Anda di halaman 1dari 19

I.

Latar Belakang
Kehadiran sektor industri memberi pengaruh menguntungkan dan tidak
menguntungkan. Keuntungan yang didapat adalah memberikan kesempatan kerja bagi
masyarakat sekaligus meningkatkan taraf hidupnya. Tetapi dengan munculnya sektor industri,
ada kemungkinan akan menimbulkan dampak tidak mnguntungkan diantaranya dampak
lingkungan.
Salah satu industri yang berwawasan lingkungan adalah P.T. Kimia Farma Semarang
yang memproduksi minyak nabati. P.T. Kimia Farma Semarang telah membuat instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) di awal tahun 90-an untuk meminimalisasi dampak negatif
limbah cair jika dibuang ke badan sungai.

II. Gambaran Objek


A)Letak Geografis
Letak admistratif lokasi P.T Kimia Farma Semarang terletak di jalan Simongan No.169
kelurahan Manyaran kec.Semarang Barat kota Semarang.

Secra Astronomis terletak pada 1100 49 Bujur Timur dan 70 10 Lintang Selatan.
Lokasi dibatasi oleh :

Sebelah Utara : Pemukiman penduduk (Desa Simongan)

Sebelah selatan

Sebelah Barat : Pabrik tekstil Sindara Muda

Sebelah Timur : Pabrik Kayu Kurnia Jati

: Pemukiman penduduk (Desa Manyaran)

Luas lokasi P.T kimia Farma Plant Semarang 2,67 Ha, meliputi :
Bangunan pabrik

: 10.000 m2

Gudang Penyimpanan minyak

: 1.200 M2

Labolatorium dan perustakaan

: 500 m2

Sarana olah raga

: 15.000 m2

III. Proses produksi


Terdiri dari 2 proses produksi :
1. Proses produksi Minyak Nabati
Dibagi dalam beberapa proses ysecara garis besar terdiri dari 2 proses yaitu :
-pressing
-refinning

2. Proses Produksi Kosmetika


Pembuatan campuran homogen yang terdiri dari Acidium Salicycum, pigmen (Yellow
Iron Oxcide untuk Marcks bedak cream, eritrosin untuk Marcks Bedak Rose) Talcum dan
Amylum Maydish, lalu ditambahkan percikan parfum Marcks Bedak, dilewatkan melalui
Oscilating, kemudian diayak dengan mesin pengayak menggunakan ayakan nilon, lalu
dimasukkan dalam Double cone Mixer diputar hingga homogen.

Limbah Cair Yang Dihasilkan

Limbah cair yang berasal dari proses produksi P.T Kimia Farma Semarang besrasal dari :

a) Limbah Cair Domestik

Limbah domestik berasal dari karyawan seperti keperluan masjid, kamar mandi, dan
pembuangannya yang dialirkan ke saluran umum. Jumlah limbah domestik ini relatif kecil,
sekitar 24 m3/hari. Sedangkan limbah cair yang berasal dari Wc dibuang ke septik tank.
b) Limbah Cair Produksi
Limbah cair produksi ini berasal dari kegiatan industri, seperti soapstock (sabun cair),
pencucian pada tangki netralisasi. Pencucian filter press dan pencucian drum berupa
minyak yang melekat pada drum dan cairan pencuci sekitar 79 m3/hari.

c) Limbah Cair Labolatorium


Limbah cair yang berasal dari labolatorium berasal dari IPC (In Proses Kontrol) yang
berfungsi untuk mengawasi mutu produk. Dalam operasionalnya, laboratorium ini
menghasilkan limbah yang berasal dari sisa reagen, pencucian alat dan berbagai keperluan
labolatorium lainnya. Sekitar 1 m3/hari.

Limbah yang masuk dalam IPAL P.T Kimia Farma sebanyak 80 m3/hari berasal dari proses
produksi dan labolatorium
IV. Pengolahan Limbah Cair
P.T. Kimia Farma Semarang menggunakan proses kimia, fisika, dan biologi untuk mengolah
limbah cairnya. Tahapan proses pengolahan limbah cair P.T. Kimia Farma dan layout IPAL
dapat dilihat dibawah ini :

Tahapan proses :
1. Tahapan Proses Fisiska
Pengolahan limbah dengan proses fisika pertama kali dengan menggunakan bak
pemisah minyak dan equalisasi. Sedangkan proses sedimentasi terjadi setelah
pengolahan biologis. Prosesnya yaitu limbah cair yang masuk (influent) dilewatkan
pada ram kawat yang menahan partikel plastik,ranting,daun (screening). Kemudian air
limbah dialirkan dalam bak berukuran 1,8 m x 3 m x 1,75 m dengan tujuan apabila
ada lemak atau minyak akan mengapung di bak tersebut dan dialirkan pada bak yang
berukuran sama di sebelahnya. Kemudian minyak diambil secara manual. Setelah itu
limbah dialirkan dalam bak ukuran 5,6 m x 3 m x 3 m. Selanjutnya limbah dipompa
masuk ke Bak Penampungan pertama. Selanjutnya dialirkan ke bak equalisasi.

2. Tahapan Proses Kimia


Tahapan proses kimia dilakukan pada tangki dengan dasar berbentuk kerucut. Pada
tangki dilakukan proses penetralan dengan menggunakan larutan kapur (jika limbah
bersifat asam) atau asam phospat (jika limbah bersifat basa) hingga Ph berkisar 8-9.
Limbah yang masuk berasal dari kolam ekualisasi. Limbah cair kemudian dialirkan
menuju bak anaerob dengan debit maksimum 5 m3/jam.

3. Tahapan proses Biologi


Dilakukan dengan 2 tahap proses yaitu anaerob dan aerob menggunakan Multi Stage
Up Flow Anaerobic Sludge Blanket (UASB),terdiri dari 3 bak anaerok yang dipasang
seri, sistem kontinue dengan masa tinggal sekitar 12jam. Bak 1 berdimensi 3 x 2,5 x 4
m. Bak anaerob 2 berdimensi 3 x 3 x 4m. Dan bak anaeron 3 berdimensi 5 x 4.75 x
3.5 m .
Kemudian darin proses biodegradasi secara anaerob, dilanjutkan ke proses aerob yang
terdiri dari 2 bak yang dipasang seri dengan sistem kontinue. Pada bak pertama
berdimensi 5 x 3.75 x 3m dengan dilengkapi 4 aerator @ 2 Hp tipe injeksi. Bak kedua
berdimensi 6 x 3 x3 m dengan dilengkapi 2 aerator @2hp tipe injeksi. Proses pada
bak aerasi juga dibantu kompresor bertekanan 3 kg/cm3 agar lumpur tidak mengendap
pada dasar bak.

Hasil dari proses aerasi pada bak aerob mengalir secara kontinu ke bak pengendapan.
Lumpur dari bak aerob yang terbawa masuk ke bak pengendapan dipompa kembali ke
bak aerob (resirkulasi lumpur). Effluen mengalir ke bak biokontrol (kolam ikan
emas). Sebagian effluen dialirkan ke bak ekualisasi dan sebagiam effluen ke saluran
umum dan mengalir ke sungai Kaligarang.

V. Analisis Pengolahan

Limbah yang dihasilkan dalam proses produksi minyak nabati sebesar 79 m3/hari dan
dari labolatorium sebesar 1 m3/hari. Dengan karakteristik limbah adalah :

Baerdasarkan Kep-51/MENLH/10/1995/Lamp B parameter yang melebihi baku mutu adalah


BOD. Sedangkan parameter lain masih memenuhi standar baku mutu sehingga dilakukan
pengolahan.

Tahapan unit pengolahan :


1. Bak Pemisah Minyak
2. Bak Ekualisasi
3. Tangki Netralisasi
4. Bak anaerob
5. Bak Aerob
6. Bak Pengendapan
Proses yang terjadi yaitu:

1. Bak Pemisah Minyak

Apabila terdapat kandungan minyak pada limbah, maka minyak akan mengapung di bak
tersebut dan dialirkan pada bak penampungan (sebelum kolam equalisasi) kemudian
dilakukan pengambilan minyak secara manual sebanyak dua kali sehari. Proses ini
digolongkan dalam flotasi alami karena adanya perbedaan berat jenis antara minyak dan air.

Dari bak pemisah minyak dimensi 1.8 x 1 x1.75m dipompa ke bak penampungan dimensi 2 x
2 x 1 m kemudian dialirkan ke bak equalisasi karena perbedaan elevasi cukup untuk
mengalirkannya secara gravitasi melalui pipa Rugica 5 .Dengan syarat kecepatan aliran
optimal antara 0,6-2 m/detik untuk mencegah terjadinya pengendapan dalam pipa atau
penggerusan pipa bila aliran terlalu cepat.

2. Bak Equalisasi
Berbentuk persegi dengan dimensi 10 x 4 x 3 m dengan kontruksi beton bertulang kedap
air,memenuhi kriteria desain mencegah infiltrasi air limbah ke tanah. Menurut
(Tcnobanoglous & Burton 1991) bak equalisasi ini mempunyai tipe in-line equalization
karena semua limbah yang melalui bak equlalisasi sebelum ke tahap selanjutnya.
Selanjutnya limbah dipompa ke tangki netralisasi melalui pipa Rugica 3. Dari dimensi
tersebut diketahui hanya terisi setinggi 1 m saja.
Perhitungan waktu detensi didapat adalah 12 jam. Karena waktu detensi <2 jam maka
diperlukan aerasi untuk mencegah kondisi septic dan bau. (Tcnobanoglous &
Burton,1991)nnamun tidak dipasang aerator. Selanjutnya melalui bak
netralisasi,kemudian menuju bak anaerob yang kondisinya tidak ada suplai udara. Untuk
mengurangi timbulnya bau dipasang pipa udara berdiameter 4 yang dipasang pada bak
equalisasi.
3. Tangki Netralisasi

Tangki netralisasi P.T Kimia Farma Semarang terdapat 2 buah.tangki tersebut terbuat
dari baja silinder berbentuk kerucut di bawahnya diameter 2m dan tinggi 3.25m

Dari gambar tersebut dapat dihitung beban/volume maksimum dan waktu tinggal pada tangki
tersebut. Effuent yang dibuang sebatas silinder, pada bagian kerucutlumpur disisihkan.
Limbah cair sebelum masuk ke bak anaerob dilewatkan bak netralisasi sebab syarat
pengolahan biologis mengharuskan pH 6,5 - 8,5 untuk pengolahan optimum
(Eckenfelder,2000). Proses penetralah pH dengan penambahan bahan kimia. Kondisi limbah
adalah asam karena penambahan H2SO4pada proses produksi . Maka akan dinetralkan
denganpenambahan kapur Ca (OH)2. Penggunaan kapur karena lebih murah dibanding
NaOH. Sedangkan saat proses pencucian dengan sabun maka pH akan bersifat basa maka
ditambahkan asam phospat (H3PO4). Untuk memaksimalkan hasil netralisasi, maka tiap bak
dipasang motor pengaduk dengan daya 5,5 KW sehingga bahan kimia tercampur sempurna di
tangki netralisasi.

Tangki beroperasi bergantian setiap 4 jam sekali sehingga aliran limabah cair yang menuju
bak anaerob berjalan kontinu dengan debit maksimum 5 m3/jam dengan waktu tinggal (Td)
4jam.

4. Bak Anaerob
Berbentuk persegi kontruksi beton bertulang. Yaitu:

Bak anaerob I

: 3 x 2,5 x 4m

Bak anaerob II

: 3 x 3 x 4m

Bak anaerob III

: 5 x 4,75 x3,5m

Pertimbangan bak anaerob adalah waktu pengurasan lumpur disesuaikan dengan


dimensi bak. Semakin besar bak, waktu pengurasan diperlukan makin lama.
Dari data dimensi dan debit, dapat dihitung beban atau volume maksimum dan
waktu tinggal pada masing-masing bak anaerob. Proses ini menggunakan prinsip
Multi Stage Up Flow Anaerobic Sludge Blanket (UASB), yang terdiri dari 3 bak
anaerob yang dipasang seri dengan sistem kontinu.
Proses yang terjadi pada bak anaerob ini limbah cair dialirkan secara gravitasi
melalui pipa. Selanjutnya aliran limbah bergerak secara vertikal dari dasar bak
menuju ke atas, sehingga mengalir meresap diantara endapan yang sudah
berbentuk selimut (sludge blanket). Proses pengolahan terjadi ketika limbah cair
bersinggungan dengan granula atau partikel pada sludge-blanket tersebut. Terjadi
3 tahap yaitu:
a) Tahap pertama Reaksi hidrolisis mengubah senyawa organik kompleks
menjadi bhan-bahan yang menjadi sumber energi dan karbon.mikroorganisme
berperan dalam proses hidrolisis senyawa polimer dan lipid menjadi molekulmolekul dasar pembentuk senyawa organik dan lipid seperti monosakarida dan
asam amino dan senyawa lainnya.
Reaksi : karbohidrat -----monosakarida
Protein-----------asam amino

b) Tahap kedua reaksi acidogenesis,yaitu reaksi yang dilakukan oleh bakteri yang
mengubah senyawa tahap pertama menjadi bahan-bahn perantara
Reaksi : monosakarida----etanol---asam asetat + H2O + CO2

c) Tahap ketiga merupakan proses methanogenesis merupakan reaksi bakteri


yang merombak senyawa tahap kedua menjadi senyawa yang sederhana dan
produk akhir lainnya. Prinsipnya menghasilkan gas methan dan
karbondioksida. Kelompok ini berfungsi merombak hidrogen dan asam asetat
menjadi gas methan dan karbondioksida (bakteri methanogens).
Reaksi : asam asetat + H2 + CO2--- metana + CO2
Setelah mengalami proses biologis pada bak anaerob, maka limbah cair yang
sudah lebih baik kualitasnya mengalir melalui pipa Rugica 2 secra kontinu ke
pengolahan berikutnya yaitu bak aerob dengan debit 2,16 m3/jam.

5. Bak Aerob
Berbentuk persegi
Dari beton bertulang kedap air dipasang seri dengan sistem kontinu. Terdapat
2 bak berbeda:

Bak Aerob I

Bak Aerob II : 6 x 3 x 3m

: 5 x 3,75 x 3m

Bak pertama dilengkapi 4 surface aerator @2Hp tipe injeksi. Sedang


bak kedua 2 surface aerator @2Hp tipe injeksi. Proses pada bak aerasi
juga dibantu dengan kompresor bertekanan 3 kg/cm3 yang bertujuan
agar lumpr tidak mengendap pada dasar bak.

Dari data dimensi dan debit dapat dihitung baban/volume maksimum dan
waktu tinggal pada masing-masing bak aerob. Proses yang terjadi pada
bak aerob adalah limbah cair yg masuk ke bak aerob akan mengalami
pengolahan secara biologis dimana bakteri yang bercampur dengan zat
organik dari limbah akan mengkonversi zat organik tersebut menjadi
biomassa (lumpur aktif). Ada dua tahap proses aerob, yaitu nitrifikasi dan
denitrifikasi. Nitrifikasi adalah proses dua tahap : tahap satu (bakteri
nitrosomonas) mengubah amonia menjadi nitrit dan tahap dua (bakteri
nitrobacter) mengubah nitrit menjadi nitrat.
Denitrifikasi adalah reduksi nitrat menjadi gas nitrogen.

Reaksi nitrifikasi :

Tahap satu : 2NH4+ + O2 ----- 2 NO2- + 4 H+ + 2H2O


Tahap dua : 2 NO2- + O2 ----- 2 NO3

Reaksi denitrifikasi

2 NO3-+ O2 ----- N2
Dari bak aerob limbah cair dialirkan ke bak pengendap secara kontinu
untuk memisahkan lumpur aktif dan limbah cair itu sendiri (filtrat).
Sebagian besar endapan (biosludge) dikembalikan ke bak aerob sebagai
resirkulasi lumpur. Sedangkan air yang sudah baik kualitasnya masuk ke
kolam biokontrol.
Mikroorganisme yang digunakan dalam lumpur aktif ini dikulturkan
sendiri oleh operator IPAL dari kotoran sapi. Parameter yang dikonkrol
agar bakteri tetap hidup diantaranya oksigen, suhu, pH, dan nutrien.

Suhu optimal antara 25-350C. Nutien yang dibutuhkan mikroorganisme


antara lain nitrogen sebagai pembentuk sel dan fosfor sebagai sumber
energi. Limbah cair yang berwana abu2 dan diteliti kurang mengandung
nutrien yang dibutuhkan sehingga perlu ditambahkan nutrien diantaranya
yang ada di IPAL adalah Urea, SP-36, dan NPK. Penggunaannya
tergantung air limbah. Perbandingan antar substrat BOD dengan nitrogen
dan fosfor adalah 100 : 5 : 1 (Tchobanoglous & Burton,2003).
Proses biologis tipe bak aerasi pencampuran sempurna, dengan aerator
permukaan jika tinggi kolam kurang dari 6m aerator cukup untuk proses
pencampuran limbah cair ke bak dan sebagai suplai oksigen. DO minimal
2mg/l.

6. Bak Pengendapan
Setelah mengalami proses aerasi, limbah cair secara kontinu ke bak pengendapan.
Pada IPAL PT. Kimia Farma Semarang, bak pengendapan memiliki fungsi sebagai
penampungan lumpur limbah cair yang telah mengalami proses pengolahan pada bak
aerob. Bak pengendapan ini berbentuk persegi dengan dasar miring kontruksi beton
bertulang . Dimensi :
Panjang

: 11m

Lebar bak

: 3m

Kedalama bak (h)

: 3,25m

Volume

: 63,9375m3

Debit

: 2,16 m3/jam

Diameter pipa

: 3

Desain bak IPAL yang ada dibandingkan dengan kriteria desain menurut
Tchobanoglous & Burton,1991 adalah :

Terlihat bahwa panjang bak, overflow rate, waktu tinggal dan kemiringan dasar bak
tidak sesuai. Kemiringan dasar bak terlalu besar untuk panjang bak yang hanya 11m.

Dari tabal terlihat bahwa kecepatan aliran memenuhi syarat, apabila >0,3 maka akan
menghancurkan flok yang telah terbentuk.

Menurut Martin Darmasetiawan, 2004, pada dasarya bak pengendap dengan waktu
pengendapan yang panjang adalah yang paling baik, namun jika tidak didukung faktor
hidrolis lainnya seperti lemineritas, uniformitas aliran, serta loading rate sesuai
pengendapan maka pengendapan akan gagal. Menurut perhitungan, untuk NRe dan
NFr , didapat hanya Nre saja yang memenuhi standar artinya keseragaman aliran tidak
memenuhi. Hal ini terjadi karena banyak kriteria desain yang tidak memenuhi kriteria
dan memberikan pengaruh significan pada proses pengendapan.
Pada bak pengendapan terjadi mekanisme resirkulasi lumpur aktif yang diambil dari
komartemen kedua pada bak pengendapan dengan pompa setiap 2 jam sekali selama
kurang lebih 10-15 menit. Lumpur selain di resirkulasi ke bak aerob juga digunakan
oleh IPAL lainnya untuk pengolahan biologis. Pengurasan lumpur dilakukan 2 kali
dalam setahun. Lumpur yang tidak digunakan dibuang di taman sekitar IPAL untuk
pupuk.
Selanjutnya limbah cair dari bak pengendapan dialirkan ke kolam biokontrol berisi
ikan mas sebagai indikator kualitas air buangan, apabila biokontrol ini layak maka
limbah yang telah diolah dibuang ke sungai kaligarang.

HASIL ANALISIS AIR LIMBAH SETELAH MELALUI PROSES PENGOLAHAN

EFFLUENT PT. Kimia Farma Semarang telah memenuhi standar baku mutu limbah
cair indusri produk minyak. Pengujian dilakukan oleh BBTPPI tahun 2009.

VI. REKOMENDASI PEMECAHAN


1. Bak Pemisahan Minyak

Pemisahan dari bak pemisahan minyak dilakukan secara manual sehingga


prosesnya tidak sempurna. Sisa minyak yang tidak ikut terambil masuk ke
pengolaha berikutnya . hal ini terlihat dari dinding bak netralisasi yang berwarna
kehitaman noda bekas minyak.
Hendaknya dilakukan pengambial minyak dengan alat penyerap minyak.

2. Bak Ekualisasi
Bak equalisasi berbantuk kotak, desain bak ini kurang sesuain dengan
kriteria desain menurut (Tchobanoglous & Burton, 1991) yang seharusnya
berbentuk liam terpancung dengan kedalaman efektif 2 meter dan
kemiringan dasar bak 2 : 1 atau 3 : 1 agar tidak menyulitkan dalam
mengatasi lumpur terendap bila kapasitas tampungan sudah penuh.
Perlu disasang aerator agar tidak bau.
Kapasitas bak terlalu besar dan tidak efektif.

3. Tangki Netralisasi
Berdasarkan perhitungan waktu tinggal netralisasi tidak memenuhi kriteria desain.
Dikhawatirkan terbentuk endapan sebelum limbah dialirkan ke bak berikutnya.
Solusi dilakukan pengadukan selama 10 menit sehingga endapan di dasar tangki .

4. Bak anaerob
Dari perhitungan waktu tinggal di bak tidak memenuhi kriteria desain.
Bentuk dari bak anaerob ini tidak sesuai dengan yang ada di literatur yang
menggambarkan unit UASB dengan bentuk tangki reaktor
(Tchobanoglous & Burton,2003). Seharusnya sesuai literatur sehingga
waktu detensi yang dihitung sesuai dengan kriteria dan optimal proses
degradasi biotreatment.
5. Bak aerob
Proses aerasi dari perhitungan cukup menggunakan satu aerator saja sudah
memenuhi syarat DO 2mg/L sehingga lebih effisien

6. Bak pengendapan
Nilai Nfr yang terlalu tinggi (ketidak seragaman aliran) menyebabkan kecepatan
pengendapan sangat kecil/lama. Sehingga perlu diperbaiki baik
desain,kemiringan, maupun laju aliran sehingga proses pengendapan menjadi
optimal.

.
VI. Kesimpulan
Dari kegiatan kerja praktek di IPAL PT. Kimia Farma Semarang serta analisi dan
evaluasi dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses pengolahan limbah pada IPAL PT. Kimia Farma Semarang terdiri dari Bak
Pemisah Minyak, Bak Ekualisasi,Tangki Netralisasi,Bak anaerob,Bak Aerob dan Bak
Pengendapan.
2. Secara keseluruhan, kinerja IPAL PT. Kimia Farma Semarang belum maksimal karena
banyak unit yang belum memenuhi kriteria desain, seperti bak equalisasi, bak anaerob,
bak aerob dan bak pengendapan.
3. Effluen limbah cair PT. Kimia Farma Semarang sudah memenuhi baku mutu Limbah
Cair Industri Produk Minyak Nabati (Kep-51/MENLH/10/1995)

VI. Daftar Pustaka

Calvanti, paula fransinenti.2003. integrated application of UASB Reaktor and Ponds


fot domestic sewage Treatment in Tropical Region. Wageningen University :
Netherland.

Darmasetiawan, Martin. 2004. Teori perencanaan Instalasi Pengolahan Air, penerbit


Yayasan Suryono : Bandung.

Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah Departemen perindustrian. 2007.


Pengelolaan Industri Pangan. Jakarta.

Eclenfender Jr, W Wesley. 2000. Industrial water Polution Control McGraw Hill
Book: Singapore.

Keputusan menteri lingkungan hidup nomor KEP-51/MENLH/10/1995 tentang Baku


Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.

Mochtar, Ir dan Wiharyanto Oktiawan,S.T, M.T .2005. Satuan Operasi. Universitas


Diponegoro : Semarang

Reynolds, Tom D. 1982. Unit Operation And Process In Environmental


Engineering.wadswort.Inc: Californnia

SawyerC.N McCarty, P.L. Chemistry for Environmental Engineering and science


McGraw Hill Book: Singapore.

Tchobanoglous and Burton. 1991. Wastewater for Environmental Engineering


treatment, Disposal, and Reuse. 3 rd Edition. McGraw Hill Book: Singapore.

Tchobanoglous and Burton.2003. Wastewater for Environmental Engineering


treatment and Reuse. 4 rd Edition. McGraw Hill Book: Singapore.

Yuwono, Nur. 1986. Hidrolika I. PT. Hanindita : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai