Anda di halaman 1dari 10

Besi Cor Nodular

Mekanisme pembentukan grafit bulat telah diteliti oleh banyak peneliti, namun demikian
jawaban yang lebih memuaskan tentang fenomena ini masih terus dikembangkan dan
didiskusikan.

Dari sekian banyak teori tentang pembulatan grafit, maka teori gelembung gas (gas bubble
theory) memberikan penjelasan yang mudah dipahami serta mencakup beberapa teori yang
lainnya, sebagaimana hasil penelitian dari Haruki Itofuji.

Penelitian dilakukan terhadap suatu cairan besi cor nodular yang dikuens pada saat pendinginan
sehingga pada tempat dimana akan terbentuk grafit bulat, ditemukan gelembung-gelembung gas
yang merupakan gas Mg, gas Ca dan/atau gas N2 yang terabsorbsi oleh unsure tanah jarang
(rearearth). Pada penelitian tersebut tampak bahwa hanya grafit bulat berukuran kecil (dibawah
10 mm) yang ditemukan terbentuk didalam cairan.

Untuk partikel yang lebih besar, bentuk grafit ditentukan oleh lapisan austenit yang berada
disekelilingnya. Grafit menjadi bulat bila austenit dapat terbentuk disekelilingnya dengan
sempurna, sebaliknya grafit vermikular tebentuk bila pada austenit, akibat adanya unsur-unsur
pengganggu, terjadi kanal-kanal yang menghubungkan grafit dengan cairan. Sedangkan bila
pertumbuhan grafit dalam gelembung gas terhenti serta tumbuh grafit dari inti-inti baru disekitar
austenit, akan terjadi grafit chunky (gambar 4).
Gambar 4. Skematik pembentukan grafit bulat.

Teori lain dikemukakan oleh Marincek B, yaitu teori dengan landasan energi permukaan. Dari
penelitiannya ditemukan bahwa energi permukaan antara grafit dengan cairan pada besi cor
nodular lebih besar dari pada besi cor lamelar. Dengan metode retakan kapiler (capillary rise
method) dipastikan bahwa tegangan permukaan pada grafit lamelar adalah 800 1100 dyne/cm,
sedangkan pada grafit bulat adalah 1400 dyne/cm (dyne adalah satuan gaya dengan sistim cgs).

Penelitian ini berhasil menjelaskan, bahwa pembulatan grafit dapat terjadi karena pada
permukaan bulat (sphere) terdapat energi bebas permukaan yang lebih kecil dari pada permukaan
lamelar dengan volume yang sama sehingga perbedaan energi antar permukaan cairan dengan
grafit (interface energy) menjadi besar. Perbedaan yang besar ini memaksa pertumbuhan kristal
grafit, dalam hal ini menurunkan rasio energi/volume, cenderung menjadi bulat dari pada
lamelar.
Gambar 5. Variasi energi bebas pembentukan grafit (DG) sebagai

fungsi dari interface energi cairan-grafit (g*SL).

Interface energi antara cairan-grafit merupakan fungsi dari kandungan S. Bila terdapat cukup
kandungan unsur reaktif terhadap S seperti Mg, sehingga S didalam cairan dapat direduksi
sekecil-kecilnya, maka interface energi tersebut akan naik sehingga grafit bulat akan lebih
memungkinkan terbentuk.

Tercatat pula beberapa faktor yang menjadi penghambat terjadinya grafit bulat, antara lain
adanya unsur-unsur pengganggu didalam cairan (Sb, Pb, As dan sebagainya), atau pemanasan
lebih (superheating) serta penahanan cairan setelah Mg-treatment. Faktor-faktor tersebut secara
langsung menurunkan tegangan permukaan. Selanjutnya kenaikan tegangan permukaan teramati
pula sejalan dengan penambahan unsur Mg didalam cairan sebagaimana tampak pada gambar 6
dan 7.

Gambar 6. Variasi tegangan permukaan sebagai fungsi

waktu penahanan pada T konstan.


Gambar 7. Variasi tegangan permukaan sebagai fungsi Mg-rest.

Dari gambar 7 tampak jelas, bahwa tegangan permukaan terbesar yang menghasilkan
pembulatan grafit optimum adalah pada kandungan Mg sebesar 0.01-0.02%. Namun karena
dalam pengukuran sulit untuk membedakan antara Mg dengan MgS maupun MgO, maka
kandungan Mg (Mg-rest) yang dianjurkan adalah 0.015% lebih tinggi dari kandungan seharusnya
(0.025 0.035%).

Sifat-sifat Besi Cor Nodular dipengaruhi oleh semua unsur yang terdapat dalam tabel periodik.
Beberapa dari unsur ini memiliki konsentrasi yang sedemikian kecilnya sehingga sulit dikenali,
sedangkan beberapa yang lainnya memiliki pengaruh yang relatif kecil. Setiap unsur secara
umum berpengaruh sebagai berikut:

Menyebabkan atau meniadakan karbida.

Membentuk serta mempengaruhi penyebaran grafit.

Membentuk struktur dasar.


Gambar 8. Struktur Besi Cor Nodular perlitik dengan sedikit ferit.

Gambar 9. Pertumbuhan grafit yang menembus dinding austenit.

Pengaruh unsur-unsur ini terutama berhubungan erat dengan kecepatan pendinginan (ketebalan
coran), oleh karenanya penentuan komposisi besi cor nodular sangat memperhatikan masalah
kecepatan pendinginan ini sehingga akan diperoleh coran dengan struktur dasar tanpa ledeburit
(perlit + karbida bebas.

Didalam besi cor, karbon selalu dipengaruhi oleh silikon sehingga dalam perhitungan digunakan
CE (carbon equivalent) dengan hubungan sebagai berikut:

CE = %C + 0.31 %Si.

CE yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya flotasi grafit terutama pada coran yang
cukup tebal, sedangkan CE yang rendah akan memunculkan struktur yang semakin keras sampai
dengan terbentuknya ledeburit. Harga CE yang dianjurkan untuk ketebalan coran tertentu dapat
dilihat dari gambar 10.

Gambar 10. Harga CE yang dianjurkan untuk ketebalan coran tertentu.

Perbandingan antara karbon dengan silikon ditentukan dengan memperhatikan pengaruh silikon
terhadap sifat-sifat fisik maupun mekanik besi cor nodular sebagai fungsi dari CE atau dalam hal
ini ketebalan coran.

Kandungan silikon pada jumlah tertentu akan meningkatkan keuletan besi cor sampai dengan 4
%, meningkatkan kekerasan terutama pada kondisi anil namun menurunkan ketahanan impak
serta konduktifitas termal, sehingga dengan demikian perlu pembatasan-pembatasan.
Tabel 2. Komposisi C dan Si untuk Coran tanpa karbida bebas.

Persentase C dan Si yang dianjurkan untuk ketebalan coran maupun struktur dasar yang
dikehendaki dapat dilihat dari Tabel 2.
Mangan adalah unsur penggiat terbentuknya karbida besi sehingga jumlahnya dalam besi cor
nodular harus sangat dibatasi serta berhubungan dengan kandungan silikon maupun ketebalan
coran. Hubungan ini dapat dilihat pada gambar 11.

Dari gambar 11 dapat dilihat aspek penting lain dari mangan. Pada coran yang tipis sampai tebal
maksimum 25 mm pengaruh mangan dalam membentuk karbida tereliminasi oleh naiknya
kandungan silikon, dimana untuk kandungan Si yang tinggi dapat ditetapkan jumlah mangan
yang cukup tinggi pula. Sedangkan untuk coran yang tebal hal tersebut tidak dapat dilakukan
mengingat kecenderungan akan terjadinya segregasi.

Gambar 11. Mn maksimum yang dianjurkan sebagai fungsi


Si dan tebal coran.

Mangan akan tersegregasi semakin kuat pada kondisi pendinginan yang lambat, sehingga pada
akhirnya untuk kandungan mangan rata-rata 0.4 % akan naik menjadi 2.5 % atau lebih dibagian
coran yang mengalami pembekuan terakhir. Sedangkan silikon mengalami kejadian yang
sebaliknya dimana ia akan tersegregasi justru pada awal pembekuan.

Unsur yang merupakan penggiat pembentukan karbida besi dengan pengaruh lebih kuat dari
mangan adalah chrom (Cr), vanadium (V), bor (B), telurium (Te) dan molibdenum (Mo).
Sehingga untuk menghindari terbentuknya karbida bebas unsur-unsur tersebut harus dibatasi
sebagai berikut: Cr: 0.05 %, V: 0.03 %, B: 0.003 %, Te: 0.003 %, Mo: 0.01 0.75 %.

Grafit bulat hanya mungkin terbentuk pada cairan dengan kandungan sulfur rendah (S<0.01 %),
oleh karenanya pada proses produksinya selain digunakan bahan baku dengan kandungan sulfur
rendah, juga dilakukan desulfurisasi dengan memadukan unsur Mg kedalam cairan.

Mg adalah unsur terpenting yang menghasilkan efek pembulatan grafit. Efek ini terjadi bila
terdapat kandungan Mg didalam besi sebesar 0.02% 0.05%. Namun karena unsur ini memiliki
titik uap hanya 1107 oC disamping kelarutannya didalam besi yang relatif rendah, maka untuk
mencegah kehilangan yang terlalu banyak saat pemaduan, Mg diberikan dalam bentuk paduan
FeSiMg.

Beberapa parameter yang berpengaruh pada pemaduan Mg adalah:

Jenis paduan Mg.

Temperatur pemaduan.

Metode pemaduan.

Jumlah S maupun O2 didalam cairan dasar (base iron).

Untuk menentukan jumlah Mg yang harus dipadukan kedalam cairan dasar, perlu diperhatikan
jumlah yang diperlukan sekaligus untuk desulfurisasi serta deoksidasi, serta jumlah yang hilang
akibat penguapan sebagai berikut:

Sebuah contoh aplikasi:


Kondisi proses:
Sulfur pada base iron (SB) = 0.02%.
Mg rest yang diharapkan (MgR) = 0.04%
Mg dalam paduan (MgRC) = 10% (FeSiMg10)
Efisiensi ladel (LE) = 26% (T = 1500 oC, berdasarkan percobaan).

Maka:

Dengan demikian, misalnya untuk kapasitas ladle treatment 250 kg, diperlukan FeSiMg10
sebanyak:

MgA = 0.018 x 250 kg = 4.5 kg, dengan temperatur treatment = 1500 oC.

Ductile Cast Iron ASTM A536

Komposisi Besi Cor Nodular ASTM A536

C = 3,5-3,9%, Mn = 0,15-0,35%, Si = 2,25- 2,75%, S = 0,01-0,025%, P = 0,05% max


Karakteristik Sifat Fisik dan Mekanik Besi Cor Nodular, Ulet ASTM A536

Densiti 6,64 x 103 7,2 x 103 Kg/m3


Modulus Elastisitas 172 Gpa
Thermal Expansion (20 C) 11,6 x 10-6 C-1
Specific Heat Capacity 506 J/(kg x K)
Konduktivitas Thermal 32,3 W/(m x K)
Resistivitas Listrik 6,0 x 10-7 Ohm x m
Kuat Tarik 496 Mpa
Kuat Luluh 345 Mpa
Elongasi 18 %
Kekerasan 130 - 217 HB

Besi cor nodular dibuat dengan menambahkan sedikit unsur magnesium atau serium.
Penambahan unsur ini menyebabkan bentuk grafit besi cor menjadi nodular, atau bulat, atau
speroid. Perubahan bentuk grafit ini diikuti dengan perubahan keuletan. Keuletan besi cor naik.
Maka dari itu, besi cor nodular disebut besi cor ulet. Besi cor ini memiliki keuletan antara 10 -20
persen.

Besi cor nodular mempunyai sifat mampu las yang rendah, ketahanan korosi rendah, dan
ketahanan aus yang juga rendah. Namun demikian besi cor ini memiliki sifat mampu mesin dan
mampu cor yang baik dengan keuletan yang tinggi dan ketahanan kejut sedang.

Anda mungkin juga menyukai