Mengasah Otak,
Mengolah Hati
SEKOLAH PETANI UNTUK PENGELOLAAN
AGROEKOSISTEM KEDELAI HITAM
Ditulis oleh
Tim Yayasan FIELD Indonesia
iv
Halaman Penyusun
Tim Yayasan FIELD Indonesia
Koordinator
: Aditiajaya
Penulis : Triyanto Purnama Adi
vi
vii
ISI BUKU
Kata Pengantar
Ucapan Terima Kasih
Sekapur Sirih
BAGIAN 1: Prolog
ix
xi
xiii
1
10
24
27
30
34
40
43
50
57
66
69
73
78
90
80
86
87
94
94
95
96
98
100
101
102
104
107
109
BAGIAN 8: EPILOG
114
121
123
125
viii
ix
Kata Pengantar
Buku Sekolah Petani
Kami mengamati bahwa di setiap tempat
program dilaksanakan, ada banyak ilmuilmu yang telah secara alami diketahui
oleh petani, berdasarkan temuannya di
lapangan. Di tahun 2009, kami bertemu
dengan Yayasan FIELD, yang merupakan
penggiat proses belajar aktif bagi petani,
dan kami pun bersepakat untuk menginisiasi
Program Sekolah Petani, yang diawali dengan
Pelatihan Petani Penggerak.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas diterbitkannya Buku Mengasah
Otak, Mengolah Hati. Sekolah Petani Untuk Pengelolaan Agroekosistem Kedelai Hitam, hasil
kerja sama Yayasan Unilever Indonesia dan Yayasan FIELD Indonesia. Merupakan kebahagiaan
bagi kami untuk dapat ikut berbagi pengalaman yang terjadi selama proses Sekolah Petani,
melalui buku ini.
Unilever telah merintis Program Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam, bersama Universitas
Gadjah Mada, sejak tahun 2002. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak petani yang
bergabung dengan program, hingga mencapai 9,000 petani berpartisipasi di 2012.
xi
xii
xiii
SEKAPUR SIRIH
WAJAHNYA bulat segar, kulitnya bersih, dan gaya
berpakaiannya rapi. Lain dari petani perempuan
yang lain yang saat itu sedang melakukan sortasi
kedelai hitam di Desa Ronosentanan, Kecamatan
Siman, Kabupaten Ponorogo. Benar saja, ia telah
berpengalaman tak kurang dari delapan tahun di
beberapa kota di Saudi Arabia. Qamariah, begitulah
biasanya ia disapa. Saat ini Bu Qamariah, 40 tahun,
memutuskan untuk tidak kembali menjadi TKW lagi.
Ia ingin lebih dekat dengan keluarganya dan menjaga
putri semata wayangnya.
Menjadi TKW menjadi pilihan banyak perempuan
di Desa Ronosentanan ini. Melihat tetangganya
yang sukses di negara orang, Bu Qamariah pun
bertekad meminta izin suami dan keluarganya untuk
mencoba peruntungan bekerja di luar negeri -seperti perempuan-perempuan di desanya -- untuk
mewujudkan keinginannya memperbaiki ekonomi
keluarganya. Selama delapan tahun bekerja dengan
penghasilan satu setengah juta rupiah setiap
bulannya, ia bisa membuat rumah dan sawah 2.100
meter persegi. Dengan modal sawah yang telah
dimilikinya, ia beralih profesi menjadi seorang
petani. Ternyata menjadi petani itu nggak gampang,
susah... Saya menanam gagal terus... ungkapnya.
Kegagalan tak menyurutkan semangatnya menjadi petani. Biar bagaimanapun juga sawahnya
harus tetap diusahakan agar dapurnya tetap ngebul. Dalam satu tahun, sawahnya ia tanami
secara bergiliran yaitu padi, jagung, dan cabe atau kedelai. Sebagai seorang petani, ia tak ingin
menjadi petani yang biasa-biasa saja. Ia ingin maju dan trampil dalam melakukan budidaya
tanaman.
Tahun 2011 lalu, selama semusim ia bersama 24 petani lain di desanya mengikuti Sekolah
Petani Kedelai Hitam yang diselenggarakan oleh Yayasan Unilever Indonesia. Ia merasakan ada
kemajuan pada dirinya,
xiv
xv
xvi
BAGIAN 1 :
PROLOG
MASIH JERNIH teringat oleh penulis akan ungkapan di atas yang dilontarkan Pak Slamet,
petani penggerak masyarakat dari Kabupaten Kulonprogo, dalam sebuah lokakarya evaluasi
partisipatif bagi petani penggerak masyarakat yang diselenggarakan di Wisma Kagama UGM
Yogyakarta, 25-26 Mei 2009. Ungkapan berlogat khas Jogja itu muncul setelah fasilitator dari
FIELD Indonesia selesai memandu para petani penggerak masyarakat peserta lokakarya untuk
melakukan refleksi kerja lapangan mereka selama ini.
Dalam lokakarya tersebut hadir sekitar 30 petani penggerak masyarakat yang datang dari 7
kabupaten, yaitu Ngawi, Madiun, Nganjuk, Pacitan, Trenggalek, Bantul, dan Kulonprogo. Saat itu
mereka secara bersama-sama melakukan evaluasi terhadap kemitraan antara Unilever dengan
petani kedelai hitam yang tengah berlangsung, dimana mereka berperan di dalamnya. Dalam
lokakarya tersebut mereka juga belajar tentang evaluasi partisipatif, peranan fasilitator, prinsip
dasar komunikasi, alat-alat analisa terkait situasi eksternal dan internal petani kedelai hitam,
dan penyusunan rencana tindak lanjut di desa masing-masing.
Di sela-sela periode pelaksanaan dua lokakarya tersebut, tim FIELD Indonesia berkesempatan
mengunjungi lokasi-lokasi program kemitraan. Kunjungan ini untuk bertemu pihak-pihak yang
terlibat langsung dalam program kemitraan ini, seperti para petani penggerak masyarakat itu
sendiri, pengurus koperasi, dan para pendamping atau asisten lapangan, guna mendiskusikan
berbagai kegiatan dan isu-isu yang berkembang di setiap wilayah. Satu hal yang penting dicatat
adalah bahwa, saat itu para petani penggerak masyarakat telah secara bersungguh-sungguh
melaksanakan kegiatan evaluasi partisipatif di desanya. Kegiatan evaluasi tersebut dilakukan
bersama-sama dengan petani anggota kelompok tani, petani anggota gapoktan, maupun petani
anggota koperasi. Dengan kegiatan tersebut mereka mulai membiasakan diri hadir di kelompok
tani dengan pendekatan yang partisipatif.
Beberapa dari mereka pun mengungkapkan pengalamannya. Pak Subowo, petani penggerak
masyarakat di Kabupaten Madiun mengatakan, Dengan model evaluasi seperti ini, saya
belajar berkomunikasi di depan orang banyak. Sebelumnya saya takut, walaupun saya aktif di
beberapa organisasi. Ia juga menyatakan bahwa, ia merasa bangga ketika ia didengar, dihargai
aktivitasnya, dan ajakan serta gagasannya diterima petani-petani lain. Ia juga merasa senang
sekaligus bahagia ketika disambut akrab dalam pertemuan-pertemuan kelompok.
melaksanakan kegiatan evaluasi partisipatif, yang dilanjutkan dengan pelatihan bagi petani
champion untuk menjadi petani penggerak masyarakat. Itu dimulai sejak Mei 2009.
Ada satu hal menarik terjadi saat pertama kali tim FIELD Indonesia bertemu untuk memfasilitasi
mereka dalam forum lokakarya evaluasi partisipatif waktu itu, yaitu ketika sebagian besar dari
mereka curiga dengan metode yang digunakan saat menyampaikan materi dalam lokakarya.
Sebagian besar dari mereka mengaku sudah akrab dengan metode yang partisipatif tersebut
karena dulu mereka pernah menjadi peserta SLPHT (Sekolah Lapangan Pengendalian Hama
Terpadu). Bahkan di antara mereka ada yang dulu menjadi petani pemandu Sekolah Lapangan
tersebut.
Munculnya insiden kecil tersebut membuat mereka seketika paham ke mana kira-kira arah
program kemitraan Unilever akan dikembangkan. Oleh karena itu ungkapan Pak Slamet -yang dipakai sebagai judul bagian ini -- bisa jadi muncul karena keakraban petani penggerak
masyarakat dan tim fasilitator terhadap pendekatan Sekolah Lapangan. Barangkali, hal itu
pulalah mengapa Yayasan Unilever Indonesia menggandeng Yayasan FIELD Indonesia untuk
mengembangkan sebuah rintisan Sekolah Petani Kedelai Hitam yang diselenggarakan di
Kabupaten Bantul, yaitu di Dusun Gulon, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, pada tahun
2009.
Sejak tahun 2010 hingga saat ini, kegiatan Sekolah Petani yang dipandu oleh petani-petani
setempat yang terlatih tersebut terus dikembangkan di seluruh lokasi program kemitraan.
Dari situ, berbagai perkembangan dan inovasi muncul sebagai hasil dan dampak dari
diselenggarakannya Sekolah PetanI.
BAGIAN 2 :
BERSAMA MERANCANG PENDIDIKAN
YANG IDEAL BAGI PETANI
10
11
Ibu D: Sekolah Petani itu sekolahnya untuk petani-petani seperti kita ini!
Ibu D: Yang kami ikuti itu Sekolah Petani Kedelai Hitam. Di sini para petani seperti kita belajar
bersama menanam kedelai hitam secarabenar dan sehat!
Dialog pun terus berlangsung semakin seru karena ibu-ibu yang tidak ikut Sekolah Petani
meminta bukti apa hasilnya bila ikut kegiatan itu. Ibu-ibu yang ikut Sekolah Petani pun
menjelaskan bahwa mereka menjadi tahu cara yang benar dan sehat dalam menanam kedelai
hitam. Bukti berupa catatan hasil ubinan di lahan praktek Sekolah Petani pun ditunjukkannya.
Kedelai hitam yang ditanam pada petak yang diberi mulsa jerami dan dipupuk pakai phonska
dan pupuk organik, hasilnya sebanyak 0,5 kilogram per 1 meter perseginya. Sedangkan yang
ditanam pada petak perbaikan dengan jarak tanam yang diperlebar dari biasanya dan dipupuk
dengan kombinasi pupuk yang sama, hasilnya per 1 meter perseginya sebanyak 0,4 kilogram.
Ibu A: Ibu-ibu... Saya ini curiga, kenapa sampeyan setiap Hari Minggu selalu ke rumah
Pak Wan? Sampeyan pada ngapelin Pak Wan, ya?
Ibu B: Wueee... Jangan berprasangka buruk dulu kamu. Kalau kami ngapelin Pak Wan, ya jelas
dimarahi Bu Wan!
Ibu C: Jadi apa yang sampeyan lakukan kalau tidak ngapelin Pak Wan?
Ibu B: Dengarkan, ya? Kami ini setiap seminggu sekali ikut pertemuan Sekolah Petani.
Kamu tahu Sekolah Petani, nggak?
12
13
Tidak berapa lama pun terdengarlah riuhnya tepuk tangan dari petani-petani lain yang
menyaksikan dialognya Bu Sujini, Bu Mamik, Bu Siti Asiah, dan Bu Saniah. Itulah drama
satu babak yang dimainkan dalam acara Hari temu Lapangan oleh ibu-ibu anggota
Kelompok Tani Wanita Kartini sebagai cara kreatif dalam mempresentasikan
hasil-hasil kegiatan Sekolah Petani Kedelai Hitam yang diikutinya. Kegiatan
Sekolah Petani Kedelai Hitam di kelompok tani ini yang dimulai Juni 2012 lalu itu
dipandu oleh petani pemandu setempat Pak Adi Sumarwan dan Pak Jupriyanto.
Dalam melaksanakan Sekolah Petani, para petani pemandu didampingi oleh petani
pendampung lapangan, Pak Sarji dan beberapa asisten lapangan. Acara hari temu
lapangan tersebut merupakan puncak dari seluruh rangkaian kegiatan Sekolah Petani
selama semusim.
***
Kelompok Tani Wanita Kartini hanyalah satu di antara limapuluhan kelompok
tani pelaksana kegiatan Sekolah Petani Kedelai Hitam yang dikembangkan Yayasan
Unilever Indonesia bekerja sama dengan Yayasan FIELD Indonesia sejak tahun
2009 hingga 2012 ini. Sekolah Petani yang dikembangkan dalam lingkup program
kemitraan antara Unilever dengan petani kedelai hitam ini berawal dari satu Sekolah
Petani Kedelai Hitam yang dirintis tahun 2009 di Dusun Gulon, Desa Srihardono,
Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul. Selanjutnya, Sekolah Petani ini terus
dikembangkan di 8 kabupaten penghasil kedelai hitam potensial, yaitu Kabupaten
Nganjuk, Madiun, Ngawi, Ponorogo, Trenggalek, Pacitan, Bantul, dan Kulonprogo.
Sebagai gambaran, selama tahun 2010 berhasil diselenggarakan sebanyak 18 unit Sekolah
Petani. Kemudian pada tahun 2011 dilaksanakan lagi sebanyak 16 unit Sekolah Petani dan
dikembangkan beberapa kegiatan tindak lanjut Sekolah Petani. Pada tahun 2012, sebanyak
13 unit Sekolah Petani ditambah 18 unit kegiatan tindak lanjut dikembangkan di kabupatenkabupaten tersebut. Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan lanjutan bagi kelompok tani alumni
Sekolah Petani untuk memperdalam lagi pengetahuan dan ketrampilan terkait komoditas
kedelai hitam.
Upaya pemberdayaan masyarakat, khususnya petani, di Indonesia tidak hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah semata, melainkan juga merupakan tanggung jawab pihak swasta
dan masyarakat. Oleh karenanya, Unilever melalui Yayasan Unilever Indonesia sudah sejak
lama menjalin kemitraan dengan para petani, khususnya petani kedelai hitam. Perusahaan
ini bermitra dengan petani tidak sekedar dalam kaitan bisnis semata, melainkan juga dalam
hal pendidikan untuk memberdayakan petani. Unilever menyadari bahwa sebagai sebuah
perusahaan tidak bisa berdiri sendiri di tengah masyarakat. Perusahaan membutuhkan bahan
baku tertentu bagi keberlangsungan produksinya, yang itu hanya bisa disediakan oleh petani.
Rintisan Sekolah Petani Kedelai Hitam di Dusun Gulon, Desa Srihardono, Kecamatan
Pundong, Kabupaten Bantul.
14
15
Sebagai organisasi masyarakat, Yayasan FIELD Indonesia memiliki misi membantu masyarakat
marjinal agar mampu 'merebut' dan mengelola kembali ruang publik mereka untuk
memperbaiki perikehidupannya, dan membangun kehidupan bermasyarakat yang selarasadil terhadap lingkungan (ekologis) dan selaras-adil dengan sesama masyarakat (demokratis).
Sekolah Lapangan adalah salah satu dari pendekatan-pendekatan belajar yang dirancang
dan dikembangkan FIELD Indonesia dalam rangka memberikan ruang belajar bersama bagi
masyarakat untuk memecahkan berbagai persoalan yang berkaitan dengan perikehidupannya.
Peserta Sekolah Petani di Desa Purworejo, Kabupaten Madiun, melakukan penelitian di lahan praktek Sekolah Petani
untuk mengembangkan budidaya tanaman secara sehat, mendayagunakan serangga musuh alami (predator), dan melatih
dirinya menjadi petani ahli...
16
17
Para petani pemandu dari berbagai kabupaten berkumpul dalam sebuah acara lokakarya petani pemandu untuk
saling tukar pengalaman, memecahkan permasalahan yang mereka temui selama periode pelaksanaan Sekolah
Petani, dan memperdalam pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan Sekolah Petani.
18
19
Para petani pemandu dari berbagai kabupaten berkumpul dalam sebuah acara lokakarya petani pemandu untuk saling tukar
pengalaman, memecahkan permasalahan yang mereka temui selama periode pelaksanaan Sekolah Petani, dan memperdalam
pengetahuan dan ketrampilan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan Sekolah Petani.
Seiring berkembangnya jumlah dan variasi kegiatan Sekolah Petani di setiap kabupaten,
diperlukan tim yang dapat mendukung pelaksanaan kegiatan lapangan selain asisten lapangan.
Tim pendukung ini dibentuk dari petani-petani yang sudah memiliki pengalaman lebih dalam
pelaksanaan program Sekolah Petani. Kebanyakan mereka adalah petani pemandu Sekolah
Petani atau yang dulunya pernah menjadi petani penggerak masyarakat. Sama seperti asisten
lapangan sebelumnya, tugas mereka adalah mendampingi pelaksanaan kegiatan Sekolah Petani
di wilayah kerjanya.
Pada akhir rangkaian kegiatan Sekolah Petani diselenggarakan kegiatan hari temu lapangan.
Kegiatan ini diselenggarakan untuk menyebarkan hasil-hasil belajar peserta Sekolah Petani
kepada petani-petani lain di desanya dan pihak-pihak lain seperti aparat pemerintahan
desa, kecamatan, atau kabupaten, dan juga untuk menarik minat petani-petani lain di desa
menanam kedelai hitam. Agenda utamanya adalah penyampaian proses dan hasil-hasil belajar,
penyampaian pengalaman, diskusi, pameran hasil belajar, dan acara lain yang dapat mendukung
forum ini seperti acara kesenian, perlombaan, dan sebagainya.
20
21
Tim FIELD
dan Asisten Lapangan
Hasil
DESA
LOKASI
PROGRAM
Lokakarya
Kurikulum
Pelatihan
Petani Pemandu
Monitoring
Kegiatan
Sekolah Petani
Kedelai HItam
Forum
Petani Pemandu
Promosi
Proses dan Hasil
22
23
BAGIAN 3 :
APA ITU SEKOLAH PETANI?
24
25
Sekolah Petani
itu kegiatan
belajar bersama
bagi petani...
Bu Hartati, peserta Sekolah Petani,
Kabupaten Nganjuk
Penulis:
Bu Hartati:
Penulis:
Bu Hartati:
Penulis:
Bu Nami:
Biasanya saya menceritakan apa yang saya pelajari di Sekolah Petani kepada
suami saya.
Penulis:
Bu Nami:
Penulis:
SIANG ITU, 29 Agustus 2010, jam 13.00, kegiatan pertemuan mingguan Sekolah Petani Kedelai
Hitam di Desa Sumberagung, Kecamatan Gondang, Kabupaten Nganjuk,yang diselenggarakan
di rumah Bu Hartati baru saja usai. Nampak beberapa petani laki-laki bergegas meninggalkan
ruang tamu yang dijadikan sebagai tempat berdiskusi para peserta. Sementara beberapa ibuibu dan dan petani pemandu masih bertahan untuk membereskan kertas-kertas plano hasil
belajar peserta, alat tulis, tikar, dan piring-gelas dan tempat makanan dan minuman lain. Ibuibu dan peserta laki-laki lain masih terus bercanda. Dan kesempatan itu penulis gunakan untuk
mengajak berbincang-bincang mereka. Berikut ini sepenggal perbincangan dengan mereka:
Bu Hartati
dan ibu-ibu lain: Sekolah Petani itu kegiatan belajar bersama bagi petani
Bu Nami:
Penulis:
Penulis:
Bu Hartati:
Bu Nami:
Penulis:
Apakah tidak repot, ibu-ibu kan punya pekerjaan rumah tangga yang lain?
Saat itu ibu-ibu tampak bersemangat dan tidak malu-malu menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang penulis ajukan kepada mereka seputar pengalamannya mengikuti Sekolah Petani. Dari
sepenggal perbincangan tersebut, setidaknya dapat diperoleh gambaran bagaimana suasana
26
27
Sekolah Lapangan
adalah sekolah
tanpa dinding
yang memadukan
pendidikan non-formal
orang dewasa dengan
analisis agroekosistem.
Sekolah Lapangan mewakili keterlepasan
besar-besaran dari model-model
penyuluhan pertanian sebelumnya dengan
mendorong para petani untuk melakukan
sendiri penelitian dan analisis mereka dan
memutuskan sendiri cara pengelolaan
tanaman mereka.
28
29
Sekolah Lapangan berisikan pertemuan-pertemuan mingguan sehari penuh selama satu musim
tanam, sekitar 12 hingga 14 minggu. Sekolah Lapangan menggunakan dua lahan percobaan,
yaitu : petak lokal atau non-PHT yang perlakuannya berdasarkan kebiasaan petani, yang
disemprot dengan insektisida sesuai dengan petunjuk Dinas Pertanian. Satu lagi adalah petak
PHT yang diolah berdasarkan keputusan yang diambil oleh kelompok berdasarkan pengamatan
dan pengkajian selama pertemuan demi pertemuan mingguan mereka. Sekolah Lapangan ini
memiliki sekitar 25 peserta, yang terbagi menjadi lima kelompok untuk melakukan observasi
dan analisis lapangan.
Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dirintis pada awal 1990 untuk memerangi penggunaan
pestisida yang berlebihan dan meningkatkan penghidupan petani.
30
31
Melakukan
atau Mengalami
Menerapkan
Mengungkapkan
DAUR BELAJAR
DARI PENGALAMAN
Menyimpulkan
Menganalisis
Semua peserta Sekolah Petani berperan aktif sebagai subyek belajar untuk meningkatkan kesadaran akan
masalah sesungguhnya yang sedang dihadapi.
prinsip-prinsip sains petani untuk meningkatkan pengetahuan pengelolaan potensi lokal; sikap
kritis dan kerjasama petani dalam hal pengambilan keputusan untuk mengatasi permasalahan
yang sedang dihadapi oleh petani; dinamika kelompok dan nilai-nilai pengembangan
kemandirian petani; dan metode pendidikan orang dewasa atau belajar dari pengalaman.
Sekolah Petani dirancang dan dikembangkan agar petani mampu menjadi subyek yang
mampu mengambil keputusan secara bersama-sama dalam mengelola agroekosistem di lahan
sawahnya secara sehat dan ekologis. Sekolah Petani dapat juga dimaknai sebagai wadah bagi
petani untuk saling belajar. Bukan saja belajar hal-hal yang berlandaskan pada kerja otak
seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami
gagasan, maupun menggunakan bahasa, melainkan juga yang berkaitan dengan kerja hati,
seperti kemampuan menerima, menilai, mengelola, maupun mengontrol emosi.
32
33
Bahan tertulis hanya berupa petunjuk lapangan, yaitu petunjuk langkah-langkah proses belajar.
Itupun jika diperlukan. Proses belajar yang dipelajari merupakan suatu proses yang bisa
diterapkan dan dikembangkan untuk berbagai hal dalam kehidupannya secara terus-menerus.
2. Peran Pemandu
Dalam Sekolah Petani tidak dikembangkan pola guru-murid. Sehingga peran pemandu
lapangan adalah bukan mengajar peserta, melainkan mengajak peserta untuk melibatkan diri
dalam proses belajar. Masuk lumpur duluan ciri pemandu yang menonjol. Hal itu dilakukan
agar sejak awal pemandu dapat menyatu dan menyetarakan diri dengan para petani peserta.
Inilah prasyarat agar terjadi proses interaksi yang dialogis, seimbang, dan langsung di tengah
sarana belajar utamanya.
34
35
4. Latihan Semusim
Sekolah Petani dirancang dan dikembangkan mengikuti siklus tanaman - dalam hal ini kedelai
hitam -- secara utuh. Dari tanam hingga panen. Sehingga, minggu demi minggu, petani peserta
bertambah yakin akan kemampuan mereka untuk menganalisa keadaan dan mengambil
keputusan manajemen lahan yang tepat. Maka Sekolah Petani selalu erat kaitannya dengan
musim tanam.
Semua peserta Sekolah Petani berperan aktif sebagai subyek belajar untuk meningkatkan
kesadaran akan masalah sesungguhnya yang sedang dihadapi.
36
37
38
39
BAGIAN 4 :
BAGAIMANA SEKOLAH PETANI KEDELAI
HITAM DILAKSANAKAN?
40
41
Petak kedua adalah petak perbaikan. Petak ini adalah petak yang diupayakan untuk
memperbaiki proses budidaya tanaman kedelai agar hasilnya lebih optimal. Perlakuan pada
petak ini di antaranya: memakai mulsa jerami, memakai pupuk organik cair, memakai sedikit
pupuk kimia, dan jarak tanamnya 25 cm x 25 cm.
Petak ketiga adalah petak studi untuk penelitian di lahan terkait topik-topik tertentu oleh
petani peserta sendiri. Pada petak studi ini, petani peserta melakukan studi pupuk dasar
dengan menggunakan bokasi dan jerami busuk, tidak menggunakan pupuk dasar (kimia), dan
jarak tanamnya 30 cm x 35 cm.
Menjelang pukul 08.00, peserta mulai berdatangan. Suasana riuh-rendah mewarnai ruang
sekretariat gapoktan yang tidak begitu luas. Mereka sebagian besar ibu-ibu petani yang saling
menyapa di antara mereka, dengan asisten lapangan, dan dengan ibu PPL yang juga datang pagi
itu. Seakan-akan mereka sudah lama tidak berjumpa. Ada 14 petani perempuan yang datang
pagi itu. Berbeda dengan petani laki-laki yang hari itu cenderung diam dan jumlahnya hanya 3
orang.
Sebenarnya jumlah peserta Sekolah Lapangan ini adalah 25 orang yang terdiri 15 petani
perempuan dan 10 petani laki-laki. Namun, menurut Pak Bakri dan Pak Peni, beberapa peserta
minta izin tidak hadir, namun pagi-pagi tadi mereka sudah melakukan perawatan tanaman,
seperti mengairi tanaman dan melakukan penyiangan. Para peserta Sekolah Lapangan datang
dari 2 dusun di Desa Gunungsari, yaitu Dusun Ganang dan Krajan.
42
43
Berikut ini adalah cerita singkat proses pelaksanaan Sekolah Petani Kedelai Hitam pada
pertemuan ke-8, yang berlangsung dari pukul 08.00 hingga hampir jam 13.00.
Saat kegiatan pengamatan tanaman, peserta membagi diri ke dalam 4 kelompok kecil. Karena
peserta yang hadir hanya 17 petani, maka setiap kelompok kecil beranggotakan 3 sampai 5
petani peserta. Biasanya, bila semua peserta hadir, mereka membagi diri dalam 5 kelompok
kecil dengan jumlah anggotanya masing-masing sebanyak 5 orang. Pada kegiatan pengamatan
saat itu, setiap kelompok kecil mengamati 10 rumpun, baik di petak kebiasaan maupun
perbaikan. Rumpun-rumpun tanaman yang diamati diberi tanda dengan ajir (bilah bambu)
untuk memudahkan menentukan tanaman mana yang harus diamati setiap minggunya.
Kelompok kecil beranggotakan sekitar 5 orang mengamati lahan untuk mengetahui perkembangan agroekosistem.
Contoh permasalahan lapangan yang belum diketahui dibawa ke kelas untuk didiskusikan bersama
Peralatan yang dibawa saat pengamatan adalah buku tulis, bolpoin, penggaris, dan meteran.
Setiap anggota kelompok kecil nampak aktif melakukan pengamatan. Ada yang mengukur
tinggi tanaman, mengamati tangkai, cabang, bunga/polong, mengamati serangga hama dan
musuh alami, mengamati serangan penyakit, dan mengamati keadaan tanah. Semua data
dicatat oleh anggota yang bertugas sebagai pencatat. Beberapa hal yang dianggapnya menarik
untuk dibahas bersama, mereka ambil untuk dibawa ke kelas, seperti misalnya serangga dan
tangkai tanaman yang terserang penyakit.
44
45
Setiap selesai presentasi dilanjutkan dengan tanya jawab dengan peserta lain. Contoh kasus
menarik, saat Bu Muji Lestari yang mewakili kelompok I selesai mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya, seorang peserta perempuan lain mengajukan pertanyaan: Mengingat saat ini
tanaman dalam fase berbunga, sementara di sekeliling tanaman terdapat rumput atau gulma,
bagaimana cara melakukan penyiangan agar tidak mengganggu atau merusak bunga?
46
47
Sesaat kemudian, Pak Peni maju ke depan menggantikan Pak Bakri untuk mengajak peserta
bermain dinamika kelompok berupa games. Materi dinamika kelompok yang dibawakannya
adalah klinik desas-desus. Prosesnya, Pak Peni terlebih dahulu mengajak peserta berdiri
membuat 2 barisan. Selanjutnya, ia menghampiri peserta yang berada di paling belakang
dalam barisan itu dan memberikan secarik kertas untuk dibaca dalam hati oleh peserta paling
belakang tadi. Kalimat yang tertulis di kertas tersebut cukup panjang.
Sessi berikutnya adalah pembahasan topik khusus. Materi topik khusus yang disampaikan pada
pertemuan ke-8 tersebut adalah mengenal bunga serumah dan tidak serumah. Dijelaskan
oleh pemandu materi ini, bunga serumah adalah bunga berkelamin dua, dimana bunga jantan
(benang sari) dan bunga betina (putik) berada dalam satu rumah. Sedangkan bunga tidak
serumah adalah benang sari dan putik terpisah, tidak satu rumah.
Setelah dirasa sudah hafal, peserta tadi diminta membisikkan ke telinga peserta di depannya
kalimat yang dibacanya tadi. Demikian pula peserta yang dibisiki tadi membisikkan ke peserta
di depannya. Begitu seterusnya sampai selesai. Selanjutnya peserta paling akhir diminta
menyebutkan kalimat yang didengarnya tadi secara keras, dan pemandu meminta peserta lain
untuk menilainya. Hasil dari bisik-bisik tadi ternyata kalimatnya berbeda jauh dengan apa
yang dikatakan oleh peserta paling belakang tadi.
Pak Peni sebagai pemandu kemudian bertanya kepada peserta apa maksud dari permainan
tadi. Jawaban peserta pun beraneka, seperti: ngomongnya tidak jelas, kalimatnya panjang
jadi sulit dihafal, apa yang didengar belum tentu bisa dipraktekkan, dan lain-lain. Pemandu
pun kemudian mengajak peserta menyimpulkan bersama-sama dari jawaban-jawaban yang
mereka lontarkan. Salah satu kesimpulannya adalah bila ada informasi baru yang kita terima,
sebaiknya dicek atau diuji dulu kebenarannya. Dari mana dan siapa pun. Jangan begitu saja
ditelan mentah-mentah. Melalui Sekolah Petani ini sebenarnya kita sedang menguji kebenaran
informasi yang kita terima, lanjutnya. Permainan yang bikin segar peserta itu berlangsung 15
menit.
Pemandu yang dibantu asisten lapangan sudah mempersiapkan media belajarnya, yaitu bunga
tanaman kedelai hitam untuk pengenalan bunga serumah dan tanaman jagung untuk bunga
tidak serumah. Para peserta mencoba mengamati dan mengidentifikasi bunga di kedua jenis
tanaman tadi, untuk kemudian mereka gambar dalam kertas plano.
Diskusi dalam materi topik khusus ini di
antaranya mencakup: apa itu bunga serumah
dan tidak serumah; bagaimana ciri-ciri
perkawinan kedua jenis bunga tersebut; dan
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
berhasil dan tidaknya perkawinan kedua jenis
bunga tersebut. Pada umumnya peserta paham
apa yang dimaksud bunga serumah dan tidak
serumah beserta karakteristiknya. Tanaman
kedelai, umumnya kedelai kuning dan jagung
banyak ditanam para petani di Desa Gunungsari
ini. Mereka paham bahwa tanaman dengan
bunga tidak serumah (jagung) bisa terkawini
oleh tanaman jagung berlainan varietas yang
berada di tempat lain. Sehingga kualitas
buahnya bisa tidak sama lagi dengan benih
asalnya. Sedangkan bunga serumah bisa tetap.
Sessi selama 1 jam tersebut memberikan pencerahan kepada peserta bahwa persilangan dapat
dilakukan oleh manusia untuk melestarikan varietas (induknya) maupun memperoleh varietas
baru yang lebih baik.
48
49
Sebelum kegiatan Sekolah Petani berakhir, pemandu mengajak peserta untuk mengevaluasi
proses pelaksanaan kegiatan selama sehari itu. Pemandu juga mengingatkan kembali hal-hal
yang perlu diperhatikan yang muncul mulai dari proses pengamatan, diskusi kelompok dan
menggambar agroekosistem, presentasi dan diskusi, dinamika kelompok, dan topik khusus.
Pertemuan hari itu ditutup dengan menyepakati tindak lanjut pertemuan minggu depannya dan
perawatan tanaman yang harus dilakukan selama seminggu ke depan sesuai dengan keputusan
yang disepakati dalam sessi presentasi dan diskusi.
Sekolah Petani adalah sebuah kegiatan belajar bersama bagi petani untuk melahirkan
dan mengembangkan pengetahuan yang terkait dengan pemecahan permasalahan
perikehidupannya. Sehingga, Sekolah Petani sangat cocok dengan situasi dan kondisi petani,
dimana para petani sendiri mempunyai pengalaman panjang dalam melakukan budidaya
tanaman, memperoleh sarana yang pas dengan karakternya.
Proses belajar dalam Sekolah Petani berlangsung secara periodik (mingguan) sesuai dengan
situasi dan kondisi tanaman di lahan, selama satu musim tanam penuh atau setidaknya 14 kali
pertemuan. Guna menjaga mutu proses belajar, maka kegiatan Sekolah Petani Kedelai Hitam
dilaksanakan mulai pagi hingga siang hari selama 5-6 jam efektif.
Berikut ini adalah pedoman umum atau jadwal pertemuan rutin Sekolah Petani setiap
minggunya:
Jam/Waktu
Kegiatan
07.00 - 07.15
15
07.15 - 08.15
60
08.15 - 09.15
60
09.15 - 10.15
60
10.15 - 10.30
15
Istirahat
10.30 - 10.45
15
Dinamika Kelompok
10.45 - 11.45
60
Topik Khusus
11.45 - 12.00
15
Dalam setiap kali pertemuan mingguan Sekolah Petani, selalu dimulai dengan kesepakatan
belajar, untuk mengajak peserta menyepakati hasil yang ingin dicapai hari itu. Kesepakatan
belajar dilakukan agar peserta memahami apa saja yang akan dipelajari dan harus dilakukannya
dalam pertemuan selama sehari tersebut.
50
51
Tiap kelompok kecil membuat dua gambar keadaan agroekosistem -- bisa dalam satu kertas
-- yaitu gambar keadaan agroekosistem di petak kebiasaan dan petak perbaikan. Perbedaanperbedaan dari kedua petak belajar digambarkan dengan jelas. Adapun yang digambar meliputi:
Gambar tanaman lengkap dengan rata-rata jumlah batang/daun yang diperjelas dengan menggunakan
warna yang mendekati keadaan sebenarnya, termasuk adanya kelainan-kelainan warna tanaman.
Gambar serangga hama dan populasinya di sebelah kiri tanaman. Bisa ditambahkan tulisan nama jenis
dan jumlah serangga tersebut.
Gambar musuh alami dengan populasinya di sebelah kanan tanaman. Bisa dituliskan juga nama jenis dan
jumlah musuh alaminya tersebut.
Gambar gejala serangan penyakit dan kekurangan unsur hara.
Gambar keadaan kelembaban tanah dan cuaca. Misalnya bila terang matahari digambar bersinar penuh,
bila berawan matahari digambar sebagian tertutup awan, bila mendung digambar awan saja di samping
kanan atas. Gambar lain adalah keadaan gulma.
Gambar perlakuan lokal yang pernah dilakukannya, seperti pemupukan, penyemprotan, penyiangan, dan
sebagainya.
Diskusi kelompok kecil dimaksudkan untuk mengkaji agroekosistem secara sistematis dan
mendalam. Sehingga dapat diambil suatu kesimpulan dari kondisi agroekosistem pada saat itu
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan pengelolaan agroekosistem berikutnya. Dalam
diskusi kelompok kecil dapat dilakukan analisis perbandingan antara perlakuan di petak
kebiasan dan perak perbaikan.
52
53
Untuk menjaga mutu, maka diskusi kelompok kecil membutuhkan waktu khusus, terpisah
dengan proses penggambaran. Dalam setiap kelompok kecil salah seorang anggotanya
berperan sebagai penanya -- bergilir setiap minggunya -- dengan menggunakan gambar
agroekosistem yang telah dibuat bersama. Anggota yang lain menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan oleh penanya. Pertanyaan yang diajukan disesuaikan dengan fase tanaman pada saat
itu. Secara umum diskusi kelompok kecil mencakup hal-hal sebagai berikut:
Apa: Apa yang ditemukan dalam pengamatan, baik berupa jenis dan jumlah serangga hama, musuh alami,
organisme lain, kerusakan atau kelainan pertumbuhan tanaman, dan lain-lain.
Dimana: Dimana tempat ditemukan, atau di bagian mana saja hal-hal yang telah ditemukan dalam
pengamatan tadi.
Mengapa: Mengapa ada aktivitas serangga hama, musuh alami, organisme lain saat ditemukan, mengapa
jumlahnya sebanyak itu, mengapa kerusakan atau kelainan pertumbuhan tanaman itu terjadi, mengapa
terdapat di bagian tanaman tertentu, dan lain-lain.
Bagaimana: Bagaimana hubungan hama, musuh alami, dan tanaman saat pengamatan, apa peran
organisme lain, bagaimana cara pelaksanaan pengambilan keputusan, serta bagaimana prospeknya pada
waktu mendatang.
Diskusi pleno merupakan tahapan kegiatan yang terpisah dengan diskusi kelompok kecil.
Dilakukan dalam gabungan kelompok kecil. Dalam diskusi pleno ini setiap wakil dari kelompok
kecil mengutarakan secara singkat hasil pengamatannya, kesimpulannya, dan keputusan
kelompok kecilnya. Jika ada perbedaan kesimpulan dan keputusan antara kelompok-kelompok
kecil, perlu didiskusikan bersama sehingga semua kelompok kecil memperoleh pemahaman
dari perbedaan tersebut. Selanjutnya masing-masing kelompok kecil menindaklanjuti
keputusannya. Setelah diskusi pleno, gambar disimpan sebagai bahan untuk melihat
perkembangan pertemuan berikutnya.
Topik khusus yang dipelajari dalam setiap pertemuan dipilih berdasarkan permasalahan
pokok setempat yang dihadapi oleh petani saat itu. Apabila pada waktu pertemuan tidak
menghadapi masalah, maka diberikan topik khusus yang sesuai dengan fase pertumbuhan
tanaman. Untuk mendukung pemahaman peserta, maka pada setiap proses topik khusus perlu
kejelasan judul, kejelasan tujuan dan kejelasan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh
peserta. Topik khusus dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan petani.
54
55
VIII
26 Ags
Uji kecambah
IX
2 Sep
Pertemuan/Tanggal
(- II)3
Jul
Kegiatan
(-I)
8 Jul
Pengolahan tanah
7 Sep
14 Jul
XI
16 Sep
II
18 Jul
XII
23 Sep
III
22 Jul
Umur tanaman 7 HST: Pertumbuhan awal daun tunggal pertama dan keping biji,
Aplikasi bioinsektisida bagi petak perlakuan.
XIII
30 Sep
Umur tanaman 77 HST: Pembiakan kedelai yang roboh, Pengamatan warna polong
IV
29 Jul
Umur tanaman 14 HST: Pemupukan dan aplikasi mikro organisme lokal (MOL),
Vegetatif awal pengamatan pembentukan bintil akar
XIV
3 dan 7 Okt
Umur tanaman 80 dan 84 HST: Kriteria panen dan panen dilakukan 2 tahap
5 Ags
XV
14 Okt
VI
12 Ags
XVI
17 Okt
VII
19 Ags
56
57
Adapun kriteria umum yang dipakai dalam menentukan lokasi Sekolah Petani, adalah: luas
panen atau luas sawah dengan irigasi teknis atau semi teknis, lokasi atau hamparan cukup
strategis dan terjangkau oleh petani di desa, adanya kelompok-kelompok tani yang aktif, dan
waktunya sesuai dengan musim tanam setempat
Pada saat memilih calon peserta Sekolah Petani, biasanya petani pemandu mendahuluinya
dengan menjelaskan kemitraan yang akan dibangun antara para petani kedelai hitam dengan
Unilever. Penjelasan berikutnya adalah tentang apa itu Sekolah Petani dan kriteria umum calon
petani yang sesuai untuk menjadi peserta, seperti sanggup mengikuti kegiatan secara penuh
dan memiliki lahan untuk ditanami kedelai hitam. Penjelasan yang tak kalah pentingnya adalah
tentang gambaran apa yang akan diperoleh bila mengikuti Sekolah Petani.
Adapun pedoman umum dalam memilih kelompok tani dan peserta Sekolah Petani, adalah:
kelompok tani yang dinamis dan memiliki lahan sawah yang cukup luas dengan irigasi teknis
atau semi teknis, dalon peserta diutamakan petani penggarap atau pemilik penggarap,
mengikutsertakan petani perempuan (minimal 30%), adanya kesanggupan peserta untuk
mengikuti pertemuan mingguan selama satu musim tanam, dan kriteria lain yang ditentukan
oleh program.
Sebagai contoh, dalam pemilihan calon lokasi di Kabupaten Kulonprogo, tepatnya di Desa
Sidorejo,yang dilaksanakan pada 12 Mei 2010, para petani pemandu mengundang sekitar 50
petani calon penanam kedelai hitam, baik laki-laki maupun perempuan, petugas penyuluh
lapangan pertanian, dan petugas koperasi. Dalam diskusi kelompok terfokus mereka membahas
tentang budidaya tanaman kedelai yang biasa dilakukan petani setempat, menggambar peta
wilayah, permasalahan teknis dan non teknis yang berkaitan dengan tanaman kedelai, dan
mengembangkan harapan yang ingin diperoleh bila mereka mengikuti Sekolah Petani
Kedelai Hitam.
Sekolah Petani yang selama ini dilaksanakan memiliki beberapa tipe peserta bila dilihat dari
tempat asalnya. Pertama adalah peserta yang seluruhnya berasal dari satu dusun. Mereka
berasal dari satu kelompok tani yang biasanya memiliki jumlah anggota lebih banyak dari
jumlah yang dibutuhkan dalam Sekolah Petani. Oleh karenanya, kelompok tani itu kemudian
menambahkan kriteria atau syarat tertentu dalam menyeleksi anggotanya yang akan mengikuti
Sekolah Petani. Hal itu seperti yang pernah terjadi di Dusun Seso, Desa Pringkuku, Kabupaten
Pacitan, dimana anggota kelompok taninya mencapai 60 petani dan yang terpilih menjadi
peserta Sekolah Petani sebanyak 32 petani.
Sekolah Petani mengikutsertakan petani perempuan minimal 30% karena mereka memiliki
peran penting dalam proses budidaya tanaman kedelai...
58
59
Yang kedua adalah peserta yang merupakan perwakilan kelompok-kelompok tani se desa. Itu
seperti yang terjadi di Desa Kembang, Kabupaten Trenggalek. Peserta Sekolah Petani di desa
ini berasal dari 5 kelompok tani. Dalam pemilihan pesertanya, masing-masing kelompok tani
diminta memilih 5 petani untuk mewakili kelompoknya menjadi peserta. Sedangkan yang
ketiga adalah peserta yang berasal dari desa yang berlainan, seperti yang terjadi di Desa
Pilangkenceng, Kabupaten Madiun. Peserta Sekolah Petani berasal dari kelompok-kelompok
tani yang merupakan anggota koperasi kedelai hitam, yang kemudian mengirimkan petani
anggotanya untuk mewakili menjadi peserta Sekolah Petani.
Dalam pemilihan peserta juga menekankan keikutsertaan petani perempuan, karena petani
perempuan memiliki peran dalam proses budidaya kedelai hitam. Ada pekerjaan-pekerjaan
dalam budidaya kedelai hitam yang biasa dilakukan oleh petani perempuan, utamanya pada
proses penanaman dan pasca panen, menurut Pak Hartono dan Pak Hari, petani pemandu
Sekolah Petani Desa Ketawang, Kabupaten Nganjuk. Bila itu dikaitkan dengan kemitraan dengan
Unilever, pekerjaan sortasi lebih tepat bila dilakukan oleh petani perempuan.
Kegiatan
Perempuan (%)
Persiapan benih
25
75
Pengolahan tanah
25
75
Tanam
70
30
Penyulaman
50
50
Penyiangan
50
50
Pemupukan
50
50
Pengairan
30
70
50
50
Panen
70
30
Pasca Panen
50
50
Pria (%)
Rancangan petak belajar: petak kebiasaan dengan perlakuan sesuai dengan kebiasaan petani setempat, petak perbaikan
dengan perlakuan yang mempertimbangkan unsur-unsur ekosistem, dan petak studi untuk melakukan studi-studi dan
percobaan oleh petani peserta Sekolah Petani.
60
61
Pada petak studi, peserta Sekolah Petani melakukan beberapa macam studi. Studi-studi yang
populer dilakukan antara lain: studi berbagai jarak tanam, studi pangkas pucuk dan tidak
pangkas pucuk, studi pemberian pupuk kimia dan pupuk alami yang dibuat sendiri, studi sistem
tanam sebar, studi mulsa memakai jerami dan pupuk kandang, dan studi jumlah biji per lubang.
Berikut adalah contoh disain lahan praktek Sekolah Petani di Dusun Gondang, Desa Pringkuku,
Kabupaten Pacitan dan Desa Sumberagung, Kabupaten Nganjuk:
Disain Lahan Praktek Sekolah Petani di Dusun
Gondang, Desa Pringkuku, Kabupaten Pacitan
Disain lahan praktek, khususnya pada petak perbaikan berbeda-beda di setiap Sekolah Petani.
Sebagai contoh, lahan praktek Sekolah Petani di Desa Pelanglor, Kabupaten Ngawi, dibagi
menjadi 3 petak. Petak kebiasaan ditanami kedelai hitam dengan jarak tanam dan jumlah biji
per lubang yang asal. Pada petak perbaikan, petani menggunakan jarak tanam 30 cm x 30 cm,
dengan jumlah biji perlubang antara 2-3. Pada petak studi peserta menggunakan jarak tanam
40 cm x 30 cm dan jumlah biji per lubang 2-3.
Petak
Kebiasaan
Petak
Perbaikan
Jarak Tanam:
20x20 cm
Jarak Tanam:
20x20 cm
Pupuk:
Kandang
Pupuk:
Kandang
Petak Studi
Jarak
Tanam:
20x20 cm
Jarak
Tanam:
20x40 cm
Jarak
Tanam:
20x15 cm
Jarak
Tanam:
30x15 cm
Pupuk:
Organik
Pupuk:
Phonska
dan ZA
Pupuk:
Kandang
tanpa
diolah
Tidak
dipupuk
Disiangi
Disiangi
Disiangi
Setengah
Disiangi
Pestisida
Nabati
Pestisida
Kimia
Tanpa
Pestisida
Tanpa
Pestisida
62
63
Petak Studi
Studi
Jarak
Tanam
25x25 cm
Studi
Tanpa
Potong
Pucuk
Studi
Potong
Pucuk
35 Hst
Studi
Potong
Pucuk
21 Hst
Petak Kebiasaan
Jarak Tanam:20x20 cm
Studi
Pestisida
Kimia
Studi
Jarak
Tanam
20x25 cm
Studi
Obat
Alami
Studi
Tanpa
Pestisida
Petak Perbaikan
Jarak Tanam:20x40 cm
Studi
Jarak
Tanam
Sebar
Studi
Pupuk
Kimia
Studi
Pupuk
Kimia +
Pupuk
Alami
Studi
Tanpa
Pupuk
Studi
Pupuk
Alami
64
65
BAGIAN 5
PETANI MENJADI PENELITI
DI LAHANNYA SENDIRI
66
67
Saya itu heran, kenapa ulat ini tiba-tiba ada di daun ini dan memakannya.
Tahu-tahu pun sudah sebesar ini. Dari mana dia
Asisten Lap:
Pak Suwadi:
Saya temukan ini ketika mengamati tanaman kedelai hitam di lahan praktek.
Saya penasaran kok tiba-tiba ada, padahal minggu lalu tidak ada.
Asisten Lap:
Pak Suwadi: Saya temukan ini pagi hari. Kalau siang ulat-ulat ini tidak kelihatan. Sorenya
kelihatan lagi.
(Sejenak Pak Suwadi lari masuk lahan praktek yang tidak jauh dari tempat
ngobrol dan memetik tangkai daun yang ada ulat yang dimaksudkan.)
Pak Suwadi:
Asisten Lap:
Pak Suwadi:
Yang hijau agak kecil ini petani menyebutnya ulat grayak, sedang yang hitam
agak besar ini ulat tanah.
Asisten Lap:
Kira-kira ulat ini asalnya dari apa? Apakah selanjutnya akan berupa ulat
terus?
Pak Suwadi: Yang saya tahu, ulat ini nanti akan menjadi kepompong, setelah itu berubah
jadi kupu-kupu
Asisten Lap:
Setelah kupu-kupu?
Pak Suwadi:
Asisten Lap:
Biar tahu kapan ulat jadi kepompong terus kupu-kupu, bagaimana caranya?
Pak Suwadi:
Oke lah kalau begitu. Saya harus pelihara ulat-ulat ini. Bisa kan kaleng ini
saya kasih kain strimin untuk penutupnya?
Asisten Lap:
68
69
Model dialog seperti di atas dalam Sekolah Petani biasa disebut dengan proses APA INI?,
sebuah dialog yang memperhatikan fungsi, yang merupakan proses bertanya. Pertanyaanpertanyaan yang muncul dari petani peserta tidak dijawab langsung oleh pemandu, melainkan
dibalas dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyelidik lebih jauh. Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh pemandu mengarah pada hubungan fungsional, misalnya, antara hama dan
musuh alami atau antara hama dan tanaman, yang ada dalam agroekosistem.
Jawaban berupa pertanyaan seperti itu akan membantu petani peserta menemukan fungsi
dan mendorong munculnya analisa kritis. Dengan demikian petani peserta akan menemukan
sendiri jawaban atas pertanyaannya. Tandanya semisal mereka mampu menyebutkan hubungan
fungsional dalam agroekosistem.
70
71
mudah rebah.
Contoh lain adalah studi jarak tanam yang pernah dilakukan peserta Sekolah Petani di Desa
Jatigembol, Kabupaten Ngawi. Studi ini untuk mengetahui jarak tanam yang cocok diterapkan
di desa agar tanaman kedelai hitamnya dapat optimal produksinya. Studi dirancang dengan 3
macam ukuran jarak tanam, yaitu 40 x 20 cm, 30 x 30 cm, dan 30 x 40 cm.
Tentunya masih banyak lagi topik yang dipilih untuk dijadikan sebagai judul studi di Sekolah
Petani. Topiktopik tersebut di antaranya, adalah:
1. Studi pemupukan (membandingkan pupuk kimia dengan pupuk organik), untuk melihat efektivitas jenisjenis pupuk dalam menyumbang terhadap hasil.
2. Studi pengendalian hama, untuk menekan penggunaan pestisida kimia dan biaya produksi.
3. Studi jarak tanam, untuk mengetahui jarak tanam yang sesuai dengan lahan milik petani, sehingga
tanaman produksinya optimal.
4. Studi jumlah benih per lobang, untuk mengetahui pengaruh jumlah benih terhadap pertumbuhan
tanamannya.
5. Studi mulsa, untuk mencari teknik yang efektif guna mengendalikan gulma .
6. Studi pangkas pucuk, untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan cabang dan pertumbuhan
jumlah polong.
Alasan
Potong pucuk
Ingin membuktikan teori yang selama ini mereka dengar bahwa, dengan memotong
pucuk akan menambah jumlah cabang yang nantinya akan berpengaruh pada jumlah
polong yang lebih banyak.
Jarak tanam
Ingin membandingan antara jarak tanam yang biasa mereka gunakan dengan jarak
tanam yang berbeda.
Perlakuan pupuk
Ingin mengetahui apakah dengan penggunaan pupuk organik maupun pupuk buatan
sendiri dapat meningkatkan hasil secara ekonomi.
Khusus untuk wilayah Desa Sidorejo yang sudah hampir 10 tahun tidak ditanami
kedelai, petani mengasumsikan tanah mereka kekurangan unsur N (nitrogen).
Untuk menekan penggunaan pestisida kimia dengan membuat sendiri pestisida dari
bahan-bahan yang ada terdapat di sekitar.
72
73
Pelaksanaan studi dimulai dengan mempersiapkan lahan studi, pengolahan tanah, dan
dilanjutkan penanaman pada 27 Juni 2012. Lahan studinya disiapkan tanpa memakai mulsa
jerami. Jerami yang ada dibakar seperti kebanyakan dilakukan petani di desa ini.
Pengamatan tanaman dilakukan seminggu sekali. Masing-masing perlakuan diamati 3 tanaman.
Hal-hal yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah tangkai daun, jumlah bunga, jumlah
cabang, serangga hama, musuh alami, penyakit, keadaan tanah, cuaca, dan sebagainya. Hasil
pengamatan dicatat.
Oleh karena itu, dalam pertemuan rutin kelompok yang masih terus dilakukannya, mereka
sepakat menentukan studi pangkas pucuk untuk menguji hipotesanya. Kemudian mereka
pun merancang perlakukan studinya dengan 3 perlakuan, yaitu: perlakuan pertama tanaman
kedelai hitam dipangkas pucuknya saat berumur 28 hari setelah tanam (hst), perlakuan kedua
dipangkas pada umur 21 hst, dan perlakuan ketiga tanaman dipangkas umur 14 hst.
P2
Pangkas pucuk 21 hst
P3
Pangkas pucuk 14 hst
P2
Pangkas pucuk 21 hst
P3
Pangkas pucuk 14 hst
P1
Pangkas pucuk 28 hst
P3
Pangkas pucuk 14 hst
P1
Pangkas pucuk 28 hst
P2
Pangkas pucuk 21 hst
Pak Agus dkk., petani Desa Pilangkenceng, melakukan penelitian untuk menjawab rasa ingin tahunya...
Pada saat penulis datang ke lahan studinya, 14 Agustus 2012, umur tanamannya 49 hst.
Menurut Pak Agus saat itu, perlakuan yang bisa menghasilkan cabang paling banyak adalah
pangkas pucuk 21 hst. Namun menurutnya perlakuan ini belum tentu menghasilkan polong
paling banyak. Selama melakukan pengamatan tanaman, sempat ditemukanulat grayak yang
makan pucuk daun dan ulat penggulung daun saat tanaman berumur 2 minggu
***
74
75
2. Membangun Hipotesa.
Pak Agus dan kawan-kawan, juga petanipetani pelaku studi yang lain, memiliki
dugaan atau hipotesa atas suatu
permasalahan atau isu yang perlu mereka uji
benar-salahnya. Itu mengartikan bahwa para
petani pelaku studi pikirannya tidak kosong,
tetapi ada perkiraan jawaban atau sesuatu
untuk dibuktikan. Hipotesa merekalah yang
akan mengarahkan mereka dalam merancang
studi.
3. Merancang Studi.
Rancangan studi yang baik dan benar
akan meminimalisir kemungkinan salah.
Karena jawaban yang diharapkan akan
diperoleh ketika melakukan studi adalah
sebenar mungkin. Merancang studi perlu
memperhatikan prinsip-prinsip penting,
yaitu soal keragaman atau variasi alami,
pembandingan perlakuan, dan bias.
4. Melaksanakan Studi.
Meliputi pengamatan, analisa, dan penarikan
kesimpulan. Ketika para petani pelaku
studi melaksanakan studi, pada dasarnya
mereka sedang menjalankan rancangan
yang mereka buat sebelumnya. Hal
yang penting dalam pelaksanaan studi
adalah melakukan pengamatan untuk
mengumpulkan data, menganalisa data
yang diperoleh, dan menarik kesimpulan
dari hasil analisa, dengan memperhitungkan
sebanyak mungkin faktor yang diperkirakan
berpengaruh terhadap hal yang dipelajari.
76
77
BAGIAN 6 :
MEMPROMOSIKAN PROSES
DAN HASIL BELAJAR
78
79
Kemitraan itu
harus bisa seperti
Manunggaling KawulaGusti...
80
81
Menjelang pukul 09.00, para undangan dan para petani dari dusun-dusun sekitar mulai
berdatangan. Satu per satu mereka diminta untuk mengisi buku tamu dan setelah itu menerima
makanan kecil dalam kardus. Mereka dipersilakan untuk duduk di kursi yang sudah disediakan.
Sambil menunggu undangan lain dan dimulainya acara, para tamu disuguhi tembang-tembang
campursari yang sudah akrab di telinga mereka dengan iringan gamelan. Para undangan pun
nampak begitu menikmati. Sekitar 100-an petani hadir dalam acara ini. Para aparat yang hadir
adalah kepala desa, kepala-kepala dusun, camat, muspika, dan aparat dari dinas pertanian dan
jajarannya.
Acara panen kedelai hitam secara simbolik dilakukan oleh para pejabat dan perwakilan petani
undangan. Para tamu undangan pun menuju ke lahan yang dipandu oleh beberapa ibu petani
yang juga membawakan peralatan untuk memanen, seperti sabit dan caping. Acara berlangsung
singkat, penuhi canda-ria dari para undangan yang ikut ke lahan. Kemudian mereka pun
kembali menuju ke tempat pertemuan untuk melihat pameran.
Pameran Hasil-hasil Belajar
Materi pameran yang disajikan berupa foto-foto kegiatan, poster-poster kegiatan dan slogan,
data hasil pengamatan selama mengikuti kegiatan Sekolah Petani, hasil panenan kedelai hitam
di petak-petak belajar Sekolah Petani, produk makanan olahan dari kedelai hitam dan bahanbahan pangan lokal lainnya, dan materi-materi belajar dalam Sekolah Petani. Materi pameran
tersebut dipersiapkan dan dibuat sendiri oleh para petani peserta Sekolah Petani.
Display pameran yang menyajikan berbagai informasi proses dan hasil belajar
Acara hari temu lapangan pun resmi dimulai pukul 09.30. Pembawa acara yang juga peserta
Sekolah Petani mengucapkan terima kasih atas kehadiran para undangan dan langsung
membacakan susunan acaranya, yaitu: sambutan ketua panitia, panen kedelai hitam secara
simbolik, kunjungan ke stan pameran, kesenian oleh Ibu-ibu peserta Sekolah Petani, presentasi
hasil-hasil kegiatan Sekolah Petani, presentasi rencana kegiatan tindak lanjut Sekolah Petani,
dan tanya jawab dan tanggapan dari para undangan.
Dalam sambutannya, Pak Bakri, salah satu petani pemandu Sekolah Petani di desa
ini, melaporkan pelaksanaan kegiatan Sekolah Petani Kedelai Hitam di desanya yang
diselenggarakan mulai 30 juni hingga 20 September 2011. Dalam uraiannya tentang Sekolah
Petani, ia juga menjelaskan tentang apa itu Sekolah Petani dan apa saja yang dilakukannya
dalam kegiatan ini. Dilaporkan juga tingkat kehadiran peserta yang mencapai rata-rata 80%. Ia
berharap setelah acara ini mulai banyak petani di desanya yang menanam kedelai hitam.
82
83
Kemitraan adalah
bersatunya cara
pandang antara
Unilever dengan
para petani kedelai
hitam. Harus saling
diuntungkan,
bertanggung jawab,
dan menjunjung tinggi
komitmen.
Suasana pameran diwarnai dengan dialog
dan tanya-jawab yang akrab antara petani
peserta Sekolah Petani dengan para
undangan, khususnya sesama petani.
Beberapa petani yang masih penasaran pun
tetap melanjutkan melihat pameran dan
bincang-bincangnya, meskipun acaranya
sudah selesai.
Kesenian bukan sekedar hiburan semata, melainkan juga berisi pesan program...
Bentuk kesenian lain adalah drama tradisional yang dimainkan oleh para petani peserta Sekolah
Petani. Menyaksikan drama ini seperti menikmati ketoprak humor. Ada parikan, tembang,
dan tari-tarian. Melalui drama ini disampaikan contoh kasus yang terjadi di desa ini, yaitu
bagaimana seorang petani perempuan harus menjelaskan kepada suaminya tentang kegiatan
Sekolah Petani Kedelai Hitam yang diikutinya. Sehingga drama ini mirip dengan presentasi
kreatif dari para petani peserta Sekolah Petani.
Dialognya menjelaskan apa itu Sekolah Petani, kemudian bagaimana menanam kedelai hitam
agar sehat dan hasilnya banyak, tentang jarak tanamnya, pentingnya tanaman diamati dan
apa saja yang harus diamati secara rutin: berapa daunnya, berapa cabangnya, berapa tinggi
tanamannya, apakah ada hama dan dimana ditemukannya, wanti-wanti pentingnya tidak
menyemprot dengan pestisida kimia secara sembarangan karena musuh alami akan ikut mati,
cara panen kedelai hitam, dan akan digunakan untuk apa kedelai hitam oleh Unilever. Drama ini
mampu memaksa gelak-tawa segar para undangan. Di antara pemainnya adalah Bu Suryati dan
Pak Sardimin.
84
85
B. PESTA INFORMASI
Sekolah Petani Kedelai Hitam diselenggarakan dengan melibatkan 25 orang petani sebagai
pesertanya. Peserta Sekolah Petani dalam program ini, kalau tidak berasal dari satu kelompok
tani, mereka bisa petani yang berasal dari dusun-dusun yang ada di satu sebuah desa. Darimana
pun asalnya, dalam konteks Sekolah Petani mereka tetap merupakan perwakilan dari petanipetani lainnya. Baik itu wakil dari organisasi kelompoknya, maupun wakil dari komunitas petani
di desanya.
Kurikulum Sekolah Petani dirancang untuk mendorong petani peserta aktif mengalami dan
menemukan sendiri dalam setiap materi yang dipelajarinya. Sehingga petani peserta harus
aktif selama mengikuti kegiatan yang dilaksanakan selama semusim itu. Sesuatu yang tidak
mudah bagi petani yang sehari-harinya bekerja di sawah dalam mencari nafkah. Terlebih bagi
petani perempuan. Sehingga, bila kehadiran peserta Sekolah Petani selama semusim rata-rata
mencapai 80% seperti yang terjadi di Kelompok tani di Desa Gunungsari tersebut, maka petani
yang menjadi peserta tersebut memiliki komitmen tinggi untuk belajar, dengan meninggalkan
sejenak kegiatan rutin sehari-harinya.
Kegiatan hari temu lapangan dirancang untuk mengakomodir komitmen petani peserta Sekolah
Petani untuk berbagi ilmu kepada petani lain, yang tidak berkesempatan atau memiliki cukup
waktu untuk mengikuti Sekolah Petani. Hari temu lapangan dirancang dengan menyesuaikan
budaya dan karakter masyarakat setempat. Oleh karenanya tidak ada petunjuk yang rinci dan
baku. Yang ada hanyalah penekanan pada prinsip komunikasi dua arah dan pesta informasi
untuk semua petani. Selanjutnya, bentuk kegiatan dan susunan agendanya sepenuhnya
diserahkan kepada petani. Dari sini kemudian muncullah kreativitas-kreativitas petani dalam
penyelenggaraan hari temu lapangan. Terutama dalam hal penyajian informasi yang ingin
disebarkan kepada khalayak petani.
86
87
C. AKSI KOMUNIKASI
Di banyak tempat, hari temu lapangan
merupakan ajang untuk menyebarkan dan
mempromosikan hasil-hasil kegiatan Sekolah
Petani yang dimanifestasikan dalam pesta
rakyat atau syukuran dari para peserta
Sekolah Petani. Setiap kelompok Sekolah
Petani yang menyelenggarakan hari temu
lapangan senantiasa menggabungkan dua
aspek, yaitu aspek penyebaran informasi
dan seni atau hiburan. Keduanya dirancang
sedemikian rupa oleh petani sendiri agar
bersinergi. Sehingga informasi yang
akan disebarkan menjadi lebih indah dan
menghibur sehingga mudah diterima dan
diingat oleh pihak-pihak yang hadir dalam
forum itu.
Bisa dibayangkan, betapa keringnya
informasi tentang teknik budidaya tanaman
atau data berupa angka-angka hasil
pengamatan mingguan yang disajikan begitu
saja, tanpa dikemas dalam bentuk yang indah
dan menarik. Apalagi targetnya informasi
tersebut harus dimengerti oleh para petani
yang masih awam.
Justru pengalaman yang diperoleh melalui Sekolah Petani itulah yang meningkatkan kualitas
keakraban mereka. Banyak petani yang hadir dalam acara hari temu lapangan merasa mendapat
kehormatan. Bukan sekedar karena diundang saja, melainkan lebih dari itu, yaitu akan
memperoleh pengetahuan baru dari teman mereka sendiri.
Hal yang menarik dipahami adalah bahwa hari temu lapangan selalu diupayakan berlangsung
dalam suasana yang akrab, cair, dan tidak formal atau kaku. Namun dalam beberapa kasus
sering mendadak berubah sebaliknya, hanya karena hadirnya para aparat pemerintahan.
Beberapa petani menyatakan terpaksa harus mengubah susunan acaranya, misalnya, sambutan
oleh aparat dimajukan dari yang semula berada diurutan bawah dalam susunan acaranya.
Yang menjadi alasan adalah karena petani merasa tidak enak atau tidak menghormati aparat
tersebut, atau aparat tersebut waktu hadirnya terbatas karena ada tugas-tugas lain. Perubahan
susunan acara yang mendadak tersebut kemudian mempengaruhi proses berjalannya acara.
Sering terjadi kemudian acara kesenian - yang mungkin syarat dengan pesan-pesan penting menjadi acara pengiring makan siang atau peneman waktu istirahat.
88
89
BAGIAN 7 :
PETANI BERKEMBANG KARENA SEKOLAH
PETANI
90
91
SUATU KETIKA, saat melakukan pengamatan tanaman dalam pertemuan rutin mingguan Sekolah
Petani, Mbah Waridi tertarik dengan fenomena ulat daun yang ada di tanamannya. Peristiwa itu
kemudian ia ceritakan kepada pemandu Sekolah Petani dan asisten lapangan.
Nah, yang harus kita pikirkan sekarang bagaimana caranya biar laba-laba bisa membantu
petani mengurangi ulat yang makan daun kedelai hitam. Karena kalau disemprot
pestisida laba-laba itu pasti ikut mati juga.
Saat mempresentasikan hasil analisa agro-ekosistem yang dibahasnya bersama kelompok
kecilnya, tidak lupa ia mengilustrasikan bagaimana perilaku laba-laba saat menyerang ulat daun
tadi. Selanjutnya, ia pun menyimpulkan bahwa ulat daun tadi merupakan makanannya labalaba. Menurut pendapatnya, sebenarnya tanpa disemprot pestisida pun, ulat daun tidak terlalu
berbahaya bagi tanaman kedelai hitam, asalkan di sekitarnya ada banyak laba-laba.
Ketika saya memungut ulat daun yang akan digunakan untuk kebun serangga, tidak
sengaja ulat tadi jatuh ke tanah. Seketika itu juga ulat tadi jadi rebutan laba-laba yang
ada di sekitarnya
Mbah Waridi adalah salah satu peserta Sekolah Petani Kedelai Hitam di Kabupaten Trenggalek
yang usianya sudah 60 tahun lebih. Kakek ini begitu bersemangat dalam mengikuti setiap
tahapan kegiatan dalam Sekolah Petani. Ia juga tidak sungkan dan takut berpendapat dan
mengungkapkan pemikiran berbeda dengan peserta lain. Selalu semangat dan aktif dalam
berdiskusi adalah karakter Mbah Waridi.
92
93
Sebelumnya, tanaman
di lahan tidak pernah
saya amati, sekarang
saya melakukan
pengamatan tanaman
setiap kali ke lahan.
Begitu pula yang disampaikan oleh Pak
Warimin, peserta Sekolah Petani, Desa
Jenggrik, Kabupaten Ngawi yang dulunya
tidak menganggap tanaman kedelai itu
penting, Setelah mengikuti sekolah petani
saya jadi lebih sering pengamatan di lahan
milik sendiri. Kalau dulu setelah tanam
biasanya terus ditinggal. Sedangkan Bu
Sriati, peserta Sekolah Petani di desa yang
sama lebih lanjut mengatakan, Setelah ikut
94
95
Pengamatan mingguan untuk monitor perkembangan tanaman dan dinamika ekosistem di lahan
Setelah belajar di Sekolah Petani mereka tahu bahwa ada serangga yang tidak memakan
tanaman, tetapi memakan serangga. Mereka menyebutnya musuh alami yang membantu
petani. Sebagai contoh, petani peserta Sekolah Petani di Desa Ketawang, Kabupaten Nganjuk
melalui pengamatan yang cermat menemukan bahwa perkembangan hama aphis (mimek, nama
setempat) di alam dapat ditekan oleh serangga yang mereka sebut dengan undur-undur. Hal ini
membuat mereka berhati-hati dalam melakukan pengendalian hama. Tidak asal semprot lagi.
96
97
98
99
Soal pupuk,
menurutnya, unsurunsur yang terkandung
dalam pupuk kimia
dan organik cair yang
berasal dari sayuran
dan sisa-sisa makanan
itu sama.
Bila dibuktikan dengan aliran listrik,
keduanya mampu menghantarkan arus listrik
hingga lampu bisa menyala sama kuatnya.
Ia pun menyimpulkan bahwa bahan-bahan
organik tadi bisa dibuat sebagai pupuk yang
bagus. Tidak kalah dengan pupuk kimia
buatan pabrik.
Petani mempunyai cara ilmiah untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan budidaya tanaman
kedelai hitam yang dihadapinya.
Sebagai contoh, studi potong pucuk yang dilakukan oleh Pak Agus dan kawan-kawan, petani
alumni dari Desa Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, adalah untuk mengetahui perbedaan
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai hitamnya. Hipotesanya adalah tanaman kedelai hitam
yang dipotong pucuknya akan menambah jumlah cabang (tangkai). Sehingga buahnya pun akan
lebih banyak. Menurutnya, ciri khas tanaman kedelai hitam varietas Mallika yang biasa ditanam
petani pertumbuhannya cepat namun cabangnya kurang. Pak Agus dan anggota kelompok yang
lain mampu menangkap isu yang perlu diteliti, menentukan topik studinya, merancang studinya,
dan melaksanakan studinya.
100
101
Demikian pula Bu Yanik yang juga sesama petani alumni di desa ini mengatakan bahwa, karena
harus menunggu musim tanam, ia belum bisa menerapkan hasil belajar kedelai hitam di lahan
sawahnya. Namun sebagai petani alumni Sekolah Petani, ia tidak mau berpangku tangan
menunggu musim tanam kedelai hitam tiba. Pengetahuan yang ia peroleh selama mengiktu
Sekolah Petani diterapkannya pada tanaman padi di sawahnya.
Ia pun lalu melakukan pengamatan rutin pada tanaman padinya. Ketika tanaman padinya
daunnya kekuningan dan tinggi tanamannya tidak sama seperti tanaman yang subur, maka ia
putuskan untuk melakukan penyemprotan dengan zat perangsang tumbuh yang dibuatnya
sendiri dari bahan-bahan alami yang ada di sekitar rumahnya. Ada perubahan baik pada
tanaman padinya.
102
103
legowo, hasilnya sebanyak 800 kilogram (atau 2,4 ton per hektar, pen). Dengan cara tanam
kebiasaan petani di desa ini, 1 hektar hanya menghasilkan sekitar 1,8 ton, kata Pak Hartono,
petani pemandu Sekolah Petani di desa ini di sela-sela tugasnya menimbang hasil petani
anggota kelompoknya.
8. Berinovasi untuk Mengoptimalkan Potensi
Selain menyediakan kedelai hitam yang berkualitas untuk pasar Unilever, kelompok tani di Desa
Sumberagung dan Ketawang, Kabupaten Nganjuk juga membuat produk olahan dari kedelai
hitam yang tidak lolos sortasi. Tujuannya adalah mengoptimalkan potensi yang dimiliki untuk
meningkatkan pendapatan keluarga petani.
Khusus produk olahan, yang akan dibuat adalah bubuk kedelai hitam, susu kedelai hitam, dan
tempe kedelai hitam. Produk-produk olahan tersebut di pasaran belum ada. Kalaupun ada
adalah susu kedelai kuning. Strategi pemasaran produk olehan mereka adalah dengan cara
menjual langsung ke konsumen di desanya, memanfaatkan acara-acara yang diselenggarakan
oleh pemerintah desa, kecamatan, dan kabupaten, atau pihak swasta.
Bubuk Kedelai Hitam
Pak Slamet hasil panen kedelai hitamnya meningkat
104
105
Membuat produk olahan, baik itu menggunakan bahan baku kedelai hitam maupun bahanbahan yang tersedia di desa, banyak dilakukan oleh kelompok-kelompok alumni Sekolah Petani.
Hal ini bisa ditemui bila kelompok-kelompok alumni tersebut mengikuti ajang pameran atau
saat menyelenggarakan hari temu lapangan. Selain bubuk kedelai hitam, susu kedelai hitam,
dan tempe kedelai hitam, produk olahan lain yang unik seperti kripik bonggol pisang, kripik
bayam, kripik ketela, dan sejenisnya juga diproduksi oleh kelompok-kelompok alumni.
Selain makanan, produk lain yang diproduksi kelompok alumni adalah pupuk organik. Biasanya
ini dilakukan oleh kelompok-kelompok di desa-desa yang banyak petaninya memiliki ternak
sapi dan kambing, seperti di Desa Sidorejo di Kulonprogo, Desa Ketawang dan Sumberagung di
Nganjuk, dan desa-desa di Kabupaten Pacitan seperti Desa Pringkuku.
106
107
Di desa ini tanaman kedelai hitam hanya ditanam sekali setahun. Saya mempunyai
gagasan bagaimana petani di desa ini mau menanam kedelai dua kali setahun, yaitu pada
musim kemarau dan gadu. Karena hal itu menurut saya bisa dan lebih menguntungkan
bagi petani.
Bu Suparti bersama kelompok ibu-ibu di desanya mampu mengakses program lain dari pemerintah.
Sejumlah petani alumni maupun petani pemandu juga memperoleh kesempatan untuk terlibat
dalam rapat desa dan rapat di instansi pemerintah yang lebih tinggi. Seperti juga Bu Suparti,
petani pemandu Sekolah Petani di Desa Pringkuku. Ia kerap diundang rapat sebagai narasumber
untuk pengembangan program yang akan dilaksanakan di desanya semenjak selesai mengikuti
Sekolah Petani. Salah satu program pemberdayaan dari pemerintah yang ditanganinya adalah
kegiatan percetapat penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP).
108
109
110
111
Ketrampilan-ketrampilan teknis maupun non teknis yang dimiliki petani, seperti mahir dalam
perencanaan, pengendalian hama, budidaya tanaman, maupun pengolahan pasca panen,
mampu membentuk karakter petani yang berkualitas tinggi.
5. Petani Punya Kemampuan Berfikir Kritis (Critical Thinking Capacity)
Kemampuan berpikir kritis yang dimaksud adalah petani mempunyai kemampuan melihat,
menangkap, menganalisa, dan memecahkan masalahnya sendiri tanpa bergantung pada pihak
lain.
Petani alumni dapat menentukan keputusan yang berlandaskan pertimbangan-pertimbangan
logis. Misalnya, petani melakukan studi pemupukan bukan untuk sekedar menjawab seberapa
banyak pupuk yang pas untuk dipakai di sawahnya, melainkan juga ingin mengetahui masalahmasalah lain, seperti kondisi tanah di sawahnya, misalnya. Bila di daerah tertentu ada kegiatan
yang dilakukan petani alumni untuk memasyarakatkan kedelai hitam lewat kesenian, maka itu
bukan sekedar ingin cara aneh saja. Melainkan mempunyai pertimbangan-pertimbangan
khusus untuk itu, seperti misalnya masyarakat di desanya suka akan kesenian tertentu, suka
jenis kesenian tertentu, dan lain-lain. Oleh karenanya tidak mengherankan kalau hampir di
setiap kelompok Sekolah Petani muncul gubahan lagu-lagu tentang ajakan dan keuntungan
menanam kedelai hitam.
Petani alumni yang kritis selalu mempertanyakan dan mempertanyakan terus pada diri sendiri
tentang sesuatu masalah, hingga mendapatkan jawaban yang sebenarnya. Penelitian dan
percobaan baik yang dilakukan secara bersama maupun sendiri adalah perwujudan dari rasa
tidak puas terhadap satu jawaban untuk mencari pemecahan masalah.
112
113
BAGIAN 8 :
EPILOG
114
115
Mengolah Pikir,
Mengasah Hati
116
117
Salah satu bentuk dukungan nyata Pak Noto pada Sekolah Petani ini adalah ia juga menanam
kedelai hitam di lahannya sendiri. Salah satu lahan yang ditanaminya terletak persis di sebelah
lahan praktek Sekolah Petani tadi. Ia pun mengatakan bahwa tanaman kedelainya musim ini
tidak pernah disemprot pestisida hingga sampai pada fase berbunga. Kira-kira umur 50 hari
setelah tanam.
Memang, saat penulis mengikuti para petani peserta Sekolah Petani mengamati tanaman
kedelai hitam di lahan praktek, salah satu petani pemandu Sekolah Petani ini, Pak Purwadi,
mengatakan tentang hal yang sama
118
119
Jumlah
Petani
Jumlah
Petani
No
Desa
Kecamatan
Kabupaten
Tahun
2012
25
31
KUWU
BALEREJO
MADIUN
2011
25
KULONPROGO
2012
25
32
SUMBERAGUNG
GONDANG
NGANJUK
2011
25
MADIUN
2012
25
33
KETAWANG
GONDANG
NGANJUK
2011
25
JIWAN
MADIUN
2012
25
34
NGUJUNG
GONDANG
NGANJUK
2011
25
PURWOREJO
PILANGKENCENG
MADIUN
2012
25
35
WIDODAREN
NGAWI
2011
25
MUNENG
PILANGKENCENG
MADIUN
2012
25
36
JATIGEMBOL
KEDUNGGALAR
NGAWI
2011
25
PURWOREJO
PILANGKENCENG
MADIUN
2012
25
37
BANGUNREJO
KEDUNGGALAR
NGAWI
2011
25
MUNENG
PILANGKENCENG
MADIUN
2012
25
38
GUNUNG SARI
ARJOSARI
PACITAN
2011
25
KRAMAT
NGANJUK
NGANJUK
2012
25
39
RONOSENTANAN
SIMAN
PONOROGO
2011
25
10
PUTREN
SUKOMORO
NGANJUK
2012
25
40
JATIREJO
LENDAH
KULONPROGO
2010
25
SIDOREJO
LENDAH
KULONPROGO
2010
25
No
Desa
Kecamatan
Kabupaten
Tahun
KRANGGAN
GALUR
KULONPROGO
KRANGGAN
GALUR
JIWAN
JIWAN
JIWAN
11
PUTREN
SUKOMORO
NGANJUK
2012
25
41
12
KARANG TENGAH
BAGOR
NGANJUK
2012
25
42
KEDUNGBANTENG
PILANGKENCENG
MADIUN
2010
25
13
KARANG TENGAH
BAGOR
NGANJUK
2012
25
43
KENONGOREJO
PILANGKENCENG
MADIUN
2010
25
14
KRAMAT
NGANJUK
NGANJUK
2012
25
44
WARUJAYENG
TJ. ANOM
NGANJUK
2010
25
15
JATIGEMBOL
KEDUNGGALAR
NGAWI
2012
25
45
KETAWANG
KETAWANG
NGANJUK
2010
25
16
JENGGRIK
KEDUNGGALAR
NGAWI
2012
25
46
SUMBERAGUNG
GONDANG
NGANJUK
2010
25
17
JENGGRIK
KEDUNGGALAR
NGAWI
2012
25
47
PLOSO LOR
KARANGJATI
NGAWI
2010
25
18
BANGUNREJO KIDUL
KEDUNGGALAR
NGAWI
2012
25
48
PELANG LOR
KEDUNGGALAR
NGAWI
2010
25
19
JATIGEMBOL
KEDUNGGALAR
NGAWI
2012
25
49
JATIGEMBOL
KEDUNGGALAR
NGAWI
2010
25
JENGGRIK
KEDUNGGALAR
NGAWI
2010
25
20
BANGUNREJO KIDUL
KEDUNGGALAR
NGAWI
2012
25
50
21
KEMBANG
PACITAN
PACITAN
2012
25
51
PRINGKUKU
PRINGKUKU
PACITAN
2010
25
22
PRAJEGAN
SUKOREJO
PONOROGO
2012
25
52
PRINGKUKU
PRINGKUKU
PACITAN
2010
25
23
PRAJEGAN
SUKOREJO
PONOROGO
2012
25
53
KEMBANG
KEMBANG
PACITAN
2010
25
24
GANDUSARI
GANDUSARI
TRENGGALEK
2012
25
54
WONOANTI
GANDUSARI
TRENGGALEK
2010
25
25
KARANGANYAR
GANDUSARI
TRENGGALEK
2012
25
55
SRIHARDONO
PUNDONG
BANTUL
2009
25
26
KALIAGUNG
SENTOLO
KULONPROGO
2011
25
27
DONOMULYO
NANGGULAN
KULONPROGO
2011
25
28
NGALE
PILANGKENCENG
MADIUN
2011
25
29
PILANGKENCENG
PILANGKENCENG
MADIUN
2011
25
30
SUMBERSARI
SARADAN
MADIUN
2011
25
120
121
122
123
Visi FIELD Indonesia adalah masyarakat marginal di Indonesia mampu 'merebut' dan
mengelola kembali ruang publik mereka dan memperbaiki perikehidupannya. Misinya adalah
memfasilitasi masyarakat marginal agar mampu untuk:
Menganalisis dan memahami keadaan ekosistem yang merupakan basis perikehidupannya
secara teknis, sosial dan politis.
Mengorganisir diri dalam melakukan aksi untuk memperbaiki kondisi kehidupannya yang
selaras dan adil dengan alam dan lingkungannya (ekologis) dan adil dengan orang lain
(demokratis).
FIELD Indonesia juga bekerja dalam program-program, antara lain sekolah lapangan konservasi
keanekaragaman hayati dan penghidupan masyarakat, sekolah lapangan pengembangan
sumber daya genetik petani di tanaman padi, sayuran dan ternak, sistem pangan lokal dan
keanekaragaman hayati pertanian, riset aksi masyarakat untuk advokasi dan perubahan
kebijakan lokal, pertanian ekologis-organis pada padi dan sayuran. FIELD Indonesia merupakan
anggota jaringan FIELD Alliance.
124
125
RUJUKAN
Cahyana, Wisyastama, dkk. Sains Petani. Jakarta. Program Nasional
Pengendalian Hama Terpadu-FAO. 1997
Dilts, Russell. Sekolah Lapangan: Suatu Upaya Pembaharuan Penyuluhan
Pertanian. Jakarta. Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu-FAO. 1995
___________. Menyekolahkan Kembali Masyarakat. Jakarta. Prisma. 1995
Padmanagara, Salmon. Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT):
Pengembangan Sumber Daya Manusia di Lapangan. Jakarta. Program Nasional
Pengendalian Hama Terpadu-FAO. 1995
Pontius, John. Petunjuk Lapangan Analisa Dampak. Jakarta. Program Nasional
Pengendalian Hama Terpadu-FAO. 1996
Pontius, John. dan Simon HT. Bagaimana Melaksanakan Pelatihan Petani
Pemandu SLPHT?. Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu. Jakarta.
Departemen Pertanian. 1996
Thorburn, Craig. Kami Bisa!: Sekolah Lapangan untuk Ketahanan Daerah Aliran
Sungai dan Kesehatan. Jakarta. FIELD Indonesia. 2010
Tim Pemandu Lapangan I Nasional. Sekolah Lapangan Pengendalian Hama
Terpadu (SLPHT). Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu. Jakarta.
Departemen Pertanian. 1995
126