Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( S A P )

RESIKO JATUH PADA LANSIA

Pokok Bahasan

Resiko Jatuh Pada Lansia

Sub Pokok Bahasan

: Cara Pencegahan Jatuh Pada Lansia

Hari/ tanggal

: Desember 2012

Waktu pertemuan

: 35 menit

Tempat

: Aula URESOS BREBES

Sasaran

: Penerima Manfaat UREHSOS BISMA UPAKARA


PEMALANG

Penyuluhan

: Mita Vicky Merty

A. Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses
yang terus menerus secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami
pada semua makhluk hidup. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan
masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, yang pada masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial sedikit demi sedikit
tidak
dapat
melakukan
tugasnya
sehari-hari
lagi
sehingga
bagi kebanyakan orang, masa tua merupakan masa yang kurang menyenangkan
(Nugroho, 2000).
Kemunduran fisik dapat menyebabkan resiko jatuh pada lansia. Jatuh adalah salah
satu peristiwa yang yang sering dialami oleh seorang lansia. Jatuh berkaitan dengan
peningkatan morbiditas dan mortalitas serta penurunan fungsi dan kemandirian.
Jatuh menjadi salah satu insiden yang paling sering terjadi pada orang lanjut usia
(lansia)
yang
mengakibatkan
trauma
serius
seperti
nyeri,
kelumpuhan bahkan kematian. Hal ini menimbulkan rasa takut dan hilangnya rasa
percaya diri sehingga mereka membatasi aktivitasnya sehari hari yang
menyebabkan menurunya mutu kehidupan pada lansia yang mengalaminya dan
juga berpengaruh pada anggota keluarganya. Di UREHSOS BISMA UPAKARA
PEMALANG terdapat beberapa orang lansia perempuan yang berusia diatas 65
tahun. Yang sebagian besar memiliki resiko jatuh karena mengalami kemunduran
Mita Vicky Merty (10.081)/Keperawatan Gerontik /AKPER PEMKOT TEGAL/2012

fisik. Oleh karena itu, penting bagi lansia untuk mengetahui cara menghindari
resiko jatuh agar para lansia mampumelakukan pencegahan jatuh terhadap dirinya
sendiri.
Berdasarkan hal tersebut penyuluh berminat memberikan penyuluh mengenai cara
pencegahan jatuh pada lansia.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 35 menit, kelayan diharapkan
mampu memahami cara menghindari resiko jatuh dan melakukan
pencegahan jatuh.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 35 menit diharapkankelayan
mampu :
a. Menjelaskan pengertian jatuh.
b. Menyebutkan faktor resiko penyebab jatuh.
c. Menyebutkan akibat jatuh.
d. Menyebutkan cara pencegahan jatuh.
e.Melakukan pencegahan jatuh.

C. Kisi-Kisi Materi
1. Pengertian jatuh.
2. Faktor resiko penyebab jatuh.
3. Akibat jatuh
4. Cara pencegahan jatuh.
(Terlampir)

Mita Vicky Merty (10.081)/Keperawatan Gerontik /AKPER PEMKOT TEGAL/2012

D. Metode

Ceramah

Tanya jawab

Diskusi

E. Media
Leafleat

F. Kegiatan Penyuluhan
No
1

Kegiatan Penyuluh
Pendahuluan

Waktu
5 mnt

Memberi salam

Memberi pertanyaan apersepsi

Mengkomunikasikan

pokok

bahasan
Mengkomunikasikan tujuan
Kegiatan Inti

Respon Peserta

Menjawab salam

Memberi salam

Menyimak

Menyimak

Menyimak

Bertanya

Memperhatikan

Memperhatikan

menjawab

25 mnt

Memberikan penjelasan tentang


hipertensi

Memberikan kesempatan keluarga


untuk bertanya

Menjawab pertanyaan keluarga


Penutup

Menyimpulkan materi penyuluhan


bersama keluarga

Memberikan evaluasi secara lisan

Memberikan salam penutup

5 mnt

Mita Vicky Merty (10.081)/Keperawatan Gerontik /AKPER PEMKOT TEGAL/2012

F. Setting Tempat
1. Peserta (PM) duduk di kursi yang telah disediakan.
2. Panyaji berdiri didepan di depannya.

G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan Penerima Manfaat sudah terlaksana dengan baik berupa kontrak
waktu,topik, dan tempat
b. Persiapan alat bantu dan media yang digunakan untuk Penkes
2. Evaluasi proses
a. Penerima Manfaat mampu mengikuti Penkes dengan baik sampai selesai
b. Penerima Manfaat kooperatif dalam mengikuti Penkes
c. Penerima Manfaat dapat bekerjasama dengan perawat
d. Media dan alat bantu dapat digunakan dengan baik
e. Lingkungan mendukung dalam pelaksanaan Penkes
3. Evaluasi hasil
a. Evaluasi kognitif
Menanyakan kepada Penerima Manfaat
1.Coba jelaskan pengertian jatuh!
2.Sebutkan faktor resiko penyebab jatuh!
3.Sebutkan akibat dari jatuh!
4.Sebutkan cara mencegah jatuh!
b. Evaluasi afektif Penerima Manfaat menyatakan kesediaaan melakukan
pencegahan jatuh.
c. Evaluasi psikomotorik Penerima Manfaat mampu melakukan pencegahan
jatuh.

Mita Vicky Merty (10.081)/Keperawatan Gerontik /AKPER PEMKOT TEGAL/2012

H. DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2012.Mudah Jatuh pada Lansia.http://http://pinadepin.blogspot.com .Diakses
tanggal 23 Agustus 2012.
Turana,Yuda. 2009.Menghindari Resiko Jatuh Pada Lansia.http:// http://www.medi
kaholistik.com.Diakses tanggal 23 Agustus 2012.

Mita Vicky Merty (10.081)/Keperawatan Gerontik /AKPER PEMKOT TEGAL/2012

Lampiran 1
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kekambuhan
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang
melihatkejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di
lantai/tempat yanglebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka
(Rouben, 1996).
B. Faktor Resiko Penyebab Jatuh
Secara singkat, faktor resiko jatuh pada lansia itu dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik.
a) Faktor Instinsik, misalnya:
Gangguan jantung dan/atau sirkulasi darah : Penurunan sirkulasi darah ke
otak secara tiba-tiba, kehilangan kesadaran yang tiba-tiba, masalah pada
jantung yang menyebabkan sesak nafas sehingga tidak dapat mentoleransi
aktivitas dan hipertensi.
Gangguan sistem susunan saraf : SSP akan memberikan respons motorik
untuk
mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP seperti
stroke,
parkinson, hodrosealus tekanan normal, sering diderita oleh lansia dan
menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik
terhadap input sensorik. Nyeri kepala dan atau vertigo, pusing.
Gangguan sistem anggota gerak dan gangguan gaya berjalan seperti nyeri
persendian, kelumpuhan, ketidaklengkapan anggota gerak, bentuk kaki
yang
tidak
normal,
penurunan
kekuatan
otot,
kekakuan
jaringan penyambung , berkurangnya massa otot, edema pada kaki.
Gangguan penglihatan dan pendengaran
Gangguan psikologis : stres, kurang konsentrasi, lupa denganketerbatasan.
b) Faktor Ekstrinsik, misalnya:
Cahaya ruangan yang kurang terang
Lingkungan yang asing bagi lanjut usia
Lantai yang licin
Obat-obatan yang diminum (diuretik, antidepresan, sedatif, anti- psikotik,
alkohol, dan obat hipoglikemi)
Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun
cara penggunaannya.
C. Komplikasi atau Akibat Dari Jatuh
Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti berikut ini :
a. Perlukaan (Injury) : merusak jaringan lunak, fraktur, hematom subdural
b. Perawatan Rumah Sakit : imobilisasi, resiko penyakit
c. Disablitas : penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaaan
fisik, penurunan mobilitas akibat jatuh, penurunan kepercayaan diri dan
pembatasangerak
d. Resiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan
e. Mati
Mita Vicky Merty (10.081)/Keperawatan Gerontik /AKPER PEMKOT TEGAL/2012

D. Cara Pencegahan Jatuh Pada Lansia


Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat
menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang
sedangdiderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan
gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor lingkungan. dibawah ini akan di
uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada orang tua :
1. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan
kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan
meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa
mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik yang dianjurkan yang
melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya, salah satunya
adalah berjalan kaki.
2. Managemen obat-obatan
a) Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik.
b) Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat.
c) Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama pengobatan.
d) Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama
terutamasedatif dan tranquilisers.
e) Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas
indikasi klinis kuat.
f) Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan.
3. Modifikasi lingkungan
a) Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin
untuk menghindari pusing akibat suhu.
b) Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada
dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu.
c) Gunakan karpet antislip di kamar mandi.
d) Perhatikan kualitas penerangan di rumah.
e) Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
f) Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu tambahan
untuk daerah tangga.
g) Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan
yang biasa untuk melintas.
h) Gunakan lantai yang tidak licin.
i) Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah,
menghindaritersandung.
j) Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya
dikamar mandi.
k) Hindari penggunaan furnitur yang beroda.
4. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :
a) Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.
b) Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
c) Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
d) Hindari olahraga berlebihan.
5. Alas kaki
a) Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar.
b) Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk
menjagakeseimbangan.
Mita Vicky Merty (10.081)/Keperawatan Gerontik /AKPER PEMKOT TEGAL/2012

c) Pakai sepatu yang antislip.


6. Alat bantu jalan
Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan
difokuskanuntuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang
mendasarinya. Pada penggunaannya, alat bantu jalan memang membantu
meingkatkan keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang
terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu
tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah
direkomendasikan secara individual. Apabila pada lansia yang kasus
gangguan berjalannya tidak dapat ditangani dengan obat-obatan maupun
pembedahan.Oleh karena itu, penanganannya adalah dengan alat bantu jalan
seperti cane(tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1
ekstremitas atasyang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan cane
type apa yangdigunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang
berat badan.Jika ke-2 ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan
keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan, alat yang paling cocok
adalah four-wheeled walker. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat badan, maka pemilihan
alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang berat badan.
7. Periksa fungsi penglihatan dan pendengaran.
Gunakan kacamata apabila mengalami gangguan fungsi penglihatan dan
alat bantu pendengaran apabila mengalami gangguan pendengaran.
8. Hip protektor : terbukti mengurangi resiko fraktur pelvis.
9. Memelihara kekuatan tulang
a) Suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin D terbukti meningkatkan
densitas tulang dan mengurangi resiko fraktur akibat terjatuh pada
orangtua.
b) Berhenti merokok
c) Hindari konsumsi alkohol
d) Latihan fisik
e) Anti-resorbsi seperti biophosphonates dan modulator reseptor estrogen.
f) Suplementasi hormon estrogen / terapi hormon pengganti.

Mita Vicky Merty (10.081)/Keperawatan Gerontik /AKPER PEMKOT TEGAL/2012

Anda mungkin juga menyukai