Anda di halaman 1dari 5

MANAJEMEN TOILET

Rate this item

5
Published in: Artikel
font size

Print

Jangan pernah menganggap remeh toilet. Ternyata ada organisasi toilet tingkat dunia, yakni
World Toilet Organization (WTO). Di Indonesia disebut Asosiasi Toilet Indonesia. Bahkan
warga dunia pun memperingati World Toilet Day atau Hari Toilet Dunia, setiap tanggal 19
November.

Tampaknya sebagian besar orang belum pernah memperingati hari tersebut. Bahkan mereka
tidak tahu adanya peringatan Hari Toilet Dunia.
Peringatan Hari Toilet Dunia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran global manusia untuk
mendapatkan akses toilet yang tepat, bersih, dan sehat.
Ternyata ada juga World Toilet Summit yang bertujuan untuk membahas persoalan toilet di
tingkat internasional.
Ini membuktikan bahwa toilet itu penting. Meskipun toilet dianggap penting, realitasnya
masih banyak ditemukan toilet yang kondisinya sangat tidak layak, kotor, busuk, tidak ada
air, pintunya rusak, bercampurnya toilet wanita-pria, dan tidak ada penerangan.

Tulisan ini dibuat atas keprihatinan terhadap kondisi toilet-toilet di kampus, sekolah, kantor,
masjid, tempat umum dan berbagai tempat lainnya. Ironinya, agama kita mengajarkan budaya
bersih tetapi kenyataannya masih terlalu banyak toilet yang sangat kotor dan tidak sehat di
lingkungan kita.
Adanya toilet di muka Bumi sama dengan adanya manusia. Setiap orang hidup pasti
memerlukan toilet karena setiap orang hidup mengeluarkan kotoran. Cara yang baik, sehat,
dan beradab untuk menampung kotoran manusia adalah dengan menggunakan toilet.
Meskipun toilet sangat dekat dengan kehidupan manusia sebagian orang tidak begitu tertarik
untuk membicarakan toilet karena ada kesan toilet berkaitan dengan kotoran manusia.
Padahal toilet berperanan strategis dalam menciptakan kehidupan yang bersih dan sehat.
Bayangkan saja jika di suatu tempat tidak ada toilet, di mana orang akan membuang kotoran?
Hidup manusia akan bermasalah jika tidak ada toilet. Sesederhana apapun toilet, ia tetap akan
berguna dalam penyelamatan kotoran manusia
Kesadaran terhadap pentingnya keberadaan toilet dalam kehidupan manusia perlu selalu
ditingkatkan. Kesadaran itu mendorong manusia untuk menempatkan toilet pada ranah
manajemen sehingga muncul istilah toilet management.
Istilah manajemen toilet agak terasa aneh sebab kita sering tidak memberikan perhatian pada
pengelolaan toilet. Manajemen lebih sering digunakan untuk sistem pengelolaam organisasi
modern sedangkan toilet hanya sebuah ruangan kecil yang dijadikan tempat khusus untuk
pembungan kotoran manusia.
Kesan toilet adalah jorok, kotor, berbau, dan diletakkan di sudut paling belakang. Kesan jorok
ini pula yang menyebabkan sebagian orang kurang memberikan perhatian pada toilet.
Toilet dianggap persoalan remeh-temeh sehingga tidak perlu mendapatkan perhatian secara
khusus apalagi masuk dalam bagian manajemen. Padahal sesungguhnya toilet juga
merupakan salah satu bagian penting dalam proses organisasi.
Dalam kerangka teori Total Quality Management (TQM), toilet tentu saja tidak boleh
dianggap remeh sebab meskipun dijadikan tempat pembuangan kotoran manusia, toilet

mempunyai peran strategis dalam interaksi hubungan warga organisasi dan pembentukkan
citra organisasi.
Bukankah proses pembuangan kotoran manusia juga merupakan bagian yang sangat penting
dalam siklus kehidupan sehari-hari manusia yang ada dalam organisasi?
Toilet berkaitan dengan manajemen organisasi. Katanya, salah satu cara untuk melihat
kualitas manajemen suatau organisasi adalah dengan memperhatikan sanitasi atau kebersihan
toilet yang ada di organisasi itu.
Bila toilet dalam organisasi itu buruk maka kualitas manajemen di organisasi itu juga buruk.
Akibatnya citra dan pelayanan organisasi itu hampir dipastikan buruk.
Asumsinya, orang yang memperhatikan bagian kecil seperti toilet juga dipercayai mampu
mengelola bagian lain yang lebih besar. Dengan demikan, tidak berlebihan jika dikatakan
bahwa kondisi toilet merepresentasikan kondisi organisasi tempat toilet itu berada.
Dengan demikian toilet itu perlu dikelola berdasarkan standar pengelolaan yang telah
ditetapkan. Misalnya, toilet harus bersih dan tidak boleh menimbulkan bau busuk.
Budaya Toilet
Toilet itu tidak hanya berkaitan dengan kotoran manusia. Sebagai bagian dari peradaban
manusia, toilet itu berkaitan dengan sistem nilai, kepercayaan, agama, perilaku, etika, tradisi,
kebiasaan dan gaya hidup.
Dalam agama tertentu ada ritual dan doa tertentu yang harus diucapkan sebelum masuk toilet.
Dalam bahasa Indonesia berbagai istilah digunakan untuk menyebut toilet seperti jamban,
kakus, WC dan kamar kecil. Frasa kamar kecil dalam kondisi tertentu sering digunakan
untuk memperhalus dan membangun makna yang lebih sopan. Ini merupakan bentuk etika
berbahasa dalam menggunakan kata toilet.
Sebagai bagian dari kehidupan manusia yang berbudaya, toilet berkaitan nilai-nilai positif
yang perlu dikembangkan, yakni bersih, sehat, tertib, tanggung jawab, dan disiplin.
Ternyata ada unsur pembangunan karakter pada toilet sehingga pandangan kita terhadap toilet

harus bersifat bersih dan positif. Mainset yang mengidentifikasi toilet sebagai tempat yang
kotor dan negatif perlu diubah.
Toilet harus bersih. Toilet harus dikelola secara baik untuk menciptakan kondisi bersih. Toilet
memang tempat pembuangan kotoran manusia tetapi toilet tidak harus kotor. Justru toilet
harus bersih agar membuat orang sehat dan nyaman.
Toilet juga mengajarkan orang agar mempunyai etika dan tertib sehingga tidak boleh
seenaknya memukul pintu toilet ketika ada orang di dalamnya. Orang yang menggunakan
toilet juga harus memiliki sikap tanggung jawab dan disiplin ketika menggunakan toilet.
Pengguna toilet harus bertanggung jawab menjaga toilet agar tetap bersih, misalnya dengan
menggunakan air yang telah disediakan dan tidak membuang sampah seenaknya di toilet.
Sikap disiplin juga harus diterapkan dalam penggunaan air yang terdapat di toilet.
Buruknya Toilet Sekolah
Sebagian besar sekolah di Indonesia berhadapan dengan persoalan buruk dan kurangnya
jumlah toilet. Padahal Standar Nasional Pendidikan (SNP) telah menetapkan standar toilet
melalui Permendiknas no 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana: jamban
berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau kecil, untuk tingkat SD minimum terdapat
1 unit jamban untuk setiap 60 peserta didik pria, 1 unit jamban untuk setiap 50 peserta didik
wanita, dan 1 unit jamban untuk guru, untuk tingkat SMP dan SMA minimum terdapat 1 unit
jamban untuk setiap 40 peserta didik pria, 1 unit jamban untuk setiap 30 peserta didik wanita,
dan 1 unit jamban untuk guru, luas minimum 1 unit jamban 2 m2, jamban harus berdinding,
beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan, tersedia air bersih di setiap unit jamban.
Standar toilet yang telah ditetapkan tentu saja berdasarkan kebutuhan yang telah dikaji secara
mendalam. Mari kita perhatikan rasio jumlah toilet dan dengan jumlah warga sekolah yang
ada di sekitar kita hari ini.
Kebanyakan sekolah belum bisa memenuhi rasio ini. Burukya lagi, kebanyakan toilet yang
berada di sekolah tidak memeuhi standar sanitasi. Ini tentu saja diakibatkan lemahnya
manajemen toilet yang berada ditingkat sekolah. Kekuarangan jumlah toilet di sekolah juga
disebabkan lemahnya perencanaan pembangunan toilet di tingkat sekolah maupun
pemerintah daerah berdasarkan Standar Sarana dan Prasaranan yang telah ditetapkan.

Toilet sekolah itu harus bersih sebab ia berada dalam lingkungan akademis yang terdiri-dari
orang-orang terpelajar yang seharusnya menjunjung budaya bersih. Bukankah salah satu ciri
orang terpelajar itu bersih.
Dengan demikian, setiap sekolah harus memiliki misi untuk membangun toilet yang
berstandar agar semua warga sekolah memiliki akses yang mudah terhadap toilet.
Toilet yang tidak sesuai standar tentu saja menganggu proses pembelajaran di sekolah. Warga
sekolah yang berada di sekolah dari pagi hingga siang dan sore pasti memerlukan toilet
sehingga sangat urgen untuk menyediakan toilet sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Bila rasio ideal toilet belum bisa dipenuhi, perbaiki saja toilet yang ada dan ciptakan toilet
yang bersih dengan pendekatan manajemen yang efektif. Ketersedian air bersih di toilet
sangat perlu dipenuhi sebab tanpa air bersih toilet sekolah tidak tetap sekolah kotor.
Pengelola toilet sekolah juga sangat penting sehingga setiap sekolah harus menyediakan
petugas yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan toilet. Ingat teori representasi toilet
yang menyatakan toilet merepresentasikan kualitas manajemen organisasi Anda.***
Junaidi, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unilak dan Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia
Daerah (KPID) Riau.

Anda mungkin juga menyukai