PENDAHULUAN
Lensa mata adalah salah satu media refraksi yang berasal dari ektoderm
permukaan, berperan memfokuskan bayangan tepat di retina, mencakup sepertiga dari
seluruh kekuatan refraksi mata atau sekitar 18-20 dioptri. Lensa berbentuk cakram
bikonveks, merupakan struktur transparan dan avaskular, tebal lensa mencapai 4 mm,
dengan radius kurvatura anterior + 10 mm, dan kurvatura posterior + 6 mm. Berat lensa
bertambah seiring dengan pertambahan usia, berat lensa orang dewasa + 220 mg. Lensa
terletak pada bilik mata belakang dimana permukaan posteriornya berhubungan dengan
korpus vitreus. Lensa tergantung pada prosesus siliaris melalui zonula zinii yang
memasuki lensa di sekitar bidang ekuator. Serabut ini mempertahankan lensa pada
posisi fisiologisnya dan meneruskan kekuatan tarikan dari otot siliaris sirkular pada saat
akomodasi. Lensa terdiri dari struktur epitel tanpa serabut saraf maupan vaskular
dengan arah sentrifugal. Epitel subkapsular merupakan sel-sel muda yang
menggantikan serat primer lensa di bagian sentral lensa. Substansia lensa terdiri dari
nukleus dan korteks, seiring dengan bertambahnya usia, nukleus membesar, lensa
berukuran lebih besar dan menjadi lebih padat, sehingga daya akomodasinya
berkurang, yang disebut sebagai sklerosis sentral lensa. Nutrisi lensa berasal dari difusi
pasif aquos humour melalui pump-leak system pada kapsul lensa posterior yang
memungkinkan transportasi air, natrium, kalium, kalsium, dan asam amino dengan
preservasi integritas, transparansi, dan fungsi optik lensa. Lensa normal selalu
transparan, beberapa kelainan kongenital dan akuisita yang menyebabkan peningkatan
opasitas kapsul dan substansi lensa akan mengganggu fungsi penglihatan disebut
katarak.1
Referat Katarak
Gambar 1.1 Lensa terhadap struktur di sekitarnya, tergantung pada korpus siliaris
melalui zonula zinii, terletak di membran hyaloid, memisahkan segmen anterior dan
posterior mata.
Sumber : Ophtalmology, a Pocket Textbook Atlas, 2nd Ed, Thieme, pg 170
Gambar 1.3 Zona lensa dengan densitas yang bervariasi terbentuk sesuai dengan
perkembangan lensa terlihat pada zona dengan diskontinuitas.
Sumber : Sumber : Ophtalmology, a Pocket Textbook Atlas, 2nd Ed, Thieme, pg 172
Katarak adalah opasifikasi lensa mata, merupakan penyebab kebutaan terbanyak
di seluruh dunia dan mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Berdasarkan studi
badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun1997 katarak bertanggung jawab terhadap
50% atau sekitar 19 juta kebutaan di seluruh dunia. Pada tahun 2020 diperkirakan
meningkat hingga 50 juta kasus per tahun. Lebih dari 90% katarak dijumpai pada usia
Referat Katarak
lanjut, yang dinamakan katarak senilis, namun dapat pula dijumpai akibat kelainan
kongenital, herediter, ataupun akibat penyulit penyakit mata menahun. Pada usia lanjut
katarak merupakan akumulasi dari pajanan lingkungan seperti asap rokok, radiasi
ultraviolet, dan peningkatan kadar glukosa darah. Pada jumlah yang lebih kecil
berkaitan dengan penyakit okular spesifik atau penyakit sistemik yang berdasarkan
pada mekanisme fisikokimiawi.1,2
.
Referat Katarak
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, dan Latin Cataracta
yang berarti air terjun, karena pada awalnya diperkirakan bahwa katarak
disebabkan oleh kebocoran liqour serebri yang mengalir ke permukaan lensa.
Katarak adalah setiap keadaan yang ditandai peningkatan opasitas lensa yang
derajatnya bervariasi dari ringan hingga komplit, menyebabkan deviasi
pembiasan atau blokade sinar datang sehingga tidak tepat difokuskan pada sistem
fotoreseptor di retina. Opasitas yang kecil dan terletak di perifer lensa hanya akan
sedikit atau tidak mengganggu penglihatan sama sekali. Namun, bila opasitas
terjadi di sentral lensa maka transfer cahaya akan sangat terganggu dan
menghasilkan gangguan penglihatan hingga kebutaan. Selain itu terdapat pula
perubahan warna lensa menjadi kekuningan yang mengurangi kemampuan
persepsi warna biru oleh karena gangguan dispersi sinar. Berdasarkan
karakteristiknya, katarak ditandai dengan penurunan penglihatan progresif pada
mata tenang yang tidak dapat dicegah progresifitasnya.2,3
Gambar 2.1 Mata normal (kiri), katarak dengan pupil shadow (kanan)
Sumber : http//www.medlineplus_medical_encyclopedia.com
Referat Katarak
usia lanjut merupakan faktor resiko utama yang berkaitan dengan proses
degenerasi lensa.
genetik, bila salah satu dari kembar identik mengalami katarak, maka kembar
lainnya mempunyai kemungkinan 48% lebih besar daripada masyarakat pada
umumnya. Faktor genetik umumnya berkorelasi dengan katarak kongenital,
riwayat katarak pada keluarga berperan sebagai predisposisi berkembangnya
katarak pada usia dini yang dapat digunakan sebagai antisipasi pada katarak
presenilis.
Pajanan terhadap radiasi jangka panjang, misal UVB, sinar infra merah, dll.
dengan
peningkatan
operasi katarak,
terutama
di
negara
berkembang.
II.4 Klasifikasi 5
Tabel 2.1 Klasifikasi katarak berdasarkan opasitas lensa
Sumber : Scholte, Pocket Atlas of Ophtalmology, Thieme, 2006, pg 140
Maturitas
Katarak insipien
Katarak intumesen
Katarak immatur
Katarak matur
Katarak hipermatur (hypermature morgagnian cataract)
Lokasi
Katarak nukleus
Katarak kortikal (anterior or posterior)
Katarak subkapsular
Katarak polaris/piramidalis (anterior or posterior polar cataract)
- Katarak zonular/lamelar
Katarak kortikonuklear (opasitas pada beberapa lapisan yang berbeda)
Bentuk opasitas lensa
Katarak kuneiformis (Wedge-shaped cataract)
Katarak fisiformis (Fish-shaped cataract)
Katarak pulverulent (Powdery cataract)
Katarak stelatum (Star-shaped cataract)
Warna
Katarak brunescent (brown cataract)
Katark nigra (black cataract)
Referat Katarak
Onset
Katarak kongenital
Katarak infantil (< 1 tahun)
Katarak juvenil (1-12 tahun)
Katarak presenilis (di bawah usia 40 tahun)
Katarak senilis (> 40 tahun)
Asal
Katarak traumatik
Katarak syndermatotik
Katarak sekunder
Tabel 2.2 Klasifikasi opasitas lensa berdasarkan penyebabnya
Sumber : Scholte, Pocket Atlas of Ophtalmology, Thieme, 2006, pg 141
Usia (perubahan photo-oxidative pada katarak senilis)
Trauma okuli (mekanik): tumpul (kontusio) atau tajam (penetrasi)
Operasi okuli
- Vitrektomi pars plana
- Operasi pembuatan fistula
- Iridektomi perifer
Penyakit intraokular
- Inflamasi: uveitis kronik, endophthalmitis, embriopati rubella (Gregg
syndrome), syphilis, toxoplasmosis, dll.
- Tumor: melanoma koroidal, dll
- Kondisi degeneratif/distrofi: retinitis pigmentosa
- Iskemia intraocular primer: following cerclage operation (string syndrome)
- Glaukoma sudut terbuka akut (glaukomflecken)
- Malformasi: mikrophthalmia, PHPV, Peters anomaly, aniridia, dll
Sindrom
- Trisomy 13
- Trisomy 18
- Trisomy 21
- Sindrom Turner
- Sindrom Lowe
- Sindrom Alport, dll
Referat Katarak
Penyakit sistemik
- Kelainan metabolik : diabetes mellitus, galaktosemia, defisiensi galaktokinase,
defisiensi -galaktosidase (Fabry disease), tetany, myotonic dystrophy
(Curschmann-Steinert disease), Refsum syndrome, degenerasi hepatolentikular
(Wilson disease), gizi buruk, dialysis, dll
- Circulatory disorders: stenosis arteri karotikus (ischemic ophthalmopathy),
penyakit Takayasu (pulseless disease)
- Katarak syndermatotik: dermatitis atopik, sindrom Werner (progeria dewasa),
dll
- Lain-lain : neurofibromatosis (NF) type II, premature birth
Medikasi
- Korticosteroids
- Amiodarone
- Golongan statin
- Sitostatik
- Chlorpromazine, phenytoin
- Parasimpatomimetik local
Radiasi
- Ionisasi: X-rays, -rays, -rays
- Non-ionisasi: UVB, infra merah (glassblowers cataract), microwaves, highvoltage current (electric cataract)
Klasifikasi katarak
Berdasarkan lokasi dan bentuk 6,7,9
1. Koronaria (club atau crown)
Didapatkan jauh di tepi lensa dan hanya dapat dilihat bila pupil midriasis,
berbentuk bowling pin, dapat tunggal maupun multipel, ditemukan pada 25%
populasi dengan bentuk yang beraneka ragam.
Sumber : http//www.opt_indiana_edu-riley-HomePage-newslitlampslitlampgraphics_Part_two_Slitlamp.htm
2.
Stellatum (Y suture)
Merupakan variasi bentuk dari katarak lamellar yang hanya melibatkan
lapisan luar embrionik nukleus lensa, umumnya bilateral, tidak menyebabkan
reduksi visual kecuali bila terjadi pembesaran ukuran.
Polaris/piramidalis anterior
Biasanya berbentuk bulat, berbatas jelas, menyebabkan opasitas pada
permukaan anterior lensa, berbentuk seperti pyramid. Gangguan panglihatan
tergantung pada ukuran dan letak katarak.
Polaris/piramidalis posterior
Biasanya berbentuk bulat, berbatas jelas, menyebabkan opasitas pada
permukaan anterior lensa. Oleh karena terletak lebih dekat ke retina, katarak
Referat Katarak
Zonular/lamellar
Katarak zonular/lamellar merupakan bentuk katarak yang paling sering
dijumpai pada katarak kongenital. Terdapat berbagai variasi ukuran
tergantung pada gangguan perkembangan yang terjadi intrauterin. Berbentuk
bulat atau oval, berwarna kelabu, mengelilingi daerah jernih di sentral nukleus
fetus, opasitas radial di bidang ekuator. Opasitas menunjukkan tendensi
progresifitas densitas daripada ukuran, dan menetap pada usia 35-55 tahun.
Oleh karena terjadi peningkatan densitas maka akan terjadi gangguan
penglihatan dengan derajat yang bervariasi.
Gambar 2.6 Katarak zonular dilihat secara optik (a), dan menggunakan
retoiluminator (b)
Sumber : http//www.opt_indiana_edu-riley-HomePage-newslitlampslitlampgraphics_Part_two_Slitlamp.htm
Referat Katarak
10
Gambar 2.7 Katarak lamellar dengan opasitas pada serat lensa di bidang
ekuator
Sumber : Ophtalmology, a Pocket Textbook Atlas, 2nd Ed, Thieme, pg 187
Berdasarkan maturitas 6,7,9
1. Katarak insipien
Opasitas dimulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks
anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai tampak di korteks.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap pada
waktu yang lama.
2. Katarak intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degeneratif
menyerap air. Lensa yang edema mendorong iris sehingga bilik mata
depan lebih dangkal dibandingkan normal dan dapat menimbulkan
penyulit glaukoma. Katarak tipe ini berjalan cepat dan menyebabkan
miopi lentikular.
3. Katarak immatur
Katarak belum mengenai seluruh lapis lensa, volume lensa dapat
bertambah karena meningkatnya tekanan osmotik akibat bahan lensa yang
degeneratif, dan dapat menimbulkan penyulit berupa glaukoma sekunder.
4. Katarak matur
Referat Katarak
11
yang
mengalami
degenerasi
lanjut.
Massa
lensa
yang
12
Berdasarkan usia dan bentuk (age related - katarak senilis dan presenilis) 6,8,9
1. Kortikal (spoke cuneiform)
Proses opasitas lensa dimulai dari perifer lensa dan terus meluas ke area
pupil. Prosesnya dapat dimulai dari setiap kuadran, namun daerah nasal
inferior lebih prevalen daripada kuadran lainnya. Proses diawali dengan
separasi lamella lensa yang disebabkan oleh overhidrasi lensa. Opasitas
dapat terjadi di bagian anterior maupun posterior lensa dan tidak dapat
diprediksi progresifitasnya.
13
lama, trauma atau akibat uveitis kronik. Tipe ini merupakan salah satu
jenis katarak yang progresifitasnya paling cepat sehingga harus dimonitor
dengan seksama.
Referat Katarak
14
Warna
Kuning muda
Kuning
Kuning tua
Kuning jingga
Jingga kecokelatan (brunescent)
15
Sklerosis
Proses ini melibatkan predominasi nukleus dan merupakan bagian dari proses
degenerasi yang normal. Peningkatan densitas protein lensa dan peningkatan
jumlah protein dengan berat molekul tinggi yang terikat pada sulfida
menyebabkan hilangnya transparansi lensa, yang mengakibatkan pembiasan sinar
iregular pada katarak.
II.6 Diagnosis 10,11
a.Gejala dan Tanda
Gejala
1. Glare, reduksi penglihatan secara drastis yang terjadi pada saat pasien
melihat sumber cahaya terang dimana terjadi gangguan difusi penglihatan
gelap-terang dan penglihatan warna. Hal ini tidak ditemukan pada katarak
subkapsular posterior.
Referat Katarak
16
diurnal
penglihatan.
Pada
katarak
kupuliformis
(sentral)
penglihatan lebih buruk pada siang hari dengan pencahayaan yang cukup
(day-blindness atau hemerelopia) tetapi membaik menjelang malam hari.
Sedangkan katarak kortikal perifer sebaliknya.
4. Distorsi penglihatan, katarak dapat menyebabkan sudut atau garis lurus
menyerupai kurva atau bergelombang yang disebut metamorphopsia.
5. Halo, merupakan cincin pelangi yang terlihat di sekeliling sumber sinar,
merupakan gejala penting pada glaukoma (corneal halo). Halo dapat
diketahui dengan Finchams test dengan menggunakan slit vertikal pada
slit staenopic (black disc) dilewatkan melalui mata pasien dimana
pasiennya sambil menatap sumber cahaya terang. Pada pasien dengan
katarak akan terlihat halo yang menyebar di sekitar fan yang berputar,
disebut halo lentikular.
6. Monokular diplopia/poliopia, gambaran multipel dari suatu objek yang
terbentuk di kornea oleh karena refraksi iregular akibat lensa dengan
katarak. Keadaan ini dapat dibedakan dengan diplopia binokular dengan
cover-test atau pin-hole test. Diplopia binokular akan hilang bila salah satu
mata ditutup. Diplopia monocular tidak menghilang dengan cover-test,
namun menghilang jika dilakukan pin-hole test.
7. Perubahan persepsi warna disebabkan lensa yang menguning secara
progresif menyebabkan perubahan saturasi warna dari bayangan yang
terlihat.
Referat Katarak
17
8. Black spots, pasien mungkin mengeluh melihat titik hitam yang terfiksasi
pada lapang penglihatannya dan harus dibedakan dari muscar volitantes
pada kelainan vitreo-retina.
9. Perubahan perilaku, terlihat pada katark juvenilis, dimana anak-anak tidak
dapat mengungkapkan keluhannya secara verbal. Anak seringkali
tersandung, dan tidak tertarik pada objek di sekitarnya.
Tanda
1. Visual acuity, tajam penglihatan turun sesuai dengan derajat maturitas
katarak. Pada katarak imatur turun dari 6/9 sampai hitung jari, katarak
matur turun dari melihat lambaian tangan hingga persepsi cahaya. Namun,
hal ini tidak mutlak terjadi pada katarak sentral.
2. Leukokoria atau white pupil, pupil terlihat putih kelabu pada katarak
imatur, putih mutiara pada katarak matur, dan putih susu pada katarak
hipermatur.
3. Kedalaman bilik mata depan normal kecuali pada katarak intumesen bilik
mata depan lebih dalam dari normal, dan pada katarak hipermatur lebih
dangkal dari normal, mengandung sel-sel dan flare yang dapat
menginduksi terjadinya uveitis.
4. Kornea dan konjungtiva umumnya normal. Dapat terjadi edema kornea
bila ada lens-induced glaucoma. Injeksi kornea terjadi bila ada lensinduced glaucoma atau uveitis.
5. Bayangan iris, pada katarak imatur bayangan kresentik dari iris terlihat
pada pupil dengan iluminasi oblik, sedangkan pada katarak matur
bayangan iris tidak terlihat pada pupil karena opasitas yang meluas pada
kapsul anterior lensa.
6. Distant Direct Ophthalmoscopy (DDO). Pada pupil yang berdilatasi
dengan menggunakan oftalmoskop pada jarak 25 cm, memperlihatkan
katarak berupa bercak hitam pada latar belakang merah yang berasal dari
fundus. Pemeriksaan ini penting untuk membedakan katarak dari nuclear
sclerosis yang hanya memperlihatkan latar belakang merah. Sedangkan
Referat Katarak
18
pada katarak matur tidak ada latar belakang merah yang terlihat, karena
opasitas telah mencakup seluruh lensa.
7. Fundus. Pada stadium awal katarak retina dapat dilihat dengan
oftalmoskop dan terlihat normal, namun pada stadium lanjut retina tidak
dapat dilihat.
8. Tekanan intra okuli (IOP) umumnya normal kecuali bila terjadi lensinduced glaucoma (phacolytic atau phacomorphic) tekanan intra okuli
akan meningkat.
9. Purkinje-Sanson Images. Mata tidak hanya merefraksikan sinar tetapi juga
merefleksikan bentuknya
Referat Katarak
19
2. Tekanan intra okuli (IOP). Tekanan intra okuli harus terkontrol sebelum
dilakukan operasi katarak karena dapat menimbulkan komplikasi intradan postoperatif.
3. Pemeriksaan fundus okuli untuk mengetahui detil retina dan kelainankelainan pada segmen posterior mata yang dapat mengganggu
penglihatan.
4. Lacrimal syringing. Metode penting untuk menemukan blokade atau
fokus infeksi pada sistem drainase lakrimal. Fokus infeksi intraokular dan
ekstraokular di gigi, thorax, dan traktus urinarius meningkatkan infeksi
intraokular atau endoftalmitis.
5. Tekanan darah. Hipertensi menyebabkan perkembangan retinopati
hipertensif dan juga hemoragik ekspulsif selama operasi, misalnya ruptur
pembuluh darah koroid. Antihipertensi harus diberikan sebagai medikasi
preoperatif untuk mengontrol tekanan darah. Penggunaan adrenalin dan
fenilefrin harus dihindari.
6. Kadar gula darah yang tinggi preoperatif akan mengganggu penyembuhan
luka dan resiko infeksi sehingga harus diobservasi selama periode
perioperatif.
7. General check up, pemeriksaan darah lengkap, urine lengkap, EKG, X-ray
thorax.
8. Tes fungsi makula, dilakukan preoperative untuk menilai potensi
penglihatan postoperative pasien, pemeriksaannya antara lain :
Pada media transparan
-
tajam
penglihatan
antara
derajat
katarak
dengan
Referat Katarak
20
Visometer atau potential acuity meter (PAM), tes ini berkaitan dengan
potensi tajam penglihatan pasien postoperatif.
Maddox rod test : satu set lensa silindris berwarna merah dengan
kekuatan tinggi. Sumber titik dari cahaya putih akan terlihat sebagai
garis merah. Bila terdapat kelainan di makula, garis akan tampak
iregular dan terdistorsi.
Referat Katarak
21
Referat Katarak
22
Katarak hipermatur
3. Indikasi estetik
White pupil yang disebabkan oleh katarak tidak dapat
diterima sepenuhnya oleh pasien usia muda, operasi katarak
dilakukan untuk menghilangkan white pupil walaupun fungsi
penglihatan tidak kembali sepenuhnya.
Operasi Katarak
11,12
Persiapan preoperatif
1. Lebih baik bila pasien telah dirawat inap 1 hari sebelum operasi.
2. Lakukan informed consent.
3. Eye-lashes mata yang akan dioperasi diepilasi dengan hatihati, dibersihkan dengan Povidone-Iodine 5 % solution dan
ditandai.
4. Diberikan antibiotik profilaksis topikal tiap 6 jam.
5. Sedativa ringan (Diazepam 5 mg) dapat diberikan 1 hari
sebelum operasi pada pasien yang mengalami ansietas.
6. Pada hari operasi, pasien dipuasakan 6-8 jam.
Referat Katarak
23
8. Medikasi lain yang diperlukan seperti anti-glaucoma, anti-hipertensi, antiasmatik, dll tetap diberikan. Sedangkan obat-obat anti anti-diabetes dihentikan
pemberiannya pada hari operasi karena dapat menyebabkan hipoglikemia, dan
diberikan kembali 1 hari postoperatif.
Anestesia 11
Agen anestesia
1. Lignocaine atau Xylocaine 2% agen anestesia utama
2. Bupivacaine 0,75% digunakan secara primer untuk memperpanjang durasi
anestesi dan efek analgesia pastoperatif.
3. Adrenalin (1 : 200.000) menyebabkan konstriksi pembuluh darah, mengurangi
kecepatan absorpsi agen anestesia, mengurangi dosis pemberian obat-obat
anestesi sehingga meminimalkan efek samping.
4. Hyaluronidase 7-15 IU per ml digunakan untuk meningkatkan difusi obatobat anestesia pada jaringan orbita.
Kebanyakan operasi katarak dilakukan dengan anestesia lokal kecuali pada anakanak dan pada pasien dengan ansietas.
Teknik anestesia yang biasa digunakan antara lain :
1. Anestesia retrobulbar
Pasien diminta melihat lurus ke atas, dengan menggunakan
jarum 20G 2,5 inch round tip ditusukkan tegak lurus pada 2/3
medial, 1/3 lateral batas orbita inferior sedalam 2 cm.
Referat Katarak
24
Analgesia
Akinesia
Midriasis
Hemoragik retrobulbar. Bila hal ini terjadi, operasi harus ditunda selama
dua minggu dan diberikan agen hiperosmotik untuk menurunkan tekanan
intra okuli.
Infeksi
2. Anestesia Peribulbar
Teknik ini dilakukan untuk meminimalkan komplikasi yang mungkin timbul
akibat anestesia retrobulbar. Pasien diminta melihat lurus ke atas, dengan
menggunakan jarum 26G 1 inch ditusukkan tegak lurus pada 2/3
medial, 1/3 lateral batas orbita inferior. Kemudian arah jarum
digerakkan ke arah posterior, superior, dan medial menuju ke
apeks orbita, diinjeksikan sekitar 5 ml cairan anestesi. Titik
lain dipilih pada arah berlawanan secara diagonal dari titik
pertama, yaitu 2mm pada 1/3 medial, 2/3 lateral batas orbita
superior, diinjeksikan sebanyak 3 ml obat anestesi.
3. Facial Nerve Block
Teknik ini biasa juga disebut Teknik OBriens, sudah jarang
dilakukan karena beberapa agen anestesi dapat berdifusi
Referat Katarak
25
langsung
ke
otot
orbikularis
okuli.
Prosesus
kondilaris
ditunjukkan
dengan
ketidakmampuan
pasien
ke
diangkat
limbus
dari
jam
10
sampai
jam
2.
Titik-titik
26
27
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.16 Ekstraksi katarak ekstrakapsular, kapsul anterior lensa dibuka
dengan menggunakan curvilinear capsulorrhexis(a), phacoemulsification
yang disertai aspirasi nukleus dan korteks lensa(b), Posterior chamber lens
diimplantasikan dalam kapsula lensa(c).
Sumber : Ophtalmology, a Pocket Textbook Atlas, 2nd Ed, Thieme, pg 197
b. Intra-capsular cataract extraction (ICCE) 12
Lensa dikeluarkan secara in toto, nukleus dan korteks dikeluarkan dalam
kapsula lensa setelah memutuskan zonula zinii. Kerugiaannya hanya dapat
dilakukan implantasi anterior chamber IOL yang dapat menimbulkan
komplikasi terhadap kornea. Selain itu tidak ada barrier segmen anterior dan
posterior bola mata sehingga mudah timbul komplikasi. Keuntungannya
adalah tidak akan terjadi katarak sekunder karena seluruh komponen lensa
telah dikeluarkan.
Tahap-tahap pembukaan bola mata dan penutupan luka di limbus sama
dengan yang dilakukan pada ECCE. Namun, metode pengeluaran lenda
berbeda dengan insisi yang lebih besar (jam 9.30 2.30 atau lebih) dan
Referat Katarak
28
Referat Katarak
29
Pengeluaran
ECCE
Nucleus dikeluarkan
ICCE
Lens dikeluarkan secara
lensa
in toto
Kapsula
disuction
Intak
dikeluarkan
posterior &
zonula zinii
Incisi
Iridektomi
perifer
menghindari glaukoma
Instrumen
Diperlukan
(rumit)
Waktu
Implantasi IOL
Lebih lama
Posterior chamber
Lebih singkat
Anterior chamber
(Pseudo-phakic Bullous
Teknik
Biaya
Komplikasi yang
Lebih sulit
Lebih banyak
After-Cataract
meningkat
Keratopathy)
Lebih mudah
Lebih sedikit
1. Prolaps &
degenerasi vitreus
2. Edema makula
3. Endophthalmitis
4. Aphakic Glaucoma
5. Fibrous &
Endothelial
ingrowth
6. Neovascular
Glaucoma in
Proliferative
Diabetic
Retinopathy
After-Cataract
Komplikasi yang
Seluruh komplikasi
berkurang
yang disebutkan
Indikasi
pada ICCE
Prosedur rutin untuk
1. Dislokasi lensa
2. Subluksasi lensa
(kecuali bila
(>1/3 bagian
merupakan
zonula rusak)
komplikasi)
3. Referat
Chronic
Lens
Katarak
30
Induced Uveitis
4. Katarak hipermatur
dengan kapsula anterior
12
vitrektomi
atau VISC
(Vitreous
Irrigation
Suction
12,13
Teknik ini merupakan suatu bentuk modifikasi ECCE dimana nukleus diubah
ke dalam bentuk bulir diemulsifikasi dengan gelombang suara frekuensi tinggi
(40,000 MHz), kemudian dilakukan suction melalui insisi kecil
(3,2 mm). Kemudian foldable IOL khusus dimasukkan ke
dalam kapsula lensa melalui insisi yang sama. Keuntungannya
adalah tidak ada kemungkinan kecil terjadinya astigmatisma
postoperatif, penyembuhan luka lebih cepat, dan rehabilitasi
visual dapat terjadi dalam 6-8 minggu.
Tata laksana postoperatif
12
Referat Katarak
31
Referat Katarak
32
1. Hipermetropia
tinggi
absolute
(menyebabkan
kehilangan
kekuatan
konvergensi sekitar 18 dioptri dan bersifat absolute karena tidak ada bagian
yang dapat mengkompensasi daya akomodasi)
2. Astigmatisme
3. Kehilangan daya akomodasi
4. Perubahan persepsi warna
5. Lebih banyak sinar UV (in A-band) yang sampai di retina
(Polymethyl
Methacrylate),
Silicone
atau
Acrylic
Accomodative
IOL
dapat
bergerak
ke
depan
dan
belakang,
(a)
(b)
Referat Katarak
33
(c)
(d)
34
3. Contact lenses
Lensa kontak mengurangi magnifikasi bayangan hingga 3-4%. Diindikasikan
terutama pada pasien usia muda dan kasus-kasus dengan afakia unilateral
dimana tidak terdapat fasilitas untuk implantasi IOL.
Referat Katarak
35
36
terutama pada pasien berusia lebih dari 55 tahun. Katarak tidak pernah reversibel
walaupun faktor predisposisinya telah dihilangkan.
Efek pada kelangsungan hidup
Pada studi tahun 2001, katarak dihubungkan dengan tingkat mortalitas yang lebih
besar pada wanita usia lanjut yang berkaitan dengan faktor resiko tertentu yang
mendasarinya. Pada studi tahun 2004 di Italia, dikonfirmasi bahwa terdapat
hubungan antara masa hidup yang memendek dengan katarak, terutama pada
kasus katarak yang memerlukan koreksi dengan operasi. Beberapa studi
mengemukakan bahwa kelangsungan hidup yang lebih buruk terdapat pada pasien
dengan katarak pada nukleus atau kombinasi yang dikaitkan dengan diabetes
mellitus dan kebiasaan merokok.
Referat Katarak
37
BAB III
KESIMPULAN
Katarak keadaan yang ditandai peningkatan opasitas lensa yang derajatnya
bervariasi dari ringan hingga komplit, menyebabkan deviasi pembiasan atau blokade
sinar datang sehingga tidak tepat difokuskan pada sistem fotoreseptor di retina yang
menyebabkan kebutaan terbanyak di dunia. Lebih dari 90% kasus merupakan katarak
senilis, tetapi terdapat pula akibat kelainan kongenital, herediter, ataupun akibat
penyulit penyakit mata menahun.
Etiologi katarak masih belum diketahui dengan pasti, namun dipengaruhi oleh
berbagai faktor resiko, antara lain usia lanjut, genetik, pajanan terhadap radiasi jangka
panjang, inflamasi dan trauma lokal mata, efek sekunder dari penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus, hipertensi, dan dehidrasi kronik, defisiensi antioksidan, status atopi
atau alergi seseorang, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol, serta drug-induced
cataract. Katarak diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, yaitu maturitas,
lokasi, opasitas dan warna lensa, onset, asal mula terjadinya, serta kausa yang beraneka
ragam.
Dua patogenesis utama yang terlibat pada mayoritas katarak (terutama katarak
senilis) adalah hidrasi dan sklerosis. Hidrasi lensa disebabkan oleh Kegagalan
mekanisme pompa/transport aktif, peningkatan kebocoran (leakage) pada kapsula
anterior dan posterior lensa, peningkatan tekanan osmotik lensa. Sedangkan sklerosis
merupakan proses degeneratif yang umum terjadi.
Diagnosis katarak didasarkan pada gejala glare, pandangan kabur, variasi
diurnal penglihatan, distorsi penglihatan, adanya halo, monokular diplopia/poliopia,
gangguan persepsi warna, black spot, dan perubahan perilaku pada pasien anak-anak.
Selain itu, katarak juga ditandai dengan adanya penurunan tajam penglihatan,
leukokoria, bilik mata depan yang lebih dangkal dan tekanan intra okuli yang
meningkat pada katarak intumesen, serta adanya gambaran Purkinje Sanson.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis katarak
antara lain pemeriksaan tajam penglihatan, kemampuan penglihatan warna, refleks
pupil, tonometri, visometri, keratometri, sampai visual evoked response (VER) dan
elektroretinogram, tergantung indikasi.
Referat Katarak
38
Belum ada tata laksana medikamentosa yang adekuat untuk mencegah atau
mengatasi masalah katarak, regimen yang diberikan hanya bersifat suportif dan
suplementasi, seperti antioksidan dan anjuran kecukupan gizi seimbang. Adapun terapi
definitif untuk katarak adalah tindakan operatif. Ada 4 teknik operasi yang dapat
dilakukan untuk evakuasi katarak yaitu ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECCE) dan
modifikasinya berupa fakoemulsifikasi, ekstraksi katarak intrakapsular, dan lensektomi
pars plana dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. ECCE adalah
tindakan yang paling lazim dilakukan dewasa ini karena menimbulkan komplikasi yang
lebih sedikit pasca operasi. Rehabilitasi visual postoperatif dilakukan dengan
implantasi IOL, kacamata afakia, maupun dengan lensa kontak dengan kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Implantasi IOL memberikan rehabilitasi visual terbaik
dan telah sering dilakukan dengan berbagai modifikasinya.
Referat Katarak
39