Anda di halaman 1dari 4

Didi Rooscote 1106070003

Assignment 1 Interface on Composite Paper


Effect of aging on interface characteristics of Al-Mg-Si/SiC composites
Alumunium berpenguat SiC merupakan salah satu jenis Metal Matrix Composite.
Aluminium matrix composite didesain untuk memiliki ketangguhan yang cukup pada
matrixnya dengan penambahan reinforce yang memiliki kekerasan, kekakuan serta kekuatan
dari keramik. Penggunaan aluminium composite sangat luas di industry seperti aerospace,
energy dan kebutuhan militer. Distribusi partikel SiC di dalam matrix aluminium berpengaruh
kuat pada sifat mekanik dari Al komposit. Oleh karena itu dibutuhkan parameter dari mixing
dan proses sekunder untuk meningkatkan distribusi dari partikel SiC di dalam matrix
aluminium. Namun selain itu, interface antara partikel SiC dengan matrix aluminium berperan
penting dalam menentukan sifat mekanik dari Al komposit. Reaksi yang mungkin terjadi pada
interface Al dengan SiC yaitu sebagai berikut
2SiO2 + 2Al + 5Mg MgAl2O4 + 2Mg2Si
4Mg + SiO2 2MgO + Mg2Si
4Al + 3SiO2 2Al2O3 + Si
Kehadiran unsur Mg pada paduan aluminium Al-Mg-Si mendorong pembentukan
spinel MgAl2O4 atau MgO pada interface Si dengan Al yang dapat meningkatkan perilaku
pembasahan partikel SiC dengan matrix serta meningkatkan interface bonding. Telah
dibuktikan pada penelitian sebelumnya ikatan Al dengan Spinel lebih kuat dibandingkan
dengan Al4C3.
Komposit Al/SiC ini diproduksi menggunakan metode metalurgi serbuk yang terdiri
dari tahapan ball milling serbuk Al 6066 dengan komposisi Al-1.2Mg, 1.1Si, 0.9Cu. Kemudian
sampel dilakukan extrusi setelah dilakukan soaking pada suhu 480 C selama 30 menit. Setelah
itu sampel dilakukan proses hot rolled menjadi lembaran yang akan dilakukan proses aging
pada suhu 180oC dalam beberapa variasi waktu.
Untuk membuktikan pengaruh aging pada puncak dilakukan beberapa karakterisasi
yang terdiri SEM, XRD dan TEM. Serbuk SiC yang digunakan memiliki bentuk polyhedral
dengan ukuran berkisar antara 1-10 mikron. Struktur mikro dari komposit diamati dan diamati
adanya perbedaan yaitu pada komposit yang dilakukan aging terdapat precipitate pada matrix
yang ditunjukkan pada gambar C. Precipitates tersebut merupakan Mg2Si Beta. Pengujian

Universitas Indonesia

kekerasan juga membuktikan adanya peningkatan kekerasan pada waktu aging 5 jam mencapai
nilai maksimum dari kekerasan yang dihasilkan. Dan setelah itu terjadi penurunan kekerasan
seiring dengan menigkatnya waktu aging pada komposit. Hasil XRD menunjukkan perbedaan
dua sampel yaitu sampel tanpa aging menunjukkan adanya Al dan SiC yang dominan pada
puncak XRD sedangkan pada komposit yang dilakukan aging menunjukkan adanya kehadiran
dari Mg2Si dan MgAl2O4.
Didalam komposit mekanisme perpatahan dari partikel SiC umumnya disebabkan
particle pull out akibat kekuatan interface SiC/Al dengan partikel SiC. Jika partikel lebih kuat
maka akan terjadi pull out namun jika interface lebih kuat yang terjadi partikel SiC akan
mengalami fracture.

Gambar 1. (a) Ukuran partikel serbuk SiC, (b) Struktur mikro komposit dengan kondisi non aging, (c) aging. (d)
grafik kekerasan hasil aging, (e) hasil pengujian XRD pada kondisi berbeda

Dilakukan pengujian Tarik untuk melihat perpatahan yang terjadi dibawah pengamatan
SEM pada dua kondisi yang berbeda. Gambar a dan b merupakan sampel komposit yang tidak
dilakukan proses aging. Terlihat bahwa terjadi dekohesi antara partikel SiC dengan matrix
aluminium yang menandakan bahwa interfeace yang terbentuk antara SiC dengan Al tidak
membentuk ikatan yang kuat yang menyebabkan debonding matrix dengan penguat.
Berbeda dengan kondisi sampel yang dilakukan aging terlihat pada gambar c dan d.
partikel SiC tidak menunjukkan adanya debonding yang menandakan terbentuknya interface

Universitas Indonesia

yang kuat antara partikel SiC dengan matrix Al. Dilakukan penembakan menggunakan EDS
untuk melihat bagian partikel apa terlihat debonding. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
unsur Si merupakan unsur dengan peak paling tinggi bisa dipastikan bahwa partikel tersebut
merupakan SiC.

Gambar 2. Morfologi perpatahan hasil pengujian Tarik (a,b) non aging, (c,d) aging, (e) hasil pengujian EDS
pada bagian yang dilingkari

Selain itu untuk memastikan perbedaan fasa yang ada antara kondisi yang berbeda pada
daerah interface dilakukan pengujian pemetaan unsur dan pengujian HRTEM. Pemetaan unsur
menunjukkan hasil ciri untuk komposit yang tidak dilakukan proses aging terdapat lapisan tipis
terang yang diidentifikasi sebagai MgO karena hasil menunjukkan lapisan ini sebagian besar
terdiri dari Mg dan O. Namun pada kondisi dilakukan proses aging selama 5 jam lapisan MgO
hilang pada daerah interface dan lapisan berubah menjadi partikel terisolasi dengan ukuran 50100nm yang terdistribusi sepanjang interface SiC dengan Al. pemetaan unsur mengindikasikan
bahwa partikel tersebut terdiri dari sejumlah Al, Mg dan O. unsur ini dapat di identifikasi
sebagai kehadiran adanya senyawa spinel MgAl2O4.

Universitas Indonesia

Gambar 3. Foto hasil pemetaan unsur dan HRTEM pada interface (a) non aging (b) aging

Gambar hasil pengujian HRTEM dengan kondisi non aging menunjukkan perilaku
wetting yang baik dari partikel keramik terhadap logam dan bonding yang baik antara partikel
keramik dengan logam. Ketebalan dari lapisan MgO yang terbentuk sekitar 10 nm.
Pembentukan dari interface sangat tergantung pada kandungan Mg. MgO terbentuk pada
interface dengan kondisi tingkat Mg yang tinggi. Pada kondisi non aging terdapat kandungan
Mg yang tinggi pada matrix komposit. Sedangkan pada kondisi aging terbentuk precipitate
Mg2Si yang terdistribusi pada matrix yang mengkonsumsi cukup banyak unsur Mg. Kondisi
ini menyebabkan system memiliki kandungan Mg yang rendah sehingga pembentukan dari
MgAl2O4 partikel pada interface lebih mudah terjadi.

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai