Universitas Indonesia
kekerasan juga membuktikan adanya peningkatan kekerasan pada waktu aging 5 jam mencapai
nilai maksimum dari kekerasan yang dihasilkan. Dan setelah itu terjadi penurunan kekerasan
seiring dengan menigkatnya waktu aging pada komposit. Hasil XRD menunjukkan perbedaan
dua sampel yaitu sampel tanpa aging menunjukkan adanya Al dan SiC yang dominan pada
puncak XRD sedangkan pada komposit yang dilakukan aging menunjukkan adanya kehadiran
dari Mg2Si dan MgAl2O4.
Didalam komposit mekanisme perpatahan dari partikel SiC umumnya disebabkan
particle pull out akibat kekuatan interface SiC/Al dengan partikel SiC. Jika partikel lebih kuat
maka akan terjadi pull out namun jika interface lebih kuat yang terjadi partikel SiC akan
mengalami fracture.
Gambar 1. (a) Ukuran partikel serbuk SiC, (b) Struktur mikro komposit dengan kondisi non aging, (c) aging. (d)
grafik kekerasan hasil aging, (e) hasil pengujian XRD pada kondisi berbeda
Dilakukan pengujian Tarik untuk melihat perpatahan yang terjadi dibawah pengamatan
SEM pada dua kondisi yang berbeda. Gambar a dan b merupakan sampel komposit yang tidak
dilakukan proses aging. Terlihat bahwa terjadi dekohesi antara partikel SiC dengan matrix
aluminium yang menandakan bahwa interfeace yang terbentuk antara SiC dengan Al tidak
membentuk ikatan yang kuat yang menyebabkan debonding matrix dengan penguat.
Berbeda dengan kondisi sampel yang dilakukan aging terlihat pada gambar c dan d.
partikel SiC tidak menunjukkan adanya debonding yang menandakan terbentuknya interface
Universitas Indonesia
yang kuat antara partikel SiC dengan matrix Al. Dilakukan penembakan menggunakan EDS
untuk melihat bagian partikel apa terlihat debonding. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
unsur Si merupakan unsur dengan peak paling tinggi bisa dipastikan bahwa partikel tersebut
merupakan SiC.
Gambar 2. Morfologi perpatahan hasil pengujian Tarik (a,b) non aging, (c,d) aging, (e) hasil pengujian EDS
pada bagian yang dilingkari
Selain itu untuk memastikan perbedaan fasa yang ada antara kondisi yang berbeda pada
daerah interface dilakukan pengujian pemetaan unsur dan pengujian HRTEM. Pemetaan unsur
menunjukkan hasil ciri untuk komposit yang tidak dilakukan proses aging terdapat lapisan tipis
terang yang diidentifikasi sebagai MgO karena hasil menunjukkan lapisan ini sebagian besar
terdiri dari Mg dan O. Namun pada kondisi dilakukan proses aging selama 5 jam lapisan MgO
hilang pada daerah interface dan lapisan berubah menjadi partikel terisolasi dengan ukuran 50100nm yang terdistribusi sepanjang interface SiC dengan Al. pemetaan unsur mengindikasikan
bahwa partikel tersebut terdiri dari sejumlah Al, Mg dan O. unsur ini dapat di identifikasi
sebagai kehadiran adanya senyawa spinel MgAl2O4.
Universitas Indonesia
Gambar 3. Foto hasil pemetaan unsur dan HRTEM pada interface (a) non aging (b) aging
Gambar hasil pengujian HRTEM dengan kondisi non aging menunjukkan perilaku
wetting yang baik dari partikel keramik terhadap logam dan bonding yang baik antara partikel
keramik dengan logam. Ketebalan dari lapisan MgO yang terbentuk sekitar 10 nm.
Pembentukan dari interface sangat tergantung pada kandungan Mg. MgO terbentuk pada
interface dengan kondisi tingkat Mg yang tinggi. Pada kondisi non aging terdapat kandungan
Mg yang tinggi pada matrix komposit. Sedangkan pada kondisi aging terbentuk precipitate
Mg2Si yang terdistribusi pada matrix yang mengkonsumsi cukup banyak unsur Mg. Kondisi
ini menyebabkan system memiliki kandungan Mg yang rendah sehingga pembentukan dari
MgAl2O4 partikel pada interface lebih mudah terjadi.
Universitas Indonesia