Anda di halaman 1dari 57

GERAKAN ARSITEKTUR MODERN

Klasifikasi gerakan arsitektur modern berdasarkan political ideals


dan ciri-cirinya:
I. The Idealist Tradition
2. The Intuitive Tradition
3. He Self Corscious Tradition
4. The Unself Conscius Traditon
5. The Logical Traditon
6. The Activist Tradition
dalam perkembangan arsitektur modern dari tahun '20 - '70 dari
pengamatanpengamatan
Ch.Jencks.
Kenapa arsitektur dikaitkan dengan politik? Baik secara
komporomistis maupun
bertolak belakang dalam perwujudan arsitektur.
Sebab :
1. Arsitektur semakin tergantung pada patron kolekif (negara,
pemerintahan,
kelompok usahawan). Pada tradisi logis, perbedaan kontras
terdapat pada ahli
teknik dengan orientasi dan efisiensi untuk pelayanan
masyarakat.
Buckminster Fuller mengusulkan :
Suatu sistem organisasi dunia yang memajukan insinyur sebagai
arsitek
dunia (universal architect) menggantikan para politikus.
Pada prinsipnya: mengantikan pemikiran-pemikiran politis dengan
pemikiran
teknis dan efisien.
2. Pada umumnya arsitek sangat halus mempengaruhi
pemakainya.
Kenzo Tange mengharapkan:
Dalam menghadapi tantangan realitas, kita harus bersiap-siap
menghadapi masa datang dengan type revolusi teknologi baru
yang dapat
merubah sistem masyarakat yang ada sekarang.
Perencanaan yang skematis, pertumbuhan yang kontinu
merupakan dampak

dari revolusi cybernetic ; yang juga merupakan ciri tradisi logis.


BAGIAN I
TRADISI LOGIS
Periode "20-keatas; kaitan antara arsitekur modern dengan
revolusi
industri Revolusi industri dalam material dan teknologi
mempengaruhi bentukbentuk
arsitektur modern. Dengan hadirnya IPTEK, manusia memuja
'pembaharuan-pembaharuan' dan 'perubahan'. Perubahan pada
tradisi-tradisi
sosial and estetis (nilai-nilai lama).
Dengan IPTEK, kemungkinan untuk
mengembangkan/mewujudkan ide-ide
tentang bentuk yang mengikuti fungsi (form follows function)
semakin
bertambah. Gerakan modern dalam arsitektur mencoba
menyederhanakan dan
menyatukan kerumitan permasalahan yang ada.
Tradisi logis dengan sekumpulan sikap dan metode desain yang
sistematis, menjawab kekacauan mengenai peranan perencanan
bangunan
dengan industri (akibat kurangnya pengertian tentang bagaimana
tersebut
bekerja). Sejarah desain parametrik banyak berkembang di
Jepang dalam
pergerakan arsitektur yang dipelopori oleh Kenzo Tange.
Dalam satu segi merupakan perkembangan dari zaman keiayan
(heroic
period) dari hasil akhir Le Corbusier.
Dan dari segi lain; mirip dengan gerakan super sensualis (yang
menggambarkan keabsolutan teknologi yang kontras dengan nilai
tradisional)
Aliran/Metabolisme Jepang ditempatkan pada tradisi ini sebab
Jepang banyak
mengambil ide dan image, dan kemudian secara sistematis
menyempurnakannya
(sehingga pada umumnya hasilnya lebih baik dari sumber/asal ide
tersebut)

Contoh :
1. Pavillon di Expo 70 (Kenzo Tange) merupakan realisasi dari
Ide Archigram (group Inggris) yaitu Plug in City 1964 dan
Yona Friedman yaitu Spatial City 1961
2. Landmark Tower, Expo 70 (Kiyonari Kikutake) Osaka Dari
proyek yang ada
sebelumnya yaitu : percobaan geodesic dari Bucminster Fuller
dan Archigram
Montreal Tower Project, '64
Sukses yang dicapai oleh para arsitek Jepang memperlihatkan
keajaiban
ekonomi Jepang yang berkembang pesat, ditambah dengan
penemuan teknologi
yang berkembang pesat pula secara alamiah membentuk suatu
filosofi politik
yang 'meritocracy', managerialism, dan teknorasi. Pertimbangan
dari tradisi logis
yang memperhatikan kebesaran yang universal dari alam dan
doktrin dari
fungsionalisme (asumsi dari Pierre Luigi Nervi)
apakah arsitektur bergerak kesuatu bentuk yang sama? Ya!
Berdasarkan : - pendekatan hukum-hukum alam
Jadi : Kelompok logis meramalkan bahwa bentuk "arsitektur
dimasa yang akan
datang akan selalu ditentukan oleh sifat" keteknikan dan
teknologi serta fungsi
dan strukturnya yang mengikuti hukum-hukum alam.
Dengan kata lain: tidak akan ada suatu pengungkapan formil
yang baru lepas
dari sitar-sitar radio
KARAKTERISTIK KELOMPOK LOGIS
1. Manfaatkan teknologi-teknologi diatas segalanya
2. Memegang ideologi seorang ahli teknik (engineer)
3. Fungsionalis dan mengembangkan pendekatan kepada hukumhukum alam
4. Mengandalkan sistem managemen Permasalahan dipecahkan
dengan metode
perencanaan yang sistematis Christopher Alexander mengenalkan

suatu
metode parametrik (suatu masalah dianalisa menjadi parameterparameter
yang jumlahnya ribuan-jutaan --- lalu diorganisasi)
5. Menerapkan disiplin-disiplin ilmu dan penalaran (statistik,
giometris,
sistematik, statika, dll)
6. Ada keinginan untuk memulai menata lingkungan baru
PRAGMATIS --- IDEAL --- UTOPIAN --- FUTURISTIK
TOKOH DAN KARYA
1. BUCKMINSTER FULLER
UNIONTANK CAR CO (1958)
Sebuah bangunan dengan struktur berbentuk dom (0 384feet high 120feet)
Fungsi bangunan: tempat reperasi gerbongl tanki KA
Dom ini dibentuk dari 321 unit panil hexagonal (segi 6) dengan
rangka baja.
Pada masa itu merupakan bentang terbesar
2. KISHO KURUKAWA
Bangunan ini ditandai kapsul dengan pipa saja. Luas kapsul "2,2
m2.
Dibangun dengan sistem metabolisme (semacam knock-downred)
3. KENZO TANGE
PAVILLON UTAMA XPO'70
Terdapat Space Frame dengan lebar 200 feet (60m) yang
merupakan jaringan
3 dimensional untuk penyal man gaya-gaya. Fungsi-fungsi
servisnya
merupakan infra struktur yang ideal. lni merupakan contoh disain
yang
sistematis.
4. PIERLUIGI NERVI
HANGGAR PESAWAT TERBANG
5 buah penyangga utama dan 21 balok pendukung yang lebih

kecil dengan
dimensi 335 feet x 132 feet.
5. FREI OTTO
ARCTIC CITY ENVELOPE (1971)
Merupakan Sperical pneumatic membrane yang diperkuat oleh
jaringan
sebagai pengkaku 2 km, high max 240 m.
Bahan: sintesis transparan dalam 2 lapis, serat "Polister tegangan
tinggi
seterusnya ini dibuat untuk menutupi sebuah kota untuk max
45.000
penduduk di Arctic
LOGICAL TRADITION merupakan kelanjutan dari INTUITIVE
TRADITION
BAGIAN II
TRADISI INTUITIF
I. REVOLUSI GANDA, suatu pergantian orientasi
Arsitek expresionist sekitar awal '20 dengan kebebasan individual,
sering
mencampur adukkan bentuk dengan bentuk anakisme
1.1 Akhirnya perlu ORIENTASl SOSlAL yang diwujudkan dalam
konsep
SOSIALlSME ROMANTIK, berdasarkan semangat kerjasama dan
kekeluargaan. Terjadilah revolusi politik yang dibawa oleh
GROPIUS, MIES,
dan arsitek AVANTGARDE lainnya yang tergabung dalam
NOVEMBER
GRUPPE.
1.2 Perubahan Spiritual yang mengganti nilai-nilai arsitektur
terdahulu,
keduanya disebut REVOLUSl GANDA
Salah seorang UTOPIAN yaitu BRUNO TAUT merupakan pengikut
REVOLUSl
GANDA ini, dicobannya menggabungkan KONSEP NEW CRYSTAL
ARCHITECTURE
dengan konsep lain yang kelihatannya kontradiktif yaitu NEW
COMMUNITY SPIRIT

(mencoba membangun gedung-gedung pusat masyarakat,


bergaya mewah dan
sangat spektakuler, seperti kristal dengan ekspresi teknologi
mutakhir).
II. ARSITEKTUR EKSPRESIONISME DAN FANTASTIK
ldeologi arsitektur ekspresional hanya sedikit terwujud dalam
bentuk
arsitektur. Akibatnya 40 tahun kemudian (sekitar '60 an) kembali,
sebagai
kelompok kecil arsitektur fantastik
ldeologi Fantastic architecture ini:
Menghargai kebebasan imajinasi arsitek dalam melawan
bangunanbangunan
konvensional dan rationalism.
Hundertwasser (Pelukis Austria-awal 60 an) dengan buku :
MOLLID MANIFESTO AGAINST RATIONALISM IN ARCHITECTURE
Dengan dua lema :
1. Kebebasan mencipta mernpakan seni dalam arsitektur
2. Cenderung melawan rasionalis-konvensionalis yang
menganggap garis lurus
adalah sesuatu yang jujur dan efisien
Hundertwasser mengajukan gagasan lain:
Mengahargai kebebasan bentuk dan garis seperti makhlukmakhluk
mikrobiologi.
Beberapa karya yang menganut idea ini diciptakan para arsitek
fantastik seperti :
BRUCE GOFF, GORMAN, RODDILA, dan lain-lain
(idea-idea mikrobiologis)
a. Mereka memperhatikan aneka sifat barang dan bahan yangg
ada disekitarnya
(dari tutup botol sampai kerikil).
Sebagai penyaluran ekspresi yang memiliki ketentuan dan
kekuatan sendiri
yang wajar
b. Keahlian ahli struktur dari MORENDI sampai FREI OTTO yang
menghasilkan
karya eksprektif yang fantastik.

III. CONTOH-CONTOH, ulasan protipe


Berbicara sekitar idea fantastik, perlu diketengahkan ahli-ahli
struktur
sebagai arsitek yang brilian dari Morendi sampai Nervi.
Frei Otto dengan kabel tariknya sampai dengan 21 km, yang
mencoba
mewujudkan konsep hyperbolic berupa kubah luas setebal
(hanya) 14,5 cm
dengan bentang 10 m Sama-sama berangkat dari pendekatan
struktur,
Hans Scharoun (arsitek Jerman) : Karya fantastik bisa mendekati
kebenaran
empirik. Scharoun sebagai arsitek UTOPIAN memegang kuat
kreatifitas
individu sebagai ukuran kualitas.
Philharmonic Hall di Berlin, mencoba menyatakan kesan dan
suasana hingar
bingar pada eksterior dan interiornya. Semangat 'musical
perfomance'
diwujudkan dalam penataan ruang dalam mengikuti bentuk dan
irama yang
diciptakan air terjun (berderai, bergelora, bergemuruh, dan
seterusnya).
Karya lain secara politis dan fungsional digolongkan pada
fantastik adalah
Sidney Opera House (karya Jorn U).
Karya ini banyak diperdebatkan oleh parlemen di Australia,
banyak peserta
yang mengundurkan diri karena program yang berubah. Secara
arsitektur
dapat dipertanyakan apakah shell voult sesuai dengan keperluan
akustik
ruangan atau ekspresi fungsi opera yang diinginkan.
IV. TRADISI INTUITIF MENDATANG, kecendrungan abad 21
Idea dan bentuk diambil mulai dari hal-hal biasa sampai khayalan
diluar
manusiawi. Selain itu diramalkan adanya kelemahan-kelemahan

yang bisa
menjadi sasaran kritik, antara lain:
Kesederhanaan yang cenderung naif (naivity)
Asumsinya tentang hal yang melulu bersifat teknologi, akan dapat
diterima dan menjadi bagian dari masyarakat.
Bagaimanapun tradisi ini mencoba membenahi pandangan
tersebut selain
memperlihatkan potensi mereka yang bersifat sosial, yaitu
potensi
membangun.
RESUME
Pada dasarnya tradisi intuitif selalu meninjau bidang" lain ( Untuk
meminjam atau digunakan kembali untuk merubah hal-hal yang
ada pada
masa kini)
Bahasa kekhususan tradisi intuitif-fonnalisme abstrak-mencoba
mempertemukan ideologi-kreatifitas-dan pendapat umum
BAGIAN III
TRADISIIDEALIS
1. LATAR BELAKANG DAN PERKEMBANGAN
a. Selaras dengan perkembangan zaman muncul bermacammacam teori dan
ide-ide baru. Para arsitek dihadapkan pada tantangan, bagaimana
agar desain
hasil pemikiran mereka dapat dimengerti oleh masyarakat yang
heterogen
dan macam-macam pola hidupnya. Tradisi idealis memperhatikan
pada
fungsionalis, ekspresif, simbolis, dan sopan santun berusaha
menjawab hal
diatas. Tradisi ini adalah inti arsitektur modern, karena sebagian
arsitek
tergabung tradisi ini. Mereka mendesain bangunan yang selaras
dengan
lingkungannya.
Arsitek dari tradisi ini berusaha agar bentuk dapat dipahami, dan
merupakan
kelanjutan dari paham fungsionalisme. Paham fungsionalisme

yang kaku,
disempurnakan dengan membuat hasil (produk) dapat
dikomunikasikan
dengan masyarakat dengan tanpa meninggalkan fungsi
sesungguhnya. LE
CORBUSIER merupakan PIONIR TRADISI IDEALIS
Pemecahan masalah sosial merupakan inti atau masalah utama
dalam tradisi
idealis ini, tidak hanya menganjurkan solusi masalah saja ; tapi
mereka juga
mengajukan usulan-usulan atau altematif dengan pertimbangan
adanya
perubahan di masa datang.
b. Dimulai pada bulan Oktober '20 selama 2 tahun setelah itu, LE
CORBUSIER
menulis dimajalah L'ESPRIT NOVEAU (suatu kumpulan artikel yang
berisi
tentang semangat baru yaitu semangat konstruksi dan sintesa
konsep yang
jelas) dengan selalu menekankan pada ikatan-ikatan idealis
seperti semangat
baru, konsep yang jelas, ZEITGEIST, jaman besar. LE CORBUSIER
berhasil
mengkristalkan seluruh harapan di tahun 20-an itu, tulisan ini
mendapat
tanggapan yang cepat dan nyata.
c. Gerakan-gerakan yang turut merasakan pandangan ini pada
awal tahun 2a-an
antara lain: De Stijl (Belanda), Puristme (Paris), Contructivisme
(Rusia dan
Hongaria), Ekspresionisme dan Utopian (Jerman), Dadaisme dan
Surealisrne
(New York), Kritik (Inggris dan USA) dan Formalisme
(Cekoslovakia). Hal ini
merupakan gabungan eksplosif dari semangat Eropa. Kejadiankejadian di
Eropa terasa cepat bergerak.
Pada waktu itu LE CORBUSIER mengerjakan hampir semua
prinsip-prinsip untuk

karyanya KOTA KONTEMPORER untuk 3 milyun penduduk


direncanakan untuk 30
tahun.
Dalam tradisi dikenal 5 pembabakan yaitu :
1. PERIOOE HEROIC
2. INTERNATIONAL STYLE
3. METAPHYSIC
4. CIBERNETIC
5. SEMIOLOGI
1. PERIODE HEROIC
Berawal dari tradisi logis
Arsitek-arsitek berusaha mengatasi masalah sosiaI rang dihadapi
masyarakat,
rang hal ini hanya menurut ideal si arsitek. Jadi secara tidak sadar
arsitek
menganggap dirinya sebagai pahlawan. Contoh periode heroic:
KOTA
KONTEMPORER oleh LE CORBOSIER, antara lain berisi :
pemisahan garis fungsi-fungsi utama
sistem-sistem sirkulasi
kota taman
jalan-jalan dalam blok apartement
e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 5
Secara politis karya ini antara lain campuran dari ideologi-ideologi
yang
bertentangan, mendapat kritik pedas dari semua pihak,
misalnya :
KOMUNISME PERANCIS dengan sebutan PERENCANA FASIC, sebab
pemerintahan pusat yang kuat dijalankan oleh kelompokkelompok elite
pengusaha dan selain itu ada masalah perbedaan kelas dalam
masyarakat
(guru dan manajer).
Sikap mendua dari LE CORBUSIER terlihat dari karyanya:
FREEHOLD
MAISONNETTE SCHEME (1922) yang cenderung mengarah kepada
sosial utopia
dan komunisme serta kapitalis pragmatis dan didukung

pertimbangan ekonomi
yang mantap. Proyek ini dengan sifat fungsional, estetis, langsung
ditiru oleh
konstruktivis sosial yang dikembangkan menjadi rumah-rumah
komunal.
Oleh sebab itu dan sebab lain LE CORBUSIER dicap sebagai antekantek komunis
oleh kaum reaksioner. Sebagai pembelaan diri ia mengeluarkan
buku : Toward
and New Architecture (1923) yang dialiri suatu chapter
architecture or
Revolution. LE CORBUSIER dituduh lagi menjadi penganut aliran
marxisme
ortodoks karena ia mencoba memecahkan masalah sosial dengan
cara arsitektur
tanpa revolusi. Hal ini dihadapkan pacta posisi yang sama dari
setiap arsitek
idealis. Ketika ditekan oleh tuduhan ini, LE CORBUSIER beralih lagi
dan sikap
apolitic pragmatis ke justifika teknokrat (netral dan efisien). Hal
ini dinyatakan
pada bagian akhir bukunya yang berjudul The City Of Tomorrow
Pada 1928
Helena de Mandrot di Swiss, dibawah bimbingan LE CORBUSIER
membawa suatu
ide untuk mempertemukan arsitek dalam suatu kongres
internasional (CIAM I).
Hasilnya:
Pameran Weissonhof, yang menetapkan arsitek modern sebagai
gaya
tahun '20-an (segi positif).
LE CORBUSIER kalah dalam liga nasional karena tidak
berkompromi
dengan aliran modern (segi negatif).
CIAM terbagi dalam 2 golongan yang bertentangan :
1. Arsitektur formalis dari Perancis
2. Arsitektur fungsionalis dari Jerman yang terjadi karena
perbedaan borjuis
reformis dan marxis revolusionalis. Kelompok ini tidak mengenal

adanya
pembagian kelas dalam masyarakat.
Karena pertentangan ini (CIAM) mengalami kemunduran arsitek
Jerman (Ernst
May dan Haunes Meyer) membuat suatu kontrol dari pihak
pemerintah
berdasarkan opini publik, contoh : Kasus Frankfurt Jerman yang
memperlihatkan
bahwa dinas tata kota berpengaruh pada perkembangan
arsitektur. Sebelum
kejayaan tradisi idealis pada periode heroic berakhir dikemukakan
dua tradisi
idealis dan harapan untuk peningkatkan mutu.
1. Kepahlawanan yang terjadi pada kehidupan yang sehari-hari
(mengagungagungkan
objek sehari-hari seperti pipa air, botol anggur, knop pintu, mesin)
2. Periode heroic berarti semangat kepahlawanan dari setiap
individu untuk
mengubah masyarakat.
Contoh : monumen atau Mies Van Rohe, bersikap apolitik
pragmatis dan
secara fatal menghormati pada kekuatan struktur yang ada
sehingga
merancang monumen komunis ini. Sikap apolitik ini sangat
mempengaruhi
kemunduran tradisi idealis sesudah periode heroic. Pada dasarnya
aliran sosial
utopian yang menjiwai karya LE CORBUSIER, GROPIUS dan
arsitek-arsitek
CIAM menjadi mundur pada saat estetik dari internasional style
merajai
dunia.
2. INTERNATIONAL STYLE
Pada waktu pertentangan-pertentangan idealis (seperti yang
sudah ditulis
sebelumnya) LE CORBUSIER, GROPIUS, arsitek-arsitek ClAM
membentuk aliran
baru yang tidak memihak idealis manapun, yang menjadi sebab

aliran ini disebut


aliran International Style. International Style mencapai puncak
perkembangannya
pada tahun '50-an. Berupa Curtain Wall. Curtain Wall antara lain
kulit ( selimut)
yang bersifat tidak menunjang, berupa bingkai-bingkai jendela
dan panel-panel
yang ditonjolkan dari struktur bangunan rangka.
Ada 2 kelemahan dan International Style, yaitu:
1. Penghamburan energi untuk ekspresi bangunan
2. Dengan sistem yang berulang dan curtain wall, sukar untuk
mengekspresikan
fungsi yang beragam di dalam bangunan
Contoh bangunan masa International Style:
Seagram Building, NY'58
Lever House, NY '52
Pepsi Cola Building, NY'60
General Motor Technical Centre '55
Tribun Tower, Chicago '22
Pada awal '60 an, terjadi kontradiksi antara kesempurnaan teknis
dan visual
versus kesederhanaan. Hal ini merupakan sebab utama dari
timbulnya New
Brutalism (New brutalism adalah suatu aliran pada masa transisi
dan CIAM ke
team X).
Aliran ini terjadi secara paralel of life and art, yang berusaha
mengobjektifkan
realitas yang mengenai kebiasaan dari masyarakat, keinginankeinginan dan
teknologi rang dikuasai, dan sebagainya.
3. METAFISIK
International Style tersaingi oleh Bureaucratic School, karena
terjadi kontradiksi
antara keunggulan teknik dan visual dari bangunan dengan
kekurangankekurangan
yang tidak dapat disangkal dari arti bangunan sesungguhnya.
Dalam

tradisi idealis ada aliran New Brutalism, selain itu ada aliran
metafisile dimana
arsitek seperti Louis Khan, Aldo Van Eyek dan James Stirling
termasuk dalam
aliran ini.
Karya-karya mereka merupakan derivat-derivat dari prinsipprinsip yang terdapat
pada periode heroik yang menunjukkan bahwa bagaimanapun
juga arsitek tidak
lepas dari pemikiran sosial maupun politik yang menjadi nabi
prinsipini adalah
Louis Khan.
Karya-karya arsitek rang dihasilkan oleh METAPHYSICAL SCHOOL
adalah primitif
dalam ekspresi, tidak fundamentalis, tegas, jelas berdasarkan
elemen-elemen
rang teratur rang secara konseptual dihasilkan arsitek Sebagai
contoh:
Karya James Stirling, St Andreus Residence merupakan
pengulangan bentuk unit
kamar tidur, dan hal ini mempunyai kelebihan dalam mengurangi
ekspresi dalam
efisien danjuga fungsi yang mengidentifikasikan arsitekknya.
Dalam semua kasus ini penekannya pada segi mental dan
kemauan masyarakat
diutamakan dibandingkan bahan-bahan dasarnya.
4. CYBERNETIC SHOOL
Banyaknya kemungkinan baru seperti desain komputer, bank
data desain 3
dimensi holograpic, dan komunikasi laser dan produksi otomatis
(automated
production). Kebencian pada produk-produk mesin (karena patern
yang
diprogramkan itu-itu saja). Salah satu dalil dalam ars modern
yang disetujui oleh
LE CORBUSIER dan WALTER GROPIUS ialah buku arsitek harus
mendesain typetype
arsitek yang beraneka ragam (invariant archetypes), standar atau

object
types yang kemudian bisa diulang tanpa akhir dengan produksi
massal.
Pertimbangan LE CORBUSIER adalah ekenomi sosiologi dan teori
Darwin.
Kaum sosiologis mengatakan bahwa anomik yang coforminty
akibat standarnisasi
tersebut sangat merusak hubungan sosial, individu. Sedangkan
yang lain
mengatakan otomatisasi yang dihasilkan oleh produksi cybernetic
bisa membawa
kita ke kehidupan organik, dunia pekerjaan tangan dimana tiap
bentuk berbeda
dengan bentuk selanjutnya dengan ongkos yang sama,
kecepatan, dan efisien
yang sama untuk suatu produksi ulang.
Rumah dimasa datang dibangun dengan sistem perakitan dimana
panil-panilnya
berlainan yang bisa dipasang menurut sikon.
Produksi cybernetic (sering disebut Revolusi II) akan
mengembalikan lingkungan
pada zaman sebelum industri dimana produksi bisa dipesan.
Manusia dikontrol oleh sistem budayanya bukan hanya hubungan
ekonomi
semata.
Contoh: - Cambridge Faculty of History, oleh James Striling dan
Michael Wilford.
5. SEMIOLOGI
Produksi cybernetic (Rev. Industri II) membuat dampak pada
lingkungan seperti
halnya kejadian pada zaman sebelum revolusi industri terdahulu.
Seperti telah
disebutkan bahwa, lebih baik menyatakan manusia diatur oleh
signs yang
menyeluruh pada kebudayaannya dan tidak oleh kemampuan
ekonominya saja.
Demikian teori mengenai signs, semiology, menjadi landasan
penting, karena hal

ini memberikan bermacam-macam variasi sistem komunikasi.


Teori semiology akan menjelaskan hubungan antara bermacammacam sumbersumber
kolektif, langue dan pilihan individual dan kreasinya, parole.
Menurut Ferdinand de Saussme:
1. Langue = berasal dari language yang berarti cara
berkomunikasi antara
manusia. Dalam arsitek yang dimaksud adalah suatu ciri umum
yang mudah
dikenal dan dipahami oleh masyarakat.
2. Parole = Suatu cara pengungkapan keinginan pribadi (speech)
Dalam arsitek hal ini berarti suatu pemasukan keinan pribadi dari
sang
pencipta kedalam karyanya dengan tanpa memperhatikan
lingkungan
masyarakat apakah karya tersebut dapat diterima atau tidak.
Penggunaan signs dari sumber-sumber yang berbeda-beda
meningkat dikalangan
arsitektur. Jika ia menggunakan sumber-sumber yang terlampau
jauh berbeda
dengan harapan dan keinginan kolektif, maka ia gagal dalam
berkomunikasi.
Robert Venturi telah memperlihatkan dan menerangkan
bagaimana cara seorang
arsitek dapat menggabungkan eliche, citra, dan iklan pada disain
suatu bangunan
tanpa harus terjatuh pada salah satu ekstrim di atas.
Kaum Facis cenderung menyimpan dan menahan pengalaman,
dalam suatu
masyarakat yang pluralis ada kewajiban untuk mengenal
tuntunan-tuntutan yang
bermacam-macam dan masalah sosial yang terjadi.
Contoh: Boston University Complex oleh Jose Louis Sert
Contoh ini membutuhkan kemungkinan manusia bisa
berdampingan
dengan lingkungannya jika fungsi dan bentuk diselaraskan sain
sama
lain.
Pada kenyataannya hubungan antara bentuk dan fungsi atau

signifer dan signifea


sangat susah ditentukan dan selalu menjadi pertanyaan.
Semiologi School
menekankan suatu bentuk (dari suatu bentuk) suatu kawasan
lingkungan bisa
dikenal oleh masyarakatnya.
CIRI-CIRI TRADISI IDEALIS
Sulit untuk merumuskan ciri-cirinya (secarah umum), karena
kadang-kadang
pada suatu periode jauh berbeda dengan periode lain; maka ciriciri ini disusun
berdasarkan kejayaan periode yang mempengamhi tradisi ini;
antara lain:
1. Pada periode Heroic
bertitik tolak pada pemecahan masalah sosial
berlandaskan idealisme pribadi arsitek
dipengaruhi penemuan-penemuan baru mengenai mesin
pendewaan terhadap barang-barang sehari-hari
ekspensif fungsionalis
2. Pada saat dipengaruhi International Style
penggunaan curtain wall dan asesorisnya
clean dan simple
3. Pada saat dipengaruhi Metaphysic School
menempatkan arsitek pada skala kosmis
berdasarkan keinginan untuk membuat dunia lebih baik
berdasarkan gagasan bahwa bentuk dapat dihasilkan dari bentuk
struktur
alami, seperti dome, busur
Primitif dalam ekspresinnya, pengesposan bahan yang berstruktur
kasar
(bata, batu, dan lain-lain)
4. Pada saat dipengaruhi Cybernetic
dalam memecahkan masalah mencoba memberikan alternatif
lain, variant
yang timbul dari kemampuan dan keistimewaan mesin otomat
mass production, standardisasi
pertimbangan dari segi ekonomi, sosiologi, dan teori Darwin
5. Pada saat dipengaruhi Semiologi

berusaha berkomunikasi/menangkap keinginan masyarakat


membuat lingkungan menjadi sesuatu yang bisa dikenal
mendamaikan aliran-aliran yang bertentangan
setiap unsur dan elemen bangunan berperan tanpa lepas dari
kesatuan
CONTOH-CONTOH KARYA TRADISI IDEALIS
LE CORBUSIER
1. Proyek Algier
Permainan fungsi menghasilkan tidak hanya plastik symponi
untuk
kenyamanan penglihatan tetapi juga suatu cara yang membuat
fungsi-fungsi
vertikal sejelas dan sebaik horizontal dalam kota.
2. Kota kontenporer untuk 3 juta penduduk
ROBERT VENTURI
1. Building board, a football hall of fame
o disini diperlihatkan bagaimana arsitek memasukkan suatu klise
iklan dalam suatu bangunan tanpa menjadi langue atau parole.
Hal
ini dipecahkan dengan kontak klise sehingga kontras dengan
bentuk-bentuk yang lain atau dengan kata lain tumpah dari suatu
permukaan ke permukaan yang lain.
o suatu museum yang juga merangkap sebagai penyangga suatu
billboard 2 dimensi yang besar.
o Penyelesaian pemakaian bahan yang kontradiktif tampa
mengkompromir satu sama lain, sehingga keduanya berhadapan
tampa menjadi samar-samar, yang vulgar tidak turun derajatnya
dan serius menjadi meyakinkan secara formal.
PETER SMITTHSON
House of The Future
o Semua permukaannya dibuat dari bagian-bagian melengkung
yang
menghubungkan atau berhubungan sehingga mudah dibersihkan.
o Prinsip yang diambil disini adalah prinsip sebuah badan mobil,
dimana fleksibilitas penyesuaian terhadap situasi mengambil
peranan penting untuk menghilangkan efek destruktif dari
standardisasi, walaupun standardisasi itu sendiri sesuai

dipandang
dari segi ekonomi maupun sosiologi.
TRADISI IDEALIS MEMILIKI IKATAN-IKATAN IDEALISTIS :
SEMANGAT BARU
KONSEP YANG JELAS
ZEITGEIST
BAGIAN IV
TRADISI AKTIFIS
Skema periode sejarah arsitektur modern tercatat adanya
kecendrungan
yang terjadi dengan sendirinya, dimana konsep-konsep dan tipetipe arsitektur
dapat digabungkan, sehingga terjadi kelompok-kelompok arsitek,
kelompokkelompok
ini besar kemungkinan terjadi karena adanya tipe-tipe yang sama,
baik
secara psikologis maupun disiplin ilmu yang dipakai. Tapi pada
dasarnya tak ada
arsitek yang dapat digolongkan secara mutlak dalam satu
kelompok saja dan
barangkali seorang arsitek semakin baik jika semakin sulit
dimasukkan kepada
satu kelompok tertentu, misalnya: LE CORBUSIER.
Tradisi Aktivis mempunyai hubungan dengan tradisi intuitif dalam
perkembangan pemikirannya, dimana kelompok intuitif
pemikirannya
berkembang bebas menjadi anarkis dan tidak selalu ada
komunikasi dengan
masyarakat saat itu. Sedangkan tradisi aktifis pemikirannya jauh
ke depan dan
selalu dihubungkan dengan masyarakat pada saat itu.
KEPUSTAKAAN
Charles Jencks, Modern Movement in Architecture
Broadbent, Design in Architecture
Kenneth Frampton, Modern Architecture

e-USU Repository 2004 Universitas Sumatera Utara 10


Sumber: SRI GUNANA S.
at 14:14 Posted by FERIYANTO 0 comments
Links to this
post
Reactions
:
Teori Kritis Dalam Wacana Teori Arsitektur
bentuk arsitektural adalah titik temu antara massa dan ruang .
Bentuk-bentuk arsitektural, tekstur, material, pemisahan antara
cahaya dan bayangan, warna, merupakan perpaduan dalam
menentukan mutu atau jiwa dalam penggambaran ruang. Mutu
arsitektur akan ditentukan oleh keahlian seorang perancang
dalam menggunakan dan menyatukan unsure-unsur tadi, baik
dalam pembentukan ruang dalam (interior) maupun ruang-ruang
luar
(eksterior)
di
sekeliling
bangunan-bangunan
Edmund
N.
Bacon,
Perancangan
Kota,
1974
Bentuk merupakan sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa
pengertian. Bentuk dapat dihubungkan pada penampilanluar
yang dapat dikenali seperti sebuah kursi atau seseorang yang
mendudukinya. Hal ini juga menjelaskan kondidi tertentu di mana
sesuatu dapat mewujudkan keberadaannya, misalnya bila kita
bicara mengenai air dalam bentuk es atau uap. Dalam seni dan
perancangan, seringkali dipergunakan istilah tadi untuk
menggambarkan struktur formal sebuah pekerjaan-cara dalam
menyusun dan mengkoordinasikan unsure-unsur dan bagianbagian dari suatu komposisi untuk mengahsilkan suatu gambaran
nyata. Dalam konteks studi ini, bentuk dapat dihubungkan baik
dengan struktur internal maupun garis isternal serta prinsip yang
memberikan kesatuan secara menyeluruh. Jika bentuk lebih
sering dimaksudkan sebagai pengertian massa atau isi tigadimensi, maka wujud secara khusus lebih mengarah pada aspek
penting bentuk yang mewujudkan penampilannya-konfigurasi
atau perletakan garis atau kontur yang membatasi suatu gambar
atau
bentuk,
2.1

Wujud

Sisi luar karakteristik atau konfigurasi permukaan suatu bentuk


tertentu. Wujud juga merupakan aspek utama di mana bentukbentuk
dapat
diidentifikasi
dan
dikategorikan
Disamping wujud, bentuk memiliki cirri-ciri visual seperti:
1.
Dimensi
Dimensi fisik suatu bentuk berupa panjang, lebar dan tebal.
Dimensi-dimensi ini menentukan proporsi dari bentuk, sedangkan
skalanya ditentukan oleh ukuran relatifnya terhadap bentukbentuk
lain
dalam
konteksnya.
2.
Warna
Merupakan sebuah fenomena pencahayaan dan persepsi visual
yang menjelaskan persepsi individu dalam corak, intensitas dan
nada. Warna adalah atribut yang paling menyolok membedakan
suatu bentuk dari lingkungannya. Warna juga mempengaruhi
bobot
visual
suatu
bentuk.
3.
Tekstur
Adalah kualitas yang dapat diraba dan dapat dilihat yang
diberikan ke permukaan oleh ukuran, bentuk, pengaturan dan
proporsi bagian benda. Tekstur juga menentukan sampai di mana
permukaan suatu bentuk mementulkan atau menyerp cahaya
dating.
2.2.
Sifat-sifat
Bentuk
Bentuk juga memiliki sifat-sifat tertentu yang menentukan pola
dan
komposisi
unsure-unsurnya:
1.
Posisi
Letak dari sebuah bentuk adalah relative terhadap lingkungannya
atau lingkungan visual di mana bentuk tersebut terlihat.
2.
Orientasi
Arah dari sebuah bentuk relative terhadap bidang dasar, arah
mata angin, bentuk-bentuk benda lain, atau terhadap seseorang
yang
melihatny.
3.
Inersia
Visual
Merupakan tingkat konsetrasi dan stabilitas suatu bentuk. Inersia
visual suatu bentuk tergantung pada geometri dan orentasinya
relative terhadap bidang dasar, gaya tarik bumi, dan garis
pandang
manusia
Semua sifat-sifat bentuk ini pada kenyataannya dipengaruhi oleh
keadaan
bagaimana
kita
memandangnya:

Perspektif atau sudut pandang yang berbeda memperlihatkan


wujud ataupun aspek-aspek bentuk dalam pandangan mata
manusia.
Jarak kita terhadap bentuk tersebut menentukan ukuran yang
tampak.
Keadaan pencahayaan dimana kita melihat suatu bentuk akan
mempengaruhi
kejelasan
dari
wujud
dan
strukturnya.
Lingkungan visual yang mengelilingi benda tersebut
mempengaruhi kemampuan kita dalam menterjemahkan dan
mengidentifikasi
bentuk
tersebut.
2.3.
Wujud
wujud memperlihatkan sisi luar karakteristik suatu bidang atau
konfigurasi permukaan suatu bentuk runang. Wujud merupakan
sarana
pokok
yang
memungkinkan
kita
mengenal,
mengindentifikasi dan mengkategorikan gambar-gambar dan
bentuk-bentuk tertentu. Persepsi kita terhadap suatu wujud
sangat tergantung pada tingkat ketajaman visual yang terlihat
sepanjang kontur yang memisahkan suatu gambar dari latar
belakangnya atau antara suatu bentuk dan daerahnya.
Dalam arsitektur, kita berkonsentrasi dengan wujud-wujud dari:
Bidang lantai, dinding dan langit-langit yang membatasi ruang
Bukaan-bukaan jendela dan pintu di dalam ruang tertutup.
Baying-bayang (silhouette) dan kontur bentuk-bentuk
bangunan.
2.3.1.
Wujud
Dasar
secara
psikologis
manusia
secara
naluriah
akan
manyederhanakan lingkungan visualnya untuk memudahkan
pemahaman. Dalam setiap komposisi bentuk, kita cenderung
mengurangi subyek utama dalam daerah pandangan kita ke
bentuk-bentuk yang paling sederhana dan teratur. Semakin
sederhana dan teraturnya suatu wujud, semakin mudah untuk
diterima
dan
dimengerti.
Secara geometri kita ketahui wujud-wujud beraturan seperti
lingkaran dan sederetan segi banyak beraturan (yang memiliki
sisi-sisi dan sudut-sudut yang sama) yang tak terhingga

banyaknya dapat dilukiskan di dalam lingkaran, segitiga, dan


bujur
sangkar.
Lingkaran : sederetan titik-titik yan disusun dengan jarak yang
sama
dan
seimbang
terhadap
sebuah
titik
tertentu
di
dalam
lingkungan.
Segitiga : sebuah bidang datar yang dibatasi oleh tiga sisi dan
mempunyai
tiga
buah
sudut.
Bujur sangkar : sebuah bidang datar yang mempunyai empat
buah
sisi
yang
sama
panjang
dan
empat
buah
sudut
siku-siku.
A.
Lingkaran
Lingkaran adalah suatu yang terpusat, berarah ke dalam dan
pada umumnya bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi
pusat dari lingkungannya. Penempatan sebuah lingkaran pada
pusat suatu bidang akan memperkuat sifat dasarnya sebagai
poros. Menempatkan garis lurus atau bentuk-bentuk bersuduat
lainnya disekitar bentuk lingkaran atau menempatkan suatu
unsure menurut arah kelilingnya, dapat menimbulkan perasaan
gerak
putar
yang
kuat.
Komposisi
dari
lingkaran
bisa
mencapai
titik:

Netral,

Stabil

Tidak
stabil

Seimbang

Terpusat
sendiri

Dinamis

Diam
ditempat
B.
Segitiga
Segitiga menunjukkan stabilitas. Apabila terletak pada salah satu
sisinya, segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil. Jika
diletakkan berdiri pada salah satu sudutnya, dapat menjadi
seimbang bila terletak dalam posisi yang tepat pada suatu
keseimbangan, atau menjadi tidak stabil dan cederung jatuh ke
salah
satu
sisinya
C.
Bujur
Sangkar
Bujur sangkar menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional.

Bentuk ini merupakan bentuk yang statis dan netral serta tidak
memiliki arah tertentu. Bentuk-bentuk segi empat lainnya dapat
dianggap sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar-yang berubah
dengan penambahan tinggi atau lebarnya. Seperti juga segitiga,
bujur sangkar tampak stabil jika berdiri pada salah satu sisinya
dan dinamis jika berdiri pada salah satu sudutnya.
2.4.
Bentuk
Pejal
Dasar
.Kubus, kerucut, bola, silinder dan peramida adalah bentukbentuk dasar utama dimana peran cahaya sangat penting: kesan
bentuk-bentuk ini tampak berbeda dan jelas bagi kita serta tanpa
keraguan. Inilah alasan mengapa bentuk-bentuk yang indah,
bahkan bentuk-bentuk yang paling indah Le-Corbusier
Wujud dasar dapat dikembangkan atau diputar untuk
mengahasilkan bentuk ruang atau bentuk pejal yang berbeda,
teratur dan mudah dikenali. Lingkaran membentuk bola dan
silinder, segitiga membentuk kerucut dan piramida, bujur sangkar
membentuk kubus. Dalam konteks ini, istilah pejal (solid) bukan
menjelaskan suatu benda yang padat dan keras tetapi lebih pada
suatu
bentuk
atau
gambar
geometric
tigadimensi
1.
Bola:
Bentuk benda pejal yang dihasilkan oleh perputaran sebuah
setengah lingkaran pada garis tengahnya, di mana jarak semua
titik pada permukaan terhadap pusatnya adalah sama. Bola
adalah bentuk yang terpusat dan memiliki konsentrasi
(pemusatan) yang tinggi. Seperti halnya lingaran yang
merupakan bentuk dasarnya, bola mempunyai titik pusat dan
pada umumnya stabil dalam lingkungannya. Bola cenderung
menggelinding jika diletakkan pada suatu bidang miring. Dilihat
dari sudut manapun juga, wujud bola selalu tampak sama.
2.
Silinder:
Bentuk benda pejal yang dihasilkan olah perputaran sebuah segi
empat pada salah satu sisinya. Silinder terpusat pada sumbu
yang berbentuk garis yang menghubungkan pusat-pusat kedua
permukaan lingkaran yang ada. Silinder dapat diperpanjang
dengan mudah menurut arah sumbunya. Silinder merupakan
bentuk yang stabil jika diletakkan pada permukaan lingkarannya;

berubah
menjadi
labil
jika
sumbunya
dicondongkan.
3.
Kerucut:
Bentuk benda pejal yang dihasilkan oleh perputaran sebuah
segitiga pada salah satu sisinya. Seperti halnya silinder, kerucut
merupakan bentuk yang sangt stabil jika berdiri di atas
permukaan lingaran dasarnya dan berubah menjadi tidak stabil
jika sumbu vertikalnya dimiringkan atau dibalik. Bentuk ini masih
dapat diletakkan berdiri pada ujungya dalam suatu keadaan
seimbang
yang
kritis.
4.
Piramida:
Bentuk Polihedron dengan dasar sisi banyak dan bidang-bidang
segitiga yang bertemu pada satu titik. Bentuk pyramid memiliki
cirri-ciri yang serupa dengan kerucut. Oleh karena semua
permukaan sisi-sisinya merupakan bidang-bidang yang datar,
maka piramida dapat berdiri dengan stabil pada setiap
permukaannya. Lain halnya dengan kerucut yang berkesan
lembut, piramida secara relative adalah bentuk yang berkesan
keras
dan
bersudut.
5.
Kubus:
Sebuah benda pejal prismatic yang memiliki enam permukaan
bujur sangkar yang berukuran sama, di mana setiap dua sisi yang
berhadapan membentuk sudut siku-siku. Karena dimensi-dimensi
tersebut, kubus adalah bentuk statis yang tidak menunjukkan
gerak maupun arah. Bentuk ini merupakan bentuk yang stabil
kecuali jika berdiri di atas salah satu sisi atau sudutnya. Walaupun
profil sudut-sudutnya dipengaruhi oleh arah pandang kita, kubus
merupakan
bentuk
yang
sangat
mudah
dikenali.
2.5.
Bentuk-bentuk
beraturan
dan
tidak
beraturan
Bentuk beraturan adalah bentuk-bentuk yang berbubungan satu
sama lain dan tersusun secara rapid an konsisten. Pada umumnya
bentuk-bentuk tersebut bersifat stabil dan simetris terhadap satu
sumbu atau lebih. Bola, silinder, kerucut, kubus, dan piramida
merupakan
contoh
utama
bentuk-bentuk
beraturan
Bentuk-bentuk dapat mempertahankan keteraturannya meskipun
dimensi-dimensinya diubah, ataupun unsure-unsurnya ditambah
atau dikurangi. Berdasarkan pengalaman dalam membangun
bentuk-bentuk serupa, kita dapat membangun suatu bentuk

teratur yang baru berdasarkan bentuk dasar meskipun dengan


menghilangkan atau menambahkan beberapa bagiannya.
Bentuk tak teratur adalah bentuk yang bagian-bagiannya tidak
serupa dan hubungan antar bagiannya tidak konsisten. Pada
umumnya bentuk ini tidak simetris dan lebih dinamis
dibandingkan bentuk beraturan. Bentuk tak beraturan bisa
berasal dari bentuk beraturan yang dikurangi oleh suatu bentuk
tak beraturan ataupun hasil dari komposisi tak beraturan dari
bentuk-bentuk
beraturan.
Selama kita berkecimpung baik dengan massa padat maupun
ruang kosong di dalam arsitektur, bentuk-bentuk beraturan bisa
berada dalam bentuk-bentuk tak beraturan. Demikian juga
bentuk-bentuk tak beraturan bisa berada dalam bentuk-bentuk
beraturan
2.6.
Perubahan
bentuk
Semua bentuk dapat dipahami sebagai hasil dari perubahan
benda pejal utama, melalui variasi-variasi yang timbul akibat
manipulasi dimensinya, atau akibat penambahan maupun
pengurangan
elemen-elemennya.
1.
Perubahan
Dimensi
Suatu bentuk dapat diubah dengan menggai salah satu atau
beberapa dimensi-dimensinya dan tetap mempertahankan
identitasnya sebagai anggota bagain dari suatu bentuk. Sebuah
kubus misalnya, dapat diubah menjadi bentuk-bentuk prisma
serupa dengan mengubah ukuran tinggi, lebar atau panjangnya.
Bentuk tersebut dapat dipadatkan menjadi bentuk bidang pipih
atau
direntangkan
menjadi
suatu
bentuk
linier.
2.
Perubahan
dengan
Pengurangan
Suatu bentuk dapat diubah dengan mengurangi sebagian dari
volumnya. Tergantung dari banyaknya pengurangan, suatu
bentuk mampu mempertahankan identitas asalnya atau diubah
menjadi suatu bentuk yang lain sama sekali. Sebagai contoh,
sebuah kubus dapat mempertahankan identitasnya sebagai kubus
walaupun sebagian dari kubus tersebut dihilangkan atau diubah
menjadi
serangkaian
bentuk
polyhedron
teratur
yang
menggambarkan
suatu
bola.

3.
Perubahan
dengan
Penambahan:
Suatu bentuk dapat diubah dengan menambah unsure-unsur
tertentu kepada volume bendanya. Sifat proses penambahan
serta jumlah dan ukuran relative unsure yang ditambahkan akan
menentukan apakah identitas bentuk asal dapat dipertahankan
atau
berubah.
2.7.
Perubahan
Bentuk
Sebuah bola dapat diubah menjadi bentuk bulat terlur atau elips
dengan
cara
memperpanjang
salah
satu
sumbunya.
Sebuah pyramid dapat diubah bentuknya dengan merubah
dimensi dasarnya, modifikasi ketinggian puncaknya atau dengan
memindahkan kedudukan titik puncak keluarnya dari sumbu
vertical
yang
normal
Sebuah kubus dapat diubah menjadi bentuk persegi panjang
prismatic dengan memperpendek atau memperpanjang tinggi,
lebar,
ataupun
tebalnya.
2.8.
Bentuk
yang
dikurangi
Kita selalu mencari keteraturan dan kesenambungan di dalam
bentuk-bentuk yang dapat dilihat dalam batas pandangan.
Apabila sebagian dari bentuk pejal utama tersebut tersembunyi
dari pandangan kita, kita cenderung melengkapi bentuknya dan
memandangnya seakan-akan bentuk tersebut utuh karena secara
naluriah benda tersebut akan terlihat utuh meskipun secara kasat
mata tidak terlihat. Sama halnya dengan bentuk-bentuk
beraturan yang volumenya hilang sebagian, bentuk-bentuk
tersebut dapat mempertahankan identitas formalnya jika kita
menganggapnya sebagai bentuk yang tidak lengkap. Kita
menyebut bentuk-bentuk terselubung ini sebagai bentuk-bentuk
yang dikurangi. Karena sangat mudah dikenali, bentuk-bentuk
deometrik
sederhana.
Seperti bentuk pejal utama, dapat menerima secara langsung
adanya
pemotongan.
Bentuk-bentuk
ini
akan
tetap
mempertahankan
identitas
formalnya
jika
bagian-bagian
volumenya dihilangkan tanpa merusak sisi, sudut dan profil
keseluruhan.

Keraguan akan identitas asli akan timbul jika sebagian dari bentuk
tersebut dihilangkan dari volumenya dengan merusak sisi-sisinya
dan
secara
drastis
mengubah
profilnya.
Pada deretan gambar-gambar ini, kapankah bentuk bujur sangkar
yang dihilangkan salah satu sudutnya ini diubah menjadi sebuah
konfigurasi L yang terdiri dari dua buah bidang empat persegi
panjang?
Volume ruang dapat dikurangi untuk menciptakan jalan masuk
yang menjorok ke dalam, halaman terbuka, ataupun bukaanbukaan jendela yang terbentuk oleh adanya bukaan pada
permukaan
dinding
secara
vertical
dan
horizontal.
2.9.
Bentuk
yang
ditambah
Apabila
sebuah
bentuk
terpotong
diperoleh
dengan
menghilangkan sebagian dari volume asalnya, maka suatu bentuk
dengan penambahan dihasilkan dengan menghubungkan satu
atau beberapa bentuk tambahan lain terhadap volume yang
sudah
ada.
Kemungkinan-kemungkinan dasar untuk penggabungan dua
bentuk
atau
lebih
adalah:
1.
Gaya
tarik
ruang
Tipe hubungan ini terjadi karena kedua bentuk relative
berdekatan satu dengan yang lain, atau saling membagi/
memberikan sifat visual umumnya seperti wujud, warna, atau
material
2.
Hubungan
antar
sisi
Pada tipe dengan pertemuan antar sisi ini, maka bentuk-bentuk
itu akan memiliki satu sisi bersama-sama dan dapat berporos
pada
sisi
tersebut.
3.
Hubungan
antar
permukaan
bidang
Pada tipe pertemuan permukaan bidang ini, kedua bentuk
memiliki bidang-bidang datar yang berhubungan dan terletak
sejajar
satu
sama
lain
4.
Ruang-ruang
yang
saling
terkait
Pada tipe dengan volume-volume ruang yang saling berkaitan ini,
bentuk-bentuk ruang tersebut saling menembus ke dalam

masing-masing ruangnya. Bentuk-bentuk ini tidak perlu memilik


kesamaan
visual
Berikut ini mengkategorikan bentuk-bentuk dengan penambahan
menurut sifat hubungan yang muncul diantara bentuk-bentuk
komponennya
sebaik
konfigurasi
keseluruhannya.
a.
Bentuk
Terpusat
Terdiri dari sejumlah bentuk sekunder yang mengelilingi satu
bentuk
dominant
yang
berada
tepat
di
pusatnya
b.
Bentuk
Linier
Terdiri atas bentuk-bentuk yang diatur berangkaian pada sebuah
baris
c.
Bentuk
Radial
Merupakan suatu komposisi dari bentuk-bentuk linier yang
berkembang kearah luar dari bentuk terpusat dalam arah radial.
d.
Bentuk
Cluster.
Sekumpulan bentuk-bentuk yang tergabung bersama-sama
karena saling berdekatan atau saling memberikan kesamaan sifat
visual.
e.
Bentuk
Grid
Merupakan bentuk-bentuk modular yang dihubungkan dan diatur
oleh
grid-grid
tiga
dimensi.
2.10.
Bentuk
Terpusat
Bentuk-bentuk terpusat menuntut adanaya dominasi secara
visual dalam keteratuan geometris, bentuk yang harus
ditempatkan terpusat, misalnya seperti bola, kerucut, ataupun
silinder. Oleh karena sifatnya yang terpusat, bentuk-bentuk
tersebut sangat ideal sebagai struktur yang berdiri sendiri,
dikelilingi oleh lingkunganya, mendominasi sebuah titik didalam
ruang, atau menempati pusat suatu bidang tertentu. Bentuk ini
dapat menjadi symbol tempat-tempat yang suci atau penuh
penghormatan, atau untuk mengenang kebesaran seseorang atau
suatu
peristiwa.
2.11.
Bentuk
Linier
Bentuk garis lurus atau linier dapat diperoleh dari perubahan
secara proposional dalam dimensi suatu bentuk atau melalui
pengaturan sederet bentuk-bentuk sepanjang garis. Dalam kasus

tersebut deretan bentuk dapat berupa pengulanangan atau


memiliki sifat serupa dan diorganisir oleh unsure lain yang
terpisah dan lain sama sekali seperti sebuah diding atau jalan.
Bentuk garis lurus dapat dipotong-potong atau dibelolkkan
sebagai penyeluaian terhadap kondisi setempat seterti topografi,
pemandangan tumbuh-tumbuhan, maupun keadaan lain yang ada
dalam
tapak.
Bentu garis lurus dapat diletakkan dimuka atau menunjukkan
sisi suatu ruang luar atau membentuk bidang masuk ke suatu
ruang
di
belakangnya.
Bentuk linier dapat dimanipulasi untuk membatasi sebagian.
Bentuk linier dapat diarahkan secara vertical sebagai suatu
unsure menara untuk menciptakan sebuah titik dalam ruang.
Bentuk linier dapat berfungsi sebagai unsure pengatur sehingga
bermacam-macam unsure lain dapat ditempatkan disitu.
2.12.
Bentuk
radial
Suatu bentuk radial terdiri dari atas bentuk-bentuk linier yang
berkembang dari suatu unsure inti terpusat kearah luar menurut
jari-jarinya. Bentuk ini menggabungkan aspek-aspek pusat dan
linier
menjadi
satu
komposisi.
Inti tersebut dapat dipergunakan baik sebagai symbol ataupun
sebagai pusat fungsional seluruh organisasi. Posisinya yang
terpusat dapat dipertegas dengan suatu bentuk visual dominant,
atau dapat digabungkan dan menjadi bagian dari lengan-lengan
radialnya.
Lengan-lengan radial memiliki sifat-sifat dasar yang serupa
dengan bentuk linier, yaitu sifat ekstrovertnya. Lengan-lenga
radial dapat menjangkau ke luar dan berhubungan atau
meningkatkan diri dengan sesuatu yang khusus di suatu tapak.
Lengan-langan radial dapat membuka permukaanya yang
diperpanjang untuk mencapai kondisi sinar matahari, angin,
pemandangan
atau
ruang
yang
diinginkan.
Organisasi bentuk radial dapat dilihat dan dipahami dengan
sempurna dari suatu titik pandang di udara. Bila dilihat dari muka
tanah, kemungkinan besar unsure pusatnya tidak akan dengan
jelas, dan pola penyeberan lengan-lengan linier menjadi kabur
atau
menyimpang
akibat
pandangan
perspektif.

2.13.
Bentuk
kelompok
(cluster)
Jika organisasi terpusat memiliki dasar geometric yang kuat
dalam penataan bentuk-bentunya, maka organisasi kelompok
dibentuk berdasarkan persyaratan fungsional seperti ukuran,
wujud ataupun jarak letak. Walaupun tidak memiliki aturan
deometrik dan sifat introvert bentuk perpusat organisasi
kelompok cukup fleksibel dalam memadukan bermacam-macam
wujud,
ukuran,
dan
orientasi
ke
dalam
strukturnya.
Berdasarkan fleksibilitasnya, organisasi kelompok bentuk-bentuk
dapat diorganisir dengan berbagai cara sebagai berikut:
a. Dapat dikaitkan sebagai anggota tambahan terhadap suatu
bentuk
atau
ruang
induk
yang
lebih
besar
b. Dapat dihubungkan dengan mendekatkan diri untuk
menegaskan dan mengekspresikan volumenya sebagai suatu
kesatuan
individu.
c. Dapat menghubungkan volume-volumenya dan bergabung
menjadi suatu bentuk tunggal yang memiliki suatu variasi tampak
Suatu organisasi kelompok dapat juga terdiri dari bentuk-bentuk
yang umumnya setera dalam ukuran, wujud dan fungsi. Bentukbentuk ini secara visual disusun menjadi sesuatu yang koheren,
organisasi nonhirarki, tidak hanya melalui jarak yang saling
berdekatan namun juga melalui kesamaan sifat visual yang
dimilikinya.
Sejumlah bentuk perumahan kelompik dapat dijumpai dalam
berbagai bentuk arsitektur tradisional dari berbagai kebudayaan.
Meskipun tiap kebudayaan melahirkan suatu jenis yang unik
sebagai tanggapan terhadap factor kemampuan teknis, iklim dan
social budaya, pengorganisasian perumahan kelompok ini pada
umumnya mempertahankan individualitasnya masing-masing
unitnya serta suatu tingkat keragaman moderat dalam konteks
keseluruhan
penataan.
2.14.
Bentuk
grid
Grid adalah suatu system perpotongan dua garis-garis sejajar
atau lebih yang berjarak teratur. Grid membentuk suatu pola
geometric dari titik-titik yang berjarak teratur pada perpotongan
garis-garis grid dan bidang-bidang beraturan yang dibentuk oleh
garis-garis
grid
itu
sendiri.
Grid yang paling umum adalah yang berdasarkan bentuk

geometri bujur sangkar. Karena kesamaan demensi dan sifat


semetris dua arah, grid bujur sangkar pada prinsipnya, tak
berjenjang dan tak berarah. Grid bujur sangkar dapat digunakan
sebagai skala yang membagi suatu permukaan menjadi unit-unit
yang dapat dihitung dan memberikannya suatu tekstur tertentu.
Grid bujur sangkar juga dapat digunakan untuk menutup
beberapa permukaan suatu bentuk dan menyatukannya dengan
bentuk
geometri
yang
berulang
dan
mendalam.
Bujur sangkar, bila diproyeksikan kepada dimensi ketiga, akan
menimbulkan suatu jaringan ruang dari titik-titik dan garis-garis
referensi. Di dalam kerangka kerja modular ini, beberapa bentuk
dan
ruang
dapat
diorganisir
secara
visual.
2.15.
Penggabungan
bentuk
geometri
Apabila dua buah bentuk yang berbeda geometri atau
berlawanan orientasinya dan saling menembus batas masingmasing. Maka masing-masing bentuk akan bersaing untuk
mendapatkan supermasi dan dominasi secara visual. Pada situasi
semacam ini, bentuk-bentuk berikut ini dapat berkembang:
a. kedua bentuk dapat menghilangkan identitas masing-masing
dan bersatu menciptakan suatu bentuk komposit yang baru.
b. Salah satu dari kedua bentuk tersebut dapat menerima bentuk
yang
lain
secara
keseluruhan
di
dalam
ruangnya.
c. Kedu bentuk tersebut dapat mempertahankan identitas
masing-masing dan bersama-sama memiliki bagian volume yang
saling
berkaitan.
d. Kedua bentuk dapat terpisah dan dihubungkan oleh unsure
ketiga yang memiliki geometri serupa dengan salah satu bentuk
asalnya.
Bentuk-bentuk yang berbeda dalam hal geometri atau orientasi
mungking tergabung dalam suatu organisasi tunggal untuk
beberapa
alas
an
sebagai
berikut:
Untuk menampung atau menekankan kebutuhan-kebutuhan
yang berbeda dari ruang interior dan bentuk eksterior.
Utnuk menunjukkan kepentingan fungsional atau simbolis dari
suatu
betntuk
atau
ruang
di
dalam
konteksnya.

Untuk
menciptakan
suatu
bentuk
komposit
yang
menggabungkan geometri-geometri kontras kepada organisasi
terpusatnya.

Utnuk mengarahkan suatu ruang terhadap suatu arah tertentu


di
dalam
tapak
bangunan.
Untuk membentuk volume ruang yang jelas dari suatu bentuk
bangunan.
Untuk menunjukkan dan menegaskan bermacam-macam
system konstruksi atau mekanik yang berada di dalam sebuah
bentuk
bangunan
Untuk memperkuat kondisi local yang simetris dalam suatu
bentuk
bangunan.
Untuk menanggapi geometri-geometri yang berbeda topografi,
tumbuh-tumbuhan, batas-batas tapak, atau struktur-struktur yang
sudah
ada
di
lapangan
Untuk memanfaatkan jalur gerak yang sudah ada pada suatu
tapak
bangunan.
Bentuk
penggabungan
dua
bentuk
diantaranya:
1.
lingkaran
dan
bujur
sangkar
2.
grid
yang
diputar
2.16.
Penegasan
bentuk
Penegasan bentuk atau artikulasi di sini berarti cara bagaimana
permukaan-permukaan suatu bentuk secara bersama-sama
bentuk suatu wujud dan volume. Suatu bentuk yang dipertegas
secara jelas memperlihatkan sifat asli bagian-bagiannya dengan
tepat serta hubungannya satu sama lain termasuk hubunganya
secara meneluruh. Permukaan-permukaannya tampak sebagai
bidang-bidang yang berlainan denganwujud yang berbeda dan
konfigurasi keseluruhan yang jelas serta mudah diterima.
Demikian pula, kelompok bentuk yang dipertegas dapat menekan
pertemuan-pertemuan antara bentuk-bentuk pokoknya dalam
rangka mengeskpresikan sifat-sifat individualnya secara visual.
Sebagai kebalikan dari hal di atas, sudut-sudut, suatu bentuk
dapat
dibulatkan
dan
dihaluskan
untuk
menonjolkan
kesinambungan seluruh permukaannya. Selain itu bahan, warna,
tekstur, atau pola dapat dibuat melewati sudut dan permukaan

yang berdekatan untuk mengurangi individualitas bidang


permukaan dan sebaliknya menonjolkan volume suatu bentuk.
Sebuah
bentuk
dapat
ditegaskan
dengan:
a. membedakan permukaan yang berdekatan dengan jalan
memberi perbedaan jenis material, warna, tekstur maupun
polanya.
b. Mengembangkan sudut menjadi unsure linier yang tegas dan
terpisah
dari
permukaan.
c. Menghilangkan sudut yang secara fisik memisahkan bidangbidang
yang
berdekatan.
d. Menyinari bentuk untuk menciptakan ketajaman kontras dalam
tingkat
irama
sepanjang
sisi
dan
sudutnya.
2.17.

Sisi

dan

Sudut

Sumber:
http://furuhitho.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/8566/HAND
SOUT+bentuk.doc.
at 14:02 Posted by FERIYANTO 0 comments
Links to this
post
Reactions
:
Menanti Terwujudnya Arsitektur Ramah Lingkungan
Jumat,
5
Juni
2009
|
16:32

WIB

TRI
HARSO
KARYONO
Rumah Hemat Energi karya Tri Harso Karyono: Dengan orientasi
bangunan yang tepat, ventilasi silang yang memadai, rumah
sejuk tanpa AC seluas 200 meter persegi di Tangerang hanya
menghabiskan kurang dari 100.000 rupiah tagihan PLN per bulan.
JAKARTA, KOMPAS.com - Dunia desain interior Indonesia yang
mulai berkembang pada era 1980-an kini telah berubah dengan
cepat mengikuti tren desain interior yang juga bergerak cepat.

Sebelum tahun 1985, menurut desainer interior Siti Adiningsih


Adiwoso, tren desain interior yang sebelumnya diperkirakan akan
berubah tiap 10 tahun, menjadi berubah setiap lima tahun sekali.
Perubahan tersebut semakin cepat ketika memasuki tahun 2000.
Sejak tahun itu, perubahan tren desain interior terjadi setiap 30
bulan. Perubahan tren tersebut juga diikuti dengan pekembangan
teknologi yang digunakan. Teknologi digital generasi terbaru serta
perusahaan yang dituntut lebih efisien, mewarnai perkembangan
desain
interior.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada sekitar tahun 19971998, kata Siti, juga berpengaruh terhadap perkembangan desain
interior di negeri ini. Para desainer serta konsumen menghadapi
dilema
akibat
naiknya
harga
berbagai
material.
Memasuki tahun 2006, perkembangan dunia desain interior turut
pula dipengaruhi oleh perubahan iklim global. Menurut Siti,
terjadinya pemanasan global atau global warming menuntut para
arsitek untuk menghasilkan karya desain yang ramah lingkungan
atau lebih dikenal dengan rancangan hijau atau "green design".
Siti Adiningsih Adiwoso mengatakan, para arsitek Indonesia harus
berani menjadi agen pembangunan dalam terciptanya desain
arsitektur yang ramah lingkungan. "Desainer interior atau arsitek
dalam negeri jangan hanya berorientasi terhadap uang, dan tidak
mau
tahu
desain
yang
ramah
lingkungan,"
katanya.
Ia menilai, penerapan "green design" dalam perkembangan
zaman,
sesungguhnya
sangat
mudah
diterapkan.
Ia
mencontohkan, dengan memperbanyak penggunaan kaca pada
sebuah bangunan agar sinar matahari dapat masuk ke dalam.
"Banyak cahaya yang masuk akan mengurangi konsumsi listrik
untuk lampu," kata Presiden Direktur PT Asri Desindo Intiwidya
itu.
Ia menjelaskan, konsep tersebut sesuai dengan tren desain
interior yang saat ini berkembang di Indonesia, yakni bercahaya,

transparan,

mudah

dipindahkan,

dan

berwarna-warni.

Selain itu, Ketua Asosiasi Toilet Indonesia ini juga mengharapkan,


para desainer Indonesia dapat menjaga identitas lokal negeri ini.
"Para desainer boleh tetap bebas dalam berekspresi, namun
harus tetap lokal sebagai identitas masa depan," katanya.
Menurut dia, jangan sampai kasus klaim motif batik oleh Malaysia
terjadi lagi. "Kalau ada yang mencuri karya kita, baru kita teriak.
Kita
harus
lebih
sadar
untuk
menjaga,"
katanya.
Ia juga mengritik desain bangunan modern di Jakarta yang belum
mengacu pada bangunan ramah lingkungan atau "green
building". "Masalahnya ada pada klien yang meminta macammacam,"
katanya.
Pendapat serupa juga disampaikan desainer muda Leonard
Theosabrata. Menurut dia, para desainer harus kembali sadar
atas pentingnya desain yang ramah lingkungan. "Green design ini
merupakan suatu keharusan. Mau atau tidak, hanya masalah
waktu
menuju
ke
sana,"
katanya.
Sosial
Ekonomi
Leonard Theosabrata juga mengakui, sedikit banyak tren desain
dalam negeri dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi. "Model yang
dipilih para klien tidak terlepas dari faktor latar belakang sosial
serta
ketersediaan
dana,"
katanya.
Namun, menurut dia, yang terpenting dalam desain ramah
lingkungan ini yakni adanya pengertian antara desainer dan
pelanggan
sebagai
pengguna
jasa.
"Hal terpenting ialah meningkatkan kesadaran desaner dan klien
tentang
arti
penting
green
desain,"
katanya.
Ia menambahkan, desainer interior Indonesia masih memiliki
peluang besar untuk menunjukkan kemampuan dan berkarya di
dalam negeri. Ia menuturkan, peluang para desainer Indonesia
untuk berkarya di dalam negeri cukup besar, mengingat belum

banyak

desainer

"Kesempatan
membuktikan

masih

asing
luas

yang

bekerja

bagi desainer
diri,"

di

negeri

ini.

Indonesia untuk
katanya,

Menurut dia, jika para desainer Indonesia justru memilih untuk


berkarya di luar negeri, maka mereka justru akan sulit
menujukkan kemampuannya, karena persaingan yang cukup
ketat. Ia mengakui, para desainer lokal masih terbawa dengan
gaya dan desain dari luar. "Desainer Indonesia memang sudah
mulai kembali pada tren desain lokal, namun masih belum
cukup,"
katanya.
Menurutnya, gaya desainer dalam negeri boleh saja tetap
mengadopsi model dari luar, namun esensi dari produk lokal
jangan sampai hilang.
at 13:49 Posted by FERIYANTO 0 comments
Links to this
post
Reactions
:
''Menikmati'' Pemikiran Broadbent, Mangunwijaya, Jencks
dan Kurokawa
15
Januari
2008
oleh
:
Jolanda
Atmadjaja
Herlambang
Kegiatan berpikir dalam mendesain tentunya merupakan hal
yang wajib dilakukan setiap desainer. Sebagai tahapan dalam
proses desain - filosofi desain umum divisualisasikan, secara
praktis diwujudkan dan dinikmati pengguna desain melalui
produk desain yang dihasilkan. Begitu pula dengan desain
arsitektur, buah pikir dapat dinikmati di antaranya melalui
pengalaman ruang dan kegiatan apresiasi bentuk arsitektur.
Di awal abad ke-20 kita kenal Frank Lloyd Wright dengan konsep
Organik-nya, Mies van der Rohe dengan Less is More nya juga Le
Corbusier dengan konsep Five points of a New Architecture dan
sculptural concrete architecture nya. Di akhir abad ke 20 kita
kenal Peter Eisenman dengan Arsitektur Dekonstruksi nya, juga

gerakan Metabolis yang dirintis Kisho Kurokawa, dkk. (untuk


selanjutnya Kurokawa mengembangkan konsep Simbiosis) dan
masih
banyak
arsitek
pemikir
yang
fenomenal.
Lalu bagaimana dengan pemikiran yang dituangkan dalam bentuk
tulisan? Akankah juga mampu memberi kenikmatan tersendiri
pada pembaca seperti halnya pengalaman estetis dalam
menikmati karya arsitektur dan karya desain lainnya?
Sepanjang pengalaman membaca saya di antara banyak tulisan
di bidang desain arsitektur ada tulisan 4 orang arsitek pemikir
fenomenal yang dipublikasikan pasca tahun 1970-an yang
menggugah pikiran dan kesadaran saya : Geoffrey Broadbent,
Charles Jencks, YB Mangunwijaya, dan Kisho Kurokawa.
Secara umum melalui pemikiran ke 4 tokoh ini proses desain dan
estetika bentuk, khususnya, dipandang sebagai suatu yang utuh.
Desain merupakan keterkaitan segala aspek dalam obyek desain,
obyek desain dengan lingkungannya, sekaligus juga hubungan
desainer, obyek desain dengan pengguna, penikmat desain.
Desain merupakan media penyampai pesan, selain memiliki
dimensi seperti kata Vitruvius - fungsi, struktur dan estetika.
Sementara estetika bentuk merupakan keseimbangan dari
segala aspek dalam desain, cenderung bersifat kontekstual dan
merupakan jiwa desain. Estetika bentuk tidak dipandang hanya
melalui tampilan atau keindahan fisik atau pun melalui hasil
komposisi dari unsur rupa (garis,bidang,bentuk 3d,tekstur,dll.)
dengan
penerapan
prinsip
desain
(kesatuan,keseimbangan,irama,dll.) saja. Meaning dalam desain
dengan tingkatannya (denotatif atau pun konotatif) merupakan
aspek
penting
estetika
bentuk.
Geoffrey

Broadbent

Sumber gambar : http://www.wessex.ac.uk/news/architecture.html


Kita kenal Broadbent dengan bukunya Design in Architecture
(1980) yang memuat hal-hal mendasar dalam desain arsitektur
dan menjadi pegangan wajib mahasiswa, akademisi, arsitek

maupun peminat desain arsitektur lain. Arsitektur dengan


pendekatan manusia, pemikiran sistematis dan menyeluruh,
mencakup aspek logis, intuitif dan kreativitas yang dibutuhkan
dalam mendesain diurai secara mendetail dalam buku ini.
Hal fundamental dan menarik untuk dikembangkan yang
dipaparkan pula oleh Broadbent adalah pendekatan bentuk.
Broadbent membagi pendekatan bentuk ke dalam empat kategori
(1973
:
25

54)
Pragmatik pendekatan melalui tahap percobaan, trial and error
* Ikonik (selanjutnya dikembangkan menjadi Tipologik)
pendekatan melalui tradisi, kebiasaan yang telah umum dilakukan
atau
berdasar
kesepakatan
sosial
* Analogik pendekatan analogi alam, atau segala sesuatu (kerja
tubuh
manusia,
teori
fisika,
dsb.)
* Kanonik/Geometrik (menurut Broadbent dalam makalah seminar
arsitektur di Univ. Parahyangan tahun 1987 pendekatan Kanonik
dikembangkan menjadi Sintaksis) pendekatan sistem geometris,
matematis,
keteraturan,
modul,
dsb.
Selanjutnya Broadbent mengembangkan konsep bentuk nya
dalam konteks semiotika (ilmu tanda) berdasar teori Peirce dan
Piaget dalam buku Sign, Symbol, and Architecture (1980 : 311 330)
*
Pragmatik
sebagai
Indeks
dikategorikan dapat merupakan petunjuk sesuatu dan sebagai
tanda

pesan
dapat
direspon
secara
langsung
*
Analogik
dan
Kanonik
sebagai
Ikon,
hasil olah bentuk baik secara matematis, metafora, dsb. dan
sebagai tanda obyek menunjukkan maksud yang ingin
disampaikan
*
Tipologik
sebagai
Simbol
merupakan hasil kesepakatan sosial, kebiasaan umum, dan
sebagai tanda - pesan dapat diketahui maksudnya dengan
melihat hubungan obyek dengan lingkungan yang ada di sekitar

juga hubungan-hubungan dalam obyek, bersifat kontekstual


Melalui telaah bentuk kita mengetahui bahwa aspek komunikasi
merupakan hal penting dalam arsitektur. Arsitektur sebagai
bahasa dan merupakan kumpulan tanda. Pernyataan ini
diuraikan pula oleh Jencks dalam buku yang sama (1980 : 107
110) bahwa arsitektur sebagai tanda dapat merupakan indeks,
ikon maupun simbol. Arsitektur sebagai a way of life sign,
pernyataan status sosial ekonomi, pernyataan dari kepercayaan,
tradisi, makna antropologis yang mencerminkan kondisi sosial
ekonomi suatu wilayah, tanda dari fungsi dan aktivitas dalam
bangunan, fungsi sosial, psychological motivation, struktur,
temperature control, environmental service, pernyataan konsep
ruang, komunikasi bentuk tiga dimensional - a sign of formal
articulation.
Hal ini membuka pikiran untuk melihat desain sebagai bagian dari
proses sosial budaya dan aspek bentuk merupakan salah satu
media komunikasi visual, yang dapat menjembatani desainer
dengan
masyarakat
pengguna
dan
pengamat.

Yusuf

Bilyarta

Mangunwijaya

Sumber gambar : http://id.wikipedia.org/wiki/Y.B._Mangunwijaya


Pemikiran menyeluruh dan kontekstual, paduan seimbang logika,
intuisi dan kreativitas serta muatan sosial budaya desain
terangkum pula dalam pemikiran guna dan citra oleh YB
Mangunwijaya dalam buku Wastu Citra (1988). Mangunwijaya
menekankan pula bahwa kearifan budaya lokal mampu menjadi
solusi desain yang membumi, ramah lingkungan dan lebih
bersifat
abadi.
Citra arsitektur tidak terlepas dari potensi-potensi alam, sifat
manusia yang ada di sekitarnya, menunjukkan keselarasan
dengan alam sekelilingnya. Arsitektur yang baik, yang indah tidak
terlepas dari ekspresi dan realisasi diri, bukan hanya penonjolan

aspek fisik saja. Oleh karena itu arsitektur, yang berasal dari kata
architectoon / ahli bangunan yang utama, lebih tepat disebut
vasthu / wastu (norma, tolok ukur dari hidup susila, pegangan
normatif semesta, konkretisasi dari Yang Mutlak ), karena wastu
lebih bersifat menyeluruh / komprehensif, meliputi tata bumi
(dhara) , tata gedung (harsya ), tata lalu lintas (yana) dan hal-hal
mendetail
seperti
perabot
rumah,
dll.
Total-architecture tidak hanya mengutamakan aspek fisik saja,
yang bersifat rasional, teknis, berupa informasi tetapi
mengutamakan pula hal-hal yang bersifat transendens,
transformasi, pengubahan radikal ke-ada-an manusia. Oleh sebab
itu citra merupakan bagian yang sangat penting dalam
berarsitektur.Citra menunjuk pada sesuatu yang transendens,
yang memberi makna. Arti, makna, kesejatian, citra mencakup
estetika, kenalaran ekologis, karena mendambakan sesuatu yang
laras,
suatu
kosmos
yang
teratur
dan
harmonis.
(

YB

Mangunwijaya,

Wastu

Citra,

1988

326

337

Pemikiran Mangunwijaya yang kontekstual, peka terhadap


kearifan lokal, membumi diwujudkan dalam karya-karyanya
seperti area ziarah umat Katolik di Sendang Sono, Muntilan
ataupun pemukiman tepi Kali Code, Yogyakarta ( kini sudah tidak
terawat lagi ). Kejujuran fungsi, bahan dan struktur menentukan
estetika bentuk bangunan dan kawasan karya Mangunwijaya
yang menunjukkan kesatuan dengan alam dan merupakan
konsistensi
perwujudan
konsep
guna
dan
citra
yang
dicetuskannya.

Sendang
Sono,
Muntilan,
Jawa
Tengah
sumber
gambar
:
http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/places-ofinterest/sendang-sono/

Charles

Jencks

Sumber gambar : http://www.charlesjencks.com/biography.html

DNA
Sumber

for
KEW
gambar
:

Gardens,
London
(2003)
http://www.charlesjencks.com/kew.html

Sementara Jencks dalam karyanya The Architecture of The


Jumping Universe (1996) menjadikan teori-teori kontemporer
tentang alam semesta seperti teori chaos dengan butterfly effectnya, fractal, kompleksitas, nonlinearity, dll. sebagai dasar
pemikiran arsitektur. Memadukan sain dengan perkembangan
arsitektur dengan tujuan memberi pemahaman bahwa arsitektur
mencerminkan pula pandangan tentang alam semesta. Jencks
menggunakan
pula
istilah
Form
Follow
World
View.
The Butterfly Effect little changes can have extraordinary and
unpredictable
consequences.
The universe is much more like a butterfly than a Newtonian
machine. The universe is self-organizing, unpredictable, creative,
and self-transforming. Every living thing has the property of selfrepair, a small version of its great power of self-organizing.
As buildings reveal a way of life, this new world view will be most
visibly expressed in architecture. Architects express the ideals of
an age. Architecture is built meaning. We may speak or write our
thoughts.
Architecture reveals what we believe, how we want to live. It
fatefully expresses who we are. ( Charles Jencks, The Architecture
of
The
Jumping
Universe,
1996
:
11

13
)
Fraktal merupakan struktur yang memiliki substruktur yang
masing-masing substruktur memiliki substruktur lagi dan
seterusnya. Setiap substruktur adalah replika kecil dari struktur

besar yang memuatnya. Contoh fraktal dalam arsitektur adalah


penerapan permainan perulangan bentuk geometris dengan
keragaman dimensi dan peletakan sebagai bagian struktur , atau
juga denah dengan bentuk dasar lingkaran dengan 2 ukuran
berbeda bertumpu pada pergerakan spiral pada susunan tangga,
dll.
Bagi Jencks karya Frank O. Gehry, Vitra International
Headquarters, di Birsfelden, Switzerland (1992 4), dianggap
memiliki kedalaman dan kreativitas melalui paduan yang saling
melengkapi antara bentuk-bentuk dinamis, biomorfik pada
bangunan dengan fungsi ruang ceremonial meeting dengan
bentuk-bentuk formal, teratur, grid pada bangunan fungsi kantor.
Struktur dalam bangunan menentukan dan memiliki kesatuan
dengan bentuk luarnya. Setiap putusan desain merupakan hasil
pertalian
antar
aspek
di
dalamnya.

Vitra International Headquarters, Birsfelden, Switzerland (1992


4)
Sumber gambar : http://www.netropolitan.org/gehry/vitra.html
Sedangkan karya Peter Eisenman menunjukkan kedinamisan alam
melaluipemanfaatan kemajuan teknologi komputer sebagai
bagian dari proses desain. Kita ketahui Eisenman sebagai salah
satu pencetus Arsitektur Dekonstruksi cenderung memanfaatkan
pendekatan bentuk pragmatis (menurut kategorisasi bentuk
Broadbent)
dalam
karya-karyanya.
Pada tahun 1997 (Yakob Sutanto, Arsitektur + Tempo, Kompas 17
April 2005 : 33) Eisenman Architects di New York menjadikan
kedinamisan tempo sebagai konsep dalam Virtual House melalui
simulasi
digital.

Virtual

House

(1997)

Sumber
gambar
http://prelectur.stanford.edu/lecturers/eisenman/

Prinsip arsitektur yang perlu diterapkan di tengah kompleksitas


jaman ini menurut Jencks (1996 : 167 169) adalah :
* Alam dan bahasa alam merupakan pendekatan desain.
Desainer sebagai the originators of the second nature, melakukan
penyesuaian
dengan alam juga beradaptasi dengan kemajuan teknologi
* Representasi kedinamisan sifat dasar alam semesta
* Kreativitas memuat permainan imajinasi dan pendekatan
intelektual. Desain berkait dengan organizational depth,
multivalence, kompleksitas dan the edge of chaos, serta
merupakan higher organization out of order and chaos
* Penerapan keragaman, bottom-up participatory system , yang
mampu
memaksimalkan
perbedaan.
o If the universe is a whole and societies as parts, are inherently
self-organizing and in the end chaotic, the survival strategy will
depend on a variety of models, species and approaches. The
conclusion must be that one should foster a difference which will
reach a maximum point of self-organizing criticality, that is, just
before
it
explodes
in
complication
* Keragaman, perbedaan pemikiran desain dapat dipadukan
melalui metodemetode yang mampu mengakomodir keragaman
* Beragam kebijakan berorientasi lingkungan dan kearifan lokal
menjadi
dasar
desain.
* Arsitektur memuat kompleksitas permasalahan, mengakomodir
beragam tuntutan yang kontradiktif. Sebagai bahasa - arsitektur
mengadopsi simbol, makna alam, baik lokal maupun universal
o It should have a double-coding of these concerns with aesthetic
and
conceptual
codes
* Sain, khususnya sain kontemporer sebagai penyingkap tandatanda
alam
dijadikan
pendekatan
dalam
arsitektur.
o A cosmogenic architecture must embody imagination in action,
it must dramatize creative processes, or it is nothing. Its spiritual
role is to portray the laws and be emergent that is surprise
Pemikiran

Jencks

membuka

peluang kita untuk lebih

luas

memandang arsitektur sebagai mikrokosmos yang mencerminkan


makrokosmos, seperti yang telah dipaparkan Mangunwijaya.
Pandangan tentang alam semesta selalu berubah dinamis sejalan
perkembangan jaman, begitu pula dengan pemikiran dalam
arsitektur. Perkembangan sain dan teknologi dapat menjadi
sumber inspirasi dan penunjang utama dalam proses desain,
selain
juga
aspek
ekologis
(konsep
ekodesain).
(
Informasi
lain
tentang
Jencks
dapat
diakses
di
www.charlesjencks.com
)
Khiso
Sumber

Kurokawa
gambar

http://www.kisho.co.jp/page.php/4

Mikrokosmos sebagai pencerminan dari makrokosmos dijabarkan


pula oleh Kisho Kurokawa. Kurokawa menyatakan bahwa
arsitektur menjelang dan awal abad ke 21 berada dalam periode
Age of Life di mana proses kehidupan : metabolisme,
metamorfosis dan simbiosis dapat dicerminkan dalam perwujudan
arsitektur. Kita ketahui Kurokawa merupakan salah satu pencetus
gerakan
Arsitektur
Metabolis
di
tahun
1960-an.
In the age of life, it is the very plurality of life that possesses a
superior and rich worth. The rising interest in the environment
and the new importance given ecology aim at preserving the
diversity
of
life.
Life is the creation of meaning. The life of the individual and the
diversity each species possesses is linked to the diversity of all of
the different human cultures, languages, traditions, and arts that
exist on the earth. In the coming age, the machine-age ideal of
universality will be exchanged for a symbiosis of different
cultures. ( Informasi lain tentang Kurokawa dapat diakses di
www.kisho.co.jp
)
Filosofi simbiosis dalam arsitektur dijabarkan Kurokawa secara
mendetail dalam bukunya Intercultural Architecture The

Philosophy of Symbiosis (1991). Arsitektur simbiosis sebagai


analogi biologis dan ekologis memadukan beragam hal
kontradiktif, atau keragaman lain, seperti bentuk plastis dengan
geometris, alam dengan teknologi, masa lalu dengan masa
depan, dll. Seperti dikatakan Jencks (sebagai pembuka tulisan),
arsitektur simbiosis merupakan konsep both-and, mix and match
dan bersifat inklusif. Kurokawa mengadaptasi sain kontemporer
(the non-linear, fractal, dll.) pun mengambil hikmah dari
pemikiran Claude Levi Strauss berkait dengan pernyataan bahwa
tiap tempat, wilayah, budaya punya autonomous value dan
memiliki struktur masing-masing walau dengan ciri yang berbeda.
Dengan demikian mengakomodir keragaman adalah suatu
keharusan. Perlu ada jalan untuk menjembatani perbedaan
karakter wilayah, budaya dll. Simbiosis diupayakan untuk secara
kreatif menjaga hubungan harmonis antar tiap perbedaan,
merupakan
intercultural,
hybrid
architecture.
Dalam karyanya pemukiman di Al-Sarir, Libya 1979 84 (1991, 93
-94) Kurokawa memadukan teknologi baru dengan alam padang
pasir, antara lain dengan memanfaatkan bahan dasar bangunan
sand-bricks, dipadukan dengan materi prefabrikasi untuk bahan
atap, juga pengaturan sirkulasi udara, dll. Tiap lay out dan desain
diupayakan memenuhi keinginan tiap penghuni sehingga tiap
rumah memiliki bentuk yang berbeda walau dengan bahan dan
struktur
yang
sama.

KL
International
Sumber
gambar

Airport
Selangor,
Malaysia
:
http://www.kisho.co.jp/page.php/223

Merupakan perpaduan struktur geometric hasil teknologi dengan


bentuk kubah sebagai simbol tradisi Islam (dalam bentuk
hyperbolic paraboloid shell) juga area hijau seperti penerapan
taman
dalam
airport
serta
lansekap
hutan
tropik
Kondisi alam yang semakin tidak pasti di jaman konseptual dan

high touch seperti sekarang menjadikan pemikiran desain


mengarah pada kebijakan dalam mengolah alam, sustainable
construction, eko desain. Konsep simbiosis Kurokawa, uraian
Mangunwijaya dalam Wastu Citra, pemikiran Green Architecture
Jencks dan Broadbent (pada perkembangan terakhir Broadbent
pun terlibat pada pemikiran Green Architecture) secara jelas dan
komprehensif
menyoroti
masalah
tersebut.
Benang merah dari ciri pemikiran Broadbent, Jencks,
Mangunwijaya dan Kurokawa (selain mampu memberi gambaran
lebih luas, menyeluruh dan multidimensi tentang estetika bentuk
dan proses desain pada umumnya) adalah kemampuan berpikir
metaforis. Bagi saya hal ini yang mampu menjadikan pemikiranpemikiran keempat tokoh ini fenomenal, memiliki visi masa depan
dan memenangkan benak saya sebagai penikmat pemikiran
sekaligus merupakan pengalaman estetis. Seperti juga kata Twyla
Tharp yang dikutip oleh Daniel H. Pink dalam bukunya Misteri
Otak Kanan (judul asli adalah A Whole New Mind 2007), metafor
adalah kekuatan yang vital dan pemberi hidup dari semua seni.
Selanjutnya
Pink
menguraikan
(2007
:
182
-188)
Proses pemikiran manusia pada umumnya adalah metaforis.
Dalam sebuah dunia yang kompleks penguasaan kiasankemampuan otak yang utuh yang disebut oleh sebagian saintis
kognitif sebagai rasionalitas imajinatif menjadi semakin lebih
bernilai.
Pemikiran metaforis dapat membantu kita tuk memahami orang
lain
dan
diri
kita,
juga menyadari makna. Imajinasi metaforis penting untuk
menempa hubunganhubungan empatik dan mengkomunikasikan
pengalaman-pengalaman.
Era konseptual juga menuntut kemampuan untuk memahami
suatu hubungan diantara hubungan-hubungan, atau dikenal pula
dengan istilah pemikiran sistem, pemikiran struktur, pemikiran
holistik
ataupun
melihat
keseluruhan
perspektif.
Pengenalan

pola,

pemikiran

keseluruhan

perspektif

dengan

bergantung
pada
penalaran
kontekstual
yang
intuitif
memungkinkan para pemimpin untuk memilih kecenderungankecenderungan yang bermakna dari campuran informasi di
sekitarnya dan berpikir secara strategis jauh ke masa depan.
Saat menelaah proses berpikir metaforis arsitek-arsitek tersebut
kita akan menemukan bahwa beragam teori yang dijabarkan
punya value. Dalam hal ini value mengarah pada kemampuan
membentuk pola pikir kita menjadi lebih menyeluruh dan integral,
sekaligus juga membangun kesadaran akan kompleksitas dan
konteks permasalahan desain sesuai tuntutan kondisi jaman.
Kekuatan pemikiran desain (yang memberi pula perspektif baru
tentang estetika bentuk) ditunjang oleh perwujudan nyata dalam
karya oleh arsitek pemikir seperti Mangunwijaya, Jencks,
Kurokawa, dkk. menunjukkan bahwa keseimbangan otak kiri dan
kanan yang menentukan kekuatan logika, intuisi dan kreativitas
kita sungguh penting dalam mendesain. Pada akhirnya
membangun perenungan kita untuk berupaya lebih bijak
menyikapi beragam permasalahan desain yang semakin
kompleks
dan
tidak
pasti.
Daftar
Pustaka
:
1. Broadbent, Geoffrey, Design In Architecture , John Willey &
Sons, Chichester : 1980 (cetakan pertama tahun 1973)
2. Broadbent, Geoffrey; Bunt, Richard ; Jencks, Charles , Sign,
Symbol and Architecture, John Willey & Sons, Chichester : 1980
3. YB Mangunwijaya, Wastu Citra, PT. Gramedia, Jakarta : 1988
4. Jencks, Charles , The Architecture of the Jumping Universe,
Academy Group Ltd., London : 1996 (cetakan pertama tahun
1995)
5. Kurokawa, Kisho, Intercultural Architecture, A Philosofy of
Symbiosis , Academy Group Ltd. and Khiso Kurokawa, London :
1991
6. Pink, Daniel H. , Misteri Otak Kanan (judul asli A Whole New
Mind , Riverhead Books, New York : 2006), Penerbit Think,
Yogyakarta
:
2007
7. Broadbent, Geoffrey, Design In Architecture, makalah seminar

Universitas
Parahyangan
Bandung,
6
Juni
1987
8. Yakob Sutanto, Arsitektur + Tempo, Kompas 17 April 2005 : 33
9.
Situs-situs
tersebut
pada
tulisan
dan
gambar
Copyright artikel diatas pada Jolanda Atmadjaja Herlambang.
at 11:23 Posted by FERIYANTO 0 comments
Links to this
post
Reactions
:
Ideologi,Gagasan,Tindakan,Artefak:
PROSES
BERARSITEKTUR DALAM TELAAH ANTROPOLOGIS
Melakukan telaah antropologis terhadap arsitektur akan
membawa kita kepada sebuah dunia yang baru dan cukup
mengasyikkan.
Baru dan mengasyikkan bagi calon arsitek muda yang sedang
berusaha
memahami
dunia
arsitektur.
Maupun bagi arsitek yang telah banyak berbicara konsep, teknik
dan aplikasi ilmunya, namun lupa melihat konsep di belakang
istilah
arsitektur
itu
sendiri.
Membicarakan arsitektur dari jendela antropologi hanya salah
satu cara untuk melihat arsitektur dari orbit luarnya.
Dengan meminjam jendela antropologi kita akan melihat
arsitektur sebagai sebuah proses kebudayaan yang utuh.
Gejala dan wujud kebudayaan dalam arsitektur merupakan
indikasi yang semakin mendekatkan arsitektur dengan proses
terciptanya
kebudayaan.
Gejala
dan
Wujud
Kebudayaan
Menurut J.J. Honingmann terdapat tiga gejala kebudayaan, yaitu
ideas, activities dan artifacts (dalam Koentjaraningrat, 2005 hal
74).
Koentjaraningrat sendiri menawarkan empat wujud kebudayaan,
yaitu: kebudayaan sebagai nilai ideologis; kebudayaan sebagai
sistem gagasan; kebudayaan sebagai sistem tingkah laku dan
tindakan yang berpola; dan kebudayaan sebagai benda fisik
(artifak)
(Koentjaraningrat,
2005).

Kerangka
Sumber:

Konsentris
Koentjaraningrat

Kebudayaan
(2005:
92)

Dari empat wujud yang ditawarkan dalam lingkaran kerangka


kebudayaan di atas, masing-masing memiliki kecenderungan
bentuk
yang
berbeda
satu
dengan
lainnya.
Nilai-nilai budaya merupakan tahap filosofis atau ideologis yang
terbentuk karena pengalaman manusia, tahap ini merupakan
hasil pemikiran yang biasanya memiliki bentuk tekstual tersurat
maupun tersirat dalam norma, aturan adat, cerita rakyat atau
karya
seni.
Sistem budaya berupa gagasan dan konsep juga merupakan
manifestasi hasil pemikiran. Tahap wujud ini juga memiliki bentuk
tertulis tersurat dan beberapa dapat berbentuk gambar atau
konfigurasi.
Sistem sosial sebagai tahap wujud selanjutnya merupakan
tindakan dalam rangka mewujudkan konsep. Tahap wujud ini
dapat berbentuk tulisan, gambar, konfigurasi maupun kegiatan.
Kebudayaan fisik merupakan wujud hasil dalam sebuah
kebudayaan. Sehingga pada wujud terakhir ini kebudayaan
memiliki bentuk paling nyata diantara bentuk yang lain. Pada
wujud inilah kebudayaan seringkali sudah memiliki bentuk benda,
sehingga
dapat
dilihat,
disentuh
dan
dirasakan.
Untuk membantu memahami Arsitektur sebagai sebuah wujud
kebudayaan dapat dilakukan telaah melalui kacamata di atas.
Untuk itu kegiatan ber-arsitektur perlu dipahami sebagai sebuah
proses, dari ideologi yang melandasi, konsep, metode dan teknik
yang
digunakan,
hingga
hasil
karya.
Ideologi
dan
Nilai
Budaya
Arsitektur sebagai sebuah ilmu terapan merupakan muara
bertemunya berbagai ilmu danseringkali juga menjadi muara
manifestasi berbagai nilai budaya yang ada di masyarakat. Nilai

budaya ini seringkali muncul sebagai landasan ideologis karyakarya arsitektur. Munculnya isme pada tataran ideologi lebih
tepat disebut sebagai era dalam arsitektur bukan gaya dalam
arsitektur.
Munculnya era arsitektur klasik, modern dan post-modern
menandakan adanya evolusi perbedaan rumusan mengenai
keindahan
secara
ideologis.
Gagasan
dalam
Konsep
Karya
Unsur yang akan selalu ada dalam proses penciptaan karya
arsitektur adalah keindahan. Keindahan selalu menjadi latar
belakang atau tuntutan dalam sebuah karya arsitektur.
Keindahan merupakan gagasan mengenai bentuk estetika yang
pada akhirnya akan diwujudkan menjadi sebuah karya fisik
melalui
teknik
dan
metode
dalam
arsitektur.
Dalam hal ini bentuk estetika merupakan sebuah gagasan yang
muncul dalam sebuah kebudayaan. Estetika merupakan wujud
kedua dari kebudayaan atau merupakan wujud gagasan.
Tindakan
dalam
Proses
Menuju
Karya
Dalam proses ber-arsitektur terdapat tahapan hingga terciptanya
sebuah karya arsitektur. Proses hingga terwujudnya karya
arsitektur ini memerlukan teknik dan metode yang dikuasai oleh
para
pelaku
arsitek.
Teknik-teknik atau metode-metode yang digunakan untuk
mencapai tahap realisasi fisik ini dapat difahami sebagai sebuah
sistem
perilaku
atau
tindakan
tertentu.
Aktifitas dalam bentuk teknik-teknik tertentu yang sudah
terbentuk menjadi struktur sistem baku dalam dunia arsitektur
merupakan wujud ketiga arsitektur sebagai sebuah kebudayaan
atau
merupakan
wujud
tindakan.
Artefak
dalam
Karya
Arsitektur
Karya arsitektur sebagai produk arsitektur merupakan wujud
fisik yang secara nyata dapat dilihat, disentuh dan dirasakan
kehadirannya
dalam
masyarakat.
Wujud fisik ini, baik dalam skala bangunan tunggal maupun
sebuah lingkungan buatan, dapat difahami sebagai sebuah

artefak.
Sebuah
karya
arsitektur
mengkomunikasikan
kondisi
masyarakat
di
mana
artefak
tersebut
berada.
Artefak merupakan wujud akhir yang timbul akibat adanya
gagasan dan tindakan dalam suatu kebudayaan, wujud fisik.
Kebudayaan dalam Wujud fisik merupakan bagian terluar dari
lingkaran konsentris kerangka kebudayaan (Koentjaraningrat,
2005).
Perkembangan Arsitektur dalam Sistem Nilai Kebudayaan
Apabila dilihat dari proses yang terjadi, maka tahap gagasan
merupakan awal terjadinya proses ber-arsitektur tersebut.
Proses diawali oleh gagasan melalui tindakan hingga akhirnya
terbentuk hasil karya fisik. Sehingga sedikit perubahan yang
terjadi pada tahap gagasan berarti akan terjadi perubahan pula
pada
karya
akhirnya.
Namun demikian, keberadaan konsep estetika sebagai wujud
gagasan yang abstrak selalu dipengaruhi oleh pengalaman
masing-masing individunya maupun pengalaman kolektif yang
dialami
kelompok
masyarakat
tertentu.
Pengalaman ini meliputi: pengembangan kepercayaan terhadap
kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi; hubungan sosial
dengan orang atau kelompok lain; ekspresi kepribadian individual
kepada lingkungan masyarakat di sekitarnya; mengupas maknamakna yang dapat diterima oleh lingkungan (Mulder, 1975, dalam
Koentjaraningrat,
2005).
Manifestasi
estetika

dari

pengalaman

ini

adalah

rumusan ideologi
masyarakat.

Diagram Hubungan Pengalaman, Kerangka Kebudayaan dan


Perkembangan
Arsitektur
Sumber:
Analisis
(2008)
Pengalaman
yang
berbeda-beda
antar
individu
akan
menghasilkan perbedaan dalam rumusan bentuk estetika masingmasing.
Dalam sebuah kelompok masyarakat, perbedaan rumusan bentuk

estetika
tercermin
dalam
sistem
nilai
kebudayaannya.
Hal ini yang akan menentukan munculnya berbagai gaya dalam
arsitektur.
Perbedaan gaya dalam karya arsitektur yang terjadi antar daerah
dan waktu disebabkan karena adanya perbedaan rumusan bentuk
estetika
masing-masing.
Perbedaan dalam rumusan bentuk estetika, sekaligus akan
menggambarkan kondisi pengalaman yang diterima oleh
masyarakat.
Oleh karena itu, karya arsitektur dalam sebuah masyarakat
dapat menjadi alat untuk membaca kondisi pengalaman dan
sistem nilai kebudayaan dalam masyarakat tersebut. Sebaliknya,
gagasan mengenai setting perilaku dalam masyarakat merupakan
hasil dialog dari perilaku sebagai tindakan dan desain sebagai
artifak
kebudayaan.
Sebagai contoh gambaran hubungan antara kebudayaan dengan
arsitektur adalah perkembangan gaya dalam dunia arsitektur itu
sendiri.
Contoh Kasus:
Kebudayaan

Revolusi

Gaya

Arsitektur

dalam

Evolusi

Secara singkat di bawah ini akan dicontohkan terjadinya


perkembangan berbagai gaya dalam dunia Arsitektur dalam
kaitannya
dengan
perkembangan
kebudayaan
yang
melingkupinya.
Arsitektur pra-Yunani kuno sangat terkait dengan kondisi bangsa
Yunani
yang
kaya
dengan
mitologi
dan
seni.
Hal ini nampak dari fungsi dan bentuk bangunan utama sebagai
bagian dari ritual pemujaan. Ideologi kebudayaan masyarakat praYunani kuno tersebut menjadi dasar terbentuknya konsep nilai keestetika-an pada saat itu terfokus pada terciptanya bangunanbangunan megah dan besar sebagai upaya mendekatkan
manusia
terhadap
mitos
dewa-dewi
alam
semesta.
Pada

perkembangannya

Arsitektur

Yunani

kuno

mulai

meninggalkan tahapan mitologi dan menuju tahap filsafat ilmu.


Pada masa ini ilmu ukur menjadi penting dalam menentukan
bentuk dan proporsi bangunan. Rumus matematis berperan
penting dalam menentukan nilai estetika sebuah bangunan.
Keindahan pada era ini tersirat dalam penggunaan proporsi
golden section dan pemanfaatan efek distorsi mata untuk
menciptakan kemegahan dan keindahan bangunan-bangunan
utamanya.
Abad pertengahan ditandai oleh menguatnya pengaruh agama
dalam masyarakat. Arsitektur gothic berkembang sebagai simbol
cahaya
dan
pencerahan
terhadap
manusia.
Wahyu Tuhan melalui ajaran gereja merupakan landasan ideologis
mutlak.
Manusia dan kehidupan duniawi cenderung terbelenggu sehingga
semua ilmu diarahkan untuk kepentingan pengembangan gereja.
Filsafat berkembang seputar manusia sebagai makhluk penuh
dosa yang dilahirkan untuk mengabdi kepada Tuhan.
Satu-satunya yang dapat menolong manusia dari kegelapan
adalah
cahaya
Tuhan
melalui
ajaran
gereja
yang
direpresentasikan oleh adanya keindahan permainan cahaya
dalam
bangunan-bangunan
bergaya
gothic.
Era Renaissance merupakan masa peralihan dari zaman
pertengahan ke zaman modern. Arsitektur Renaissance
menggambarkan
perjuangan
lepas
dari
doktrin
gereja.
Ornamen-ornamen organis muncul sebagai bagian dari keindahan
bangunan.
Cahaya masih menjadi bagian dari keindahan bangunan, namun
unsur-unsur duniawi juga muncul dalam bentuk detail-detail yang
indah.
Detail yang bersifat duniawi pada era pertengahan sangat
dibatasi.
Kemunculan detail ini dilandasi oleh ideologi untuk melepaskan
diri
dari
doktrin
gereja.
Secara umum zaman modern sendiri merupakan masa di mana
seluruh cabang ilmu berkembang dengan sangat pesat.
Penemuan mesin, revolusi Industri dan penemuan material baru

menimbulkan berbagai perubahan dalam masyarakat secara


cepat.
Sehingga perkembangan ilmu-ilmu tersebut juga memunculkan
berbagai gaya dan aliran dalam dunia arsitektur sendiri.
Minimalisme, fungsionalisme, industrialisme, konstruktifisme dan
rasionalisme merupakan gambaran adanya berbagai gaya
arsitektur
yang
muncul
pada
zaman
modern
ini.
Meski terdapat berbagai macam gaya arsitektur, kondisi
kebudayaan masyarakatnya yang terbentuk tetap dalam koridor
ideologi yang cenderung humanis, monoton dan rasionalis akibat
perkembangan
ilmu
itu
sendiri.
Zaman post-modern secara garis besar berusaha lepas dari
batasan-batasan ketat yang ada pada zaman modern.
Dekonstruksi,
simbiosisme,
eklektisisme,
feminisme
dan
hibridisme memberi gagasan pada kebebasan dan kemajemukan.
Meski diwarnai oleh berbagai nama gaya atau aliran, ternyata
semua tetap merujuk pada pembebasan manusia yang pada era
modern terbelenggu ketat oleh struktur-struktur konsensus dan
makna
tunggal.
Pada era post-modern ini filsafat strukturalisme hingga poststrukturalisme menjadi landasan ideologis nilai-nilai budaya
masyarakatnya.
Arsitektur Barat dan Timur berkembang berbeda karena
pengalaman dan perkembangan filsafat ilmu, filsafat agama dan
filsafat alam masing-masing wilayah ini memang berbeda. Dalam
kasus era modern dan post-modern meski ditemukan berbagai
macam gaya arsitektur yang muncul, namun memiliki landasan
ideologis
yang
sama.
Sehingga kemunculan berbagai gaya ini dalam telaah antropologi
budaya hanya merupakan perubahan pada dua wujud lingkaran
terluar pada kerangka kebudayaan Koentjaraningrat, sehingga
tidak menyentuh perubahan pada taraf ideologi dan konsepnya.
(
oleh
:
Rahadea
Bhaswara
)
Daftar

Pustaka

Koentjaraningrat (2005). Pengantar Antropologi I. Rineka Cipta.

Melvin, Jeremy.
Universe.

isms:

Understanding

Architectural

Styles.

Surajiyo (2007). Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia.


Jakarta: Bumi Aksara.
Diposkan oleh Jefry Sandi Wijaya di 00.53
Tidak ada komentar:
PosArsitektur Post Modern di Indonesia
Label: Indonesia, Post Modern
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest
Banyak yang menyambut kedatangan Arsitektur Post Modern
Indonesia dengan gembira. Mengikuti harapan yang diutarakan di
tempat awal munculnya aliran tersebut, Arsitektur Post Modern
Indonesia juga diperkirakan mampu menembus dominasi aliran
Internasional Style yang berjaya di Indonesia sejak tahun 70-an.
Untuk itu beberapa artikel ditulis di majalah-majalah populer di
Jakarta
mengenai
aliran
ini
dengan
optimistik.
Arsitektur Post Modern sendiri diperkirakan muncul sekitar tahun
50-an di Eropa dan Amerika dalam wujud yang masih kasar dan
kurang meyakinkan untuk diperhitungkan sebagai bibit unggul.
Karena itu, tidak ada satupun sejarawan yang mengangkat dan
membicarakannya, sebab mreka disibukkan dengan pekerjaan
mengamati perkembangan Gerakan Modern yang ketika itu sudah
menampakkan potensinya sebagai kekuatan baru di bidang
arsitektur. Karya-karya itu mulai dibicarakan kembali setelah
sebuah bentuk baru karya arsitektur mulai nampak di antara
sejumlah
karya-karya
beraliran
International
Style.
Itu
berlangsung dalam periode 70-an dan semakin insentif
pemunclan
dalam
sepuluh
tahun
terakhir
ini.
Kalau mengambil pokok-pokok pikiran post modern untuk
meninjau keadaan dan perkembangan arsitektur di Indonesia,
maka arsitektur post modern sudah ada di Indonesia sejak tahun
1970-an, melalui pandangan dan karya dari Y.B. Mangunwijaya. Di
sini Y.B. Mangunwijaya menghadirkan karya arsitektur yang

tergolong

ke

dalam

sub

langgam

post

modern.

Awalnya kedudukan arsitektur post modern di Indonesia bisa


dilihat sebagai komoditi oleh kelompok masyarakat tertentu saja,
yang hanya berkecimpung aktif dalam pembangunan ekonomi.
Arsitektur Post Modern di Indonesia hanya dianggap sebagai hasil
fancy atau minderwertigkeits-kompleks negara berkembang
karena
takut
disebut
terbelakang.
Kecenderungan yang kuat pada arsitektur post modern di
Indonesia hanya bertumpu pada figurativism atau graphism
seperti yang muncul pada Delta Plaza Surabaya, Gedung
Universitas Atmajaya Jakarta atau gedung-gedung lainnya di jalan
Kuningan Jakarta. Post Modern di Indonesia dilihat oleh arsitek
sebagai gerakan Internasional, yang tidak menawarkan konsep
baru tentang ruang dan lingkungan yang menjadi tempat
keberadaan manusia, tetapi lebih pada bungkus sosok yang dapat
ditelusuri
dari
Modernisme.
Post Modern tidak bisa disebut suatu epoche kultural karena yang
dicapainya hanya sekedar popularitas, bukan pemberian nilai
tambah yang memperkaya konsep beradanya manusia dalam
lingkungan binaan Arsitektural. hal ini ditandai dengan adanya
beerapa diantara karya-karya baru di Indonesia yang mencobacoba menampilkan elemen tradisional pada tempat-tempat
tertentu di bangunannya, yang pasti ditopang oleh dalih
kontekstual, baik regional maupun lokal. Pada dasarnya mereka
lupa bahwa bukan seperti itu kontekstual yang dibayangkan oleh
para pencetus Arsitektur Post Modern, melainkan yang
komunikatif yang dikenal secara populer oleh warga masyarakat
setempat.
kan Komentar

Anda mungkin juga menyukai