Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Toilet yang kotor adalah salah satu ruangan yang rawan menjadi sarang kuman,
terlebih lagi jika bersifat umum dan jarang dibersihkan, namun meskipun terlihat bersih,
toilet sekolah masih menyimpan kuman sumber penyakit yang tersembunyi karena
digunakan oleh banyak orang.
Banyak sekolah di Kabupaten Semarang dinilai memiliki persoalan sanitasi yang
buruk karena minimnya kualitas dan kuantitas toilet atau WC di masing-masing fasilitas
pendidikan di kabupaten ini. Setidaknya, ada 1.000 toilet yang harus dibangun segera.
Pemerhati Pendidikan Kabupaten Semarang, Zainal Abidin mengatakan, hampir seluruh
sekolah dasar di Kabupaten Semarang kekurangan toilet. Jumlah toilet sangat tidak
seimbang dengan jumlah siswa yang ada. Menurut Adiwoso (2013), sebuah Sekolah
Dasar dengan 25 siswa, wajib memiliki setidaknya sebuah toilet. Sehingga, tiap-tiap SD
se-Kabupaten Semarang tersebut butuh penambahan jumlah toilet agar memenuhi rasio
ideal. Oleh karena itu, melalui makalah ini, kami bermaksud untuk mengkaji
permasalahan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja potensi dampak terhadap kesehatan dari permasalahan fasilitas toilet sekolah
dasar yang buruk di Semarang?
2. Bagaimana cara mengatasi permasalahan fasilitas toilet sekolah dasar yang buruk di
Semarang?

C. Tujuan
1. Mengetahui potensi dampak terhadap kesehatan dari permasalahan fasilitas toilet
sekolah dasar yang buruk di Semarang.
2. Mengetahui cara mengatasi permasalahan fasilitas toilet sekolah dasar yang buruk di
Semarang.
BAB 2
TOPIK BERITA
FASILITAS TOILET SEKOLAH DASAR di SEMARANG BURUK

Banyak sekolah di Kabupaten Semarang dinilai memiliki persoalan sanitasi yang buruk
karena minimnya kualitas dan kuantitas toilet atau WC di masing-masing fasilitas pendidikan
di kabupaten ini. Setidaknya, ada 1.000 toilet yang harus dibangun segera.
Pemerhati Pendidikan Kabupaten Semarang, Zainal Abidin mengatakan, hampir seluruh
sekolah di Kabupaten Semarang kekurangan toilet. Jumlah toilet sangat tidak seimbang
dengan jumlah siswa yang ada.
"Seperti yang saya lihat langsung di Getasan ada sekolah yang jumlah siswanya 250,
sementara toiletnya hanya 2. Bayangkan kalau istirahat lalu mereka berebut untuk ke
belakang. Kondisi itu hampir merata dan tidak hanya SD saja tetapi juga SMP dan lainnya.
Paling tidak untuk SD di sini butuh sekitar 1000 WC atau toilet," kata Zainal yang juga
mantan Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Semarang, Jumat (22/8) siang.
Menurut Zainal, masalah sanitasi masih belum mendapatkan porsi yang cukup dalam
membangun fasilitas pendidikan. Semestinya membangun sekolah itu juga sama seperti
membangun mall, yakni memikirkan tempat parkir, toilet dan fasilitas pendukung lainnya.
"Saya dengar tahun ini sudah dianggarkan. Tetapi memang pemerintah anggarannya terbatas.
Jadi memang peran masyarakat untuk masalah sanitasi sangat penting," pungkas Zainal.
Sebelumnya, Kasi Sarana dan Prasarana (Sarpras) SD Dinas Pendidikan Kabupaten
Semarang, Riyadi, menyebutkan, kondisi toilet di 530 SD di Kabupaten Semarang belum
seluruhnya memenuhi standar kesehatan. Sebab saat ini rata-rata satu SD baru memiliki 2
toilet.
"Itu pun masih ada yang belum sesuai standar kualitas, misalnya kebersihannya, bahannya
dan ada sekat pemisah antar WC laki-laki dan perempuan," kata Riyadi.
Secara bertahap, kata Riyadi, sedikitnya tiap tahun pihaknya mengusulkan pembangunan
toilet di 106 SD yang ada.

SUMBER :
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/08/fasilitas-toilet-sekolah-dasar-di-semarangburuk
BAB 3
PEMBAHASAN
Ada beberapa kondisi memprihatinkan yang sering ditemui pada toilet sekolah, salah
satunya jumlah toilet tidak mencukupi sesuai dengan jumlah murid di sekolah. Toilet
idealnya satu toilet untuk 25 siswa SD, satu toilet untuk tiap 50 siswa SMP, dan 1 : 100
untuk SMA. Berdasarkan data diatas menyatakan bahwa hanya ada dua toilet dan itu
digunakan untuk 250 siswa hal tersebut tentu saja sangat tidak memadai (Adiwoso, 2016).
Berdasarkan kutipan diatas apabila dibandingkan dengan berita yang ada dapat
disimpulkan bahwa toilet sekolah dasar di Semarang sangat tidak memadai, karena setiap
sekolah hanya terdapat dua buah toilet sedangkan jumlah siswa tiap sekolah ada 250 siswa.
Jika dihitung maka satu toilet digunakan untuk 125 siswa. Jumlah toilet yang tidak memadai
membuat frekuensi penggunaan toilet sangat tinggi, sehingga memberikan peluang yang
tinggi untuk menjadi media persebaran penyakit yang dapat ditularkan melalui air. Menurut
Chandra (2014), air merupakan sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
manusia, karena air merupakan salah satu media dalam berbagai macam penularan penyakit.
Potensi penyakit yang ditimbulkan melalui media air antara lain sakit perut atau diare,
hepatitis A, cacingan dan tifus.
Untuk mengatasi permasalahan fasilitas toilet sekolah dasar yang buruk di Semarang
dapat dilakukan dengan menambah jumlah toilet di sekolah dasar sesuai dengan aturan ideal
yaitu satu toilet untuk 25 siswa sekolah dasar (perbandingan 1:25). maka dengan jumlah
siswa rata-rata Sekolah Dasar di Semarang adalah 250 orang siswa, selanjutnya dibagi
dengan 25, sehingga idealnya di setiap Sekolah Dasar di Semarang adalah memiliki 10 buah
toilet. Oleh karena itu, pembangunan 1000 toilet sebaiknya disegerakan seperti yang tertera
pada berita.
Keadaan toilet yang kotor, jorok dan kumuh dapat disebabkan karena kurangnya
waktu pembersihan toilet dan kesadaran dari warga sekolah terhadap kebersihan toilet.
Apabila dihitung dari waktu dan jumlah pengguna toilet maka jam belajar sekolah dasar
yaitu 8 jam atau 460 menit jika semua siswa tiap hari menggunakan toilet maka satu siswa
memiliki waktu 1,92 menit untuk menggunakan toilet dengan perhitungan waktu seperti itu
dapat disimpulkan bahwa tidak ada waktu yang dimiliki petugas kebersihan untuk
membersihkan toilet saat jam belajar berlangsung. Petugas kebersihan hanya memiliki
waktu membersihkan saat jam belajar sudah berakhir.
Selain itu, mayoritas siswa sekolah dasar belum memiliki kesadaran akan kebersihan
toilet, masih banyak siswa yang menggunakan toilet hanya untuk buang air tanpa
mengguyurnya, sehingga dapat menimbulkan bau. Maka, perlu upaya untuk meningjatkan
kesadaran akan pentingnya kebersihan toilet, seperti mengadakan kerja bakti membersihkan
toilet seminggu sekali dengan melibatkan siswa-siswi
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dampak terhadap kesehatan yang ditimbulkan dari permasalahan fasilitas toilet
sekolah dasar yang buruk di Semarang yaitu berpotensi menimbulkan penyakit seperti
sakit perut atau diare, hepatitis A, cacingan dan tifus.
2. Cara mengatasi permasalahan fasilitas toilet sekolah dasar yang buruk di Semarang
yaitu dengan menambah jumlah toilet di sekolah dasar sesuai dengan aturan ideal yaitu
satu toilet untuk 25 siswa sekolah dasar.

B. Saran
Melihat masalah toilet yang ada, pihak sekolah perlu meningkatkan kesadaran
akan pentingnya toilet bersih dan sanitasi sehat, perlu adanya gerakan kebersihan yang
dilakukan seperti,
1. Menambah jumlah petugas kebersihan yang bertanggung jawab.
2. Menambah jumlah toilet agar memadai, minimal sesuai aturan ideal jumlah toilet
untuk sekolah dasar yaitu satu toilet untuk 25 siswa.
3. Peningkatan kesadaran toilet seperti mengadakan kerja bakti membersihkan toilet
seminggu sekali dengan melibatkan siswa-siswi.
Hal ini tentunya sangat penting, terutama kebersihan toilet yang merupakan
sebuah tempat yang dibutuhkan bagi semua warga sekolah. Jangan sampai
karena toilet yang kotor dan banyak kuman tersebut akhirnya menimbulkan penyakit dan
masalah lainnya pada seluruh warga sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwoso, Naning. 2016. Toilet Indonesia. Retrivied November 2008, 2016, from
assosiatoiled-indonesia.org
Chandra, Budiman. 2014. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai