Anda di halaman 1dari 10

Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dab graphien yang berarti

tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang. Biografi, secara
sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat
berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku.
Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan
seseorang dan peran pentingnya sementara biografi yang panjang meliputi, tentunya, informasiinformasi penting namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya dituliskan dengan
gaya bercerita yang baik.
Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Lewat
biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri yang
melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi
biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun
demikian, biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau
masa tertentu. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah, namun tak jarang
juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara kronologis. Beberapa
periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tema-tema utama tertentu (misalnya
"masa-masa awal yang susah" atau "ambisi dan pencapaian"). Walau begitu, beberapa yang lain
berfokus pada topik-topik atau pencapaian tertentu.
Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa
benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan-bahan
pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memaparkan
peranan subyek biografi itu.
Biografi adalah suatu kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang yang bersumber pada
subjek rekaan (non-fiction / kisah nyata). Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekadar
daftar tangga lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang,tetapi juga menceritakan tentang
perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut yang menonjolkan perbedaan
perwatakan termasuk pengalaman pribadi.
Macam-macam Biografi :
* Berdasarkan sisi penulis
* Berdasarkan Isinya
* Berdasarkan persoalan yang dibahas
* Berdasarkan penerbitannya
Berdasarkan sisi penulis
1. Autobiografi.
Ditulis sendiri oleh tokoh yang tercatat perjalanan hidupnya
2. Biografi.

Ditulis oleh orang lain, berdasarkan izin penulisan dibagi atas :

Authorized biography, yaitu biografi yang penulisannya seizin atau sepengetahuam tokoh
didalamnya
Unauthorized biography, yaitu ditulis seseorang tanpa sepengetahuan atau izin dari tokoh
di dalamnya (biasanya karena telah wafat)

Berdasarkan Isinya

Biografi Perjalanan Hidup, Isinya berupa perjalanan hidup lengkap atau sebagian paling
berkesan.
Biografi Perjalanan Karir, Isinya berupa perjalanan karir dari awal karir hingga karir
terbaru, atau sebagian perjalanan karir dalam mencapai sukses tertentu.

Berdasarkan persoalan yang dibahas


Biografi politik.
yaitu penulisan tokoh-tokoh di negeri ini dari sudut politik. Dalam biografi semacam ini bahanbahan dikumpulkan biasanya melalui riset. Namun, biografi semacam ini kadang kala tidak lepas
dari kepentingan penulis ataupun sosok yang ditulisnya.
Intelektual biografi
yang juga disusun melalui riset dan segenap temuan dituangkanpenulisnya dalam gaya penulisan
ilmiah.
Biografi jurnalistik ataupun biografi sastra
yaitu materi penulisan biasanya diperoleh dari hasil wawancara terhadap tokoh yang akan ditulis
maupun yang menjadi rujukan sebagai pendukung penulisan. Ini lebih ringan karena Cuma
keterampilan dan wawancara.
Berdasarkan penerbitannya
Buku Sendiri.
Penerbitan buku kategori ini dilakukan atas inisiatif penerbit dengan seluruh biaya penulisan,
percetakan, danpemasaran ditanggung oleh produsen. Biografi jenis ini biasanya memuat kisah
hidup tokoh-tokoh yang diperkirakan akan menarik perhatian publik.
Buku Subdisi.
Ongkos pembuatan buku jenis ini sebagian dibiayai oleh sponsor. Biasanya pola ini dilakukan
pada buku-buku yang diperkirakan dari segi komersial tidak akan laku atau kalaupun bisa dijual
harganya sangat tinggi sehingga tidak terjangkau.

Beberapa masalah dengan autobiografi adalah :

Kecenderungan untuk melebih-lebihkan jika berbicara mengenai diri mereka, dan


membuat opini seolah sebagai fakta.
Tidak dapat dipastikan. Jika satu-satunya sumber dari suatu fakta mengenai salah seorang
tokoh adalah diri tokoh tersebut sendiri, maka pembaca tidak dapat memastikannya.
Pembaca tidak akan dapat memastikan harapan, mimpi, pemikiran, dan aspirasi tokoh
tersebut. Walaupun mungkin benar, jika pembaca tidak dapat memastikan hal tersebut,
hal tersebut tidak layak dipublikasikan.
* Orang sering memasukkan informasi ke dalam otobiografi yang belum pernah
diterbitkan di tempat lain, atau merupakan hasil dari pengetahuan dari tangan pertama.
Informasi semacam ini mengharuskan pembaca untuk melakukan riset primer untuk
dapat memastikannya. (Sebagai contoh: Kecuali jika ukuran sepatu Anda, untuk suatu
alasan yang luar biasa, telah menjadi pengetahuan publik, memasukkan ukuran sepatu
Anda ke dalam artikel mengenai diri Anda adalah riset orisinal, karena untuk memastikan
hal itu mengharuskan pembaca untuk datang kepada Anda dan mengukur kaki Anda
sendiri.).

Pelaksanaan Penulisan Biografi:


TAHAP I : Diadakan pertemuan dengan klien untuk membicarakan rencana penulisan. Klien
akan diberi penjelasan lebih jauh tentang sistem penulisan biografi yang kami terapkan serta halhal lain yang perlu diketahui klien. Klien kemudian menetapkan bentuk dan jenis biografi yang
diinginkan.
TAHAP II : Keinginan klien akan kami bawa dalam pertemuan dengan sesama anggota
kreatifnet untuk didiskusikan dan direncanakan. Setelah itu kami akan menghubungi klien untuk
melakukan pembicaraan lebih lanjut. Bila semuanya oke, akan diadakan penandatanganan
kontrak penulisan.
TAHAP V: Hasil penyusunan dalam bentuk naskah tertulis akan diserahkan kepada klien untuk
dikoreksi. Lama pengoreksian oleh klien maksimal satu minggu. Setelah itu, naskah
dikembalikan lagi kepada kami.
TAHAP VI: Perbaikan serta pemrosesan akhir kami lakukan. Bila ada yang kurang jelas, klien
akan kami hubungi lagi.
TAHAP VII: Tahap penulisan dianggap selesai. Hasil akhir berupa naskah jadi dalam bentuk
print-out dan CD kami serahkan kepada klien. Untuk memperbanyak dalam bentuk buku atau
CD akan diadakan pembicaraan lanjutan antara kami dan klien.
Saat menulis biografi, seorang penulis berupaya menyajikan perjalanan kehidupan seorang
tokoh. Biasanya, ungkapan ekspresi waktu yang bervariasi dapat menjadikan tulisan lebih
menarik dan tidak menonton.

Selain itu Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain:

Pilih seseorang yang menarik perhatian Anda.


Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut.

Mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu.

Pikirkan, apa lagi yang perlu Anda ketahui mengenai orang itu, bagian mana dari
hidupnya yang ingin lebih banyak Anda tuliskan.

Beberapa pertanyaan yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan misalnya:

1. Apa yang membuat orang ini istimewa atau menarik?


2. Dampak apa yang telah ia lakukan bagi dunia atau orang lain?
3. Kata sifat apa yang mungkin akan sering Anda gunakan untuk menggambarkan orang
ini?
4. Contoh apa yang dapat dilihat dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut?
5. Kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang itu?
6. Apakah ia mampu mengatasi rintangan tersebut? Apakah ia mengatasinya dengan
mengambil resiko? Atau dengan keberuntungan?
7. Apakah dunia akan menjadi lebih baik atau lebih buruk jika orang ini tidak pernah hidup?
Bagaimana bisa dan mengapa?
8. Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari perpustakaan atau internet
untuk membantu Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas serta supaya cerita Anda
lebih menarik.

Berikut ini ungkapan ekspresi waktu yang dapat digunakan. Menjelaskan hubungan waktu urutan
peristiwaPertama kali, pada mulanya;o Pertama kali, pada mulanya;

Kemudian,lalu,berikutnya,sesudahitu,setelahini, setelah/peristiwa/kejadian ini


Akhirnya Untuk menunjukkan satu waktu

Pada (usia/umur) 12, saat berusia 12 (tahun)

Tahun lalu, tahun ini, tahun mendatang, tahun berikutnya, hari berikutnya setahun yang
lalu Untuk menunjukkan periode waktu yang terus berlanjut. Selama masa remaja, waktu
saya remaja, selama tiga tahun, untuk waktu yang lama. Sejak (awal periode yang terus
berlanjut) Preposisi

Di (nama tempat, arah), pada (tanggal/bulan/tahun)

Referensi :
- http://mgmpbinsmpbangkalan.blogspot.com/2008_02_01_archive.html
- http://68site.blogspot.com/2009/03/biografi.html
- http://pelitaku.sabda.org/bagaimana_menulis_biografi

MENULIS NOVEL BIOGRAFI ITU GAMPANG-GAMPANG SUSAH


Oleh Langlang Randhawa
Pada mulanya saya hanya mengenal teori menulis saja. Dalam hal ini adalah menulis novel. Tak
pernah terbayangkan saya akan berhadapan dengan cara penulisan jenis-jenis novel yang
memang beragam. Ada novel komedi, serial, biografi, sains, dan lain sebagainya. Ternyata
memang, jika bumbu dan bahan untuk memasak sudah ada, maka jenis masakan apapun akan
bisa kita olah. Nampaknya itu yang bisa saya ambil kesimpulan dari pengalaman-pengalaman
yang saya alami. Betapa tidak, saat saya menerbitkan novel berjenre komedi plesetan berjudul
Slonong Boy Millionaire (Bentang Pustaka Mizan Group: 2009), saya harus bekarja keras agar
karya saya memang ngomedi banget sehingga orang bisa tertawa dan novel plesetan dari film
Slumdog Millionaire itu bisa disebut novel komedi. Riset kecil-kecilan saya lakukan; mulai dari
membaca kembali karya-karya dua jago ngocol se-Indonesia Hilman Lupus Hariwijaya dan
Boim Lebon, membuka-buka kembali situs-situs dunia maya yang menawarkan komedi-komedi,
mencatat komedi yang tidak basi didengar, dan melakukan curi-curi joke dari perbincangan
dengan teman-teman. Bahan-bahan itu kemudian saya racik dengan semangat memplesetkan
secara komedi, bahkan saya melakukan penghancuran pada setiap adegan-adegan yang akan
saya plesetkan hingga menjadi komedi. Dan terbukti, beberapa pembaca mengaku sangat
mulas membaca novel tersebut. Lalu saya bertanya dalam hati, dari mana saya bisa menulis
komedi? Karena saya tidak pernah mendapatkan teori khusus menulis komedi, maka jawabannya
hanya satu; setelah teori menulis sudah didapatkan, selanjutnya jenis apa-pun bisa dipelajari
secara otodidak. Itulah gambaran bahwa segala jenis novel apapun bisa kita pelajari, termasuk
juga novel biografi.
Novel Biografi
Lagi-lagi anugrah menghampiri saya pada April 2010. Mizan kembali menelpon Rumah Dunia
dan mereka membutuhkan seorang penulis untuk penggarapan sebuah novel yang diangkat dari
kisah nyata tentang sosok Hanif Sjahbandi, anak Indonesia yang menampilkan permainan sepak
bola apik di klub sepak bola ternama di Inggris, Manchester United.
Saat dunia melirik Indonesia saat para pemain Manchester United membatalkan kedatangannya
bertanding di Jakarta, karena hotel Ritz Carlton dan JW. Mariot, dua hotel yang akan dijadikan
lokasi menginap mereka, diledakkan bom, pada saat yang sama Hanif Sjahbandi dilirik seluruh
warga dunia karena dia menjadi peserta terbaik Training Camp di Old Trafford, stadion megah

kebanggan klub Manchester United. Sontak saja nama Hanif yang meramaikan jagat dunia maya,
menjadi peluang tersendiri bagi penerbit dan ini segera diambil Mizan.
Hitungan manfaatnya adalah, Hanif adalah anak yang menginspirasi bagi generasi-generasi
muda Indonesia, baik yang suka sepak bola atau tidak. Sementara hitungan bisnisnya adalah,
kabarnya Indonesia merupakan fans terbesar Manchester United. Kerena bernilai lebih, Maka
layaklah kisah perjuangan Hanif dijadikan sebuah cerita novel.
Kompromi-kompromi
Lagi-lagi saya tak punya bekal khusus menulis novel yang diangkat dari kisah nyata perjalanan
seseorang atau yang kemudian dikenal dengan novel biografi.
Berbekal pengalaman menulis novel Slonong Boy Millionaire, saya pun menyanggupinya.
Dalam benak saya adalah, menulis novel biografi adalah sekedar melakukan wawancara lalu
menuliskanya seperti halnya saya menjadi seorang wartawan.
Selesaikah tugas saya?
Ternyata tidak.
Banyak sekali kompromi-kompromi dan hitungan baik-buruk dalam novel tersebut. Sehingga
novel yang kemudian saya beri judul Merah Putih di Old Trafford yang diagendakan terbit
pada Juni-Juli 2010 bertepatan dengan momentum Piala Dunia kemarin di Afrika Selatan,
terpaksa molor hingga agustus.
Saya pun harus ngendon atau berlama-lama dalam tahap revisi hingga 4 kali revisi. Sebagai
penulis maka saya berhadapan dengan penerbit jika sudah dalam tahap revisi. Tapi kali ini saya
juga harus berhadapan dengan orangtua Hanif karena memang ini adalah kisah nyata anak
mereka. Semuanya berkeinginan baik untuk semuanya, dan itu memang perlu diskusi yang intens
dan pada akhirnya membuat molor jadwal penerbitan.
Setelah membaca naskah pertama, kedua orangtua Hanif merasa banyak adegan yang kemudian
harus dihilangkan karena pertimbangan sisi psikologis, pergaulan, dan citra Hanif di masa yang
akan datang. Tidak mengada-ngada, tapi terkesan layak atau tidak dipublish demi kemaslahatan
bersama.
Jadi, apa yang kemudian sudah dikatakan Hanif, orangtuanya, adik-adiknya, guru olahraganya,
guru sepak bolanya, serta teman-teman dekatnya saat wawancara kemudian ditimbang ulang.
Inilah hambatan pertama.
Selanjutrnya, hambatan tentang teknik penulisan. Nampaknya saya masih terjebak saat
menuliskan novel ini. Penerbit menginfokan bahwa saya harus menambahkan bumbu fiksi
sedikit yang tak merusak kisah nyata, sehingga antusiasme dan adrenalin pembaca lebih terpacu.
Hal inilah yang pada akhirnya menjadi perdebatan alot.

Pada titik tertentu saya menyerahkan pada editor, hendak dijadikan novel apa ini? Kerena dengan
pendidikannya, orangtua Hanif tidak mau jika ada adegan-adegan fiksi yang baginya tak pernah
dilakukan Hanif. Mereka oke-oke saja dibumbui fiksi, asalkan tidak menggunakan nama Hanif.
Usut punya usut memang terjadi kesalahan komunikasi. Penerbit ingin membuat sebuah novel
yang tak bisa lepas dari unsur fiksi, sementara orangtua Hanif memahami anaknya akan
dibuatkan sebuah buku biografi saja. Entah apa kompromi antara penerbit dan orangtua Hanif,
sehingga novel Merah Putih di Old Trafford bisa terbit awal Agustus 2010 ini. Lalu saya
berkesimpulan, menulis novel biografi itu gampang-gampang susah. Lebih banyak gampangnya
dari pada susahnya. (**)
*Penulis adalah relawan Rumah Dunia. Menulis novel Slonong Boy Millionaire (Bentang
Pustaka Mizan Group: 2009), antologi cerpen Gilalova (Gong Publishing: 2010), dan novel
biografi Merah Putih di Old Trafford (Kaifa Mizan Group: 2010)
*) Disampaikan pada Acara Nyanyore Ala Rumah Dunia, Program Rintisan Balai Belajar
bersama 2010, Direktorat Pendidikan Masyarakat, Dirjen PNFI, Kementerian Pendidikan
Nasional,
Biograf adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah
biografi lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan datadata pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat
dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut.

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya dalam bentuk cerita.
Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti "sebuah
kisah atau sepotong berita".
Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi
keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita
tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan
pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut.
Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih
kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak.

Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan
tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun
kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama.
Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara atau untuk membangkitkan semangat
juang.

Biografi Ki Hajar Dewantara


Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden
Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas
Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti
nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar
kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan
rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.
Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan
bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat
melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit.
Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden
Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya,
ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga
mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.

Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik.
Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan
menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan
kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.
Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto
Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran
nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia
merdeka.
Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada
pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral
Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada
tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat
membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang
pemerintah kolonial Belanda.
Kemudian setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut
membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai komite
tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite
Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan
seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat
jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.
Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens

Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor
Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang
Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain
berbunyi:
"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di
negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan
saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan
untuk dana perayaan itu.
Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita
garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda.
Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan
bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada
kepentingannya sedikitpun".
Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg
menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang)
yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk
bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka.
Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak
adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda
menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah
kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Douwes Dekker dibuang di
Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda.
Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa
memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri
Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman.
Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte.
Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di
bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.
Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun mendirikan
sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan
Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa
kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk
memperoleh kemerdekaan.
Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial
Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober
1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian
dicabut.

Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga


tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan
kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan
itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.
Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap
dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun
1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad
Hatta dan K.H. Mas Mansur.
Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan,
Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan
sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal
kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan
Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28
November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari
Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.
Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28
April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana.
Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti
Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara.
Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri
Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya
tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar
sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam
mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.
Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan
bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan,
status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai
kemerdekaan yang asasi.
Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut
wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah
menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan)

Anda mungkin juga menyukai