksual.
Mereka tergolong rentan/rawan terhadap kecelakaan.

2.

Bahaya Psikologis
Menerima pendapat klise tentang pandangan orang usia lanjut. Dengan
menerima pendapat seperti ini, maka kondisi mereka akan semakin
memburuk karena ada persepsi bahwa dirinya sudah tidak mampu
berbuat apapun, dan membuat mereka cenderung mengisolasi diri.
Berikutnya ada perasaan tidak enak dan rendah diri karena terjadi
perubahan pada fisik (termasuk di sini masalah gigi palsu, atau gigi
ompong) sehingga komunikasi menjadi terganggu.
Ketidaksiapan untuk mengadakan perubahan pola kehidupannya,
contoh: misalnya mereka harus memutuskan mendiami rumah yang
tidak terlalu besar lagi, karena anak-anak sudah menikah semua dan

mempunyai keluarga sendiri. Dapat pula muncul pemikiran pada orang


usia lanjut bahwa proses mental mereka sudah mulai dan sedang
menurun. Misalnya mereka mengeluh sangat pelupa, kesulitan dalam
menerima hal baru. Dan mereka juga merasa tidak tahan dengan
tekanan, perasaan seperti ini membentuk mental mereka seolah tertidur,
dengan keyakinan bahwa dirinya sudah terlalu tua untuk mengerjakan
hal tertentu, mereka menarik diri dari semua bentuk kegiatan.
Masalah psikologis lain yang dapat menjadi gangguan adalah perasaan
bersalah karena menganggur. Sering kali hal ini akan tergantung dari
sistem nilai yang ada dalam dirinya, seberapa jauh orang usia lanjut ini
sangat mementingkan materi, dan seberapa jauh dia menilai pentingnya
bekerja. Mereka merasa sangat membutuhkan pekerjaan agar sangat
dihargai oleh orang lain, ingin memperoleh perhatian. Berkaitan dengan
hal ini, mereka juga menyadari bahwa pendapatan mereka menurun.
Gangguan psikologis yang dipandang paling berbahaya adalah sikap
mereka yang ingin tidak terlibat secara sosial. Sikap ini akan membuat
mereka mudah curiga terhadap orang lain, atau menuntut perhatian
berlebihan, atau mengasingkan diri dengan munculnya rasa tidak
berguna dan rasa murung, rendah diri, bahkan juga mungkin akan
menjadi sangat apatis.

E. Simpulan: Gangguan Pada Lansia


Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang
dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander (dalam Santrock, 2001), sering
disebut dengan istilah 14 I, yaitu :
1. Immobility (kurang bergerak); gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan
dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering
adalah gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung
dan pembuluh darah.

2. Instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh); penyebab
terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang berkaitan
dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit maupun
faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat
tertentu dan faktor lingkungan.
3. Incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar); beser buang air
kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada lansia,
yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang
cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial
4. Intellectual

impairment

(gangguan

intelektual/dementia);

merupakan

kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan
yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan
sehari-hari Kepikunan: merupakan gangguan pada sel otak karena usia
lanjut.
5. Infection (infeksi); merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting
pada lansia, karena selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan
asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan di dalam diagnosis dan
pengobatan serta risiko menjadi fatal meningkat pula.
6. Impairment

of

convalescence,

vision
skin

and

integrity

hearing,

taste,

(gangguan

smell,

panca

communication,

indera,

komunikasi,

penyembuhan, dan kulit); akibat prosesd menua semua pancaindera berkurang


fungsinya, demikian juga gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang
digunakan untuk berbicara.
7. Impaction (sulit buang air besar); : beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang
sekali mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu
dan lain-lain.
8. Isolation (depresi); perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan
berkurangnya kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses
menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia.

9. Inanition (kurang gizi); kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan


perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan.
10. Impecunity (tidak punya uang), Iatrogenesis (menderita penyakit akibat obatobatan), Insomnia (gangguan tidur), Immune deficiency (daya tahan tubuh
yang menurun), Impotence (impotensi).

Kecemasan pada usia tanjut, gambarannya sama dengan pada masa dewasa, artinya
tidak ada hal yang khas. Mungkin anxietas itu baru terjadi pada usia lanjut berhubungan
life event pada waktu itu, tetapi juga dapat merupakan gangguan yang sejak dulu sudah
ada dan masih berlanjut pada usia lanjut. Walaupun prcvalensi gangguan anxietas pada
usia lanjut lebih sedikit daripada usia muda, namun dokter diharap dapat lebih jeli dan
tanggap akan adanya anxietas pada setiap pasien yang datang, mengingat usia lanjut
yang :lebih rentan.

Anda mungkin juga menyukai