Agency Theory
Agency Theory
Oleh :
Nama : Hesti Puryanti
NPM : 4309500762
2010
DAFTAR ISI
I.
Pendahuluan
II
III
IV
Kesimpulan
Daftar Pustaka
I. Pendahuluan.
Pemisahan pemilik dan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut
dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori ini merupakan salah satu teori yang
muncul dalam perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari
perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku
manusia dalam model ekonomi. Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara
pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer. Menurut teori ini hubungan antara
pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang
saling bertentangan (Conflict of Interest).
Pertentangan dan tarik menarik kepentingan antara prinsipal dan agen dapat
menimbulkan permasalahan yang dalam Agency Theory dikenal sebagai Asymmetric
Information (AI) yaitu informasi yang tidak seimbang yang disebabkan karena adanya
distribusi informasi yang tidak sama antara prinsipal dan agen. Ketergantungan pihak
eksternal pada angka akuntansi, kecenderungan manajer untuk mencari keuntungan
sendiri dan tingkat AI yang tinggi, menyebabkan keinginan besar bagi manajer untuk
memanipulasi kerja yang dilaporkan untuk kepentingan diri sendiri.
Dengan adanya hal tersebut, dalam praktik pelaporan keuangan sering
menimbulkan ketidak transparanan yang dapat menimbulkan konflik principal dan
agen. Akibat adanya perilaku manajemen yang tidak transparan dalam penyajian
informasi ini akan menjadi penghalang adanya praktik GCG (Good Corporate
Governance) pada perusahaan-perusahaan karena salah satu prinsip dasar dari GCG
adalah Transparency (keterbukaan).
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa dalam rangka menegakan
prinsip GCG pada perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya prinsip transparasi
dan akuntabilitas,penyajian informasi akuntasi yang berkualitas dan lengkap dalam
laporan tahunan sangat diperlukan. Hal ini akan memberikan manfaat yang optimal
bagi pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Untuk itu dalam
uraian berikut ini akan dibahas tentang Agency Theory sebagai awal timbulnya isu
tentang Good Corporate Governance (GCG), kemudian Good Corporate Governance
beserta prinsip-prinsip yang melandasi dan peran akuntan dalam menegakkan prinsip
GCG di Indonesia. Konsepsi CG dalam bahasan ini didasarkan sudut pandang
organisasi perusahaan privat sebagai open system. Burrel dan Morgan (1979)
menyatakan bahwa suatu organisasi mempunyai fungsi yang sama dengan organisme
yang berhadapan dengan lingkungannya. Untuk dapat bertahan hidup,organisasi
tersebut harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana organisasi tersebut
berada (misal budaya masyarakat,pemerintah,aturan dan regulasi lainnya)
prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan (Scott, 1997).
Menurut Eisenhard (1989), teori keagenan dilandasi oleh 3 buah asumsi yaitu:
(a) Asumsi tentang sifat manusia
Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki
sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan
rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai resiko (risk aversion).
(b) Asumsi tentang keorganisasian
Asumsi keorganisasian
adalah adanya
(a)
Moral Hazard
Yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak melaksanakan hal-hal
yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja.
(b)
Adverse Selection
Yaitu suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat mengetahui apakah
suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas
informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian
dalam tugas.
Adanya agency problem di atas, menimbulkan biaya keagenan (agency cost),
(b)
(c)
Model Perilaku
Fakta Penerapannya
: Conflict of Interest
Konsekuensi
Pemecahan
Reward
perlu dibuat
: Ekstrinsik, yaitu komoditi berwujud dan
bisa dipertukarkan dan memiliki nilai
Asumsi Informasi
kebutuhan GCG, dari perspektif Agency Theory, Tabel 2 berikut ini menunjukan
perkembangan akan kebutuhan GCG pada teori korporasi klaasik.modern,dan postmodern.
Tabel 2. Perkembangan Teori Korporasi dan Implikasinya Terhadap
Good Coorperate Governance
TEORI
KORPORASI
KLASIK
TEORI KORPORASI
MODERN
KARAKTERISTIK :
KARAKTERISTIK :
1.Perusahaan dengan 1.Perusahaan dengan banyak
single
majority
pemegang saham, namun
shreholders.
masih
ada
kepemilikan
mayoritas.
2.Prinsipal merangkap
sebagai agen.
2.Fungsi Prinsipal dan Agen
mulai terpisah.
3.Keseimbangan
kepentingan antara 3.Meskipun pemilik mayoritas
prinsipal dan agen
masih memiliki otoritas yang
tidak penting.
besaar, kepentingan pemegang
saham
minoritas
sudah
diperhatikan.
IMPLIKASI:
IMPLIKASI :
IMPLIKASI :
Aspek Good Corporate Aspek
Good
Corporate Aspek
Good
Corporate
Governance
tidak Governance mulai diperlukan.
Governance sangat diperlukan.
diperlukan.
Dalam uraian diatas tentang Agency Theory diatas disebutkan bahwa adanya
IV. Kesimpulan
Agency theory merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan
riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi
keuangan dengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi.
Dalam Agency Theory mengenal adanya Asymmetric Information (AI) yaitu informasi
yang tidak seimbang yang disebabkan karena adanya distribusi informasi yang tidak
sama antara prinsipal dan agen.
Agency Theory mendasarkan hubungan kontrak antar anggota-anggota dalam
perusahaan dimana prinsipal dan agen sebagai pelaku utama. Prinsipal merupakan
pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama prisipal,
sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh prinsipal untuk
menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa
yang telah diamanat oleh prinsipal kepadanya.
Inti dari Agency Theory ( Teori Keagenan) adalah pendesainan kotrak yang
tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik
kepentingan.
Agency Theory memiliki 3 landasan asumsi :
a. Asumsi tentang sifat manusia
b. Asumsi tentang keorganisasian
c. Asumsi tentang informasi
V. Daftar Pustaka