Pedoman SIK - Rancangan 3.3.2
Pedoman SIK - Rancangan 3.3.2
Daftar Isi
1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................................... 7
3.1 Tanggung Jawab Pemerintah dalam Menentukan Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan.......... 18
3.2 Tugas dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan Bidang Kesehatan .............................................. 18
3.3 Tugas dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan Selain Bidang Kesehatan yang Terkait ..... 19
3.4 Organisasi........................................................................................................................................................................... 21
3.4.1
3.4.2
3.4.3
3.4.4
INDIKATOR ............................................................................................................................................................. 23
6.1.2
6.1.3
Halaman 1 dari 69
6.2.1
6.2.2
6.2.3
8.2.2
8.3.1
8.3.2
9.1 Perencanaan...................................................................................................................................................................... 61
9.2 Analisis dan Dokumentasi Kebutuhan Sistem ................................................................................................... 62
9.3 Analisis Perangkat Keras, Jaringan dan Infrastruktur ................................................................................... 62
9.4 Analisis Software Aplikasi .......................................................................................................................................... 63
9.5 Pengadaan .......................................................................................................................................................................... 64
9.6 Implementasi .................................................................................................................................................................... 64
9.7 Pelatihan ............................................................................................................................................................................. 65
9.8 Pendampingan ................................................................................................................................................................. 66
9.9 Penjaminanan................................................................................................................................................................... 66
9.10 Pemeliharaan Pasca Implementasi ......................................................................................................................... 66
Halaman 2 dari 69
Daftar Istilah
Puskesmas
Bidan
Seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah terregistrasi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bidan dapat menjalankan praktik mandiri dan/atau bekerja di fasilitas pelayanan
kesehatan (tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat)
Bidan Desa
bidan yang ditempatkan dan bertugas di desa, mempunyai wilayah kerja satu sampai
dua desa, dan dalam melaksanakan tugas pelayanan medis baik di dalam maupun di
luar jam kerjanya bidan harus bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskemas.
Perawat Desa/Perawat
Perkesmas
Rumah sakit
Laboratorium
Kesehatan
Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota
Halaman 3 dari 69
Apotek
Laboratorium
Radiologi
Klinik/Praktik Dokter
Praktik bidan swasta perorangan. Bidan yang menjalankan praktik mandiri harus
berpendidikan minimal Diploma III Kebidanan dan wajib memiliki SIPB
Praktik Mandiri
Perawat/Swasta
Seorang Perawat yang mempunyai izin praktek dan memberikan pelayanan asuhan
keperawatan bagi pasien atau klien yang memerlukan bantuan pelayanan
keperawatan baik individu, keluarga, ataupun kelompok yang dapat dilakukan di
tempat praktik perawat, di rumah pasien/klien (home care) atau di institusi lingkungan
tempat kelompok (panti, Tempat kerja, sekolah, dll)
Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
Dinas Kesehatan
Provinsi
Fasilitas pelayanan
kesehatan lain
Dataset minimal
Data minimal yang diperlukan pada proses penilaian klinis dari pasien di suatu
layanan kesehatan. Proses ini memberikan penilaian yang komprehensif dan
membantu petugas kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan tersebut.
Suatu sistem komputer untuk mengarsipkan dan menganalisis data kesehatan yang
dikumpulkan dari pelayanan kesehatan serta unit yang terkait dengan kesehatan pada
tingkat nasional. Melalui sistem ini manajer kesehatan dapat melakukan kueri
kompleks dan analisis (contohnya penambangan data, data mining) terhadap informasi
tersebut tanpa membebani sistem yang operasional.
Inkonsistensi
Ketidaktaatasasan, Ketidakserasian
Anomali
ketidaknormalan; penyimpangan atau keanehan yang terjadi atau dengan kata lain
tidak seperti biasanya
Privasi
Disebut juga kerahasiaan pribadi adalah kemampuan satu atau sekelompok individu
untuk mempertahankan kehidupan dan urusan personalnya dari publik, atau untuk
mengontrol arus informasi mengenai diri mereka. Privasi kadang dihubungkan dengan
anonimitas walaupun anonimitas terutama lebih dihargai oleh orang yang dikenal
publik. Privasi dapat dianggap sebagai suatu aspek dari keamanan.
Hak ases
Hak yang diberikan kepada user untuk mengakses sistem. Hak akses adalah hal yang
paling mendasar dalam bidang sekuriti. Dalam strategi sekuriti, setiap objek dalam
sistem (user, administrator, software, sistem itu sendiri, dsb) harus diberikan hak akses
yang berguna untuk menunjang fungsi kerja dari objek tersebut.
Antivirus
sebuah jenis perangkat lunak yang digunakan untuk mengamankan, mendeteksi, dan
Halaman 4 dari 69
menghapus virus komputer dari sistem komputer. Antivirus disebut juga Virus
Protection Software. Aplikasi ini dapat menentukan apakah sebuah sistem komputer
telah terinfeksi dengan sebuah virus atau tidak. Umumnya, perangkat lunak ini berjalan
di latar belakang (background) dan melakukan pemindaian terhadap semua berkas
yang diakses (dibuka, dimodifikasi, atau ketika disimpan).
Firewall
Firewall adalah sebuah sistem atau grup sistem yang menjalankan kontrol akses
keamanan diantara jaringan internal yang aman dan jaringan yang untrusted seperti
internet.Firewall didesain untuk mengijinkan trusted data atau data yang dipercaya
lewat, menolak layanan yang mudah diserang, mencegah jaringan internal dari
serangan luar yang bisa menembus firewall setiap waktu.
Hack
Upaya membobol sesuatu baik itu program, aplikasi, sistem komputer dll.
Hacker
Enkripsi
proses mengamankan suatu informasi dengan membuat informasi tersebut tidak dapat
dibaca tanpa bantuan pengetahuan khusus. Dikarenakan enkripsi telah digunakan
untuk mengamankan komunikasi di berbagai negara, hanya organisasi-organisasi
tertentu dan individu yang memiliki kepentingan yang sangat mendesak akan
kerahasiaan yang menggunakan enkripsi.
Identity (ID)
Server
Sebuah sistem komputer yang menyediakan jenis layanan tertentu dalam sebuah
jaringan komputer. Server didukung dengan prosesor yang bersifat scalable dan RAM
yang besar, juga dilengkapi dengan sistem operasi khusus, yang disebut sebagai
sistem operasi jaringan.
Helpdesk
Troubleshooting
UPS
Kependekan dari Uninteruptable Power System yaitu batere dengan inverter yang
berfungsi sebagai penstabil tegangan dan penanggung daya untuk beberapa waktu
saat padam listrik.
Restore
HTML
Kependekan dari Hypertext Markup Language yaitu sebuah jenis teks dokumen
khusus yang digunakan oleh Web browser untuk mempresentasikan teks dan gambar.
Processor
Spreadsheet
tabel informasi/data berbentuk kotak dengan baris dan kolom yang berisi
penghitungan-penghitungan yang digunakan untuk melakukan analisa komparatif.
Rekam medis
adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksanaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien. Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara
elektronik.
Pranata Komputer
Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara
penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan di bidang teknologi
informasi berbasis komputer, antara lain sistem analis, programmer, operator data
entry/komputer, teknisi komputer, administrator jaringan, administrator database, dan
Halaman 5 dari 69
perancang web
Statistisi
Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara
penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan statistik pada instansi
pemerintah.
Arsiparis
Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara
penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan kearsipan.
Pustakawan
Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara
penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan kepustakawan
pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi instansi pemerintah dan atau
unit tertentu lainnya.
Pemangku
kepentingan SIK
Halaman 6 dari 69
PENDAHULUAN
Halaman 7 dari 69
1.2 Maksud
Pedoman Sistem Informasi Kesehatan (Pedoman SIK) adalah suatu dokumen yang berisi
aturan berupa norma, standar, kriteria, dan prosedur yang digunakan sebagai acuan dalam
pengembangan SIK, yang mencakup acuan untuk pemerintah dalam pengelolaan dan
pengembangan SIK skala Nasional dan fasilitasi pengembangan SIK daerah, acuan untuk
pemerintah daerah provinsi dalam pengelolaan SIK skala provinsi, acuan untuk pemerintah
daerah kabupaten/kota dalam pengelolaan SIK skala kabupaten/kota dan acuan untuk
fasilitas pelayanan kesehatan dalam pengelolaan SIK.
Dengan adanya Pedoman SIK ini, diharapkan semua pengelola SIK di Indonesia dapat
memodifikasi sistem yang dikembangkannya, sehingga sesuai dengan karakteristik teknis
dan standar substansi yang tertuang dalam Pedoman ini.
1.3 Tujuan
Tujuan Pedoman SIK adalah:
memberikan acuan dalam penyelenggaraan SIK;
memberikan kesamaan pola pikir atau persepsi dan langkah dalam penyelenggaraan
SIK;
menciptakan sinergi antar unit kerja (pemangku kepentingan) yang terlibat dalam
penyelenggaraan SIK; dan
mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan yang efektif dan efisien.
1.4 Sasaran
Sasaran Pedoman SIK adalah semua pemangku kepentingan yang terkait dengan SIK baik
sebagai sumber data, pengelola data, maupun pengguna data. Pedoman SIK ini mengatur
pengelolaan dan pengembangan SIK skala Nasional, pengelolaan SIK skala provinsi,
pengelolaan SIK skala kabupaten/kota, dan pengelolaan SIK skala unit pelayanan
kesehatan.
1.5 Ruang Lingkup
Lingkup isi Pedoman SIK ini mencakup:
1. Disain Sistem Informasi Kesehatan
2. Pengelolaan SIK
3. Indikator
4. Sumber Data
5. Pengumpulan, Pengolahan dan Penanganan Gangguan Data
6. Penyajian, Diseminasi dan Pemanfaatan Data dan Informasi
7. Sumber Daya
8. Implementasi Sistem Informasi Kesehatan Komputerisasi
9. Pembinaan, Pemantauan dan Evaluasi
Halaman 8 dari 69
Halaman 9 dari 69
(Lembaran Negara Tahun 2007 Republik Indonesia Nomor 19, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4693);
16. Peraturan Pemerintah Nomor ..... Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Informasi
dan Teknologi Elektronik (Lembaran Negara Tahun ..... Republik Indonesia Nomor
...., Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor .....);
17. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan e-Government
18. Peraturan Kepala Arsip Nasional RI Nomor 06 Tahun 2005 tentang Petunjuk teknis,
Perlindungan, Pengamanan dan Penyelamatan Dokumen/Arsip Vital Negara;
19. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 41/PER/Men.Kominfo/11/2007
tentang Panduan Umum Tata Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional;
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1109/Menkes/PER/IX/2007 tentang
Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Alternatif di fasilitas Pelayanan
Kesehatan
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam
Medis;
22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/SK/IX/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;
23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang
Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemerintah
24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 148/Menkes/Per/IX/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat;
25. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
411/Menkes/PER/III/2010 tentang
Laboratorium Klinik
26. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
27. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan;
28. Peraturan Menteri Kesehatan Noomor 1501/Menkes/PER/X/2010 tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan
29. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 028/Menkes/Per/I/2011 tentang Klinik;
30. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 574/Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebijakan
Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010;
31. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2001 tentang Pengawasan
Represif Kebijakan Daerah;
32. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 511/Menkes/SK/V/2002 tentang Kebijakan dan
Strategi Pengembangan SIK Nasional (SIKNAS);
33. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Petunjuk
teknis Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Daerah (SIKDA);
34. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 09/Kep/M.PAN/2002
tentang Jabatan Fungsional Arsiparis dan Angka Kreditnya;
35. Keputusan
Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
Nomor
132/Kep/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka
Kreditnya;
36. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/Menkes/SK/III/2003 tentang Laboratorium
Kesehatan;
37. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 279/Menkes/SK/IV/2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Perawatan Kesehatan Masyarakat di Indonesia;
38. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 837/Menkes/SK/VII/2007 tentang
Pengembangan SIKNAS Online;
Halaman 10 dari 69
Halaman 11 dari 69
Halaman 12 dari 69
2
3
4
5
6
Medical products, vacines, and technologies / Produk Medis, Vaksin, dan Teknologi
Kesehatan
Health Workforce / Tenaga Medis
Health System Financing / Sistem Pembiayaan Kesehatan
Health Information System / Sistem Informasi Kesehatan
Leadership and Governance / Kepemimpinan dan Pemerintahan
SIK disebut sebagai salah satu dari 7 komponen yang mendukung suatu sistem kesehatan,
dimana sistem kesehatan tidak bisa berfungsi tanpa satu dari komponen tersebut. SIK
bukan saja berperan dalam memastikan data mengenai kasus kesehatan dilaporkan tetapi
juga mempunyai potensi untuk membantu dalam meningkatkan efisiensi dan transparansi
proses kerja.
Sistem Kesehatan Nasional terdiri dari dari tujuh subsistem, yaitu :1. Upaya kesehatan, 2.
Penelitian dan pengembangan kesehatan, 3. Pembiayaan kesehatan, 4. Sumber daya
manusia kesehatan, 5. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, 6. Manajemen,
informasi, dan regulasi kesehatan, dan 7. Pemberdayaan masyarakat.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem manajemen,
informasi dan regulasi kesehatan. Subsistem manajemen dan informasi kesehatan
diselenggarakan guna menghasilkan fungsi-fungsi kebijakan kesehatan, administrasi
kesehatan, informasi kesehatan dan hukum kesehatan yang memadai dan mampu
menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna.
Dengan subsistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan yang berhasil guna dan
berdaya guna dapat mendukung penyelenggaraan keenam subsistem lain dalam sistem
kesehatan nasional sebagai satu kesatuan yang terpadu dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Halaman 13 dari 69
Halaman 14 dari 69
Fasilitas pelayanan kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta wajib menyampaikan
laporan sesuai standar dataset minimal dan jadwal yang telah ditentukan.
Halaman 15 dari 69
Fasilitas pelayanan kesehatan yang masih memakai sistem manual akan melakukan
pencatatan, penyimpanan dan pelaporan berbasis kertas. Laporan dikirimkan dalam bentuk
hardcopy (kertas) berupa data rekapan/agregat ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
Fasilitas pelayanan kesehatan dengan komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk
softcopy berupa data individual ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
Fasilitas pelayanan kesehatan dengan komputerisasi online, data individual langsung dikirim
ke Bank Data Kesehatan Nasional dalam format yang telah ditentukan.
Petugas kesehatan di lapangan (bidan desa, perawat desa/perawat perkesmas, posyandu,
polindes) melapor kepada puskesmas yang membinanya, berupa data rekapan/agregat
sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selanjutnya akan dikembangkan program mobile health
(mHealth) dengan teknologi informasi dan komunikasi sehingga data individual dapat
langsung masuk ke Bank Data Kesehatan Nasional.
Di dinas kesehatan kabupaten/kota, laporan hardcopy dari semua fasilitas pelayanan
kesehatan (kecuali milik pemerintah provinsi dan pemerintah pusat) akan dientri ke dalam
aplikasi SIKDA generik. Laporan softcopy yang diterima, akan diimpor ke dalam aplikasi
SIKDA Generik selanjutnya semua bentuk laporan diunggah ke Bank Data Kesehatan
Nasional.
Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang sama dengan dinas
kabupaten/kota untuk laporan dari unit pelayanan kesehatan milik Provinsi.
kesehatan
Informasi yang bersumber dari luar fasilitas kesehatan (misalnya kependudukan) akan
diambil dari sumber yang terkait (contohnya BPS) dan dimasukkan ke dalam Bank Data
Kesehatan Nasional. Semua pemangku kepentingan yang membutuhkan informasi
kesehatan dapat mengakses informasi yang diperlukan dari bank Data Kesehatan Nasional
melalui website Kemenkes.
2.5 Implementasi Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional
Implementasi model SIK Nasional akan dilakukan secara bertahap :
1. Tahap 1 Pengembangan fasilitas Bank Data Kesehatan Nasional dan platform
(dashboard) diseminasi informasi. Bank Data Kesehatan Nasional menyimpan data
kesehatan individu (data disaggregat), data survei, sensus, penelitian dan data lintas
sektor. Platform desiminasi informasi akan berperan sebagai pintu utama akses data
kesehatan dimana semua pemangku kepentingan dan pemakai data kesehatan bisa
mengakses secara online dari mana saja dan melakukan data mining atau
pembuatan laporan secara fleksibel dan terkomputerisasi. Pelaksana tahap ini
adalah Pusdatin Kemenkes.
2. Tahap 2 Implementasi SIK komputerisasi di semua komponen sistem kesehatan
(puskesmas, RS, dinkes kabupaten/kota/provinsi). Pemerintah pusat dan pemerintah
daerah mengalokasikan dana dan melaksanakan implementasi ini secara bertahap.
3. Tahap 3 Pengembangan dan Implementasi mHealth untuk petugas kesehatan di
lapangan. Melihat kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dan
memiliki banyak lokasi terpencil, mHealth perlu dikembangkan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan, pelaporan, dan pembelajaran.
Halaman 16 dari 69
Halaman 17 dari 69
Pemangku
Kepentingan
Unit Data dan
Informasi
Unit Program
Halaman 18 dari 69
SKPD
Penyelenggara
Urusan Kesehatan di
Provinsi
SKPD
Penyelenggara
Urusan Kesehatan di
Kabupaten/Kota
Unit Pelayanan
Kesehatan
Puskesmas
Rumah Sakit
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan
lainnya milik
Pemerintah
Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan milik
Swasta
Tim Pengelola
SIK dan TIK
(prasarana/insta
lasi Sistem
Informasi dan
Komunikasi atau
Tim pengelola
Sistem
Informasi
Manajemen RS)
3.3 Tugas dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan Selain Bidang Kesehatan
yang Terkait
Tugas dan tanggung jawab pemangku kepentingan selain bidang kesehatan dalam
penyelenggaraan SIK, yaitu:
Jenis Sektor
Kependudukan
Pemangku Kepentingan
Kementerian Dalam Negeri
Badan Kependudukan dan
Kluarga Berencana (BKKBN)
Pemda Provinsi
BKKBN Provinsi
Halaman 19 dari 69
Statistik
Pemda Kabupaten/kota
Komunikasi dan
informatika
Perencanaan
pembangunan
Tenaga kerja
Lingkungan hidup
Akademisi
Perguruan Tinggi
Profesi
Organisasi Profesi
Halaman 20 dari 69
Asuransi
Institusi Asuransi
3.4 Organisasi
Pengelolaan SIK merupakan suatu hal yang penting dan tidak mudah sehingga memerlukan
unit khusus yang fokus dan kompeten. Pengelolaan SIK diselenggarakan oleh semua
tingkatkan manajemen kesehatan di pusat maupun daerah dan melibatkan semua
pemangku kepentingan (bidang kesehatan dan selain bidang kesehatan). Berikut ini
diuraikan organisasi penyelenggara di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota dan
pelayanan kesehatan.
3.4.1 Penyelenggara Tingkat Pusat
Penyelenggara SIK di pusat dikoordinasikan dan difasilitasi oleh Pusat Data dan Informasi
(Pusdatin) Kementerian Kesehatan sebagai pusat jaringan SIK Nasional. Dalam rangka
memperkuat koordinasi SIK Nasional dibentuk Dewan SIK Nasional. Dewan SIK Nasional
terdiri atas semua pemangku kepentingan dan terdiri dari komite ahli, tim perumus, dan
kelompok kerja. Tugas dan mekanisme kerja Dewan SIK Nasional akan ditentukan
kemudian.
3.4.2 Penyelenggara Tingkat Provinsi
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 267/Menkes/SK/III/2008 tentang petunjuk teknis
pengorganisasian dinas kesehatan daerah, organisasi yang menangani data dan informasi
di dinas kesehatan provinsi seyogyanya dibentuk UPT Dinas (UPTD).
Dalam rangka penyelenggaraan SIK di tingkat Provinsi perlu dibentuk Tim SIKDA. Tim
SIKDA terdiri dari:
Penanggung jawab: Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Koordinator: Pejabat Eselon III yang bertanggung jawab terhadap data dan informasi
Sekretaris: Pejabat Eselon IV yang bertanggung jawab terhadap data dan informasi
Anggota: Semua pemangku kepentingan di tingkat provinsi
3.4.3 Penyelenggara Tingkat Kabupaten/Kota
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 267/Menkes/SK/III/2008 tentang petunjuk teknis
pengorganisasian dinas kesehatan daerah, organisasi yang menangani data dan informasi
di dinas kesehatan kabupaten/kota seyogyanya dibentuk UPT Dinas (UPTD).
Dalam rangka penyelenggaraan SIK di tingkat Kabupaten/Kota perlu juga dibentuk Tim
SIKDA. Tim SIKDA terdiri dari:
Penanggung jawab: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Koordinator: Pejabat Eselon III yang bertanggung jawab terhadap data dan informasi
Sekretaris: Pejabat Eselon IV yang bertanggung jawab terhadap data dan informasi
Anggota: Semua pemangku kepentingan di tingkat kabupaten/kota
Halaman 21 dari 69
Halaman 22 dari 69
INDIKATOR
3
4
5
Keterangan
Children aged <5 years underweight
(%)
Under-five mortality rate (probability
of dying by age 5 per 1000 live
births)
Halaman 23 dari 69
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Angka kematian Tuberkulosis pada orang HIVnegatif (per 100 000 penduduk)
18
19
No
Indikator
Indikator Kesehatan Global (Global Health Indicator)*
Keterangan
Halaman 24 dari 69
Mortality
Morbidity
Halaman 25 dari 69
Halaman 26 dari 69
Per capita
health
expenditures
No
RPJMN 2010-2014
Indikator
Kesehatan Masyarakat
1
Persentase Ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
(cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN))
2
Persentase Ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal (cakupan
kunjungan kehamilan ke empat (K4))
3
Persentase fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan KB
sesuai standar
4
Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1)
5
Cakupan oelayanan kesehatan bayi
6
Cakupan pelayanan kesehatan balita
7
Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap
8
Jumlah puskesmas yang mendapatkan bantuan operasional kesehatan dan
menyelenggarakan lokakarya mini untuk menunjang pencapaian Standar
Pelayanan Minimal (SPM)
Keterangan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Halaman 27 dari 69
9
10
11
12
13
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Pekerjaan
Umum
Kementerian Pekerjaan
Umum
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Koordinator
Kesejahteraan Rakyat
BKKBN
BKKBN
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Indikator kesehatan tidak terbatas hanya pada indikator tersebut di atas, indikator kesehatan
dapat berkembang sesuai kebutuhan, baik nasional maupun lokal. Keterangan lebih rinci
mengenai indikator kesehatan merujuk pada dokumen acuan yang terkait.
Halaman 28 dari 69
SUMBER DATA
Data adalah bukti nyata yang menggambarkan kondisi atau fakta yang sebenarnya di
lapangan atau di masyarakat. Informasi adalah hasil dari pengolahan data dalam bentuk
yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu
kejadian sehingga akan berguna untuk pengambilan keputusan.
Data dapat dikumpulkan dengan berbagai macam cara, yaitu: (1) metode rutin, dan (2)
metode non-rutin. Pengumpulan data secara rutin dilakukan untuk data yang berasal dari
fasilitas kesehatan. Data ini dikumpulkan atas dasar catatan atau rekam medik pasien/klien
baik yang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan maupun yang dilayani di luar gedung
fasilitas pelayanan kesehatan. Pengumpulan data secara rutin umumnya dilakukan oleh
petugas kesehatan. Akan tetapi pengumpulan data secara rutin juga dapat dilakukan oleh
masyarakat (kader kesehatan). Bentuk lain dari pengumpulan data secara rutin adalah
registrasi vital. Adapun pengumpulan data secara non-rutin umumnya dilakukan melalui
survei, sensus, evaluasi cepat (kuantitatif atau kualitatif), dan studi-studi khusus/penelitian.
Intervensi kesehatan tidak efektif dan tidak tepat sasaran tanpa informasi dan data yang
akurat dan tepat waktu.
5.1 Jenis Sumber Data
Sumber data kesehatan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang bersumber dari
fasilitas dan masyarakat
1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Sumber data kesehatan yang berasal dari fasilitas terdiri dari :
a. Fasilitas kesehatan
Data di fasilitas kesehatan didapatkan dari format pencatatan dan pelaporan yang
telah ditetapkan. Data di fasiltas kesehatan mencakup data kegiatan dan data
sumber daya. Fasilitas kesehatan melingkupi fasilitas kesehatan pemerintah maupun
swasta seperti praktek swasta, Puskesmas, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan, UPT
kesehatan lain, dll.
b. Fasilitas selain kesehatan.
Fasilitas selain kesehatan yang dimaksud di sini antara lain : BPS, Dinas Pendidikan,
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, dll.
2. Masyarakat
Data yang bersumber dari masyarakat biasanya digunakan untuk mengevaluasi
dampak (derajat kesehatan, lingkungan sehat, perilaku sehat, dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan). Data ini dapat dikumpulkan melalui kajian cepat (rapid
asessment) seperti observasi, wawancara dan diskusi kelompok terfokus (FGD) dan
Survei seperti Riskesdas, SKRT, Susenas, SDKI, sistem registrasi penduduk dan lainlain. Data berbasis masyarakat dapat menangkap informasi tentang latar belakang
sosial budaya masyarakat, harapan, perilaku, dan lain-lain secara lebih lengkap.
Kedua sumber data tersebut berfungsi saling melengkapi.
Halaman 29 dari 69
Data
Data Wilayah
Jumlah Penduduk (termasuk
Penduduk menurut umur)
Jumlah Batita
Jumlah Balita
10
11
Jumlah WUS
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
jumlah
Halaman 30 dari 69
Instansi
Kementerian Dalam Negeri
Kementerian Dalam Negeri, BPS
Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan
data penduduk BPS)
Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan
data penduduk BPS)
Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan
data penduduk BPS)
Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan
data penduduk BPS)
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Dinas Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Dinas Pendidikan
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Dinas Pendidikan
Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan
data penduduk BPS)
Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan
data penduduk BPS)
Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan
data penduduk BPS)
Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan
data penduduk BPS)
Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan
data penduduk BPS)
Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan
data penduduk BPS)
Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan
data penduduk BPS)
Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan
data penduduk BPS)
Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan
data penduduk BPS)
Kemkes, Dinkes kab/prov(berdasarkan
data penduduk BPS)
Kemkes, Dinkes kab/prov (berdasarkan
data penduduk BPS)
Kemenag, Kemkes, Dinkes kab/kota
Berikut ini jenis-jenis laporan yang harus dilaporkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan,
yaitu:
1. Puskesmas
Pelaporan yang dilakukan oleh Puskesmas sesuai dengan format dan standar dataset
minimal yang telah ditetapkan, jenis laporan yang dibuat oleh Puskesmas yaitu :
1. Laporan Individual
a) Laporan Individual Register Kunjungan Pasien
b) Laporan Individual Register Pelayanan Obat
c) Laporan Individual Register KIA/KB
d) Laporan Individual Register Posyandu
e) Laporan Individual Register Surveilans
f) Laporan Individual Register Gizi
g) Laporan Individual Register PHBS
h) Laporan Individual Register Promosi Kesehatan
i) Laporan Individual Register Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan
j) Laporan Individual Ketenagaan
k) Laporan Individual Register Pembinaan dan pelayanan kesehatan anak pra sekolah
dan usia sekolah di TK, SD/MI
l) Laporan Individual Register Pembinaan dan pelayanan kesehatan usia lanjut
m) Laporan Individual Register Pelaksanaan Kunjungan Rumah
n) Laporan Individual Register Pembinaan Kader
o) Laporan KLB Keracunan Pangan
p) Laporan KLB Penyakit (sesuai dengan Permenkes No. 1501/Menkes/PER/X/2010
tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan
Upaya Penanggulangan)
q) Laporan Peresepan Obat Generik
r) Laporan Individual Register Jemaah Haji Indonesia
2. Laporan Aggregat
a) Laporan Kegiatan Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Darurat
b) Laporan 10 Besar Penyakit Rawat Jalan dan Rawat Darurat
c) Laporan Kegiatan Pelayanan Penunjang (Laboratorium dan Radiologi)
d) Laporan Kegiatan Pelayanan Obat
e) Laporan Kunjungan Peserta Jamkesmas
f) Laporan Kegiatan Pelayanan Rawat Inap (untuk Puskesmas dengan tempat
perawatan inap)
g) Laporan Keuangan
h) Laporan Jumlah Tenaga Kesehatan
i) Laporan Sarana dan Alat Puskesmas
j) Laporan Pelaksanaan Program Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit
(menular langsung, bersumber binatang, tidak menular)
k) Laporan pelayanan kesehatan ibu
l) Laporan pelayanan kesehatan anak
m) Laporan pelayanan KB
n) Laporan Gizi
Halaman 31 dari 69
o)
p)
q)
r)
s)
t)
u)
Laporan Imunisasi
Laporan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
Laporan Promosi Kesehatan (Penyuluhan Kesehatan)
Laporan Penggunaan Obat
Laporan Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan
Laporan Upaya Kesehatan Sekolah
Laporan Pembinaan dan Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia
Sekolah di TK, SD/MI
v) Laporan Pembinaan dan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
w) Laporan Pelaksanaan Kunjungan Rumah
x) Laporan Program Kesehatan Anak dan Remaja/Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
pada sekolah di Desa binaannya
y) Laporan Pelaksanaan Program Desa Siaga
z) Laporan Pelaksanaan TOGA
aa) Laporan Pembinaan Kader
) Laporan Kasus Kekerasan pada Perempuan dan Anak
cc) Laporan Kegiatan Perokok
dd) Laporan Pengobatan Tradisional
ee) Laporan Pengobatan Komplementer-alternatif
cc) Laporan Pembinaan Kesehatan Jemaah Haji Indonesia
Laporan Puskesmas sudah meliputi data dari Puskesmas Keliling, Puskesmas Pembantu
dan UKBM (Poskesdes, Posyandu, UKBM lainnya)
2. Bidan Desa
Pelaporan yang dilakukan oleh Bidan Desa sesuai dengan format dan standar dataset
minimal yang telah ditetapkan, jenis laporan Bidan Desa yaitu:
1. Laporan Individual
a) Laporan Register Pasien
b) Laporan Pelayanan Pasien
c) Laporan Pelayanan Obat
d) Laporan Register KIA/KB
e) Laporan Register Posyandu
f) Laporan Register Surveilans
g) Laporan Register Gizi
2. Laporan Aggregat
a) Laporan KIA/KB, yang terdiri dari :
i.
Laporan pelayanan antenatal, pelayanan persalinan, dan perawatan nifas.
ii.
Laporan pelayanan KB, Imunisasi, dan Kegawatdaruratan KIA/KB
iii.
Laporan pendeteksian Bumil Risti/komplikasi
iv.
Laporan pendeteksian dan penanggulangan ibu hamil kekurangan energi kronis
(Bumil KEK)
v.
Laporan kematian ibu, bayi dan anak balita
b) Laporan Pembinaan dan Kemitraan dengan Dukun Paraji
Halaman 32 dari 69
c)
d)
e)
f)
g)
Halaman 33 dari 69
Pelaporan yang dilakukan oleh Rumah Sakit sesuai dengan format dan standar dataset
minimal yang telah ditetapkan, jenis laporan yang dibuat oleh rumah sakit yaitu:
1. Laporan Individual
a) Laporan Individual Pelayanan Pasien
b) Laporan Individual Pelayanan Obat
c) Laporan Individual Pembinaan dan Pelayanan Kesehatan Haji
2. Laporan Aggregat
a) Laporan Kegiatan Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Darurat
b) Laporan 10 Besar Penyakit Rawat Jalan dan Rawat Darurat
c) Laporan Kegiatan Pelayanan Penunjang (Laboratorium dan Radiologi)
d) Laporan Kegiatan Pelayanan Obat
e) Laporan Kunjungan Peserta Jamkesmas
f) Laporan Kegiatan Pelayanan Rawat Inap (untuk Puskesmas dengan tempat
perawatan inap)
g) Laporan Keuangan
h) Laporan Jumlah Tenaga Kesehatan
i) Laporan Sarana dan Alat Rumah Sakit
j) Laporan KIA/KB
k) Laporan Gizi
l) Laporan Imunisasi
m) Laporan Promosi Kesehatan
n) Laporan Penggunaan Obat
o) Laporan Pembinaan dan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
p) Laporan Kasus Kekerasan pada Perempuan dan Anak
q) Laporan Kesehatan Jiwa
r) Laporan Kesehatan Gigi dan Mulut
s) Laporan Pelayanan Khusus
t) Laporan Jenis Kunjungan
u) Laporan Pengobatan Tradisional
v) Laporan Pengobatan Komplementer-alternatif
w) Laporan Pembinaan dan Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji
5. Laboratorium Kesehatan
Pelaporan yang dilakukan oleh Laboratorium Kesehatan sesuai dengan format dan standar
dataset minimal yang telah ditetapkan. Jenis laporan yang dibuat oleh laboratorium
kesehatan yaitu:
a) Laporan Kegiatan Laboratorium Kesehatan
b) Laporan Hasil Pemeriksaan Pasien
c) Laporan Hasil Pemantapan Mutu
d) Laporan Profil Laboratorium Kesehatan
e) Laporan Tenaga Kesehatan
f) Laporan Sarana dan Alat
6. Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota dan Provinsi
Halaman 34 dari 69
Pelaporan yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota sesuai dengan format dan
standar dataset minimal yang telah ditetapkan. Jenis laporan yang dibuat oleh Instalasi
Farmasi Kabupaten/Kota yaitu:
a) Laporan Barang Farmasi Masuk
b) Laporan Barang Farmasi Keluar
c) Laporan Barang Farmasi Rusak/Kadaluwarsa
d) Laporan Jumlah Stok Barang Farmasi
e) Laporan Fast Moving/Slow Moving Barang farmasi
f) Laporan Tenaga Farmasi
7. Apotek
Pelaporan yang dilakukan oleh Apotek sesuai dengan format dan standar dataset minimal
yang telah ditetapkan. Jenis laporan yang dibuat oleh Apotek yaitu:
a) Laporan Pelayanan Obat pasien
b) Laporan Profil Apotek
c) Laporan Tenaga Apotek
d) Laporan Sarana dan Alat
e) Laporan Mutasi Obat
f) Laporan Obat Rusak/Kadaluwarsa
g) Laporan Penggunaan Obat golongan narkotik/psikotropik
8. Klinik/Praktik Dokter
Pelaporan yang dilakukan oleh Klinik/Praktik Dokter sesuai dengan format dan standar
dataset minimal yang telah ditetapkan. Jenis laporan yang dibuat oleh Klinik/Praktik Dokter
yaitu:
a) Laporan Kunjungan/Pelayanan Pasien
b) Laporan Kasus Penyakit
c) Laporan Resep Pasien
d) Laporan Profil Klinik/Praktik Dokter
e) Laporan Tenaga Medis
f) Laporan Sarana dan Alat
9. Bidan Praktik Mandiri
Pelaporan yang dilakukan oleh Bidan Praktik Mandiri sesuai dengan format dan standar
dataset minimal yang telah ditetapkan. Jenis laporan yang dibuat oleh Bidan Praktik Mandiri
yaitu:
a) Laporan Pelayanan Pasien
b) Laporan Bulanan KIA/KB
c) Laporan Gizi
d) Laporan Imunisasi
e) Laporan Resep Obat Pasien
f) Laporan Profil Bidan
Halaman 35 dari 69
Halaman 36 dari 69
d)
e)
f)
g)
h)
Laporan Keuangan
Laporan Sarana dan Prasarana
Laporan Indikator Kinerja
Lapoan Lain Terkait Program
Laporan Agregat dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Halaman 37 dari 69
PENGELOLAAN DATA
Halaman 38 dari 69
untuk meningkatkan kualitas data. Misal semua pencatat harus melakukan pengecekan
sebelum data di entri/dicatat.
Langkah kedua adalah dengan melakukan Quality Control, yaitu proses pengawasan dan
pemeriksaan terhadap kualitas data yang dihasilkan dari suatu aplikasi sistem. Kegiatan ini
dilakukan setelah proses validasi data, misalnya dengan dengan cara verifikasi data secara
rutin terhadap laporan yang dihasilkan, dimana bila terdapat kesalahan, harus segera
diinformasikan kepada petugas entri data untuk diperbaiki.
Indikator data yang berkualitas,
Akurat: data yang tersimpan nilainya benar (nama cocok dengan alamatnya);
Konsisten: nilai sebuah field data akan sama semua dalam berbagai berkas (field
produk A dengan kode 123, akan selalu sama kodenya di setiap berkas lain);
Tidak Redundan: tidak boleh ada data yang sama disimpan di tempat yang berbeda
dalam satu system;
Lengkap: tidak ada nilai atribut salah yang diberikan dalam sistem
Survey Kualitas Data
Survey adalah metoda pengumpulan data melalui instrumen (kuesioner dan wawancara)
yang bisa merekam tangapan-tanggapan responden dalam sebuah sampel penelitian.
Dalam survei ada 5 tahap yangharus dilakukan, yaitu:
Tahap pertama terdiri dari: mengembangkan hipotesis, memutuskan jenis survei
(Surat, wawancara, telepon), menulis pertanyaan survey, menentukan kategori
respons, mendesain lay out.
Tahap kedua: merencanakan penyimpanan data dan melakukan pilot test.
Tahap ketiga: menentukan target populasi, menentukan batasan sampel,
menentukan jumlah sampel dan memilih sampel.
Tahap keempat merupakan tahapan penting yaitu: menentukan lokasi responden,
melakukan wawancara dan merekam data secara hati-hati.
Tahap kelima: memasukkan data ke dalam komputer, melakukan cek ulang data dan
melakukan analisis statistik.
Tahap keenam: menjelaskan metode dan temuan dalam laporan, mempresentasikan
temuan pada publik untuk mendapatkan evaluasi.
Keenam tahapan dalam survei itu harus dilakukan untukmemperoleh data yang akurat.
Untuk menjaga kualitas data yang dihasilkan harus dilakukan pencatatan sesuai dengan
form yang disediakan dan data yang telah dicatat dicek kebenarannya. Untuk yang
menggunakan system terkomputerisasi data harus dientri sesuai dengan form yang
disediakan, sebelum data disimpan harus dicek ulang validitasnya. Dan bila menggunakan
data bersumber dari hasil survey, perlu dipertimbangkan apakah yang mengeluarkan data
tersebut dapat dipercaya atau tidak.
6.2 Pengolahan Data
6.2.1 Keamanan Data dan Kerahasiaan Data
Keamanan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk berjalannya SIK
secara berkesinambungan, terutama data maupun informasi yang menyangkut data pasien
yang sangat sensitif dan pribadi. Semua pengelola SIK harus memberi perhatian khusus
terhadap praktik-praktik yang dapat mengganggu keberlangsungan SIK. Untuk dapat
menangani serta meningkatkan keamanan sistem maka kemampuan teknis para pengelola
SIK nya harus ditingkatkan. Para pengelola SIK harus menjamin keamanan, baik dari segi
keamanan fisik maupun keamanan sistem.
Halaman 39 dari 69
Manual
o Petugas yang berhak mengakses data pasien mengikut kebijakan yang berhak
akses
o Penyimpanan data pasien harus di dalam ruangan yang terkunci dan tidak
semua orang bisa mengakses
o Data pasien tidak boleh dibawa oleh yang tidak berhak
Elektronik
o Hak akses ke dalam sistem yang memiliki informasi pasien mengikut kebijakan
yang berhak akses
o Harus di siapkan antivirus dan firewall supaya sistem penyimpanan data pasien
tidak bisa di hack
o Pengiriman secara elektronik nama pasien harus dienkripsi
Di dalam model SIK yang berbasis komputerisasi, data yang bisa mengidentifikasikan
pasien seperti:
Nama
Alamat (alamat jalan, bukan Desa atau Kabupaten)
Nama keluarga
Hanya bisa disimpan di dalam fasilitas pelayanan saja. Data ini tidak boleh dikirim
bersama data lain yang dilaporkan ke Bank Data Kesehatan Nasional dalam sistem
pelaporan disaggregat atau individu.
2. Kontrol Akses
Merupakan cara pengaturan akses terhadap data maupun informasi berhubungan
dengan masalah keaslian dan juga privasi, biasanya dengan menggunakan kombinasi
user id/password ataupun dengan metode lainnya.
3. Ganguan Keamanan Lainnya
Berbagai gangguan yang mungkin menjadi ancaman bagi SIK dan juga data yang
tersimpan, antara lain:
Bencana - Berbagai bencana alam seperti banjir, gempa, kebakaran, dan lain lain.
Halaman 40 dari 69
Halaman 41 dari 69
Sistem juga harus dilengkapi dengan fasilitas pencatatan otomatis setiap pengguna
yang mengakses sistem, sehingga bila terjadi kesalahan dapat ditelusuri dengan mudah.
Selain itu langkah lainnya adalah dengan meminta kepada pengguna untuk mengubah
password secara berkala untuk menjaga keamanan sistem.
Untuk sistem manual, data yang disimpan di dalam map dan kertas harus diamankan
dan tidak bisa diakses oleh orang yang tidak berkepentingan. Map/berkas pasien hanya
dapat diakses oleh petugas medis yang telah ditentukan.
4. Pengamanan Fisik, Hardware (Perangkat Keras) & Software
Pengamanan terhadap perangkat keras dan aplikasi sistem dapat dilakukan dengan
cara menghindari penggunaan perangkat data eksternal seperti USB/Flashdisk, yang
beresiko dalam memasukkan virus kedalam sistem yang akan merusak data. Manajer
IT disarankan untuk melepas semua perangkat penghubung perangkat data eksternal
sehingga dapat menghindari pemasangan aplikasi software yang tidak diperlukan yang
dapat menimbulkan ancaman terhadap keamanan jaringan secara keseluruhan. Hal ini
seharusnya menjadi kebijakan fasilitas kesehatan dimana tidak boleh ada software
tambahan seperti game atau musik / video diinstal ke komputer di tempat kerja.
Selain itu, persyaratan TI harus tercermin dalam perencanaan ruangan. Beberapa
aturan dasar yang harus diterapkan seperti tidak menempatkan pipa air di atas ruang
komputer server dan lokasi jauh dari jendela dan harus ada AC dalam ruangan harus
diterapkan.
6.2.3 Penyimpanan Data
Data storage adalah suatu tempat/alat dimana data-data disimpan, dimana kumpulan
berbagai data tersimpan secara terorganisir berdasarkan subjek-subjek utama (misal
pasien, penyakit), terintegrasi (dibangun dengan menggabungkan data yang berbeda),
menyediakan informasi dari segi perspektif historis, dan nonvolatile dimana setiap kali ada
perubahan data akan ditampung setiap waktu dalam mendukung proses pembuatan
keputusan.
Tanggungjawab semua pemangku kepentingan adalah untuk memastikan semua data
disimpan secara teratur dan bisa diakses kapan saja.
Penyimpanan data kesehatan secara manual adalah berbasis kertas. Untuk tempat
penyimpanan data harus ditempat yang aman dari gangguan secara fisik, misal, harus
disimpan di dalam lemari atau kamar yang terkunci, dimana hanya orang yang
berwenang saja yang bisa mengakses.
Arsip data kesehatan berbasis kertas harus disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun dan lebih dari itu dapat dimusnahkan.
Pada saat peralihan dari manual ke komputerisasi suatu institusi, data kesehatan yang
diarsip menggunakan kertas dan selain itu data kesehatan dientrikan menggunakan
komputer disimpan dalam storage.
Rekam medis wajib disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 2 (dua) tahun
terhitung dari tanggal terakhir pasien berobat untuk sarana pelayanan kesehatan non
rumah sakit, dan 5 (lima) tahun untuk pasien rawat inap terhitung dari tanggal terakhir
pasien berobat atau dipulangkan, rekam medis dapat dimusnahkan setelah batas waktu
dilampaui (Kepmenkes Nomor 269/Menkes/Per/III/2008).
Dalam Peraturan Kepala Arsip Nasional RI Nomor 06 Tahun 2005 tentang Petunjuk
teknis, Perlindungan, Pengamanan dan Penyelamatan Dokumen/Arsip Vital Negara
disebutkan bahwa rekam medis merupakan arsip vital. Arsip vital harus memperoleh
perlindungan khusus terutama dari kemungkinan musnah, hilang atau rusak yang
diakibatkan oleh bencana.
Halaman 42 dari 69
Untuk institusi yang sudah komputerisasi tempat penyimpanan data kesehatan berada pada
server. Dan bila institusi yang sudah menggunakan sistem yang lebih canggih, data di
simpan pada tempat penyimpanan yang mempunyai sistem terkomputersisasi tersendiri.
Data kesehatan terkomputerisasi yang disimpan di dalam server harus menyala dan bisa
diakses hingga 10 tahun. Dan harus diingat pada waktu pembelian tempat penyimpanan
data, dipastikan kapasitasnya cukup untuk menampung data selama 10 tahun.
Selain itu, data harus diarsip (masih disimpan dan belum dihapuskan) di dalam tempat
penyimpanan data offline (seperti CD, DVD), backup data harus dijalankan setiap hari pada
akhir hari kerja. Detail lengkap mengenai Backup sistem terdapat di dalam sub bab di
bawah.
6.3 Penanganan Gangguan
1. Helpdesk dan Troubleshooting
Tahap ini merupakan langkah lanjutan setelah tahap implementasi. Helpdesk dan
troubleshoting mendukung petugas pengelola data dalam mengatasi masalah. Dalam hal ini
helpdesk dan troubleshooting dibagi berdasarkan cara pengelolaan data yaitu manual
transisi, dan komputerisasi.
Pengelolaan data secara manual yaitu dengan mengisi formulir pencatatan berbasis kertas
sesuai dengan definisi operasional yang telah ditetapkan. Kendala yang biasa dihadapi oleh
petugas yang mengisi formulir pencatatan secara manual yaitu petugas kurang memahami
definis operasional sehingga terjadi kesalahan penulisan data pada formulir pencatatannya.
Pengelolaan data secara transisi proses pencatatan dilakukan secara manual dan
komputerisasi. Kendala yang dihadapi oleh petugas pengisi formulir pencatatan antara lain
kurangnya pemahaman terhadap definisi operasional pada saat pengisian secara manual,
terjadi kesalahan entry, dan kurang paham terhadap aplikasi yang digunakan. Untuk
menyelesaikan kendala ini petugas pengisi/pengentry menghubungi konsultan (petugas
pengelola SIK kabupaten/kota) melalui alat komunikasi.
Sedangkan pengelolaan data secara komputerisasi proses pencatatan dilakukan dengan
menggunakan aplikasi baik yang belum maupun yang sudah tersambung dengan
konektivitas. Kendala yang biasa dihadapi oleh petugas antara lain kerusakan pada
hardware, sistem yang mengalami gangguan, dll.
Untuk mengatasi permasalahan diatas petugas yang mengisi formulir pencatatan bisa
melakukan konsultasi dengan konsultan (petugas pengelola SIK kabupaten/kota yang
memiliki pengetahuan dan minat tinggi tentang SIK, komputer dan jaringannya). Konsultasi
ini bisa menggunakan alat komunikasi seperti telepon, telepon internal, faxmile, handphone,
dan email. Atau jika permasalahan yang dihadapi lebih sulit, maka konsultan harus
mendatangi Puskesmas tersebut agar kendala bisa teratasi. Dan petugas bisa melakukan
proses pengisian formulir pencatatan kembali baik secara manual maupun komputerisasi.
2. Pemeriksaan Proses Kerja
Pemeriksaan proses kerja ini dilakukan untuk memastikan bahwa petugas
pengisi/pengentry formulir pencatatan pelaporan, menjalankan proses kerjanya dengan baik
tanpa ada hambatan. Pemeriksaan proses kerja ini juga merupakan salah satu strategi
untuk mengatasi resistensi petugas yang mengisi aplikasi yang masih menggunakan sistem
transisi maupun sudah komputerisasi. Penggunaan aplikasi pada sistem transisi maupun
Halaman 43 dari 69
komputerisasi ini merupakan metode kerja baru, biasanya petugas cenderung mudah
menyerah ketika mereka menghadapi hambatan pada saat menjalankan aplikasi tersebut.
Dikhawatirkan mereka akan kembali ke sistem manual yang lebih nyaman jika mereka
menemukan masalah dengan sistem (yang berkaitan dengan baik hardware, jaringan atau
perangkat lunak aplikasi).
Semua upaya harus diambil untuk menjamin bahwa situasi ini tidak terjadi. Salah satu
metode yang digunakan adalah konsultan (pengelola SIK kabupaten/kota) untuk melakukan
pemeriksaan proses kerja para petugas. Tujuan dari tugas ini adalah untuk memastikan
bahwa petugas melakukan pekerjaan mereka dengan sistem dengan manfaat yang
maksimal. Para konsultan (pengelola SIK kabupaten/kota) harus mengunjungi pengelola
data secara rutin untuk memeriksa proses pekerjaan mereka dan menjelaskan kepada
mereka langkah kerja yang tepat atau cara untuk memaksimalkan manfaat dari sistem
tersebut. Upaya ini harus terus dilakukan secara rutin sampai sistem menjadi pilihan budaya
kerja (berkelanjutan menggunakan sistem manual).
Sedangkan pemeriksaan proses kerja pada sistem manual hanya dilakukan dengan
memeriksa kebenaran dan kelengkapan angka yang telah diisi pada formulir pencatatan
disesuaikan dengan definisi operasional yang telah ditetapkan. Waktu pemeriksaan proses
kerja secara manual sebaiknya 2 kali sebelum dilakukan pelaporan.
Pemeriksaan proses kerja pada sistem transisi dilakukan dua tahap. Tahap pertama
memeriksa formulir pencatatan yang telah terisi sesuai dengan definisi operasional yang
telah ditetapkan. Tahap kedua memeriksa data yag telah di entry kedalam aplikasi untuk
mencegah kesalahan entry, dan memeriksa aplikasi itu sendiri apakah sudah berjalan
dengan baik atau belum.
3. Business Continuity & Recovery
Business Continuity atau Kontinuitas Bisnis Proses adalah rencana yang fokus untuk
mempertahankan kelangsungan fungsi sistem saat gangguan terjadi dan sesudahnya
sehingga dapat meminimalisasi kerugian yang diakibatkan oleh bencana. Bussines
continuity sangat diperlukan untuk menjaga sistem tetap berjalan ketika dalam kondisi
terburuk sekalipun. Pada dasarnya aplikasi atau sistem berjalan sensitif terhadap teknologi
informasi, sebab data yang telah dientry dan disimpan serta dikirim secara online dilakukan
secara real time. Ada beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan antara lain
melakukan backup secara rutin setiap seminggu sekali dengan USB maupun CD dan
menyiapkan UPS pada setiap puskesmas guna mengantisipasi gangguan pada aliran listrik.
Recovery atau pemulihan adalah rencana yang fokus pada sistem teknologi informasi yang
diterapkan pada data center untuk memperbaiki operabilitas sistem target, aplikasi, dan
fasilitas komputer dilokasi alternatif dalam kondisi darurat dan bencana. Kondisi darurat dan
bencana terjadi dengan frekuensi yang tidak menentu dan akibat yang ditimbulkannya bisa
menghambat jalannnya sistem bahkan sampai merusaknya. Berbagai bencana yang
mungkin terjadi antara lain:
a. Bencana alam disebabkan oleh kondisi geografis dan geologis dari lokasi
b. Kebakaran disebabkan oleh faktor lingkungan dan pengaturan sistem elektrik yang
dapat menyebabkan korsleting
c. Kerusakan pada jaringan listrik disebabkan oleh sistem elektrik
d. Serangan teroris disebabkan oleh lemahnya keamanan fisik dan non fisik data center
e. Sistem atau perangkat yang rusak terkait dengan kesalahan manajemen
pengawasan perangkat
Halaman 44 dari 69
Halaman 45 dari 69
spreadsheet, database, dan data lainnya akan disimpan dalam bentuk XML sehingga
mempermudah pertukaran data antar aplikasi tanpa diperlukan konversi lagi.
Keunggulan XML adalah :
Pintar (Intelligence). XML dapat menangani berbagai tingkat (level) kompleksitas.
Dapat beradaptasi. Dapat mengadaptasi untuk membuat bahasa sendiri.
Mudah pemeliharaannya.
Sederhana.
Mudah dipindah-pindahkan (Portability).
Bentuk XML secara umum adalah sebagai berikut:
<heading>
<root>
<child>
<subchild>isi..</subchild>
</child>
</root>
Keterangan :
Saat ini telah banyak software aplikasi untuk mengkonversi data kedalam format XML
secara mudah dan cepat, sehingga tidak harus dilakukan secara manual merubah satu
persatu isi data kedalam bentuk XML.
Pengiriman Data Kesehatan Berbasis XML
Pengiriman laporan kesehatan dari berbagai fasilitas pelayanan kesehatan harus mengikuti
format XML. Laporan dalam format XML yang dikirimkan harus sesuai dengan dataset
minimal yang telah ditetapkan. Format XML ini digunakan untuk semua jenis laporan baik itu
yang berbentuk Laporan Individual maupun Aggregat.
Agar laporan yang dikirimkan dapat dibaca oleh sistem pada Bank Data Nasional maka
laporan dengan format XML tersebut harus mengikuti aturan sebagai berikut :
<root> diisi dengan Nama atau Judul laporan
<child> diisi dengan dataset/item data yang terdapat pada laporan tersebut.
Halaman 46 dari 69
Contoh :
Laporan yang akan dikirim adalah Laporan Bulanan Data Penyakit dengan dataset minimal
sebagai berikut :
No.
Variabel data
XML Format
Definisi
Kode Puskesmas
KD_PKM
Kode Puskesmas
Puskesmas
PKM
Nama Puskesmas
Kecamatan
KEC
Nama Kecamatan
Jumlah Pustu
JML_PUSTU
Jumlah Pustu
PUSTU_LAPOR
Kabupaten
KAB/KOTA
Nama Kabupaten
Propinsi
PROP
Nama Propinsi
Bidan
NM_BIDAN
Nama Bidan
Periode Laporan
PERIODE
Kode Penyakit
ICDX
ICD
disusun
10
Jenis Penyakit
PENYAKIT
ICD
disusun
11
Penyakit Laki-Laki
PENYAKIT_L
12
Penyakit Perempuan
PENYAKIT_P
13
KAS_BR_L
14
KAS_B_P
15
KAS_LM_L
16
KAS_LM_P
17
BAYAR_L
18
BAYAR_P
19
ASKES_L
20
ASKES_P
21
ASKESKIN_L
22
Pasien
Perempuan
ASKESKIN_P
23
SKM_L
24
SKM_P
25
Pasien Kunjungan
Laki-Laki
KUN_SEHAT_L
Askeskin
Sehat
Halaman 47 dari 69
26
Pasien Kunjungan
Perempuan
Penanggung jawab
Sehat
KUN_SEHAT_P
PJ_LAPORAN
Sesuai dengan dataset diatas, maka format pelaporan dalam bentuk XML akan menjadi
sebagai berikut :
<Laporan Bulanan Data Kesakitan>
<KD_PKM>01010101</KD_PKM>
<PKM>Cileungsi</PKM>
<KEC>Sukamaju</KEC>
Dst.
<Laporan Bulanan Data Kesakitan>
Pengiriman Data Terkait Kesehatan
Informasi yang bersumber dari luar fasilitas kesehatan (misalnya kependudukan) akan
dimintakan langsung dari sumber yang terkait (contohnya BPS) dan dimasukkan ke dalam
Bank Data Kesehatan Nasional. Semua pemangku kepentingan yang membutuhkan
informasi kesehatan dapat mengakses informasi yang diperlukan dari Bank Data Kesehatan
Nasional melalui website Kemenkes.
Halaman 48 dari 69
Tujuan akhir dari pengembangan sistem informasi adalah penyajian data dan informasi
untuk mendukung kegiatan pengambilam keputusan dan penetapan kebijakan. Setiap
pengelolaan SIK, baik itu yang masih bersifat manual maupun komputerisasi wajib
melakukan pelaporan sesuai dengan standar dataset minimal yang telah ditetapkan oleh
Kementrian Kesehatan.
Namun informasi/laporan yang dihasilkan SIK tidak terbatas hanya pada kebutuhan
pimpinan/organisasi, melainkan juga tergantung pada kebutuhan untuk manajemen
kesehatan. Dalam rangka penyajian informasi diperlukan analisis sesuai dengan kebutuhan
informasi di setiap level dalam organisasi.
Terdapat empat jenis analisis data yang dapat digunakan untuk menganalisis data, yaitu:
1. Analisis Deskriptif, menggambarkan/menjelaskan data yang terdapat dalam tabel
sesuai karakteristik data yang ditampilkan, termasuk angka rata-rata, angka minimum
dan maksimum. Misalnya nilai rata-rata cakupan imunisasi bayi, kisaran cakupan
imunisasi bayi.
2. Analisis Komparatif, menjelaskan data dengan membandingkan karakteristik data
wilayah yang satu dengan wilayah lainnya atau perbandingan data antar waktu, antar
jenis kelamin, antar kelompok umur. Secara khusus, dengan tersedianya data kesakitan
yang terpilah menurut jenis kelamin, dapat dikomparasikan derajat kesehatan, upaya
kesehatan, dan sumber daya kesehatan antara laki-laki dan perempuan. Misalnya
perbandingan prevalensi gizi buruk pada balita laki-laki dan perempuan.
3. Analisis Kecenderungan, menjelaskan data dengan membandingkan data antar waktu
dalam periode yang relatif panjang. Misalnya kecenderungan jumlah penderita DBD
selama lima tahun terakhir.
4. Analisis Hubungan, menjelaskan hubungan/keterkaitan antara variabel yang satu
dengan variabel lainnya. Misalnya cakupan K4 pada ibu hamil dengan cakupan
pertolongan K4 oleh tenaga kesehatan dan kunjungan neonatal serta ibu nifas.
Halaman 49 dari 69
Contoh:
10 PENYAKIT TERBANYAK DI PUSKESMAS Y
KABUPATEN Q BULAN JUNI TAHUN 2010
No
Nama Penyakit
Jumlah Kasus
192
63
57
48
46
Asma
29
29
24
19
10
11
2. Grafik penyajian dengan menggunakan gambar batang, garis, titik, atau pie. Bentuk
yang digunakan disesuaikan dengan tujuan analisis yang ingin ditampilkan, apakah
membandingkan nilai, menampilkan tren, atau proporsi.
Contoh:
PREVALENSI GIZI BURUK PADA BALITA DI KABUPATEN X
PROVINSI W TAHUN 2010
3. Peta penyajian berupa peta suatu daerah yang digunakan untuk menggambarkan
penyebaran atau distribusi dari suatu nilai menurut konsep wilayah
Halaman 50 dari 69
Contoh:
PERSENTASE PENDUDUK MISKIN
PROVINSI K TAHUN 2010
Sumber : ..
7.2 Diseminasi
Diseminasi data bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis media. Pada wilayah
yang masih menerapkan SIK manual, informasi harus dikompilasi terlebih dahulu sebelum
disajikan dalam bentuk laporan kertas (berbentuk lembaran atau buku). Bila harus disajikan
kepada umum, laporan kertas tersebut juga dapat disajikan di papan informasi. Selain itu
laporan kertas tersebut dapat dikirimkan langsung ke pengguna.
Pada wilayah yang sudah menerapkan SIK komputerisasi dapat menghasilkan informasi
yang lebih bervariasi seperti tampilan pada layar komputer (baik komputer di tempat/jaringan
lokal, atau dimana saja melalui jaringan yang terhubung dengan internet), dan memudahkan
dalam pengolahan lebih lanjut mudah dengan mentransfer ke program pengolahan data
lainnya seperti Microsoft Excel. Informasi yang didiseminasikan bisa juga dicetak apabila
diperlukan.
7.3 Pemanfaatan
Informasi yang dihasilkan tidak terbatas sebagai laporan saja. Informasi yang disajikan
harus dianalisis lebih lanjut dan dipakai dalam proses kerja harian para pimpinan/pengambil
keputusan. Contohnya:
Halaman 51 dari 69
Halaman 52 dari 69
SUMBER DAYA
Keberhasilan pelaksanaan suatu sistem bergantung pada sumber daya yang mendukung
sistem tersebut. Sumber daya terdiri dari beberapa komponen yaitu kebijakan, organisasi,
pendanaan, sumber daya manusia dan infrastruktur/perangkat.
Dalam rangka menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik (Good governance) perlu
dibentuk Tim Akreditasi SIK. Tim akreditasi ini merupakan unit independent yang akan
menilai tingkat kesesuaian dengan pedoman SIK setiap fasilitas kesehatan. Keterangan
lebih lanjut akan dijelaskan pada Petunjuk Teknis.
8.1 Pendanaan
Dukungan kebijakan pendanaan kesehatan menurut UU Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan merupakan peluang yang baik dalam rangka memperkuat pendanaan
penyelenggaraan SIK. Semua pemangku kepentingan bertanggungjawab merencanakan
pendanaan untuk upaya pembangunan, operasional dan pemeliharaan terkait SIK. Setiap
tahun Kementerian Kesehatan akan mengalokasikan dana untuk inisiatif penguatan SIK
sesuai Road map SIK. Pemerintah Daerah juga perlu mengalokasikan dana khusus untuk
pengelolaan SIK mengacu pada Road map SIK.
Pendanaan SIK harus memperhitungkan hal-hal berikut:
Komponen
Penyusunan
kebijakan
Pengadaan
infrastruktur
Deskripsi
disusun untuk mengatur
Sumber Daya
Manusia (SDM)
Pengelolaan
operasional dan
pemeliharaan data
dan informasi
termasuk bankdata
dan diseminasi
informasi
Bahan operasional
habis pakai
Monitoring dan
evaluasi
Halaman 53 dari 69
Pemerintah Pusat bertanggung jawab melakukan intervensi khusus pada wilayah dengan
keterbatasan tenaga, biaya, dan infrastruktur, salah satunya dengan mengusulkan dana
alokasi khusus (DAK), dana Tugas Perbantuan (TP), dana dekonsentrasi atau sumber dana
lain mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk pengembangan SIK di wilayah tersebut.
UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, telah menetapkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai salah satu
sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, diantaranya untuk
meningkatkan pembangunan kesehatan. Dengan demikian pemerintah baik pemeritah pusat
maupun pemerintah daerah dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang merata,
terjangkau dan berkualitas. Melalui DAK, pemerintah pusat memberikan anggaran pada
daerah untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan merupakan
prioritas Nasional. DAK Bidang Kesehatan, diberikan kepada daerah tertentu untuk
membantu mendanai kegiatan bidang kesehatan yang merupakan urusan daerah sesuai
prioritas pembangunan kesehatan Nasional yang ditetapkan melalui Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) setiap tahunnya.
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan, diatur mengenai dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan. Dana
dekonsentrasi untuk kegiatan bersifat non-fisik dan dapat ditunjang dengan subkegiatan
bersifat fisik, yang tidak melebihi 25% dari total anggaran kegiatan yang bersangkutan.
Dana TP untuk kegiatan bersifat fisik dan dapat ditunjang dengan subkegiatan bersifat nonfisik, yang tidak melebihi 10% dari total anggaran kegiatan yang bersangkutan.
Dana bantuan dari organisasi internasional atau bantuan luar negeri, pengembangan SIK
harus sesuai dengan Road map SIK. Organisasi atau negara pemberi bantuan harus
berkoordinasi dengan Pusdatin Kementerian Kesehatan dan sesuai dengan peraturan yang
berlaku, baik diimplementasikan secara nasional maupun diimplementasikan di daerah
tertentu. Untuk implementasi di daerah harus berkoordinasi juga dengan Dinas Kesehatan
termasuk Tim SIKDA.
8.2 Sumber Daya Manusia
Tanpa pengelola SIK yang sesuai dengan kebutuhan, perangkat teknologi informasi tidak
banyak bermanfaat dalam perbaikan sistem kesehatan.
Pengelola SIK di semua tingkatan manajemen kesehatan harus mampu memahami:
a) kebijakan dan manajemen SIK
b) kebijakan program kesehatan
c) indikator kesehatan
d) istilah-istilah kesehatan
e) aspek klinis
f) epidemiologi penyakit
8.2.1 Kompetensi Pengelola SIK
Kompetensi yang diperlukan pada pengelola SIK, yaitu:
1. Mampu melakukan kegiatan statistik bidang kesehatan:
a) Mampu melakukan teknis pengumpulan data
b) Mampu melakukan validasi data
c) Mampu melakukan pengolahan data secara manual dan elektronik
d) Mampu melakukan pengukuran indikator kesehatan
Halaman 54 dari 69
Keahlian*
Puskesmas
Pengelola data
Teknisi TI
Rumah Sakit
Kabupaten/Kota/Provinsi
Koordinator SIK
Pengelola data
Teknisi aplikasi
Teknisi database
Teknisi hardware dan jaringan
Koordinator SIK
Pengelola data
Teknisi aplikasi
Teknisi database
Teknisi hardware dan jaringan
Koordinator SIK
Pengelola data
Teknisi aplikasi
Teknisi database
Teknisi hardware dan jaringan
Halaman 55 dari 69
Pengelola
data
Teknisi TI
Teknisi
hardware dan
jaringan
Teknisi
database
Dalam pengelolaan SIK dibutuhkan jafung rumpun kesehatan (misalnya jafung epidemiologi,
kesehatan masyarakat) dan jafung selain rumpun kesehatan (misalnya jafung statistisi,
pranata komputer). Antar jabatan fungsional saling mengisi dan membutuhkan untuk
menghasilkan data kesehatan yang berkualitas.
Setiap pengelola SIK harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan secara berkala,
secara formal (insitusi pendidikan) dan atau secara informal (seminar, konferensi,
workshop), dan atau menjadi anggota organisasi profesi.
Unit Pengelola SIK harus mempunyai standar prosedur operasional (SPO) yang
menjelaskan setiap peran dan tugas. SPO diperlukan sebagai rujukan dalam pelaksanaan
tugas pengelola SIK. Hal ini cukup penting terutama pada saat terjadi pergantian petugas.
Selain itu perlu dilakukan alih pengetahuan (transfer knowledge) kepada petugas pengganti.
Untuk menjamin kelangsungan SIK, petugas/pengelola SIK tidak dialihtugaskan sekurangkurangnya dalam 3 tahun, kecuali alasan tertentu seperti promosi jabatan.
Halaman 56 dari 69
8.3 Infrastruktur
Infrastruktur yang mendukung sistem sangat penting untuk kesuksesan pelaksanaan SIK.
8.3.1
1. Pencatatan:
Untuk melaksanakan proses pencatatan diperlukan alat tulis kantor yang sesuai dan
memadai. Media pencatatan dapat berupa formulir yang ditentukan dan memastikan
formulir ini ada pada saat dibutuhkan.
2. Penyimpanan:
Penyimpanan berkas/dokumen menggunakan peralatan penyimpanan khusus.
Pemilihan peralatan penyimpan tergantung pada jenis, media dan ukuran arsip.
Namun demikian secara umum peralatan tersebut memiliki karakteristik tidak mudah
terbakar dan kedap air. Penggunaan sistem keamanan ruang penyimpanan
berkas/dokumen seperti pengaturan akses, pengaturan ruang simpan, penggunaan
sistem alarm dapat digunakan untuk mengamankan arsip dari bahaya pencurian,
sabotase, penyadapan dan lain-lain.
3. Diseminasi :
Untuk penyajian informasi, biasanya berupa cetakan sajian data (misal : laporan,
profil institusi, profil kesehatan). Penyajian informasi dapat juga melalui media papan
informasi.
8.3.2
Keterangan
Switch
Wireless Fidelity
(WiFi)
Unshielded Twisted
Pair (UTP) Cable
Halaman 57 dari 69
Perangkat keras
Perangkat
Server
Keterangan
Server adalah komputer yang dirancang untuk berperan sebagai tuan rumah
di mana perangkat lunak aplikasi dan database berada. Server adalah
bagian penting untuk semua sistem aplikasi tetapi lokasi server dapat
dilokalisasi dalam fasilitas atau ditempatkan eksternal (komunikasi data dan
mentransfer lebih dari WAN atau Internet). Localized server adalah jantung
dari sistem aplikasi dan desain sistem harus mencerminkan redundansi
untuk
menjamin
uptime
sistem.
Memilih server yang tepat untuk menjalankan sistem aplikasi memerlukan
evaluasi teknis pada sistem dimaksudkan dan beban kerja, sehingga
mempengaruhi daya proses, ruang kapasitas penyimpanan dan fitur lainnya.
Perangkat lunak server yang mengendalikan server juga memerlukan
evaluasi teknis untuk menemukan yang paling cocok untuk perangkat lunak
aplikasi dimaksud dan lingkungan.
Komputer
Keyboard dan
Mouse
Keyboard dan mouse adalah alat input standar untuk sistem komputer dan
hampir semua sistem computer dilengkapi perangkat ini. Penting juga
diperhatikan alas mouse, dimana mouse tidak bekerja pada permukaan
seperti kaca.
Barcode
Reader
Halaman 58 dari 69
Uninterrupted
Power Supply
(UPS)
Gangguan pasokan listrik atau UPS dapat bekerja sebagai pengatur arus
listrik dan pasokan daya darurat. UPS harus digunakan di semua komputer,
perangkat jaringan dan server dasarnya untuk mengatur arus listrik, dan
yang terpenting untuk menyediakan pasokan listrik cadangan darurat
komputer bila mati listrik
Document
Scanners
Konektivitas
SIK komputerisasi akan lebih cepat dan akurat dalam penyampaian informasi bila terdapat
koneksi internet antar semua tingkatan manajemen kesehatan. Data terpilah dari rumah
sakit dan puskesmas dapat cepat untuk dikompilasi dan eskalasi lebih lanjut dengan koneksi
internet. Dan pada akhirnya, data yang dikompilasi dapat diakses oleh seluruh lapisan
pengambil keputusan dalam sistem kesehatan.
Koneksi internet untuk semua fasilitas kesehatan sangat penting bagi keberhasilan SIK.
Semua fasilitas kesehatan sampai ke tingkat puskesmas harus mengalokasikan anggaran
untuk koneksi internet minimum ke 1 komputer untuk transmisi data kesehatan terpilahyang
dikumpulkan.
Suplai Listrik
Listrik merupakan komponen yang penting dari SIK komputerisasi dan akan menimbulkan
masalah dalam operasional terutama di daerah pedesaan. Untuk memastikan ketersediaan
suplai listrik dapat ditempuh dengan strategi berikut:
1. Semua suplai listrik ke perangkat SIK (termasuk perangkat jaringan) terlebih dahulu
diatur oleh regulator tegangan. Hal ini akan membantu dalam mengurangi arus
pendek yang secara permanen akan merusak perangkat mahal ini. Beberapa fungsi
UPS dapat sebagai regulator tegangan dan juga menyediakan listrik cadangan.
2. Strategi cadangan perlu diambil ketika sistem SIK komputerisasi sedang down
(mengalami masalah) selama operasional di fasilitas kesehatan (rumah sakit atau
puskesmas). Strategi cadangan dapat meliputi:
a. Segera respon bila ada kegagalan suplai listrik, segera matikan komputer dan
server dengan benar yang sementara masih berjalan dengan menggunakan
daya UPS.
b. Bila kegagalan suplai listrik terus berlanjut, operasional data kembali ke sistem
manual.
c. Setelah kembalinya suplai listrik, data manual harus ditransfer kembali ke sistem
SIK pada hari kerja yang sama.
3. Genset (pembangkit listrik cadangan/pengganti) yang bahan bakar dapat
menyediakan suplai listrik bila terjadi pemadaman listrik.
Penyimpanan berkas/dokumen
Halaman 59 dari 69
Pemilihan peralatan simpan tergantung pada jenis, media dan ukuran berkas/dokumen
termasuk dokumen elektronik. Namun demikian secara umumperalatan tersebut memiliki
karakteristik tidak mudah terbakar (sedapat mungkin memiliki daya tahan sekurangkurangnya 4 jam kebakaran), kedap air dan bebas medan magnet untuk jenis arsip berbasis
magnetik/elektronik. Penggunaan sistem keamanan ruang penyimpanan berkas/dokumen
seperti pengaturan akses, pengaturan ruang simpan, penggunaan sistem alarm dapat
digunakan untuk mengamankan arsip dari bahaya pencurian, sabotase, penyadapan dan
lain-lain.
Komponen infrastruktur lainnya
Komponen infrastruktur yang juga penting yaitu ruang kerja. Ruang kerja harus diatur agar
petugas nyaman dalam bekerja, dengan memperhatikan jumlah dan penempatan petugas
dalam satu ruangan, perangkat komputer diatur sedemikian rupa agar ruangan tidak sempit
dan efisien. Diperhatikan pula pencahayaan, sirkulasi udara dan suplai listrik.
Halaman 60 dari 69
9.1 Perencanaan
Dalam pengembangan SIK Komputerisasi, langkah utama yang harus dilakukan sebelum
implementasi, adalah dengan melakukan perencanaan terlebih dahulu. Perencanaan ini
harus dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh pemangku kepentingan dalam SIK. Hal
yang paling mendasar dalam perencanaan adalah dengan menetapkan tujuan dari
pengembangan proyek SIK komputerisasi tersebut, serta masalah apa yang sedang dan
akan dihadapi serta merumuskan jalan keluar untuk pemecahannya. Penetapan tujuan
pengembangan proyek SIK harus jelas karena akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan
tahapan selanjutnya dari implementasi proyek SIK, yaitu tahap monitoring dan evaluasi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan proyek pengembangan SIK
diantaranya yaitu :
Anggaran
Setelah penentuan ruang lingkup dan tujuan pembangunan SIK, rencana anggaran
yang sesuai dengan harga pasaran harus dibuat. Dengan adanya rencana anggaran
Halaman 61 dari 69
tersebut, maka proses pengajuan rencana anggaran untuk pendanaan proyek SIK
bisa dilakukan. Perencanaa anggaran yang akurat sangat penting untuk memastikan
proyek dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana, tanpa adanya resiko kekurangan
dana pada sebelum selesainya proyek.
Penentuan anggaran bisa dilakukan melalui penelitian harga pasar atau penelitian
anggaran proyek yang lain yang sejenis. Dalam proses penelitian anggaran, panitia
disarankan untuk berkomunikasi dengan panitia pengadaan dari fasilitas / dinas lain
yang mempunyai pengalaman dalam proyek yang sama. Strategi lain yang bisa
dilaksanakan adalah melalui process Request for Information (RFI).
RFI adalah permintaan informasi anggaran melalui proses terbuka dimana pemasok
atau pihak ketiga yang mempunyai kemampuan menyediakan layanan yang
diperlukan bisa memberikan proposal dan daftar harga. Dari proposal tersebut,
panitia pengadaan bisa membuat estimasi anggaran yang diperlukan.
Dalam pengembangan aplikasi sistem informasi diperlukan standar acuan harga
yang berpedoman pada tingkat kerumitan atau kompleksitas yang mengacu pada
dokumen pengembangan. Perhitungan harga pembiayaan pengembangan aplikasi
menggunakan metode perhitungan cost analysis.
Adapun hal-hal yang harus dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah :
9.2 Analisis dan Dokumentasi Kebutuhan Sistem
Dengan berdasarkan dokumen cakupan sebagai pedoman, proses analisis detail kebutuhan
system dan user harus dilaksanakan. Semua kebutuhan sistem dan kebutuhan pengguna
harus didokumentasikan dengan jelas kerana ini akan digunakan di dalam dokumentasi
spesifikasi pengadaan dan menjadi fondasi dalam pengembangan sistem nantinya.
9.3 Analisis Perangkat Keras, Jaringan dan Infrastruktur
Menganalisis persyaratan untuk hardware dan jaringan harus dilakukan melalui analisis
prasarana fisik yang tersedia di fasilitas tersebut pada saat ini. Sebuah tim ahli teknis harus
melakukan survei fasilitas fisik untuk mengidentifikasikan hal berikut:
Halaman 62 dari 69
Perangkat
Keras
Jaringan
Infrastruktur
lain
Spesifikasi
Mendaftar pasien baru di dalam fasilitas kesehatan dengan mengentri variable
berikut:
1. Nama pasien
2. Alamat pasien
3. Jenis kelamin
4. Umur
5. Tipe asuransi kesehatan
Setelah pendaftaran, sistem secara otomatis harus menetapkan nomor rekam medis
yang akan sesuai dengan format penomoran yang telah ditentukan MR.
Setelah pendaftaran, kunjungan baru harus terdaftar untuk pasien. Semua kunjungan
juga harus disertai dengan "Nomor kunjungan" yang juga secara otomatis ditetapkan
oleh sistem.
No MR dan No Kunjungan merupakan dua jenis sistem penomoran yang berbeda
dan keduanya harus unik. No MR tidak akan berubah setelah diberikan kepada
seseorang pasien dan akan digunakan sebagai pengenal unik seorang pasien.
No Kunjungan diberikan untuk setiap kunjungan yang dilakukan oleh pasienke
fasilitas kesehatan. Satu pasien hanya bisa memiliki satu nomor MR dan bisa
Halaman 63 dari 69
memiliki beberapa nomor kunjungan, satu nomor kunjungan untuk setiap kunjungan
ke fasilitas kesehatan.
Dan Lain Lain
Kebutuhan Pelaporan
Laporan sensus harian
Detil pasien secara rinci
Fungsi pelaporan harus dinamis dan memberikan pengguna opsi untuk memilih
variabel seperti periode waktu dan variabel yang relevan lainnya.
9.6 Implementasi
Setelah tahap pengadaan selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan
atau implementasi yang akan dilakukan sesuai dengan ruang lingkup dan rencana anggaran
yang sudah jelas terdokumentasi dan disetujui oleh pimpinan. Sesuai dengan jadwal yang
sudah dibuat, maka kegiatan implementasi dapat mulai dilakukan.
Upaya pelaksanaan harus dimulai dengan pertemuan kick off untuk memperkenalkan
seluruh proyek dan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan kepada staf fasilitas
kesehatan. Upaya pelaksanaan (menurut urutan kronologis tetapi mungkin dijalankan
secara paralel) dapat didefinisikan sebagai berikut:
Pemasangan infrastruktur jaringan
Pemasangan dan penempatan perangkat keras
Analisis kebutuhan pengguna oleh vendor TI
Pengembangan/kustomisasi perangkat lunak aplikasi
Halaman 64 dari 69
Pengujian/testing
Menginstal perangkat lunak
Pelatihan user
Pendampingan user
Pelepasan sistem manual (di drop dan migrasi total ke sistem komputerisasi)
Penyelesaian permasalahan (troubleshooting) secara berkesinambungan.
Kapasitas Teknis - Keterampilan manajemen proyek baik dari vendor dan tenaga
fasilitas kesehatan yang terlibat sangat penting dalam menunjang keberhasilan
proyek pengembangan SIK.
9.7 Pelatihan
Kebutuhan pelatihan tenaga pelaksana pengelola SIK di fasilitas pelayanan kesehatan juga
harus dianalisis dan didokumentasikan secara jelas dalam dokumen pengadaan. Hal ini
penting bagi penawar/vendor untuk memprediksi waktu yang dibutuhkan untuk pelatihan
yang akan dilakukan. Pembelian perangkat lunak harus senantiasa diadakan bersama paket
pelatihan. Ada beberapa jenis pelatihan yang dibutuhkan:
Halaman 65 dari 69
Pelatihan TIK untuk bagian/divisi SIM yang akan menjadi penanggungjawab dalam
penanganan permasalahan, pemeliharaan SIK komputerisasi setelah tahap
implementasi oleh vendor. Ini termasuk menginstal perangkat lunak, membuat
backup database, query database sederhana, dan pemeliharaan/penyelesaian
permasalahan sederhana dalam bidang perangkat keras dan jaringan.
Pelatihan knowledge management.
Untuk meminimalkan jumlah orang yang harus dilatih (biaya pelatihan biasanya
dikorelasikan dengan jumlah orang yang harus dilatih), hanya karyawan operasional yang
akan memakai perangkat lunak dan karyawan senior yang harus diberikan perioritas dalam
pelatihan.
9.8 Pendampingan
Pada masa pendampingan, staf teknis dari perusahaan vendor akan mendampingi
pengguna dalam penggunaan sistem. Petugas pendamping akan membimbing pengguna
setiap hari selama masa pendampingan yang ditentukan, untuk memastikan bahwa sistem
berjalan dengan baik dan pengguna dapat menjalankan sistem secara benar.
Pada saat pendampingan ini, petugas pendamping harus memastikan bahwa semua fungsi
pada sistem telah dicoba, dan mengawasi pengguna pada saat operasional sistem. Dan
juga pemberian pelatihan ulang terutama untuk staff yang baru dirotasi.
9.9 Penjaminanan
Semua perangkat terkait dengan SIK Terkomputerisasi harus memiliki minimal 1 tahun
masa penjaminan dari pihak pengembang. Jangka waktu penjaminan bisa lebih lama
tergantung kepada kompleksitas aplikasi dan sistem. Hal ini untuk memastikan agar error
atau permasalahan sistem yang dihadapi harus diperbaiki oleh pengembang.
9.10
Halaman 66 dari 69
10
Pembinaan merupakan salah satu fungsi penting yang perlu dilaksanakan dalam
pengembangan dan implementasi SIK agar sesuai dengan acuan. Pembinaan perlu
dilakukan secara reguler di semua tingkat dan berjenjang. Pembinaan dapat dilakukan
dalam bentuk bimbingan teknis, on the job training, supportive supervisi, dan lain-lain.
Pemantauan perlu dilakukan untuk mengetahui kemajuan, permasalahan yang dihadapi.
Pemantauan dilakukan sejak awal hingga proses pelaksanaan. Pemantauan ini dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung dan diumpanbalikkan secara reguler, baik tertullis
maupun dalam bentuk pertemuan-pertemuan berkala.
Rekomendasi untuk pertemuan adalah seperti berikut:
Tingkatan Manajemen
Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Peserta Pertemuan
-
Dinkes Provinsi
SKPD Penyelenggara
urusan kesehatan di
Provinsi (Dinkes
Provinsi)
SKPD Penyelenggara
urusan kesehatan di
Kabupaten/Kota
(Dinkes
Kabupaten/Kota)
Halaman 67 dari 69
11
PENUTUP
Pedoman SIK ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam pengambangan dan
implementasi SIK baik di satuan kerja terkait di lingkungan Kementerian Kesehatan maupun
pemangku kepentingan di luar Kementerian Kesehatan. Diharapkan pula pedoman ini
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penjelasan lebih rinci akan disajikan dalam
petunjuk teknis.
Halaman 68 dari 69