Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Perubahan Kadar Air Tanah Terhadap Parameter Kekuatan

Tanah Lempung
.
Agus Darmawan Adi
Universitas Gadjah Mada, Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Yogyakarta 55281 Indonesia

Abstract
A study was conducted to investigate the effect of water content change to the soil strength
and structure. Two soil types were used in this study. Both soils had very high to extremely high
plasticities which could be classified into CE to CV and also as expansive soils. Compaction test
results indicated that the maximum dry density occurred at optimum moisture content closed to
the soil plastic limit. Clays used in this study suffered from strength reduction due to water
content increase. Soil consistency became soft at water content of 45% to 50% and became very
soft at water content of 55% to 60%. The effect of water content change on soil density and
volume change was similar. However, when it was considered to the soil liquidity index, soil
having higher plasticity index had steeper slope in relationship to the soil density and volume
change. Simple model to illustrate the effect of soil softening showed that strength reduction
produced significant increase on ground deformation which might cause potential damage of the
structure.
Keywords : water-content, strength, density, liquidity-index, deformation.

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Bangunan, seperti jalan, tanggul, bendungan
tanah dan yang lainnya, menggunakan tanah
dengan jumlah yang sangat banyak/luas. Di
Indonesia, dua musim ektrim akan terjadi di setiap
tahunnya yaitu musim penghujan dan musim
kemarau. Tanah mempunyai tingkat sensitivitas
yang berbeda-beda terhadap perubahan musim yang
dalam hal ini kondisi kebasahan atau pengaruh air.
Perubahan kekuatan tanah lempung karena
perubahan kadar air sering mengakibatkan
kerusakan bangunan atau penurunan stabilitas
bangunan bahkan dapat terjadi keruntuhan/longsor.
Tanah lempung dapat menjadi sangat keras dan
retak-retak di permukaan pada musim kemarau
yang panjang. Pada kondisi ini, tanah mempunyai
kekuatan yang besar untuk mendukung beban yang
bekerja di atasnya. Kekuatan lempung dapat
berubah total pada musim hunjan yang
berkepanjangan. Tanah akan menyerap air,
mengembang, menjadi lebih lunak dan kekuatan
dapat turun drastis. Kemampuan tanah untuk
mendukung beban sangat rendah dan deformasi
serta potensi penurunan menjadi semakin besar.
Lempung yang ada terdiri dari banyak jenis.
Lempung berplastistas rendah dianggap sebagai
lempung yang kurang senstitif terhadap perubahan
kadar air. Jenis lempung ini tidak banyak menyerap
air bebas sehingga pengembangan tanah dianggap
tidak besar dan kurang berpotensi merusak
bangunan yang ada di sekitarnya.
Lempung dengan plastisitas tinggi atau sangat
tinggi, sangat sensitif terhadap perubahan kadar air.
Lempung jenis ini mempunyai kemampuan
menyerap air bebas yang sangat besar,

mengakibatkan tanah mengembang dengan besar.


Sebaliknya, disaat kering, tanah akan menyusut
menjadi keras atau sangat keras. Kembang-susut ini
sering menimbulkan retak di permukaan sampai
kedalaman tertentu.
Kerusakan bangunan akibat lempung plastisitas
tinggi atau ekspasif, sering diakibatkan oleh
pengembangan volume dan tekanan pengembangan. Selain itu, kenaikan kadar air akan
mengakibatkan ikatan antar butiran tanah
berkurang,
mengakibatkan
kekuatan
tanah
berkurang. Berkurangnya kekuatan tanah akibat
perubahan kadar air perlu diteliti dan dibuat
korelasi yang diharapkan secara garis besarnya
dapat diketahui pola perubahannya, dan
kemungkinan
kerusakan
yang
diakibatkan
penurunan kekuatan tanah dapat diantisipasi.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Mendapatkan korelasi perubahan kekuatan
tanah dengan paremeter kekuatan tanah
lempung.
b. Menganalisis deformasi tanah/bangunan akibat
perubahan parameter kekuatan tanah lempung
1.3. Tinjauan Pustaka
Pengaruh air pada tanah terutama akibat
perubahan musim, sebagian besar terjadi pada
lapisan tanah dekat dengan permukaan. Beberapa
bangunan, seperti jalan dan tanggul, sebagian besar
permukaannya terbuka ke udara bebas sehingga
sangat mudah bagi air terutama air hujan untuk
berinteraksi langsung dengan tanah. Pengaruh air
menjadi pemicu kerusakan beberapa ruas jalan di
Daerah Istimewa Yogyakarta [1]. Pada musim
kemarau, banyak ruas jalan yang dibangun atau

diperbaiki sehingga saat itu kondisi jalan mulus dan


nyaman untuk dilewati. Namun setelah musim
penghujan berlangsung beberapa lama, kondisi
jalan mulai terganggu, berawal dari tidak ratanya
permukaan jalan karena ada yang turun (mengalami
deformasi), retak pada permukaan jalan dan
akhirnya lapis perkerasan rusak/hancur.
Kondisi lapis perkerasan jalan yang mudah
rusak pada tanah lempung lunak juga dilaporkan [5]
Analisis dan observasi dilakukan pada beberapa
jenis lapis perkerasan di atas tanah lunak. Hasil
penyelidikan menunjukkan bahwa setelah satu
tahun penurunan lapis perkerasan ada yang
mengalami penurunan sampai 9 cm. Dengan
penurunan tersebut, jalan diperkirakan akan
mengalami kerusakan lebih lanjut.
Kekuatan tanah lempung dipengaruhi oleh
kadar air, terutama setelah lempung mendekati atau
pada kondisi jenuh [6]. Lempung akan menyerap
air bebas dan mengembang sedemikian rupa
sehingga menjadi semakin lunak dengan semakin
banyaknya air yang diserap. Kemampuan menyerap
air oleh lempung, dipengaruhi oleh jenis mineral
lempung, kondisi awal, permeabilitas, waktu dan
beberapa parameter yang lain. Untuk suatu
lempung dengan kondisi tertentu, semakin lama
terendam, kondisi tanah semakin lunak, sehingga
pada suatu saat dapat bersifat cair. Hal ini yang
harus dicegah, agar bangunan tidak rusak atau
runtuh.
1.4. Landasan Teori
Plastistas Lempung
Sifat lempung sangat dipengaruhi oleh kadar
air dan plastisitasnya. Pada kadar air rendah,
butiran lempung akan saling melekat dengan kuat
dan membentuk massa yang sangat kompak dan
kuat. Jika lempung menyerap air, air akan mengisi
rongga antar butir, volume akan bertambah, butiran
akan merenggang dan ikatan antar butir berkurang.
Kemampuan lempung menyerap air sangat tinggi
dan lempung dapat menjadi bersifat cair. Dengan
meningkatnya kandungan air dalam tanah, volume
tanah akan bertambah, yang diidealisasikan dengan
hubungan linier [2] dan [4].
Sebaliknya, jika tanah lempung cair dikurangi
kadar airnya, lempung akan menyusut, kondisinya
akan menyusut menjadi lebih padat, menuju kondisi
plastis. Pada kondisi plastis ini, lempung tidak
dapat lagi mengalir namun masih dapat diubah
bentuknya tanpa terjadi retak. Pengurangan kadar
air selanjutnya, lempung akan menuju kondisi semi
padat diikuti dengan berkurangnya volume. Pada
kondisi ini lempung sudah cukup padat, jika diubah
bentuknya akan terjadi retak-retak. Jika kadar air
diukurangi terus, maka pada suatu kadar air
tertentu, lempung tidak dapat lagi menyusut,
kondisi padat, dan pengurangan kadar air akan
digantikan dengan udara.

Kadar air batas antara kondisi cair dan plastis


disebut batas cair (liquid limit, LL), antara kondisi
plastis dan semi padat disebut batas plastis (plastic
limit, PL) dan antara kondisi semi padat dan padat
disebut batas batas susut (shrinkage limit, SL).
Sebagaimana diidealisasikan, tanah mulai jenuh air
jika mempunyai kadar air lebih dari kadar air batas
susut, sehingga hubungan antara kadar air dengan
volume tanah bersifat linier. Namun fenomena ini
kurang sesuai dengan kondisi nyata di lapangan,
karena kebanyakan tanah mengembang pada kadar
air lebih dari batas susut namun masih mempunyai
udara di dalam rongga/pori tanah. Tampaknya,
tanah mulai jenuh air pada kadar air sekitar batas
plastis.
Pada kondisi semi padat atau padat, lempung
mempunyai kekuatan yang cukup baik untuk
mendukung beban dan menjaga stabilitas. Pada
kondisi kadar air yang lebih tinggi dari batas
plastis, terjadi perubahan yang cukup signifikan
pada sifat lempung terutama kekuatannya.
Rentang kadar air tanah pada kondisi plastis ini
dapat digunakan sebagai ukuran tingkat plastisitas
yang dikenal sebagai indeks plastis tanah (plasticity
index, PI), dengan nilai dihitung sebagai selisih dari
batas cair dan batas plastis tanah, sebagai berikut.
PI = LL PL
(1)
Kondisi kadar air tanah di lapangan sering
dikaitkan dengan batas plastis dan batas cair tanah
yang selanjutnya dikenal dengan indeks kecairan
(liquidity index, LI) dengan besaran sebagai berikut.
w PL
(2)
LI
LL PL

Nilai LI akan menunjukkan kondisi kadar air


suatu tanah dikaitkan dengan batas cair dan batas
plastis tanah tersebut. Jika LI negative, tanah
mempunyai kadar air pada kondisi semi padat atau
padat. Jika LI tanah mempunyai nilai antara 0
sampai 1, tanah berada pada kondisi plastis dan jika
LI lebih dari 1, maka tanah mempunyai kadar air
pada kondisi cair.
Kekuatan tanah lempung
Kekuatan tanah lempung biasanya disajikan
dengan parameter kohesi tak terdrainasi. Kohesi tak
terdrainasi tanah lempung bervariasi sangat besar,
dari kondisi keras (cu > 200 kN/m2) sampai sangat
lunak (cu < 12.5 kN/m2) seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Konsistensi lempung dan rentang kohesi.
Konsistensi
sangat lunak
lunak
sedang
kaku
sangat kaku
keras

(very soft)
(soft)
(medium)
(stiff)
(very stiff)
(hard)

c u kN/m
0 - 12.5
12.5 - 25
25 - 50
50 - 100
100 - 200
> 200

Secara umum, elemen tanah di bawah


permukaan, mempunyai kondisi tekanan vertical
dan lateral tertentu yang pada kodisi alami disajikan

sebagai koefisien tekanan tanah diam (Ko) yang


merupakan nilai banding antara besarnya tekanan
lateral terhadap tekanan vertikal, sebagai berikut.
K0 = h/v
(1)
dengan : h = tekanan lateral dalam tanah
v = tekanan vertical dalam tanah
Untuk tanah yang terkonsolidasi normal,
besarnya K0 kurang dari 1 sehingga tekanan lateral
akan lebih kecil dibandingkan dengan tekanan
vertical. Tekanan lateral ini penting dalam
pengujian kekuatan tanah di laboratorium untuk
merepresentasikan kondisi tegangan dalam tanah
saat dibebani.
Tanah untuk bangunan jalan dan tanggul
dikaitkan dengan posisi tanah yang dangkal,
sehingga tegangan lateral pada tanah relatif kecil,
sehingga dipilih pengujian tekan bebas untuk
pengujian kekuatan tanah. Tipikal hasil uji tekan
bebas disajikan dalam bentuk hubungan antara
regangan dan tegangan seperti pada Gambar 1.
14

Tegangan,

12

max=qu

10

1/2max

0
0

Regangan,

10

Gambar 1. Tipikal hasil uji tekan bebas


Dari hasil uji tekan bebas, tegangan maksimum
disebut dengan kuat tekan bebas tanah (qu).
Parameter tanah jenuh air (kohesi undrained, cu)
didekati dengan :
(2)
cu = qu/2
Parameter kekuatan yang lain berupa modulus
elastis tanah (E) adalah kemiringan garis lurus
penghubung titik (0.0) dengan titik di grafik tekan
bebas dengan tegangan setengah dari tegangan
maksimum, disebut juga sebagai modulus sekan,
sebagai berikut.
E =/
(3)
Gambaran nilai modulus elastis tanah
dilaporkan oleh [4], untuk lempung mulai 2000 kPa
untuk lempung sangat lunak sampai 100000 untuk
Analisis Deformasi
Analisis deformasi pada tanah akibat beban
dapat dimodelkan sebagai 1 set persamaan matematik yang berupa hubungan tegangan dan regangan.
Model material sering disajikan dalam bentuk laju
kenaikan tegangan (stress rates) dikaitkan dengan
laju kenaikan regangan (strain rates). Analisis
selanjutnya digunakan paket program Plaxis.

2. Metode Penelitian
2.1. Bahan dan alat
Pada penelitian ini digunakan 2 jenis tanah
lempung yang diambil dari daerah Krembangan
Wates berwarna coklat dan dari daerah Karangsari
Wates berwarna hitam.
Alat yang digunakan pada penelitian ini
meliputi alat uji : kadar air, berat jenis, batas cair,
batas plastis, batas susut, distribusi ukuran butir,
tekan bebas dan pemadata tanah. Untuk analisis
deformasi digunakan paket program Plaxis.
2.2. Prosedur
Pengujian sampel-sampel tanah dilaksanakan
sesuai peraturan (standard) yang banyak digunakan
yaitu ASTM.
Penelitian ini diawali dengan penyiapan sampel
dan alat kemudian dilanjutkan dengan pengujian
sifat indeks tanah terdiri dari berat jenis, batas cair,
batas plastis, batas susut dan distribusi ukuran butir
tanah. Selanjutnya dilakukan uji pemadatan tanah
untuk mendapatkan kadar air optimum dan
kepadatan maksimum. Dengan acuan kadar
optimum atau kepadatan maksimum, dibuat
sampel-sample tanah untuk pengujian utama (tekan
bebas).
Data yang yang dihasilkan dari rangkaian
pengujian dievaluasi dan dibuat korelasi perubahan
parameter kekuatan tanah terhadap variasi
perubahan kandungan air. Untuk aplikasi analisis
deformasi bangunan teknik sipil, dibuat model
sederhana sebuah jalan dengan lapis keras fleksibel
dibebani kendaraan dan dievaluasi deformasinya.
2.3. Aplikasi
Untuk mengetahui pengaruh perubahan
kadar air terhadap stabilitas dan deformasi suatu
kondisi atau bangunan teknik sipil, model
sederhana dibuat dengan menggunakan parameter
yang berubah-ubah akibat perubahan kadar air
tanah. Model sederhana yang dipilih adalah sebuah
jalan dengan lapis keras fleksibel yang dievaluasi
deformasinya.
3. Hasil dan pembahasan
3.1. Sifat umum dan klasifikasi tanah
Tanah yang digunakan pada penelitian ini
mempunyai kadar air lapangan sekitar 28.95%
untuk lempung coklat dan 26.80% untuk lempung
hitam. Berat jenis tanah lempung coklat sebesar
2.58 dan lempung hitam sebesar 2.59. Kedua jenis
tanah yang digunakan ini termasuk tanah yang
mempunyai plastisitas tinggi. Batas cair lempung
coklat mencapai 94.46% dengan batas plastis
29.46% dan batas cair lempung hitam sebesar
86.92% dengan batas plastis 35.18%. Lempung
coklat termasuk tanah dengan plastisitas ekstrim
tinggi (CE) sedangkan lempung hitam masuk
kelompok tanah berplastisitas sangat tinggi (CV)

[3]. Kondisi plastisitas tersebut mengindikasikan


bahwa kedua lempung tersebut bersifat ekspansif.
Sifat ekspansif kedua tanah tersebut dikuatkan
dengan nilai batas susut tanah. Kedua lempung
yang digunakan mempunyai batas susut kurang dari
12%. Batas susut lempung coklat sebesar 9.58%
dan lempung hitam sebesar 11.26%.
Fraksi halus tanah (lolos ayakan no. 200)
lempung coklat mencapai 99.34%, dengan fraksi
lempung (<0.002 mm) sebesar 18%. Aktivitas
tanah sebesar 3.62, sehingga dapat masuk
kelompok lempung ekspansif. Lempung hitam
mempunyai fraksi halus sekitar 92.54% dengan
fraksi lempung 15%. Aktivitas lempung hitam
tercatat sebesar 3.45, dan termasuk kelompok
lempung ekspansif.
Kepadatan maksimum (MDD) lempung coklat
sebesar 1.40 gr/cm3 dan lempung hitam sebesar
1.26 gr/cm3, menunjukkan bahwa kedua tanah
tersebut akan menghasil performa yang kurang baik
jika digunakan sebagai timbunan jalan atau
subgrade.
Kadar air optimum (OMC) lempung coklat
sebesar 29.81% dan lempung hitam sebesar
36.72%. Jika dibandingkan dengan batas plastis
tanah, maka dapat diindikasikan bahwa pada
pekerjaan pemadatan tanah kohesif dengan tenaga
pemadat standar, kadar air optimum tanah pada
kepadatan maksimum akan berada di sekitar batas
plastis tanah.

atas 60%. Ketahanan lempung hitam terhadap


perubahan kadar dibandingkan dengan yang coklat
dikarenakan batas plastis lempung hitam lebih
tinggi dibandingkan dengan lempung coklat. Pada
saat lempung coklat sudah melunak pada kadar air
lebih dari 30%, lempung hitam masih cukup kuat
karena batas plastis dan kadar air optimum
pemadatan standar tanah ini di sekitar 36%. Dengan
demikian lempung hitam akan mulai melunak pada
kadar air lebih dari 36%.
Penggambaran kuat tekan bebas tanah terhadap
indeks kecairan (Gambar 3) memberikan indikasi
yang berbeda. Kekuatan tanah dengan kadar air di
bawah batas plastis tanah (LI negatif) paling tidak
berada pada konsistensi kaku (stiff) atau sangat
kaku, dan semakin keras dengan berkurangnya
kadar air. Pada LI antara 0.15 sampai 0.20,
umumnya tanah berada pada konsistensi sedang
(medium). Lempung akan menjadi lunak pada LI
melebihi 0.25 sampai 0.30, dan selanjutnya menjadi
sangat lunak. Lempung coklat cenderung lebih
cepat mengalami penurunan kekuatan. Hal ini
diperkirakan karena lempung coklat mempunyai
batas plastis yang lebih rendah dan mempunyai
indeks plastisitas yang lebih besar.

3.2. Pengaruh kadar air terhadap qu


Pengaruh kadar air terhadap perubahan
kekuatan tanah, ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 3. Kuat tekan bebas sampel tanah


terhadap indeks kecairan

Gambar 2. Korelasi kadar air terhadap qu


Kekuatan tanah (qu) tampak sangat tinggi di
kadar air sekitar 20%. Kondisi keras di kadar air
rendah ini akan turun cukup drastis jika kadar air
naik. Pada kadar sekitar 35%, kedua lempung
tersebut sudah menjadi agak lunak dengan
konsistensi sedang dan jika kadar air ditingkatkan
lagi, tanah menjadi lunak. Lempung coklat menjadi
lunak pada kadar air sekitar 44% dan diperkirakan
menjadi sangat lunak pada kadar air di atas 50%.
Lempung hitam mempunyai kekuatan yang lebih
baik pada kadar yang lebih tinggi, dengan mencapai
konsistensi lunak pada kadar air sekitar 53% dan
diperkirakan menjadi sangat lunak pada kadar air di

3.3. Pengaruh Kadar Air Terhadap Densitas Tanah


Perubahan kadar air tanah terhadap densitas
menunjukkan pola yang mirip, baik dilihat dari
besarannya maupun pola perubahan densitasnya.
Perubahan densitas ditinjau terhadap indeks
kecairan (Gambar 4), lempung coklat yang
mempunyai batas plastis lebih rendah dan
kepadatana maksimum lebih besar, densitas tanah
akan cepat turun. Sebaliknya, lempung hitam
mempunyai batas plastis yang lebih tinggi dengan
kepadatan maksimum yang lebih rendah, maka
perubahan densitas terhadap kenaikan indeks
kecairan tanah akan menjadi lambat yang
ditunjukkan dengan grafik hubungan perubahan
densitas terhadap indeks kecairan, lebih landai.
3.4. Pengaruh Kadar Air Terhadap Volume Tanah
Pengaruh perubahan kadar air tanah terhadap
perubahan volume tanah, disajikan pada Gambar 5.
Perubahan volume spesifik kedua tanah yang diuji
terhadap perubahan kadar air tanah hampir sama,
karena kondisinya jenuh. Korelasi volume spesifik

terhadap indeks kecairan sebagaimana ditunjukkan


Gambar 5, tanah yang mempunyai indeks plastis
besar akan menunjukkan kemiringan perubahan
volume spesifik yang lebih tegak, dan sebaliknya,
jika indeks plastis tanah kecil, grafik hubungan
volume spesifik terhadak indeks kecairan akan
menjadi lebih landai.

3.6. Pengaruh Kadar Air Terhadap Modulus


Elastis Tanah
Modulus elastis tanah (E) ditinjau sebagai
secant modulus pada kondisi tegangan puncak (qu)
dan pada setengah tegangan puncak, dirangkum
pada Gambar 7.
100000

E,kN/m2

10000

1000

Lempungcoklatdiqumaks"
Lempungcoklatdi0.5qu"
Lempunghitamdiqumaks
Lempunghitamdi0.5qu

100
0

Gambar 4. Densitas sampel tanah terhadap


kadar air dan indeks kecairan

Gambar 5. Volume spesifik sampel tanah


terhadap indeks kecairan
3.5. Pengaruh densitas tanah terhadap qu tanah
Kenaikan densitas memberikan pengaruh yang
yang besar pada kenaikan kuat tekan bebas sampel
tanah (Gambar 6). Kedua lempung mempunyai
kecenderungan peningkatan kekuatan yang hampir
sama, walaupun kekuatan lempung coklat berada
sedikit di bawah lempung hitam. Pola peningkatan
kekuatan yang sama terjadi pada kepadatan sampai
sekitar 1.50 g/cm3 dan selanjutnya lempung hitam
cenderung mempunyai peningkatan kekuatan yanag
lebih besar. Hal ini diperkirakan karena lempung
hitam mempunyai kepadatan maksimum yang lebih
rendah sehingga tingkat kepadatannya lebih tinggi.

10

20

30
Kadarair,%

40

50

60

Gambar 7. Modulus elastis tanah (secant


modulus)
Nilai modulus elastis pada tegangan 0.5qu
memberikan hasil yang lebih besar dibandingkan
modulus elatis pada tegangan maksimum (qu)
dengan kisaran antara kelipatan 2 sampai 4 untuk
lempung coklat dan antara kelipatan 2 sampai 8
untuk lempung hitam. Pada penelitian ini, nilai
modulus elatis pada tegangan 0.5qu masih berada di
bawah nilai modulus elastis yang disarankan [4].
Kemungkinan, nilai yang disarankan [4] tersebut
adalah modulus tangent yang merupakan garis
singggung dari grafik yang terbesar sehingga
didapatkan nilai modulus elastis yang maksimum.
3.7. Deformasi model tanah dasar jalan
Untuk analisis pengaruh perubahan kadar air
tanah terhadap deformasi bangunan, dipilih model
jalan sederhana dengan lapis keras fleksibel seperti
ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Skema model jalan untuk analisis


deformasi

Gambar 6. Korelasi kuat tekan bebas terhadap


densitas tanah

Model jalan tersebut terdiri dari lapis


permukaan setebal 10 cm, lapis fondasi setebal 20
cm, lapis fondasi bawah setebal 20 cm dan tanah
dasar yang divariasikan dengan 3 jenis tanah
sebagaimana disebutkan pada Tabel 2. Pengaruh
perubahan kadar air dievaluasi dengan menganalisis
deformasi material di bawah lapis keras fleksibel
dengan tanah 1 sebagai dasar pembanding. Akibat
perendaman, tanah dasar dasar jalan menjadi tanah
2. Untuk perendaman yang lama, tanah dasar jalan

menjadi tanah 3. Beberapa parameter lain untuk


analisis diambil nilai pendekatan.
Tabel 2. Data tanah untuk input parameter
No

Tipe

sat

cu
3

kN/m

kN/m

e.

phi

..

kN/m

Tanah 1

18.5

100

5000

Tanah 2

18

50

3000

Tanah 3

17.5

25

1500

Hasil analisis deformasi dengan program Plaxis


pada kondisi tanah dasar berupa tanah 1 (kondisi
awal) akibat beban gandar kendaraan 80 kN,
didapatkan penurunan sebesar 3.6 cm. Analisis
deformasi dengan tanah dasar jalan berupa tanah 2
menghasilkan penurunan sebesar 5.9 cm. Pada
analisis deformasi dengan tanah dasar berupa tanah
3, penurunan jalan akan menjadi cukup besar yaitu
sekitar 11.5 cm

f.

g.

h.

diplotkan terhadap indeks kecairan tanah,


lempung dengan indeks plastis yang besar
memberikan grafik yang lebih tegak.
Perubahan kadar air terhadap volume jika
diplotkan terhadap indeks kecairan, tanah
berindeks plastis besar memberikan kemiringan
grafik yang lebih tegak.
Kedua lempung yang diuji menjadi kaku (stiff)
pada densitas yang sama yaitu diatas 1.30
gr/cm3, walaupun tanah mempunyai kepadatan
maksimum dan kadar air optimum berbeda,
Modulus elastis tanah (secant modulus) pada
0.5qu memberikan hasil yang lebih kecil
dibandingkan nilai modulus yang disajikan oleh
referensi.
Analisis deformasi pada model sederhana jalan
memberikan gambaran bahwa penurunan
kekuatan tanah berakibat meningkatnya
deformasi tanah dan jalan sampai tingkat yang
dapat menimbulkan kerusakan.

Daftar pustaka

Gambar 9. Analisis deformasi jalan dengan


tanah 1 sampai 3
Penurunan jalan dan tanah dasar dengan
kemungkinan 3 jenis tanah dasar dirangkum dalam
Gambar 9. Deformasi terbesar terjadi pada tapak
roda yang mendukung langsung beban kendaraan
dan muatannya. Bagian tengah antara kedua tapak
roda ikut mengalami penurunan yang cukup besar
pula. Apabila lajur yang satunya mengalami
penurunan yang sama/mirip, maka dapat dipastikan
seluruh badan jalan akan mengalami penurunan
yang cukup besar dan kerusakan jalan tidak dapat
dihindarkan.
4. Kesimpulan
a. Tanah yang diteliti termasuk lempung dengan
plastisitas sangat tinggi (CV) dan plastisitas
ekstrim tinggi (CE), dan dapat dimasukkan ke
dalam kelompok tanah ekspansif.
b. Kepadatan maksimum tanah lempung dengan
uji pemadatan standar, terjadi pada kadar air
optimum di sekitar batas plastis tanah.
c. Tanah lempung yang diuji menjadi lunak pada
kadar air antara 45% sampai 50% dan menjadi
sangat lunak di kadar air antara 55% sampai
60%.
d. Perubahan densitas tanah terhadap perubahan
kadar menunjukkan pola yang sama. Jika

[1] A.D Adi, 2006, Studi Kerusakan Jalan


Piyungan Wonosari dari Aspek Geoteknik,
Forum Teknik FT UGM, No. 1 Vol. 30.
[2] B.M. Das, 1990, Principles of Geotechnical
Engineering, Third Edition, PWS-KENT
Publishing Company, Boston
[3] British Standard 5930, 1981, Code of Practice
for Site Investigation, British Standards
Institution, London
[4] J.E. Bowles, 1982, Foundation Analysis and
Design, Third Edition, McGraw Hill
International Book Company, Tokyo
[5] R.A.A. Soemitro, E. Kurniawan, dan A.
Suwito, 2009, Assesment to the Field
Evaluation of Soft Clay Subgrades Induced
Flexible Pavement Condition, Prosiding
Pertemuan Ilmiah Tahunan XIII, Himpunan
Ahli Teknik Tanah Indonesia, Bali.
[6] R.H.G. Parry dan C.P. Wroth, 1981, Shear
Stress-Strain Properties of Soft Clay, Soft Clay
Engineering, Elsevier Scientific Publishing
Company, Amsterdam.

Anda mungkin juga menyukai